Anda di halaman 1dari 12

BAB I

IDENTITAS PASIEN

Nama : Nn. B.
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : Flores/ 2 Desember 1981
Umur : 35 tahun
Pendidikan : SMU
Status Pernikahan : Sudah menikah
Suku/Bangsa : Flores
Agama : Katholik
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jl. Yotefa Kampkey Jayapura
Ruang perawatan : Rawat jalan
Tanggal MRSJ : 16 Maret 2017
Tempat Pemeriksaan : Poliklinik Psikiatri RSJD Abepura
Yang Mengantar : Kakak pasien
Pemberi Informasi : Pasien

BAB II
1
LAPORAN KASUS

2.1 RIWAYAT PSIKIATRI


2.1.1. Keluhan Utama
a. Autoanamnesis
- Pasien takut jika akan terjadi lagi perdarahan jalan lahir sejak 1 bulan
yang lalu.
- Pasien sulit tidur sejak 1 bulan yang lalu.
- Pasien sulit makan sejak 1 bulan yang lalu.

2.1.2 Riwayat penyakit sekarang (Autoanamnesa)


16 bulan sebelum datang ke RSJ (22 November 2015), pasien menjalani
persalinan anak ke 4 secara operasi caesar. Selain mengangkat bayi, dokter
kandungan yang mengoperaasi juga mengangkat adanya kista. 6 hari kemudian,
pasien sudah diijinkan pulang (GAF 71). Dua hari setelah pulang (29 november
2015), pasien mngalami perdarahan jalan lahir yang hebat, kemudian pasien
dirawat di RSUD Dok 2 Jayapura hingga sembuh. Seminggi kemudian (5
Desember 2015), pasien kembali diijinkan pulang. Setelah di rumah, keesokan
harinya pasien kembali mengalami perdarahan dan masuk RS lagi. Dan dirawat
selama seminggu hingga tanggal 12 Desember 2015. Dokter telah mengijinkan
pasien pulang namun karena takut perdarahan terjadi lagi, pasien ingin tetap di
RS hingga tanggal 13 Desember 2015. Saat pulang ke rumah, ada saudara
pasien yang mengatakan bahwa mungkin pasien terkena kanker ganas sehingga
sering kembali perdarahan jalan lahir. Dan pasien sangat ketakutan terhadap
perkataan saudaranya. Pasien menjadi mudah marah terhadap orang lain. (GAF
51). Pasien kemudian bertanya kepada dokter kandungan yang merawatnya dan
dokter mengatakan pada pasien bahwa penyebab perdarahan pasien yang
berulang-ulang adalah karena penebalan dinding rahim yang disebabkan
tingginya hormon pasien dan bukan karena kanker. Mulai tanggal 13 hingga 23
Desember 2015, pasien meminum obat Cina yang didapat dari keluarganya
bersamaan dengan obat dari dokter dan pasien tidak mengalami perdarahan lagi,
namun produksi ASI pasien menjadi berkurang sehingga anak ke-4 yang baru
dilahirkan tidak memperoleh ASI selama 10 hari. Pasien kemudian berhenti
meminum obat Cina dan tidak terjadi perdarahan lagi. (GAF 81)
40 hari sebelum datang ke RSJ (25 Januari 2017), saat menstruasi hari
ke-2, pasien mengalami perdarahan jalan lahir yang sangat banyak dan
menggumpal sehingga pasien ketakutan dan dibawa ke RSUD Dok 2
2
Jayapura.dokter kandungan yang merawat melakukan kuret dan pasien diijinkan
pulang 3 hari kemudian. Keesokan harinya setelah di rumah (29 Januari 2017)
pasien mngalami perdarahn lagi dan pasien dibawa ke RS. Dokter kandungan
yang merawat menyarankan pasien untuk dilakukan operasi pengangkatan
rahim (histerektomi), pasien beserta keluarganya setuju dengan saran tersebut
karena pasien sudah tidak lagi ingin punya anak ke-5 dan pada 31 Januari 2017,
pasien menjalani operasi (GAF 71).
1 bulan sebelum datang ke RSJ (31 Januari 2017), pasien menjalani
operasi pengangkatan rahim. Dokter kandungan mengatakan bahwa sudah tidak
akan terjadi lagi perdarahan pada jalan lahir pasien karena sudah dioperasi.
Namun sejak rahimnya diangkat, pasien merasa bahwa akan terjadi perdarahan
lagi sehingga pasien sulit tidur sejak pulang ke rumah hingga saat ini. Pasien
juga mengalami kesulitan makan sehingga pasien meminta saudaranya datang
ke rumah untuk membantu kegiatan sehari-hari pasien. Pasien sudah tidak lagi
menyusui. Karena perasan terlalu takut akan terjadi lagi perdarahan, pasien
datang ke RSJ Abepura pada 16 Maret 2017 dengan keluhan merasa sangat
takut akan terjadi perdarahan jalan lahir, sehingga sulit tidur dan sulit makan
sejak 1 bulan yang lalu. (GAF 61)

2.1.3 Riwayat penyakit dahulu


a. Riwayat penyakit psikiatri sebelumnya
- Pasien belum pernah berobat ke RSJ sebelumnya.
b. Riwayat medis
- Pasien memiliki riwayat malaria Tertiana +3 pada bulan November 2015
dan sudah berobat hingga sembuh.
c. Riwayat Penggunaan zat psikoatktif
- Ganja (-)
- Alkohol (-)
- Narkotika (-)
- Merokok (-)

2.1.4 Riwayat Keluarga


Pasien merupakan anak ke 4 dari 8 bersaudara. Pasien sudah menikah dan
mempunyai 4 orang anak.

- Genogram Keluarga pasien adalah sebagai berikut:

3
Keterangan :
- Pria :

- Wanita :

- Pasien :

- Pria meninggal:

- Pasien tingaal serumah dengan suami dan keempat anaknya.

2.1.5 Riwayat Hidup Pasien


a. Masa Prenatal dan Perinatal
Pasien lahir cukup bulan dengan jenis persalinan spontan pervaginal.
Berdasarkan pernyataan pasien, pasien tidak memiliki masalah dalam
kelahiran.
b. Masa kanak-kanak awal (0 – 3 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan pasien tidak memiliki kelainan, pasien
tumbuh dan berkembang dalam fase normal tanpa ada kelainan.
c. Masa kanak-kanak pertengahan ( 3 – 11 tahun)
Tidak ada masalah pada pasien di usia 3-11 tahun.
d. Masa kanak-kanak akhir dan remaja
Tidak ada masalah
e. Masa dewasa
Pasien bersekolah sampai tingkat SMU. Pasien menikah pada usia 25 tahun
dan memperoleh 4 orang anak.

2.2 STATUS PSIKIATRIKUS


2.2.1. Gambaran Umum
a. Penampilan

4
Pasien berpenampilan sesuai usia, nampak sakit ringan, memakai pakaian
sewajarnya dan bersih.
b. Kesadaran
Kualitas : Compos Mentis
Kuantitas: GCS (E4V5M6).
c. Perilaku dan aktivitas motorik
Pasien tampak tenang.
d. Sikap terhadap Pemeriksa
Pasien bersikap dapat bekerjasama saat diajak bicara, pasien menjawab setiap
pertanyaan, artikulasi baik.
2.2.2. Emosi
a. Mood: cemas.
b. Afek: appropriate.

2.2.3. Bicara
a. Bentuk: Talative
b. Laju produksi: normal.
c. Kualitas: Artikulasi jelas, volume keras dan intonasinya jelas

2.2.4. Gangguan Persepsi


a. Halusinasi: (-)
b. Ilusi: (-)

2.2.5. Pikiran
a. Bentuk: Realistik.
b. Isi: Waham (-)
c. Arus: Koheren.

2.2.6. Sensorium dan fungsi kognitif


a. Kesadaran
Compos Mentis
b. Perhatian dan konsentrasi
Baik
c. Memori
5
Immediet memory, Recent memori, dan longterm memory masih baik.
d. Orientasi
Waktu (+)
Orang (+)
Tempat (+)
e. Berpikir Abstrak
Pasien mengerti maksud dari istilah “meja hijau”.
f. Tilikan
Derajat tilikan 6. Menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai
motivasi untuk mencapai perbaikan.

2.3 STATUS GENERALISATA


2.3.1. Pemeriksaan Fisik
a. Vital sign:
 Kesadaran : Compos Mentis
 Gcs : 15 (E5V4M6)
 Tekanan darah : 100/60 mmHg
 Nadi : 88x/ menit
 Respirasi : 21x/ menit
 Suhu : 36.20 C
b. Tanda lain yang ditemukan: ditemukan konjungtiva anemis.

2.3.2. Pemeriksaan laboratorium:


a. Hemoglobin : 9,6 gr/dL
b. Leukosit : 3000
c. HbsAg : (-)
d. DDR : (-)

2.4. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Pasien perempuan Ny.B 35 tahun, tampak sesuai umur, penampilan bersih datang
ke RSJD Abepura berasama kakaknya dengan keluhan takut akan terjadi perdarahan
lagi di jalan lahirnya disertai sulit makan dan tidur ssejak 1 bulan yang lalu.
Sebelumnya, pasien berulang kali masuk keluar RSUD karena mengalami perdarahan
hebat ketika menstruasi. Pasien telah menjalani operasi pengangkatan rahim
(histerektomi) dan dokter kandungan telah mengatakan bahwa sudah tidak akan terjadi
perdarahan, namun pasien tetap meraasa takut terjadi perdarahan. Status psikiatrikus
pasien menunjukkan tidak ada gejala psikotik.

2.5 FORMULASI DIAGNOSIS

6
Diagnosis pada pasien dalam kasus ini, ditegakkan melalui anamnesa, dan
pemeriksaan psikiatrik didapatkan tanda dan gejala Reaksi stres akut (F43.0)
berdasarkan PPDGJ III seperti mendapatkan stressor yang luar biasa dengan onset dari
gejala yang biasanya setelah beberapa menit atau segera setelah kejadian.

2.6 DIAGNOSIS MULTIAKSIAL


Aksis I : F43.0 Reaksi stres akut.
Aksis II : Tidak ada diagnosis
Aksis III : Anemia ringan
Aksis IV : Tidak ada diagnosis
Aksis V : 61: Beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam
fungsi, secara umum masih baik.

2.7 DIAGNOSIS BANDING


- Gangguan stres pasca trauma (F43.1)
- Episode depresif (F32)

2.8 PERENCANAAN TERAPI


Terapi yang direncanakan untuk pasien berupa:
- Terapi Oral anti-depresan golongan SSRI:
o Sertraline (Zoloft) 50 mg
- Initial dose : 0-0-½selama hari 1-3
: 0-0-1 selama hari 4-6
- titrating dose : 0-1-1 selama hari 7-14
: 1-1-1 selama hari ke 15-30
- stabilizing dose : 1-1-1 selama bulan ke 2-3
- maintaining dose : ½-0-1 selama bulan ke 3-6
- tapering dose : 0-0-1 selama 2 minggu
: 0-0-½ selama 2 minggu
- Terapi Oral Anti-anxietas golongan benzodiazepine:
o Alprazolam (Atarax) 0,5 mg
-initial dose : 0-0-½ selama 3 hari
-optimal dose : 0-½-½ selama 3 hari
: 0-1-1 selama 3 hari
- maintenance dose : 1-1-1 selama 2 minggu
- tapering dose : 0-1-1 selama 3 hari
: 0-½-½ selama 3 hari
: 0-0-½ selama 3 hari

2.9. PROGNOSIS
Ad Vitam : Ad Bonam
Ad Fungsionam : Ad Bonam
Ad Sanationam : Ad Bonam

7
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 PENEGAKKAN DIAGNOSIS


Reaksi stres akut merupakan kategori reaksi terhadap stres berat dan gangguan
penyesuaian. Karakteristik dari kategori ini adalah tidak hanya di atas identifikasi dasar
simptomatologi dan perjalanan penyait, tetapi juga atas dasar salah satu dari dua faktor
pencetus:
- suatu stres kehidupan yang luar biasa, yang menyebabkan reaksi stres akut, atau
- suatu perubahan penting dalam kehidupan, yang menimbulkan situasi tidak nyaman
yang berkelanjutan, degnan akibat terjadi suatu gangguan penyesuaian.
Gangguan dari kategori ini selalu merupakan konsekuensi langsung dari stres akut yang
berat atau trauma yang berkelanjutan.
Stres yang terjadi atau keadaan tidak menyenangkan yang berkelanjutan merupakan
faktor penyebab utama, dan tanpa hal itu gangguan tersebut tidak akan terjadi.
Gangguan-gangguan ini dapat dianggap sebagai respons maladaptif terhadap stres berat
atau stres berkelanjutan, dimana mekanisme penyesuaian (coping mechanism) tidak
berhasil mengatasi sehingga menimbulkan masalah dalam fungsi sosialnya.
Pedoman diagnostik reaksi stres akut (F43.0) ialah:
- Harus ada kaitan waktu kejadian yang jelas antara terjadinya pengalaman
stressor luar niasa (fisik atau mental) dengan onset dari gejala, biasanya
biasanya setelah beberapa menit atau segera setelah kejadian.

8
- Selain itu, ditemukan gejala-gejala:
o Terdapat gejala campuran yang biasanya berubah-ubah; selain
gejala permulaan berupa keadaan terpaku (daze), semua hal
berikut dspat terlihat: depresi, anxietas, kemarahan, kecewa,
overaktif, dan penarikan diri.
Akan tetapi tidak satu pun dari gejala tersebut yang mendominasi
gambaran klinisnya untuk waktu yang lama.
o Pada kasus-kasus yang dapat dialihkan dari lingkup stressornya,
gejala-gejala dapat menghilang dengan cepat (dalam beberapa
jam); dalam hal dimana stres menjadi berkelanjutan atau tidak
dapat dialihkan, gejala-gejala biasanya baru bisa mereda setelah
24-48 jam dan biasanya hampir menghilang setelah 3 hari.
- Diagnosis ini tidak boleh digunakan untuk keadaan kambuhan mendadak
dari gejala-gejala pada individu yang sudah menunjukkan gejala psikiatrik
lainnya.
- Kerentanan individual dan kemampuan menyesuaikan diri memegang
peranan dalam terjadinya atau beratnya suatu reaksi stres akut.
3.2 TERAPI
Terapi yang diberikan pada pasien ini ialah terapi oral anti-depresan sertraline (zoloft)
karena terdapat gejala drepresi pada pasien, berupa hilangnya minat dan rasa senang,
kurang tenaga hingga mudah lelah dan kendur kegiatan, pandangan suram dan pesimis
terhadap masa depan, gangguan tidur dan pengurangan nafsu makan serta adanya
hendaya dalam kemampuan bekerja, hubungan sosial dan kegiatan rutin. Sindrom
depresi terjadi karena defisiensi relatif salah satu atau beberapa “aminergic
neurotransmitter” seperti serotonin pada celah sinaps neuron di SSP (khususnya pada
sistem limbik) sehingga aktifitas reseptor serotonin menurun. Obat anti-depresan
golongan SSRI bekerja dengan menghambat “re-uptake aminergic neurotransmitter”
sehingga terjadi peningkatan aktifitas reseptor serotonin. Obat golongan SSRI juga
relatif paling aman pada overdosis dibandingkan obat anti-depresan lainnya. Efek
samping obat anti-depresan ialah antikolonergik, sedasi dan hipotensi ortostatik, namun
sertraline (beserta golongan SSRI lainnya) mempunyai efek samping yang tidak
ada/minimal sekali sehingga menjadi pilihan pertama. Pemberian obat anti depresi

9
dapat dilakukan dalam jangka panjang oleh karena “addiction potential”-nya sangat
minimal.
Pasien juga diberikan terapi oral anti-anxietas alprazolam (atarax) karena adanya
perasaan cemas terhadap sesuatu yang dipersepsi sebagai ancaman (perdarahan jalan
lahir), perasaan ini menyebabkan pasien tidak mampu istirahat dengan tenang (inability
to relax). Gejala cemas disebabkan hiperaktivitas dari sistem limbik SSP yang
dikendalikan oleh GABA-ergic neurons. Obat anti-anxietas golongan benzodiazepine
akan menginforce “the inhibitory action of GABA-ergic neuron” (GABA re-uptake
inhibitor) sehingga hiperaktivitas tersebut mereda. Penghentian obat secara mendadak,
akan menimbulkan gejala putus obat:pasien menjadi iritable, bingung, gelisah,
insomnia, tremor, palpitas, keringat dingin, konvulsi, dll. Alprazolam efektif untuk
anxietas antisipatorik, “onset of action” lebih cepat dan mempunyai komponen efek
anti-depresi. Pemberian obat anti-anxietas tidak lebih dari 1-3 bulan. Penghentian
dilakukan secara bertahap agar tidak menimbulkan gejala lepas obat.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Kaplan – Sadock Sinopsis Psikiatri. Jilid 1. Jakarta.
Binarupa Aksara. 2010.
2. Maslim R.. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ – III.
Jakarta. PT. Nuh Jaya. 2003.
3. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropika. Edisi ketiga. Jakarta:
PT. Nuh Jaya. 2007.

LAMPIRAN 1

11
Gambar 1.1 Global Assesment of Functional (GAF) pasien Ny. B.

12

Anda mungkin juga menyukai