DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
Puji syukur kehadirat Allah Subuhanahu wa Ta’ala atas segala limpahan rahmat dan
kasih Sayang-Nya, dan karena izin-Nyalah kami dapat menyelesaikan tugas Mata Kuliah
ASUHAN BAYI, BALITA, DAN ANAK PRASEKOLAH mengenai MANAJEMEN
TERPADU BALITA SAKIT (MTBS)
Tak lupa Shalawat serta Salam kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam,
panutan dalam segala hal. Terima kasih pada semua teman-teman yang telah memberikan
motivasi dan membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, karena
kami masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu, apabila ada kekurangan atau
kesalahan dalam makalah ini, kami sangat mengarapkan kritik dan saran untuk kami lebih
baik lagi.Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya untuk kami dan umumnya untuk
kita semua.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………….….…… i
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………………………….. 1
C. Tujuan …………………………………………………………………………... 2
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian MTBS …………...…………………………………………………..……. 3
B. Saran …………………………………………………………………………………. 20
LAMPIRAN……………………………………………………………………………. 21
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………… 25
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia telah menunjukkan kemajuan yang signifikan dalam
penurunan angka kematian balita (AKABA) sejak tahun 1990, meskipun
trend penurunan menunjukkan perlambatan dalam beberapa tahun terakhir
yaitu 40 kematian per 1000 kelahiran hidup (KH) dan angka kematian bayi
(AKB) 32 per 1000 KH pada tahun 2012 (Laporan Pendahuluan SDKI 2012).
Sebanyak 15 (lima belas) dari 33 (tiga puluh tiga) propinsi di Indonesia
mempunyai AKABA lebih tinggi dari angka rata-rata nasional, berkisar dari
42 per 1000 kelahiran hidup di Provinsi Kepulauan Riau kemudian 115 per 1000
kelahiran hidup di Provinsi Papua (Laporan Pendahuluan SDKI 2012). Hal ini
menunjukkan perbedaan yang besar secara nasional dan adanya tantangan
besar untuk menjawab isu keadilan ( equity issue ).
Angka kematian balita di kuintil termiskin dalam populasi 3,6 kali lebih
tinggi dibandingkan dalam kuintil terkaya (Utomo et al., 2011). Pada era
desentralisasi, pengukuran angka kematian berbasis kabupaten telah
menjadi isu, terutama dimana sistem pencatatan vital tidak berfungsi dan
kelahiran tidak tercatat (Heywood and Choi,2010). Bahkan dalam satu
provinsi pun terdapat disparitas yang cukup signifikan antar kabupaten
(Riskesdas 2007). Sekitar 36% dari kematian balita di Indonesia disebabkan
oleh masalah bayi baru lahir (neonatal) diantaranya asfiksia, Berat Badan
Lahir Rendah, kelahiran prematur, infeksi bayi baru lahir, diikuti oleh
diare 17,2%, pneumonia 13,2%. Pada bayi baru lahir (0-28 hari), 78,5
% kematian terjadi pada minggu pertama kehidupan (Riskesdas, 2007). Gizi
kurang pada masa kehamilan dan kanak-kanak merupakan penyumbang
jumlah kesakitan lebih dari sepertiga kematian secara global (UNICEF, 2010).
Penanganan kondisi tersebut di atas seharusnya dilakukan oleh tenaga
medis yaitu dokter, namun di Indonesia masih banyak desa yang tidak
punya akses ke pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter.
Pemerintah dan pemerintah daerah mendukung bidan/perawat bekerja sama
dengan dukun untuk melaksanakan pertolongan persalinan yang aman
dan perawatan bayi baru lahir yang baik. Bidan/ perawat juga diberi
1
wewenang tertentu untuk memberikan penanganan penyakit pada balita
melalui Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
B. Rumusan masalah
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan salah satu upaya untuk
menekan angka kematian BALITA. Dalam pelaksanaannya tentunya terdapat
hambatan sehingga target tidak tercapai maksimal, diantaranya :
1. Masih kurangnya pengetahuan tentang MTBS
2. Masih kurangnya pengetahuan tentang penilaian dan klasifikasi anak sakit
3. Masih kurangnya pengetahuan tentang Proses manajemen kasus
4. Masih kurangnya pengetahuan tentang manajemen terhadap balita sakit umur 2 bln
sampai 5 thn
5. Masih kurangnya pengetahuan tentang penentuan tindakan pengobatan
6. Masih kurangnya pengetahuan tentang pemberian konseling
7. Masih kurangnya pengetahuan tentang pemberian pelayanan dan tindakan lanjut
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari MTBS
2. Untuk mengetahui tentang penilaian dan klasifikasi anak sakit
3. Untuk mangetahui Proses manajemen kasus
4. Untuk mengetahui manajemen terhadap balita sakit umur 2 bln-5 thn
5. Untuk mengetahui penentuan tindakan pengobatan
6. Untuk mengetahui Pemberian konseling
7. Untuk mengetahui pemberian pelayanan dan tindakan lanjut
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian MTBS
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan pendekatan keterpaduan
dalam tatalaksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan
kesehatan dasar yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit pneumonia, diare,
campak, malaria, infeksi telinga, malnutrisi, dan upaya promotif dan preventif yang
meliputi imunisasi, pemberian vitamin A dan konseling pemberian makan yang
bertujuan untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak balita serta menekan
morbiditas karena penyakit tersebut (Pedoman Penerapan Manajemen Terpadu Balita
Sakit di Puskesmas, Modul-7. 2004). Balita (bawah lima tahun) yaitu anak umur 0-5
tahun (tidak termasuk umur 5 tahun) (MTBS, Modul 1, 2004).
3
3. Memberi konseling bagi ibu
4. Memberi pelayanan tindak lanjut
5. Manajemen terpadu bayi mulai 1 hari sampai 2 bulan.
“Menilai anak” berarti melakukan penilaian dengan cara anamnesis dan
pemeriksaan fisik. “Membuat klasifikasi” berarti membuat sebuah keputusan mengenai
kemungkinan penyakit atau masalah serta tingkat keparahanya. Klasifikasi merupakan
suatu kategori untuk melakukan tindakan, bukan sebagai diagnosis spesifik
penyakit.“Menentukan tindakan dan memberi pengobatan “berarti menentukan tindakan
dan memberi pengobatan di fasilitas kesehatan sesuai dengan setiap klasifikasi, memberi
obat untuk diminum di rumah dan juga mengajari ibu tentang cara memberikan obat
serta tindakan lain yang harus dilakukan di rumah. “Memberi konseling bagi ibu” juga
termasuk menilai cara pemberian makan anak, memberi anjuran pemberian makan yang
baik untuk anak serta kapan harus membawa anaknya kembali ke fasilitas kesehatan.
“Tindak lanjut” berarti menentukan tindakan dan pengobatan pada saat anak untuk biaya
ulang. “Manajemen terpadu bayi muda” meliputi : menilai dan membuat klasifikasi,
menentukan tindakan dan memberi pengobatan, konseling dan tindak lanjut pada bayi
umur 1 hari sampai 2 bulan baik sehat maupun sakit. (MTBS, Modul -1, 2004).
b. Klasifikasi dehidrasi
Pada klasifikasi ini termasuk klasifikasi diare dengan dihindari yang terbagi
menjadi 3 kelompok yaitu:
1) Dehidrasi berat apabila ada tanda dan gejala seperti letargis atau tidak
sadar,mata cekung,turgor kulit jelek sekali,
2) Klasifikasi dehidrasi ringan sedang dengan tanda seperti gelisah,rewet,mata
cekung,haus,turgor jelek
5
3) Klasifikasi diare tanpa dehidrasi apabila tidak cukup tanda adanya dehidrasi.
d. Klasifikasi disentri
Pada klasifikasi disentri ini juga termasuk klasifikasi diare secara umum akan
tetapi apabilah diarenya disertai dengan darah dalam tinja atau diarenya
bercampur dengan darah.
f. Klasifikasi Campak
Pada klasifikasi campak ini dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
6
1) Campak dengan komplikasi berat apabila ditemukan adanya tanda bahaya
umum terjadi kekeruhan pada kornea mata, adanya luka pad daerah mulut
yang dalam & luas serta adanya tanda umum campak seperti adanya ruang
kemerahan dikulit yang menyeluruh, adanya batuk, pilek, atau mata merah.
2) Campak dengan komplikasi pada mata atau mulut apabila ditemukan tanda
mata bernanah serta luka dimulut dan ketiga klasifikasi campak apabila hanya
khas campak yang tidak disertai tanda klasifikasi diatas.
b. Klasifikasi Dehidrasi
Pada klasifikasi dehidrasi tindakan dapat dikelompokkan berdasarkan derjat dari
dehidrasi, apabila klasfikasinya dehidrasi berat maka tindakannya adalah sbb:
1) Berikan cairan intravena secepatnya, apabila anak dapat minum berikan oralit
melalui mulut sambil infus dipersiapkan, berikan 100 ml/kg ringer laktat atau
NaCl
2) Lakukan monitoring setiap 1-2 jam tentang status dehidrasi, apabila belum
8
membaik berikan tetesan intravena
3) Berikan oralit (kurang dari 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum
4) Lakukan monitoring kembali sesudah 6 jam pada bayi atau pada anak sesudah
3 jam dan tentukan kembali status dehidrasi kemudian ditentukan status
dehidrasi dan lakukan sesuai dengan derjat dehidrasi
5) Anjurkan untuk tetap memberikan ASI Klasifikasi diare pesisten
Pada klasifikasi ini tindakan ditentukan oleh derajat dehidrasi, kemudian apabila
ditemukan adanya klorea maka pengobatan yang adapat dianjurkan adalah pilihan
pertama antibiotika kotrimokzasol dan pilihan kedua adalah tetrasiklin.
4. Pemberian Konseling
Pada pemberian konseling yang dilakukan manajemen terpadu balita sakit umur 2
bulan sampai dengan 5 tahun pada umumnya adalah konseling tentang:
b) Diare persisten
Pada tindak lanjut masalah ini dilakukan sesudah 5 hari dengan cara mengevaluasi
diare apabila diare belum berhenti maka pelayanan tindak lanjut adalah
memberikan obat yang diperlukan dan apabila sudah berhenti maka makan sesuai
umur.
c) Disentri
Pelayanan tindak lanjut untuk disentri dilakukan sesudah 2 hari dengan
mengevaluasi jumlah darah dalam tinja berkurang tentang tanda disentri apabila
anak masi mengalami disentri maka lakukan tindakan sesuai tindaka dehidrasi
berdasarkan derajatnya.
d) Resiko malaria
Pelayan tindak lanjut pada resiko malaria dilkukan sesudah 2 hari apabila demam
lagi dalam 14 hari dengan melakukan penilaian sebagai berikut: apabila ditemukan
malaria oral pilihan kedua bahaya umum atau kakuk kuduk maka lakukan tindakan
sesuai protap.
11
e) Campak
Pelayanan tindak lanjut pada klasifikasi campak ini dilakukan sesudah 2 hari
dengan mengevaluasi atau memperhatikan tentang gejala yang pernah dimilikinya
apabila mata masi bernanah maka lakukan evaluasi kepada keluarga atau ibu
dengan menjelaskan cara mengobati infeksi mata jika sudah benar lakukan rujukan
dan apabila kurang benar maka ajari dengan benar.
f) Demam berdarah
Pada klasifikasi pelayanan tindak lanjut dilakukan sesudah 2 hari dengan
melakukan evaluasi tanda dan gejala yang ada,apabila ditemuakan tanda bahaya
umum dan adanya kaku kuduk maka lakukan tindakan sesui dengan pedoman
tindakan pada penyakit demam berdarah dengan penyakit berat,akan tetapi apabila
ditemukan penyebab lain dari demam berdarah maka berikan pengobatan yang
sesuai dan apabila masih ada tanda demam berdarah maka lakukan tindakan
sebagaimana tindakan demam berdarah dan dalam waktu 7 hari masi ditemukan
demam lakukan pemeriksaan lebih lanjut.
g) Masalah telinga
Pada pelanyanan tindak lanjut masalah telinga ini dilakukan sesudah 5 hari dengan
mengetahui evaluasi tanda dan gejala yang ada,apabilah pada waktukunjungan
didapatkan pembengkakan dan nyeri dibelakang telinga dan demam tinggi maka
segera lakukan rujukan,dan apabilah masih terdapat nyeri dan keluarkan cairan
atau nana maka lakukan pengobatan antibotika selama 5 hari dengan mengerinkan
bagian telinga,apabila sudah benar anjurkan tetap mempertahankan apabila masih
kurang ajari tentang cara mengeringkannya,kemudian apabila keadaan telinga
sudah tidak timbul nyeri atau tidak keluar cairan maka lanjutkan pengobatan
antibiotika sampai habis.
12
c. Beri anak minum, apakah anak:
1) Tidak bias minum atau malas minum?
2) Ataukah haus, minum dengan lahap
d. Cubit perut untuk mengetahui turgor apakah kembalinya sangat lambat (lebih dari
2 detik) atau lambat.
14
DIARE DEHIDRASI BERAT
Terdapat 2 atau lebih tanda-tanda berikut:
1. Letargis / tidak sadar
2. Mata cekung
3. Tidak bisa minum / malas minum
4. Cubitan kulit perut kembali sangat lambat
5. Jika tidak ada klasifikasi berat lain: beri cairan dehidrasi berat (Rencana Terapi
C) dan Tablet Zinc.
15
1. Sudah berapa lama anak demam?
2. Jika lebih dari 7 hari, apakah demam setiap hari?
3. Apakah pernah mendapat obat anti malaria dalam 2 minggu terakhir?
4. Apakah anak menderita campak dalam 3 bulan terakhir?
KLASIFIKASI DEMAM
Resiko tinggi malaria
Gejala Klasifikasi Tindakan :
1. Ada tanda bahaya umum
2. Kaku kuduk PENYAKIT BERAT DENGAN DEMAM
3. Jika hasil RDT / mikroskopis positif untuk Falsipanum atau mixed, beri dosis pertama
suntikan artometer
4. Jika hasil RDT/ mikroskopis negative, tidak perlu diberi anti suntikan malaria
5. beri dosis pertama suntikan antibiotik
6. Beri dosis pertama paracetamol jika demam tinggi ≥ 38.5 C
7. Cegah agar gula darah tidak turun. Rujuk segera
8. Demam (pada anamnesis atau teraba panas atau suhu > C)37.5
9. RDT positif MALARIA
10. Jika RDT positif Falsipanum atau posotif non falsipanum atau positif mixed, beri anti
malaria oral yang sesuai.
11. Beri dosis C )pertama paracetamol jika demam tinggi (≥ 38.5
12. Nasihat kapan kembali segera
13. Kunjungan ulang jika tetap demam setelah minum obat anti malaria 3 hari berturut-
16
turut
14. Demam (pada anamnesis atau teraba panas atau suhu > C)37.5
15. RDT negative DEMAM: MUNGKIN BUKAN MALARIA
16. Beri dosis C )pertama paracetamol jika demam tinggi (≥ 38.5)
17
4. Perdarahan dari hidung atau gusi
5. Bintik-bintik perdarahan di kulit (petekie) dan uji torniket positif
6. sering muntah DEMAM BERDARAH DENGUE ( DBD )
7. Jika ada syok beri oksigen 2-4 liter/menit dan beri segera cairan intravena sesuai
petunjuk.
8. Jika tidak ada syok tapi sering muntah atau malas minum, beri cairan infus Ringer
Laktat/ Ringer Asetat, jumlah cairan rumatan.
9. Jika tidak ada syok, tidak muntah dan masih mau minum, beri orakit atau cairan lain
sebanyak mungkin dalam perjalanan ke rumah sakit.
10. Jika demam tinggi ≥ 38.5 dosis pertama paracetamol. Tidak boleh golongan salsilat
dan ibu profen.
11. Rujuk segera.
12. Demam mendadak tinggi dan terus menerus, atau
13. Nyeri ulu hati atau gelisah, atau
14. Bintik-bintik perdarahan dikulit dan uju torniket (-) MUNGKIN DBD
15. Nasihat untuk lebih banyak minum, oralit/ cairan lain
16. Nasihat kapan kembali segera
17. Kunjungan ulang 1 hari jika tetap demam
Tidak ada satu pun gejala diatas DEMAM : MUNGKIN BUKAN DBD
Obati lain penyebab dari demam
Jika demam tinggi ≥ 38.5 dosis pertama paracetamol. Tidak boleh golongan salsilat dan
ibu profen
Nasihat kapan kembali segera
Kunjungan ulang 2 hari jika tetap demam
18
5. Beri antibiotic yang sesuai
6. Beri paracetamol untuk mengatasi nyeri
7. Keringkan telinga dengan bahan penyerap
8. Kunujngan ulang 2 hari
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) bagi bayi muda yang berusia kurang dari
2 bulan merupakan pendekatan keterpaduan dalam tatalaksana bayi muda sakit yang
datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar yang meliputi upaya
kuratif terhadap penyakit sangat berat atau infeksi bakteri, diare, ikterus, berat badan
rendah dan/ atau masalah pemberian ASI dan upaya promotif dan preventif yang
meliputi imunisasi, pemberian vitamin A dan konseling pemberian makan yang
bertujuan untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak balita serta menekan
morbiditas karena penyakit tersebut.
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan pelayanan
terhadap bayi muda sakit yang dikembangkan oleh WHO. Dengan MTBS dapat
ditangani secara lengkap kondisi kesehatan bayi muda pada tingkat pelayanan kesehatan
dasar, yang memfokuskan secara integrative aspek kuratif, preventif dan promotif
termasuk pemberian nasihat kepada ibu sebagai bagian dari pemberdayaan masyarakat
untuk meningkatkan kesehatan anak. Program MTBS ini di kembangkan untuk
mencegah tingkat kematian bayi muda yang berumur kurang dari 2 bulan.
B. Saran
Setelah mengetahui berbagai penyakit yang dapat menyebabkan kematian pada bayi
muda dan mengetahui cara penilaian kesehatan berdasarkan form MTBS ini disarankan
kepada petugas kesehatan untuk dapat mengaplikasikannya dalam melakukan penilaian
kesehatan terhadap bayi muda.
20
21
22
23
DAFTAR PUSTAKA
Buku Modul Manajemen Terpadu Balita Sakit, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 2008
Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), Departemen Kesehatan RI, Jakarta,
2019
24