Anda di halaman 1dari 26

PENERAPAN KIE DAN KONSELING DALAM PELAYANAN ASUHAN

NEONATES, BAYI DAN BALITA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intra uteri ke kehidupan ekstra uterin. Bayi
baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 - 28 hari.

Bayi merupakan golongan umur yang paling rentan atau memiliki


risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan
untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan persalinan
yang ditolong oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kepada neonatus, bayi dan
balita. Bayi yang lahir akan mengalami adaptasi sehingga yang semula bersifat
bergantung kemudian menjadi mandiri secara fisiologis. Sebelum diatur oleh
tubuh bayi sendiri, fungsi tersebut dilakukan plasenta yang kemudian masuk ke
periode transisi.

Penelitian menunjukkan bahwa, 50% kematian bayi terjadi dalam


periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya
penanganan bayi baru lahir yang sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan
yang mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian. Misalnya karena
hipotermi akan menyebabkan hipoglikemia dan akhirnya dapat terjadi
kerusakan otak. Jadwal kunjungan bayi baru lahir perlu dilakukan oleh tenaga
kesehatan karena bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan masa
transisi kehidupannya ke kehidupan luar berlangsung baik, bayi baru lahir juga
membutuhkan asuhan yang dapat meningkatkan kesempatan untuknya
menjalani masa transisi dengan baik. Oleh karena itu, penulis membuat
makalah dengan judul “Asuhan Bayi Baru Lahir dan Neonatus.”
Selain itu masalah kesehatan anak di Indonesia masih didominasi oleh
tingginya angka kematian bayi dan balita serta prevalensi balita gizi kurang.
Oleh karena itu, telah ditetapkan indikator Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJMN) tahun 2010 – 2014 sekaligus disesuaikan dengan target
pencapaian MDGs, yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) dari
34/1000 menjadi 23/1000 Kelahiran Hidup dan menurunkan prevalensi gizi
kurang balita menjadi 15 % pada tahun 2015, termasuk tidak terjadi lagi kasus
penculikan dan perdagangan bayi baru lahir ( zero toleran ) di Puskesmas dan
Rumah Sakit.
Selain itu, kita juga menghadapi permasalahan lain yaitu: meningkatnya ibu
dengan HIV / AIDS, pembunuhan bayi/anak sendiri (infanticide), rendahnya
kondisi sosio-ekonomi yang memicu terjadinya kekerasan dan penelantaran
anak termasuk perdagangan atau penculikan bayi/anak, menjadi tantangan
yang harus kita hadapi dalam mewujudkan, pelayanan kesehatan yang
komprehensif bagi anak.

Gambaran situasi tersebut diatas menunjukkan bahwa masalah


kesehatan ibu dan anak sangat kompleks. Selama ini pelayanan kesehatan yang
dilakukan lebih terfokus pada upaya agar bayi dapat lahir dengan selamat dan
kelangsungan hidup anak (child survival), tetapi belum terintegrasi secara
penuh untuk mencapai tumbuh kembang anak secara optimal, termasuk
perlindungan dari penculikan dan perdagangan bayi. Kasus penculikan bayi
menujukkan peningkatan dari 72 kasus di tahun 2008 menjadi 102 di tahun
2009, diantaranya 25% terjadi di rumah sakit, rumah bersalin, dan
puskesmas.(komnas perlindungan anak, 2009).

B. Rumusan masalah
1. Apa-apa saja pelayanan kesehatan yang di berikan pada bayi?
2. Apa saja pelayanan kesehatan yang diberikan pada balita?

C. Tujuan

1. Tujuan umum :
Meningkatkan pelayanan kesehatan bayi baru lahir dan balita berbasis
perlindungan anak, di Puskesmas dan jaringannya.

2. Tujuan khusus :

1) Meningkatnya pemahaman tenaga kesehatan tentang upaya


perlindungan bagi ibu bersalin dan bayi baru lahir serta balita

2) Terselenggaranya pelayanan kesehatan yang komprehensif bagi


bayi baru lahir berbasis perlindungan anak dan balita

3) Tersedianya buku panduan penyelenggaraan pelayanan


kesehatan bayi baru lahir berbasis perlindungan anak dan balita

BAB II
TINJAUAN TEORI

3.1 Pelayanan kesehatan Pada Neonates


Kunjungan neonatus bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus
terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin komplikasi
yang terjadi pada bayi sehingga dapat segera ditangani dan bila tidak dapat
ditangani maka dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap untuk mendapatkan
perawatan yang optimal. Jadwal kunjungan neonatus atau bayi baru lahir antara
lain:
1. Kunjungan I
Dilakukan pada 6 jam pertama setelah kelahiran.
a. Menjaga agar bayi tetap hangat dan kering. Menilai penampilan bayi
secara umum yaitu bagaimana penampakan bayi secara keseluruhan
dan bagaimana ia bersuara yang dapat menggambarkan keadaan
kesehatannya.
b. Tanda-tanda pernapasan, denyut jantung dan suhu badan penting
untuk diawasi selama 6 jam pertama.
c. Menjaga tali pusat agar tetap bersih dan kering.
d. Pemberian ASI awal.
2. Kunjungan II
Pada hari ke-3 setelah kelahiran
a. Menanyakan pada ibu mengenai keadaan bayi
b. Menanyakan bagaimana bayi menyusui.
c. Memeriksa apakah bayi terlihat kuning (ikterus)
d. Memeriksa apakah ada nanah pada pusat bayi dan apakah baunya
busuk
3. Kunjungan III
Pada hari ke-8 sampai 28 hari setelah kelahiran. Tapi biasanya
pada minggu ke-2 bersamaandengan saat melakukan kunjungan nifas yang
ketiga pada ibu.
a. Tali pusat biasanya sudah lepas pada kunjungan 2 minggu pasca
salin
b. Memastikan apakah bayi mendapatkan ASI yang cukup
c. Bayi harus mendapatkan imunisasi
4. Kunjungan IV
Pada 6 minggu setelah kelahiran. Kunjungan neonatus hanya 3 kali
kunjungan tapi saatmelakukan kunjungan nifas yang ke-4 pada ibu sekaligus
melihat kondisi bayi.
a. Memastikan bahwa laktasi berjalan baik dan berat badan bayi
meningkat
b. Melihat hubungan antara ibu dan bayi.
c. Menganjurkan ibu untuk membawa bayinya ke posyandu untuk
penimbangan dan imunisasi

B. Manajemen pada Bayi Baru Lahir dan Neonatus


1. Pengkajian segera BBL
a. Pemeriksaan awal
1) Nilai kondisi bayi
2) Apakah bayi menangis kuat/bernapas tanpa kesulitan ?
3) Apakah bayi bergerak aktif/lemas ?
4) Apakah warna merah muda,pucat/biru ?
5) APGAR Score Merupakan alat untuk peagkajian bayi setelah
lahir meliputi 5 variabel yaitu pernapasan, frekuensi jantung,
warna kulit, tonus otot, reflek . Apgar score ditemukan oleh
virginia apgar (1950).
b. Pemeriksaan lengkap beberapa jam kemudian
Semua bayi harus diperiksa lengkap beberapa jam kemudian,
setelah membiarkan bayi beberapa waktu untuk pulih karena
kelahiran. Bayi secara keseluruhan. Bayi normal berbaring dengan
posisi fleksi (menekuk). la mungkin meregang atau menguap.
Warnanya merah muda. la menangis. Pernapas-annya teratur. la
memberikan respon terkejut yang normal, jika tiba-tiba diberi
sentakan (ia akan melemparkan tangannya ke arah depan luar
seperti hendak meraih seseorang). Ini disebut refleks Moro.

a) Kepala
1) Ukurlah lingkar kepala. Ukuran kepala yang tidak
normal besarnya disebut hidrosefalus. Ukuran kepala
yang terlalu kecil disebut mikrosefalus. Lingkar kepala
rata-rata adalah 33 cm.
2) Rabalah fontanela anterior, seharusnya tidak
menonjol (membengkak).
3) Lihatlah adanya celah bibir (seperti bibir kelinci) atau
celah palatum.
b) Punggung.
Spina bifida merupakan kelainan tulang belakang pada
bayi. Tidak didapatkan tulang dan kadang-kadang tidak ada
kulit yang menutupi sumsum tulang belakang bayi.
c) Anus
Periksalah apakah anus terbuka dan mekonium dapat
keluar. Ini untuk meyakinkan tidak adanya anus
imperforate/atresia ani. Anus imperforata atau atresia ani
merupakan kelainan kongenital pada anus dimana tidak
terdapatnya lubang anus.
d) Anggota tubuh

Periksa kondisi semua anggota tubuh, apakah normal


ataukah terdapat kelainan.

2. Pemeliharaan BBL

Dalam melakukan kunjungan rumah, bidan harus memperhatikan


kebutuhan higiene, memandikan bayi, memelihara tali pusat, pakaian bayi,
merawat kuku bayi, merawat mulut bayi, merawat telinga, merawat hidung,
kebutuhan makanan, dan kebutuhan tidur.

a. Kebutuhan Higiene
Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memelihara
kebersihan :
1) Kuku jari tangan ibu hendaknya selalu pendek supaya tidak ada kuman
dan kotoran yang terselip di bawah kuku dan mencegah jangan sampai
melukai badan bayi.
2) Sebelum dan sesudah memegang bayi ibu harus selalu mencuci tangan.
3) Kamar bayi terlindungi dari angin, debu, tetapi cukup mendapat sinar
matahari dan udara segar.
4) Untuk menghindari infeksi, pakaian bayi harus dicuci terpisah dari
pakaian anggota keluarga yang lain.
5) Pakaian bayi harus selalu bersih dan kering dan tidak memberi
kapur/kamper pada pakaian bayi.
b. Memandikan Bayi
Tujuan memandikan bayi adalah membersihkan kulit, merangsang peredaran
darah, memberi perasaan nyaman dan segar, dan melatih bayi agar terbiasa
akan kebersihan. Cara memandikan bayi :
1) Bersihkan wajah bayi dengan waslap basah tanpa sabun karena bahaya
sabun masuk ke mata bayi. Badan disabuni mulai dari kepala, leher,
tangan, jari, ketiak, dada, perut, sekitar pusat, kemudian punggung, kaki,
dan terakhir alat kelamin. Perhatikan lipatan, misalnya leher, ketiak, paha
harus dibersihkan dengan baik. Dengan waslap bersih, badan dibersihkan
dari sabun.
2) Bayi dimasukan ke dalam ember mandi dan bilas sampai bersih.
3) Bayi diangkat dari air, diletakkan diatas handuk dan dikeringkan mulai
dari kepala menurun ke bawah. Perhatikan, lipatan harus benar-benar
kering dan dilihat apakah ada kelainan kulit dan sebagainya.

c. Memelihara Tali Pusat


Jika tali pusat masih ada, ambil sepotong kasa steril kering kemudian
tali pusat dibungkus. Perhatikan pangkal/puntung tali pusat harus terbungkus
dengan baik.

d. Pakaian Bayi
Semua pakaian bayi yang akan dipakai harus dicuci dahulu, tidak boleh
disimpan dengan kapur barus karena dapat menyebabkan bayi kuning. Ukuran
popok yang paling baik yaitu jangan terlalu kecil supaya dapat dipakai agak
lama. Baju bayi dipilih sesuai dengan keadaan setempat.
e. Merawat Kuku Bayi
Jika kuku bayi panjang harus digunting, tetapi jangan terlalu pendek.
Sebaiknya, gunakan pemotong kuku khusus untuk bayi atau gunting kecil.
Hati-hati, jangan sampai melukai jari bayi karena kulit bayi masih sangat
lunak.
f. Merawat Mulut Bayi
Mulut bayi dengan bercak putih mungkin karena sisa dari susu (apabila
bayi tidak minum ASI). Cara menghilangkannya ialah membilasnya dengan air
putih setelah minum susu.
g. Merawat Telinga
Telinga bagian dalam harus tetap kering. Jika keluar cairan berbau,
harus segera berobat ke dokter. Setelah memandikan, telinga dikeringkan
dengan baik dan dibersihkan dengan kapas hindari menggunakan lidi atau
benda keras.
h. Merawat Hidung
Jika bayi pilek, lendir pada lubang hidung dapat dibersihkan dengan
memasukkan kapas yang digulung dan diputar sedikit ke dalam lubang hidung,
jangan menggunakan benda lain. Untuk membantu kesembuhan, bayi dijemur
pada pagi hari.
i. Kebutuhan Makanan
Makanan utama dan terbaik bagi bayi yang sudah disediakan Tuhan
adalah air susu ibu (ASI). ASI tidak hanya memberi perlindungan terhadap
infeksi dan alergi, tetapi juga merangsang pertumbuhan sistem kekebalan.
j. Kebutuhan Tidur
Bayi harus cukup tidur dan teratur. Pada bulan pertama, bayi akan tidur
terus, ia hanya bangun jika lapar, mandi, dan jika diganti popoknya. Makin
besar, waktu tidur bayinya makin berkurang karena bayi sudah dapat bermain.
Meskipun demikian harus tetap diusahakan agar bayi tidur teratur pagi, sore,
dan malam hari.
k. Cara menjaga kesehatan bayi
1) Amati pertumbuhan bayi baru lahir dan neonatus secara teratur.
a) Timbang BB bayi baru lahir dan neonatus sebulan sekali sejak usia 1
bulan sampai 5 tahun di posyandu
b) Tanya hasil penimbangan dan minta pada kader mencacat di KMS.
c) Jika bayi baru lahir dan neonatus tumbuh kurang sehat minta nasehat
gizi ke petugas kesehatan
d) Bermain dan bercakap-cakap pada BBL dan neonatus sangat penting
bagi perkembangan BBL dan neonatus
2) Minta imunisasi sesuai jadwal di posyandu, rumah sakit atau praktek
swasta.
a) BBL dan neonatus harus di imunisasi lengkap sebelum berusia 1
tahun.
b) Imunisasi mencegah penyakit TBC, hepatitis, polio, difteri, batuk 100
hari, tetanus dan campak.
3.2 Pelayanan Kesehatan Pada Bayi

a. Pengertian Pelayanan Kesehatan Pada Bayi

Bayi baru lahir normal ( BBLN ) adalah bayi yang baru lahir dengan
usia kehamilan atau masa gestasinya dinyatakan cukup bulan ( aterm ) yaitu
36-40 minggu. (Mitayani, 2010). Menurut Saifuddin, (2002) dalam ( Rahma
blog : 2009 ) Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu jam
pertama kelahiran. Menurut Dep. Kes. RI, (2005) dalam ( Rahma blog : 2010 )
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram.
Menurut M. Sholeh Kosim, (2007) dalam ( Rahma blog : 2010 ) Bayi baru
lahir normal adalah berat lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan, lahir
langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang
berat.

Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar


yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama
periode 29 hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir. Pelaksana pelayanan
kesehatan bayi :

1. Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari – 2 bulan

2. Kunjungan bayi satu kali pada umur 3 – 5 bulan

3. Kunjungan bayi satu kali pada umur 6 – 8 bulan

4. Kunjungan bayi satu kali pada umur 9 – 11 bulan

Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap


pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan
pada bayi sehingga cepat mendapat pertolongan, pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit melalui pemantauan pertumbuhan, imunisasi, serta
peningkatan kualitas hidup bayi dengan stimulusi tumbuh kembang.
Dengan demikian hak anak mendapatkan pelayanan kesehatan terpenuhi.
Pelayanan kesehatan tersebut meliputi :

1. Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio 1, 2,3, 4, DPT/HB


1, 2, 3, Campak) sebelum bayi berusia 1 tahun

2. Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDDTK)

3. Pemberian vitamin A 100.000 IU (6 – 11 bulan)

4. Konseling ASI ekskulusif, pemberian makanan pendamping ASI,


tanda –tanda sakit dan perawatan kesehatan bayi di rumah
menggunakan Buku KIA

5. Penanaganan dan rujukan kasus bila di perlukan


Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan bayi
adalah dokter spesialis anak, dokter, bidan dan perawat.

b. Jenis Pelayanan Kesehatan Pada Bayi Baru Lahir

Pelaksanaan asuhan bayi baru lahir mengacu pada pedoman Asuhan


Persalinan Normal yang tersedia di puskesmas, pemberi layanan asuhan bayi
baru lahir dapat dilaksanakan oleh dokter, bidan atau perawat. Pelaksanaan
asuhan bayi baru lahir dilaksanakan dalam ruangan yang sama dengan ibunya
atau rawat gabung (ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar, bayi berada dalam
jangkauan ibu selama 24 jam).
Asuhan bayi baru lahir meliputi:

1. Pencegahan infeksi (PI)


2. Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi
3. Pemotongan dan perawatan tali pusat
4. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
5. Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6 jam,
kontak kulit bayi dan ibu serta menyelimuti kepala dan tubuh bayi.
6. Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1 dosis tunggal
di paha kiri
7. Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha kanan
8. Pencegahan infeksi mata melalui pemberian salep mata antibiotika
dosis tunggal
9. Pemeriksaan bayi baru lahir
10. Pemberian ASI eksklusif

c. Bentuk Esensial Pelayanan kesehatan pada bayi adalah:

1. Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

IMD adalah memberikan pelayanan kesehatan pada anak dengan


mendekapkan bayi diantara kedua payudara ibunya segera setelah lahir.
Memberikan kesempatan bayi menyusui sendiri segera setelah lahir dengan
meletakkan bayi di dada atau perut dan kulit bayi melekat pada kulit ibu (skin
to skin contact) setidaknyaselama 1-2 jam sampai bayi menyusui sendiri.
(mitaya, 2010 : 23)

Hal ini dapat menghindari kematian bayi dan penyakit yang menyerang
bayi, karena kandungan antibodi yang ada pada colostrom dan ASI. Setelah
bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi tengkurap di dada ibu,
kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk melaksanakan proses IMD.
Langkah IMD pada persalinan normal (partus spontan):

1) Suami atau keluarga dianjurkan mendampingi ibu di kamar bersalin

2) Bayi lahir segera dikeringkan kecuali tangannya, tanpa


menghilangkan vernix, kemudian tali pusat diikat.

3) Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, bayi ditengkurapkan di dada


ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu dan mata bayi setinggi
puting susu ibu. Keduanya diselimuti dan bayi diberi topi.

4) Ibu dianjurkan merangsang bayi dengan sentuhan, dan biarkan bayi


sendiri mencari puting susu ibu.
5) Ibu didukung dan dibantu tenaga kesehatan mengenali perilaku
bayi sebelum menyusu.

6) Biarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu minimal selama


satu jam, bila menyusu awal terjadi sebelum 1 jam, biarkan bayi
tetap di dada ibu sampai 1 jam

7) Jika bayi belum mendapatkan putting susu ibu dalam 1 jam


posisikan bayi lebih dekat dengan puting susu ibu, dan biarkan
kontak kulit bayi dengan kulit ibu selama 30 menit.

Setelah selesai proses IMD bayi ditimbang, diukur, dicap/diberi tanda


identitas, diberi salep mata dan penyuntikan vitamin K1 pada paha kiri. Satu
jam kemudian diberikan imunisasi Hepatitis B (HB 0) pada paha kanan.

1.) Pelaksanaan penimbangan, penyuntikan vitamin K1, salep mata


dan imunisasi Hepatitis B (HB 0).

2.) Pemberian layanan kesehatan tersebut dilaksanakan pada


periode setelah IMD sampai 2-3 jam setelah lahir, dan
dilaksanakan di kamar bersalin oleh dokter, bidan atau perawat.

3.) Semua BBL harus diberi penyuntikan vitamin K1


(Phytomenadione) 1 mg intramuskuler di paha kiri, untuk
mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K yang
dapat dialami oleh sebagian BBL.

4.) Salep atau tetes mata diberikan untuk pencegahan infeksi mata
(Oxytetrasiklin 1%).

5.) Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah


penyuntikan Vitamin K1 yang bertujuan untuk mencegah
penularan Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi yang dapat
menimbulkan kerusakan hati.
2. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir

Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin kelainan


pada bayi. Risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama
kehidupan, sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan
untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.

Pemeriksaan bayi baru lahir dilaksanakan di ruangan yang sama dengan


ibunya, oleh dokter/ bidan/ perawat. Jika pemeriksaan dilakukan di rumah, ibu
atau keluarga dapat mendampingi tenaga kesehatan yang memeriksa.

3. Pencegahan infeksi

Pemotongan tali pusat pada BBL normal dilakukan sekitar 2 menit


setelah bayi baru lahir atau setelah penyuntikan oksitosin 10 IU intramuskular
kepada ibu. Hindari pembungkusan tali pusat atau jika di bungkus tutupi
dengan kassa steril dalam keadaan longgar, agar tetap terkena udara dan akan
lebih mudah kering.

4. Pencegahan hilangnya panas tubuh bayi

Pastikan bayi selalu dalam keadaan hangat dan hindari bayi terpapar
langsung dengan suhu lingkungan

5. Kunjungan Neonatal
1) Adalah pelayanan kesehatan kepada neonatus sedikitnya 3 kali
yaitu:
Kunjungan neonatal I (KN1) pada 6 jam sampai dengan 48 jam
setelah lahir
2) Kunjungan neonatal II (KN2) pada hari ke 3 s/d 7 hari
3) Kunjungan neonatal III (KN3) pada hari ke 8 – 28 hari

Pelayanan kesehatan diberikan oleh dokter/bidan/perawat, dapat


dilaksanakan di puskesmas atau melalui kunjungan rumah. Pelayanan yang
diberikan mengacu pada pedoman Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
pada algoritma bayi muda (Manajemen Terpadu Bayi Muda/MTBM) termasuk
ASI ekslusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, perawatan tali pusat,
penyuntikan vitamin K1 dan imunisasi HB-0 diberikan pada saat kunjungan
rumah sampai bayi berumur 7 hari (bila tidak diberikan pada saat lahir).

3.3. Pelayanan Kesehatan Pada Anak Balita

a. Defini Pelayanan Kesehatan Pada balita

Anak balita (bawah lima tahun), merupakan kelompok tersendiri yang


dalam perkembangan dan pertumbuhannya memerlukan perhatian yang lebih
khusus. Bila perkembangan dan pertumbuhan pada masa BALITA ini
mengalami gangguan, hal ini akan berakibat terganggunya persiapan terhadap
pembentukan anak yang berkualitas. Untuk mencapai hal diatas, maka tujuan
pembinaan kesejahteraan anak adalah dengan menjamin kebutuhan dasar anak
secara wajar, yang mencakup segi-segi kelangsungan hidup, pertumbuhan dan
perkembangan dan perlindungan terhadap hak anak yang menjadi haknya [hak
anak]. Disamping itu diperlukan juga suatu lingkungan hidup yang
menguntungkan untuk proses tumbuh kembang anak. (Chairuddin P. Lubis,
2004)

Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan intelektual


berkembang pesat. Masa ini merupakan masa keemasan atau golden period
dimana terbentuk dasar-dasar kemampuan keindraan, berfikir, berbicara serta
pertumbuhan mental intelektual yang intensif dan awal pertumbuhan moral.
Pada masa ini stimulasi sangat penting untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi
organ tubuh dan rangsangan pengembangan otak. Upaya deteksi dini gangguan
pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia dini menjadi sangat penting
agar dapat dikoreksi sedini mungkin dan atau mencegah gangguan ke arah
yang lebih berat.
Bentuk pelaksanaan tumbuh kembng anak di lapangan dilakukan
dengan mengacu pada pedoman Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Tumbuh
Kembang Anak (SDIDTK) yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan di
puskesmas dan jajarannya seperti dokter, bidan perawat, ahli gizi, penyuluh
kesehatan masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya yang peduli dengan anak.

Kematian bayi dan balita merupakan salah satu parameter derajat


kesejahteraan suatu negara. Sebagian besar penyebab kematian bayi dan balita
dapat dicegah dengan tegnologi sederhana ditingkat pelayanan kesehatan dasar,
salah satunya adalah dengan menerapkan Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS), ditingkat pelayanan kesehatan dasar. Bank dunia, 1993 melaporkan
bahwa MTBS merupakan intervensi yang cost effective untuk mengatasi
masalah kematian balita yang disebabkan oleh infeksi Pernapasan Akut
(ISPA), diare, campak, malaria, kurang gizi dan yang sering merupakan
kombinasi dari keadaan tersebut.

Sabagai upaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian balita,


Departeman Kesehatan RI bekerja sama dengan WHO telah mengembangkan
paket pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang mulai
dikembangkan di indonesia sejak tahun 1996 dan implementasinya dimulai
1997 dan saat ini telah mencakup 33 provinsi.

Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada anak balita


sakit dan sehat. Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai standar
yang meliputi :

6. Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang


tercatat dalam Buku KIA/KMS. Pemantauan pertumbuhan adalah
pengukuran berat badan anak balita setiap bulan yang tercatat pada
Buku KIA/KMS. Bila berat badan tidak naik dalam 2 bulan berturut-
turut atau berat badan anak balita dibawah garis merah dirujuk ke
sarana pelayanan kesehatan.
7. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)
minimal 2 kali dalam setahun. Pelayanan SDIDTK meliputi
pemantauan perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa,
sosialisasi dan kemandirian minimal 2 kali setahun (setiap 6 bulan).
Pelayanan SDIDTK diberikan di dalam gedung (sarana pelayanan
kesehatan) maupun di luar gedung.

8. Pemberian Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU), 2 kali dalam setahun.

9. Kepemilikan dan pemantauan buku KIA oleh setiap anak balita

10. Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan


pendekatan MTBS.

b. Jenis Pelayanan Kesehatan Pada Balita

Pelayanan kesehatan pada balita yang lain adalah:

1. Pemantauan pertumbuhan balita dengan KMS


KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk balita adalah alat yang
sederhana dan murah, yang dapat digunakan untuk memantau
kesehatan dan pertumbuhan anak. Oleh karenanya KMS harus
disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus selalu dibawa setiap kali
mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk
bidan dan dokter.
KMS-Balita menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu dan
keluarga untuk memantau tumbuh kembang anak, agar tidak terjadi
kesalahan atau ketidak seimbangan pemberian makan pada anak. KMS
juga dapat dipakai sebagai bahan penunjang bagi petugas kesehatan
untuk menentukan jenis tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi
kesehatan dan gizi anak untuk mempertahankan, meningkatkan atau
memulihkan kesehatan- nya.

KMS berisi catatan penting tentang pertumbuhan,


perkembangan anak, imunisasi, penanggulangan diare, pemberian
kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak, pemberian ASI eksklusif
dan Makanan Pendamping ASI, pemberian makanan anak dan rujukan
ke Puskesmas/ Rumah Sakit. KMS juga berisi pesan-pesan penyuluhan
kesehatan dan gizi bagi orang tua balita tenta ng kesehatan anaknya
(Depkes RI, 2000).
Manfaat KMS adalah :

1) Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan


balita secara lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan,
pelaksanaan imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul
vitamin A, kondisi kesehatan pemberian ASI eksklusif, dan
Makanan Pendamping ASI.
2) Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan
anak
3) Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas
untuk menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan
kesehatan dan gizi.

2. Pelayanan kesehatan dengan Pemberian Kebutuhan Nutrisi Yang Baik


Pada Anak

Dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik seorang anak,


pemberian makanan yang bergizi mutlak sangat diperlukan. Anak
dalam pertumbuhan dan perkembangannya mempunyai beberapa fase
yang sesuai dengan umur si anak, yaitu fase pertumbuhan cepat dan
fase pertumbuhan lambat. Bila kebutuhan ini tidak dapat dipenuhi,
maka akan terjadi gangguan gizi pada anak tersebut yang mempunyai
dampak dibelakang hari baik bagi pertumbuhan dan perkembangan
fisik anak tersebut maupun gangguan intelegensia.

3. Pemberian Kapsul Vitamin A


Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang
sangat diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata (
agar dapat melihat dengan baik ) dan untuk kesehatan tubuh yaitu
meningkatkan daya tahan tubuh, jaringan epitel, untuk melawan
penyakit misalnya campak, diare dan infeksi lain.

Upaya perbaikan gizi masyarakat dilakukan pada beberapa


sasaran yang diperkirakan banyak mengalami kekurangan terhadap
Vitamin A, yang dilakukan melalui pemberian kapsul vitamin A dosis
tinggi pada bayi dan balita yang diberikan sebanyak 2 kali dalam satu
tahun. (Depkes RI, 2007)
Vitamin A terdiri dari 2 jenis :

1.) Kapsul vitamin A biru ( 100.000 IU ) diberikan pada bayi yang


berusia 6-11 bulan satu kali dalam satu tahun.

2.) Kapsul vitamin A merah ( 200.000 IU ) diberikan kepada balita


Kekurangan vitamin A disebut juga dengan xeroftalmia ( mata
kering ). Hal ini dapat terjadi karena serapan vitamin A pada
mata mengalami pengurangan sehingga terjadi kekeringan pada
selaput lendir atau konjungtiva dan selaput bening
( kornea mata ). Pemberian vitamin A termasuk dalam program
Bina Gizi yang dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan setiap
6 bulan yaitu bulan Februari dan Agustus, anak-anak balita
diberikan vitamin A secara gratis dengan target pemberian 80 %
dari seluruh balita. Dengan demikian diharapkan balita akan
terlindungi dari kekurangan vitamin A terutama bagi balita dari
keluarga menengah kebawah.

4. Pelayanan Posyandu

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan


Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna memberdayakan
masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan bayi.
Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk balita
mencakup :
1.) Penimbangan berat badan
2.) Penentuan status pertumbuhan
3.) Penyuluhan
4.) Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan
kesehatan, imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang, apabila
ditemukan kelainan, segera ditunjuk ke Puskesmas.

5. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated


Management of Childhood Illness (IMCI) adalah suatu pendekatan
yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus
kepada kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh.
MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu
pendekatan/cara menatalaksana balita sakit. Kegiatan MTBS
merupakan upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian sekaligus meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan kesehatan dasar
(Puskesmas dan jaringannya termasuk Pustu, Polindes, Poskesdes, dll).

Bila dilaksanakan dengan baik, pendekatan MTBS tergolong


lengkap untuk mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering
menyebabkan kematian bayi dan balita di Indonesia. Dikatakan
lengkap karena meliputi upaya preventif (pencegahan penyakit),
perbaikan gizi, upaya promotif (berupa konseling) dan upaya kuratif
(pengobatan) terhadap penyakit-penyakit dan masalah yang sering
terjadi pada balita. Badan Kesehatan Dunia WHO telah mengakui
bahwa pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan negara-negara
berkembang dalam upaya menurunkan angka kematian, kesakitan dan
kecacatan pada bayi dan balita.
Kegiatan MTBS memliliki 3 komponen khas yang menguntungkan,
yaitu:

1) Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana


kasus balita sakit (selain dokter, petugas kesehatan non-dokter
dapat pula memeriksa dan menangani pasien asalkan sudah
dilatih).

2) Memperbaiki sistem kesehatan (perwujudan terintegrasinya


banyak program kesehatan dalam 1 kali pemeriksaan MTBS).

Dalam pelaksanaannya, MTBS ini dibedakan dalam 2 kategori, yaitu :

1) Manajemen Terpadu Bayi Muda ( Usia 1 hari sampai 2 bulan )


Pengelolaan bayi sakit pada usia 1 hari sampai 2 bulan ini,
meliputi penilaian tanda dan gejala, penentuan klasifikasi dan
tingkat kegawatan, penentuan tindakan dan pengobatan,
pemberian konseling, pemberian pelayanan dan tindak lanjut.
Dalam manajemen terpadu bayi muda ini, dilakukan
pengelolaan terhadap penyakit-penyakit yang lazim terjadi pada
bayi muda, antara lain adanya kejang, gangguan nafas,
hipotermi, kemungkinan infeksi bakteri, ikterus, gangguan
saluran cerna, diare serta kemungkinan berat badan rendah dan
masalah pemberian ASI.

2) Manajemen Terpadu Balita Sakit Umur 2 Bulan sampai 5 Tahun


Tahapan pelaksanaan manajemen terpadu balita sakit pada usia
2 bulan sampai 5 tahun ini sama seperti manajemen terpadu bayi
muda, yaitu penilaian tanda dan gejala, penentuan klasifikasi
dan tingkat kegawatan, penentuan tindakan dan pengobatan,
pemberian konseling, pemberian pelayanan dan tindak lanjut.
Dalam MTBS usia 2 bulan sampai 5 tahun ini, dilaksanakan
pengelolaan terhadap beberapa penyakit pada anak usia 2 bulan
sampai 5 tahun. Beberapa penyakit yang lazim terjadi pada anak
usia 2 bulan sampai 5 tahun, aantara lain adanya tanda bahaya
umum ( tidak bias minum atau menetek, muntah, kejang,
letargis, atau tidak sadar ), batuk dan sukar bernafas, diare,
demam, masalah telinga, status gizi buruk ( malnutrisi dan
anemia ). Sebagai upaya untuk menurunkan angka kesakitan
dan kematian balita, Departemen kesehatan RI bekerja sama
dengan WHO telah mengembangkan paket pelatihan
Manajemen Terpadu Balita Sakit ( MTBS ) yang mulai
dikembangkan di Indonesia sejak tahun 1996 dan
implementasinya dimulai tahun 1997 dan saat ini telah
mencakup 33 provinsi.

3) Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam


perawatan di rumah dan upaya pencarian pertolongan kasus
balita sakit (meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam
pelayanan kesehatan).

6. Konseling pada keluarga balita

Konseling yang dapat diberikan adalah :


1) Pemberian makanan bergizi pada bayi dan balita
2) Pemberian makanan bayi
3) Mengatur makanan anak usia 1-5 tahun.
4) Pemeriksaan rutin/berkala terhadap bayi dan balit
5) Peningkatan kesehatan pola tidur, bermain, peningkatan

pendidikan seksual dimulai sejak balita (sejak anak


mengenal idenitasnya sebagai laki-laki atau perempuan

7. Pelayanan Immunisasi
Imunisasi adalah upaya pencegahan penyakit infeksi dengan
menyuntikkan vaksin kepada anak sebelum anak terinfeksi. Anak yang
diberi imunisasi akan terlindung dari infeksi penyakit-penyakit:
sebagai berikut: TBC, Difteri, Tetanus, Pertusis (batuk rejan), Polio,
Campak dan Hepatitis B. Dengan imunisasi, anak akan terhindar dari
penyakit-penyakit, terhindar dari cacat, misalnya lumpuh karena Polio,
bahkan dapat terhindar dari kematian.

Vaksin yang di gunakan adalah :

1) BCG : Untuk mencegah penyakit tuberculosis


Imunisasi BCG (Bacicile Calmette Guerin) untuk mencegah
terjadinya penyakit TBC yang berat sebab TBC yang primer atau
ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG.
Contohnya: TBC pada selaput otak, TBC milier pada lapang paru
,TBC tulang . Vaksin BCG merupakan vaksin yang mengandung
kuman TBC yang dilemahkan, diberikan melalui intradermal
dengan dosis 0,05 ml. Efek samping imunisasi BCG yaitu
terjadinya ulkus pada daerah suntikan,reaksi panas.
Rekomendasi :

1. Imunisasi BCG diberikan saat bayi berusia ≤ 2 bulan


2. Jangan melakukan imunisasi pd bayi dg imunodefisiensi
(HIV,gizi buruk)
3. Pada bayi yg kontak erat dg penderita TB,diberi INH

profilaksis,jika kontak sdh tenang dpt diberi BCG

2) Polio oral vaksin : Untuk mencegah penyakit polio


Imunisasi polio digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak.
Kandungan vaksin adalah virus yang dilemahkan. Imunisasi polio
diberikan melalui oral bersamaan dengan suntikan vaksin DPT &
hepatitis B. Vaksin yang digunakan secara rutin sejak bayi lahir
dengan dosis 2 tetes oral yang menempatkan diri di usus &
memacu pembentukan system baik dalam darah maupun pada
epitelium usus yang menghasilkan pertahanan terhadap virus
polio liar yang datang masuk kemudian.

3) DPT : Untuk mencegah penyakit Difteri, Pertuis, dan Tetanus


Vaksin mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan
sifat racunnya, namun masih dapat merangsang pembentukan zat
anti (toksoid). Imunisasi DPT diberikan melalui system scular
dengan dosis 0,5 ml & dapat menimbulkan efek samping ringan,
terajdi pembengkakan, nyeri & demam. Efek samping berat :
terjadi menangis hebat, kesakitan ± 4 jam, kesadaran menurun,
kejang & syok.

4) Hepatitis B : Untuk mencegah penyakit Hepatitis B


Penyakit Hepatitis B sering menyebabkan hepatitis kronik yang
dalam kurun waktu 10-20 tahun dapat berkembang menjadi
hepatitis akut. Penularan penyakit melalui: hubungan seksual, dari
ibu kepada bayinya, melalui alat-alat kedokteran. Imunisasi
diberikan melalui system scular dengan dosis 0,5 ml dan dapat
menimbulkan efek samping yang pada umumnya ringan, hanya
berupa nyeri, bengkak, panas, mual & nyeri sendi maupun otot.

5) Campak : Untuk mencegah penyakit Campak Imunisasi


bermanfaat untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak
sehingga tidak mudah tertular penyakit:TBC, tetanus, difteri,
pertusis (batuk rejan), polio, campak dan hepatitis. Imunisasi
dapat diperoleh di Posyandu, Puskesmas, Puskesmas Pembantu,
Puskesmas Keliling, Praktek dokter atau bidan, dan di Rumah
sakit.
BAB II
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar


yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama
periode 29 hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir.

Pelaksana pelayanan kesehatan bayi :


a. Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari – 2 bulan
b. Kunjungan bayi satu kali pada umur 3 – 5 bulan
c. Kunjungan bayi satu kali pada umur 6 – 8 bulan
d. Kunjungan bayi satu kali pada umur 9 – 11 bulan
Pelayanan kesehatan pada bayi tersebut meliputi :
a. Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio 1, 2,3, 4, DPT/HB
1, 2, 3, Campak) sebelum bayi berusia 1 tahun
b. Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi
(SDIDDTK)
c. Pemberian vitamin A 100.000 IU (6 – 11 bulan)
d. Konseling ASI ekskulusif, pemberian makanan pendamping ASI,
tanda –tanda sakit dan perawatan kesehatan bayi di rumah
menggunakan Buku KIA
e. Penanaganan dan rujukan kasus bila di perlukan
Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan
bayi adalah dokter spesialis anak, dokter, bidan dan perawat.

Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan intelektual


berkembang pesat. Masa ini merupakan masa keemasan atau golden period
dimana terbentuk dasar-dasar kemampuan keindraan, berfikir, berbicara serta
pertumbuhan mental intelektual yang intensif dan awal pertumbuhan moral.
Pada masa ini stimulasi sangat penting untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi
organ tubuh dan rangsangan pengembangan otak. Upaya deteksi dini gangguan
pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia dini menjadi sangat penting
agar dapat dikoreksi sedini mungkin dan atau mencegah gangguan ke arah
yang lebih berat.

1. Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada anak balita


sakit dan sehat. Pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan sesuai
standar yang meliputi :
Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang
tercatat dalam Buku KIA/KMS. Pemantauan pertumbuhan adalah
pengukuran berat badan anak balita setiap bulan yang tercatat pada
Buku KIA/KMS. Bila berat badan tidak naik dalam 2 bulan berturut-
turut atau berat badan anak balita dibawah garis merah dirujuk ke
sarana pelayanan kesehatan.

2. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)


minimal 2 kali dalam setahun. Pelayanan SDIDTK meliputi
pemantauan perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa,
sosialisasi dan kemandirian minimal 2 kali setahun (setiap 6 bulan).
Pelayanan SDIDTK diberikan di dalam gedung (sarana pelayanan
kesehatan) maupun di luar gedung.

3. Pemberian Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU), 2 kali dalam setahun.

4. Kepemilikan dan pemantauan buku KIA oleh setiap anak balita

5. Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan


pendekatan MTBS.
B. Saran

Penulis sangat mengharapkan agar makalah ini dapat menjadi acuan


dalam mempelajari tentang pelayanan kesehatan pada bayi dan balita.
Dan harapan penulis makalah ini tidak hanya berguna bagi penulis tetapi juga
berguna bagi semua pembaca. Terakhir dari penulis walaupun makalah ini
kurang sempurna penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan di
kemudian hari

Anda mungkin juga menyukai