Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MTBS PADA BAYI BARU LAHIR USIA 0-2 BULAN

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

AAN ANDIKA U. ADJU ERVINA SAIMA

RISKA MAYSARAH AMSYAR DEYANTI KASIM

SRI NURWANDA S. AHMAD AYULAN IMAM

RAHMAD SIGIT MURSAHA LISNAWATI IGIRISA

SRI MUTIA RAHMA S. ABDJUL AFRIYANTI HASIM

ANDRY NURZANNA YUSUF NURUL NAHRI R. MUSA

GITA YULIANI LADIHA WAHYUDIN ABDULLAH

SRI ENDANG MOKODOMPIT HASNUN IBRAHIM

POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN GORONTALO


TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji kehadirat Allah SWT, pencipta alam semesta, tidak lupa sholawat
dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw. karena atas rahmat dan karunia
Allah tugas ini dapat kami selesaikan. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semuapihak
yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.

Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas keperawatan anak dan untuk memudahkan
mahasiswa dalam memahami makalah ini.

Demikianlah makalah ini kami susun. Dengan harapan dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu, semua krtik dan saran senantiasa kami harapkan untuk kesempurnaan makalah ini agar
menjadi lebih baik.

Gorontalo 24 January 2022

Kelompok I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

A. Latar belakang...............................................................................................
B. Tujuan ..........................................................................................................

BAB II MATERI...........................................................................................................

A. PENILAIAN KLASIFIKASI DAN TINDAKAN / PENGOBATAN


RUJUKAN DAN PRA RUJUKAN..............................................................
B. NASEHAT PADA IBU DAN KUNJUGAN ULANG.................................
C. CATATAN DAN LAPORAN PELAYANAN............................................

BAB III PENUTUP.......................................................................................................

A. Kesimpulan ..................................................................................................
B. Saran ............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management of
Childhood Illness (IMCI) merupakan suatu pendekatan yang terintegrasi atau terpadu
dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus pada kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita)
secara menyeluruh. MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu
pendekatan atau cara penatalaksanaan balita sakit. Konsep pendekatan MTBS yang
pertama kali diperkenalkan oleh organisasi kesehatan dunia WHO (World Health
Organizations) merupakan suatu bentuk strategi upaya pelayanan kesehatan yang
ditujukan untuk menurunkan angka kematian, kesakitan dan kecacatan bayi dan anak
balita di negara-negara berkembang.
Setiap tahun, lebih dari sepuluh juta anak di dunia meninggal sebelum mencapai
usia 5 tahun. Lebih dari setengahnya disebabkan dari 5 kondisi yang sebenarnya dapat
dicegah dan diobati antara lain: pneumonia, diare, malaria, campak dan malnutrisi dan
seringkali kombinasi beberapa penyakit (Soenarto, 2009). Selain itu, lima kondisi di atas
menyebabkan 10,8 juta kematian balita di negara berkembang tahun 2005. Hal di atas
dapat disebabkan oleh rendahnya kualitas pelayanan kesehatan.
Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan dapat dipengaruhi oleh masalah dalam
ketrampilan petugas kesehatan, sistem kesehatan dan praktek di keluarga dan komunitas.
Perlu adanya integrasi dari ketiga faktor di atas untuk memperbaiki kesehatan anak
tersebut sehingga tercipta peningkatan derajat kesehatan anak. Perbaikan kesehatan anak
dapat dilakukan dengan memperbaiki manajemen kasus anak sakit, memperbaiki gizi,
memberikan imunisasi, mencegah trauma, mencegah penyakit lain dan memperbaiki
dukungan psikososial (Soenarto, 2009).Berdasarkan alasan tersebut, muncullah program
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).

MTBS merupakan suatu manajemen melalui pendekatan terintegrasi/terpadu


dalam tatalaksana balita sakit yang datang di pelayanan kesehatan, baik mengenai
beberapa klasifikasi penyakit, status gizi, status imunisasi maupun penanganan balita
sakit tersebut dan konseling yang diberikan. (Wijaya, 2009). MTBS mengintegrasikan
perbaikan sistem kesehatan, manajemen kasus, praktek kesehatan oleh keluarga dan
masyarakat, dan hak anak (Soenarto, 2009). Penilaian balita sakit dengan MTBS terdiri
atas klasifikasi penyakit, identifikasi tindakan, pengobatan, perawatan di rumah dan
kapan kembali. Kegiatan MTBS memiliki tiga komponen khas yang menguntungkan,
yaitu: meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita sakit,
memperbaiki sistem kesehatan, dan memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam
perawatan di rumah dan upaya pertolongan kasus balita sakit (Wijaya, 2009; Depkes RI,
2008).

Pelaksanaan MTBS tidak terlepas dari peran petugas pelayanan kesehatan.


Pengetahuan, keyakinan dan ketrampilan petugas pelayanan kesehatan dalam penerapan
MTBS perlu ditingkatkan guna mencapai keberhasilan MTBS dalam meningkatkan
derajat kesehatan anak khususnya balita

B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui penilaian klasifikasi dan tindakan / pengobatan rujukan dan pra
rujukan.
2. Untuk mengetahui apa saja nasehat pada ibu dan kunjungan ulang
3. Untuk mengetahui apa saja catatan dan pelaporan yang dilakukan
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENILAIAN KLASIFIKASI DAN TINDAKAN / PENGOBATAN RUJUKAN DAN


PRA RUJUKAN
Beberapa jenis pertanyaan yang penting untuk diajukan terkait dengan Menilai
batuk atau sukar bernapas dan klasifikasinya, menilai diare dan klasifikasinya, menilai
demam dan klasifikasinya, serta menilai masalah telinga dan klasifikasinya.
a. Menilai batuk atau sukar bernapas dan klasifikasinya
Setelah memeriksa tanda bahaya umum, ditanyakan kepada ibu apakah
menderita batuk atau sukar bernapas, jika anak batuk atau sukar bernapas, sudah
berapa lama, menghitung frekuensi napas, melihat tarikan dinding dada bawah ke
dalam, dan melihat dan dengar adanya stridor. Kemudian dilakukan klasifikasi
apakah anak menderita pneumonia berat, pneumonia atau batuk bukan
pneumonia.
b. Menilai diare dan klasifikasinya
Setelah memeriksa batuk atau suka bernapas, petugas menanyakan kepada
ibu apakah anak menderita diare, jika anak diare, tanyakan sudah berapa lama,
apakah beraknya berdarah (apakah ada darah dalam tinja). Langkah berikutnya
adalah memeriksa keadaan umum anak, apakah anak letargis atau tidak sadar,
apakah anak gelisah dan rewel/mudah marah; melihat apakah mata anak cekung,
memeriksa kemampuan anak untuk minum: apakah anak tidak bisa minum atau
malas minum, apakah anak haus minum dengan lahap; memeriksa cubitan kulit
perut untuk mengetahui turgor: apakah kembalinya sangat lambat (lebih dari 2
detik) atau lambat. Setelah penilaian didapatkan tanda dan gejala diare, maka
selanjutnya diklasifikasikan apakah anak menderita dehidrasi berat,
ringan/sedang, tanpa dehidrasi, diare pesisten berat, diare persisten atau disentri.

c. Menilai demam dan klasifikasinya. 


Demam merupakan masalah yang sering dijumpai pada anak kecil.
Tanyakan kepada ibu apakah anak demam, selanjutnya periksa apakah anak
teraba panas atau mengukur suhu tubuh dengan termometer. Dikatakan demam
jika badan anak teraba panas atau jika suhu badan 37,5 derajat celcius atau lebih.
Jika anak demam, tentukan daerah resiko malaria: resiko tinggi, resiko rendah
atau tanpa resiko malaria. Jika daerah resiko rendah atau tanpa resiko malaria,
tanyakan apakah anak dibawa berkunjung keluar daerah ini dalam 2 minggu
terakhir. Jika ya, apakah dari resiko tinggi atau resiko rendah malaria kemudian
tanyakan sudah berapa lama anak demam. Jika lebih dari 7 hari apakah demam
terjadi setiap hari, lihat dan raba adanya kaku kuduk, lihat adanya pilek, apakah
anak menderita campak dalam 3 bulan terakhir, lihat adanya tanda-tanda campak:
ruam kemerahan di kulit yang menyeluruh dan terdapat salah satu gejala berikut:
batuk, pilek atau mata merah.
Kemudian klasifikasikan apakah anak menderita penyakit berat dengan
demam, malaria atau demam mungkin bukan malaria. Jika anak menderita
campak saat ini atau 3 bulan terakhir: lihat adanya luka di mulut, apakah lukanya
dalam atau luas, lihat apakah matanya bernanah, lihat adakah kekeruhan pada
kornea mata. Kemudian klasifikasikan apakah anak menderita campak, campak
dengan komplikasi berat, atau campak dengan komplikasi pada mata atau mulut.
Jika demam kurang dari 7 hari, tanyakan apakah anak mengalami perdarahan dari
hidung atau gusi yang cukup berat, apakah anak muntah: sering, muntah dengan
darah atau seperti kopi; apakah berak bercampur darah atau berwarna hitam;
apakah ada nyeri ulu hati atau anak gelisah; lihat adanya perdarahan dari hidung
atau gusi yang berat, bintik perdarahan di kulit (petekie), periksa tanda-tanda syok
yaitu ujung ekstrimitas teraba dingin dan nadi sangat lemah atau tak teraba.
Kemudian klasifikasikan apakah anak menderita Demam Berdarah Dengue
(DBD), mungkin DBD atau demam mungkin bukan DBD.
d. Menilai masalah telinga dan klasifikasinya
Setelah memerisa dalam , petugas menanyakan kepada ibu apakah
telinganya.jika anak mempunyai masalah telinga tanyakan apakah telinga nya
sakit,lihat apakah nanah ada keluar dari telinga,raba adakah pembangkakan nyeri
di belakang telinga.kemudian klasifikasikan apakah anak menderita
mostoiditis,infeksi telinga akut,infeksi telinga kronis atau tidak ada infeksi
telinga.
e. memeriksa status gizi dan anemi serta klasifikasinya
harus di periksa status gizi nya,karna kekurangan gizi merupakan masalah
yang sering ditemukan,terutama diantara penduduk miskin.langkah nya yaitu
apakah anak tampak sangat kurus,memeriksa pembengkakan pada kedua
kaki,memeriksa kepucatan telapak tangan dan membandingkan beret badan anak
menurut umur.kemudian mengklasifikasikan sesuai tanda dan gejala apakah gizi
buruk dan atau  anami berat,bawah garis merah (BMG) dan atau anemi, tidak
BMG dan tidak anemi.
B. NASEHAT PADA IBU DAN KUNJUGAN ULANG
Menasehati ibu.
Nasehat bagi ibu meliputi menilai cara pemberian makan anak, anjuran
pemberian makan selama sakit dan sehat, menasehati ibu tentang masalah pemberian
makan, meningkatkan pemberian cairan selama sakit, menasehati ibu kapan harus
kembali dan menasehati ibu tentang kesehatannya sendiri.
Kunjugan ulang
Pada bayi muda, dianjurkan untuk melakukan kunjungan atau kontrol ke fasilitas
pelayanan kesehatan minimal 3 kali (6-24 jam, 3-7 hari, dan 8-28 hari setelah
melahirkan). Pada tiap kunjungan bayi muda ke rumah sakit perlu dilakukan beberapa
pemeriksaan. Pada kunjungannya yang pertama biasanya dilakukan pemeriksaan atau
skrining awal. Pada kunjungan berikutnya ada dilakukan pemeriksaan ulang sekaligus
follow up kondisi bayi.

C. CATATAN DAN LAPORAN PELAYANAN


Pencatatan dan pelaporan hasil pelayanan. pencatatan dan pelaporan di
puskesmas yang menerapkan MTBS sama dengan puskesmas yang lain yaitu
menggunakan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3). Dengan demikian
semua pencatatan dan pelaporan yang digunakan tidak perlu mengalami perubahan.
Perubahan yang perlu dilakukan adalah konversi klasifikasi MTBS ke dalam kode
diagnosis dalam SP3 sebelum masuk ke dalam sistem pelaporan. Di tingkat keluarga,
selain mencatat hasil pelayanan pada formulir bayi muda, petugas juga mencatatnya
pada buku KIA, agar ibu dan keluarga dapat mengetahui keadaan bayi muda dan dapat
memberikan asuhan bayi muda di rumah serta mengenali tanda-tanda bahaya.
Pencatatan hasil pelayanan. Pencatatan seluruh hasil pelayanan, yaitu
kunjungan, hasil pemeriksaan hingga penggunaan obat tidak memerlukan pencatatan
khusus. Pencatatan yang telah ada di puskesmas digunakan sebagai alat pencatatan. Alat
pencatatan yang dapat digunakan adalah :
a. Register kunjungan.
b. Register rawat jalan.
c. Register kohort bayi.
d. Register kohort balita.
e. Register imunisasi.
f. Register malaria, Demam Berdarah Dangue (DBD), Diare, ISPA, Gizi.
g. Register obat
Bila masih ada alat pencatatan lain yang digunakan oleg program, maka dapat
pula digunakan. Pencatatan hasil pelayanan ke dalam register disesuaikan dengan
kegunaan register tersebut
Pelaporan Hasil Pelayanan. Sebagaimana dengan pencatatan hasil pelayanan
MTBS, pelaporan yang digunakan juga tidak memerlukan perubahan. Dalam Modul
MTBS-7 Depkes RI (2008) pelaporan yang digunakan adalah :
a. Laporan Bulanan 1/ laporan bulanan data kesakitan (LB1).
b. Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO).
c. Laporan bulanan gizi, KIA , imunisasi, dan P2M (LB3).
d. Laporan mingguan diare.
e. Laporan Kejadian Luar Biasa (KLB).
Bila masih ada alat pelaporan lain yang digunakan oleh program dapat
digunakan juga dalam penerapan MTBS. Dari seluruh laporan yang ada, Laporan
Bulanan 1/ laporan bulanan data kesakitan (LB1) adalah laporan yang memerlukan
perhatian khusus. Hasil pemeriksaan dalam MTBS ditulis dalam bentuk klasifikasi
penyakit sedangkan pelaporan yang ada dalam bentuk diagnosis. Diperlukan konversi
dari klasifikasi ke dalam bentuk diagnosa dan menggunakan penomoran kode LB1.
Penyakit-penyakit yang tidak termasuk dalam klasifikasi MTBS dimasukkan ke dalam
masalah/keluhan lain dan penulisan kode penyakit sesuai dengan kode SP3 yang
berlaku (Depkes RI, 2008).
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) bagi bayi muda yang berusia kurang
dari 2 bulan merupakan pendekatan keterpaduan dalam tatalaksana bayi muda sakit yang
datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar yang meliputi upaya
kuratif terhadap penyakit sangat berat atau infeksi bakteri, diare, ikterus, berat badan
rendah dan/ atau masalah pemberian ASI dan upaya promotif dan preventif yang meliputi
imunisasi, pemberian vitamin A dan konseling pemberian makan yang bertujuan untuk
menurunkan angka kematian bayi dan anak balita serta menekan morbiditas karena
penyakit tersebut.
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan pelayanan
terhadap bayi muda sakit yang dikembangkan oleh WHO. Dengan MTBS dapat ditangani
secara lengkap kondisi kesehatan bayi muda pada tingkat pelayanan kesehatan dasar,
yang memfokuskan secara integrative aspek kuratif, preventif dan promotif termasuk
pemberian nasihat kepada ibu sebagai bagian dari pemberdayaan masyarakat untuk
meningkatkan kesehatan anak. Program MTBS ini di kembangkan untuk mencegah
tingkat kematian bayi muda yang berumur kurang dari 2 bulan.

B. SARAN
Setelah mengetahui berbagai penyakit yang dapat menyebabkan kematian pada
bayi muda dan mengetahui cara penilaian kesehatan berdasarkan form MTBS ini
disarankan kepada petugas kesehatan untuk dapat mengaplikasikannya dalam melakukan
penilaian kesehatan terhadap bayi muda. Selainitu disarankan kepada mahasiswa
keperawatan agar dapat membuat makalah yang lebih sempurna dari makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

 https://kanalpengetahuan.fk.ugm.ac.id/manajemen-terpadu-bayi-muda-mtbm/
 https://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/30758/151000252.pdf?
sequence=1&isAllowed=y
 https://fk.uns.ac.id/static/filebagian/Modul_MTBS_2015_(Semester_6).pdf
 https://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/30758/151000252.pdf?
sequence=1&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai