Pembimbing:
dr. Freddy Naiborhu, Sp.An
PENDAHULUAN
Umur : 27 tahun
Alamat : Sentani
Pemeriksaan Laboraturium:
HB : 12,3 gr/dl
Leukosit : 7.940 /mm3
Trombosit : 258.000 /mm3
Diagnosis Kerja
G4P3A0 Gravida 39-40 minggu, inpartu kala I fase
laten + Ketuban Pecah Dini, Janin Presentasi Kepala
Tunggal Hidup.
Rencana Terapi
Observasi KU, TTV, His setiap 4 jam.
Pasang CTG dan observasi DJJ setiap 30 menit.
Observasi kemajuan persalinan
Pencegahan infeksi dengan : Ceftriaxon 2 gr/24
jam
Sectio Caesarea.
PENENTUAN PS ASA
PS ASA8
Pasien digolongkan dalam PS ASA 1,
yaitu pasien sehat dengan Hb: 12,3 gr/dL,
L:7.940/mm3, PLT:258.000/mm3, tanpa
riwayat penyakit lainnya seperti jantung,
paru, DM, Hipertensi, tanpa obesitas, dan
penyakit sistemik lainnya.
Apakah pilihan jenis anestesi pada pasien ini sudah
tepat?
Pemilihan jenis anestesi pada SC ditentukan berbagai
faktor: urgensinya, latar belakang pasien dan ahli
kandungan, dan skil ahli anestesinya. RA menjadi teknik
anestesi pilihan pada SC karena GA berhubungan dengan
risiko morbiditas dan mortalitas maternal. Kematian
berhubungan dengan GA biasanya karena masalah jalan
nafas. Sedangkan kematian karena RA biasanya akibat
penyebaran dermatom berlebihan saat blokade atau terjadi
keracunan anestesi lokal. Keuntungan RA yang lain ialah
eksposur pada janin yang lebih minimal terhadap depresan
potensial, aspirasi minimal, dan ibu sadar saat lahirnya
bayi.5
Menurut Tsai (2011), anestesi umum berhubungan
dengan peningkatan risiko infeksi peri-bedah setelah
operasi caesar dibandingkan dengan anestesi neuraxial.7
Studi dengan populasi besar di Britania Raya dan USA
menunjukkan bahwa anestesi regional memberikan
hasil morbiditas dan mortalitas yang lebih sedikit
daripada anestesi umum. Hal ini mungkin disebabkan
karena berkurangnya kejadian aspirasi pulmoner dan
kegagalan intubasi jika menggunakan anestesi
neuraxial.5 Pada pasien dipilih anestesi spinal sub
araknoid blok (SAB), jadi, pilihan anestesi pada pasien
ini sudah tepat.
Bagaimana penentuan obat anestesi pada pasien?
Bupivacain 0,5% dalam dextrosa 8,25% merupakan agen
spinal yang paling hiperbarik.5 Dengan demikian, agen
tersebut merupakan agen anestesi spinal yang paling baik
dibandingkan dengan agen lainnya. Bupivakain 0,5%
hiperbarik memberikan blok akurat pada oprasi selama 2-3
jam. Bupivakain 0,5% isobarik murni 3-4 cc juga sering
dipakai namun kurang akurat pada T10. Lidokain 5%
dalam glukosa 8% kadang diindikasikan pada blokade
durasi pendek; 2,5-3,0 cc selama 1 jam pada T10 dan hingga
2 jam pada spinal yang lebih ke bawah.5
Bagaimana penentuan obat anestesi pada pasien?
Bupivacain 0,5% dalam dextrosa 8,25% merupakan agen
spinal yang paling hiperbarik.5 Dengan demikian, agen
tersebut merupakan agen anestesi spinal yang paling baik
dibandingkan dengan agen lainnya. Bupivakain 0,5%
hiperbarik memberikan blok akurat pada oprasi selama 2-3
jam. Bupivakain 0,5% isobarik murni 3-4 cc juga sering
dipakai namun kurang akurat pada T10. Lidokain 5%
dalam glukosa 8% kadang diindikasikan pada blokade
durasi pendek; 2,5-3,0 cc selama 1 jam pada T10 dan hingga
2 jam pada spinal yang lebih ke bawah.5
Problem List Actual Potensial Planning
B1 Airway: Bebas Sumbatan jalan 02 nasal atau
Breathing: spontan napas masker, posisi
KESIMPULAN