Anda di halaman 1dari 31

HEALTH PROMOTION PADA BAYI

Pemberian Makan Pada Bayi/ Feedinng

Pola Pemberian Makanan Pada Bayi


2.1.1. Makanan Bayi Umur 0-6 Bulan
Berikan hanya ASI saja sampai berumur enam bulan (ASI Eksklusif). Kontak fisik dan
hisapan bayi akan merangsang produksi ASI terutama 30 menit pertama setelah lahir.
Pada periode ini ASI saja sudah dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi. Berikan ASI dari
kedua payudara, berikan ASI dari satu payudara sampai kosong kemudian pindah ke
payudara lainnya (Depkes RI, 2005).
Kolostrum jangan dibuang tetapi harus segera diberikan pada bayi. Walaupun jumlahnya
sedikit, namun sudah memenuhi kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama. Pemberian
ASI tetap dilanjutkan hingga bayi berusia dua tahun. Waktu dan lama menyusui tidak
perlu dibatasi dan frekuensinya tidak perlu dijadwal (diberikan pagi, siang dan malam
hari). Serta sebaiknya jangan memberikan makanan atau minuman (air kelapa, air tajin,
air teh, madu, pisang, dan lain-lain) pada bayi sebelum diberikan ASI karena sangat
membahayakan kesehatan bayi dan mengganggu keberhasilan menyusui (Depkes RI,
2005).
2.1.2. Makanan Bayi Umur 6-9 Bulan
Hal-hal yang harus diperhatikan:
a. Pemberian ASI diteruskan.
b. Bayi mulai diperkenalkan dengan MP-ASI berbentuk lumat halus karena bayi sudah memiliki
refleks mengunyah. Contoh MP-ASI berbentuk halus antara lain bubur susu, biskuit yang
ditambah air atau susu, pisang dan pepaya yang
dilumatkan. Berikan untuk pertama kali satu jenis MP-ASI dan berikan sedikit demi sedikit
mulai dengan jumlah 1-2 sendok makan, 1-2 kali sehari. Berikan untuk beberapa hari
secara tetap, kemudian baru diberikan jenis MP-ASI yang lain.
c. Perlu diingat tiap kali berikan ASI lebih dulu baru MP-ASI, agar ASI dimanfaatkan
seoptimal mungkin.
d. Memperkenalkan makanan baru pada bayi, jangan dipaksa. Kalau bayi sulit menerima, ulangi
pemberiannya pada waktu bayi lapar, sedikit demi sedikit dengan sabar, sampai bayi
terbiasa dengan rasa makanan tersebut. 2.1.3. Makanan Bayi Umur 9-12 Bulan

Hal-hal yang perlu diperhatikan :


a. Pemberian ASI diteruskan.
b. Bayi mulai diperkenalkan dengan makanan lembek yaitu berupa nasi tim/ saring bubur
saring dengan frekuensi dua kali sehari.
c. Untuk mempertinggi nilai gizi makanan, nasi tim bayi ditambah sedikit demi sedikit
dengan sumber zat lemak, yaitu santan atau minyak kelapa/ margarin. Bahkan makanan
ini dapat menambah kalori bayi, disamping memberikan rasa enak juga mempertinggi
penyerapan vitamin A dan zat gizi lain yang larut dalam lemak. Nasi tim bayi harus diatur
secara berangsur. Lambat laun mendekati bentuk dan kepadatan makanan keluarga.
d. Berikan makanan selingan 1 kali sehari. Dipilih makanan yang bernilai gizi tinggi, seperti
bubur kacang hijau, buah dan lain-lain. Diusahakan agar makanan selingan dibuat sendiri
agar kebersihan terjamin.

dilumatkan. Berikan untuk pertama kali satu jenis MP-ASI dan berikan sedikit demi sedikit
mulai dengan jumlah 1-2 sendok makan, 1-2 kali sehari. Berikan untuk beberapa hari
secara tetap, kemudian baru diberikan jenis MP-ASI yang lain.
c. Perlu diingat tiap kali berikan ASI lebih dulu baru MP-ASI, agar ASI dimanfaatkan
seoptimal mungkin.
d. Memperkenalkan makanan baru pada bayi, jangan dipaksa. Kalau bayi sulit menerima, ulangi
pemberiannya pada waktu bayi lapar, sedikit demi sedikit dengan sabar, sampai bayi
terbiasa dengan rasa makanan tersebut. 2.1.3. Makanan Bayi Umur 9-12 Bulan

Hal-hal yang perlu diperhatikan :


a. Pemberian ASI diteruskan.
b. Bayi mulai diperkenalkan dengan makanan lembek yaitu berupa nasi tim/ saring bubur
saring dengan frekuensi dua kali sehari.
c. Untuk mempertinggi nilai gizi makanan, nasi tim bayi ditambah sedikit demi sedikit
dengan sumber zat lemak, yaitu santan atau minyak kelapa/ margarin. Bahkan makanan
ini dapat menambah kalori bayi, disamping memberikan rasa enak juga mempertinggi
penyerapan vitamin A dan zat gizi lain yang larut dalam lemak. Nasi tim bayi harus diatur
secara berangsur. Lambat laun mendekati bentuk dan kepadatan makanan keluarga.
d. Berikan makanan selingan 1 kali sehari. Dipilih makanan yang bernilai gizi tinggi, seperti
bubur kacang hijau, buah dan lain-lain. Diusahakan agar makanan selingan dibuat sendiri
agar kebersihan terjamin.

Nutrisi

Kebutuhan Zat Gizi Pada Bayi


Setiap bayi memerlukan nutrisi yang baik dan seimbang. Artinya, setiap bayi memerlukan
nutrisi dengan menu seimbang dan porsi yang tepat, tidak berlebihan dan disesuaikan dengan
kebutuhan tubuhnya. Jika pemberian nutrisi pada bayi kurang baik dari segi kualitas maupun
kuantitasnya maka pertumbuhan dan perkembangannya akan berjalan lambat. Sebaliknya, jika
pemberian nutrisi melebihi kapasitas yang dibutuhkan akan menyebabkan kegemukan yang
mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi menjadi terganggu.
Energi atau kalori sangat berpengaruh terhadap laju pembelahan sel dan pembentukkan
struktur organ-organ tubuh. Apabila energi berkurang maka proses pembelahan sel akan
terganggu dapat mengakibatkan organ-organ tubuh dan otak bayi mempunyai sel-sel yang lebih
sedikit dari pada pertumbuhan normal.
Protein sebagai zat pembangun sangat diperlukan bayi untuk pembuatan sel-sel baru dan
merupakan unsur pembentukkan berbagai struktur organ tubuh (Asydhad, 2006).
2.4. Pisang

Pisang adalah tanaman herba yang berasal dari kawasan Asia Tenggara. Tanaman pisang
menyukai daerah alam terbuka yang cukup sinar matahari, cocok tumbuh di dataran rendah
sampai pada ketinggian 1000 meter lebih diatas permukaan laut. Pada dasarnya tanaman pisang
merupakan tumbuhan yang tidak memiliki batang sejati. Batang pohonnya terbentuk dari
perkembangan dan pertumbuhan pelepah-pelepah yang mengelilingi poros lunak panjang. Batang
pisang yang sebenarnya terdapat pada bonggol yang tersembunyi di dalam tanah.
Berdasarkan manfaatnya bagi kepentingan manusia, pohon pisang dibedakan atas tiga
macam, yaitu:
1. Pisang serat

Pisang serat adalah tanaman pisang yang tidak untuk diambil buahnya, tetapi diambil
seratnya. Serat pisang dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pakaian.
2. Pisang hias

Seperti halnya pisang serat, pisang hias juga tidak dimanfaatkan untuk diambil buahnya.
Jenis pisang ini memiliki morfologi daun yang indah sehingga cocok dijadikan tanaman
penghias halaman rumah atau pinggir jalan.
3. Pisang buah

Pisang jenis ini sudah tidak asing lagi karena paling banyak dijumpai. Pisang buah
ditanam dengan tujuan untuk dimanfaatkan buahnya. Pisang buah dapat dibedakan
menjadi 4 golongan.
a. Golongan pertama adalah pisang yang dapat dimakan langsung setelah masak,
misalnya pisang susu, pisang barangan, pisang mas, dan pisang raja.
b. Golongan kedua adalah pisang yang dapat dimakan setelah diolah terlebih dahulu,
misalnya pisang tanduk, pisang uli, pisang kapas, dan pisang bangkahulu.
c. Golongan ketiga adalah pisang yang dapat dimakan langsung setelah masak maupun
diolah terlebih dahulu, misalnya pisang kepok, pisang raja, dan pisang awak.
d. Golongan keempat adalah pisang yang dapat dikonsumsi sewaktu masih mentah,
misalnya pisang klutuk atau pisang batu yang sering dijadikan bahan untuk membuat
rujak (Supriyadi dan Suyanti, 2008).

Buah pisang mempunyai kandungan gizi yang baik, antara lain menyediakan energi yang
cukup tinggi dibandingkan dengan buah-buahan yang lain. Pisang kaya akan vitamin dan mineral
seperti kalium, magnesium, besi, fosfor, dan kalsium. Oleh karena itu, buah pisang kerap
digunakan sebagai makanan pemula yang diberikan pada bayi.
Hasil penelitian Widodo (2003), mengungkapkan bahwa di Indonesia jenis MP-ASI yang
umum diberikan kepada bayi sebelum usia 4 bulan adalah pisang 57,3%. Hal yang sama juga
diperoleh dari penelitian Saragih (2008) yang dilakukan di Kabupaten Nias Selatan sebanyak
87,0% jenis MP-ASI yang diberikan kepada bayi adalah dalam bentuk bubur dan buah. Bubur
yang diberikan berupa nasi tim dan ditambah dengan lauk-pauk, dan buah yang sering diberikan
adalah pisang.
2.4.1. Pisang Awak (Musa paradisiaca var. Awak)

Pisang awak tergolong pisang yang dapat dimakan langsung setelah masak maupun
diolah terlebih dahulu. Pisang jenis ini memiliki panjang sekitar 15 cm dengan diameter 3,7 cm.
Dalam satu tandan, jumlah sisir ada 18 yang masing-masing terdiri 11 buah. Bentuk buah lurus
dengan pangkal bulat. Warna daging buah putih
kekuningan dengan kulit yang tebalnya 0,3 cm. Lamanya buah masak dari saat berbunga
adalah 5 bulan (Supriyadi dan Suyanti, 2008).
Gambar 2.1. Pisang Awak
Nanggroe Aceh Darussalam merupakan salah satu provinsi yang banyak menghasilkan
pisang. Menurut data BPS tahun 2009, jumlah produksi pisang mencapai 611.328 kuintal. Di
Aceh, pisang awak yang sudah masak dimanfaatkan oleh ibu-ibu sebagai makanan pendamping
ASI untuk bayi. Biasanya sejak bayi baru berumur tujuh hari sudah diberi makan pisang awak.
Beberapa alasan mengapa bayi diberikan pisang awak karena mereka beranggapan bahwa
pemberian ASI belum cukup mengenyangkan bagi si bayi, terkadang bayi sering menangis dan
dianggap lapar serta ibu menginginkan bayinya cepat gemuk. Memberikan pisang awak ini sudah
menjadi tradisi turun temurun. Selain dimanfaatkan sebagai MP-ASI, pisang ini juga sering
diolah menjadi makanan cemilan seperti pisang sale dan keripik. Harga pisang ini relatif murah.
Setiap 1 sisir pisang dijual dengan harga Rp. 3.000,00.
Berdasarkan hasil penelitian Sari (2010) yang dilakukan di Kabupaten Bireuen
menunjukkan bahwa 24 anak diberikan makanan tambahan pada usia di
bawah 1 bulan dan 83,3% anak diberikan pisang yang dihaluskan. Jenis pisang yang
sering diberikan adalah pisang awak dan pisang ayam.
Pisang awak yang masih hijau kulitnya tetapi cukup tua dagingnya mengandung 21-25%
zat tepung. Bila mengalami pemeraman atau masak sendiri di pohon, zat tepung itu sebagian
besar berubah menjadi beberapa jenis gula yaitu dextrose, levulose dan sucrose. Komposisi nilai
gizi pisang awak dan beberapa jenis pisang lainnya (setiap 100 gram daging buah) dapat dilihat
pada tabel 2.2. berikut:
Tabel 2.2. Komposisi Nilai Zat Gizi Pisang Awak Jenis Pisang
dan Beberapa Jenis Pisang (setiap 100 gram
daging buah) Zat Gizi
Awak Ambon Mas Raja Raja Sereh
Protein (g) 1,2 1,2 1,4 1,2 1,2
Lemak (g) 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
Karbohidrat (g) 22,2 25,8 33,6 31,8 31,1
Kadar air (g) 75,6 72 64,2 65,8 67
Kalsium (mg) 8 8 10 10 7
Besi (mg) 0,8 0,5 0,8 0,8 0,3
Vitamin A (IU) 126 146 79 950 112
Energi (kal) 95 99 127 120 118

Faktor penting untuk memaksimalkan periode emas pertumbuhan


otak adalah terpenuhinya nutrisi dan kecukupan tidur bayi. ASI terbukti
mengandung alfa protein yang cukup tinggi, alfa protein merupakan
protein utama pada whey protein yang merupakan protein halus dan
mudah dicerna. Alfa protein kaya akan asam amino essensial yang sangat
berguna untuk tumbuh kembang bayi, terutama triptofan. Triptofan adalah
asam amino yang berperan dalam proses neurotranmitter dan pengatur
pola hidup (neurobehavioral) dimana salah satu fungsinya adalah mengatur
pola tidur. Bayi yang sulit tidur atau sering terbangun dari tidurnya karena
merasa belum kenyang. Karena itu, penuhi kebutuhan makan dan minum
bayi sebelum tidur. Jika kebutuhan fisiknya dipenuhi, si kecil tidak lagi
sering terbangun di tengah malam. Yang perlu diperhatikan, ditinjau dari
kesehatan gigi, kebiasaan memberikan susu di malam hari sebaiknya
dihentikan setelah gigi bayi muncul (sekitar usia 6 bulan setelah masa ASI

eksklusif). Sebagai gantinya, berikan air putih jika ia memang haus atau
tenangkan bayi agar tidur kembali. Selain itu, memberikan makanan
terlalu banyak pada bayi terutama susu akan membuat kantong kemih
kencang pada malam harinya dan kedaan ini akan membuat bayi lebih
sering terbangun.

Dental Care

Gigi yang pertama tumbuh di sebut gigi susu dan ada beberapa diantaranya
yang belum tanggal walaupun mereka sudah beranjak remaja. Itu sebabnya
kebersihan mulut sangat penting untuk dipelihara sejak usia dini. Dengan
melakukan perawatan sejak dini, berarti Anda telah memberikan
perlindungan terbaik untuk mendapatkan gigi yang sehat pada anak kelak.
Pertumbuhan Gigi Pertama
Gigi pertama bayi akan tumbuh pada saat ia berusia 6-10 bulan. Kebanyakan
bayi tidak mengalami masalah saat gigi pertama mereka tumbuh. Kendati
demikian ada juga bayi yang mengalami gejala-gejala seperti :
1. Demam ringan
2. Gusi membengkak
3. Produksi air liur yang berelebihan
4. Sulit buang air besar
5. Terkadang kulit pipi di bagian mana gigi akan tumbuh tampak merah
dan meradang
Untuk mengatasinya Anda dapat memberikan ;
1. Obat penurun panas yang sesuai dengan anjuran dokter
2. Biarkan dia menggigit-gigit mainan yang yang dapat merangasang
pertumbuhan giginya. Jika tidak ada mainan, sebagai penggantinya
Anda memberikan makanan, seperti biskuit misalnya.
3. Ada beberapa bayi yang senang jika gusinya diusap-usap
4. Bawalah bayi Anda ke dokter jika ia mmengalami demam tinggi,
muntah, atau timbul bercak-bercak kemerahan pada kulitnya.

Mencegah Kerusakan Gigi Akibat Botol Susu


Rusaknya gigi akibat pemakaian botol susu merupakan masalah yang sering
terjadi. Hal ini disebabkan bayi terkena cairan yang mengandung gula dalam
waktu yang cukup lama. Oleh karena sebelum bayi tidur sebaiknya Anda
jangan memberikan kepadanya jus buah, susu atau minumann yang
mengandung gula. Gunakanlah kain lembut yang basah untuk membersihkan
mulut dan gusinya secara hati-hati sesudah makan dan sebelum tidur. Anda
dapat melakukannya sejak gigi pertama tumbuh.
Gigi yang tidak dibersihkan, lama kelamaan akan ditutupi oleh lapisan yang
disebut plak. Bakteri yang terdapat dalam plak tersebut akan bereaksi
dengan gula dan menghasilkan asam yang dapat merusak email atau lapisan
pelindung gigi. Jika larutan gula yang masih berada dalam mulut belum
dibersihkan, maka bakteri akan menghasilkan lebih banyak lagi asam yang
dapat merusak gigi bayi. Biasanya kerusakan gigi akibat pemakaian botol
susu akan lebih berpengaruh pada gigi-gigi rahang atas.

Setelah Gigi Pertamanya Tumbuh


Bila bayi sudah memiliki 2 gigi atau lebih, Anda dapat menggunakan sikat gigi
yang lembut untuk membersihkan giginya. Jangan memberikan pasta gigi
yang mengandung flouride sampai dia bisa meludahkan busanya keluar.
Pemakaian pasta gigi berflouride yang terlalu banyak malahan dapat
menyebabkan gigi berwarna coklat. Gunakan pasta gigi dalam jumlah sedikit
setiap akan menyikat.

Usia satu tahun, atau 6 bulan setelah gigi pertamanya tumbuh, merupakan
saat yang tepat untuk memeriksakan si kecil ke dokter gigi. Pada saat itu gigi
geliginya seharusnya sudah tumbuh lengkap atau setidaknya hampir
semuanya telah tumbuh.
Istirahat dan Tidur

Tidur Bayi
Tidur adalah proses fisiologis yang bersiklus bergantian dengan periode
yang lebih lama dari keterjagaan (Perry et all, 2006). Pada dasarnya, tidur
dibagi menjadi dua tahapan yaitu non REM (non Rapid Eye Movement) atau
biasa disebut tidur tenang dan REM (Rapid Eye Movement ) atau biasa
disebut tidur aktif.
Pola tidur bayi pada usia enam bulan mulai tampak mirip dengan orang
dewasa. Setelah mengatur periode yang umumnya memakan waktu 10
sampai 20 menit, tidur bayi berubah tahapnya yaitu dari tahap 1 non-REM
menuju tahap 3 atau 4. Bayi mungkin kembali ke tahap 1 dan berputar
kembali. Setelah satu atau dua putaran tidur NREM, REM mulai timbul
setelah 60 sampai 90 menit. Siklus tidur yang lebih sering muncul pada bayi
adalah tahap REM dan menghasilkan tidur yang lebih pendek, sekitar 30%
dari waktu tidur dihabiskan dalam siklus REM.
Tidur REM berpengaruh pada kecerdasan anak, ketika tidur aktif
(REM) aliran darah ke otak meningkat, pertumbuhan sel-sel otak lebih cepat,
merangsang fungsi-fungsi otak, restorasi emosi dan kognitif serta konsolidasi
pengalaman yang dialaminya hari itu. Semakin bertambahnya usia, tidur aktif
juga akan semakin berkurang.
Jumlah lama tidur tiap kelompok usia juga berbeda-beda tergantung
faktor fisik, psikis dan lingkungan. Pada usia 6-9 bulan memerlukan waktu
tidur sekitar 14 jam perhari dan mereka sudah bisa tidur selama tujuh jam
sekali waktu. Bayi mungkin melakukan satu atau dua kali tidur siang per hari,
yaitu sekali di pagi hari dan sekali di sore hari. Pada usia 9-12 bulan, bayi
tidur dalam tempo sekitar 12 jam di malam hari dan tidur siang dua kali
sehari dalam tempo satu jam atau dua jam sekali waktu.
Bayi mulai memasuki tahap perkembangan utamapada usia enam bulan,
termasuk duduk, berguling, dan mungkin merangkak, berdiri, bahkan belajar

melangkah. Pada usia ini bayi menyadari kemampuannya sehingga bayi


mungkin terlalu gembira untuk jatuh tertidur atau biasa suka terbangun di
tengah malam hanya karena ingin berlatih. Bayi yang tidak bisa
menenangkan dirinya untuk kembali tidur cenderung akan rewel sehingga
diperlukan penanganan yang sesuai untuk membantunya tidur.
Aktivitas tidur merupakan salah satu stimulus bagi proses tumbuh
kembang otak, karena 75 persen hormon pertumbuhan dikeluarkan saat anak
tidur. Hormon pertumbuhan ini yang bertugas merangsang pertumbuhan
tulang dan jaringan. Selain itu, hormon pertumbuhan juga memungkinkan
tubuh memperbaiki dan memperbarui seluruh sel yang ada di tubuh, dari sel
kulit, sel darah sampai sel saraf otak. Proses pembaruan sel ini akan
berlangsung lebih cepat bila si bayi sering terlelap sesuai dengan kebutuhan
tidur bayi. Selain itu, tidur juga membantu perkembangan psikis emosi,
kognitif, konsolidasi pengalaman dan kecerdasan. Oleh karena itu kebutuhan
tidur pada bayi sesuai usianya perlu mendapat perhatian dari keluarga agar
nantinya bayi dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal
(Rafknowledge, 2004; Soedjatmiko, 2006; Jahja, 2009).
B. Kualitas tidur bayi
Kualitas tidur adalah mutu atau keadaan fisiologis tertentu yang
didapatkan selama seseorang tidur, yang memulihkan proses-proses tubuh
yang terjadi pada waktu orang itu bangun. Jika kualitas tidurnya bagus artinya
fisiologi/faal tubuh dalam hal ini sel otak misalnya pulih kembali seperti
semula saat bangun tidur (Candra, 2005).
Kualitas tidur bayi tidak hanya berpengaruh pada perkembangan fisik,
tapi juga sikapnya keesokan hari. Bayi yang tidur cukup tanpa sering
terbangun akan lebih bugar dan tidak gampang rewel. Bayi dikatakan
mengalami gangguan tidur jika pada malam hari tidurnya kurang dari 9 jam,
terbangun lebih dari 3 kali dan lama terbangunnya lebih dari 1 jam. Selama
tidur bayi terlihat selalu rewel, menangis dan sulit tidur kembali (Wahyuni,
2008).

Para peneliti di Carneigie Mellon University dan University of


Pensylvania menemukan bahwa kuantitas serta kualitas tidur sesungguhnya
mempengaruhi bagaimana orang bisa menjadi sakit. Ciri-ciri bayi cukup
tidur, yaitu, ia akan dapat jatuh tertidur dengan mudah di malam hari, bugar
saat bangun tidur, tidak rewel, dan tidak memerlukan tidur siang yang
melebihi kebutuhan sesuai dengan perkembangannya.
Tidur yang tidak adekuat dan kualitas tidur yang buruk dapat
mengakibatkan gangguan keseimbangan fisiologi dan psikologi. Dampak
fisiologi meliputi penurunan aktivitas sehari-hari, rasa capai, lemah,
koordinasi neuromuskular buruk, proses penyembuhan lambat dan daya tahan
tubuh menurun. Sedangkan dampak psikologinya meliputi emosi lebih labil,
cemas, tidak konsentrasi, kemampuan kognitif dan menggabungkan
pengalamannya lebih rendah. Namun, kelebihan waktu tidur (terutama tidur
tenang) menyebabkan terjadi penyimpanan energi berlebihan. Anakpun
kurang aktif bermain, sehingga kurang berinteraksi menyebabkan
perkembangan emosi dan kognitifnya kurang optimal (Turchin, 2000; Bukit,
2003; Soedjatmiko, 2006; Saputra, 2009).
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur bayi.
Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Kualitas tersebut dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk
tidur dan memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan kebutuhannya. Di antara
yang dapat mempengaruhinya adalah:
1.Lingkungan
Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seseorang dapat
mempercepat terjadinya proses tidur. Lingkungan fisik tempat bayi tidur
berpengaruh penting pada kemampuan untuk tertidur dan tetap tertidur.
Atur suasana kamar sehingga nyaman untuk tidur yang meliputi tata
cahaya, ventilasi, tata warna, suhu, dan juga keadaan boksnya. Anda bisa
meletakkan boks di dalam kamar tidur, di samping ranjang orangtua atau
di kamar tersendiri. Hindarkan juga suara bising yang membuatnya mudah

terjaga. Jangan gunakan pewangi ruangan dan obat pengusir nyamuk yang
bisa membuatnya sesak. Nyamuk memang sering membuat bayi tidak
nyenyak tidur. Pakailah kelambu yang bisa melindungi bayi dari serangan
nyamuk. Keadaan lampu yang sangat terang akan membuat bayi sulit
membedakan siang dan malam. Keadaan yang gelap akan merangsang
otak untuk memproduksi melatonin, hormon yang dikeluarkan oleh
kelenjar pinela untuk memberitahu otak bahwa diluar hari sudah gelap
A. Bermain
A. KONSEP BERMAIN

1. Pengertian

Bermain adalah suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau

mempraktekkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi

kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berprilaku dewasa. (Aziz alimul,

2005)

Sebagai suatu aktivitas yang memberikan stimulasi dalam kemampuan

keterampilan, kognitif, dan afektif (Aziz alimul, 2005)

Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh

kesenangan/kepuasan. Bermain merupakan cerminan kemampuan fisik,

intelektual, emosional, dan social, dan bermain merupakan media yang baik untuk

belajar karena dengan bermain, anak-anak akan berkata-kata(berkomunikasi),

belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat

dilakukan, mengenal waktu, jarak serta suara. (Wong, 2009).

2. Fungsi Bermain

a. Membantu perkembangan sensorik dan motorik

Membantu perkembangan gerak dengan memainkan objek tertentu, misalnya

meraih pensil.

b. Membantu perkembangan kognitif

Membantu mengenal benda sekitar (warna, bentuk, kegunaan)

c. Meningkatkan sosialisasi anak

Diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari belajar

dalam kelompok.

d. Meningkatkan kreativitas
Saat bermain, anak mulai belajar menciptakan sesuatu dari permainan yang ada

dan mampu memodifikasi objek yang digunakan dalam permainan

e. Meningkatkan kesadaran diri

Bermain belajar memahami kemampuan diri, kelemahan dan tingkah laku

terhadap orang lain.

f. Mempunyai nilai terapeutik

Dengan bermain anak akan lebih senang, nyaman dan terhibur sehingga stress

dan ketegangan dapat dihindarkan dan bermain memberi kesempatan pada anak

untuk mengekspresikan perasaan yang tidak enak misalnya : marah, takut, benci.

g. Mempunyai nilai moral pada anak

Anak belajar benar atau salah ketika berinteraksi dengan temannya dan ada juga

beberapa permainan yang memiliki aturan yang harus dilakukan/ tidak boleh

dilanggar

h. Komunikasi

Bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi anak yang belum dapat

mengatakan secara verbal, misalnya : melukis, menggambar

3. Klasifikasi Bermain

Ada beberapa jenis permainan, baik ditinjau dari isi permainan maupun karakter

sosial

1. Berdasarkan Isi Permainan

Berdasarkan isi permainan, ada enam jenis permainan, yaitu :

a. Permainan Sosial Afektif

Inti permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang menyenangkan antara

anak dan orang lain. Misalnya, bayi akan mendapatkan kesenangan dan kepuasan

dari hubungan yang menyenangkan dengan orang tuanya dan/atau orang lain.
Permainan yang biasa dilakukan adalah Cilukba, berbicara sambil

tersenyum/tertawa, atau sekadar memberikan tangan pada bayi untuk

menggenggamnya , tetapi dengan diiringi berbicara sambil tersenyum dan tertawa.

Bayi akan mencoba berespons terhadap tingkah laku orang tuanya dan/atau orang

dewasa tersebut/misalnya dengan tersenyum, tertawa, dan/atau mengoceh .

b. Permainan bersenang-senang

Permainan ini menggunakan alat yang dapat menimbulkan rasa senang pada anak

dan biasanya mengasyikkan. Misalnya, dengan menggunakan pasir, anak akan

membuat gunung-gunungan atau benda-benda apa saja yang dapat dibentuknya

dengan pasir . Bisa juga dengan menggunakan air anak akan melakukan macam-

macam permainan, misalnya memindah-mindahkan air ke botol, bak, atau tempat

lain. Cirri khas permainan ini adalah anak akan semakin asyik bersentuhan dengan

alat permainan ini dan dengan permainan yang dilakukannya sehingga susah

dihentikan

c. Permainan Keterampilan

Sesuai dengan sebutannya, permainan ini akan meningkatkan ketrampilan anak,

khususnya motorik kasar dan halus. Misalnya, bayi akan terampil memegang benda-

benda kecil, memindahkan benda dari satu tempat ke tempat yang lain, dan anak

akan terampil naik sepeda. Jadi, keterampilan tersebut diperoleh melalui

pengulangan kegiatan permainan yang di lakukan. Semakin sering melakukan

latihan, anak akan semakin terampil.

d. Games atau permainan

Games atau permainan adalah jenis permainan yang menggunakan alat tertentu yang

menggunakan perhitungan dan/atau skor. Permainan ini bisa dilakukan oleh anak
sendiri dan/ atau dengan temannya. Banyak sekali jenis permainan ini mulai dari

yang sifatnya tradisional maupun yang modern.misalnya, ular tangga,

congklak, puzzle, dan lain-lain.

e. Perilaku unoccupied

Pada saat tertentu, anak sering terlihat mondar-mandir, tersenyum, tertawa, jinjit-

jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja, atau apa saja yang ada di

sekelilingnya. Jadi, sebenarnya anak tidak memainkan alat permainan tertentu, dan

situasi atau obyek yang ada di sekelilingnya yang di gunakannya sebagai alat

permainan. Anak tampak senang, gembira, dan asyik dengan situasi serta

lingkungannya tersebut .

f. Permainan dramatic/ pura-pura

Sesuai dengan sebutannya, pada permainan ini anak memainkan peran sebagai orang

lain melalui permainannya. Anak berceloteh sambil berpakaian meniru orang dewasa,

misalnya ibu guru, ibunya, ayahnya, kakaknya, dan sebagainya yang ingin ia tiru.

Apabila anak bermain dengan temannya, akan terjadi percakapan di antara mereka

tentang peran orang yang mereka tiru. Permainan ini penting untuk proses identifikasi

anak terhadap peran tertentu .

2. Berdasarkan Karakter Social

Berdasarkan karakter sosialnya, ada lima jenis permainan, yaitu :

a. Permainan pengamat

Pada jenis permainan ini, anak hanya mengamati temannya yang sedang bermain,

tanpa ada inisiatif untuk ikut berpartisipasi dalam permainan. Jadi, anak tersebut

bersifat pasif, tetapi ada proses pengamatan terhadap permainan yang sedang

dilakukan temannya.
b. Permainan tunggal

Pada permainan ini, anak tampak berada dalam kelompok permainan, tetapi anak

bermain sendiri dengan alat permainan yang dimilikinya, dan alat permainan tersebut

berbeda dengan alat permainan yang digunakan temannya, tidak ada kerja sama,

ataupun komunikasi dengan teman sepermainannya

c. Permainan paralel

Pada permainan ini, anak dapat menggunakan alat permainan yang sama, tetapi antara

satu anak dengan anak lainnya tidak terjadi kontak satu sama lain sehingga antara

anak satu dengan anak lain tidak ada sosialisasi satu sama lain. Biasanya permainan

ini dilakukan oleh anak usia toddler.

d. Permainan Asosiatif

Pada permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan anak lain, tetapi

tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin atau yang memimpin permainan, dan tujuan

permainan tidak jelas. Contoh permainan jenis ini adalah bermain boneka, bermain

hujan-hujanan dan bermain masak-masakan.

e. Permainan kooperatif

Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada permainan jenis ini, juga

tujuan dan pemimpin permainan. Anak yang memimpin permainan mengatur dan

mengarahkananggotanya untuk bertindak dalam permainan sesuai dengan tujuan yang

diharapkan dalam permainan tersebut. Misalnya, pada permainan sepak bola, ada

anak yang memimpin permainan, aturan main harus dijalankan oleh anak dan mereka

harus dapat mencapai tujuan bersama, yaitu memenangkan permainan dengan

memasukkan bola ke gawang lawan mainnya.


4. Faktor yang mempengaruhi aktivitas Bermain

Ada 5 faktor yang mempengaruhi aktivitas bermain pada anak yaitu tahap

pertumbuhan dan perkembangan anak, status kesehatan anak, jenis kelamin anak,

lingkungan yang mendukung, serta alat dan jenis permainan yang cocok atau sesuai

bagi anak.

a. Tahap perkembangan anak

Aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak, yaitu sesuai dengan tahapan

pertumbuhan dan perkembangan anak. Tentunya permainan anak usia bayi tidak lagi

efektif untuk pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah. Permainan adalah

stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan demikian, orang tua dan

perawat harus mengetahui dan memberikan jenis permainan yang tepat untuk setiap

tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak.

b. Status kesehatan anak

Untuk melakukan aktivitas bermain diperlukan energi. Walaupun demikian, bukan

berarti anak tidak perlu bermain pada saat sedang sakit. Yang terpenting pada saat

kondisi anak sedang menurun atau anak terkena sakit bahkan dirawat di rumah sakit

orang tua dan perawat harus jeli memilihkan permainan yang dapat dilakukan anak

sesuai dengan prinsip bermain pada anak yang sedang di rawat di rumah sakit.

c. Jenis kelamin anak

Ada beberapa pandangan tentang konsep gender dalam kaitannya dengan permainan

anak. Dalam melaksanakan aktivitas bermain tidak membedakan jenis kelamin laki-

laki atau perempuan. Untuk mengembangkan daya pikir, imajinasi, kreativitas, dan

kemampuan sosial anak. Akan tetapi ada pendapat lain yang meyakini bahwa

permainan adalah salah satu untuk membantu anak mengenal identitas diri sehingga
sebagian alat permainan anak perempuan tidak dianjurkan untuk digunakan oleh anak

laki-laki.

d. Lingkungan yang mendukung

Lingkungan rumah yang cukup luas untuk bermain memungkinkan anak mempunyai

cukup ruang gerak untuk bermain, berjalan, mondar-mandir, berlari, melompat, dan

bermain dengan teman sekelompoknya.

e. Alat dan jenis permainan yang cocok

Alat permainan harus sesuai dengan usia anak, dan permainan harus dapat

menstimulasi imajinasi dan kreativitas anak

5. Tahap Perkembangan Bermain

1. Tahap eksplorasi

Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain

2. Tahap permainan

Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan.

3. Tahap permainan sungguhan

Anak sudah ikut dalam permainan.

4. Tahap melamun

Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.

6. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aktivitas bermain

a. Energi ekstra/ tambahan

Bermain memerlukan energi yang cukup, sehingga anak memerlukan nutrisi yang

memadai. Asupan (intake) yang kurang, dapat menurunkan gairah anak. Pada anak

yang sakit, keinginan untuk bermain umumnya menurun karena energi digunakan
untuk mengatasi penyakitnya. Aktivitas bermain anak sakit yang biasa dilakukan

adalah bermain pasif, misalnya : menonton tv, mendengarkan musik dan menggambar

b. Waktu yang cukup

Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain

c. Alat permainan

Alat permainan yang digunakan harus disesuaikan dengan usia dan tahap

perkembangan anak. Orang tua hendaknya memperhatikan hal ini, sehingga alat

permainan yang diberikan dapat berfungsi dengan benar. Yang perlu diperhatikan

adalah alat permainan tersebut harus aman dan mempunyai unsure edukatif bagi anak.

d. Ruang untuk bermain

Aktivitas bermain dapat dilakukan dimana saja, diruang tamu, dihalaman bahkan

diruang tidur. Diperlukan suatu ruangan atau tempat khusus untuk bermain bila

memungkinkan, dimana ruangan tersebut sekaligus juga dapat menjadi tempat untuk

menyimpan mainannya.

e. Pengetahuan cara bermain

Anak belajar bermain dari mencoba-coba sendiri, meniru teman-temannya atau

diberitahu oleh orang tuanya. Cara yang terakhir adalah yang terbaik karena anak

lebih terarah dan lebih berkembang pengetahuannya dalam menggunakan alat

permainan tersebut. Orang tua yang tidak pernah mengetahui cara bermain dari alat

permainan yang diberikan umumnya membuat hubungannya dengan anak cenderung

menjadi kurang hangat.

f. Teman bermain

Dalam bermain, anak memerlukan bisa teman sebaya, saudara, atau orangtuanya. Ada

saat-saat tertentu dimana anak bermain sendiri agar dapat menemukan kebutuhannya

sendiri. Bermain yang dilakukan bersama dengan orang tuanya akan mengakrabkan
hubungan dan sekaligus memberikan kesempatan kepada orang tua untuk mengetahui

setiap kelainan yang dialami oleh anaknya.

g. Reward

Berikan semangat dan pujian atau hadiah pada anak bila berhasil melakukan sebuah

permainan.

7. Faktor yang menghambat anak dalam bermain

a. Kesehatan anak menurun

Anak yang sakit, tidak mempunyai energy untuk aktif bermain.

b. Tidak ada variasi dari alat permainan

c. Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainan

Meskipun banyak alat permainan, tetapi tidak banyak manfaatnya kalau anak

tidak tahu cara menggunakannya.

d. Tidak mempunyai teman bermain

Kalau tidak mempunyai teman bermain, maka aktivitas bermain yang dapat

dikerjakan sendiri akan terbatas.

8. Keuntungan bermain

a. Membuang energi ekstra.

b. Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh seperti tulang, otot, dan

organ-organ.

c. Aktivitas yang dilakukan dapat meningkatkan nafsu makan anak.

d. Anak belajar mengontrol diri.

e. Berkembangnya berbagai keterampilan yang akan berguna sepanjang hidupnya.

f. Meningkatkan daya kreativitas.

g. Mendapatkan kesempatan untuk menemukan arti dari benda-benda yang ada di

sekitar anak.
h. Cara untuk mengatasi kemarahan, kekhawatiran, iri hati,dan kedukaan.

i. Kesempatan untuk belajar bergaul dengan orang atau anak lain.

j. Kesempatan untuk menjadi pihak yang kalah ataupun yang menang dalam

bermain.

k. Kesempatan untuk belajar mengikuti aturan-aturan.

l. Dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya.

9. Hal-hal yang harus diperhatikan saat Bermain

1. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.

2. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.

3. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada

keterampilan yang lebih majemuk.

4. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain.

5. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.

B. ALAT PERMAINAN EDUKATIF ( APE )

1. Pengertian

Merupakan alat permainan yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak,

disesuaikan dengan usianya dan tingkat perkembangannya, serta berguna untuk

mengembangkan kemampuan fisik, bahasa, kemampuan kognitif dan adaptasi

sosialnya.

2. Manfaat mainan edukatif

a. Melatih kemampuan motorik

b. Melatih konsentrasi

c. Mengenalkan konsep sebab akibat


d. Melatih bahasa dan wawasan

e. Mengenalkan warna dan bentuk

3. Pedoman Untuk Keamanan Bermain

a. Cara Pemilihan mainan

- Pilih mainan yang sesuai dengan keterampilan, kemampuan dan minat anak

- Pilih mainan yang aman untuk anak tertentu, lihat label yang menunjukkan

kelompok usia yang sesuai

- Untuk anak yang masih memasukkan objek-objek ke dalam mulut, hindari mainan

dengan bagian-bagian yang kecil yang dapat menimbulkan bahaya tersedak dan

aspirasi

- Untuk bayi, hindari mainan dengan kawat atau kabel yang panjangnya 17cm atau

lebih karena dapat menyebabkan ia tercekik

- Untuk anak dibawah 8 tahun, hindari mainan listrik

- Untuk anak dibawah 5 tahun, hindari panah atau papan panah

- Hindari mainan dengan objek tembakan atau lemparan yang dapat mencederai

mata

- Hindari mainan yang membuat kebisingan yang dapat merusak pendengaran

- Pastikan bahwa bahan-bahan pembuat mainan tersebut tidak beracun

- Periksa instruksi mainan untuk kejelasan

b. Pengawasan

- Pertahankan lingkungan bermain yang aman

- Singkirkan dan buang penutup plastik dengan segera, karena pembungkus ini

dapat menyumbat pernafasan


- Singkirkan mainan yang besar, bantalan, dan kotak-kotak dari boks bermain

karena dapat digunakan untuk memanjat

- Buat aturan permainan

- Awasi anak kecil dengan cermat selama bermain

- Ajarkan anak tentang bagaimana cara menggunakan mainan dengan tepat dan

aman

- Instruksikan anak tentang keamanan listrik

4. Jenis alat permainan berdasarkan kelompok umur

1. Usia 0 12 bulan

Tujuannya adalah :

a. Melatih reflek-reflek (untuk anak berumur 1 bulan), misalnya mengisap,

menggenggam.

b. Menstimulasi perkembangan psikologis

c. Melatih kerjasama mata dan tangan.

d. Melatih kerjasama mata dan telinga.

e. Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan.

f. Melatih mengenal sumber asal suara.

g. Melatih kepekaan perabaan.

h. Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang.

i. Menyediakan alat untuk komunikasi dan mengekspresikan perasaan

j. Membantu mengembangkan keterampilan sensori motorik

Alat permainan yang dianjurkan :

a. Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang.

b. Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.

c. Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang, boneka tangan/jari.
d. Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.

e. Alat permainan berupa selimut dan boneka.

f. Kerincingan

g. Mainan susun donat

2. Usia 1-3 tahun

Tujuannya adalah :

a. Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.

b. Memperkenalkan sumber suara.

c. Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.

d. Melatih imajinasi.

e. Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari dalam bentuk kegiatan yang menarik

f. Menyalurkan emosi atau perasaan anak.

g. Mengembangkan keterampilan berbahasa.

h. Melatih motorik halus dan kasar.

i. Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal dan

membedakan warna).

j. Melatih kerjasama mata dan tangan.

k. Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda

Alat permainan yang dianjurkan:

a. Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya.

b. Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.

c. Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga (misal: cangkir yang tidak

mudah pecah, sendok botol plastik, ember, waskom, air), balok-balok besar,

kardus-kardus besar, buku bergambar, kertas untuk dicoret-coret, krayon/pensil

berwarna.
d. Alat-alat untuk menggambar

e. Puzzle sederhana

f. Manik-manik ukuran besar

g. Lilin yang dapat dibentuk

h. Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda.

i. Bola.

3. Usia 3-6 tahun

Tujuannya adalah :

a. Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.

b. Mengembangkan kemampuan berbahasa.

c. Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi.

d. Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain pura-pura

(sandiwara).

e. Membedakan benda dengan permukaan.

f. Menumbuhkan sportivitas.

g. Mengembangkan kepercayaan diri.

h. Mengembangkan kreativitas.

i. Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dll).

j. Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan kasar.

k. Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar rumahnya.

l. Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misal : pengertian

mengenai terapung dan tenggelam.

m. Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.

Alat permainan yang dianjurkan :


a. Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak, alat

gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air, dll.

b. Alat permainan: dokter-dokteran atau masak-masakan

c. Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar rumah.

d. Alat olah raga.

e. Alat menghitung

f. Sepeda roda tiga

g. Benda berbagai macam ukuran.

h. Boneka tangan.

i. Mobil-mobilan.

j. Kapal terbang.

k. Kapal laut dsb

4. Usia 6-12 tahun

Tujuannya adalah:

a. Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan

b. Mengembangkan kemampuan berbahasa

c. Mengembangkan pengertian tentang berhitung, yaitu menambah dan mengurangi

d. Meransang daya imajinasi

e. Menumbuhkan sportivitas

f. Mengembangkan kepercayaan diri

g. Mengembangkan kreativitas

h. Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan kasar

i. Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang lain

Jenis permainan yang dianjurkan :

a. Kertas lipat (origami)


b. Menggambar dan mewarnai

c. Puzzle

d. Teka-teki/ tebak-tebakan

e. Alat permainan musik

f. Buku cerita, majalah

g. Game

5. Usia Remaja

Karakterisrik permainannya adalah permainan intelektual, permainan keahlian

membaca, seni, mengarang, hobi, video games, permainan pemecahan masalah.

C. BERMAIN DI RUMAH SAKIT

Dalam kondisi sakit atau anak yang dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap

perlu dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Saat ini, para tenaga

kesehatan sudah memahami pentingnya aktivitas bermain sehingga di bagian anak di

beberapa rumah sakit telah disediakan sarana bermain.

1. Fungsi bermain di Rumah Sakit

a. Memfasilitasi anak untuk beradaptasi dengan lingkungan yang asing

b. Memberi kesempatan untuk membuat keputusan dan kontrol

c. Membantu mengurangi stress terhadap perpisahan

d. Memberi kesempatan untuk mempelajari tentang bagian-bagian tubuh, fungsinya

dan penyakit
e. Memperbaiki konsep yang salah tentang penggunaan dan tujuan peralatan serta

prosedur medis

f. Memberi peralihan (distraksi) dan relaksasi

g. Membantu anak untuk merasa lebih aman dalam lingkungan yang asing

h. Memberi cara untuk mengurangi tekanan dan untuk mengeksplorasi perasaan

i. Menganjurkan untuk berinteraksi dan mengembangkan sikap-sikap yang positif

terhadap orang lain

j. Memberi cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan minat

k. Memberi cara untuk mencapai tujuan terapeutik

2. Prinsip Permainan Pada Anak di Rumah Sakit

a. Permainan tidak boleh bertentangan dengan pengobatan yang sedang dijalankan

pada anak. Apabila anak harus tirah baring, harus dipilih permainan yang dapat

dilakukan di tempat tidur, dan anak tidak boleh diajak bermain dengan

kelompoknya di tempat bermain khusus yang ada di ruangan rawat.

b. Permainan yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat dan sederhana

c. Permainan harus mempertimbangkan keamanan anak: perlukaan, infeksi silang

d. Permainan harus melibatkan kelompok umur yang sama

e. Melibatkan orang tua

f. Semua alat bermain harus dicuci larutan desinfektan

3. Keuntungan Bermain Pada Anak Di Rumah Sakit

a. Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dan perawat

b. Perawatan di rumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk mandiri.

Aktivitas bermain yang terprogram akan memulihkan perasaan mandiri pada

anak
c. Permainan pada anak di rumah sakit tidak hanya memberikan rasa senang pada

anak, tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan perasaan dan pikiran

cemas, takut, sedih tegang dan nyeri

d. Permainan yang terapeutik akan dapat meningkatkan kemampuan anak untuk

mempunyai tingkah laku yang positif

4. Tujuan Bermain Di Rumah Sakit

Pada prinsipnya bermain mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal

Pada saat sakit anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan

perkembanganya. Walaupun demikian, selama anak dirawat di rumah sakit,

kegiatan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan masih harus tetap dilanjutkan

untuk menjaga kesinambungan.

2. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi, serta ide idenya.

Pada saat sakit dan dirawat di rumah sakit, anak mengalami berbagai perasaan

yang sangat tidak menyenangkan. Pada anak yang belum dapat

mengekspresikanya secara verbal, permainan adalah media yang sangat efektif

untuk mengekspresikannya.

3. Mengembangkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah. Permainan

akan menstimulasi daya pikir, imajinasi dan fantasinya untuk menciptakan

sesuatu seperti yang ada dalam pikirannya. Pada saat melakukan permainan, anak

juga dihadapkan pada masalah dalam konteks permainannya, semakin lama ia

bermain dan semakin tertantang untuk dapat menyelesaikannya dengan baik.

4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stres karena sakit dan dirawat di rumah

sakit. Stres yang dialami anak saat dirawat di rumah sakit tidak dapat

dihindarkan, sebagaimana juga yang dialami orang tuanya. Untuk itu yang
terpenting adalah bagaimana menyiapkan anak dan orang tua untuk dapat

beradaptasi dengan stresor yang dialaminya di rumah sakit secara efektif.

Permainan adalah media yang efektif untuk beradaptasi karena telah terbukti

dapat menurunkan rasa cemas, takut, nyeri dan marah.

5. Proses Kegiatan Bermain

Uraikan kegiatan bermain yang akan dilakukan. Ingat bahwa perawat hanya sebagai

fasilitator dan kegiatan bermain harus dilakukan secara aktif oleh anak dan orang

tuanya. Kegiatan bermain yang dijalankan mengacu pada tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya. Apabila permainan akan dilakukan dalam kelompok, uraikan

dengan jelas aktivitas setiap anggota kelompok dalam permainan dan kegiatan orang

tua setiap anak.

6. Alat Permainan Yang Diperlukan

Alat permainan yang digunakan tidak harus yang baru dan bagus. Gunakan alat

permainan yang dimiliki anak atau yang tersedia di ruang perawatan. Yang penting

adalah alat permainan yang digunakan harus menggambarkan kreativitas perawat

dan orang tua, serta dapat menjadi media untuk eksplorasi perasaan anak.

7. Tempat Bermain

Tempat bermain untuk anak di Rumah Sakit bisa di dalam kamar pasien, ruangan

khusus atau di halaman, tergantung dari situasi dan kondisi anak. Namun sebaiknya

dilakukan diruang bermain untuk memberikan kesan santai pada anak dan anak akan

merasa lebih aman dan nyaman bermain.

Untuk bayi usia 0-1 tahun bermain bisa dilakukan diatas tempat tidur pasien.

Sementara itu, anak usia diatas 1 tahun, tempat bermain bisa dilakukan di ruang
bermain di dalam ruangan atau di halaman. Perlu pengawasan petugas dan

keterlibatan keluarga saat aktivitas bermain sehingga anak akan merasa aman dan

gembira.

8. Pelaksanaan Kegiatan Bermain

Selama kegiatan bermain respons anak dan orang tua harus diobservasi dan menjadi

catatan penting bagi perawat, bahkan apabila tampak adanya kelelahan pada anak

permainan tidak boleh di teruskan. Proses dalam melakukan permainan merupakan

hal yang terpenting, bukan semata-mata hasilnya.

9. Aktivitas Bermain Untuk Prosedur Khusus

1. Injeksi

a. Biarkan anak memegang spuit, vial, swab alcohol, dan berikan injeksi pada

boneka atau binatang mainan.

b. Gambarkan lingkaran ajaib di area injeksi sebelum injeksi dilakukan, gambar

wajah tersenyum dalam gambar setelah injeksi, hindari menggambar pada sisi

yang disuntik.

c. Biarkan anak mengoleksi spuit tanpa jarum

d. Minta anak menghitung 1 sampai 10 selama injeksi

2. Ambulasi

a. Berikan anak sesuatu untuk didorong

- Toddler, mainan tarik dorong.

- Usia sekolah, mendekorasi tiang infuse

b. Membuat parade topi

3. Biarkan anak memegang stetoskop, masker dan sarung tangan karena akan

membantu anak mengatasi rasa takutnya.


DAFTAR PUSTAKA
Alimul Hidayat, A. Aziz. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Salemba Medika,

Jakarta

Markum.A.H, 1991, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, FKUI, Jakarta

Perry, A,G & Potter, P.A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. EGC, Jakarta

Perry, A,G.& Potter,P.A. 1999. .Fundamental Keperawatan. EGC, Jakarta

Soetjiningsih, 1998. Tumbuh Kembang Anak. EGC, Jakarta.

Soetjiningsih.2005. Buku Ajar II Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Idai, Jakarta

Wong, Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik volume 1. EGC, Jakarta

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. EGC, Jakarta

Wong, Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik volume 2. EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai