Anda di halaman 1dari 15

Persalinan dengan kala II Memanjang

A. Pengertian
Persalinan kala II memanjang (prolonged expulsive phase) atau disebut juga partus tak maju
adalah suatu persalinan dengan his yang adekuat namun tidak menunjukkan kemajuan pada
pembukaan serviks, turunnya kepala dan putaran paksi selama 2 jam terakhir. Biasanya
persalinan pada primitua dapat terjadi lebih lama. Menurut Harjono, persalinan kala II
memanjang merupakan fase terakhir dari suatu partus yang macet dan berlangsung terlalu
lama sehingga timbul gejala gejala seperti dehidrasi, infeksi, kelelahan ibu serta asfiksia
dan kematian janin dalam kandungan (IUFD).

B. Etiologi
Sebab sebab terjadinya yaitu multikomplek atau bergantung pada pengawasan selagi
hamil, pertolongan persalinan yang baik dan penatalaksanaannya.

Faktor faktor penyebabnya adalah :
1. Kelainan letak janin
2. Kelainan kelainan panggul
3. Kelainan his dan mengejan
4. Pimpinan partus yang salah
5. Janin besar atau ada kelainan kongenital
6. Primitua
7. Perut gantung atau grandemulti
8. Ketuban pecah dini

C. Gejala Klinik
a. Pada ibu
Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat, pernafasan cepat. Di daerah
lokal sering dijumpai : Ring v/d Bandl, edema vulva, edema serviks, cairan ketuban berbau
dan terdapat mekonium.
b. Pada janin
- Denyut jantung janin cepat/hebat/tidak teratur bahkan negatif.
- Air ketuban terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan dan berbau
- Caput Succedeneum yang besar
- Moulage kepala yang hebat
- IUFD (Intra Uterin Fetal Death)

TANDA KLINIS APA YANG MENANDAI AWAL DAN AKHIR KALA II?
Kala II diawali saat dilatasi servik lengkap dan diakhiri saat anak sudah lahir.
SEBUTKAN GEJALA DAN TANDA YANG MENUNJUKKAN BAHWA KALA II
AKAN SEGERA DIMULAI !
Terjadi satu atau beberapa dari hal-hal berikut ini :
o Frekuensi dan durasi his (kontraksi uterus) bertambah (his menjadi semakin
sering dan semakin lama)
o Pasien menjadi gelisah
o Pasien kadang-kadang mengeluh mual dan muntah
o Pasien merasakan keinginan kuat untuk meneran
o Setiap kali terjadi his, perineum menonjol dan merang akibat terdorong kepala
janin.
Ini merupakan saat yang tepat untuk melakukan palpasi abdomen dalam rangka menentukan
derajat desensus bagian terendah janin dan dilanjutkan dengan pemeriksaan dalam (vaginal
toucher)
APAKAH PARTURIEN HARUS SEGERA MENERAN SAAT DILATASI SUDAH
LENGKAP?
Tidak. Pasien diminta untuk sedikit bersabar sampai perineum teregang oleh kepala anak dan
ibu merasakan adanya keinginan kuat untuk meneran.
Kepala janin dikatakan sudah engage (masuk panggul) bila pada perabaan per limaan
menunjukkan angka 1/5.
APA YANG HARUS DIAMATI SELAMA KALA II?
Bila kepala masih beum engage dan diputuskan untuk menunggu proses engagemen, maka
semua jenis pengamatan pada kala I harus dilanjutkan.
Bila kepala sudah engagemen dan pasien diminta untuk meneran maka observasi berikut
harus dilakukan :
o Dengarkan DJJ diluar His dan tentukan nilai dasar DJJ
o Dengarkan DJJ segera setelah His. Bila frekuensinya masih sama dengan nilai
dasar maka dapat dipastikan bahwa janin dalam keadaan baik. Tetapi bila
frekuensi DJJ menurun pada akhir His dan angka tersebut bertahan lebih dari
30 detik sebelum kembali ke nilai dasar (terjadi deselerasi lambat) maka
persalinan harus segera diakhiri oleh karena sudah terjadi gawat janin.
o Observasi frekuensi dan durasi His
o Perhatikan apakah tidak terjadi perdarahan per vaginam
o Catat kemajuan proses persalinan.
BAGAIMANAKAH PENATALAKSANAAN GAWAT JANIN PADA KALA II?
1. Bila kepala sudah didasar panggul (perineum teregang), lakukan episiotomisaat pasien
meneran sehingga janin dapat lahir pada His dan usaha meneran berikutnya.
2. Bila kepala belum meregang perineum dan nampaknya janin belum dapat lahir
dengan 1 2 kali meneran, maka dapat dipertimbangkan untuk mempercepat kala II
dengan persalinan operatif pervaginam (ekstraksi vakum atau ekstraksi cunam) bila
tidak terdapat CPD.
BAGAIMANA CARA MENGAMATI KEMAJUAN PERSALINAN KALA II ?
Pada tiap His dan kegiatan meneran harus terjadi kemajuan dalam proses desensus kepala
janin
EPISIOTOMI DALAM OBSTETRI MODERN
Episiotomi tidak dilakukan secara rutin pada primigravida namun berdasarkan indikasi :
1. Percepatan kala II :
1. Gawat janin pada kala II
2. Ibu sangat lelah
3. Kala II memanjang
4. Ibu dilarang meneran ( payah jantung, preeklampsia berat)
2. Persalinan preterm ; Persalinan sungsang atau persalinan buatan dengan ekstraksi
cunam / ekstraksi vakum
3. Persalinan dengan resiko ruptura perinei totalis:
1. Perineum tipis dan sangat teregang
2. Riwayat mengalami ruptura perinei totalis pada persalinan yang lalu
3. Riwayat pasca reparasi rektokel
APA YANG DIMAKSUD DENGAN KALA II MEMANJANG?
Pada primigravida : 2 jam dan pada multigravida 1 jam ( tidak menggunakan anaesthesi)
FAKTOR APA YANG DITEMUKAN PADA PERIODE ANTENATAL YANG
MENEMPATKAN PENDERITA PADA RESIKO TINGGI MENGALAMI
PEMANJANGAN KALA II?
1. Faktor-faktor yang mengarah pada dugaan terdapat bayi besar :
1. Jarak FU sampai tepi atas simfisis lebih dari 90 persentil tanpa disertai tanda
dugaan hidramnion atau kehamilan kembar
2. Gangguan OGTT atau DM
3. Berat badan pasien lebih dari 85 kg
4. Pasien dengan riwayat melahirkan bayi lebih dari 4 kg.
2. 2. Faktor faktor pada kala I :
1. TBJ lebih dari 4 kg
2. Kemajuan persalinan buruk
3. Setelah mencapai dilatasi servik 7 8 cm, His menjadi lemah dan tidak ada
kemajuan persalinan.
GANGGUAN KEMAJUAN PERSALINAN KALA I SERING DIIKUTI DENGAN
KALA II MEMANJANG
4.23 PADA KEADAAN APA ANDA HARUS SEGERA MEMBERSIHKAN JALAN
NAFAS ANAK SAAT PERSALINAN?
1. BILA AIR KETUBAN BERCAMPUR MEKONIUM : Segera setelah kepala anak
lahir, proses persalinan dihentikan dan segera bersihkan mulut dan hidung anak.
Bersihkan mulut lebih dulu dan kemudian bersihkan hidung. Lahirkan bahu anak
setelah mulut dan hidung bersih.
2. BILA AIR KETUBAN JERNIH : Tindakan diatas tidak perlu dilakukan. Setelah
seluruh tubuh anak lahir dan anak segera bernafas tindakan membersihkan jalan nafas
tidak perlu dilakukan.
4.24 PASIEN YANG BAGAIMANA YANG MEMILIKI RESIKO MENGALAMI
DISTOSIA BAHU?
Pasien resiko tinggi mengalami pemanjangan kala II seperti yang dibahas pada no 22.
4.25 APA GEJALA DAN TANDA TERJADINYA PERISTIWA DISTOSIA BAHU?
1. Pada proses persalinan normal kepala lahir melalui gerakan ekstensi. Pada distosia
bahu kepala akan tertarik kedalam dan tidak dapat mengalami putar paksi luar yang
normal.
2. Ukuran kepala dan bentuk pipi menunjukkan bahwa bayi gemuk dan besar. Begitu
pula dengan postur tubuh parturien yang biasanya juga obese.
3. Usaha untuk melakukan putar paksi luar, fleksi lateral dan traksi tidak berhasil
melahirkan bahu.
4.26 BAGAIMANA PENATALAKSANAAN DISTOSIA BAHU?
Langkah-langkah berikut dilakukan secara bertahap :
1. Beritahu parturien bahwa terjadi komplikasi yang gawat dan diperlukan kerja sama
lebih lanjut.
2. Geser posisi pasien sehingga bokong berada dipinggir tempat persalinan sedemikian
sehingga memudahkan traksi curam bahwa kepala anak.
3. Lakukan fleksi maksimal pada sendi paha dan sendi lutut kedua tungkai parturien
sedemikian rupa sehingga lutut hampir menempel pada bahu. Penolong persalinan
menahan kepala anak dan pada saat yang sama seorang asisten memberikan tekanan
diatas simfisis.
4. Tekanan suprapubik ini dimaksudkan untuk membebaskan bahu depan dari tepi
bawah simfsis pubis. Parturien diminta untuk meneran sekuat tenaga saat penolong
persalinan berusaha untuk melahirkan bahu.
**** ini adalah serangkaian tindakan maneuver Mc Robert.
Gambar : Maneuver Mc Robert
menyebabkan rongga panggul menjadi lebih luas
5. Bila prosedur diatas tidak membawa hasil maka LAHIRKAN BAHU BELAKANG:
1. Masukkan telapak tangan kanan kejalan lahir diantara bahu belakang dan dinding
belakang vagina. Ruangan sacrum cukup luas untuk meneuver ini
2. Telusuri bahu sampai mencapai siku. Lakukan gerakan fleksi pada sendi siku dan
lahirkan lengan belakang melalui bagian depan dada. Dengan lahirnya lengan
belakang ini maka bahu belakang anak juga lahir.
3. Bahu depan dilahirkan lebih lanjut dengan melakukan traksi curam bawah kepala
(traksi ke posterior)
4. Bila bahu depan masih belum dapat dilahirkan maka tubuh anak harus dirotasi 180
0

.Saat melakukan gerakan rotasi tersebut, tubuh anak dicekap. Arah putaran sesuai
dengan bahu yang sudah dilahirkan (putar tubuh anak mengikuti bagian bahu yang
sudah dilahirkan). Bahu yang terperangkap dapat dibebaskan dengan memasukkan
tangan ke bagian posterior seperti 3 hal yang sudah dijelaskan diatas

melahirkan bahu belakang
Usaha melahirkan bahu jangan dilakukan dengan kepanikan. Bila prosedur ini dapat
diselesaikan dalam waktu kurang dari 5 menit maka diperkirakan tidak akan terjadi cedera
pada otak anak. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah fraktura klavikula fraktura
humerus Erbs paralysa (paralisa pleksus brachialis. Jangan buang-buang waktu dengan
melakukan menuver yang tidak efektif.
BAGAIMANA PENATALAKSANAAN PERSALINAN KALA II?
Penolong persalinan harus siap menghadapi komplikasi yang mungkin terjadi. Peralatan
harus tersedia dan siap pakai. Obat-obatan yang dibutuhkan harus sudah disiapkan.
1. Kosongkan kandung kemih
2. Menyangga perineum. Perineum dilapisi dengan kain bersih untuk mencegah
kontaminasi dari anus kevulva dan muka janin. Perineum disangga dengan tangan
yang beralas kain bersih (perasat Ritgen) dengan maksud :
o Mempertahankan fleksi kepala janin sehingga bagian kepala janin yang
melewati jalan lahir adalah diameter terkecil kepala. Ini dilakukan dengan
memberikan tekanan ringan pada perineum diatas anus
3. CROWNING : Pada saat crowning (diameter kepala janin yang terlihat berukuran
sekitar 5 cm ), vagina akan mengalami regangan dan ini merupakan saat yang baik
untuk melakukan episiotomi. Penolong persalinan meletakkan tangan kirinya pada
vertex untuk mempertahankan posisi fleksi dan mencegah persalinan kepala yang
terlalu cepat. Tangan kanan diletakkan pada perineum untuk membantu ekstensi
kepala. Perlu diperhatikan, pada maneuver ini kepala janin bukan didorong masuk.
4. MERABA TALIPUSAT : Setelah kepala lahir, diperiksa kemungkinan adanya lilitan
talipusat. Bila ada, lepaskan lilitan melalui bagian atas kepala janin dan bila lilitan
terlalu erat lakukan pemotongan talipusat diantara dua klem.
5. MELAHIRKAN BAHU DAN TUBUH JANIN : Kedua sisi kepala janin dicekap
dengan kedua telapak tangan dan dengan traksi curam bawah bahu depan anak
dilahirkan dibawah simfisis pubis dan dengan elevasi keatas bahu belakang lahir
didepan perineum. Sisa tubuh janin dilahirkan dengan mengikuti lengkungan panggul
dan bukan sekedar menarik keluar dari vagina.
10 Tanda Bahaya Saat Persalinan
Tali pusat atau tangan atau kaki bayi menumbung (terlihat pada jalan lahir) Tali pusat,
tangan atau kaki menumbung adalah bila teraba tali pusat keluar dan biasanya ketuban sudah
pecah. Sebagian besar dari tali pusat menumbung terjadi pada presentasi kepala namun bisa
juga karena letak lintang dan letak sungsang atyau presentasi bokong, terutama bokong kaki.
Seringnya kedudukan abnormal pada persalinan premature, yang salah satunya disebabkan
karena bayi yang kecil tidak tahan terhadap trauma dan anoksia. Tali pusat menumbung tidak
membahayakan si ibu dan tidak menyulitkan dalam persalinan, namun mengancam bagi
janin. Harapan untuk bayi tergantung pada derajat dan lamanya kompresi tali pusat dan
interval antara diagnosis dan kelahiran bayi. Usaha-usaha untuk mengurangi kompresi tali
pusat dan memperbaiki keadaan janin adalah penolong memasukkan satu tangan ke dalam
vagina dan mendorong bagian terendah ke atas menjauhi tali pusat. Pada waktu yang
bersamaan dilakukan persiapan untuk menolong persalinan. Pasien diletakkan dalam sikap
lutut-dada (knee chost) atau trendelenburg dengan pinggul diatas dan kepala di bawah.
Diberikan oksigen dengan masker kepada ibu. Denyut jantung janin sering diperiksa dengan
teliti. Dilakukan pemeriksaan vaginal untuk menentukan presentasi, pembukaan serviks,
turunnya bagian terendah dan keadaan tali pusat.
Tidak kuat mengejan Mengejan akan sangat membantu otot rahim mendorong bayi
menuju jalan lahir. Kemampuan seorang ibu untuk mengejan dengan benar, akan menentukan
keadaan bayi yang dilahirkan. Bila seluruh keadaan bayi dan kondisi jalan lahir ibu
memenuhi syarat untuk dilangsungkan proses persalinan normal tetapi ibu tak mampu
mengejan dengan baik, maka bayi akan terlalu lama berada di jalan lahir (dasar panggul).
Keadaan ini membuat bayi dalam kandungan tidak aman. Saat lahir kondisi bayi lemah atau
bahkan mengalami gangguan pernafasan, tidak bisa menangis, bayi tampak tidak bugar.
Penyebab kurangnya kemampuan ibu untuk mengejan, antara lain usia yang sudah lebih dari
35 tahun, keadaan kesehatan ibu yang kurang optimal, misalnya kurang gisi selama hamil,
ibu hamil yang sering melahirkan dengan jarak yang terlalu dekat, rasa ketakutan dan trauma
mental pada saat proses peralinan yang lalu, sehingga pada saat mengejan tiba-tiba ibu panik,
ibu yang kelelahan selama melalui tahap demi tahap proses persalinan dan sebagainya.
Ibu mengalami kejang Jika Ibu tidak sadar atau kejang, mintalah pertolongan. Segera
mobilisasi seluruh tenaga yang ada dan siapkan fasilitas tindakan gawat daruratSegera
lakukan penilaian terhadap keadaan umum termasuk tanda vital (nadi, tekanan darah, dan
pernafasan) sambil mencari riwayat penyakit sekarang dan terdahulu dari pasien atau
keluarganya.
Bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak terasa mulas Persalinan lama merupakan masalah
besar di Indonesia karena pertolongan didaerah pedesaan masih dilakukan oleh dukun.
Persalinan lama adalah persalinan yang berjalan lebih dari 24 jam untuk primigravida dan
atau 18 jam bagi multigravida. Persalinan kasep (partus kasep) adalah persalinan lama yang
disertai komplikasi ibu maupun janin. Penyebab persalinan lama atau kasep diantaranya
adalah kelainan letak janin, kelainan panggul, kelainan kekuatan his dan mengejan, terjadi
ketidakseimbangan sefalopelvik, pimpinan persalinan yang salah, dan primi tua primer dan
sekunder.
Keluar darah dari jalan lahir sebelum melahirkan Perdarahan yang terjadi saat hamil
muda disebabkan oleh beberapa hal, antara lain keguguran (abortus), kehamilan di luar
kandungan (Kehamilan Ektopik Terganggu), ataupun hamil anggur. Meskipun tanda dan
gejala yang sama dari ketiga penyakit itu adalah perdarahan, ada gejala lain yang mesti kita
ketahui tentang masing-masing kasus tersebut.
Sesak atau asma. Sesak atau asma saat persalinan, secara prinsip proses melahirkan bisa
dilakukan secara normal ataupun alami. Bila tak ada indikasi medis yang mengharuskan si
ibu menjalani operasi sesar. Bila asmanya sedang tidak kambuh pun harus diusahakan proses
persalinan berlangsung sesingkat mungkin. Kalau mengalami kemacetan, proses vakum
atau forsep biasanya jadi pilihan agar proses mengejan tidak terlalu makan waktu. Kalaupun
ternyata secara tak terduga menjelang detik-detik akhir persalinan asmanya kambuh, jalan
satu-satunya adalah operasi sesar. Pemberian obat asma sesaat hendak melahirkan akan
menghilangkan mulas-mulas kontraksi. Akibatnya bayi jadi sulit lahir. Untuk menghindari
hal tersebut, ibu hamil yang menderita asma diminta untuk senantiasa menjaga diri agar
penyakitnya tidak mengalami kekambuhan, terutama menjelang persalinan. Air ketuban
keluar dari jalan lahir sebelum terasa mulas
Air ketuban hijau dan berwarna keruh dan berbau Amnionitis dan Korioamnionitis
adalah adanya koloni bakteri abnormal dari rectum dan anus selama kehamilan
dmengakibatkan lingkungan mikrobiologi yang abnormal pada vagina dan cervik. Kolonisasi
rektovaginal terutama B Streptokokus selama kehamilan ditemukan berhubungan dengan
infeksi bakteri baik bagi janin maupun bayi baru lahir. Tipe bakteri lain yang berada di
vagina atau cervik naik sampai selaput plasenta dan meninisiasi terjadinya infeksi cairan
amnion. Faktor resiko terjadinya korioamnionitis meliputi kelahiran premature, ketuban
pecah dini,ketuban pecah dini dalam waktu yang lama.Laporan terakhir menunjukkan pasien
dengan tanda dan gejala korioamnionitis, 38% menunjukkan tidak ada bukti histologis dari
radang plasenta.Tanda dan gejala korioamnionitis meliputi demam ( selama persalinan
dengan temperatur > 37,8 C), takikardi ( nadi > 120 x/ menit), takikardi pada janin ( nadi >
160x/menit), discarge vaginal atau cairan amnion yang berbau busuk atau purulen, nyeri pada
uterus serta lekositosis. Dari kriteria ini demam saat intrapartum paling sering terjadi. Kultur
bakteriologi dari cairan amnion dan discarge urogenital dapat dipakai untuk memastikan
penyebab pathogenesis
Ari-ari tidak keluar setelah bayi lahir Retensio plasenta atau ari-ari tidak keluar setelah
bayi lahir adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah persalinan.
Pada beberapa kasus dapat terjadi retensio plasenta berulang (habitual retensio plasenta).
Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya perdarahan, infeksi karena
sebagai benda mati, dapat terjadi plasenta inkarserata, dapat terjadi polip plasenta, dan terjadi
degenerasi ganas korio karsinoma. Dalam melakukan pengeluaran plasenta secara manual
perlu diperhatikan tekniknya sehingga tidak menimbulkan komplikasi seperti perforasi
dinding uterus, bahaya infeksi, dan dapat terjadi inversio uteri.
Gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat Bila ibu sangat gelisah atau kesakitanm
hebat harus diwaspadai. Perawatan pendukung selama persalinan mempunyai efek positif
baik secara emosional maupun fisiologis terhadap ibu dan janin, sehingga ibu dan janin
memerlukan sedikit medikasi dan intervensi bahkan persalinan dapat berlangsung dengan
sedikit.
Keluar darah banyak paska bayi lahir Perdarahan pasca persalinan adalah kondisi
dimana ibu mengalami pendarahan dalam 24 jam setelah ia melahirkan bayinya. Ibu yang
mengalami pendarahan ini biasanya kehilangan volume darah melebihi angka 500 mililiter.
Pendarahan pasca persalinan ini agak susah untuk dideterminasi jumlah darah yang telah
hilang sebab biasanya bercampur dengan air ketuban, telah menyerap pasa pakaian juga alas
kain tidur ibu. Gejala pendarahan ini bisa didteksi dari keluhan ibu yang merasa limbung,
pucat, keringat dingin dan berlebihan, menggigil, dan lain-lain. Pendarahan pasca persalinan
ini patut diperhatikan secara serius sebab merupakan salah satu penyebab utama kematian ibu
setelah melahirkan.
Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Proses Persalinan
Lima faktor yang mempengaruhi proses persalinan (5P), yaitu :
A. PASSAGE : ukuran panggul dan otot - otot jalan lahir
B. POWER : His dan tenaga mengejan
C. PASSANGER : Janin, plasenta dan air ketuban
D. PSIKOLOGIS IBU
E. PENOLONG
Kelima faktor tersebut harus bekerja secara sinergis. Jika salah satunya mengalami gangguan,
maka akan menghambat proses persalinan.

A. PASSAGE
Terdiri dari :
1. Bagian Keras : tulang dan sendi
2. Bagian lunak : otot, jaringan dan ligamen
Tulang dan Sendi
Tulang panggul terdiri dari :

1. os coxae (os ilium, os ischium dan os pubis)
2. os sacrum
3. os coccygis.
Sedangkan sendi (artikulasio) terdiri dari :
1. 2 buah artikulasio sacroiliaca : menghubungkan os sacrum dan os ilium
2. 1 buah artikulasio sacro coccygea : menghubungkan os sacrum dan os coccygis
3. 1 buah symphisis pubis : menghubungkan 2 tulang symphisis
Bidang/pintu panggul :
1. Pintu Atas Panggul (PAP) : promontorium, linea inominata dan pinggir atas
symphisis. Disebut juga inlet.
2. Ruang tengah panggul (RTP) : kira - kira pada spina ischiadica. Disebut juga midlet.
3. Pintu Bawah Panggul (PBP) : symphisis dan arcus pubis. Disebut juga outlet.
Ukuran - ukuran Panggul :
PAP :
1. Konjugata diagonalis :pinggir bawah symphisis pubis ke promontorium :12,5 cm
2. Konjugata vera : pinggir atas symphisis pubis ke promontorium : konjugata diagonalis
- 1,5 cm = 11 cm
3. Konjugata transversa : antar dua linea innominata : 12 cm
4. Konjugata obliqua : 13 cm
RTP :
1. Bidang luas panggul : pertengahan symphisis ke pertemuan os sacrum 2 dan 3. Sekitar
12,75 x 12,5 cm. Dalam persalinan tidak mengalami kesukaran.
2. Bidang sempit panggul : tepi bawah symphisis menuju spina ischiadica. Sekitar 11,5 x
11 cm.
3. Jarak kedua spina 10 - 11 cm.
PBP :
1. Anterior posterior : pinggir bawah symphisis ke os coccygis : 10 - 11 cm.
2. Melintang : 10,5 cm.
3. Arcus pubis : lebih dari 90 derajat
Bidang Hodge

Hodge I : dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas symphisis dan promontorium
Hodge II : sejajar dengan Hodge I setinggi pinggir bawah symphisis.
Hodge III : sejajar Hodge I dan II setinggi spina ischiadika kanan dan kiri.
Hodge IV : sejajar Hodge I, II dan III setinggi os coccygis

Jenis - Jenis Panggul
1. Ginekoid : panggul perempuan, diameter anteroposterior sama dengan diameter
transversa
2. Android : panggul pria, PAP segitiga, diameter transversa dekat dengan sacrum.
3. Antropoid : PAP lonjong seperti telur, diameter anteroposterior lebih besar daripada
diameter transversa.
4. Platipelloid : diameter transversa lebih besar daripada diameter anteroposterior.
Otot - otot Dasar Panggul












Ligamen - Ligamen Penyangga Uterus
1. Ligamentum Kardinale sinistrum dan dekstrum (Mackendrot) : Ligamen terpenting
untuk mencegah uterus tidak turun. Jaringan ikat tebal serviks dan puncak vagina
kearah lateral dinding pelvis.
2. Ligamentum Sacro - uterina sinistrum dan dekstrum : Menahan uterus tidak banyak
bergerak Melengkung dari bagian belakang serviks kiri dan kananmelalui dinding
rektum kearah os sacrum kiri dan kanan.
3. Ligamentum Rotundum sinistrum dan dekstrum (Round Ligament) : Ligamen yang
menahan uterus dalam posisi antefleksi. Sudut fundus uterus kiri dan kanan ke
inguinal kiri dan kanan.
4. Ligamentum Latum sinistrum dan dekstrum (Broad Ligament) : Dari uterus kearah
lateral.
5. Ligamentum infundibulo pelvikum : Menahan tubafallopi. Dari infundibulum ke
dinding pelvis.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN
Sebenarnya pada setiap persalinan ada 5P (faktor) yang harus diperhatikan :
1. Jalan lahir (passage)
2. Janin (Passanger)
3. Tenaga atau kekuatan (Power)
4. Psikis ibu
5. Penolong

I. POWER
Adalah kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan yang mendorong janin
keluar dalam persalinan ialah : his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma dan aksi
dari ligament, dengan kerjasama yang baik dan sempurna.
1. HI S (kontraksi uterus)
1. Adalah kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna
dengan sifat-sifat:
- Kontraksi simetris
- Fundus dominant, kemudian diikuti
- Relaksasi
2. Pada saat kontraksi otot-otot rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan lebih pendek.
Kavum uteri menjadi lebih kecil mendorong janin dan kantong amnion kearah bawah rahim
dan serviks.
3. Sifat-sifat lainnya dari his adalah : (A) Involuntir (B) Intermitten (C) Terasa sakit (D)
Terkoordinasi dan simetris (E) kadang-kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisis,
chemis dan psikis.
4. Dalam melakukan observasi pada ibu bersalin, hal-hal yang harus diperhatikan dari his
adalah:
- Frekuensi his : adalah jumlah his dalam waktu tertentu biasanya permenit atau per 10
menit.
- Intensitas his : adalah kekuatan his (adekuat atau lemah)
- Durasi (lama his) : adalah lamanya setiap his berlangsung dan ditentukan dengan detik,
misalnya 50 detik.
- Interval his : adalah jarak antara his satu dengan his berikutnya, misalnya his datang tiap
2 3 menit.
- Datangnya his : apakah sering, teratur atau tidak.
5. Pace maker adalah pusat koordinasi his yang berada di sudut tuba dimana gelombang his
berasal. Dari sini gelombang his bergerak ke dalam dan ke bawah.
6. Fundus dominant adalah kekuatan paling tinggi dari his yang sempurna berada di fundus
uteri.
7. Kekuatan his yang paling lemah berada pada segmen bawah rahim (SBR).
8. Perubahan-perubahan akibat his:
- Pada uterus dan serviks : Uterus teraba keras / padat karena kontraksi. Serviks tidak
mempunyai otot-otot yang banyak, sehingga setiap muncul his maka terjadi pendataran
(effacement) dan pembukaan (dilatasi) dari serviks.
- Pada ibu : Rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim, terdapat pula kenaikan
nadi dan tekanan darah.
- Pada janin : Pertukaran oksigen pada sirkulasi utero plasenter kurang sehingga timbul
hipoksia janin. Denyut jantung janin melembat dan kurang jelas didengar karena adanya
iskemia fisiologis. Kalau betul-betul terjadi hipoksia yang agak lama, misalnya pada
kontraksi tetanik, maka terjadi gawat janin asfiksia dengan denyut jantung janin diatas
160 permenit dan tidak teratur.
9. Pembagian his dan sifat-sifatnya:
- His pendahuluan: his tidak kuat & tidak teratur namun menyebabkan keluarnya bloody
show..
- His pembukaan (Kala I) : menyebabkan pembukaan serviks, semakin kuat, teratur dan
sakit.
- His pengeluaran (Kala II) : Untuk mengeluarkan janin; sangat kuat, teratur, simetris,
terkoordinir dan lama ; Koordinasi bersama antara kontraksi otot perut, diafragma dan
ligament.
- His pelepasan uri (Kala III) : kontraksi sedang untuk melepaskan dan melahirkan
plasenta.
- His pengiring (Kala IV) : kontraksi lemah, masih sedikit nyeri (merian), terjadi
pengecilan rahim dalam beberapa jam atau hari.

2. Tenaga mengejan
a. Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah tenaga yang mendorong anak keluar
selain his, terutama disebabkan oleh kontraksi otot-otot dinding perut yang mengakibatkan
peninggian tekanan intraabdominal.
b. Tenaga ini serupa dengan tenaga mengejan waktu kita buang air besar tapi jauh lebih kuat
lagi.
c. Saat kepala sampai pada dasar panggul, timbul suatu reflek yang mengakibatkan ibu menutup
glottisnya, mengkontraksikan otot-otot perutnya dan menekan diafragmanya kebawah.
d. Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil, bila pembukaan sudah lengkap dan paling efektif
sewaktu ada his.
e. Tanpa tenaga mengejan ini anak tidak dapat lahir, misalnya pada penderita yang lumpuh otot-
otot perutnya, persalinan harus dibantu dengan forceps
f. Tenaga mengejan ini juga melahirkan placenta setelah placenta lepas dari dinding rahim.


II. PASSANGER
Faktor lain yang berpengaruh terhadap persalinan adalah faktor janin, yang meliputi sikap
janin, letak janin, presentasi janin, bagian terbawah, dan posisi janin.
1. Sikap (Habitus) :
Menunjukkan hubungan bagian-bagian janin dengan sumbu janin, biasanya terhadap tulang
punggungnya. Janin umumnya dalam sikap fleksi dimana kepala, tulang punggung, dan kaki
dalam keadaan fleksi, lengan bersilang di dada.
2. Letak (Situs):
Adalah bagaimana sumbu janin berada terhadap sumbu ibu misalnya Letak Lintang dimana
sumbu janin tegak lurus pada sumbu ibu. Letak membujur dimana sumbu janin sejajar
dengan sumbu ibu, ini bisa letak kepala atau letak sungsang.
Letak membujur (longitudinal):
Letak Kepala (97%) : (1)Letak fleksi = LBK (95,5%), (2)Letak defleksi : Letak puncak
kepala, Letak dahi & letak muka (1,5%)
Letak sungsang = letak bokong (2,5 3 %): L. Bokong sempurna (complete breech), L.
Bokong (Frank breech), L. Bokong tidak sempurna (Incomplete breech)
Letak lintang (Tarnsverse lie) : (0,5 2%)
Letak miring (Oblique lie)
Letak kepala mengolak
Letak bokong mengolak
3. Presentasi:
Dipakai untuk menentukan bagian janin yang ada di bagian bawah rahim yang dijumpai pada
palpasi atau pada pemeriksaan dalam. Misalnya presentasi kepala, presentasi bokong,
presentasi bahu dan lain-lain.
4. Bagian terbawah janin:
Sama dengan presentasi hanya lebih diperjelas istilahnya.
5. Posisi janin
Untuk indikator atau menetapkan arah bagian terbawah janin apakah sebelah kanan, kiri,
depan atau belakang terhadap sumbu ibu (materal pelvis). Misalnya pada letak belakang
kepala (LBK) ubun-ubun kecil (uuk) kiri depan, uuk kanan belakang.

III. PASSAGE
Passage atau faktor jalan lahir dibagi atas:
1. Bagian keras Tulang-tulang panggul (Rangka panggul).
2. Bagian lunak : Otot-otot, jaringan-jaringan dan ligament-ligamen.

RANGKA PANGGUL
- Tulang panggul
1. Os coxae : os ilium, os ischium, os pubis
2. Os sacrum = promontorium
3. Os Coccygis
- Artikulasi
1. Simfisis pubis, di depan pertemuan os pubis
2. Artikulasi sakro-iliaka yang menghubungkan os sacrum & os ilium
3. Artikulasi sakro-koksigium yang menghubungkan os sacrum dan koksigiu
- Ruang panggul
1. Pelvis mayor (False pelvis)
2. Pelvis minor (True pelvis)
Pelvis mayor terletak di atas linea terminalis yang di bawahnya disebut pelvis minor.
- Pintu panggul
1. Pintu atas panggul (PAP) = Inlet, dibatasi oleh linea terminalis (linea inominata)
2. Ruang tengah panggul (RTP) kira-kira pada spina ischiadika, disebut midlet
3. Pintu bawah panggul (PBP) dibatasi simfisis dan arkus pubis, disebut outlet.
4. Ruang panggul yang sebenarnya berada antara inlet dan outlet
- Sumbu panggul
Adalah garis yang menghubungkan titik-titik tengah ruang panggul yang melengkung ke
depan (sumbu carus).
- Bidang-bidang
1. Bidang Hodge I : jarak antara promontorium dan pinggir atas simfisis, sejajar dengan PAP.
2. Bidang Hodge II : sejajar dengan PAP, melewati pinggir bawah simfisis.
3. Bidang Hodge III : sejajar dengan PAP, melewati Spina ischiadika
4. Bidang Hodge IV : sejajar dengan PAP, melewati ujung coccygeus.
- Ukuran-ukuran panggul
1. Alat pengukur ukuran panggul :
- pita meter
- jangka panggul : Martin, Oseander, Collin dan Baudeloque
- pelvimetri klinis dengan periksa dalam
- pelvimetri rontenologis dibuat oleh ahli radiology dan hasilnya diinterpretasikan oleh ahli
kebidanan
2. Ukuran-ukuran panggul luar
- DS : Distansia Spinarum, yaitu jarak antara kedua spina iliaka anterior superior (24-26 cm)
- DC : Distansia Cristarum, yaitu jarak antara kedua crista iliaka kanan dan kiri (28-30 cm)
- CE : Conjugata Eksterna (Boudeloque) 18-20 cm.
- CD : Conjugata Diagonalis, dengan periksa dalam 12,5 cm)
- DT : Distansia Tuberum, dengan menggunakan jangka Oseander (10,5 cm).
3. Ukuran-ukuran panggul dalam
a. Pintu atas panggul : Merupakan suatu bidang yang dibentuk oleh promontorium, line
inominata dan pinggir atas simfisis pubis.
- Conjugata Vera : dengan periksa dalam diperoleh conjugate diagonalis 11 cm 1,5 cm
- Conjugata Transversa 12-13 cm
- Conjugata oblique 13 cm
- Conjugata obstetrica adalah jarak bagian tengah simfisis ke promontorium
a. Ruang tengah panggul
- Bidang terluas ukurannya 13 x 12,5 cm
- Bidang sempit ukurannya 11,5 x 11 cm
- Karak antar spina ischiadika 11 cm
a. Pintu bawah panggul
- Ukuran antero-posterior 10-11 cm
- Ukuran melintang 10,5 cm
- Arcus pubis membentuk sudut 90
0
lebih
- I nklinasi pelvis (miring panggul) :
Adalah sudut yang dibentuk dengan horizon bila wanita berdiri tegak dengan inlet 55-60
derajat.


- J enis panggul (menurut Caldwell & Moloy, 1933)
Didasarkan pada cirri-ciri bentuk PAP, ada 4 bentuk dasar panggul:
Ginekoid : paling ideal, bulat 45%
Android : panggul pria, segitiga 15%
Antropoid : agak lonjong seperti telur 35%
Platipeloid : picak, menyempit arah muka belakang 5%
Terkadang dijumpai bentuk panggul kombinasi dari keempat bentuk klasik tersebut,
misalnya:
Jenis gineko-android
Jenis gineko-antropoid
Dan kombinasi-kombinasi lainnya (ada 14 jenis)


J ALAN LAHI R LUNAK
- Jalan lahir lunak yang berperan dalam persalinan adalah SBR, serviks uteri dan vagina.
Disamping itu otot-otot, jaringan ikat dan ligament yang menyokong alat-alat urogenetal juga
sangat berperan dalam persalinan.
- Dasar panggul (pelvic floor) terdiri dari:
Diafragma pelvis : adalah bagian dalam yang terdiri dari M. Levator Ani & M.
Pubococcygeus, M. Ileococcygeus & M. Ischiococcygeus
Diafragma urogenetal terdiri dari perineal fasciae otot-otot superficial.

Anda mungkin juga menyukai