Anda di halaman 1dari 22

LITERATUR REVIEW

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT

KECEMASAN PASIEN PRABEDAH

Literatur Rivew Ini Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodelogi
Penelitian

Di Susun Oleh :

WIGATI

NIM : 1420121060

PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN

STIKes IMANUEL – BANDUNG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat

dan karunia-nya, sehingga penulis dapat melaksanakan segala aktivitas dalam

menyelesaikan literature review yang berjudul “FAKTOR-FAKTOR YANG

BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN

PRABEDAH’’ yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas mata

kuliah metodelogi penelitian dalam program studi sarjana keperawatan di STIKes

Immanuel Bandung.

Berbagai kesulitan dan hambatan dalam penulisan literature review ini banyak
dihadapi penulis, namun berkat bimbingan dan petunjuk serta dorongan dari berbagai
pihak, baik moral maupun materil sehingga tugas ini dapat diselesaikan.

Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis ucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Sahabat – sahabat saya dan kelurga besar Musa 1 dan Pav. Maria yang selalu
mendukung dan memberi semangat dalam proses penelitian
2. Teman – teman seperjuangan S1 Non Reguler yang selalu saling mensupport satu
sama lain
3. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu tersusunnya proposal ini
Akhirnya tiada harapan selain ridha Allah SWT atas segala jerih payah dan jasa baik
kita semua serta limpahan rahmat, dan hidayah-Nya senantiasa tetap tercurah kepada
kita sekalian, Aamiin.

 Karawang, 28 Oktober 2021

Penulis
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT

KECEMASAN PASIEN PRABEDAH

ABSTRAK
Operasi merupakan tindakan pengobatan dengan membuka atau menampilkan bagian
tubuh. Fase preoperative dalam pembedahan merupakan fase awal dalam proses
pembedahan. Kecemasan merupakan keprihatinan yang terus-menerus yang tidak
jelas secara alami dan berhubungan dengan perasaan ketidakpastian dan
keputusasaan yang disebabkan oleh hal-hal yang tidak jelas. Kecemasan yang
sering muncul pada pasien merupakan salah satu respon individu terhadap
situasi yang mengancam atau mengganggu integritas diri. Gejala kecemasan
meliputi fisik,emosi dan kognitif. Penurunan rasa cemas dan takut merupakan
hal yang sangat penting selama masa preoperatif karena stress emosional di
tambah dengan stress fisik meningkatkan resiko pembedahan. Berbagai bentuk
sistem dukungan dapat memfasilitasi penurunan stress. tindakan keperawatan
yang diselenggarakan oleh perawat selama masa sebelum operasi disebut
sebagai perawatan preoperasi dimana pada masa ini perawat melakukan
persiapan-persiapan yang berhubungan dengan rencana operasi yang akan
dijalankan nantinya.

Kata Kunci : Kecemasan, Preoperatif

ABSTRACT
Surgery is an act of treatment by opening or displaying body parts. The preoperative
phase in surgery is the initial phase in the surgical process. Anxiety is a persistent
concern that is not clear in nature and is associated with feelings of uncertainty and
hopelessness caused by things that are not clear. Anxiety that often arises in patients
is one of the individual responses to situations that threaten or disrupt self-integrity.
Symptoms of anxiety include physical, emotional and cognitive. Reduction of anxiety
and fear is very important during the preoperative period because emotional stress
coupled with physical stress increases the risk of surgery. Various forms of support
systems can facilitate stress reduction. Nursing actions carried out by nurses during
the preoperative period are referred to as preoperative care where at this time the
nurse makes preparations related to the operation plan that will be carried out later.

Keywords: Anxiety, Preoperative


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

ABSTRAK ....................................................................................................... iii

ABSTRACK .................................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Tujuan ……………………………………………………….. 12
C. Manfaat ......................................................................................... 13
BAB II METODE ……………………………………………………………. 15

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 55

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………. 65

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembedahan merupakan tindakan pengobatan yang menggunakan teknik invasif


dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani melalui
sayatan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka (Susetyowati. dkk,
2010). Berdasarkan data yang diperoleh dari World Health Organization (WHO)
dalam Setiani (2017), jumlah pasien dengan tindakan operasi mencapai angka
peningkatan yang sangat signifikan dari tahun ke tahun. Tercatat ditahun 2011
terdapat 140 juta pasien di seluruh rumah sakit di dunia, sedangkan pada tahun 2012
data mengalami peningkatan sebesar 148 juta jiwa. Tindakan operasi di Indonesia
pada tahun 2012 mencapai 1,2 juta jiwa (WHO dalam Setiani, 2017).

Tindakan pembedahan adalah suatu tindakan pengobatan dengan membuka atau


menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani (Sjamsuhidayat, 1997). Pada
tindakan pembedahan, walaupun bertujuan untuk menyembuhkan klien, namun
akan menghasilkan reaksi cemas terhadap aspek fisiologis dan psikologis tanpa
memandang besar kecilnya operasi. Operasi (perioperatif) yang mencakup fase
praoperatif, intraoperatif dan pascaoperatif (postoperatif) pada umumnya merupakan
suatu peristiwa yang kompleks dan menegangkan yang dapat menimbulkan
kecemasan bagi individu yang bersangkutan (Brunner & Suddarth, 2002). Fase
preoperative dalam pembedahan merupakan fase awal dalam proses pembedahan.
Fase awal ini dimulai ketika adanya keputusan untuk dilakukan intervensi bedah dan
diakhiri ketika pasien dikirim ke meja operasi. Pada fase ini dibutuhkan kesiapan
fisiologis dan psikologis dari pasien yang bersangkutan. Reaksi fisiologis berkaitan
langsung dengan tindakan bedah itu sendiri, sedangkan reaksi psikologis meskipun
tidak berkaitan langsung dengan tindakan bedah namun sangat mempengaruhi
keberhasilan pelaksanaan pembedahan karena dapat memicu respon yang lebih besar.
Setiap tindakan pembedahan dapat menimbulkan kecemasan pada pasien.

Kecemasan terhadap pembedahan diperberat dengan ketakutan terhadap


pembiusan lebih dari pembedahan itu sendiri, juga dikarenakan ketidakpastian
pada kehidupan dirinya (Siregar, 1995). Kondisi psikologis seseorang tidak
selamanya berada pada kondisi stabil, berbagai respon kejiwaan muncul pada
seseorang dalam berbagai kondisi, respon tersebut bisa berupa senang, sedih,
cemas dan lain sebagainya. Kecemasan adalah respon adaptif, dipengaruhi oleh
karekteristik individual atau proses psikologis, yaitu akibat dari tindakan, situasi
atau kejadian eksternal yang menyebabkan tuntutan fisik atau psikologis
terhadap seseorang (Ivancevich dan Matteson, 1998 dalam Kreitner dan Kinci,
2004). Pada umumnya kecemasan merupakan fenomena normal pada
pengalaman-pengalaman baru dan hal-hal yang belum pernah dicoba. Pasien
yang akan dioperasi biasanya menjadi agak gelisah dan takut. Perasaan gelisah
dan takut kadang tidak tampak jelas. Tetapi kadang-kadang pula kecemasan itu
dapat dilihat dalam bentuk lain. Pasien yang takut sering bertanya terus-
menerus dan berulang walaupun pertanyaannya telah dijawab. Pasien tidak mau
bicara dan memperlihatkan sekitarnya, tetapi malah sebaliknya pasien
mengalihkan perhatiannya atau sebaliknya pasien bergerak terus-menerus dan
tidak bisa tidur (E. Oswari, 1993). Menurut Read (1959) dalam Bobak (2005),
rasa cemas, takut dan ketegangan adalah tiga selubung yang bertentangan
dengan rancangan alam. Apabila cemas, takut dan tegang, berjalan secara
beriringan maka diperlukan suatu tindakan yang dapat meringankan cemas,
takut dan ketegangan tersebut. Bila seseorang mengalami kecemasan gejala yang
timbul bisa gejala subyektif yang hanya bisa dirasakan oleh penderita sendiri
disertai gejala fisik yang dapat diperiksa secara obyektif. Gejala subyektif dapat
berupa rasa takut, khawatir, gelisah serta tidak dapat berfikir dan tidak dapat
memusatkan perhatian. Sedangkan gejala fisiologisnya disebabkan oleh
perangsangan susunan saraf simpatis dan peningkatan sekresi hormon adrenalin
seperti berkeringat banyak, ketegangan otot, tekanan darah yang meningkat,
jantung berdebar-debar, sulit makan, susah tidur, sesak nafas mudah tersinggung
dan nyeri daerah ulu hati (Judhawisastra, 1993). Pasien yang sangat cemas
sehingga tidak bisa berbicara dan mencoba menyesuaikan diri dengan
kecemasannya sebelum pembedahan seringkali menderita banyak kesukaran
pada pasca pembedahan. Mereka cenderung banyak marah, kesal, bingung atau
depresi. Mereka lebih mudah tersinggung akibat reaksi psikis dibandingkan
dengan orang yang cemasnya sedikit (Barbara C. Long, 1996).

Perawat sebagai pelaksana dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan


pada klien yang akan menghadapi pembedahan mempunyai tanggung jawab
yang besar dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia (KDM), yang salah
satunya dengan penanggulangan rasa cemas, tegang dan ketakutan pada klien
yang menghadapi tindakan bedah mayor melalui pendekatan non farmakologi,
dan dapat memberikan intervensi yang tepat untuk mengatasi kecemasan,
ketegangan dan ketakutan pasien yang menghadapi pembedahan mayor. Perawat
sebagai bagian integral pelaksana pelayanan keperawatan atau pelayanan
dibidang kesehatan harus mengetahui strategi dan penatalaksanaan non
farmakalogi yang tepat untuk mengatasi rasa cemas, ketegangan dan ketakutan
dalam menghadapi tindakan pembedahan. Strategi keperawatan yang utama
dalam periode pra bedah adalah penyuluhan tentang peristiwa yang akan
datang, latihan-latihan yang diperlukan pada periode pasca bedah guna
mencegah terjadinya komplikasi pasca bedah. Sebelum dilakukan penyuluhan,
harus ditentukan apa yang pasien ketahui tentang tujuan bedah dan semua
prosedur rutin baik pra bedah maupun pasca bedah (Barbara C. Long, 1996).
Rumah Sakit Umum Cibabat adalah salah satu rumah sakit negeri yang
terdapat di wilayah Cimahi yang senantiasa memberikan pelayanan kesehatan
terbaik dengan sumber daya manusia ramah dan berkualitas. Diharapkan
perawatan yang diberikan khususnya perawatan klien pra bedah mempunyai
nilai tambah yang positif sehingga salah satu masalah yang dihadapi klien
yaitu kondisi psikologis klien menjelang pembedahan bisa terkontrol.

Kecemasan merupakan perasaan yang terus-menerus akan kesedihan dan


ketidakpastian (Ellis dan Nowlis;1994 dalam Chitty;1997) cemas berbeda dengan
rasa takut ,dimana cemas disebabkan oleh hal-hal yang tidak jelas (Ellis dan
Nowlis;1994 dalam Chitty;1997) termasuk didalamnya klien yang akan
menjalani operasi karena mereka tidak tahu konsekuensi pembedahan dan takut
terhadap prosedur pembedahan itu sendiri.(Chitty, 1997) Gejala kecemasan
meliputi fisik,emosi dan kognitif. Kecemasan yang sering muncul pada pasien
merupakan salah satu respon individu terhadap situasi yang mengancam atau
mengganggu integritas diri.(Kozier & Erb, 1991; Long,Barbara C,1996)
Berbagai dampak psikologis yang dapat muncul adalah adanya ketidaktahuan
akan pengalaman pembedahan yang dapat mengakibatkan kecemasan yang
terekspresi dalam berbagai bentuk seperti marah, menolak atau apatis terhadap
kegiatan keperawatan. Klien yang cemas sering menggalami ketakutan atau
perasaan tidak tenang (Rotrock, 1999). Berbagai bentuk ketakutan muncul
seperti ketakutan akan hal yang tidak diketahui seperti terhadap pembedahan,
anastesi, masa depan, keuangan dan tanggungjawab keluarga; ketakutan akan
nyeri atau kematian atau ketakutan akan perubahan citra diri dan konsep diri.
(Lilis & taylor, 1997) Kecemasan dapat menimbulkan adanya perubahan secara
fisik maupun psikologis yang akhirnya sering mengaktifkan syaraf otonom
dimana detak jantung menjadi bertambah, tekanan darah naik, frekuensi nafas
bertambah dan secara umum mengurangi tingkat energi pada klien, sehingga
dapat merugikan individu itu sendiri (Rothrock, 1999).
Berdasarkan konsep psikoneuroimunologi; kecemasan merupakan stressor yang
dapat menurunkan sistem imunitas tubuh. Hal ini terjadi melalui serangkaian
aksi yang diperantarai oleh HPA-axis (Hipotalamus, Pituitari dan Adrenal).
Stress akan merangsang hipotalamus untuk meningkatkan produksi CRF
(Corticotropin Releasing Factor). CRF ini selanjutnya akan merangsang kelenjar
pituitari anterior untuk meningkatkan produksi ACTH (Adreno Cortico Tropin
Hormon.(Guiton & Hall, 1996). Hormon ini yang akan merangsang kortek
adrenal untuk meningkatkan sekresi kortisol. Kortisol inilah yang selanjutnya
akan menekan sistem imun tubuh (Ader, 1996) Kegiatan keperawatan yang
dapat dilakukan antara lain mengindentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
resiko pelaksanaan operasi, mengkaji kebutuhan fisik dan psikologis, dan
memfasilitasi persiapan fisik dan psikologis selama masa pra pembedahan (Lilis
& Taylor, 1993; Rothrock, 1999). Pengkajian terhadap kondisi fisik, psikologis,
sosiokultural dan dimensi spiritual pada klien penting karena pembedahan
merupakan stressor utama psikologis, mempengaruhi pola koping, support sistem
dan kebutuhan sosiokultural (Lilis & taylor, 1997). Penurunan rasa cemas dan
takut merupakan hal yang sangat penting selama masa preoperatif karena stress
emosional di tambah dengan stress fisik meningkatkan resiko pembedahan (Lilis
& Taylor, 1997). Berbagai bentuk sistem dukungan (Support sistem) dapat
memfasilitasi penurunan stress. Berdasarkan pada konsep datas, maka adanya
persiapan yang matang dari perawat secara ideal akan menurunkan rasa
kecemasan pada klien karena persiapan yang telah dilaksanakan oleh perawat
diselengarakan secara holistik tidak hanya pada sekep fisik semata tapi juga
aspek psikologis yang akhirnya dapat menurunkan kecemasan.

Pengalaman penulis di Ruang IBS Rumah Sakit H. L. Manambai AbdulKadir


Sumbawa apabila pasien mengalami kecemasan yang ditandai dengan salah satu
gejala pasien mengalami perubahan pada tanda-tanda vital pasien sehingga akan
dikembalikan lagi keruangan rawat dikarenakan apabila pembedahan dilaksanakan
bisa membahayakan pasien itu sendiri. Oleh karena itu kecemasan pada pasien
yang akan menjalani pembedahan harusMdilakukan persiapan yang baik dan matang
dari perawat. memberikan informasi yang jelas /pendidikan kesehatan, informed
consent dan komunikasi yang terapeutik terhadap pasien dapat meminimalisir atau
dapat menurunkan tingkat kecemasan pada pasien yang akan menjalani tindakan
operatif.

B. TUJUAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan tingkat kecemasan pasien preoperasi.

C. MANFAAT PENULISAN
a. Bagi Rumah Sakit:

Membantu meningkatakan pelayanan Rumah Sakit khusunya di Ruang Bedah


pada pasien yang akan menjalani tindakan operatif.

b. Bagi Perawat:

Sebagai bahan acuan dalam melakukan persiapan preoperative secara baik dan
matang agar pasien pre operasi yang mengalami kecemasan dapat diminimalisir
tingkat kecemasan pasien.
BAB II

METODOLOGI

Penelusuran artikel melalui google scholar menggunakan kata kunci Keecemasan pre
operasi dimana didapatkan artikel sebanyak 107 artikel. Setelah itu dilakukan
pemilahan artikel berdasarkan tahun, artikel yang di ambil dari tahun 2016 sampai
2021 jenis artikel, dan ketersediaan teks didapatkan artikel sebanyak 30 artikel,
selanjutnya dilakukan pengeluaran artikel yang tidak sesuai dengan kata kunci dan
luaran yang tidak sesuai, sehingga didapatkan 20 jurnal, dari 20 jurnal yang ada
dilakukan telaah lebih lanjut dan hanya 10 jurnal yang sesuai dengan kriteria inklusi
literature bertujuan untuk mencari gambaran dan menganalisa tingkat kecemasan
pasien yang menjalan pre operasi.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Adapun hasil penelitian dari 10 sumber jurnal yang diambil adalah sebagai berikut
yaitu ada hubungan jenis tindakan operasi dengan kecemasan pasien pre opersi di
Rumah Sakit Massenrempulu Kabupaten Enrekang Tahun 2018, dimana diperoleh
nilai signifikasi 0,044, ada hubungan dukungan keluarga dengan kecemasan pasien
pre operasi di Rumah Sakit Massenrempulu Kabupaten Enrekang Tahun 2018,
dimana diperoleh nilai signifikasi 0,030 dan ada hubungan komunikasi terapeutik
dengan kecemasan pasien pre opersi di Rumah Sakit Massenrempulu Kabupaten
Enrekang Tahun 2018, dimana diperoleh nilai signifikasi 0,035

Penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim N. Bolla/2008 dilakukan pada 30 responden


dengan hasil : cemas ringan 1 orang (3,3%), sedang 2 orang (6,7%), cemas berat
19 orang (63,3%) dan panic 8 orang (26,7%).

Sedangkan penelitian yang di lakukan oleh Sophia, Aya/ 2011Penelitian dilakukan


dengan jumlah sampel 38, terbanyak mengalami cemas sedang 18 orang (47,4%),
ringan 34%, tidak cemas 7,9% dan cemas berat 10,5%

Ada pengaruh yang signifikan antara pemberian informasi/pendidikan kesehatan


terhadap tingkat kecemasan. Dilihat dari hasil penelitian sebelum pemberian
informasi cemas ringan 46,7%, sedang 51,1% dan berat 2,2% dan setelah
pemberian informasi cemas ringan 82,2%, sedang 4,4% dan pasien yang tidak
cemas 13,3%.

Jumlah sampel 60 responden dimana ada 30 responden yang diberikan informed


consent dan yang 30 responden jadi control dan didapatkan hasil ada pengaruh
informed consent terhadap tingkat kecemasan
Hasil: ada pengaruh signifikan. Penelitian dilakukan pada 15 responden, sebelum
dilakukan pendidikan kesehatan cemas ringan 2 (13%), sedang 11 (73,3%) dan
berat 2 (13,3%) dan setelah dilakukan pendidikan kesehatan didapkan cemas
ringan 8 (53,3%), sedang 5 (33,3%) dan cemas berat 2 (13,3%)

Hasil: Ada Pengaruh pemberian Pendidikan Kesehatan terhadap Tingkat


Kecemasan terlihat dari ada penurunan nilai mean sebelum diberikan penkes
13.33 menurun menjadi 9,00 setelah diberi penkes

Penelitian dilakukan dengan Sampel 24 orang. Hasil sebelum dilakukan penkes


responden terbanyak mengalami cemas sedang 23 orang (96%) setelah diberikan
penkes cemas menurun menjadi cemas ringan 20 orang (83%), sehingga dapat
disimpulkan ada pengaruh yang signifikan.

Dari hasil uji t test: t 7,366>t table 2,002 sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh
pemberian penddikan kesehatan pra operasi terhadap tingkat kecemasan

Hasil penelitian dari jurnal luar yang dilakukan oleh Zeeshan Khan, MBBS. 2007
bahwa Seratus sembilan puluh tiga pasien (109 laki-laki dan 84 perempuan)
diwawancarai. Data demografi semua pasien ditunjukkan pada Tabel 1 dan jenis
prosedur pembedahan pada Tabel 2. Skor rata-rata VAS untuk pembedahan adalah
57,65±25,1 dan untuk anestesi adalah 38,14±26,05. Pasien takut operasi . pasien
lebih cenderung takut akan tindakan operasi dibandingkan dengan tindakan
anestesi.

B. Pembahasan

Artikel dan Jurnal yang saya dapatkan dari berbagai sumber diinternet yang
meneliti tingkat kecemasan pada pasien yang akan menjalani tindakan operasi
didapatkan hasil hampir semua pasien mengalami kecemasan pre operasi. Akan
tetapi kecemasan pasien pre operatif dapat diminimalisir tingkat kecemasan
dimana peran perawat dalam persiapan pre operasi harus baik diantaranya dengan
cara memberikan pendidikan kesehatan atau pemberian informasi, komunikasi
terapeutik.

Proses operasi atau pembedahan merupakan proses yang berkaitan dengan


pengobatan dan penatalaksanaan berbagai macam penyakit dengan cara
pembedahan atau operasi pada suatu bagian tubuh. Operasi (perioperatif) yang
mencakup fase praoperatif, intraoperatif dan pascaoperatif (postoperatif) pada
umumnya merupakan suatu peristiwa yang kompleks dan menegangkan yang
dapat menimbulkan kecemasan bagi individu yang bersangkutan (Brunner &
Suddarth, 2002). Setiap tindakan pembedahan dapat menimbulkan kecemasan
pada pasien. Kecemasan pasien pre operasi disebabkan berbagai faktor, salah
satunya adalah dari faktor pengetahuan dan sikap perawat dalam mengaplikasikan
pencegahan ansietas pada pasien pre operasi di ruang bedah. Diperkirakan 90%
pasien pre operasi berpotensi mengalami kecemasan (Carpenito, 2001).

Kecemasan yang dialami pasien preoperative dapat dikurang atau diminimalisir


dengan cara perawat melakukan persiapan operasi secara baik dan matang.
Menurut Lilis & Taylor (1997), penurunan rasa cemas dan takut merupakan hal
yang sangat penting selama masa preoperative karena stress emosional ditambah
dengan stress fisik meningkatkan resiko pembedahan. Peran perawat dalam
perawatan pasien preoperative diperlukan untuk membantu penurunan tingkat
kecemasan pasien preoperative, menurut Chitty (1997) peran perawat tersebut
adalah Pemberi Pelayanan (care Profider), Pendidik (educator) Konselor
(Counselor) Menejer (Manager) Peneliti (Reseacher) Kolaborator
(Collaborator).
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Secara teoritis digambarkan bahwa kecemasan merupakan penilaian


emosional terhadap suatu stimulus yang mengancam. Karena sifat penilaian
yang bersifat emosional itulah maka derajat kecemasan yang timbul dalam
individu dapat berbeda-beda walaupun menghadapi situasi yang serupa.
Kecemasan juga merupakan hal yang umum terjadi pada klien yang
mengalami sakit serta dihospitalisasi termasuk pada klien yang akan
menjalani operasi karena ketidaktahuan konsekuensi dari pembedahan itu
serta takut akan prosedur pembedahan itu sendiri, dimana individu merasa
mengalami ancaman terhadap integritas diri, harga diri dan identitas.
Kecemasan pasien preoperative dapat dikurangi atau diminimalisir dengan peran
perawat dalam melakukan persiapan preoperative secara baik dan matang
terhadap pasien dengan cara memberikan informasi dan komunikasi secara
terapeutik sebelum pasien menjalani tindakan pembedahan (operasi).

Hasil literature rievew dari ke sepuluh artikel adalah bahwa Ada hubungan yang
bermakna antara pemberian informasi pra bedah dengan penurunan tingkat
kecemasan pada pasien pra bedah mayor.

B. Saran

Agar penelitian ini bisa dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya yang lebih
komprehensip dan berhubungan dengan factor-faktor lain yang mempengaruhi
tingkat kecemasan pada pasien.
KEASLIAN JURNAL

N Penulis Judul Hasil


o Jurnal/tahun
1 Andi Palla1 , Faktor-Faktor Yang Adapun hasil penelitian ini yaitu ada
Muhammad Berhubungan Dengan hubungan jenis tindakan operasi dengan
Sukri2 , Suwarsi Tingkat Kecemasan kecemasan pasien pre opersi di Rumah
2018 Pasien Pre Operasi Sakit Massenrempulu Kabupaten
Enrekang Tahun 2018, dimana diperoleh
nilai signifikasi 0,044, ada hubungan
dukungan keluarga dengan kecemasan
pasien pre operasi di Rumah Sakit
Massenrempulu Kabupaten Enrekang
Tahun 2018, dimana diperoleh nilai
signifikasi 0,030 dan ada hubungan
komunikasi terapeutik dengan
kecemasan pasien pre opersi di Rumah
Sakit Massenrempulu Kabupaten
Enrekang Tahun 2018, dimana diperoleh
nilai signifikasi 0,035.
2 Ibrahim N. Gambaran tingkat Penelitian dilakukan pada 30 responden
Bolla/2008 kecemasan pada klien Hasil: cemas ringan 1 orang (3,3%),
pra bedah mayor di sedang 2 orang (6,7%), cemas berat 19
ruang rawat medical orang (63,3%) dan panic 8 orang
bedah gedung D (26,7%).
lantai 3 rumah sakit
umum cibabat cimahi
oleh
3 Sophia, Aya/ 2011 Angka kejadian Penelitian dilakukan dengan jumlah
kecemasan pada sampel 38, terbanyak mengalami cemas
pasien pre operasi sedang 18 orang (47,4%), ringan 34%,
bedah elektif di tidak cemas 7,9% dan cemas berat
RSUD Kepanjen 10,5%
4 Siti Arifah & Ida Pengaruh pemberian Ada pengaruh yang signifikan antara
Nurlala Trise/ 2012 informasi ttg pemberian informasi/pendidikan
persiapan operasi kesehatan terhadap tingkat kecemasan.
dengan pendekatan Dilihat dari hasil penelitian sebelum
komsi terapeutik thd pemberian informasi cemas ringan
tingkat kecemasan 46,7%, sedang 51,1% dan berat 2,2%
pasien preop di dan setelah pemberian informasi cemas
Ruang Bugenville ringan 82,2%, sedang 4,4% dan pasien
RSUD Sleman yang tidak cemas 13,3%.
5 Margono/2008 Pengaruh informed Jumlah sam pel 60 responden dimana
consent terhadap ada 30 responden yang diberikan
kecemasan dan informed consent dan yang 30
pengetahuan pada responden jadi control dan didapatkan
pasien pre operasi di hasil ada pengaruh informed consent
RSUD Kabupaten terhadap tingkat kecemasan
Sragen

6 Arif Kurniawan Pengaruh pendidikan Hasil: ada pengaruh signifikan.


dkk. 2013 kesehatan preoperasi Penelitian dilakukan pada 15 responden,
terhadap tingkat sebelum dilakukan pendidikan kesehatan
kecemasan pada cemas ringan 2 (13%), sedang 11
pasien pre operasi di (73,3%) dan berat 2 (13,3%) dan setelah
RSUD Kudus dilakukan pendidikan kesehatan
didapkan cemas ringan 8 (53,3%),
sedang 5 (33,3%) dan cemas berat 2
(13,3%)

7 DIYONO DKK. Pengaruh Pendidikan Hasil: Ada Pengaruh pemberian


2014 Kesehatan terhadap Pendidikan Kesehatan terhadap Tingkat
Tingkat Kecemasan Kecemasan terlihat dari ada penurunan
Pasien Pre Bedah di nilai mean sebelum diberikan penkes
RS dr. Oen Surakarta 13.33 menurun menjadi 9,00 setelah
diberi penkes

8 Dunggolo, Mufti Pengaruh Pendidikan Penelitian dilakukan dengan Sampel 24


Ariesta, dkk/2014 Kesehatan terhadap orang.
Tingkat Kecemasan Hasil sebelum dilakukan penkes
pada Pasien pre responden terbanyak mengalami cemas
Operasi Appendicitis sedang 23 orang (96%) setelah diberikan
di Ruang Bedah penkes cemas menurun menjadi cemas
RSUD Prof. dr. H. ringan 20 orang (83%), sehingga dapat
Aloei Saboe Kota disimpulkan ada pengaruh yang
Gorontalo. signifikan

9 Ending sawitri & Pengaruh pemberian Dari hasil uji t test: t 7,366>t table 2,002
agus sudaryanto informasi pra bedah sehingga dapat disimpulkan ada
/2010 terhadap tingkat pengaruh pemberian penddikan
kecemasan pada kesehatan pra operasi terhadap tingkat
pasien pra bedah kecemasan.
mayor dibangsal
orthopedic RSUI
Kustati Surakarta.

10 Masood Jawaid, Preoperative anxiety One hundred and ninety-three patients


MBBS, Asim before elective (109 males and 84 females) were
Mushtaq, MBBS, surgery interviewed. The demographic data of
Sabih Mukhtar, all patients are shown in Table 1 and
MBBS, Zeeshan type of surgical procedures in Table 2.
Khan, MBBS. 2007 The mean score of VAS for surgery was
57.65±25.1 and for anesthesia was
38.14±26.05. Patients feared surgery
significantly more than anesthesia
DAFTAR PUSTAKA

Ader, Albert (1996) Psichoneuroimmunology, J.B Lippincott Company,


Philadelphia.

Agustin, Ika Mardianti, 2009. Hubungan Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik


dengan Tingkat Kecemasan Pasien Rawat Inap di BP RSUD Kebumen.

Arbani, Fadilah Anik, 2014. Hubungan Komunikasi Terapeutik dengan


Tingkat Kecemasan Pasien Preoperasi di RS PKU Muhammadiyah. PSIK STIKES
Husada Surakarta.

Arifah, Siti & Trise, Ida Nurlala, 2012. Pengaruh Pemberian Informasi
Tentang Persiapan Operasi Dengan Pendekatan Komunikasi Terapeutik Terhadap
Tingkat Kecemasan Pasien Preoperasi di Ruang Bugenville RSUD Seleman.

Bolla, Ibrahim N, Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Klien Pra Bedah


Mayor di Ruang Rawat Medikal Bedah Gedung D Lantai 3 RSU Cibabat Cimahi.

Brunner & Suddarth. (2001). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi 8. Volume
1. Jakarta: EGC.

Chitty, Kay K. (1997) Professional Nursing, Concepts and Challenge,


2nd edition, W.B Saunders Co, Philadelphia.

Conecticut Guyton & Hall (1996) Fisiologi Kedokteran, Penerbit EGC,


Jakarta.

Diyono, dkk. 2014. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat


Kecemasan Pasien Pra Bedah di RS dr. Oen Surakarta.

Dunggolo, Mufti Ariesta, dkk. 2014. Pengaruh Pendidikan Kesehatan


Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Preoperasi Appendicitis di Ruang Bedah
Atas RSUD Prof. dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Jurusan Ilmu Keperawatan
FIKK Universitas Negeri Gorontalo.

George, Julia B (1990) Nursing Theories, The Base For Professional


Nursing Practice, Appleton & Lange,

Kozier,Barbara; Erb, Glenora (1991) Fundamentals Of Nursing,


Concepts, Proccess and Practice, Addison-Wesley Co. Inc.,Philadelphia
Lonnquist,
Kurniawan, Arief, dkk. 2013. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Preoperasi
Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Preoperasi di RSUD Kudus.

Linne E & Weiss, Gregory L (1997) The Sociology of Health, Healing


and Illness, 2nd edition, Prentice-Hall, New Jersey.

Lillis, Carol; Taylor, Carol (1997) Fundamentals of Nursing, The Arts


and Science of Nursing Care, 3rd ed.,J.B. Lippincott Co., Philadelphia,

Margono, dkk. 2008. Pengaruh Informed Consent Terhadap Tingkat


Kecemasan dan Pengetahuan Pada Pasien Preoperasi di RSUD Kabupaten Sragen.

Purwaningsih, Wahyu . Derajat Kecemasan Pasien Dengan Tindakan Operatif


dapat Diminimalisir dengan Persiapan Preoperatif Yang Matang. Dosen STIKES
Aisyiyah. Surakarta,

Rothrock, Jane C (1999) Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif,


EGC, Jakarta

Schwartz (2000) Ilmu Bedah, edisi Tejemah, Penerbit EGC, Jakarta

Sawitri, Ending & Sudaryanto, Agus, Pengaruh Pemberian Informasi Pra


Bedah Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pra Bedah Mayor di Bangsal
Orthopedic RSUI Kustati Surakarta.

Sophia, Ayu, 2011. Angka Kejadian Kecemasan Pada Pasien Preoperasi


Bedah Elektif di RSUD Kepanjen.

Masood Jawaid, MBBS. (2007). Preoperative anxiety before elective surgery.


Neurosciences 2007; Vol. 12 (2) 147.

Anda mungkin juga menyukai