Anda di halaman 1dari 46

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL


PADA PERSALINAN KALA I DAN II DENGAN EKLAMSIA

DOSEN PEMBIMBING
SRI YUN UTAMA, S.ST, S.PD, MKM

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4

ANISA FEBRI YULASTIN (PO.71124120061)


DARMIYANTI (PO.71241200095)
NELI HARTATI (PO.71241200077)
SUSAN HANDRAYANI (PO.71241200109)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI JURUSAN


KEBIDANAN PROGRAM STUDI
DIPLOMA IV ALIH JENJANG
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan
Neonatal pada Persalinan Kala I dan II dengan Eklamsia.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhn`ya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal pada Persalinan dengan Laserasi Jalan
Lahir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Jambi, September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Batasan Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................ 2
D. Manfaat Penulisan .......................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Klinis ................................................................................... 5
B. Manajemen Kebidanan ................................................................... 17
C. Wewenang Bidan............................................................................ 21
BAB III TINJAUAN KASUS
Format Pendokumentasian .................................................................. 23

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 40
B. Saran ............................................................................................. 41

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka kematian maternal di Indonesia adalah 4,5 permil, tertinggi di antara
negara-negara ASEAN. Salah satu penyebab kematian tersebut adalah
preeklampsia - eklampsia, yang bersama infeksi dan perdarahan, diperkirakan
mencakup 75 - 80% dari keseluruhan kematian maternal. Berdasarkan hasil survai
yang dilakukan oleh Angsar, insiden preeklampsia-eklampsia berkisar 10-13%
dari keseluruhan ibu hamil.
Eklampsi masih merupakan salah satu penyebab utama kematian maternal
dan perinatal di Indonesia. Eklampsi diklasifikasikan kedalam penyakit hypertensi
yang disebabkan karena kehamilan. Sedangkan eklampsia ditandai oleh adanya
koma dan/atau kejang di samping ketiga tanda khas Pre-Eklampsi Berat/PEB
(hipertensi sedang-berat, edema, dan proteinuria yang masif).1
Penyebab dari kelainan ini masih kurang dimengerti, namun suatu keadaan
patologis yang dapat diterima adalah adanya iskemia uteroplacental.1 Diagnosis
dini dan penanganan adekuat dapat mencegah perkembangan buruk kearah
eklampsia. Semua kasus eklampsia dan PEB harus dirujuk ke rumah sakit yang
dilengkapi dengan fasilitas penanganan intensif maternal dan neonatal, untuk
mendapatkan terapi definitif dan pengawasan terhadap timbulnya komplikasi-
komplikasi.
Eklampsia adalah timbulnya kejang pada penderita pre-eklampsia yang
disusul dengan koma. Kejang di sini bukan akibat kelainan neurologis (saraf).
PreEklampsi-Eklampsi hampir secara eksklusif merupakan penyakit pada
kehamilan pertama (nullipara). Biasanya terdapat pada wanita masa subur dengan
umur ekstrim, yaitu pada remaja belasan tahun atau pada wanita yang berumur
lebih dari 35 tahun.
Kondisi gawat terjadi bila timbul kejang atau bahkan pingsan yang berarti
sudah terjadi gangguan di otak. Pada tahap ini bisa dikatakan penyakit berada
pada tahap eklampsia. Pada kasus yang sudah lanjut, sang ibu pada awalnya
mengalami kejang selama 30 detik, lalu meningkat selama 2 menit, sebelum
akhirnya pingsan selama 10-30 menit. Kewaspadaan perlu ditingkatkan, karena

1
bila penderita koma berkepanjangan bisa timbul komplikasi berat. Seperti gagal
jantung, gagal ginjal, terganggunya fungsi paru-paru, dan tersendatnya
metabolisme tubuh.
Kelainan pre-eklampsia dan eklampsia berbeda dengan kehamilan dengan
hipertensi. Bedanya, pada pre-eklampsia dan eklampsia tekanan darah yang
tadinya normal tiba-tiba naik ketika kehamilan masuk minggu ke-20. Sementara
penderita hipertensi yang hamil, tekanan darahnya tinggi sejak awal, bisa saja
penderita hipertensi juga menderita pre-eklampsia. Biasanya pada kehamilan
minggu ke-20, tekanan darahnya sudah mencapai 160/100. Tidak menutup
kemungkinan penderita tekanan darah rendah juga bisa terkena pre-eklampsia.

B. Batasan Masalah

Makalah Studi Kasus yang diberikan dibatasi hanya pada Asuhan Kebidanan

Kegawatdaaruratan Maternal dan Neonatal pada Persalinan Kala I dan II dengan

Eklamsia.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum
Diperolehnya gambaran tentang Asuhan Kebidanan
Kegawatdaaruratan Maternal dan Neonatal pada Persalinan Kala I dan II
dengan Eklamsia dengan menggunakan pendekatan manajemen
kebidanan yang didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
2. Tujuan khusus
a. Diperolehnya gambaran tentang pengumpulan data dasar pada
Asuhan Kebidanan Kegawatdaaruratan Maternal dan Neonatal pada
Persalinan Kala I dan II dengan Eklamsia
b. Diperolehnya gambaran tentang interprestasi data untuk
mengidentifikasi diagnosa masalah Asuhan Kebidanan
Kegawatdaaruratan Maternal dan Neonatal pada Persalinan Kala I dan
II dengan Eklamsia.

2
c. Diperolehnya gambaran tentang identifikasi diagnosa atau masalah
potensial dalam Asuhan Kebidanan Kegawatdaaruratan Maternal dan
Neonatal pada Persalinan Kala I dan II dengan Eklamsia.
d. Diperolehnya gambaran tentang menetapkan kebutuhan terhadap
tindakan segera baik mandiri, kolaborasi, rujukan, dalam memberikan
Asuhan Kebidanan Kegawatdaaruratan Maternal dan Neonatal pada
Persalinan Kala I dan II dengan Eklamsia.
e. Diperolehnya gambaran tentang rencana asuhan yang menyeluruh
dengan tepat dan rasional berdasarkan kebutuhan selama Asuhan
Kebidanan Kegawatdaaruratan Maternal dan Neonatal pada
Persalinan Kala I dan II dengan Eklamsia.
f. Diperolehnya gambaran tentang pelaksanakan Asuhan Kebidanan
Kegawatdaaruratan Maternal dan Neonatal pada Persalinan Kala I dan
II dengan Eklamsia.
g. Diperolehnya gambaran tentang evaluasi hasil Asuhan Kebidanan
Kegawatdaaruratan Maternal dan Neonatal pada Persalinan Kala I dan
II dengan Eklamsia.

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Lahan Praktik
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan
mutu pelayanan khususnya meningkatkan mutu pelayanan dalam
melakukan Asuhan Kebidanan Kegawatdaaruratan Maternal dan Neonatal
pada Persalinan Kala I dan II dengan Eklamsia.
2. Bagi Poltekkes Kemenkes Jambi Jurusan Kebidanan
Dapat digunakan sebagai referensi pembelajaran serta dan menambah
pengetahuan dalam melakukan Asuhan Kebidanan Kegawatdaaruratan
Maternal dan Neonatal pada Persalinan Kala I dan II dengan Eklamsia,
serta menjadi bahan kepustakaan bagi Poltekkes Kemenkes Jambi Jurusan
Kebidanan.
3. Bagi Pemberi Asuhan Lain
Sebagai masukkan dalam Asuhan Kebidanan Kegawatdaaruratan
Maternal dan Neonatal pada Persalinan Kala I dan II dengan Eklamsia

3
dan di masyarakat dan sebagai acuan dalam pembuatan studi kasus
selanjutnya dengan variabel yang berbeda.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Klinis
1. Persalinan
Menurut Asri (2010:1), persalinan adalah proses membuka dan
menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan
kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin.
Menurut Varney (2007:672), persalinan adalah rangkaian proses yang
berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai
dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif
pada serviks, dan diakhiri dengan pelahiran plasenta.
Menurut Oxorn ( 2010:103), persalinan adalah fungsi seorang wanita,
dengan fungsi ini produk konsepsi ( janin, air ketuban, plasenta dan selaput
ketuba) dilepas kemudian dikeluarkan dari uterus melalui vagina ke dunia
luar.
Berdasarkan dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa
persalinan adalah proses dimulainya kontraksi secara teratur dan sering
sampai hasil konsepsi keluar dari uterus atau Rahim.

2. Laserasi Jalan Lahir


a. Definisi
Istilah eklampsia berasal dari bahasa Yunani dan berarti "halilintar".
Kata tersebut dipakai karena seolah-olah gejala-gejala eklampsia timbul
dengan tiba-tiba tanpa didahului oleh tanda-tanda lain. Sekarang kita
ketahui bahwa eklampsia pada umumnya timbul pada wanita hamil atau
dalam nifas dengan tanda-tanda pre-eklampsia. Pada wanita yang
menderita eklampsia timbul serangan kejang yang diikuti oleh koma.
Eklampsia lebih sering pada primigravida daripada multipara. Tergantung
dari saat timbulnya eklampsia dibedakan eklampsia gravidarum
(eklampsia antepartum), eklampsia parturientum (eklampsia intrapartum),

5
dan eklampsia puerperale (eklampsia postpartum). Kebanyakan terjadi
antepartum. Perlu dikemukakan bahwa pada eklampsia gravidarum sering
kali persalinan mulai tidak lama kemudian dengan pengetahuan bahwa
biasanya eklampsia didahului oleh pre-eklampsia, tampak pentingnya
pengawasan antenatal yang teliti dan teratur, sebagai usaha untuk
mencegah timbulnya penyakit itu.2
Eklampsia lebih sering terjadi pada :
1) Kehamilan kembar
2) Hydramnion
3) Mola hydatidosa
b. Klasifikasi
1) Eklampsia gravidarum (Eklampsia antepartum)
Adalah tekanan darah tinggi yang disertai dengan proteinuria
(protein dalam air kencing) atau edema (penimbunan cairan), yang
terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama
setelah persalinan.
2) Eklampsia parturientum (Eklampsia intrapartum)
Intrapartum eklampsia adalah pengembangan kejang atau
koma pada wanita hamil menderita tekanan darah tinggi. Intrapartum
berarti bahwa itu terjadi selama pengiriman bayi. Eklampsia adalah
kondisi serius yang memerlukan pengobatan medis yang mendesak.
Eklampsia dapat dikaitkan dengan peningkatan moderat serta
signifikan pada melahirkan atau mungkin bertahan untuk jangka
waktu tertentu.
3) Eklampsia puerperale (Eklampsia post partum)
Pengembangan kejang atau koma pada wanita hamil menderita
tekanan darah tinggi. Postpartum berarti bahwa segera setelah
melahirkan. Eklampsia adalah kondisi serius yang memerlukan
pengobatan medis yang mendesak. Eklampsia dapat dikaitkan dengan
peningkatan moderat serta signifikan pada tekanan darah.
c. Etiologi
Apa yang menjadi penyebab preeclampsia dan eklampsia sampai
sekarang belum diketahui. Beberapa teori yang mengatakan bahwa

6
perkiraan etiologi dari kelainan tersebut sehingga kelainan ini sering
dikenal sebagai the diseases of theory. Adapun teori-teori tersebut antara
lain :
1) Peran Prostasiklin dan Tromboksan .
2) Peran faktor imunologis.
3) Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi system komplemen
pada pre-eklampsi/eklampsia.
4) Peran faktor genetik /familial
5) Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsi/
eklampsi pada anak-anak dari ibu yang menderita
preeklampsi/eklampsi.
6) Kecenderungan meningkatnya frekuensi pre-eklampsi/eklampspia dan
anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat pre-eklampsi/eklampsia dan
bukan pada ipar mereka.
7) Peran renin-angiotensin-aldosteron system (RAAS)
Sebab eklampsia belum diketahui benar. Salah satu teori yang
dikemukakan ialah bahwa eklampsia disebabkan ischemia rahim dan
plasenta (ischaemia uteroplacentae). Selama kehamilan uterus memerlukan
darah lebih banyak.1
d. Patofisiologi
Vasokonstriksi merupakan dasar patogenesis Preeklampsi-eklampsi.
Vasokonstriksi menimbulkan peningkatan total perifer resisten dan
menimbulkan hipertensi. Adanya vasokonstriksi juga akan menimbulkan
hipoksia pada endotel setempat, sehingga terjadi kerusakan endotel,
kebocoran arteriole disertai perdarahan mikro pada tempat endotel. Selain
itu Hubel (1989) mengatakan bahwa adanya vasokonstriksi arteri spiralis
akan menyebabkan terjadinya penurunan perfusi uteroplasenter yang
selanjutnya akan menimbulkan maladaptasi plasenta. Hipoksia/anoksia
jaringan merupakan sumber reaksi hiperoksidase lemak, sedangkan proses
hiperoksidasi itu sendiri memerlukan peningkatan konsumsi oksigen,
sehingga dengan demikian akan mengganggu metabolisme di dalam sel
Peroksidase lemak adalah hasil proses oksidase lemak tak jenuh yang
menghasilkan hiperoksidase lemak jenuh. Peroksidase lemak merupakan

7
radikal bebas. Apabila keseimbangan antara perok-sidase terganggu,
dimana peroksidase dan oksidan lebih domi-nan, maka akan timbul
keadaan yang disebut stess oksidatif.3
Pada Preeklampsi-eklampsi serum anti oksidan kadarnya menurun dan
plasenta menjadi sumber terjadinya peroksidase lemak. Sedangkan pada
wanita hamil normal, serumnya mengandung transferin, ion tembaga dan
sulfhidril yang berperan sebagai antioksidan yang cukup kuat. Peroksidase
lemak beredar dalam aliran darah melalui ikatan lipoprotein. Peroksidase
lemak ini akan sampai kesemua komponen sel yang dilewati termasuk sel-
sel endotel yang akan mengakibatkan rusaknya sel-sel endotel tersebut.
Rusaknya sel-sel endotel tersebut akan meng-akibatkan antara lain :3
1) adesi dan agregasi trombosit,
2) gangguan permeabilitas lapisan endotel terhadap plasma
3) terlepasnya enzim lisosom, tromboksan dan serotonin sebagai akibat
dai rusaknya trombosit
4) produksi prostasiklin terhenti
5) terganggunya keseimbangan prostasiklin dan tromboksan
6) terjadi hipoksia plasenta akibat konsumsi oksigen oleh peroksidase
lema
e. Gejala Dan Tanda
Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya pre-
eklampsia dan terjadinya gejala-gejala nyeri kepala di daerah frontal,
gangguan penglihatan, mual keras, nyeri di epigastrium, dan
hiperrefleksia. Bila keadaan ini tidak dikenal dan tidak segera diobati,
akan timbul kejangan; terutama pada persalinan bahaya ini besar. Konvulsi
eklampsia dibagi dalam 4 tingkat, yaitu :2
1) Tingkat awal atau aura (Tingkat Invasi). Keadaan ini berlangsung kira
kira 30 detik. Mata penderita terbuka tanpa melihat, kelopak mata
bergetar demikian pula tangannya, dan kepala diputar ke kanan atau ke
kiri.2
2) Kemudian timbul tingkat kejangan tonik (Tingkat Kontraksi) yang
berlangsung kurang lebih 30 detik. Dalam tingkat ini seluruh otot
menjadi kaku, wajahnya kelihatan kaku, tangan menggenggam, dan

8
kaki membengkok ke dalam. Pernapasan berhenti, muka mulai
menjadi sianotik, lidah dapat tergigit.2
3) Stadium ini kemudian disusul oleh tingkat kejangan klonik (Tingkat
Konvulsi) yang berlangsung antara 1 – 2 menit. Spasmus tonik
menghilang. Semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam tempo
yang cepat. Mulut membuka dan menutup dan lidah dapat tergigit lagi.
Bola mata menonjol. Dari mulut ke luar ludah yang berbusa, muka
menunjukkan kongesti dan sianosis. Penderita menjadi tak sadar.
Kejang klonik ini dapat demikian hebatnya, sehingga penderita dapat
terjatuh dari tempat tidurnya. Akhirnya, kejangan terhenti dan
penderita menarik napas secara mendengkur.
4) Sekarang ia memasuki tingkat koma. Lamanya ketidaksadaran tidak
selalu sama secara perlahan-lahan penderita menjadi sadar lagi, Kalau
pasien sadar kembali maka ia tidak ingat sama sekali apa yang telah
terjadi, lamanya coma dari beberapa menit sampai berjam-jam, akan
tetapi dapat terjadi pula bahwa sebelum itu timbul serangan baru dan
yang berulang, sehingga ia tetap dalam koma.2

Selama serangan tekanan darah meninggi, nadi cepat, dan suhu


meningkat sampai 40 derajat Celcius. Sebagai akibat serangan dapat
terjadi komplikasi-komplikasi seperti (1) lidah tergigit; perlukaan dan
fraktura; (2) gangguan pernapasan; (3) solusio plasenta; dan (4)
perdarahan otak.2

Sebab kematian eklampsia ialah : oedeme paru-paru, apoplexia dan


accidosis. Atau pasien mati setelah beberapa hari karena pneumonia
aspirasi, kerusakan hati dan gangguan faal ginjal.

Kadang-kadang terjadi eklampsia tanpa kejang, gejala yang menonjol


adalah koma. Eklampsia semacam ini disebut ”eclampsia sine eclampsi”,
dan terjadi pada kerusakan hati yang berat. Pernafasan biasanya cepat dan
berbunyi, pada eklampsia yang berat ada cyanosis.

Setelah persalinan keadaan pasien berangsur baik, kira-kira dalam 12-


24 jam. Juga kalau anak mati di dalam kandungan sering kita lihat bahwa

9
beratnya penyakit akan berkurang. Proteinuri hilang dalam 4-5 hari
sedangkan tensi normal kembali kira-kira 2 minggu.

f. Diagnosis
Diagnosis eklampsia umumnya tidak mengalami kesukaran. Dengan
adanya tanda dan gejala pre-eklampsia yang disusul oleh serangan
kejangan seperti telah diuraikan, maka diagnosis eklampsia sudah tidak
diragukan. Walaupun demikian, eklampsia harus dibedakan dari (1)
epilepsi; dalam anamnesis diketahui adanya serangan sebelum hamil atau
pada hamil-muda dan tanda pre-eklampsia tidak ada; (2) kejang karena
obat anestesia; apabila obat anestesia lokal tersuntikkan ke dalam vena,
dapat timbul kejang; (3) koma karena sebab lain, seperti diabetes,
perdarahan otak, meningitis, ensefalitis, uremia, keracunan.2
g. Komplikasi
Komplikasi yang terberat ialah kematian ibu dan janin. Usaha utama
ialah melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita pre-eklampsia dan
eklampsia. Komplikasi yang tersebut di bawah ini biasanya terjadi pada
pre-eklampsia berat dan eklampsia.
1) Solusio plasenta. Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu yang
menderita hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada pre-eklampsia.
Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo 15,5% sulusio plasenta
disertai pre-eklampsia
2) Hipofibrinogenemia. Pada pre-eklampsia berat Zuspan (1978)
menemukan 23% bipofibrinogenemia, maka dari itu penulis
menganjurkan pemeriksaan kadar fibrinogen secara berkala.
3) Hemolisis. Penderita dengan pre-eklampsia berat kadang-kadang
menunjukkan gejala klinik hemolisis yang dikenal karena ikterus.
Belum diketahui dengan pasti apakah ini merupakan kerusakan sel-sel
hati atau destruksi sel darah merah. Nekrosis periportal hati yang
sering ditemukan pada autopsi penderita eklampsia dapat
menerangkanikterus tersebut.
4) Perdarahan otak. Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian
maternal penderita eklampsia.

10
5) Kelainan mata. Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang
berlangsung sampai seminggu, dapat terjadi. Perdarahan kadang-
kadang terjadi pada retina; hal ini merupakan tanda gawat akan
terjadinya apopleksia serebri.
6) Edema paru-paru. Zuspan (1978) menemukan hanya satu penderita
dari 69 kasus eklampsia, hal ini disebabkan karena payah jantung.
7) Nekrosis hati. Nekrosis periportal hati pada pre-eklampsia-eklampsia
merupakan akibat vasopasmus arteriol umum. Kelainan ini diduga
khas untuk eklampsia, tetapi ternyata juga ditemukan pada penyakit
lain. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal
hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.
8) Sindroma HELLP. Yaitu haemolysis, elevated liver enzymes, dan low
platelet count.
9) Kelainan ginjal. Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu
pembengkakan sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan
struktur lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai
gagal ginjal.
10) Komplikasi lain. Lidah tergigit, trauma dan frakura karena jatuh akibat
kejang-kejang pneumonia aspirasi, dan DIC (disseminated
intravascular coogulation).
11) Prematuritas, dismaturitas dan kematian jani intra-uterin.
h. Prognosis
Eklampsia di Indonesia masih merupakan penyakit pada kehamilan
yang meminta korban besar dari ibu dan bayi. Dari berbagai pengumuman,
diketahui kematian ibu berkisar antara 9,8% - 25,5% sedangkan kematian
bayi lebih tinggi lagi, yakni 42,2% - 48,9%. Sebaliknya, kematian ibu dan
bayi di negara maju lebih kecil. Tingginya kematian ibu dan anak di
negara-negara yang kurang maju disebabkan oleh kurang sempurnanya
pengawasan antenatal dan nata; penderita-penderita eklampsia sering
terlambat mendapat pengobatan yang tepat. Kematian ibu biasanya
disebabkan oleh perdarahan otak, dekompensasio kordis dengan edema
paru-paru, payah-ginjal, dan masuknya isi lambung ke dalam jalan
pernapasan waktu kejangan.

11
Sebab kematian bayi terutama oleh hipoksia intrauterin dan
prematuritas. Berlawanan dengan yang sering diduga, pre-eklampsia dan
eklampsia tidak menyebabkan hipertensi menahun. Oleh penulis-penulis
tersebut ditemukan bahwa pada penderita yang mengalami eklampsia pada
kehamilan pertama, frekuensi hipertensi 15 tahun kemudian atau lebih
tinggi daripada mereka yang hamil tanpa eklampsia.
Prognosa kurang baik untuk Ibu dan anak. Prognosa bagi multipaara
lebih buruk, dipengaruhi juga oleh umur terutama kalau umur melebihi 35
tahun dan juga oleh keadaan waktu masuk Rumah Sakit.
Jika diuresis lebih dari 800 cc dalam 24 jam atau 200 cc tiap 6 jam maka
prognosa agak baik. Oliguri dan anuri merupakan gejala yang buruk.
Gejala-gejala lain memberatkan prognosa dikemukakan oleh Eden :
1) Coma yang lama
2) Nadi > 120 x/menit
3) Suhu > 39°C
4) TD > 200 mmHg
5) > 10 serangan
6) Proteinuti 10 gr sehari atau lebih
7) Tidak adanya oedem
i. Pencegahan
Pada umumnya timbulnya eklampsia dapat dicegah, atau frekuensinya
dikurangi. Usaha-usaha untuk menurunkan frekuensi eklampsia terdiri atas
:2
1) Meningkatkan jumlah balai pemeriksaan antenatal dan mengusahakan
agar semua wanita hamil memeriksakan diri sejak hamil-muda;
2) Mencari pada tiap pemeriksaan tanda-tanda pre-eklampsia dan
mengobatinya segara apabila ditemukan;
3) Mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya pada kehamilan 37 minggu
ke atas apabila setelah dirawat tanda-tanda pre-eklampsia tidak juga
dapat dihilangkan.

12
j. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
1) Gambaran klinik : pertambahan berat badan yang berlebihan,
edema, hipertensi, dan timbul proteinuria
2) Gejala subyektif : sakit kepala didaerah fromtal, nyeri
epigastrium; gangguan visus; penglihatan kabur, skotoma, diplopia;
mual dan muntah.
3) Gangguan serebral lainnya: refleks meningkat, dan tidak tenang
4) Pemeriksaan : tekanan darah tinggi, refleks meningkat dan
proteinuria pada pemeriksaan laboratorium
k. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
a) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
- Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal
hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr% )
- Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% )
- Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 )
b) Urinalisis
Ditemukan protein dalam urine.
c) Pemeriksaan Fungsi hati
- Bilirubin meningkat (N= < 1 mg/dl)
- LDH (laktat dehidrogenase) meningkat
- Aspartat aminomtransferase (AST) > 60 ul.
- Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat ( N=
15-45 u/ml )
- Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat (
N= <31 u/l )
- Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )
d) Tes kimia darah
Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl )

13
2) Radiologi
b) Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan
intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan
ketuban sedikit.
3) Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin bayi lemah
l. Penatalaksanaan
Prinsip penataksanaan eklamsi sama dengan pre-eklamsi berat dengan
tujuan menghentikan berulangnya serangan konvulsi dan mengakhiri
kehamilan secepatnya dengan cara yang aman setelah keadaan ibu
mengizinkan.
1) Penderita eklamsia harus di rawat inap di rumah sakit
2) Saat membawa ibu ke rumah sakit, berikan obat penenang untuk
mencegah kejang-kejang selama dalam perjalanan. Dalam hal ini dapat
diberikan pethidin 100 mg atau luminal 200mg atau morfin 10mg.
3) Tujuan perawatan di rumah sakit;
a) Menghentikan konvulsi
b) Mengurangi vaso spasmus
c) Meningkatkan diuresis
d) Mencegah infeksi
e) Memberikan pengobatan yang tepat dan cepat
f) Terminasi kehamilan dilakukan setelah 4 jam serangan kejang
terakhir dengan tidak memperhitungkan tuannya kehamilan.
4) Sesampai di rumah sakit pertolongan pertama adalah:
a) Membersihkan dan melapangkan jalan pernapasan
b) Menghindari lidah tergigit
c) Pemberian oksigen
d) Pemasangan infus dekstrosa atau glukosa 10 %-20%-40%
e) Menjaga jangan terlalu trauma
f) Pemasangan kateter tetap (dauer kateter)

14
5) Observasi ketat penderita:
a) Dalam kamar isolasi: tenang, lampu redup- tidak terang, jauh dari
kebisingan dan rangsangan.
b) Dibuat daftar catatan yang dicatat selama 30 menit: tensi, nadi,
respirasi, suhu badan, reflek, dan dieresis diukur. Kalau dapat
dilakukan funduskopi sekali sehari. Juga dicatat kesadaran dan
jumlah kejang.
c) Pemberian cairan disesuaikan dengan jumlah diuresis, pada
umumnya 2 liter dalam 24 jam.
d) Diperiksa kadar protein urine 24 jam kuantitatif
6) Penatalaksanaan pengobatan
a) Sulfas Magnesium injeksi MgSO4% dosis 4 gram IV perlahan-
lahan selama 5-10menit, kemudian disusul dengan suntikan IM
dosis 8 gram. Jika tidak ada kontraindikasi suntikan IM diteruskan
dengan dosis 4 gr setiap 4 jam. Pemberian ini dilakukan sampai
24jam setelah konvulsi berakhir atau setelah persalinan, bila tidak
ada kontraindikasi(pernapasan,reflek, dan diuresis). Harus tersedia
kalsium glukonas sebagai ntidotum. Kegunaan MgSO4 adalah:
- Mengurangi kepekaan syaraf pusat untuk mencegah konvulsi
- Menambah diuresis, kecuali bila ada anuria
- Menurunkan pernafasan yang cepat
b) Pentotal sodium
- Dosis inisal suntikan IV perlahan-lahan pentotal sodium 2,5%
sebanyak 0,2-0,3gr.
- Dengan infus secara tetes (drips)tiap 6 jam
- 1 gr pentotalsodium dalam 500 cc dektrosa 10 %
- ½ gr pentotalsodium dalam 500 cc dektrosa 10 %
- ½ gr pentotalsodium dalam 500 cc dektrosa 5 %
- ½ gr pentotal sodium dalam 500 cc dektrosa 5 %(selama 24
jam) Kerja pentotal sodium; menghentikan kejang dengan
segara. Obat ini hanya diberikan di rumah sakit karena cukup
berbahay menghentikan pernapasa(apnea)

15
c) Valium (diazepam)
Dengan dosis 40 gr dalam 500cc glukosa 10% dengan tetesan 30
tetes permenit. Seterusnya berikan setiap 2 jam 10mg dalam infus
atau suntikan IM, sampai tidak ada kejang. Obat ini cukup aman.
d) Litik koktil
Ada 2 macam kombinasi obat:
- Largatil (100mg)+ phenergen(50mg)+phetidin (100mg)
- Phetidin (100mg)+Chorpromazin(50mg)+Promezatin(50mg)
Dilarutkan dalam glukosa 5% 500cc dan diberikan secara
infuse tetes IV 4 jumlah tetesan disesuaikan dengan serangan
kejang dan tensi penderita.
e) Sfonograf
- Pertama kali morfin 20mg SC
- ½ jam stelah 1 MgSO415 % 40cc SC
- 2jam setelah 1 morfin 20 mg SC
- 5½ jam setelah 1 MgSO4 15% 20-40cc SC
- 11½ jam setelah 1 MgSO4 15% 10cc SC
- 19 jam setelah 1 MgSO4 15% 10cc SC Lama pengobatan 19
jam , cara ini sekarang sudah jarang dipakai.
7) Pemberian antibiotika
Untuk mencegah infeksi diberikan antibiotika dosis tinggi setiap hari
Penisilin prokain 1,2-2,4 juta satuan

m. Penanganan Obstetrik
Setelah pengobatan pendahuluan, dilakukan penilaian tentang status
obsterikus penderita: keadaan janin, keadaan serviks dan sebagainya.
Setelah kejang dapat diatasi, keadaan umum penderita , direncanakan
untuk mengakhiri keh amilan atau mempercepat jalannya
persalinan dengan cara yang aman.
1) Kalau belum inpartu,maka induksi partus dilakukan setelah 4 jam
bebas kejang dengan atau tanpa amniotomi.
2) Kala II harus dipersingkat dengan ekstraksi vakum atau ekstraksi
forsep. Bila janin mati embriotomi

16
3) Bila serviks masih tertutup dan lancip(pada Primi), kepala janin masih
tinggi, atu ada kesan disproporsi sefalopelvik atau ada indikasi
obstetrik lainnya sebaiknya dilakukan sectio secaria(bila janin hidup).
Anestesi yang dipakai lokal atau umum dikonsultasikan dengan ahli
anestesi.
Penatalaksanaan menurut (Saifuddin, 2016:212):
1) Pada preeklamsia berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam,
sedang pada eklamsia dalam 12 jam sejak gejala eklamsia timbul
2) Jika terdapat gawat janin, atau persalinan tidak dapat terjadi dalam
12 jam (pada eklamsia), lakukan seksio sesarea.
3) Jika seksio sesarea akan dilakukan perlu diperhatikan bahwa:
a) Tidak terdapat koagulopati
b) Anestesi yang aman/terpilih adalah anestesi umum. Jangan
lakukan anestesi local, sedang anestesi spinal berhubungan
dengan resiko hipotensi
4) Jika anestesi yang umum tidak tersedia, atau janin mati, aterm
terlalu kecil, lakukan persalinan pervaginam.
a) Jika serviks matang, lakukan induksi dengan oksitosin 2-5 IU
dalam 500 ml dekstrose 10 tetes/menit atau dengan
prostaglandin.

B. Konsep Manajemen Kebidanan


1. Pengertian
Manajemen kebidanan menurut Halen varney adalah sebuah proses
menyelesaikan masalah klinis, membuat suatu keputusan, dan memberi
perawatan, yang telah berakar pada tindakan perawat-kebidanan di awal
tahun 1970-an. Proses ini merupakan sebuah metode pengorganisasian
pikiran dan tindakan dalam suatu alur logis untuk keuntungan pasien dan
pemberi perawatan kesehatan. Proses ini dijelaskan sebagai perilaku yang
diharapkan oleh praktisi klinis, yang dengan jelas merupakan buah dari
proses pikir dan tindakan yang diambil (Varney, 2007:26)

17
2. Langkah Manajemen Kebidanan
Menurut varney (2007:26-28). Proses pelakasanaan terdiri dari tujuh
langkah berurutan, yang secara periodic disempurnakan. Proses
penatalaksanaan ini dimulai dengan mengumpulkan data dasar dan berakhir
dengan evaluasi. Tujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut:
a. Langkah 1 : Pengumpulan data dasar
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dan mengumpulkan
semua data meliputi pengkajiian riwayat, pemeriksaan fisik dan pelvic
sesuai indikasi, meninjau kembali perkembangan keperawatan saat ini atau
catatan rumah sakit terdahulu, dan meninjau kembali data hasil
laboratorium dan laporan penelitian terkait secara singkat yang diperlukan
untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap. Pada langkah pertama
ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang
berkaitan dengan kondisi klien.
b. Langkah 2 : Interprestasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi dan analisa yang benar
terhadap diagnose atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan
interprestasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar
yang sudah dikumpulkan dikembangkan sehingga ditemukan masalah
yang muncul atau diagnose yang spesifik.
c. Langkah 3 : Mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial
mengantisipasi penanganannya
Langkah ketiga mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial
berdasarkan masalah dan diagnosis saat ini berkenaan dengan tindakan
antisipasi, pencegaha jika memungkinkaan, menunggu dengan waspada
penuh, dan persiapan terhadap semua keadan yang mungkin muncul.
Langkah ini adalah langkah yang sangat penting dalam memberikan
keperawatan kesehatan yang aman.
d. Langkah 4 : Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera
Dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah
ataukebutuhan yang dihadapi klien. Setelah merumuskan tindakan yang
dilakukan untuk mengantisipasi diagnose potensial pada langkah
sebelumnya harus merumuskan tindakan segera/emergency. Dalam

18
rumusan ini termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara
mandiri, secara kolaborasi atau bersifat rujukan.
Pada langkah IV menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera
pada kasus yaitu dengan mengetahui tanda-tanda akan terjadinya masalah
potensial pada ibu sehingga dapat dengan segera dikonsultasi atau
ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan
kondisi klien.
e. Langkah 5 : Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Langkah kelima mengembangkan sebuah rencana yang menyeluruh
(kesinambungan) dari manajemen kebidanan. Identifikasi dan menetapkan
perlunya tindakan segera oleh bidan dan dokter untuk dikonsultasikan atau
ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan
kondisi klien. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa
yang sudah dilihat dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang
berkaitan.
f. Langkah 6 : Melaksanakan perencanaan
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah kelima, dilaksanakan secara efisien dan aman.
Yang dilaksanakan oleh bidan atau klien atau anggota tim kesehatan
lainnya
g. Langkah 7 : Mengevaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam manejemen kebidanan
untuk kegiatannya dilakukan terus-menerus dengan melibatkan klien,
bidan, dokter, dan keluarga. Pada langkah ini evaluasi dari asuhan
kebidanan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan
bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnosa.
3. Kerangka Konsep Manajemen Kebidanan
Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat
diaplikasikan dalam situasi apapun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
bagan 2.1 sebagai berikut

19
Bagan 2.1

Kerangka Konsep Manajemen Kebidanan

Pengkajian (Pengumpulan data


dasar)

Interprestasi Data

Mengidentifikasi Diagnosa
atau Masalah Potensial

Manajemen Tindakan segera


Kebidanan

Sumber: Varney, 2007:26-28 Perencanaan

Pelaksanaan

Evaluasi

20
C. Hukum Kewenangan Bidan
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 900/
Menkes/SK/VII/2002 wewenang seorang bidan dalam Pasal 15 adalah sebagai
berikut:
1. Dalam keadaan darurat sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu hamil dan
atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.
2. Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) hanya dapat
dilakukan:
a. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan
tersebut
b. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk
itudan dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan
pertimbangan tim ahli
c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau
keluarganya
d. Pada sarana kesehatan tertentu

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1464/Menkes/Per/X/2010 yang mengatur tentang izin dan penyelenggaraan praktik
bidan, maka dalam pasal 13 ditetapkan peraturan sebagai berikut:
1. Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10, pasal 11, dan
pasal 12. Bidan yang menjalankan program pemerintah berwenang
melakukan pelayanan kesehatan meliputi:
a. Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit kronis
tertentu dilakukan dibawah supervise dokter
b. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas
c. Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program Pemerintah.

Kewenangan bidan dalam memberikan pelayanan pada ibu hamil telah


disebutkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 900/
Menkes/SK/VII/2002 Pasal 15 dan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010

21
Pasal 13. Namun, untuk kewenangan bidan dalam pemberian pelayanan pada
ibu hamil patologi dengan mola hidatidosa tercantum pada Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 Pasal 13 ayat 2
yaitu: asuhan antenatal terintegrasi dilakukan dibawah advise dokter. Jadi, untuk
pelayanan pada ibu hamil patologi dengan mola hidatidosa dilakukan sistem
kolaborasi dengan dokter spesialis.

22
BAB III

TINJAUAN KASUS

FORMAT PENDOKUMENTASIAN
ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN (INC)

RS/PUSKESMAS/RB/BPS: Pj. Ruangan:


NOMOR RM: Tanggal/pukul Masuk:15 Agustus 2020 /16.45 WIB
Tanggal/pukul Pengkajian: 15 Agustus 2020 / 17.00
WIB
Mahasiswa: Sumberinformasitempatpelayanan
NIM: Teman Orang tua/keluarga
Pembimbing: Nakes Sendiri

A
ANAMNESA (DATA SUBJEKTIF)
1
BIODATA
Namaklien : Ny. L NamaSuami : Tn. O
Umur : 22 Th Umur : 25 Th
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan :Wiraswasta
Alamat : Rt. 26 PayoLebar Alamat : Rt. 26 Payo Lebar

PenanggungJawab
Nama : Tn. O
Umur : 25 Th
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :Wiraswasta
Alamat : Rt. 26 Payo Lebar
No. HP :-
Hubungan : Suami

KELUHAN UTAMA
Ibu mengatakan keluar lendir bercampur darah (Bloodshow) dan mules – mules sejak jam2

jam2 13.00
Riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang lalu
WIB

No Tgl Tahun Tempat Umur Jenis Penolong Anak penyulit Keadaan


Partus Partus Hamil persalinan Persalinan Kel/BB Anak skr

1 Ini
2
3

23
3 Riwayat kehamilan saat ini : G1 P0 A0 H0

Masalah yang pernahdialami:

Hamil muda:  mual  muntah perdarahan


Lain-lain:………

Hamil tua: √ pusing √ sakitkepala  perdarahan


Lain-lain:………..

Imunisasi

 TT  Hepatitis
 Lain-lain

4 Riwayat Penyakit Keluarga dan/ operasi yang lalu: (jenis penyakit/operasi, dimana, dan kapan)
 Infertilitas  infeksi virus  PMS  serviktiskronis  endometriosis

 Myoma  polipservix  kankerkandungan  operasi kandungan


Lain-lain: Tidak Ada

5 Makan/Minum/Eliminasi

Kapan terakhir kali makan/minum: makan: 20.00 WIB, minum: 06.00 WIB
Jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi: Nasi, Lauk-pauk, Sayur, Buah, Air Mineral

Kapan terakhir BAB/BAK: 03.30 Wib

6 Psikososial

Psiko sosial: Penerimaan Klien terhadap kehamilanini: diharapkan

Social support:  suami  orang tua  mertua  keluarga lain

Pengambilan keputusan: Bersama

24
B DATA OBJEKTIF (PEMERIKSAAN
FISIK)
Keadaanumum :Baik
1
Tanda-tanda Vital: TD: 200/180 mmHg, N120x/mnt, P: 28x/mnt, S:36,8°C
 Dyspnoe  wheezing  batuk

Turgor:  baik  kurang  jelek


Mata: sklera :  icterus  tdk. Icterus
Konjungtiva :  pucat  tdk. Pucat
Penglihatan :  jelas  kabur  lain-lain……

Muka:  hiperpigmentasi  edema  tdk. Tampakkelainan


 Lain-lain:…….

Payudara:  kemerahan  bengkak  normal

Putting Susu:  Datar  Menonjol  Kedalam  Lecet  Kotor

AerolaMammae:  Bersih  Kotor  Hiperpigmentasi

Pengeluaran ASI:  kolostrum  tidaktampak

Abdomen:
Bekasoperasi:  ada  tidak ada

Tanda-tanda vital:  varises  edema  tidakada


 Dingin  pucat  kebiruan  normal

PEMERIKSAAN KHUSUS
PALPASI
Tinggi fundus :28cm bagian yg terdapat dlm fundus : bokong
Letakpunggung : pu-ki presentasi : kepala
Posisi : memanjang penurunan : H-II
Pergerakan : aktif TBJ : 2.635 gr
Kontraksi : baik

AUSKULTASI
DJJ : 160x/mnt  teratur  tdkteratur  kuat  lemah
Lain-lain :………………..
PERKUSI
Reflex patella : +/+

Ano-genetalia
Vulva :  bersih  kotor  varises  edema
Pengeluaran :  tidakada  darah-lendir  keputihan
 Air ketuban, karakteristik: jernih
 Darah, karakteristik…….
Hemorroid :  tdk ada  ada, jelaskan………….
Lain-lain :

25
TOUCHER/ PERIKSA DALAM
Tgl : 15-02-2020, pukul : 17. 15 WIB, oleh : Bidan
Indikasi : tidak ada

Porsio : √ tipis tebal  lembut  kaku


Pembukaan : 5 cm
Ketuban : utuh , warna:
Presentase : kepala, uuk: kecil
Penurunan : HI  H-II  H-III  H-IV
Lain-lain :
PemeriksaanPenunjang
Hb : 13 gr% CT/BT:…../…… Ht:…………….
Lain-lain :…rapid test non reactif (-)
………………………………………………………..

Diagnosa atau masalah

G1P0A0 40 minggu kala I fase aktif janin tunggal hidup intrauterin


presentasi kepala dengan eklamsia

26
PERENCANAAN
DIAGNOSA
TANGGAL/ NAMA &
DAN PERENCANAAN
PKL PARAF
MASALAH
G1P0A0 1. Mengecek hasil rapid test covid-19 dari
15-07-2020/ 40 minggu
16.45 WIB laboratorium rumah sakit, dan memastikan
kala I fase
aktif janin pasien dengan hasil Non Reaktif.
tunggal
2. Mempersilahkan pasien mencuci tangan
hidup
intrauterin sebelum memasuki ruang dan memakai
presentasi
masker, pendamping hanya 1 orang, dan
kepala
dengan melakukan pengecekan suhu sebelum
eklamsia
pasen masuk ruangan dengan alat
termogun.
3. Bidan memakai APD level 2 yaitu :
Penutup kepala, goggles(face shield),
masker N95, Handscoon, Apron/gaun dan
alas kaki
4. Informed consent
5. Melakukan pengkajian sesuai standar
6. Beritahu keluarga ibu akan dipasangkan
infuse
7. Anjurkan ibu untuk tidur miring kiri
8. Lakukan pemasangan oksigen
9. Lanjutkan hasil kolaborasi dengan dokter
SpOG
10. Observasi kesejahteraan ibu dan janin,
serta kemajuan persalinan mengukur DJJ
dan kontraksi setiap 30 menit, pembukaan,
penurunan bagian terendah, dan tekanan
darah tiap 4 jam serta serta evaluasi
kandung kemih tiap 2 jam
11. Oservasi intake dan output
12. Siapkan partus set dan hecting set

27
13. Memberikan informasi tentang upaya

pencegahan umum Covid-19 yang dapat

dilakukan ibu hamil, nifas dan bersalin.

14. Lakukan dokumentasi asuhan yang telah


diberikan.

28
PELAKSANAAN

DIAGNOSA NAMA
TANGGAL/
DAN PELAKSANAAN &
PKL
MASALAH PARAF

1. Mengecek hasil rapid test covid19 dari


15-07-2020/ G1P0A0
16.45 WIB laboratorium rumah sakit, dan memastikan
40 minggu
kala I fase pasien dengan hasil Non Reaktif.
aktif janin
2. Mempersilahkan pasien mencuci tangan
tunggal hidup
intrauterin sebelum memasuki ruang dan memakai
presentasi
masker, pendamping hanya 1 orang, dan
kepala
dengan melakukan pengecekan suhu sebelum pasen
eklamsia
masuk ruangan dengan alat termogun.
3. Bidan memakai APD level 2 yaitu : Penutup
kepala, goggles(face shield), masker N95,
Handscoon, Apron/gaun dan alas kaki
4. Melakukan informed consent kepada ibu /
suami
5. Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada
ibu dan menjelaskan keadaan yang
dialaminya.Hasil: ibu memahami dan
mengerti dengan keadaanya.
a. TD : 200/180 mmhg
b. S : 36,80C
c. N : 120x/ menit
d. P : 28x/menit
6. Memberitahu keluarga bahwa ibu akan
dilakukan pemasangan infuse
7. Menganjurkan ibu untuk miring kiri
8. Melakukan pemasangan oksigen pada ibu
9. Melanjutkan kolaborasi dengan dokter
SpOG yaitu pemberian terapi berupa:
a. Berikan MgSO4 dan Observasi tanda-
tanda intokasi

29
b. Lakukan induksi persalinan dan
observasi kemajuan persalinan
10. Observasi kesejahteraan ibu dan janin, serta
kemajuan persalinan mengukur DJJ dan
kontraksi setiap 30 menit, pembukaan,
penurunan bagian terendah, dan tekanan
darah tiap 4 jam serta serta evaluasi
kandung kemih tiap 2 jam
11. Menyiapkan partus set dan hecting set
12. Memberikan informasi tentang upaya
pencegahan umum Covid-19 yang dapat
dilakukan ibu hamil, nifas dan bersalin yaitu
cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
sedikitnya selama 20 detik / gunakan hand
sanitizer berbasis alkohol yang setidaknya
mengandung alkohol 70%, hindari
menyentuh mata, hidung dan mulut dengan
tangan yang belum dicuci, sebisa mungkin
hindari kontak dengan orang yang sedang
sakit, gunakan masker medis saat sakit.
Tetap tinggal di rumah saat sakit atau segera
ke fasilitas kesehatan yang sesuai, tutup
mulut dan hidung saat batuk dan bersin
dengan tissue. Lakukan batuk sesuai etika
batuk, bersihkan dan lakukan disinfeksi
secara rutin permukaan dan benda yang
sering disentuh. menunda pemeriksaan
kehamilan ke tenaga kesehatan apabila tidak
ada tanda-tanda bahaya pada kehamilan,
menghindari kontak dengan hewan seperti :
kelelawar, tikus, musang, atau hewan lain
pembawa Covid-19 serta tidak pergi ke
pasar hewan, bila terdapat gejala Covid-19,

30
diharapkan untuk menghubungi telepon
layanan darurat yang tersedia, hindari pergi
ke negara/daerah terjangkit Covid-19 dan
rajin mencari informasi yang tepat dan
benar mengenai Covid-19 di media
terpercaya.
10. Melakukan pendokumentasian

31
PERENCANAAN

DIAGNOSA
TANGGAL/ NAMA &
DAN PERENCANAAN
PKL PARAF
MASALAH
G1P0A0 1. Berikan dukungan kepada ibu dengan
15-07-2020/ Hamil 40
21.00 WIB mendampingi ibu agar merasa nyaman dan
minggu
inpartu kala yakin pada diri sendiri.
II janin
2. Pastikan keadaan ibu benar-benar sudah
tunggal
hidup, normal setelah pemberian terapi advis dokter
presentasi
3. Ajarkan ibu tehnik meneran yang benar
kepala
dengan 4. Atur posisi mengedan
eklamsia
5. Observasi K/U. TTV, kontraksi uterus, dan
DDJ setiap selesai his.
6. Memberi tahu ibu tentang tindakan yang akan
dilakukan
7. Memimpin ibu meneran jika ada his
8. Melakukan persalinan dengan 60 langkah
APN
9. Mengeringkan dan menghangatkan bayi

32
PELAKSANAAN

DIAGNOSA
TANGGAL/ NAMA &
DAN PELAKSANAAN
PKL PARAF
MASALAH
G1P0A0 1. Memberikan dukungan kepada ibu
15-07-2020/ Hamil 40 minggu
21.00 WIB dengan mendampingi ibu
inpartu kala II
fase aktif janin agar merasa nyaman dan yakin
tunggal hidup
pada diri sendiri.
intrauterin
presentasi kepala 2. Memastikan keadaan ibu benar-
dengan eklamsia
benar sudah normal setelah
pemberian terapi advis dokter
3. Mengajarkan ibu tehnik meneran
yang benar yaitu pegang kedua paha
saat kontraksi dan segera meneran
saat merasa sangat sakit.
4. Atur posisi mengedan
5. mengobservasi K/U. TTV, kontraksi
uterus, dan DDJ setiap selesai his
yaitu:
KU :Baik
TD :120/80 mmhg
N : 84x/m
P :22x/m
6. Memberi tahu ibu tentang tindakan
yang akan dilakukan
7. Memimpin ibu meneran jika ada
his
8. Melakukan persalinan dengan 60
langkah APN
9. Mengeringkan dan menghangatkan
bayi.

33
PERENCANAAN

DIAGNOSA
TANGGAL/ NAMA &
DAN PERENCANAAN
PKL PARAF
MASALAH
P1A0H1, 1. Beritahu ibu bahwa bayi sudah lahir,
15-07-2020/ parturient keadaan ibu dalam keadaan baik, dan
21.25 WIB kala III placenta akan dilahirkan.
dengan
2. Lakukan Manajemen Aktif kala III
eklamsia
3. Lakukan pemeriksaan fundus untuk
memastikan apakah ada bayi kedua atau
tidak
4. Berikan suntikan oksitosin 10 IU secara
IM di 1/3 paha bagian luar.
5. Lakukan penjepitan dan pemotongan tali
pusat,kemudian mengikat tali pusat
dengan umbilical klem.
6. Lakukan PTT dengan memindahkan klem
5-10cm di depan vulva, jika uterus
berkontraksi tangan kanan melakukan
PTT kearah bawah dan tangan kiri kearah
dorsokranial di atas simfisis sampai
terlihat tanda pelepasan plasenta.
7. Lahirkan plasenta, plasenta lahir pukul
21.25 WIB
8. Lakukan massage fundus uteri agar tidak
terjadi atonia uteri sehingga uterus
berkontraksi (Fundus teraba keras)
kemudian mengajarkan kepada ibu dan
keluarga untuk melakukan sendiri
9. Lakukan pemeriksaan kelengkapan
plasenta bagian maternal danfetal.
10. Lakukan pemeriksaan jalan lahir dan
robekan, ada robekan pada perineum
derajat II yaitu dari mucosa vagina sampai
kulit dan otot perineum.

34
PELAKSANAAN

DIAGNOSA
TANGGAL/ NAMA &
DAN PELAKSANAAN
PKL PARAF
MASALAH
P1A0H1, 1. Memberitahu ibu bahwa bayi sudah lahir,
15-07-2020/ parturient kala keadaan ibu dalam keadaan baik, dan
21.25 WIB III dengan placenta akan dilahirkan.
eklamsia
2. Melakukan Manajemen Aktif kala III
3. Melakukan pemeriksaan fundus untuk
memastikan apakah ada bayi kedua atau
tidak
4. Memberikan suntikan oksitosin 10 IU
secara IM di 1/3 paha bagian luar.
5. Melakukan penjepitan dan pemotongan
tali pusat,kemudian mengikat tali pusat
dengan umbilical klem.
6. Melakukan PTT dengan memindahkan
klem 5-10cm di depan vulva,jika uterus
berkontraksi tangan kanan melakukan
PTT kearah bawah dan tangan kiri kearah
dorsokranial di atas simfisis sampai
terlihat tanda pelepasan plasenta.
7. Melahirkan plasenta, plasenta lahir pukul
10.35 WIB
8. Melakukan massage fundus uteri agar
tidak terjadi atonia uteri sehingga uterus
berkontraksi (Fundus teraba keras)
kemudian mengajarkan kepada ibu dan
keluarga untuk melakukan sendiri
9. Melakukan pemeriksaan kelengkapan
plasenta bagian maternal danfetal.
10. Melakukan pemeriksaan jalan lahir dan
robekan, ada robekan pada perineum
derajat II yaitu dari mucosa vagina sampai
kulit dan otot perineum.

35
PERENCANAAN

TANGGAL DIAGNOSA
NAMA &
/ DAN PERENCANAAN
PARAF
PKL MASALAH
1. Beritahu ibu seluruh hasil pemeriksaan
15-07- P1 A0H1 bahwa kondisi ibu baik dan TTV normal
2020/ Parturient SuciMutia
21.35 WIB 2. Lakukan pemeriksaaan jalan lahir dan raRizki
kala IV
robekan, ada robekan pada perineum derajat
II yaitu dari mucosa vagina sampai kulit dan
otot perineum.
3. Lakukan penjahitan pada luka robekan jalan
lahir
4. Observasi perdarahan dan luka robekan
5. Bersihkan ibu dari darah dengan
menggunakan air DTT dan melakukan
dekontaminasi tempa tidur dengan larutan
klorin.
6. Rendam alat-alat persalinan kedalam larutan
klorin 0,5 % selama 15 menit, alat-alat
persalinan sudah direndam kedalam larutan
klorin.
7. Lepaskan sarung tangan secara terbalik dan
rendam dalam larutan klorin kemudian
mencuci tangan.
8. Observasi TTV, TFU, kontraksi uterus,
kandungkemih, perdarahan tiap 15 menit
pada 1 jam pertama dan tiap 30 menit pada
jam kedua.
9. Lakukan dokumentasi yang diberikan

36
PELAKSANAAN

TANGGAL DIAGNOSA
NAMA &
/ DAN PELAKSANAAN
PARAF
PKL MASALAH
1. Memberitahu ibu seluruh hasil
15-07- P1 A0H1 pemeriksaan bahwa kondisi ibu baik dan
2020/ Parturient kala IV
21.35 WIB TTV normal
2. Melakukan pemeriksaaan jalan lahir dan
robekan, ada robekan pada perineum
derajat II yaitu dari mucosa vagina
sampai kulit dan otot perineum.
3. Melakukan penjahitan pada luka
robekan jalan lahir
4. Mengobservasi perdarahan dan luka
robekan
5. Membersihkan ibu dari darah dengan
menggunakan air DTT dan melakukan
dekontaminasi tempat tidur dengan
larutan klorin.
6. Merendam alat-alat persalinan kedalam
larutan klorin 0,5 %selama 15 menit,
alat-alat persalinan sudah direndam
kedalam larutan klorin.
7. Melepaskan sarung tangan secara
terbalik dan rendam dalam larutan klorin
kemudian mencuci tangan.
8. Mengobservasi TTV, TFU, kontraksi
uterus, kandung kemih, perdarahan tiap
15 menit pada 1 jam pertama dan tiap 30
menit pada jam kedua.
9. Melakukan dokumentasi pada asuhan
yang diberikan

37
KONTROL HIS

NamaIbu : Ny. L
Umur : 22 th
Alamat : Rt. 26 PayoLebar

Tgl/jam DJJ Ketuban Pembukaan Penurunan His TD N S RR Urine

15-02-
2020/

17.00 (+)
130 5cm H-II 3x10’/40” 120/80 84 36,8 20 ±150
WIB

17.30
145
Wib
3x10’/40”

18.00
143
Wib
3x10’/40”

18.30
141
Wib
3x10’/40”
19.00
140
Wib
3x10’/40”
19.30
143
Wib
4x10’/40”
20.00
140
Wib
4x10’/40”
20.30
144
Wib
4x10’/45”

21.00
137 10 cm H-IV 5x10’.45” 110/70 80 37,2 20 ±150
Wib

38
CATATAN PERKEMBANGAN
NAMA: Ny. L No. RM: PAV:
Umur: 22 th Tanggal: 15 Agustus 2020 Kelas:
Diagnosa/ Masalah:

P1A0H1 Parturient kala IV


SOAP Nama
S O A P &Paraf
Keadaan umum P1 A0 H1, Parturient 1. Memberitahu ibu seluruh hasil pemeriksaan bahwa kondisi
ibu baik, Kala IV ibu baik dan TTV normal
Ibu
kesadaran 2. Mengobservasi perdarahan, tinggi fundus, dan kontraksi ibu
mengatakan
composmentis. 3. Melakukan observasi tekanan darah, nadi, suhu pernapasan
kepalanya
Tekanan darah: dan kesadaran ibu
masih
120/80mmHg,
sedikit 4. Membersihkan ibu dari darah dengan menggunakan air
Nadi :
terasa DTT dan melakukan dekontaminasi tempat tidur dengan
80x/menit,
pusing larutan klorin.
suhu : 36,7̊ C,
pernapasan : 5. Merendam alat-alat persalinan kedalam larutan klorin 0,5
20x/menit, %selama 15 menit, alat-alat persalinan sudah direndam
berat badan:55 kedalam larutan klorin.
kg, 6. Melepaskan sarung tangan secara terbalik dan rendam
protein urine
dalam larutan klorin kemudian mencuci tangan.
negative
7. Mengobservasi TTV, TFU, kontraksi uterus, kandung
kemih, perdarahan tiap 15 menit pada 1 jam pertama dan
tiap 30 menit pada jam kedua.
8. Melakukan dokumentasi pada asuhan yang diberikan

39
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Pengkajian
Pengkajian persalinan Kala I dan II melalui anamnesa, pemeriksaaan fisik,
pemeriksaan khusus, pemeriksaan laboratorium dan USG sesuai dengan teori.
2. Interprestasi Data Dasar
a. Kala I
Diagnosa : G1P0A0 hamil 40 minggu kala I fase aktif janin tunggal hidup
intrauterine presentasi kepala dengan eklamsia
Data dasar : Sesuai dengan diagnosa masalah yang mendukung
b. Kala II
Diagnosa : G1P0A0 hamil 40 minggu Inpartu kala II janin tunggal hidup
presentasi kepala dengan eklamsia
Data dasar : Sesuai dengan diagnosa masalah yang mendukung
c. Kala III
Diagnosa : P1A0 Parturient Kala III
Data dasar : Sesuai dengan diagnosa masalah yang mendukung
d. Kala IV
Diagnosa : P1A0H1 Parturient Kala IV
Data dasar : Sesuai dengan diagnosa masalah yang mendukung
3. Masalah Potensial
Persalinan dengan eklamsia apabila tidak segera diberikan penanganan,
dengan adanya tanda-tanda kejang tingkat konvulsi maka dapat berpotensi
menjadi coma. Karena ada data yang menunjang.
4. Tindakan Segera
Kolaborasi dengan dokter ahli kandungan dilakukan untuk menetapkan
diagnosa. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk tindakan penanganan
kejang, dan pertolongan persalinan.

40
5. Rencana Tindakan
Berdasarkan diagnosa atau masalah yang ditemukan dalam persalinan
dengan eklamsia perencanaan dimulai dengan mengatasi kejang dengan
melakukan pemberian terapi sesuai dengan advis dokter SpOG, dan
melakukan pertolongan persalinan.
6. Pelaksanaan Tindakan
Pada langkah ini penulis melaksanakan semua rencana asuhan dalam
masa persalinan dengan laserasi jalan lahir yang telah dibuat sebelumnya
sesuai dengan kebutuhan ibu.
7. Evaluasi
Seluruh asuhan yang diberikan pada Ny. L persalinan dengan eklamsia
dapat dilaksanakan dan dimengerti, bahkan dapat menjelaskan kembali
materi yang diberikan bidan dari perencanaan pelaksanaan tindakan.

B. SARAN
1. Bagi Lahan Praktik
Meningkatkan pelayanan sesuai dengan standar kompetensi guna untuk
meningkatkan mutu pelayanan kebidanan, mendeteksi dini keadaan ibu hamil
agar tidak terjadi kehamilan yang mengarah ke kasus kegawatdaruratan
maternal dan neonatal, serta memberikan pendidikan kesehatan.
2. Bagi Institusi Pendidikan Poltekkes Jurusan Kebidanan
Jurusan Kebidanan Poltekkes Jambi, diharapkan dapat terus
mempertahankan mutu pendidikan serta mempertahankan sarana dan
prasarana serta kerja sama dengan instansi lainnya guna mempertahankan
mutu dan menambah wawasan bagi pendidikan
3. Bagi Penulis Selanjutnya
Meningkatkan pengalaman dan wawasan dalam melakukan asuhan studi
kasus serta diharapkan dapat menambah pengetahuan, keterampilan terhadap
praktek dan teori serta meningkatkan kemampuan penulisa lain dalam
mendokumentasikan dan memberikan asuhan kebidanan kegawatdaruratan
maternal dan neonatal.

41
DAFTAR PUSTAKA

Buku Obstetri Fisiologi, Bagian Obstetri dan Ginekologi Bagian Kedokteran Universitas
Padjajaran (UNPAD) Bandung

Kusmiyati, Yuni. 2009. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta Fitramaya Syafrudin.

Kemenkes RI,20
Profil Kesehatan Indonesia 2016-2017. Kementrian Kesehatan RI. Jakarta

Kemenkes RI 2020
Pedoman bagi Ibu Hamil, Bersalin, Nifas dan BBL di Era Pandemi COVID 19.
Kementerian Kesehatan RI. Jakarta

Mandriwati, 2011
Penuntun BelajarAsuhan Kebidanan Ibu Hamil. EGC. Jakarta: ix+209 Hlm

Pelatihan Pertolongan Pertama Gawat Darurat Obstetric Maternal Dan Neonatal.2007.


DEPKES RI. Jakarta.

Saiffuddin, 2016
Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirorahardjo. Pt Bina Pustaka Sarwono
Prawirorahardjo. Jakarta:xxvi+608 Hlm

Saiffuddin, 2018
Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Pt Bina Pustaka
Sarwono Prawirorahardjo. Jakarta: xxvi+982 Hlm

Varney, 2007
Buku Ajar Asuhan Kebidanan. EGC. Jakarta: 1 vol xxii+ 671 Hlm.

Williams, 2014
Obstetric Williams Panduan Ringkas. EGC. Jakarta: ix+888 Hlm.

Williams, 2014
Obstetric Williams Edisi 23. EGC. 2 vol Jakarta : xiii+1326 Hlm.

World Health Organisation. 2015. Trend in Maternal: 1990 -2015. Swiverland : WHO

https://www.ibi.or.id/media/Webinar IDM 2020/IBI - 3 Situasi Pelayanan Kebidanan di


Masa Pademic Covid-19

Anda mungkin juga menyukai