Anda di halaman 1dari 28

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS)

Dosen pengampu : Nurul Hidayatun Jalilah, SST, M. Keb

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2

1 Christine Abosan NIM.2240704080


2 Cillina NIM.2240704068
3 Fioleta Yuldiana Lukas NIM.2240704102
4 Frensida NIM.2240704065
5 Hastiani NIM.2240704076
6 Lisa Agustiana NIM.2240704082
7 Maresa Daun Langi NIM.2240704069
8 Martiana Paulus NIM.2240704090
9 Mutiara NIM.2240704109
10 Marveni Yuniwati NIM.2240704111
11 Mayti Libut NIM.2240704067
12 Miles Evana NIM.2240704083
13 Nurmasyithah NIM.2240704092
14 Sriwahyuni NIM.2240704081
15 Suhesti Mean NIM.2240704091
16 Sintise Pala’langan P. NIM.2240704106
17 Priscilla Bawing NIM.2240704072
18 Ririn Satriani NIM.2240704087

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subuhanahu wa Ta’ala atas segala limpahan rahmat dan
kasih Sayang-Nya, dan karena izin-Nyalah kami dapat menyelesaikan tugas Mata Kuliah
ASUHAN BAYI, BALITA, DAN ANAK PRASEKOLAH mengenai MANAJEMEN
TERPADU BALITA SAKIT (MTBS)
Tak lupa Shalawat serta Salam kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam,
panutan dalam segala hal. Terima kasih pada semua teman-teman yang telah memberikan
motivasi dan membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, karena
kami masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu, apabila ada kekurangan atau
kesalahan dalam makalah ini, kami sangat mengarapkan kritik dan saran untuk kami lebih
baik lagi.Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya untuk kami dan umumnya untuk
kita semua.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………….….…… i

DAFTAR ISI ……………………………………………….………………………….. ii

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………………………….. 1

B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………. 2

C. Tujuan …………………………………………………………………………... 2

BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian MTBS …………...…………………………………………………..……. 3

B. Penilaian dan Klasifiksi Anak Sakit dalam MTBS ……..………………….……… 3

C. Proses Manajemen Kasus…………….………………………………………………. 3

D. Manajemen Terhadap Balita Sakit Umur 2 Bulan – 5 tahun…………..……….. 4

E. Pemeriksaan MTBS dengan Anak Diare……………………….……….………….. 12

F. Pemeriksaan anak menderita batuk atau sukar bernafas?………….…………... 13

G. Pemeriksaan Apakah anak menderita diare ………………………….……….. 14

H. Pemeriksaan apakah anak demam ……………………….……………………. 15

I. Pemeriksaan Demam Berdarah Dengue ………………………………………. 17

J. Pemeriksaan masalah telinga …………………………………………………… 18

BAB III : PENUTUP


A. Kesimpulan ………………………………………………………………………….. 20

B. Saran …………………………………………………………………………………. 20

LAMPIRAN……………………………………………………………………………. 21

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………… 25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia telah menunjukkan kemajuan yang signifikan dalam
penurunan angka kematian balita (AKABA) sejak tahun 1990, meskipun
trend penurunan menunjukkan perlambatan dalam beberapa tahun terakhir
yaitu 40 kematian per 1000 kelahiran hidup (KH) dan angka kematian bayi
(AKB) 32 per 1000 KH pada tahun 2012 (Laporan Pendahuluan SDKI 2012).
Sebanyak 15 (lima belas) dari 33 (tiga puluh tiga) propinsi di Indonesia
mempunyai AKABA lebih tinggi dari angka rata-rata nasional, berkisar dari
42 per 1000 kelahiran hidup di Provinsi Kepulauan Riau kemudian 115 per 1000
kelahiran hidup di Provinsi Papua (Laporan Pendahuluan SDKI 2012). Hal ini
menunjukkan perbedaan yang besar secara nasional dan adanya tantangan
besar untuk menjawab isu keadilan ( equity issue ).
Angka kematian balita di kuintil termiskin dalam populasi 3,6 kali lebih
tinggi dibandingkan dalam kuintil terkaya (Utomo et al., 2011). Pada era
desentralisasi, pengukuran angka kematian berbasis kabupaten telah
menjadi isu, terutama dimana sistem pencatatan vital tidak berfungsi dan
kelahiran tidak tercatat (Heywood and Choi,2010). Bahkan dalam satu
provinsi pun terdapat disparitas yang cukup signifikan antar kabupaten
(Riskesdas 2007). Sekitar 36% dari kematian balita di Indonesia disebabkan
oleh masalah bayi baru lahir (neonatal) diantaranya asfiksia, Berat Badan
Lahir Rendah, kelahiran prematur, infeksi bayi baru lahir, diikuti oleh
diare 17,2%, pneumonia 13,2%. Pada bayi baru lahir (0-28 hari), 78,5
% kematian terjadi pada minggu pertama kehidupan (Riskesdas, 2007). Gizi
kurang pada masa kehamilan dan kanak-kanak merupakan penyumbang
jumlah kesakitan lebih dari sepertiga kematian secara global (UNICEF, 2010).
Penanganan kondisi tersebut di atas seharusnya dilakukan oleh tenaga
medis yaitu dokter, namun di Indonesia masih banyak desa yang tidak
punya akses ke pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter.
Pemerintah dan pemerintah daerah mendukung bidan/perawat bekerja sama
dengan dukun untuk melaksanakan pertolongan persalinan yang aman
dan perawatan bayi baru lahir yang baik. Bidan/ perawat juga diberi

1
wewenang tertentu untuk memberikan penanganan penyakit pada balita
melalui Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).

B. Rumusan masalah
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan salah satu upaya untuk
menekan angka kematian BALITA. Dalam pelaksanaannya tentunya terdapat
hambatan sehingga target tidak tercapai maksimal, diantaranya :
1. Masih kurangnya pengetahuan tentang MTBS
2. Masih kurangnya pengetahuan tentang penilaian dan klasifikasi anak sakit
3. Masih kurangnya pengetahuan tentang Proses manajemen kasus
4. Masih kurangnya pengetahuan tentang manajemen terhadap balita sakit umur 2 bln
sampai 5 thn
5. Masih kurangnya pengetahuan tentang penentuan tindakan pengobatan
6. Masih kurangnya pengetahuan tentang pemberian konseling
7. Masih kurangnya pengetahuan tentang pemberian pelayanan dan tindakan lanjut

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari MTBS
2. Untuk mengetahui tentang penilaian dan klasifikasi anak sakit
3. Untuk mangetahui Proses manajemen kasus
4. Untuk mengetahui manajemen terhadap balita sakit umur 2 bln-5 thn
5. Untuk mengetahui penentuan tindakan pengobatan
6. Untuk mengetahui Pemberian konseling
7. Untuk mengetahui pemberian pelayanan dan tindakan lanjut

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian MTBS
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan pendekatan keterpaduan
dalam tatalaksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan
kesehatan dasar yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit pneumonia, diare,
campak, malaria, infeksi telinga, malnutrisi, dan upaya promotif dan preventif yang
meliputi imunisasi, pemberian vitamin A dan konseling pemberian makan yang
bertujuan untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak balita serta menekan
morbiditas karena penyakit tersebut (Pedoman Penerapan Manajemen Terpadu Balita
Sakit di Puskesmas, Modul-7. 2004). Balita (bawah lima tahun) yaitu anak umur 0-5
tahun (tidak termasuk umur 5 tahun) (MTBS, Modul 1, 2004).

B. Penilaian dan Klasifiksi Anak Sakit dalam MTBS


Penilaian dan klasifikasi anak sakit dalam MTBS dikelompokkan dalam 2
kelompok umur yaitu :
1. Penilaian dan klasifikasi anak sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun.
2. Penilaian dan klasifikasi anak sakit umur 1 hari sampai 2 bulan.
Apabila anak umur 2 bulan sampai 5 tahun, pilih bagan “Penilaian dan Klasifikasi
Anak Sakit Umur 2 Bulan Sampai 5 Tahun”.Sampai 5 tahun, berarti anak belum
mencapai ulang tahunnya yang kelima. Kelompok umur ini termasuk balita umur 4 tahun
11 bulan, akan tetapi tidak termasuk anak yang sudah berumur 5 tahun. Apabila anak
belum genap berumur 2 bulan, maka ia tergolong bayi muda. Gunakan bagan “Penilaian
Klasifikasi dan Pengobatan Bayi Muda Umur 1 Hari Sampai 2 Bulan”.Khusus mengenai
bayi muda, bagan berlaku untuk bayi muda sakit maupun sehat. (MTBS, Modul -1, 2004).

C. Proses Manajemen Kasus


Proses manajemen kasus disajikan dalam satu bagan yang memperlihatkan urutan
langkah-langkah dan penjelasan cara pelaksanaanya.
Bagan tersebut menjelaskan langkah-langkah berikut ini :
1. Menilai dan membuat klasifikasi anak sakit umur 2 bulan-5 tahun
2. Menentukan tindakan dan memberi pengobatan

3
3. Memberi konseling bagi ibu
4. Memberi pelayanan tindak lanjut
5. Manajemen terpadu bayi mulai 1 hari sampai 2 bulan.
“Menilai anak” berarti melakukan penilaian dengan cara anamnesis dan
pemeriksaan fisik. “Membuat klasifikasi” berarti membuat sebuah keputusan mengenai
kemungkinan penyakit atau masalah serta tingkat keparahanya. Klasifikasi merupakan
suatu kategori untuk melakukan tindakan, bukan sebagai diagnosis spesifik
penyakit.“Menentukan tindakan dan memberi pengobatan “berarti menentukan tindakan
dan memberi pengobatan di fasilitas kesehatan sesuai dengan setiap klasifikasi, memberi
obat untuk diminum di rumah dan juga mengajari ibu tentang cara memberikan obat
serta tindakan lain yang harus dilakukan di rumah. “Memberi konseling bagi ibu” juga
termasuk menilai cara pemberian makan anak, memberi anjuran pemberian makan yang
baik untuk anak serta kapan harus membawa anaknya kembali ke fasilitas kesehatan.
“Tindak lanjut” berarti menentukan tindakan dan pengobatan pada saat anak untuk biaya
ulang. “Manajemen terpadu bayi muda” meliputi : menilai dan membuat klasifikasi,
menentukan tindakan dan memberi pengobatan, konseling dan tindak lanjut pada bayi
umur 1 hari sampai 2 bulan baik sehat maupun sakit. (MTBS, Modul -1, 2004).

D. Manajemen Terhadap Balita Sakit Umur 2 Bulan – 5 tahun


Pada pelaksanaan manajemen terpadu balita sakit pada umur 2 bulan sampai dengan 5
tahun tahap pelaksanaan sama seperti pada bayi umur kurang dari 2 bulan yaitu dengan
tahap penilaian dan gejala, tahap kalisifikasi dan tingkat kegawatan, tahap tindakan dan
pengobatan, tahap pemberian konseling dan tahap pelayanan tindak lanjut, adapun secara
jelas dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Penilaian Tanda & Gejala
Pada penilaian tanda & gejala pada bayi umur 2 bulan sampai dengan 5 tahun ini yang
dinilai adalah tindakannya tanda bahaya umum (tidak bisa minum atau
muntah,kejang, letargis atau tidak sadar dan keluhan seperti batuk atau kesukaran
bernafas, adanya diare, lemah, masalah telinga, mall nutrisi, anemia dan lain-lain.
a. Penilaian pertama keluhan batuk atau sukar bernafas, tanda bahaya umum, tarikan
dinding wajah ke dalam, stridor, nafas cepat. Penentuan frekuensi pernapasan
adalah pada anak usia 2 bulan sampai 12 bulan normal pernapasan 50 atau lebih
permenit sedangkan frekuensi pernapasan anak usia 12 bulan sampai 5 tahun
adalah 40 kali permenit.
4
b. Penilaian kedua keluhan dan tanda adanya diare seperti letargis atau tidak sadar,
atau cenderung tidak bisa minum atau malas makan maka turgor kulit jelek,
gelisah, rewel, haus atau banyak minum adanya darah dalam tinja (berak campur
darah).
c. Penilain ketiga tanda demam, disertai dengan adanya tanda bahaya umu, kaku
kuduk, dan adanya infeksi lokal seperti kekeruhan pada kornea mata,luka pada
mulut,mata bernanah adanya tanda presyok seperti nadi lemah,ektremitas
dingin,muntah darah,berak hitam,perdarahan hidung,perdarahan bawah
kulit,nyeri ulu hati dan lain-lain.
d. Penilaian keempat tanda masalah telinga seperti nyeri pada telinga,adanya
pembengkakan,adanya cairan keluar dari telinga yang kurang dari 14 hari,dan
lain-lain
e. Penilaian kelima tanda status gizi seperti badan kelihatan bertambah
kurus,bengkak pada kedua kaki,telapak tangan pucat,status gizi dibawa garis
merah pada pemeriksaan berat badan menurut umur.
2. Penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan
Pada penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan ini dilakukan setelah penilaian
tanda dan gejala yang diklasifikasikan berdasarkan dari kelompok keluhan atau
tingkat kegawatan,adapun klasifikasinya dapat sebagai berikut :
a. Klasifikasi pneumonia
Pada klasifikasi pneumonia ini dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu:
1) Diklasifikasi pneumonia berat apabilah adanya tanda bahaya umum,tarikan
dinding dada kedalam,adanya stridor
2) Adanya pneumonia apabila ditemukan tanda frekuensi napas yang sangat cepat
3) Klasifikasi batuk bukan pneumonia apabilah tidak ada pneumonia ada hanya
keluhan batuk

b. Klasifikasi dehidrasi
Pada klasifikasi ini termasuk klasifikasi diare dengan dihindari yang terbagi
menjadi 3 kelompok yaitu:
1) Dehidrasi berat apabila ada tanda dan gejala seperti letargis atau tidak
sadar,mata cekung,turgor kulit jelek sekali,
2) Klasifikasi dehidrasi ringan sedang dengan tanda seperti gelisah,rewet,mata
cekung,haus,turgor jelek
5
3) Klasifikasi diare tanpa dehidrasi apabila tidak cukup tanda adanya dehidrasi.

c. Klasifikasi diare persisten


Untuk klasifikasi diare ini ditemukan apabila diarenya sudah lebih dari 14 hari
dengan dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu diare persisten berat ditemukan
adanya tanda dehidrasi dan diare persisten apabila tidak ditemukan adanya tanda
dehidrasi.

d. Klasifikasi disentri
Pada klasifikasi disentri ini juga termasuk klasifikasi diare secara umum akan
tetapi apabilah diarenya disertai dengan darah dalam tinja atau diarenya
bercampur dengan darah.

e. Klasifikasi resiko malaria


Pada klasifikasi resiko malaria ini dikelompokkan menjadi resiko tinggi rendah
atau tampak resiko malaria dengan mengidentifikasi apabila darahnya merupakan
resiko terhadap malaria ataukah pernah kedaerah yang beresiko,maka
apabilaerdapat hasil klasifikasi maka dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Klasifikasi dengan resiko tinggi terhadap malaria yang dikelompokkan lagi
menjadi dua bagian yaitu klasifikasi penyakit berat dengan demam apabila
ditemukan tanda bahaya umum disertai dengan kaku kuduk dan klasifikasi
malaria apabila hanya demam ditemukan suhu 37,5 derajat celcius atau lebih.
2) Klasifikasi rendah terhadap malaria yang dikelompokkan lagi menjadi 3 yaitu
penyakit berat dengan demam apabila ada tanda bahaya umum atau kaku
kuduk dan kalsifikasi malaria apabila tidak ditemukan tanda demam atau
campak dan klasifikasi demam mungkin bukan malaria apabila hanya
ditemukan flek atau adanya campak atau juga adanya penyebab lain dari
demam. Klasifikasi tanpa resiko malaria diklasifikasikan menjadi 2 yaitu
penyakit berat dengan demam apabila ditemukan tanda bahaya umum dan
kaku kuduk serta klasifikasi demam bukan malaria apabila tidak ditemukan
tanda bahaya umum dan tidak ada kaku kuduk.

f. Klasifikasi Campak
Pada klasifikasi campak ini dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
6
1) Campak dengan komplikasi berat apabila ditemukan adanya tanda bahaya
umum terjadi kekeruhan pada kornea mata, adanya luka pad daerah mulut
yang dalam & luas serta adanya tanda umum campak seperti adanya ruang
kemerahan dikulit yang menyeluruh, adanya batuk, pilek, atau mata merah.
2) Campak dengan komplikasi pada mata atau mulut apabila ditemukan tanda
mata bernanah serta luka dimulut dan ketiga klasifikasi campak apabila hanya
khas campak yang tidak disertai tanda klasifikasi diatas.

Pada klasifikasi campak dapat dilakukan tindakan sebagai berikut :


Apabila campak dijumpai dengan komplikasi berat maka tindakannya adalah
pemberian vitamin A, antibiotik yang sesuai, salep mata tetrasiklin atau
kloramefnikol apabila dijumpai kekeruhan pada kornea, pemberian paracetamol
apabila disertai demam tinggi (38,5 derajat celcius), kemudian apabila campak
disertai komplikasi mata dan mulut ditambahkan dengan gentian violet dan
apabila hanya campak saja tidak ditemukan penyakit atau komplikasi lain maka
tindakannya hanya diberikan vitamin A.

g. Klasifikasi Demam Berdarah Dengue


Pada klasifikasi ini apabila terdapat demam yang kurang dri 7 hari, yaitu :
1) DBD apabila ditemukan tanda seperti adanya tanda bintik perdarahan dikulit
(ptkie) adanya tanda syok seperti extermitas peraba dingin, nadi lemah, atau
tidak teraba, muntah bercampur darah, perdarahan hidung atau gusi, adanya
tourniquet positif.
2) Kalsifikasi mungkin DBD apabila adanya tanda nyeri ulu hati atau gelisah,
bintik perdarahan bawah kulit dan uji tourniquet negatif jika ada sedikit ptkie
3) Klasifikasi terakhir adalah klasifikasi demam mungkin bukan DBD apabila
tidak ada tanda seperti diatas hanya ada demam.

h. Klasifikasi Masalah Telinga


Pada klasifikasi masalah telinga ini dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu :
a) Klasifikasi mastoiditis apabila ditemukan adanya pembengkakan & nyeri di
belakang telinga,
b) Klasifikasi infeksi telinga akut apabila adanya cairan atau nanah yang keluar
dari telinga dan telah terjadi kurang dari 14 hari serta adanya nyeri telinga
7
c) Klasifikasi infeksi telinga kronis apabila ditemukan adanya cairan atau nanah
yang keluar dari telinga dan terjadi 14 hari lebih
d) Klasifikasi tidak ada infeksi telinga apabila tidak ditemukan gejala seperti di
atas

i. Klasifikasi Status Gizi


Klasifikasi status gizi pada penentuan klasifikasi ini dibagi menjadi 3 bagian
yaitu :
1) Klasifikasi gizi buruk dan atau anemia berat apabila adanya bengkak pada
kedua kaki serta pada telapak tangan ditemukan adanya kepucatan.
2) Klasifikasi bawah garis merah dan atau anemia apabila ditemukan tanda
sebagai berikut: apabila lapak tangan agak pucat, berat badan menurut umur di
bawah garis merah
3) Klasifikasi tidak bawah garis merah dan tidak anemia apabila tidak ada tanda
seperti di atas.

3. Penentuan Tindakan & Pengobatan


Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menentukan tindakan dan pengobatan
setelah diklasifikasikan berdasarkan kelompok gejala yang ada.
a. Klasifikasi Pneumonia
Tindakan yang dpat dilakukan pada masalah pneumonia dalam manajemen terpadu
balita sakit sebagai berikut, apabila didapatkan pneumonia berat atau penyakit
sangat berat maka tindakan yang pertama adalah :
1) Berikan dosis petama antibiotika ilihan pertama kontrimoksazol (Trimetoprim
+ sulfametoksazol) dan pilihan kedua adalah amoksilin
2) Lakukan rujukan segera

b. Klasifikasi Dehidrasi
Pada klasifikasi dehidrasi tindakan dapat dikelompokkan berdasarkan derjat dari
dehidrasi, apabila klasfikasinya dehidrasi berat maka tindakannya adalah sbb:
1) Berikan cairan intravena secepatnya, apabila anak dapat minum berikan oralit
melalui mulut sambil infus dipersiapkan, berikan 100 ml/kg ringer laktat atau
NaCl
2) Lakukan monitoring setiap 1-2 jam tentang status dehidrasi, apabila belum
8
membaik berikan tetesan intravena
3) Berikan oralit (kurang dari 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum
4) Lakukan monitoring kembali sesudah 6 jam pada bayi atau pada anak sesudah
3 jam dan tentukan kembali status dehidrasi kemudian ditentukan status
dehidrasi dan lakukan sesuai dengan derjat dehidrasi
5) Anjurkan untuk tetap memberikan ASI Klasifikasi diare pesisten

Pada klasifikasi ini tindakan ditentukan oleh derajat dehidrasi, kemudian apabila
ditemukan adanya klorea maka pengobatan yang adapat dianjurkan adalah pilihan
pertama antibiotika kotrimokzasol dan pilihan kedua adalah tetrasiklin.

c. Klasifikasi Resiko Malaria


Penanganan tindakan dan pengobatan pada klasifikasi resiko malaria dapat
ditentukan dari tingkat klasifikasi, adapun tindakannya adalah sbb :
1) Pemberian kinin (untuk malaria dengan penyakit berat) secara intra muskular
2) Pemberian obat anti malaria oral (untuk malaria saja) dengan pilihan pertama
adalah klorokuin + primakuin dan pilihan kedua adalah sulfadoksin
primetamin + primakuin (untuk anak ≥ 12 bulan) dan tablet kina (untuk anak ≤
12 bulan)
3) Setelah pemberian maka lakukan pengamatan selama 30 menit sesudah
pemberian klorokuin dan apabila dalam waktu tersebut terdapat muntah maka
ulangi pemberian klorokuin

d. Klasifikasi Demam Berdarah Dengue


Pada klasifikasi demam berdarah dengue tindakan yang dapat dilakukan antara lain
apabila ditemukan maka segera berikan cairan intra vena, pertahankan kadar gula
darah, apabila dijumpai demam tinggi maka berikan paracetamol dan berikan
cairan atau oralit apabila dilakukan rujukan selama perjalanan. Ketentuan
pemberian cairan pra rujukan pada demam berdarah
1) Berikan cairan ringer laktak apabila memungkinkan beri glukosa 5% kedalam
ringer laktak melalui intra vena apabila tidak diberikan cairan oralit atau cairan
peroaral selama perjalan.Klaifikasi masalah telinga
2) Apabila tidak ada berikan cairan NaCL 10-20 ml/kgbb dalam 30 menit
3) Monitor selama setelah 30 menit dan apabila nadi teraba berikan cairan intra
9
vena dengan tetesan 10 ml/kgbb dalam 1 jam dan apabila nadi tidak teraba
berikan cairan 15-20 ml/kgbb dalam /1 jam.

e. Klaifikasi masalah telinga


Tindakan dan pengobatan pada klasifikasi masalah telingah dapat dilakukan antara
lain berikan dosis pertam untuk antkbiotika yang sesuai pemberian parasetamol
apabila kronis ditambah dengan mengeringkan telingh dengan kain penyerap.

f. Klasifikasi status gizi


Pada kalsifikasi statu gizi dapat dilakukan tindakan pemberian vitamin A apabilaa
anak kelihatan sangat kurus dan bengkak pada kedua kaki dan apabila dijumpai
aadanya anemia maka dapat dilakukan pemberian zat besi dan pabila daerah resiko
tinggi malaria dapat diberikan anti malaria oral piratel pamoat hanya diberikan
anak berumur 4 bulan atau lebih dan belum pernah diberikan dalam 6 bulan
terakhir serta hasil pemeriksaan tinja positif

4. Pemberian Konseling
Pada pemberian konseling yang dilakukan manajemen terpadu balita sakit umur 2
bulan sampai dengan 5 tahun pada umumnya adalah konseling tentang:

a. Konseling pemberian makan pada anak


1) Lakukan evaluasi tentang cara memberikan makanan pada anak menyatakan
cara meneteki anak, berapa kali sehari apakah pada malam hari menetek,
kemudian anak mendapat makan atau minum lain, apabila anak berat badan
berdasarkan umur sangat rendah menyatakan berapa banyak makan atau
minum yang diberikan pada anak apakah anak dapat makan sendiri dan
bagaimana caranya apakah selama sakait makan ditambah dan lain-lain.
2) Menganjurkan cara pemberian makan pada ibu

b. Konseling pemberian cairan selama sakit


Pada konseling ini kasusnya setiap anak sakit dilakukan dengan cara menganjurkan
ibu agar memberi ASI lebih sering dan lebih lama setiap meneteki serta
meningkatkan kebututhan cairan seperti memberikan kua sayur, air tajin atau air
matang.
10
c. Konseling kunjungan ulang
Pada pemberian konseling tentang kunjungan ilang yang harus dilakukan pada ibu
atau keluarga apabila ditemukan tanda-tanda klasifikasi berikut dalam waktu yang
ditentukan ibu harus segera kepetugasan kesehatan.

5. Pemberian Pelayanan dan Tindak Lanjut


a) Pnemonia
Pemberian tindak lanjut pada masalah dilakukan sesudah 2 hari dengan melakukan
pemeriksaan tentang tanda adanya gejala pnemonia apabila didapatkan tanda
bahaya umum atau tarikan dinding dada ke dalam maka berikan 1 dosis antibiotika
pilihan kedua atau suntikan kloramfenikol dan segara lakukan rujukan, namun
apabila frekuensi nafas atau nafsu makan tidak menunjukkan perbaikan gantilah
antibiotika pilihan ketiga kemudianapabila nafas melambat atau nafsu makan
membaik lanjutkan pemberian antibiotika sampai 5 hari.

b) Diare persisten
Pada tindak lanjut masalah ini dilakukan sesudah 5 hari dengan cara mengevaluasi
diare apabila diare belum berhenti maka pelayanan tindak lanjut adalah
memberikan obat yang diperlukan dan apabila sudah berhenti maka makan sesuai
umur.

c) Disentri
Pelayanan tindak lanjut untuk disentri dilakukan sesudah 2 hari dengan
mengevaluasi jumlah darah dalam tinja berkurang tentang tanda disentri apabila
anak masi mengalami disentri maka lakukan tindakan sesuai tindaka dehidrasi
berdasarkan derajatnya.

d) Resiko malaria
Pelayan tindak lanjut pada resiko malaria dilkukan sesudah 2 hari apabila demam
lagi dalam 14 hari dengan melakukan penilaian sebagai berikut: apabila ditemukan
malaria oral pilihan kedua bahaya umum atau kakuk kuduk maka lakukan tindakan
sesuai protap.

11
e) Campak
Pelayanan tindak lanjut pada klasifikasi campak ini dilakukan sesudah 2 hari
dengan mengevaluasi atau memperhatikan tentang gejala yang pernah dimilikinya
apabila mata masi bernanah maka lakukan evaluasi kepada keluarga atau ibu
dengan menjelaskan cara mengobati infeksi mata jika sudah benar lakukan rujukan
dan apabila kurang benar maka ajari dengan benar.

f) Demam berdarah
Pada klasifikasi pelayanan tindak lanjut dilakukan sesudah 2 hari dengan
melakukan evaluasi tanda dan gejala yang ada,apabila ditemuakan tanda bahaya
umum dan adanya kaku kuduk maka lakukan tindakan sesui dengan pedoman
tindakan pada penyakit demam berdarah dengan penyakit berat,akan tetapi apabila
ditemukan penyebab lain dari demam berdarah maka berikan pengobatan yang
sesuai dan apabila masih ada tanda demam berdarah maka lakukan tindakan
sebagaimana tindakan demam berdarah dan dalam waktu 7 hari masi ditemukan
demam lakukan pemeriksaan lebih lanjut.

g) Masalah telinga
Pada pelanyanan tindak lanjut masalah telinga ini dilakukan sesudah 5 hari dengan
mengetahui evaluasi tanda dan gejala yang ada,apabilah pada waktukunjungan
didapatkan pembengkakan dan nyeri dibelakang telinga dan demam tinggi maka
segera lakukan rujukan,dan apabilah masih terdapat nyeri dan keluarkan cairan
atau nana maka lakukan pengobatan antibotika selama 5 hari dengan mengerinkan
bagian telinga,apabila sudah benar anjurkan tetap mempertahankan apabila masih
kurang ajari tentang cara mengeringkannya,kemudian apabila keadaan telinga
sudah tidak timbul nyeri atau tidak keluar cairan maka lanjutkan pengobatan
antibiotika sampai habis.

E. Pemeriksaan MTBS dengan Anak Diare


1. Pemeriksaan palpasi dan inspeksi
a. Lihat keadaan umum anak Apakah anak:
1) Letargis atau tidak sadar?
2) Gelisah atau rewel/mudah marah?
b. Lihat apakah matanya cekung

12
c. Beri anak minum, apakah anak:
1) Tidak bias minum atau malas minum?
2) Ataukah haus, minum dengan lahap
d. Cubit perut untuk mengetahui turgor apakah kembalinya sangat lambat (lebih dari
2 detik) atau lambat.

 Diare dengan dehidrasi berat


a. Tanda-tandanya :
1) Letargis atau tidak sadar
2) Mata cekung
3) Tidak bias minum atau malas minum
4) Cubitan kulit perut kembalinya sangat lambat
b. Cara mengatasi di rumah:
1) Beri cairan untuk dehidrasi berat (rencana terapi)
2) Jika tidak ada perubahan segera rujuk, dan selama dalam perjalanan ibu di
minta terus member larutan oralit sedikit demi sedikit.
3) Anjurkan ibu agar tetap member ASI

 Diare dengan dehidrasi ringan


a. Tanda-tandanya:
1) Letargis atau tidak sadar
2) Mata cekung
3) Haus, minum dengan lahap
4) Cubitan kulit perut kembalinya lambat
b. Cara mengatasi :
1) Beri cairan dan makanan yang sesuai
2) Jika tidak ada perubahan segera rujuk ke Rumah Sakit, dan selama dalam
perjalanan ibu di minta terus member larutan oralit sedikit demi sedikit.
3) Anjurkan ibu untuk tetap member ASI
4) Nasehati ibu kapan harus kembali segera
5) Kunjungan ulang selama 5hari jika tidak ada perbaikan

F. Pemeriksaan anak menderita batuk atau sukar bernafas?


Tanya : berapa lama?
13
Lihat dan dengar: hitung napas dalam 1 menit, perhatikan adakah tarikan dinding dada
kedalam, dengar adanya stridor. Klasifikasi batuk atau sukar bernafas.
Gejala Klasifikasi Tindakan:
1. Ada tanda bahaya umum atau
2. Tarikan dinding dada kedalam, atau
3. Stridor pneumonia berat/ penyakit sangat berat
4. Beri dosis pertama antibiotik yang sesuai
5. Rujuk segera
6. Napas cepat PNEUMONIA
7. Beri antibiotic yang sesuai
8. Beri pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman.
9. Jika batuk > 3 minggu rujuk untuk pemeriksaan lanjutan
10. Nasihat kapan kembali segera
11. Kunjungan ulang 2 hari

 Tidak ada tanda-tanda pneumonia berat atau penyakit sangat berat


BATUK : BUKAN PNEUMONIA
1. Beri pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman
2. Jika batuk > 3 minggu rujuk untuk pemeriksaan lanjutan
3. Nasihat kapan kembali segera
4. Kunjungan ulang 5 hari jika tidak ada perbaikan

G. Pemeriksaan Apakah anak menderita diare


Tanya: sudah berapa lama? Adakah darah dalam tinja?
Lihat dan raba :
1. Lihat keadaan umum anak apakah: letargis atau tidak sadar? Gelisah dan
rewel/mudah mara?
2. Lihat apakah matanya cekung?
3. Beri anak minum. Apakah: tidak bisa minum atau malas minum? Haus minum
dengan lahap?
4. Cubit kulit perut untuk mengetahui turgot. Apakah kembalinya: sangat lambat
lebih dari 2 detik? Lambat?

Klasifikasi Gejala Klasifikasi Tindakan

14
DIARE DEHIDRASI BERAT
Terdapat 2 atau lebih tanda-tanda berikut:
1. Letargis / tidak sadar
2. Mata cekung
3. Tidak bisa minum / malas minum
4. Cubitan kulit perut kembali sangat lambat
5. Jika tidak ada klasifikasi berat lain: beri cairan dehidrasi berat (Rencana Terapi
C) dan Tablet Zinc.

Jika anak juga mempunnyai klasifikasi berat lain:


 Rujuk segera
 Jika masih bisa munim, berikan asi dan larutan oralit selama perjalanan.
 Jika ada kolera di daerah tersebut beri antibiotic untuk kolera.

DIARE DEHIDRASI RINGAN / SEDANG


Terdapat 2 atau lebih tanda-tanda berikut:
1. Gelisah, rewel/ mudah marah
2. Mata cekung
3. Haus, minum dengan lahap
4. Cubitan kulit perut lebih lambat
5. Beri cairan dan makanan rencana Terapi B dan Tablet Zinc (10 hari berturut-turut)

Jika anak juga mempunyai klasifikasi berat lain:


 Rujuk segera
 Jika masih bisa munim, berikan asi dan larutan oralit selama perjalanan
 Nasihat kapan kembali segera
 Kunjungan ulang 3 hari jika tidak ada perbaikan

DIARE TANPA DEHIDRASI


1. Beri cairan dan makanan sesuai Rencana Terapi A dan Tablet Zinc ( 10 hari berturut-turut )
2. Nasihat kapan kembali segera
3. Kunjungan ulang 3 hari jika tidak ada perbaikan

H. Pemeriksaan apakah anak demam


Tanyakan :

15
1. Sudah berapa lama anak demam?
2. Jika lebih dari 7 hari, apakah demam setiap hari?
3. Apakah pernah mendapat obat anti malaria dalam 2 minggu terakhir?
4. Apakah anak menderita campak dalam 3 bulan terakhir?

Lihat dan raba:


1. Lihat dan raba adanya kaku kudu?
2. Lihat adanya pilek
3. Lihat adanya tanda-tanda campak saat ini:
4. Ruam kemerahan dikulit yang menyeluruh
5. Terdapat salah satu gejala berikut: batuk, pilek atau mata merah

Jika anak menderita campak saat ini atau 3 bulan terakhir :


1. Lihat adanya luka dimulut. Apakah dalam atau luas?
2. Lihat adanya nanah pada mata
3. Lihat adanya kekeruhan pada kornea

KLASIFIKASI DEMAM
Resiko tinggi malaria
Gejala Klasifikasi Tindakan :
1. Ada tanda bahaya umum
2. Kaku kuduk PENYAKIT BERAT DENGAN DEMAM
3. Jika hasil RDT / mikroskopis positif untuk Falsipanum atau mixed, beri dosis pertama
suntikan artometer
4. Jika hasil RDT/ mikroskopis negative, tidak perlu diberi anti suntikan malaria
5. beri dosis pertama suntikan antibiotik
6. Beri dosis pertama paracetamol jika demam tinggi ≥ 38.5 C
7. Cegah agar gula darah tidak turun. Rujuk segera
8. Demam (pada anamnesis atau teraba panas atau suhu > C)37.5
9. RDT positif MALARIA
10. Jika RDT positif Falsipanum atau posotif non falsipanum atau positif mixed, beri anti
malaria oral yang sesuai.
11. Beri dosis C )pertama paracetamol jika demam tinggi (≥ 38.5
12. Nasihat kapan kembali segera
13. Kunjungan ulang jika tetap demam setelah minum obat anti malaria 3 hari berturut-

16
turut
14. Demam (pada anamnesis atau teraba panas atau suhu > C)37.5
15. RDT negative DEMAM: MUNGKIN BUKAN MALARIA
16. Beri dosis C )pertama paracetamol jika demam tinggi (≥ 38.5)

Obati penyebab lain dari demam


1. Jika demam tiap hari selama > 7 hari, rujuk untuk pemeriksaan lanjutan
2. Nasihat kapan kembali segera
3. Kunjungan ulang 2 hari jika tetap demam

Resiko rendah malaria


Gejala Klasifikasi Tindakan;
1. Ada tanda bahaya umum
2. Kaku kuduk PENYAKIT BERAT DENGAN DEMAM
3. Jika hasil RDT / mikroskopis positif untuk Falsipanum atau mixed, beri dosis pertama
suntikan artometer
4. Jika hasil RDT/ mikroskopis negative, tidak perlu diberi anti suntikan malaria
5. Beri dosis pertama suntikan antibiotic
6. Beri dosis pertama paracetamol jika C (demam tinggi ≥ 38.5)
7. Cegah agar gula darah tidak turun. Rujuk segera
8. Tidak ada pilek
9. Tidak ada campak
10. ada penyebab lain dari demam
11. DT positif (MALARIA)
12. Jika RDT positif Falsipanum atau posotif non falsipanum atau positif mixed, beri
anti malaria oral yang sesuai
13. Beri dosis pertama paracetamol jika demam C )tinggi (≥ 38.5)
14. Nasihat kapan kembali segera

I. Pemeriksaan Demam Berdarah Dengue


Gejala Klasifikasi Tindakan
1. Ada tanda-tanda syok atau gelisah
2. Muntah bercampur darah seperti kopi
3. Berak berwarna hitam

17
4. Perdarahan dari hidung atau gusi
5. Bintik-bintik perdarahan di kulit (petekie) dan uji torniket positif
6. sering muntah DEMAM BERDARAH DENGUE ( DBD )
7. Jika ada syok beri oksigen 2-4 liter/menit dan beri segera cairan intravena sesuai
petunjuk.
8. Jika tidak ada syok tapi sering muntah atau malas minum, beri cairan infus Ringer
Laktat/ Ringer Asetat, jumlah cairan rumatan.
9. Jika tidak ada syok, tidak muntah dan masih mau minum, beri orakit atau cairan lain
sebanyak mungkin dalam perjalanan ke rumah sakit.
10. Jika demam tinggi ≥ 38.5 dosis pertama paracetamol. Tidak boleh golongan salsilat
dan ibu profen.
11. Rujuk segera.
12. Demam mendadak tinggi dan terus menerus, atau
13. Nyeri ulu hati atau gelisah, atau
14. Bintik-bintik perdarahan dikulit dan uju torniket (-) MUNGKIN DBD
15. Nasihat untuk lebih banyak minum, oralit/ cairan lain
16. Nasihat kapan kembali segera
17. Kunjungan ulang 1 hari jika tetap demam

Tidak ada satu pun gejala diatas DEMAM : MUNGKIN BUKAN DBD
Obati lain penyebab dari demam
Jika demam tinggi ≥ 38.5 dosis pertama paracetamol. Tidak boleh golongan salsilat dan
ibu profen
Nasihat kapan kembali segera
Kunjungan ulang 2 hari jika tetap demam

J. Pemeriksaan masalah telinga


INFEKSI TELINGA AKUT
Gejala Klasifikasi Tindakan
Pembengkakan yang nyeri dibelakang telinga (MASTOIDITS)
1. Beri dosis pertama antibiotic yang sesuai
2. Beri dosis pertama paracetamol untuk mengatasi nyeri
3. Rujuk segera
4. Tampak cairan/nanah keluar dari telinga dan telah terjadi kurang dari 14 hari dan nyeri

18
5. Beri antibiotic yang sesuai
6. Beri paracetamol untuk mengatasi nyeri
7. Keringkan telinga dengan bahan penyerap
8. Kunujngan ulang 2 hari

INFEKSI TELINGA KRONIS


1. Tampak cairan/nanah keluar dari telinga dan telah terjadi selama 14 hari atau lebih
2. Keringkan telinga dengan kain/kertas penyerap setelah dicuci dengan H ₂O₂ 3%
3. Beri tetes telinga yang sesuai
4. Kunjungan ulang 5 hari
5. Tidak ada sakit telinga dan tidak ada nanah keluar dari telinga
6. TIDAK ADA INFEKSI TELINGA Tidak perlu tindakan tambahan

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) bagi bayi muda yang berusia kurang dari
2 bulan merupakan pendekatan keterpaduan dalam tatalaksana bayi muda sakit yang
datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar yang meliputi upaya
kuratif terhadap penyakit sangat berat atau infeksi bakteri, diare, ikterus, berat badan
rendah dan/ atau masalah pemberian ASI dan upaya promotif dan preventif yang
meliputi imunisasi, pemberian vitamin A dan konseling pemberian makan yang
bertujuan untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak balita serta menekan
morbiditas karena penyakit tersebut.
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan pelayanan
terhadap bayi muda sakit yang dikembangkan oleh WHO. Dengan MTBS dapat
ditangani secara lengkap kondisi kesehatan bayi muda pada tingkat pelayanan kesehatan
dasar, yang memfokuskan secara integrative aspek kuratif, preventif dan promotif
termasuk pemberian nasihat kepada ibu sebagai bagian dari pemberdayaan masyarakat
untuk meningkatkan kesehatan anak. Program MTBS ini di kembangkan untuk
mencegah tingkat kematian bayi muda yang berumur kurang dari 2 bulan.

B. Saran
Setelah mengetahui berbagai penyakit yang dapat menyebabkan kematian pada bayi
muda dan mengetahui cara penilaian kesehatan berdasarkan form MTBS ini disarankan
kepada petugas kesehatan untuk dapat mengaplikasikannya dalam melakukan penilaian
kesehatan terhadap bayi muda.

20
21
22
23
DAFTAR PUSTAKA

Buku Modul Manajemen Terpadu Balita Sakit, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 2008

Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), Departemen Kesehatan RI, Jakarta,
2019

www.djpp.kemenkumham.go.id, 2013, No.1437

24

Anda mungkin juga menyukai