Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir


ketika alat kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang berlangsung
selama 6-40 hari. Lamanya masa nifas ini yaitu ± 6 – 8 minggu (Mochtar, 1998).
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6
minggu. (Abdul Bari,2000:122).

Setelah persalinan wanita akan mengalami masa puerperium, untuk dapat


mengembalikan alat genitalia interna kedalam keadaan normal, dengan tenggang
waktu sekitar 42 hari atau enam minggu atau satu bulan tujuh hari.(Ilmui
kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana, Manuaba, hal 195).

Masa nifas akan menyebabkan terjadinya perubahan – perubahan pada


organ reproduksi. Begitupun halnya dengan kondisi kejiwaan ( psikologis ) ibu,
juga mengalami perubahan. Dari yang semula belum memiliki anak, kemudian
lahirlah seorang bayi mungil nan lucu yang kini mendampingi ibu. Menjadi
orangtua merupakan suatu krisis tersendiri dan ibu harus mampu melewati masa
transisi. Secara psikologi, seorang ibu akan mengalami gejala – gejala psikiatrik
setelah melahirkan.

1.2. Rumusan masalah


1.2.1. Bagaimana kebutuhan psikologis dan perubahan yang dialami ibu
pada masa nifas?
kepada semua pihak, khususnya tentang kebutuhan psikologis dan
perubahan yang dialami ibu pada masa nifas.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Perubahan Fisiologis
A. SISTEM MUSCULOSKELETAL

1. Dinding perut dan Peritoneum

a. Setelah persalinan, dinding perut longgar karena direnggang begitu


lama, tetapi biasanya pulih kembali dalam 6 minggu

b. Hari pertama abdomen mononjol masih seperti masih seperti


mengandung 2 minggu menjadi rilex, 6 minggu kembali seperti
sebelum hamil.

c. Kadang-kadang pada wanita terjadi diastasis dari otot-otot rectus


abdominis sehingga sebagian dari dinding perut di garis tengah hanya
terdiri dari peritoneum, fascia tipis dan kulit. Tempat yang lemah ini
menonjol kalau berdiri atau mengejan.

d. Bila kekuatan otot dinding perut tidak dicapai kembali, tidak ada
kekuatan otot yang menyokong kehamilan berikutnya, sulitnya
penurunan bagian terendah janin saat mengandung dan partus.

e. Pengembalian tonus otot dengan latihan fisik dan ambulasi dini,


secara alami dengan menurunnya progesteron.

2. Diastasis Recti Abdominis

Pada sebagian perempuan, kehamilan dapat menyebabkan pemisahan


perut (diastasis recti), suatu kondisi dimana kedua sisi kanan dan kiri dari M.
rektus abdominis “The Six-Pack” otot-otot menyebar terpisah di garis tengah
tubuh, linea alba. Pemisahan terjadi karena tanggapan terhadap kekuatan rahim
menekan dinding perut ketika hamil dan hormon melunakkan jaringan ikat.
Diastasis recti mengurangi integritas dan kekuatan fungsional dinding perut serta
dapat memperburuk nyeri punggung bawah dan ketidakstabilan pelvis.
3. Kulit Abdomen

abdomen yang melebar selama masa kehamilan tampak melonggar dan


mengendur sampai berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan yang di
namakan strie. Melalui latihan postnatal, otot-otot dari dinding abdomen
seharusnya dapat normal kembali dalam beberapa minggu.

4. Striae

Striae pada dinding abdomen tidak dapat menghilang sempurna melainkan


membentuk garis lurus yang samar. Ibu postpartum memiliki tingkat diastasis
sehingga terjadi pemisahan muskulus rektus abdominishal tersebut dapat dilihat
dari pengkajian keadaan umum, aktivitas, paritas, jarak kehamilan yang dapat
menentukan berapa lama tonus otot kembali normal

5. Perubahan Ligamen

Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu


kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur menciut kembali
seperti sedia kala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendor yang
mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi. Tidak jarang pula wanita
mengeluh “kandungannya turun” setelah melahirkan oleh karena ligamen, fasia,
jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak kendor.

6. Simfisis Pubis

Meskipun relatif jarang, tetapi simfisis pubis yang terpisah ini merupakan
penyebab utama morbiditas maternal dan kadang-kadang penyebab
ketidakmampuan jangka panjang. Hal ini biasanya di tandai oleh nyeri tekan
signifikan pada pubis disertai peningkatan nyeri saat bergerak di tempat tidur atau
saat berjalan. Pemisahan simfisis dapat di palpasi. Sering kali klien tidak mampu
berjalan tanpa bantuan. Sementara pada kebanyakan wanita gejala menghilang
setelah beberapa minggu atau bulan, pada beberapa wanita lain gejala dapat
menetap sehingga diperlukan kursi roda.
B. SISTEM ENDOKRIN

1. Hormon Plasenta

Selama periode pasca partum terjadi perubahan hormon yang besar.


Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan hormon-hormon yang
diproduksi oleh plasenta. Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah
persalinan. Penurunan hormon Human Plasenta Lactogen(HPL), estrogen dan
progesteron serta plasental enzyme insulinase membalik efek diabetogenik
kehamilan, sehingga kadar gula darah menurun secara bermakna pada masa nifas.
Ibu diabetik biasanya membutuhkan insulin dalam jumlah yang jauh lebih kecil
selama beberapa hari. Karena perubahan hormon normal ini membuat masa nifas
menjadi suatu periode transisi untuk metebolisme karbohidrat, interpretasi tes
toleransi glukosa lebih sulit pada saat ini. Hormon plasenta menurun dengan
cepat setelah persalinan. Human Chorionic Gonadotropin(HCG) menurun dengan
cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 postpartum dan
sebagai onzet pemenuhan mamae pada hari ke-3 postpartum.

2. Hormon Oksitosin

Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar bawah otak bagian belakang


(posterior), bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Selama tahap
ketiga persalinan, oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan
mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Pada wanita yang
memilih menyusui bayinya, isapan sang bayi merangsang keluarnya oksitosin lagi
dan ini membantu uterus kembali ke bentuk normal dan merangsang produksi
ASI.

3. Hormon Prolaktin

Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar pituitari


bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin. Prolaktin darah meningkat dengan
cepat, hormon ini berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang
produksi susu. Pada wanita yang menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi
dan pada permulaan ada rangsangan folikel dalam ovarium yang ditekan. Pada
wanita yang tidak menyusui bayinya tingkat sirkulasi prolaktin menurun dalam
waktu 2 minggu atau 14-21 hari setelah persalinan, sehingga merangsang kelenjar
bawah depan otak yang mengontrol ovarium ke arah permulaan pola produksi
estrogen dan progesteron yang normal, pertumbuhan folikel, ovulasi dan
menstruasi.

4. Hipotalamik Pituitary

Ovarium Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan


mempengaruhi lamanya ia mendapat menstruasi. Sering kali menstruasi pertama
itu bersifat anovulasi yang dikarenakan rendahnya kadar estrogen dan
progesteron. Diantara wanita laktasi sekitar 15% memperoleh menstruasi selama 6
minggu dan 45% setelah 12 minggu. Diantara wanita yang tidak laktasi 40%
menstruasi setelah 6 minggu, 65% setelah 12 minggu dan 90% setelah 24 minggu.
Untuk wanita laktasi 80% menstruasi pertama anovulasi dan untuk wanita yang
tidak laktasi 50% siklus pertama anovulasi.

5. Hormon Estrogen dan Progesteron

Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam postpartum.


Progesteron turun pada hari ketiga postpartum.

C. TANDA-TANDA VITAL

Tanda-tanda vital yang harus dikaji pada masa nifas adalah sebagai berikut:

1. Suhu

Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,20C. Sesudah partus dapat
naik kurang lebih 0,50C dari keadaan normal, namun tidak akan melebihi 80C. 24
jam post partum suhu badan akan naik sedikit (37,50C-380C) sebagai akibat kerja
keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan, apabila keadaan normal
suhu badan akan biasa lagi. Pada hari ketiga suhu badan akan naik lagi karena ada
pembentukan ASI, buah dada akan menjadi bengkak, berwarna merah karena
banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada
endometrium, mastitis, traktus urogenitalis atau sistem lain. Kita anggap nifas
terganggu kalau ada demam lebih dari 380C pada dua hari berturut-turut pada 10
hari yang pertama post partum, kecuali hari pertama dan suhu harus diambil
sekurang-kurangnya 4x sehari.

2. Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis
melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat. Setiap denyut nadi yang
melebihi 100 adalah abnormal dan hal ini mungkin disebabkan oleh infeksi atau
perdarahan postpartum yang tertunda. Sebagai wanita mungkin saja memiliki apa
yang disebut bradikardi nifas (puerperal bradycardia). Hal ini terjadi segera
setelah kelahiran dan bisa berlanjut sampai beberapa jam setelah kelahiran anak.
Wanita semacam ini bisa memiliki angka denyut jantung serendah 40-50 detak per
menit. Sudah banyak alasan-alasan yang diberikan sebagai kemungkinan
penyebab, tetapi belum satupun yang sudah terbukti. bradycardia semacam itu
bukanlah satu alamat atau indikasi adanya penyakit, akan tetapi sebagai satu tanda
keadaan kesehatan.

3. Pernapasan

Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut


nadi. Apabila suhu dan denyut nadi tidak normal pernafasan juga akan
mengikutinya kecuali ada gangguan khusus pada saluran pernafasan. Pernafasan
akan sedikit meningkat setelah partus kemudian kembali seperti keadaan semula.
Bila ada respirasi cepat postpartum(>30x/menit)mungkin karena adanya syok.

4. Tekanan Darah

Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah


ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum
dapat menandakan terjadinya pre-eklamsi postpartum.
2.2 Perubahan Psikologi
A. Pengertian
Nifas adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang berlangsung selama 6-
40 hari. Lamanya masa nifas ini yaitu ± 6 – 8 minggu (Mochtar, 1998).
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6
minggu. (Abdul Bari,2000:122).
Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah
kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran
reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. (F.Gary
cunningham,Mac Donald,1995:281)

B. Klasifikasi
Nifas dapat dibagi kedalam 3 periode :
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan – jalan.
2. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat – alat genetalia
yang lamanya 6 – 8 minggu.
3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih kembali dan
sehat sempurnah baik selama hamil atau sempurna berminggu – minggu,
berbulan – bulan atau tahunan.

C. Perubahan Psikologis Dalam Masa Nifas


Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase
sebagai berikut :
1. Fase taking in
Merupakan periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama
sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu
fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman selama proses
persalinan sering berulang diceritakannya. Hal ini membuat cenderung ibu
menjadi pasif terhadap lingkungannya.
2. Fase taking hold
Periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini
ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya
dalam merawat bayi. Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini
merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam
merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri.
3. Fase letting go
fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang verlangsung sepuluh
hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan
bayinya sudah meningkat. Ada kalanya, ibu mengalami perasaan sedih yang
berkaitan dengan bayinya keadaan ini disebut baby blues.
D. Gangguan Psikologis Masa Nifas
1. Post Partum Blues
Merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan, biasanya hanya
muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari hingga dua minggu sejak
kelahiran bayi atau Gangguan efek ringan ( gelisah, cemas, lelah ) yang sering
tampak dalam minggu pertama setelah persalinan.
1) Faktyor Penyebab
a. Faktor Hormonal, Berupa perubahan kadar estrogen, progesteron,
prolaktin,dan estriol yang yang terlalu rendah.
b. Faktor Usia.
c. Pengalam dalam pross kehamilan dan persalinan.
d. Adanya perasaan belum siap menghadapi lahirnya bayi.
e. Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan, seperti tingkat
pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkakan,
riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi, serta
keadekuatan dukungan sosial lingkungannya.
2) Gejala
Reaksi depresi/sedih, menagis, mudah tersinggun atau iritabilitas, cemas, labil
perasaan, cendrung menyalahkan diri sendiri,gangguan tidur dan gangguan nafsu
makan.
3) Pencegahan
a. beristirahat ketika bayi tidur
b. Berolah raga ringan, ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu
c. tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi
d. bicarakan rasa cemas dan komunikasikanbersikap fleksibel dan
bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru
4) Penanganan
a. Dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik.
b. Dengan dukungan keluarga dalam mengatasi gangguan psikologis yang
berhubungan dengan masa nifas cara peningkatan support
c. meningkatkan support mental atau dukungan keluarga dalam mengatasi
gangguan psikologis yang berhubungan dengan masa nifas.

2. Depresi Post partum

Depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan berlangsung selama
30 hari.
1) Faktor Penyebab
a. Faktor konstitusional
Gangguan post partum berkaitan dengan riwayat obstetri yang meliputi
riwayat hamil sampai bersalin, serta adanya komplikasi atau tidak dari
kehamilan dan persalinan sebelumnya.
b. Faktor fisik
Terjadi karena ketidakseimbangan hormonal, Hormon yang terkait
dengan terjadinya depresi post partum adalah prolaktin, steroid dan
progesterone.

c. Faktor psikologi
Paralihan yang cepat dari keadaan “ 2 dalam 1 “, pada akhir
kehamilan menjadi dua individu. Yaitu ibu dan anak yang bergantung pada
penyesuaian psikologis individu.
2) Gejala
a. Kelelahan dan perubahan mood
b. Gangguan nafsu makan dan gangguan tidur
c. Tidak mau berhubungan dengan orang lain
d. Tidak mencintai bayinya dan ingin menyakiti bayinya atau dirinya sendiri.
3) Penanganan
Untuk mencegah terjadinya depresi post partum sebagai anggota keluarga
harus memberikan dukungan emosional kepada ibu dan jangan mengabaikan ibu
bila terlihat sedang sedih, dan sarankan pada ibu untuk:
a. beristirahat dengan baik
b. berolahraga yang ringan
c. berbagi cerita dengan orang lain
d. bersikap fleksible
e. bergabung dengan orang-oarang baru
f. sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis
E. Kunjungan Masa Nifas
Kunjungan masa nifas terdiri dari :
1. Kunjungan I (6- 8 jam setelah persalinan)
Tujuannya :
a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, merujuk bila
perdarahan berlanjut
c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
d. Pemberian ASI awal.
e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
2. Kunjungan II (6 hari setelah persalinan)
Tujuannya:
a. Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
b. Menilai adanya tanda–tanda demam infeksi atau perdarahan abnormal.
c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, minuman dan istirahat
d. Memastikan ibu menyusui dengan dan memperhatikan tanda – tanda
penyakit.
e. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari– hari.

3. Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan)


Tujuannya :
a. Mengevaluasi perjalanan postpartum, kesejahteraan ibu dan bayi
b. Mengevaluasi kemajuan psikologis ibu terhadap peran baru dan
pengalaman persalinan
c. Eratkan hubungan saling percaya dan konseling sesuai kebutuhan
4. Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)
Tujuannya
a. Menanyakan ibu tentang penyakit – penyakit yang dialami
b. Memberikan konseling untuk KB secara dini (Mochtar, 1998)

F. Peran Dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas


Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post
partum. Adapun peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas antara lain:
1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai
dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis
selama masa nifas
2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa
nyaman.
4. Membuat kebijakan perencanaan program kesehatan yang berkaitan dengan
ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi
5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan
6. Memberikan informasi dan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai
cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang
baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman
7. Melakukan manajemen asuhan kebidanan dengan cara mengumpulkan data,
menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk
mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi
kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas.
8. Memberikan asuhan kebidanan secara professional.

2.3 Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas


2. 3.1 Istirahat
Istirahat pada ibu nifas merupakan keadaan ibu nifas yang tenang, relaks
tanpa tekanan emosional dan bebas dari kegelisahan (ansietas). (Narrow, 1967 :
1645)

Istirahat yang memuaskan bagi ibu yang baru melahirkanmerupakan


masalah yang sangat penting sekalipun kadang-kadang tidak mudah dicapai.
Keharusan ibu untuk beristirahat sesudah melahirkan memang tidak diragukan
lagi, kehamilan dengan beban kandungan yang berat dan banyak keadaan yang
menganggu lainnya, plus pekerjaan bersalin, bukan persiapan yang baik dalam
menghadapi kesibukan yang akan terjadi padahal hari-hari postnatal akan
dipengaruhi oleh banyak hal : begitu banyak yang harus dipelajari ASI yang
diproduksi dalam payudara, kegembiraan menerima kartu ucapan selamat,
karangan bunga, hadiah-hadiah serta menyambut tamu, dan juga kekhawatiran
serta keprihatian yang tidak ada kaitannya dengan situasi ini. dengan tubuh yang
letih dan mungkin pula pikiran yang sangat aktif, ibu sering perlu diingatkan dan
dibantu agar mendapatkan istirahat yang cukup.

 Istirahat Malam
Selama satu atau dua malam yang pertama, ibu yang baru
melahirkanmungkin memerlukan obat tidur yang ringan. Biasanya dokter akan
memberikannya jika benar-benar diperlukan. Kerapkali tubuhnya sendiri yang
mengambil alih fungsi obat tidur ini dan ia benar-banar tidur lelap sehingga
pemeriksaan tanda-tanda vital serta fundus uteri hanya sedikit mengganggunya.
Sebagian ibu menemukan bahwa lingkungan yang asing baginya telah
mengalihkan perhatiannya dan sebagian lainnya merasa terganggu oleh luka bekas
episiotomi sehingga semua ini akan menghalangi tidurnya ketika pengaruh
pembiusan sudah hilang. Rasa nyeri atau terganggu selalu memerlukan
pemeriksaan dan analgesik dapat diberikan sebelum pasien menggunakan obat
tidur.

Setelah hari kedua postnatal, pemberian obat tidur pada malam hari
biasanya sudah tidak dibutuhkan lagi dan tidak dianjurkan jika ibu ingin menyusui
bayinya pada malam hari. Ibu harus dibantu agar dapat beristirahat lebih dingin
dan tidak diganggu tanpa alasan. Hal-hal kecil yang menarik perhatiannya seperti
suara pintu yang berderik atau bunyi tetesan air dari keran harus dilaporkan pada
siang harinya sehingga dapat di atasi sebelum suara-suara tersebut mengganggu
tidur ibu.

Ibu yang baru melahiranyang tidak dapat tidur harus diobservasi dengan ketat
dan semua keadaan yang di temukan harus dilaporkan pada dokter. Insommia
merupakan salah satu tanda peringatan untuk psikosis nifas.

 Istirahat Siang
Waktu siang hari di rumah sakit tidak perlu terlalu diprihatinkan, namun
banyak orang mengatakan hal tersebut harus pulang ke rumah untuk bisa
beristirahat merupakan pernyataan yang sering terdengar dan petugas yang terlibat
dalam unit asuhan maternitas harus mendengarkan serta mencari mengapa
keluhan tersebut bisa terjadi.

Pada hampir setiap rumah sakit bersalin, periode istirahat yang jelas perlu
disediakan secara teratur dan kerapkali di perlukan selama satu jam sebelum
makan siang tirai ditarik, radio dimatikan, staf keperawatan harus bekerja tanpa
suara, tamu yang ingin berkunjung dilarang dan panggilan telpon tidak diteruskan
kepada pasien kecuali benar-benar mendesak. Ibu harus dibantu untuk mengatur
sendiri bagaimana memanfaatkan waktu istirahat ini: berbaring telungkup
(mungkin dengan bantal di bawah panggulnya ) untuk membantu drainase uterus
jika posisi nyaman baginya. Periode istirahat ini umumnya memberikan manfaat
fisik maupun psikologis yang sangat besar. Beberapa rumah sakit mengulangi
waktu istirahat yang jelas pada sore harinya.

Kalau ditanya apa yang membuat bangsal postnatal tampak begitu sibuk,
jawaban sebagian ibu mengungkapkan hal yang terjadi. Kejadian yang rutin dan
teratur, seperti visite dokter, program latihan, peragaan dalam memandikan bayi
atau bahkan menyusui bayi tampaknya bukan masalah. Kegiatan-kegiatan yang
membutuhkan curahan emosi, seperti menghadapi tamu dan panggilan telpon dari
luar, atau menulis surat ucapan terima kasih atas pengiriman kartu ucapan selamat
dan hadiah, semua inilah yang melelahkan ibu baru melahirkan barang kali
perawat yang dapat merasakan kesibukan ibu dalam menghadapi hal-hal semacam
itu. Dapat membantunya dengan membahas prioritas, apakah setiap orang yang
mangirim surat ucapan selamat benar-benar memerlukan jawaban. Di samping itu,
perawat harus berhati-hati pada saat jam kunjungan untuk menjaga agar ibu tidak
terlalu lelah.

2.3.2 Kebutuhan Dasar Masa Nifas ( Tidur )


Definisi dari tidur yang sehat yang dapat diterima oleh umum adalah
kuantitas dan kualitas dari tidur yang diperlukan untuk menjaga kesigapan selama
bangun (selama tidak tidur).

Pola tidur diatur oleh saraf pusat di otak yang bernama Super Chiasmatic
Nucleus. Pola tidur pada umumnya dapat dibago dua, yaitu tidur dengan gerakan
mata tidak cepat atau yang diknal dengan Non Rapid eye Movement dapat
disingkat dengan NON REM. Dan satu kondisi yang lain adalah Rapid eye
movemen atau REM. Pada orang dewasa tidur NON REM berganti dengan tidur
REM terjadi setiap hampir rata-rata satu setengah jam. Tidur NON REM biasanya
terjadi pertama menjelang tidur dan dapat memakan waktu 75 – 80 % dari waktu
tidur. Tidur NON REM dibagi dalam dibagi dalam 4 tahap dan ini sejalan dengan
kedalam tidur.

Tidur REM yang memakan waktu kira-kira 20 -25 % dari tidur orang
dewasa , Tidur REM ini olah para ahli diduga bertanggung jawab terdapat rasa
lumpuhnya otot otot . (Bobak, 1998)

Masa nifas berkaitan dengan gangguan pola tidur, terutama segera setelah
melahirkan. 3 hari pertama dapat merupakan hari yang sulit bagi ibu akibat
penumpukan kelelahan karena persalinan dan kesulitan beristirahat karena
perineum. Nyeri perineum pasca partus berkolerasi erat dengan durasi kala II
persalinan. Rasa tidak nyaman di kandung kemih, dan perineum, serta gangguan
bayi, semuanya dapat menyebabkan kesulitan tidur, yang dapat mempengaruhi
daya ingat dan kemampuan psikomotor. Secara eoritis pola tidur kembali
mendekati normal dalam 2 / 3 minggu setelah persalinan, tetapi ibu yang
menyusui mengalami gangguan pola tidur yang lebih besar. Yang sangat di
idamkan ibu baru adalah tidur dia tidur lebih banyak istirahat di minggu 2 dan
bulan 2 pertama setelah melahirkan, bias mencegah depresi dan memulihkan
tenaganya yang terkuras habis.

Banyak orang yang mengalami sulit tidur. Orang dewasa butuh rata – rata
7 – 8 jam untuk tidur dan semakin sedikit waktu yang dibutuhkan untuk tidur saat
orang semakin tua. Orang yang sudah tua biasanya membutuhkan 5 – 6 jam,
sesekali begadang tidak mengganggu kecuali menyebabkan kelelahan esok
harinya. Gangguan tidur yang menetap sering diakibatkan stres, kegelisahan, atau
depresi yang membuat Anda torus capai, kesal, dan tak dapat berkonsentrasi.
Simpton atau gejala fisik seperti nyeri, masalah pernafasan dan hot flush (
serangan rasa panas ) Juga beberapa obat dapat mengganggu tidur.
3.3.3 Dampak Kurang Istirahat dan Tidur
Kurang istirahat Akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal:

1. Mengurangi jumlah AS1 yang di produksi


2. Memperlambat proses involusio uterus dan meningkatkan perdaraha
3. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan
dirinya sendiri.
3. 3.4 Cara Istirahat dan Tidur pada Malam Hari
Ada beberapa hal yang dapat Anda coba lakukan untuk lebih mudah tertidur di
malam hari:

1. Pergi ke tempat tidur dan bangun di saat sama setiap hari.


2. Jangan makan makanan berat kurang dari tiga jam sebelum pergi tidur.
Hindari kopi, teh, minuman kola, alkohol dan merokok. Jika Anda lapar,
makan biskuit atau pisang. Minum segelas susu hangat setengah jam sebelum
tidur.
3. Mengelola tidur, coba tip berikut :
 Untuk Berhenti bekerja setidaknya sejam sebelum waktu tidur dan baca
buku atau dengarkan musik menenangkan. Buat ruangan tenang, redup dan
sejuk
 Untuk Jika tak bisa tertidur dalam 30 menit, bangun dan pergi ke ruangan
lain dan baca. Jangan menonton TV
 Untuk Jika kepala anda penuh dengan tugas untuk esok harinya, taruh
buku catatan di samping tempat tidur dan catat

3. 3.5 Kegunaan atau Fungsi dari Istirahat dan Tidur Yang Cukup:
1. Regenerasi sel-sel tubuh yang rusak menjadi baru.
2. Memperlancar produksi hormon pertumbuhan tubuh.
3. Mengistirahatkan tubuh yang letih akibat aktivitas seharian.
4. Meningkatkan kekebalan tubuh kita dari serangan penyakit.
5. Menambah konsentrasi dan kemampuan fisik.
3.3.6 Pola Istirahat
1. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan.
2. Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kagiatan rumah tangga biasa.
3.3.7 Fase / Tahapan Tidur Seseorang :
1. Awal
2. Non rapid eyes movement (non-rem)
3. Rapid Eyes Movement (rem)
4. Dream Sleep
Posisi tidur ibu waktu beristirahat sesudah melahirkan penderita harus tidur
terlentang, hanya dengan satu bantal yang tipis. Tetapi ada juga pendapat lain
mengatakan bahwa ibu bebas memilih posisi tetapi untuk memudahkan
pengawasan sebenarnya tidur telentang lebih baik karena dengan tidur terlentang
mudah mengawasi keadaan kontraksi uterus dan mengawasi pendarahan.Biasanya
setelah melahirkan penderita akan merasa lelah dan dapat tidur sehingga merasa
nyaman berada ditempat tidur. Usaha agar penderita dapat tidur ialah dengan
menyakinkan penderita bahwa keadaannya normal. Istirahat dan tidur sangat perlu
bagi penderita, selain untuk mengembalikan kesehatan, juga untuk pembentukan
air susu ibu.Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang
dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari.

3.3.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tidur


1). Penyakit

Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak


dari normal. Namun demikian, keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur atau
tidak dapat tidur. Misalnya pada pasien dengan gangguan pernafasan seperti asma,
bronkitis, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit persarafan.

2). Lingkungan
Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman,
kemudian terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan menghambat
tidurnya.

3). Motivasi

Motivasi dapat memengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan


untuk tetap bangun dan waspada menahan kantuk.

4). Kelelahan

Apabila mengalami kelelahan dapat memperpedek periode pertama dari


tahap REM.
5). Kecemasan

Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis


sehingga mengganggu tidurnya.

6). Alkohol

Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum


alcohol dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marah.

7). Obat-obatan

Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain :

- Diuretik : menyebabkan insomnia


- Anti depresan : supresi REM
- Kafein : meningkatkan saraf simpatis
- Beta bloker : menimbulkan insomnia
- Narkotika : mensuspensi REM
3.3.9 Masalah-masalah dalam Tidur
 Insomnia
Insomnia adalah suatu gangguan tidur yang dialami oleh penderita dengan
gejala-gejala selalu merasa letih dan lelah sepanjang hari dan secara terus menerus
(lebih dari sepuluh hari) mengalami kesulitan untuk tidur atau selalu terbangun di
tengah malam dan tidak dapat kembali tidur. Seringkali penderita terbangun lebih
cepat dari yang diinginkannya dan tidak dapat kembali tidur. Ada tiga jenis
gangguan insomnia, yaitu: susah tidur (sleep onset insomnia), selalu terbangun di
tengah malam (sleep maintenance insomnia), dan selalu bangun jauh lebih cepat
dari yang diinginkan (early awakening insomnia). Cukup banyak orang yang
mengalami satu dari ketiga jenis gangguan tidur ini. Dalam penelitian dilaporkan
bahwa di Amerika Serikat sekitar 15 persen dari total populasi mengalami
gangguan insomnia yang cukup serius.

Gangguan tidur insomnia merupakan gangguan yang belum serius jika


anda alami kurang dari sepuluh hari. Untuk mengatasi gangguan ini kita dapat
menggunakan teknik-teknik relaksasi dan pemrograman bawah sadar. Yang
penting kita harus dapat menjaga keseimbangan frekuensi gelombang otak agar
sesering mungkin berada dalam kondisi relaks dan meditatif sehingga ketika kita
harus tidur kita tidak mengalami kesulitan untuk menurunkan gelombang otak ke
frekuensi delta.

 Narcolepsy
Narcolepsy adalah gangguan tidur yang diakibatkan oleh gangguan
psikologis dan hanya bisa disembuhkan melalui bantuan pengobatan dari seorang
dokter ahli jiwa. Penyakit ini berbeda dengan insomnia yang terjadi secara terus
menerus. Justru penderita narcolepsy ini terkena serangan secara mendadak pada
saat yang tidak tepat, seperti sedang memimpin rapat – biasanya terjadi serangan
pada kondisi emosi yang tegang seperti: marah, takut atau jatuh cinta. Serangan
narcolepsy dapat melumpuhkan seseorang dalam beberapa menit ketika dia masih
sadar dan secara tiba-tiba membawanya ke alam mimpi.
 Hypersomnia
Gangguan ini adalah kebalikan dari insomnia. Seringkali penderita dianggap
memiliki gangguan jiwa atau malas. Para penderita hypersomnia membutuhkan
waktu tidur yang sangat banyak dari ukuran normal. Meskipun penderita tidur
melebihi ukuran normal, namun mereka selalu merasa letih dan lesu sepanjang
hari. Namun gangguan ini tidaklah terlalu serius dan dapat diatasi sendiri oleh
penderita dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen diri.

 Apnea
Apnea merupakan salah satu gangguan tidur yang cukup serius. Lebih dari
5 juta penduduk Amerika Serikat mengalami gangguan ini. Faktor risiko terkena
gangguan ini antara lain: kelebihan berat badan (overweight), usia paruh baya
terutama pada wanita, atau usia lanjut (lansia) yang pernah mengalami
ketergantungan obat. Apnea adalah penyakit yang disebut juga ”to fall asleep at
the wheel” karena sering dialami ketika penderita sedang mengemudikan mobil.
Apnea terjadi karena fluktuasi atau irama yang tidak teratur dari denyut jantung
dan tekanan darah. Ketika terserang, penderita seketika merasa mengantuk dan
jatuh tertidur. Penderita apnea mengalami kesulitan bernafas bahkan berhenti
bernafas pada saat tidur ketika terserang gangguan ini (dalam bahasa Jawa disebut
”tindihan”). Fluktuasi denyut jantung dan tekanan darah yang tinggi dapat
menyebabkan kematian seketika pada penderita.

 Perilaku Menyimpang
Gangguan tidur lainnya seperti berbicara atau berjalan dalam keadaaan
tidur, ataupun menggertakkan gigi merupakan gangguan tidur yang tidak
berbahaya. Namun berbahaya jika berjalan dalam tidur menemui obyek yang
berbahaya (benda tajam, api, dll) atau terjatuh. Gangguan berbicara dalam tidur
hanya akan mengganggu teman sekamarnya. Sedangkan menggertak gigi dapat
merusak email gigi. Penyakit menggertak gigi ini disebut dengan bruxism.

Dengan mengetahui dan memahami berbagai jenis gangguan atau penyakit


tidur kita dapat mengambil langkah yang diperlukan. Sepanjang masih bisa diatasi
sendiri dengan teknik-teknik manajemen diri (relaksasi dan pemrograman bawah
sadar, meditasi, dan pola hidup yang sehat dan seimbang), maka kita sebenarnya
dapat menjadi bagian dari solusi masalah yang kita hadapi. Untuk gangguan atau
penyakit yang serius seperti narcolepsy maupun apnea, kita harus berkonsultasi
dengan dokter ahli, karena mengabaikan gangguan tersebut dapat berakibat fatal
(mematikan) bagi penderita.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah kita buat dapat disimpulkan bahwasanya
masa setelah persalinan disebut post partum atau masa nifas. Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan
akan pulih dalam waktu 3 bulan. Selama pemulihan akan terjadi perubahan
fisiologis diantaranya pada sistem musculoskeletal, sistem endokrin dan tanda-
tanda vital.
Seorang ibu hamil akan mengalami banyak perubahan – perubahan fisiologis
pada saat setelah melahirkan ( masa nifas ).Salah satu perubahan yang terjadi
adalah perubahan pada sistem reproduksi, sistem kardiovaskular, pada sistem
hematologi, pada sistem pencernaan, pada sistem ekskresi, padasistem endokrin,
pada sistem musculoskeletal, dan perubahantanda-tanda vital
Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah
kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran
reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal.

Gangguan psikologi post partum diantaranya depresi post parum, post partum
blues, dan post partum psikosa.

Istirahat bagi ibu nifas merupakan hal yang sangat penting untuk
dilakukan karena untuk menjaga kesehatan ibu. Istirahat ini dapat berupa istirahat
siang, istirahat malam dan tidur. Banyak larangan dikalangan masyarakat untuk
larangan tidur di siang hari itu merupakan mitos belaka karena faktanya ibu nifas
itu membutuhkan istirahat yang cukup salah satunya adalah tidur siang,karena jika
tidak tidur siang maka ibu akan kekurangan istirahat dan tidur. Dampak dari
kekurangan istirahat dan tidur adalah kesehatan ibu menurun. Bukan merupakan
istirahat dan tidurnya yang dilarang melainkan kerja berat dari ibu nifas tersebut.
3.2 Saran
Untuk menghadapi perubahan pada masa nifas yang dialami ibu, bidan
memerlukan manajemen yang baik, agar ibu nifas mampu melaluinya dengan
baik. Selain itu penting adanya bagi ibu nifas untuk memahami betul bagaimana
perubahan yang terjadi pada saat masa nifas, agar ibu mampu membedakan antara
perubahan yang fisiologis atau patologis pada saat masa nifas.

Tenaga kesehatan terutama bidan juga diharapkan dapat mengetahui dan


mengerti tentang asuhan pada ibu nifas sehingga dapat memberikan pelayanan
seoptimal mungkin pada setiap ibu post partum agar keadaan ibu dan janin tetap
baik.

Untuk ibu yang baru melahirkan atau ibu dalam keadaan masa nifas, ibu harus
memperhatikan kebutuhan ibu seperti istirahat dan tidur. Serta ibu harus rajin
untuk melakukan senam nifas agar alat kandungannya cepat pulih kembali
kedalam keadaan semula.

Dan dalam kalangan masyarakat yang sesungguhnya masih banyak kita temukan
Pada masa nifas, ibu dilarang tidur siang. Pada kenyataanya jika ibu tidak istirahat
dan tidur, ibu menjadi kurang istirahat dan tidur sedangkan pada masa nifas
seorang ibu harus cukup istirahat dan mengurangi kerja berat karena tenaga yang
tersedia sangat bermanfaat untuk kesehatan ibu dan bayi dan dampak akan
dilarangnya seorang ibu untuk tidur siang tidak ada.

Anda mungkin juga menyukai