Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi usia 0 – 28 hari. Periode neonatal adalah
periode yang sangat penting dalam kehidupan. Dari penelitian menunjukkan bahwa
lebih dari 50 % kematian bayi terjadi pada periode neonatal yaitu dalam bulan
pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang lahir sehat
akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur
hidup,bahkan kematian .misalnya sebagai akibat hipotermi pada bayi baru lahir
dapat terjadi cold stress yang selanjutnya yang dapat menyebabkan hipoksemia atau
hipoglikemia dan mengakibatkan kerusakan otak, akibat selanjutnya adalah
perdarahan otak, syok, beberapa bagian tubuh mengeras dan keterlambatan tumbuh
kembang.
Pencegahan asfiksia,mempertahankan suhu tubuh bayi,terutama pada bayi
dengan berat badan lahir rendah (BBLR),pemberian air susu ibu (ASI),pencegahan
terhadap infeksi, dan pemantauan kenaikan berat badan merupakan tugas pokok
bagi pemantau kesehatan bayi dan anak.
Sebagai seorang bidan harus mampu memahami tentang beberapa adaptasi atau
perubahan fisiologi Bayi Baru Lahir (BBL). Hal ini sebagai dasar dalam
memberikan asuhan kebidanan yang tepat. Setelah lahir, BBL harus mampu
beradaptasi dari keadaan yang sangat tergantung (plasenta) menjadi mandiri secara
fisiologi. Setelah lahir, bayi harus mendapatkan oksigen melalui sistem sirkulasi
pernapasannya sendiri, mendapatkan nutrisi per oral untuk mempertahankan kadar
gula darah yang cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit atau
infeksi.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah tentang “Asuhan Kebidanan Pada
Bayi Baru Lahir” adalah :
1. Untuk persyaratan dalam kenaikan jenjang jabatan, pangkat dan golongan
ruang Bidan Ahli

1
2. Untuk persyaratan dalam kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil sebagai
Bidan Madya dengan golongan ruang IV/a
3. Untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam memberikan
asuhan kebidanan pada bayi baru lahir secara komprehensif.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Bayi Baru Lahir


Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 – 4000 gram.
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi usia 0 – 28 hari., selama periode ini bayi
harus menyesuaikan diri dengan lingkungan ekstra uteri. Bayi harus berupaya agar
fungsi-fungsi tubuhnya menjadi efektif sebagai individu yang unik. Respirasi,
pencernaan dan kebutuhan untuk regulasi harus bisa dilakukan sendiri. Pada masa
ini, organ bayi mengalami penyesuaian dengan keadaan di luar kandungan, ini
diperlukan untuk kehidupan selanjutnya. Tanda-tanda bayi lahir sehat adalah :
1. Berat badan bayi 2500-4000 gram;
2. Umur kehamilan 37 – 40 mg;
3. Bayi segera menangis ,
4. Bergerak aktif, kulit kemerahan,
5. Mengisap ASI dengan baik,
6. Tidak ada cacat bawaan

B. Perawatan Bayi Baru Lahir


1. Segera setelah melahirkan badan bayi
a. Sambil secara cepat menilai pernafasan, letakkan bayi dengan handuk di
atas perut ibu
b. Dengan kain bersih dan kering kasa lap darah atau lendir dari wajah bayi
untuk mencegah jalan udaranya terhalang periksa ulang pernapasan bayi.
2. Klem dan potong tali pusat
a. Klemlah tali pusat dengan dua buah klem, pada titik kira-kira 2 dan 3 cm
dari pangkal pusat bayi.
b. Potonglah tali pusat di antara kedua klem sambil melindungi bayi dari
gunting dengan tangan kiri.
c. Pertahankan kebersihan pada saat memotong tali pusat dengan pisau atau
gunting yang steril atau disinfeksi tingkat tinggi (DTT).

3
d. Periksa tali pusat 15 menit. Apabila masih terjadi perdarahan, lakukan
pengikatan ulang yang ketat.
3. Jagalah bayi agar tetap hangat
a. Pastikan bayi tersebut tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi
dengan kulit ibu.
b. Gantilah handuk/kain yang basah dan bungkus bayi tersebut dengan
selimut.
c. Pastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak bayi setiap 15 menit.
d. Apabila telapak bayi terasa dingin, periksalah suhu aksila bayi.
e. Apabila suhu bayi kurang dari 36,50 C segera hangatkan bayi tersebut.
4. Kontak dini dengan ibu
a. Berikan bayi kepada ibu secepat mungkin, kontak dini antara ibu dan bayi
penting untuk : (a) Kehangatan, memperhatikan panas yang benar pada
bayi baru lahir dan (b) Ikatan batin dan pemberian ASI.
b. Doronglah ibu untuk menyusui bayinya, bayi telah “siap” (dengan
menunjukkan reflek rooting), jangan paksakan untuk menyusu.
5. Pernafasan
Sebagian besar bayi akan bernafas secara spontan. Pernafasan bayi
sebaiknya diperiksa secara teratur untuk mengetahui adanya masalah.
a. Periksa pernafasan dan warna kulit bayi setiap 5 menit
b. Jika bayi tidak segera bernafas, lakukan hal-hal berikut : (a) Keringkan
bayi dengan selimut atau dengan handuk yang panas, (b). Gosoklah
punggung bayi dengan lembut. (c). Jika bayi masih belum mulai bernafas
setelah 60 detik mulai resusitasi dan (d). Apabila bayi sianosis (kulit biru)
atau sukar bernafas (frekuensi pernafasan) kurang dari 30 atau lebih dari
60 kali/menit), berilah oksigen kepada bayi dengan kateter nasal atau nasal
prongs.
6. Perawatan mata
Obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk
pencegahan penyakit mata karena klamidila (penyakit menular seksual). Obat
mata perlu diberikan pada jam pertama setelah persalinan.
7. Pemeriksaan fisik bayi
Lakukan pemeriksaan fisik yang lebih lengkap. Ketika memeriksa bayi
baru lahir sebagai berikut :
4
a. Gunakan tempat yang hangat dan bersih untuk pemeriksaan.
b. Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan, gunakan sarung tangan
dan bertindak lembut pada saat menangani bayi.
c. Lihat, dengarkan dan rasakan tiap-tiap daerah, dimulai dari kepala dan
berlanjut secara sistematik menuju jari kaki.
d. Jika ditemukan faktor resiko atau masalah, carilah bantuan lebih lanjut
yang memang diperlukan.
e. Rekam hasil pengamatan.
8. Berikan vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K pada
bayi baru lahir, lakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K per
oral 1 mg/hari selama tiga hari.
b. Bayi resiko tinggi diberi vitamin K parentral dengan dosis 0,5-1 mg IM.
9. Identifikasi bayi
Alat pengenal untuk memudahkan identifikasi bayi perlu dipasang pasca
persalinan. Alat pengenal yang efektif harus diberikan kepada setiap bayi baru
lahir dan harus tetap ditempatnya sampai waktu bayi dipulangkan.
a. Alat yang digunakan, hendaknya kebal air, dengan tepi yang halus dan
tidak mudah melukai, tidak mudah sobek, dan tidak mudah lepas.
b. Pada alat atau gelang identifikasi harus tercantum :
1) Nama (bayi, ibunya)
2) Tanggal lahir
3) Nomor bayi
4) Jenis kelamin
Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan nama,
tanggal lahir, nomor identitas. Sidik telapak kaki bayi dan sidik jari ibu harus
dicetak di catatan yang tidak mudah hilang. Ukurlah berat lahir, panjang bayi,
lingkar kepala, lingkar perut dan catat dalam rekam medis.
(Saifuddin, 2011)

5
C. Tujuan Perawatab Bayi Baru Lahir
Pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktivitas bayi normal atau
tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian
keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan.
Tujuan utama perawatan bayi setelah lahir adalah : membersihkan jalan nafas,
memotong dan merawat tali pusat, mempertahankan suhu tubuh bayi, identifikasi,
pencegahan infeksi, perawatan tali pusat dan perawatan mata.

D. Ciri – ciri Bayi Lahir Normal


Menurut Saifudin (2011) ada beberapa ciri-ciri bayi baru lahir normal antara
lain : Masa gestasi 37 – 42 minggu, Berat badan lahir 2500 – 4000 gram, Panjang
badan 48-53 cm, Lingkar lengan 10-12 cm,Lingkar dada 30 – 38 cm, Lingkar
kepala 33 – 35 cm, Bunyi jantung dalam menit pertama + 180 x/menit kemudian
menurun sampai 120 – 140 x/menit, Pernafasan pada menit pertama cepat + 80
x/menit kemudian menurun sampai 40 x/menit, Kulit kemerah-merahan dan licin
karena jaringan subkutan terbentuk dan diliputi varnik casesosa, Rambut lanugo
terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna, Kuku terlihat agak panjang dan
lemas, Genetalia (labia mayora sudah menutupi labia minora) pada perempuan dan
pada laki-laki (testis sudah turun di skrotum), Refleks sucking, rooting, grap, tonic
neck, moro dan stapping sudah terbentuk dengan baik, Mekonium sudah keluar
dalam 24 jam pertama.

E. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir


1. Kepala
Raba sepanjang garis sutura dan fontanela, apakah ukuran dan
tampilannya normal. Sutura yang berjarak lebar mengindikasikan bayi preterm,
moulding yang buruk atau hidrosepalus. Pada kelahiran spontan letak kepala
sering terlihat moulding / molase. Keadaan ini normal kembali setelah
beberapa hari sehingga ubun-ubun mudah di raba. Perhatikan ukuran dan
ketegangannya. Fontanela anterior harus dapat di raba, fontanel yang besar
dapat terjadi akibat prematuritas atau hidrochepalus. Sedangkan jika terlalu
kecil dapat terjadi mikrosefali. Jika fontanel menonjol, hal ini di akibatkan
peningkatan tekanan intracranial, sedangkan yang cekung dapat terjadi
dehidrasi. Terkadang terada fontanela ketiga antara fontanela anterior dan
6
superior yang dapat terjadi oleh karena adanya trisomi 21. Periksa apakah ada
trauma kelahiran misalnya, caput succadaeneum, chepalhematoma, perdarahan
subaponeurotik, atau fraktur tulang tengkorak. Perhatikan adanya kelainan
congenital seperti, anensefali, mikrosefali, kraniotabes, dan sebagainya.
2. Wajah
Wajah harus tampak simetris, terkadang wajah bayi tampak asimetris hal
ini di karenakan posisi bayi di intrauteri , perhatikan kelainan pada wajah yang
khas seperti sindrom down. Dan perhatikan pula kelainan akibat trauma jalan
lahir seperti paralysis nervus facialis.
3. Mata
Periksa jumlah, posisi, dan letak mata. Periksa apakah ada strabismus atau
tidak yaitu koordinasi mata yang belum sempurna. Periksa apakah adanya
glaucoma pada mata. Periksa apakah ada katarak congenital yaitu pupil
berwarna putih dapat mengindikasikan terdapat defek pada retina. Periksa
apakah ada perdarahan pada konjungtiva atau retina. Periksa apakah ada secret
pada mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat terjadi panoftalmia dan
dapat menyebabkan kebutaan. Apabila di temukan epichantus melebar
kemungkinan bayi mengalami sindrom down.
4. Hidung
Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya harus lebih
dari 2,5 cm. bayi harus bernafas melalui hidung, jika melalui mulut harus di
perhatikan kemungkinan adanya obstruksi jalan nafas karena atresia koana
bilateral, fraktura tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke
nasofaring. Periksa adanya secret yang mukopurulen yang terkadang berdarah,
hal ini kemungkinan adanya sifillis congenital. Periksa adanya pernafasan
cuping hidung, jika cuping hidung mengembang menunjukan adanya gangguan
pernafasan.
5. Mulut
Perhatikan mulut bayi, bibir harus berbentuk dan simetris. Ketidak
simetrisan bibir menunjukkan adanya palsy wajah, mulut yang kecil
menunjukan adanya mikrognatia. Periksa adanya bibir sumbing, adanya gigi
atau ranula (kista lunak yang berasal dari dasar mulut). Periksa keutuhan
langit-langit terutama pada persambungan palatum mole dan palatum durum,
perhatikan adanya bercak putih pada gusi atau palatum yang biasanya akibat
7
epistein pearl atau gigi. Periksa lidah apakah membesar dan sering bergerak,
bayi dengan edema otak atau tekanan intracranial meninggi seringkali lidahnya
kelluar masuk (tanda foote). Periksa apakah terdapat labioskhizis,
labiognatopalatoskhizis, tooth buds, dan lainnya.
6. Telinga
Periksa dan pastikan jumlah dan bentuk serta posisinya. Pada bayi cukup
bulan, tulang rawan sudah matang. Daun telinga harus berbentuk sempurna
dengan lengkungan yang jelas di bagian atas. Perhatikan letak daun telinga,
daun telinga yang letaknya rendah (low set ears) terdapat pada bayi dengan
syndrome tertentu.
7. Leher
Leher pada bayi biasanya pendek dan periksa simetris atau tidak,
pergerakannya baik atau tidak, jika terdapat keterbatasan pergerakan
kemungkinan ada kelainan tulang leher. Periksa adanya trauma tulang leher
yang dapat menyebabkan kerusakan pada fleksus brachialis. Lakukan perabaan
untuk mengindentifikasikan adanya pembengkakan kelenjar tyroid dan vena
jugularis. Adanya lipatan kulit yang berlebihan di bagian belakang leher
menunjukkan adanya kemungkinan down syndrome.
8. Klavikula
Periksa apakah ada trauma kelahiran dibagian klavikula.
9. Tangan
Periksa kesimetrisannya, kedua tangan harus bebas bergerak, jika
pergerakkannya kurang kemungkinan adanya kerusakkan neurologis atau
fraktur. Periksa jumlah jari, perhatikan adanya polidaktili, sindaktili, dan
Amelia. Telapak tangan harus terbuka garis tangan yang hanya satu buah
berkaitan dengan abnormalitas kromosom, seperti down syndrome. Periksa
adanya paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi atau tercabut sehingga
menimbulkan luka atau perdarahan.
10. Dada
Periksa bentuk, pembesaran buah dada. Panjang atau pendeknya sternum
karena, sternum yang pendek mengindikasikan bayi mengalami down
syndrome. Pernafasan, retraksi interkostalis, subkostal, sifoid, merintih, dan
bunyi paru-paru (sonor, vesikuler, bronchial, dan lainya). Pernafasan normal
pada bayi yaitu 40-60 kali/menit.
8
11. Jantung
Pulsasi, frekuensi bunyi jantung, dan kelainan bunyi jantung. Jantung bayi
normal 120-160 kali/menit.
12. Abdomen
Abdomen harus tampak bulat dan bergerak bersamaan dengan gerakkan
dada saat bernafas, kaji adanya pembengkakan. Jika perut sangat cekung
kemungkinan adanya hernia diafragmagtika. Abdomen yang membuncit
kemungkinan karena hepatosplenomegali atau tumor lainnya. Jika perut
kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis, omfalokel, atau ductus
omfaloenterikus persistens.
13. Tali pusat
Periksa apakah ada perdarahan, jumlah pembuluh darah di tali pusat,
warna dan besar tali pusat, hernia di pusat atau di selangkangan.
14. Genetalia
Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm. periksa
lubang uretra, preputium tidak boleh ditarik karena dapat menyebabkan
fimosis. Periksa adanya hipospadia dan epispadia. Skrotum harus di palpasi
untuk memeriksa dan memastikan jumlah testis ada dua dan sudah turun ke
skrotum.
Pada bayi perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora, lubang
uretra sudah terpisah dengan lubang vagina. Dan terkadang tampak adanya
secret yang berdarah dari vagina, hal ini disebabkan oleh karena pengaruh
hormone ibu (withdrawal bleeding)
15. Anus dan rectum
Periksa adanya atresia ani, dan kaji posisinya.
16. Tungkai
Periksa kesimetrisantungkai dan kaki. Periksa panjang kedua kaki dengan
meluruskan keduanya dan bandingkan. Kedua tungkai harus bebas bergerak,
kurangnya gerakkan berkaitan dengan adanya trauma misalnya fraktur, dan
keriusakkan neurologis. Periksa adanya sindaktili, polidaktili, ataupun Amelia
pada jari kaki.
17. Tulang punggung
Periksa spina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-tanda
abnormalitas seperti spina bifida, pembengkakan, lesung, atau bercak kecil
9
berambut yang dapat menunjukkan adanya abnormalitas medulla spinalis atau
kolumna vertebrae.
18. Kulit
Perhatikan kondisi kulit bayi, periksa adanya ruam dan bercak atau tanda
lahir, pembengkakkan, verniks kaseosa, lanugo
19. Keadaan neuromuskuler
Periksa apakah ada :
a. Reflek rooting : bayi menoreh kearah benda yang menyentuh pipinya.
b. Reflek sucking : terjadi apabila terdapat benda yang menyentuh bibir, yang
disertai refleks swallowing (menelan).
c. Reflek graps : sentuhan pada telapak tangan menyebabkan fleksi tangan
dan jari (menggenggam).
d. Reflek morro : timbulnya pergerakan tangan yang simetris apabila tiba-
tiba kepala digerakkan.
e. Refleks tonic neck : terjadi apabila bayi ditengkurapkan, lalu kepala bayi
mengangkat ke atas.
f. Reflek babinski : tekanan di telapak kaki bagian luar kearah atas dari tumit
dan menyilang bantalan kaki menyebabkan jari kaki hiperektensi dan
haluks dorso fleksi.
g. Reflek walking:terjadi apabila bayi diberdirikan, seolah-olah bayi akan
berjalan.

F. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir


Asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut
selama jam pertama setelah kelahiran. Sebagian besar bayi baru lahir akan
menunjukkan usaha pernafasan spontan dengan sedikit bantuan atau gangguan.
Adapun aspek-aspek penting dari asuhan segera bayi baru lahir antara lain :
Menjaga agar bayi tetap kering dan hangat, Usahakan adanya kontak dini antara
kulit bayi dengan kulit ibunya sesegera mungkin.

10
G. Kunjungan Bayi Baru Lahir (Neonatal)
Waktu pelaksanaan Kunjungan Neonataus dilakukan sedikitnya 3 kali yaitu:
1. Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan dalam kurun waktu 6-48 jam
setelah bayi lahir.
2. Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke-3
sampai dengan hari ke 7 setelah bayi lahir.
3. Kunjungan Neonatal ke-3 (KN-3) dilakukan pada kurun waktu hari ke-8
sampai dengan hari ke-28 setelah lahir.

H. Tanda Bahaya Pada Bayi Baru Lahir


Tanda-tanda behaya pada bayi baru lahir adalah: Pernafasan sulit atau lebih
dari 60 kali per menit. Kehangatan, terlalu panas (> 38˚C atu terlalu dingin < 36˚C).
Warna kulit kuning terutama pada 24 jam pertama, biru atau pucat, memar.
Pemberian makan dengan hisapan lemah, mengantuk berlebihan, disertai muntah.
Tali pusat tampak merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah. Infeksi
dengan suhu meningkat. Tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering, hijau
tua, ada lendir atu darah pada tinja. Aktivitas yaitu menggigil, atau tangis tidak
biasa, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejng-kejang, tidak bisa tenang, menangis
etrus-menerus.
Menurut Saifudin (2011) masalah yang terjadi pada bayi baru lahir adalah:
1. Letargi, jika bayi letargi tonus otot rendah, tidak ad gerakan. Sangat
memungkinkan bayi sakit berat dan harus segera dirujuk.
2. Hipotermia, dapat terjadi secara cepat pada bayi sangat kecil atau bayi yang
diresusitasikan atau dipisahkan dari ibu. Pada hipotermia berat suhu axila
kurang dari 35˚C.
3. Kejang, dalam 1 jam pertama kehidupan sangat jarang. Kejang dapat
disebabkan oleh meningitis, enselopati atu hipoglikemia berat.
4. Bayi dengan ketuban pecah lama, Jika ketuban pecah dari 18 jam meskipun
atnpa tanda-tanda klinis rawat bayi bersama ibu dan dorong ibu untuk
menyusui bayinya.

11
I. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan langkah yang sangat baik untuk
memudahkan bayi dan ibu dalam memulai proses menyusui. Berbagai macam
keuntungan didapatkan dari proses baik untuk ibu maupun bayi.
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) merupakan awal mula seorang ibu memberikan
ASI kepada bayinya seketika ia dilahirkan ke dunia yakni dalam jam-jam pertama.
Hal ini salah satunya untuk memastikan bahwa bayi menerima kolostrum (“susu
pertama”), yang kaya akan faktor protektif (zat kekebalan tubuh). Manfaat –
manfaat lain yang dapat diperoleh dari Inisiasi menyusui dini (IMD) ini antara lain:
1. Bayi tetap hangat karena langsung bersentuhan dengan kulit ibu (skin to skin
contact). Hal ini dapat menurunkan risiko kematian bayi akibat hipotermia
(kedinginan).
2. Ibu dan bayi merasa lebih tenang, sehingga membantu pernafasan dan detak
jantung bayi lebih stabil. Dengan demikian, bayi tidak rewel, sehingga dapat
menghemat energi.
3. Memberikan stimulasi dini naluriah dan memberikan kehangatan dan cinta.
Inisiasi Menyusui Dini akan menjalin ikatan psikis antara ibu dan bayi.
4. Sentuhan dan hisapan bayi terhadap puting susu ibu dapat merangsang
pelepasan oksitosin yang berperan penting untuk kontraksi rahim ibu sehingga
mempermudah pengeluaran plasenta (ari-ari) dan mengurangi perdarahan.
Disamping itu dapat juga merangsang hormon lain yang membuat ibu menjadi
tenang, rileks, dan mencintai bayi, serta lebih mampu menahan rasa sakit
(karena hormon meningkatkan ambang nyeri), dan timbul rasa sukacita /
kebahagiaan. Lebih lanjut akan merangsang drainase ASI, sehingga ASI
matang (putih) lebih cepat keluar dan produksinya meningkat.
5. Risiko bayi dari infeksi berkurang karena kuman (bakteri) baik dari ibu mulai
menjajah kulit dan usus bayi, dan mencegah kuman berbahaya.
6. Bayi mendapatkan kolostrum susu pertama, yakni cairan berharga tidak ada
tandingannya yang kaya akan antibodi dan zat penting lainnya yang penting
untuk daya tahan tubuh dan pertumbuhan usus bayi.
7. Bayi yang menjalani Inisiasi Menyusui Dini akan lebih berhasil menjalani
program ASI eksklusif dan mempertahankan menyusui setelah 6 bulan.

12
Langkah-langkah melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yaitu :
1. Segera setelah bayi lahir dan diputuskan tidak memerlukan resusitasi, letakkan
bayi di atas perut ibunya (bila sectio,bayi diletakkan diatas dada) dan keringkan
bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali kedua
tangannya. Bau cairan amnion pada tangan bayi akan membantunya mencari
puting ibu yang mempunyai bau yang sama. Maka agar baunya tetap ada, dada
ibu juga tidak boleh dibersihkan. Mengeringkan tubuh bayi tidak perlu sampai
menghilangkan verniks karena verniks dapat berfungsi sebagai penahan panas
pada bayi.
2. Setelah tali pusat dipotong dan diikat, tengkurapkan bayi di atas perut ibu
dengan kepala bayi menghadap kearah kepala ibunya.
3. Kalau ruang bersalin dingin, berikan selimut yang akan menyelimuti ibu dan
bayinya, dan kenakan topi pada kepala bayi.
4. Pengamatan oleh Windstrom, Righard dan Alade memperlihatkan bahwa bayi-
bayi yang tidak mengalami sedasi mengikuti suatu pola perilaku prefeeding
yang dapat diprediksi. Apabila bayi dibiarkan tengkurap di perut ibu, selama
beberapa waktu bayi akan diam saja tetapi tetap waspada melihat
kesekelilingnya.
5. Setelah 12-44 menit bayi akan mulai bergerak dengan menendang,
menggerakkan kaki, bahu dan lengannya. Stimulasi ini akan membantu uterus
untuk berkontraksi. Meskipun kemampuan melihatnya terbatas, bayi dapat
melihat areola mammae yang berwarna lebih gelap dan bergerak menuju ke
sana. Bayi akan membentur-benturkan kepalanya ke dada ibu. Ini merupakan
stimulasi yang menyerupai pijatan pada payudara ibu.
6. Bayi kemudian mencapai puting dengan mengandalkan indera penciuman dan
dipandu oleh bau pada kedua tangannya. Bayi akan mengangkat kepala, mulai
mengulum puting, dan mulai menyusu. Hal tersebut dapat tercapai antara 27 -
71 menit.
7. Pada saat bayi siap untuk menyusu, menyusu pertama berlangsung sebentar,
sekitar 15 menit, dan setelah selesai, selama 2-2,5 jam berikutnya tidak ada
keinginan bayi untuk menyusu. Selama menyusu bayi akan mengkoordinasi
gerakkan menghisap, menelan, dan bernapas.
8. Setelah usai tindakan inisiasi menyusu dini ini, baru tindakan asuhan
keperawatan seperti menimbang, pemeriksaan antropometri lainnya,
13
penyuntikkan vitamin K1, dan pengoleskan salep pada mata bayi dapat
dilakukan.
9. Tunda memandikan bayi paling kurang 6 jam setelah lahir atau pada hari
berikut.
10. Bayi tetap berada dalam jangkauan ibunya agar dapat disusukan sesuai
keinginan bayi (rooming in / rawat gabung).

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 – 4000 gram. Bayi baru lahir (neonatus)
adalah bayi usia 0 – 28 hari., selama periode ini bayi harus menyesuaikan diri
dengan lingkungan ekstra uteri. Bayi harus berupaya agar fungsi-fungsi tubuhnya
menjadi efektif sebagai individu yang unik. Respirasi, pencernaan dan kebutuhan
untuk regulasi harus bisa dilakukan sendiri. Pada masa ini, organ bayi mengalami
penyesuaian dengan keadaan di luar kandungan, ini diperlukan untuk kehidupan
selanjutnya.
Asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut
selama jam pertama setelah kelahiran. Sebagian besar bayi baru lahir akan
menunjukkan usaha pernafasan spontan dengan sedikit bantuan atau gangguan.
Pelayanan kesehatan kepada neonatus sedikitnya 3 kali yaitu kunjungan
neonatal ke-1 (KN1) pada 6 jam - 48 jam setelah lahir, kunjungan neonatal ke-2
(KN2) pada hari ke s/d 7 hari dan kunjungan neonatal ke-3 (KN3) pada hari ke 8 –
28 hari.
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) merupakan awal mula seorang ibu memberikan
ASI kepada bayinya seketika ia dilahirkan ke dunia yakni dalam jam-jam pertama.
Hal ini salah satunya untuk memastikan bahwa bayi menerima kolostrum.

B. Saran
1. Diharapkan Bidan dapat menerapkan asuhan kebidanan secara tepat pada bayi
baru lahir dan melakukan pelayanan kesehatan kepada neonatus sedikitnya 3
kali.
2. Diharapkan Bidan melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) karena merupakan
langkah yang sangat baik untuk memudahkan bayi dan ibu dalam memulai
proses menyusui.

15
DAFTAR PUSTAKA

Saifuddin, Abdul Bari. 2011. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo.Edisi Ke-4


Cetakan Ke-4. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Sudarti,Khoirunnisa.,Endang.2010.Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi dan Balita.Nuha
Medika: Jogjakarta.
Direktorat Kesehatan Anak Khusus, 2010, PANDUAN PELAYANAN KESEHATAN
BAYI BARU LAHIR BERBASIS PERLINDUNGAN ANAK, Jakarta

16

Anda mungkin juga menyukai