IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. B.
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : Flores/ 2 Desember 1981
Umur : 35 tahun
Pendidikan : SMU
Status Pernikahan : Sudah menikah
Suku/Bangsa : Flores
Agama : Katholik
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jl. Yotefa Kampkey Jayapura
Ruang perawatan : Rawat jalan
Tanggal MRSJ : 16 Maret 2017
Tempat Pemeriksaan : Poliklinik Psikiatri RSJD Abepura
Yang Mengantar : Kakak pasien
Pemberi Informasi : Pasien
BAB II
1
LAPORAN KASUS
3
Keterangan :
- Pria :
- Wanita :
- Pasien :
- Pria meninggal:
4
Pasien berpenampilan sesuai usia, nampak sakit ringan, memakai pakaian
sewajarnya dan bersih.
b. Kesadaran
Kualitas : Compos Mentis
Kuantitas: GCS (E4V5M6).
c. Perilaku dan aktivitas motorik
Pasien tampak tenang.
d. Sikap terhadap Pemeriksa
Pasien bersikap dapat bekerjasama saat diajak bicara, pasien menjawab setiap
pertanyaan, artikulasi baik.
2.2.2. Emosi
a. Mood: cemas.
b. Afek: appropriate.
2.2.3. Bicara
a. Bentuk: Talative
b. Laju produksi: normal.
c. Kualitas: Artikulasi jelas, volume keras dan intonasinya jelas
2.2.5. Pikiran
a. Bentuk: Realistik.
b. Isi: Waham (-)
c. Arus: Koheren.
6
Diagnosis pada pasien dalam kasus ini, ditegakkan melalui anamnesa, dan
pemeriksaan psikiatrik didapatkan tanda dan gejala Reaksi stres akut (F43.0)
berdasarkan PPDGJ III seperti mendapatkan stressor yang luar biasa dengan onset dari
gejala yang biasanya setelah beberapa menit atau segera setelah kejadian.
2.9. PROGNOSIS
Ad Vitam : Ad Bonam
Ad Fungsionam : Ad Bonam
Ad Sanationam : Ad Bonam
7
BAB III
PEMBAHASAN
8
- Selain itu, ditemukan gejala-gejala:
o Terdapat gejala campuran yang biasanya berubah-ubah; selain
gejala permulaan berupa keadaan terpaku (daze), semua hal
berikut dspat terlihat: depresi, anxietas, kemarahan, kecewa,
overaktif, dan penarikan diri.
Akan tetapi tidak satu pun dari gejala tersebut yang mendominasi
gambaran klinisnya untuk waktu yang lama.
o Pada kasus-kasus yang dapat dialihkan dari lingkup stressornya,
gejala-gejala dapat menghilang dengan cepat (dalam beberapa
jam); dalam hal dimana stres menjadi berkelanjutan atau tidak
dapat dialihkan, gejala-gejala biasanya baru bisa mereda setelah
24-48 jam dan biasanya hampir menghilang setelah 3 hari.
- Diagnosis ini tidak boleh digunakan untuk keadaan kambuhan mendadak
dari gejala-gejala pada individu yang sudah menunjukkan gejala psikiatrik
lainnya.
- Kerentanan individual dan kemampuan menyesuaikan diri memegang
peranan dalam terjadinya atau beratnya suatu reaksi stres akut.
3.2 TERAPI
Terapi yang diberikan pada pasien ini ialah terapi oral anti-depresan sertraline (zoloft)
karena terdapat gejala drepresi pada pasien, berupa hilangnya minat dan rasa senang,
kurang tenaga hingga mudah lelah dan kendur kegiatan, pandangan suram dan pesimis
terhadap masa depan, gangguan tidur dan pengurangan nafsu makan serta adanya
hendaya dalam kemampuan bekerja, hubungan sosial dan kegiatan rutin. Sindrom
depresi terjadi karena defisiensi relatif salah satu atau beberapa “aminergic
neurotransmitter” seperti serotonin pada celah sinaps neuron di SSP (khususnya pada
sistem limbik) sehingga aktifitas reseptor serotonin menurun. Obat anti-depresan
golongan SSRI bekerja dengan menghambat “re-uptake aminergic neurotransmitter”
sehingga terjadi peningkatan aktifitas reseptor serotonin. Obat golongan SSRI juga
relatif paling aman pada overdosis dibandingkan obat anti-depresan lainnya. Efek
samping obat anti-depresan ialah antikolonergik, sedasi dan hipotensi ortostatik, namun
sertraline (beserta golongan SSRI lainnya) mempunyai efek samping yang tidak
ada/minimal sekali sehingga menjadi pilihan pertama. Pemberian obat anti depresi
9
dapat dilakukan dalam jangka panjang oleh karena “addiction potential”-nya sangat
minimal.
Pasien juga diberikan terapi oral anti-anxietas alprazolam (atarax) karena adanya
perasaan cemas terhadap sesuatu yang dipersepsi sebagai ancaman (perdarahan jalan
lahir), perasaan ini menyebabkan pasien tidak mampu istirahat dengan tenang (inability
to relax). Gejala cemas disebabkan hiperaktivitas dari sistem limbik SSP yang
dikendalikan oleh GABA-ergic neurons. Obat anti-anxietas golongan benzodiazepine
akan menginforce “the inhibitory action of GABA-ergic neuron” (GABA re-uptake
inhibitor) sehingga hiperaktivitas tersebut mereda. Penghentian obat secara mendadak,
akan menimbulkan gejala putus obat:pasien menjadi iritable, bingung, gelisah,
insomnia, tremor, palpitas, keringat dingin, konvulsi, dll. Alprazolam efektif untuk
anxietas antisipatorik, “onset of action” lebih cepat dan mempunyai komponen efek
anti-depresi. Pemberian obat anti-anxietas tidak lebih dari 1-3 bulan. Penghentian
dilakukan secara bertahap agar tidak menimbulkan gejala lepas obat.
10
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Kaplan – Sadock Sinopsis Psikiatri. Jilid 1. Jakarta.
Binarupa Aksara. 2010.
2. Maslim R.. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ – III.
Jakarta. PT. Nuh Jaya. 2003.
3. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropika. Edisi ketiga. Jakarta:
PT. Nuh Jaya. 2007.
LAMPIRAN 1
11
Gambar 1.1 Global Assesment of Functional (GAF) pasien Ny. B.
12