Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

2.1.1 Pengertian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

Makanan pendamping ASI merupakan makanan tambahan yang diberikan

kepada bayi setelah usia 6 bulan. Jika makanan pendamping ASI diberikan dini

(sebelum usia 6 bulan) akan menurunkan konsumsi ASI dan bayi bisa mengalami

gangguan pencernaan. Namun sebaliknya jika makanan pendamping ASI diberikan

terlambat akan mengakibatkan bayi kurang gizi, bila terjadi dalam waktu panjang.

Periode emas dalam dua tahun pertama kehidupan anak dapat tercapai optimal

apabila ditunjang dengan asupan nutrisi tepat sejak lahir. Bayi (usia 0-12 bulan)

merupakan periode emas sekaligus periode kritis karena pada masa ini terjadi

pertumbuhan dan perkembangan yang pesat yang mencapai puncaknya pada usia 24

bulan. (Rahmad, 2017)

Seiring dengan bertumbuhnya bayi, tingkat kebutuhan gizinya juga semakin

bertambah. Produksi ASI yang perlahan berkurang membuat bayi membutuhkan

tambahan sumber nutrisi yan lain. Setelah bayi berusia 6 bulan, maka sudah waktunya

memperkenalkan makanan pendamping ASI pada bayi. Bayi membutuhkan zat-zat

gizi tinggi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Makanan pendamping ASI

merupakan makanan tambahan bagi bayi. Makanan ini harus menjadi pelengkap dan

dapat memenuhi kebutuhan bayi. Hal ini menunjukkan bahwa makanan pendamping

ASI berguna untuk menutupi kekurangan zat gizi yang terkandung dalam ASI.

(Nurhasanah, 2015)

6
7

2.1.2 Manfaat dan Tujuan Pemberian Makanan Pendamping ASI

Makanan pendamping ASI bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan zat gizi

anak, penyesuaian alat cerna dalam menerima makanan tambahan dan merupakan

masa peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Selain untuk memenuhi kebutuhan

bayi terhadap zat-zat gizi, pemberian makanan tambahan merupakan salah satu

proses pendidikan dimana bayi diajarkan cara mengunyah dan menelan makanan

padat dan membiasakan selera-selera bayi. (Bidari Aryana dan Fitri Ardiani, 2017)

Tujuan pemberian makanan pendamping ASI adalah:

1. Mencapai zat gizi ASI yang sudah berkembang

2. Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacammacam

makanan dengan berbagai rasa dan bentuk.

3. Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan.

4. Mencoba adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energy tinggi.

2.1.3 Syarat-syarat Makanan Pendamping ASI

Makanan tambahan untuk bayi harus mempunyai sifat fisik yang baik yaitu

rupa dan aroma yang layak. Selain itu, dilihat dari segi kepraktisan, makanan bayi

sebaiknya mudah disiapkan dengan waktu pengelohan yang singkat. Makanan

pendamping ASI harus memenuhi persyaratan khusus tentang jumlah zat-zat gizi

yang diperlukan bayi seperti protein, energi, lemak, vitamin, mineral dan zat-zat

tambahan lainnya. (Nurhasanah, 2015)

Dengan kriteria sebagai berikut:

a. Memiliki nilai energi dan kandungan protein yang tinggi.

b. Memiliki nilai suplementasi yang baik serta mengandung vitamin dan mineral

yang cocok.

c. Dapat diterima oleh alat pencernaan yang baik.


8

d. Harga relatif murah.

e. Sebaiknya dapat diproduksi dari bahan-bahan yang tersedia secara lokal.

f. Bersifat padat gizi.

g. Kandungan serat kasar atau bahan lain yang sukar dicerna dalam jumlah yang

sedikit kandungan serat kasar yang terlalu banyak justru akan mengganggu

pencernaan bayi.

2.1.4 Jenis Makanan Pendamping ASI

Beberapa jenis MPASI yang sering diberikan adalah :

1) Buah, pertama ada pisang yang mengandung cukup kalori. Buah jenis lain yang

sering diberikan pada bayi yaitu : pepaya, jeruk, dan tomat sebagai sumber vitamin A

dan C. 2) Makanan bayi tradisional, yang dibuat sendiri oleh ibu bayi. 3) Bubur bayi

kemasan, yang diperdagangkan dan dikemas dalam kaleng, karton, karton kantong

(sachet) atau botol : untuk jenis makanan seperti ini perlu dibaca dengan teliti

komposisinya yang tertera dalam labelnya (Lewis, 2013).

Berdasarkan cara membuatnya, makanan pendamping ASI dibedakan atas:

1) MP-ASI instan, yaitu berupa produk dalam kemasan buatan pabrik, seperti bubur

susu instan aneka rasa, finger food, roti, dan sebagainya.

2) MP-ASI olahan : makanan pendamping ASI yang diolah sendiri oleh para ibu

dirumah dengan aneka kreasi dan variasi. Akan sangat bermanfaat jika para ibu

mampu dan sempat membuat sendiri aneka makanan pendamping ASI ini. Sebab,

pemilihan dan cara pengolahan bahan-bahannya dapat lebih terjamin.

2.1.5 Tahapan Pemberian MP-ASI (Bayi usia 6-12 bulan)

Tahapan pemberian makan pada kelompok bayi berbeda dengan orang

dewasa dikarenakan kemampuan fisiologi bayi belum berkembang secara sempurna

sehingga pola makanan pada bayi harus sesuai dengan usianya. Pemberian makanan
9

pada bayi harus diberikan secara bertahap, baik bentuk, jenis makanan, frekuensi,

ataupun jumlahnya. ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi, terutama di awal

kehidupannya. Widodo (2003), dalam Marita Selfia (2017). Mengatakan bahwa usia

pemberia makanan pada bayi dibedakan menjadi beberapa kelompok, yaitu.

1. Usia 6 sampai 7 bulan

Pemberian MP ASI diberikan dalam bentuk lumat/halus karena bayi sudah bisa

mengunyah. Pada usia ini, bayi baru pertama kali dikenalkan dengan makanan.

Makanan yang bisa diberikan pada bayi antara lain, bubur susu yang cair terbuat dari

bahan tepung beras putih, tepung beras merah, kacang hijau, dan tepung jagung

(maizena) sebagai sumber karbohidrat. Labu kuning yang direbus sampai matang juga

boleh diberikan dalam bentuk pur.

Contoh MP ASI yang berbentuk halus seperti bubur susu, biskuit yang ditambah

air atau susu, pisang dan pepaya yang dilumatkan. Berikan untuk pertama kali salah

satu jenis MPASI, misalnya pisang lumat. Berikan sedikit demi sedikit mulai dengan

jumlah 1-2 sendok makan, 1 kali sehari. Diberikan untuk beberapa hari secra tetap

kemudian baru dapat diberi jenis MPASI yang lainnya. Berikan ASI dulu kemudian

MPASI berbentuk cairan berikan dengan sendok dan tidak menggunakan botol dan

dot. Pilihlah buah-buahan yang tidak mengandung gas, asam, dan tidak beraroma

kuat, buah yang manis lebih disarankan seperti buah pepaya, pisang, jeruk manis, pir,

avocad, dan melon. Sayuran yang boleh diberikan adalah sayuran lembut seperti

wortel, brokoli, bayam, labu siam, dan tomat.

2. Usia 7 sampai 9 bulan

Pada usia ini, bayi sudah boleh diberikan makanan berprotein seperti tempe.

Makanan berprotein hewani seperti daging giling dan telor, sebaiknya diberikan pada

saat usia bayi di atas 8 bulan. Begitu juga dengan gandum dan produk olahan dapat
10

diperkenalkan kepada bayi saat dia berusia 8 bulan ke atas, dikarenakan jenis

makanan tersebut mengandung gluten yang sulit dicerna oleh bayi.

Karbohidrat untuk sumber tenaga diperoleh dari beras putih, beras merah,

kentang, singkong, talas, ubi, tepung hunkwe, dan jagung. Kacang-kacangan juga

sudah boleh diberikan pada bayi, seperti kacang merah, kacang polong, dan kacang

hijau. Selain itu, bayi juga sudah boleh diberikan produk olahan dari gandum, seperti

oatmeal, dan makana berprotein hewani, seperti daging ayam, daging sapi, (tanpa

lemak), kining telur, dan hati ayam. Waktu pemberian MPASI pada masa ini adalah

umur 7 bulan, bisa diberikan bubur susu 1 kali, sari buah 2 kali. Umur 8 bulan dapat

diberikan bubur susu 1 kali, sari buah 1 kali dan nasi tim saring 1 kali.

3. Usia 9 sampai 12 bulan

Pemberian MPASI pada bayi usia 9 bulan dapat diberikan bubur susu 1 kali, sari

buah 1 kali, nasi tim saring 1 ali dan ditambah telur 1 kali. Pada usia 10 bulan dapat

diperkenalkan dengan makanan keluarga secara bertahap. Bentuk dan kepadatan nasi

tim bayi harus diatur secar bertahap, kemudian lambat laun mendekati bentuk dan

kepadatan makanan keluarga. di usia ini biasanya gigi bayi sudah mulai tumbuh dan

untuk semakin merangsang pertumbuhan giginya, bayi bisa mulai diberi makanan

semi padat, seperti nasi tim. Makanannya juga sudah boleh diberi sedikit garam.

Namun, sebaiknya jangan dulu untuk gula. Biarkan nayi mencicipi rasa manis alami

dari buah yang mengandung gula sederhana. Pemberian gula pasir pada bayi bisa

menyebabkan kegemukan dan bisa merusak email gigi baru tumbuh.

Bentuk dan kepadatan nasi tim harus diatur secara bertahap, kemudian lambat

laun akan mendekati bentuk dan kepadatan makanan keluarga. Berikan mskanan

selingan 1 kali sehari dengan memilih makanan yang bergizi tinggi seperti bubur

kacang hijau, buah dan lain-lain. Waktu pemberian MPASI pada usia 10-12 bulan
11

adalah bubur susu 2 kali sehari, sari buah 1 kali dan nasi tim saring 2 kali dan

ditambah telur 1 kali.

2.1.6 Dampak Ketidak cukupan Pemberian Makanan Pendamping ASI

Terlambat memberikan makanan pendamping ASI dapat menimbulkan

serangkaian dampak negatif pada kesehatan. Berikut di antaranya: (Nurhasanah,

2015)

a) Kekurangan nutrisi

Pada usia 6 bulan ke atas, ASI sudah tidak mencukupi lagi kebutuhan bayi,

sehingga harus ditunjang dengan makanan pendamping ASI. Bila

pemberiannya terlambat, dikhawatirkan akan menyebabkan terjadinya

gangguan tumbuh kembang. Salah satunya gagal tumbuh yang berisiko

menyebabkan stunting atau anak pendek. Selain itu dikhawatirkan pula terjadi

kekurangan zat besi yang dapat menyebabkan terjadinya anemia yang

berdampak pada kemampuan konsentrasi atau kemampuan belajarnya.

b) Kemampuan oromotor kurang terstimulasi

Oromotor dapat distimulasi dengan mengenalkan makanan pendamping ASI

dengan berbagai tekstur atau konsistensi, rasa, dan suhu. Celakanya, bila

oromotor tidak terstimulasi dampaknya bisa menyebabkan berbagai kondisi,

berikut di antaranya:

- Anak terlalu banyak mengeces/drolling,

- Anak mengalami kesukaran mengunyah dan menelan

- Pada sebagian kasus, anak menjadi mengemut makanan dalam waktu lama,

sehingga kesehatan mulut mengalami gangguan. Dampak lebih lanjut, gigi

anak terancam rusak, pertumbuhan rahang terganggu seperti maloklusi.


12

2.2 Konsep Perilaku

2.2.1 Pengertian Perilaku

Perilaku merupakan perbuatan/tindakan dan perkataan seseorang yang

sifatnya dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain ataupun orang yang

melakukannya. Dalam hal ini, perilaku ibu merupakan perbuatan/tindakan dan

perkataan ibu mengenai pemberian makanan pendamping ASI yang dapat dinilai oleh

orang lain maupun dirinya sendiri. Penilaian tersebut dapat berupa perasaan

mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak

memihak (unfavorable). (Nurhasanah, 2015)

Perilaku mempunyai beberapa dimensi :

A. Fisik, dapat diamati, digambarkan, dan dicatat baik. Misalnya, mengamati cara ibu

dalam memberikan makanan pendamping ASI, dan tahapan-tahapan yang

dilakukan saat pemberian makanan pendamping ASI.

B. Frekuensi, durasi dan intensitasnya. Misalnya, seberapa banyak atau seberapa

sering ibu memberikan makanan pendamping ASI kepada bayinya dalam sehari

dan sebagainya.

C. Ruang, suatu perilaku mempunyai dampak kepada lingkungan (fisik maupun

sosial) dimana perilaku itu terjadi. Apabila disuatu daerah masyarakatnya sudah

memiliki kebiasaan untuk memberikan makanan pendamping ASI pada bayi usia

kurang dari 6 bulan, makan secara tidak langsung dapat mempengaruhi individu

lainnya untuk memberikan makanan pendamping ASI sesuai dengan kebiasaan

masyarakat sekitarnya.

D. Waktu, suatu perilaku mempunyai kaitan dengan masa lampau maupun masa

yang akan datang. Hal tersebut dapat dijumpai pada seorang ibu yang apabila

anak pertama ataupun anak kedua diberikan makanan pendamping ASI pada usia
13

diatas 6 bulan, maka secara tidak langsung anak ketiga akan mendapat perlakuan

yang sama, begitu pula sebaiknya.

Perilaku dapat bersifat covert ataupun overt :

A. Overt Behavior (Perilaku Terbuka) Respon seseorang terhadap stimulus dalam

bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah

jelas dalam bentuk tindakan atau praktik (practice), yang dengan mudah dapat

diamati atau dilihat oleh orang lain.

B. Covert Behavior (Perilaku Tertutup) Respon seseorang terhadap stimulus dalam

bentuk terselubung atau tertutup (Covert).

Ada 3 faktor yang mempengaruhi perilaku :

1. Faktor Predisposisi (predisposing factor)

Faktor predisposisi merupakan faktor yang dapat mempermudah terjadinya

perilaku pada diri seseorang atau masyarakat. Faktor-faktor tersebut mencakup

pengetahuan, kepercayaan, nilai masyarakat, sikap, tradisi dan sistem dimasyarakat.

Faktor ini sangat mempengaruhi seseorang atau masyarakat karena tanpa adanya

faktor ini masyarakat tidak akan mengetahui tindakan yang seharusnya dilakukan oleh

mereka.

2. Faktor Pemungkin (enabling factor)

Faktor pemungkin atau pendukung merupakan faktor-faktor yang mencakup

fasilitas, sarana atau prasarana yang memfasilitasi atau mendukung terjadinya perilaku

pada diri seseorang atau masyarakat. Fasilitas tersebut diantaranya mencakup

puskesmas, rumah sakit, klinik, posyandu, dan sebagainya.

3. Faktor Penguat (reinforcing factor)

Faktor penguat merupakan faktor faktor yang menjadi penguat atau pendorong

untuk terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Faktor tersebut mencakup


14

tokoh masyarakat, peraturan, undangundang, surat keputusan pejabat atau

pemerintah pusat, dan sebagainya. Faktor-faktor ini dibutuhkan karena pengetahuan,

sikap dan fasilitas yang telah tersedia terkadang belum menjamin perilaku yang

terbentuk dalam diri seseorang atau masyarakat sesuai dengan yang diharapkan.

2.2.2 Domain Perilaku

A. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya).

Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan

tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.

Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga),

dan indra penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai

intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6

tingkat pengetahuan, yaitu: (Nurhasanah, 2015)

1) Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada

sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya: tahu bahwa makanan

pendamping ASI sangat penting bagi pertumbuhan anak, tahu manfaat dan

tujuan diberikannya makanan pendamping ASI , makanan pendamping ASI

sebaiknya mulai diberikan pada bayi diatas 6 bulan, dan sebagainya. Untuk

mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan

pertanyaan misalnya: apa tanda-tanda anak yang kurang gizi, apa dampak

diberikan makanan pendamping ASI tidak diberikan sesuai usia, bagaimana cara

pemberian makanan pendamping ASI, dan sebagainya.

2) Memahami (comprehension)
15

Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek tersebut, tidak

sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat

mengintrepretasikan secara benar tantang objek yang diketahui tersebut.

Misalnya ibu yang memahami tahapan pemberian makanan pendamping ASI,

bukan hanya sekedar menyebutkan tahapan sesuai usia bayi, tetapi harus dapat

menjelaskan mengapa harus diberikan secara bertahap dan sebagainya.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud

dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada

situasi yang lain. Misalnya seorang ibu yang telah paham tentang proses

pemberian makanan pendamping ASI, ia harus tahu kapan waktu dalam

pemberian makanan pendamping ASI, ibu yang telah paham mengenai makanan

pendamping ASI, ia akan memberikan makanan pendamping ASI sesuai dengan

jadwal, dan seterusnya.

4) Analisis (analysis)

Analis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan,

kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam

suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang

itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat

membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan)

terhadap pengetahuan atas objek tersebut. Misalnya, dapat menyebutkan

mengapa makanan pendamping ASI perlu dilakukan secara bertahap, dan

sebagainya.
16

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau

meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen

pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan

untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

Misalnya, dapat membuat atau meringkas dengan kata-kata atau kalimat sendiri

tantang hal-hal yang telah dibaca atau didengar mengenai makanan pendamping

ASI, dan dapat membuat kesimpulan tentang artikel yang telah dibaca.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penelitian ini dengan sendirinya

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang

berlaku dimasyarakat. Misalnya, seorang ibu dapat menilai atau menentukan

seorang anak menderita malnutrisi atau tidak, seseorang dapat menilai manfaat

diberikan makanan pendamping ASI pada bayi, dan sebagainya.

B. Sikap (Attitude)

Sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek

tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan

(senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Campbell

(1950) dalam Nurhasanah, 2015 mendefenisikan sangat sederhana, yakni: “an

individual’attitude is syndrome of response consistency withregard to object”. Jadi jelas di sini

dikatakan bahwa sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala

kejiwaan yang lain.


17

Menurut Allport (1954) dalam Nurhasanah, 2015 sikap itu terdiri dari 3 komponen

pokok, yakni:

1) Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek, artinya

bagaimana keyakinan, pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek. Sikap

ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI. Misalnya, bagaimana pendapat

atau keyakinan ibu tersebut dalam memberikan makanan pendamping ASI.

2) Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana

penilaian (terkandung didalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap objek.

Seperti contoh butir a berarti bagaimana ibu menilai terhadap pemberian

makanan pendamping ASI, apakah hal yang perlu diperhatikan ataukah tidak.

3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap adalah merupakan

komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah

merupakan ancang-ancang untuk bertindak atau berprilaku terbuka (tindakan).

Misalnya tentang contoh sikap terhadap pemberian makanan pendamping ASI,

adalah apa yang dilakukan seseorang ibu bila usia anak sudah melebihi 6 bulan.

C. Praktik atau Tindakan (practice)

Seperti telah disebutkan diatas bahwa sikap adalah kecenderungan untuk

bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk

terwujudnya tindakan perlu faktor lain, yaitu antara lain adanya fasilitas atau sarana

dan prasarana.

Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya,

yaitu :

1) Praktik Terpimpin (guided response)

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih masih

tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan. Misalnya, seorang ibu


18

ingin memberikan makanan pendamping ASI kepada anaknya tetapi hanya

menunggu anaknya ketika lapar saja.

2) Praktik secara mekanisme (mechanism)

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikkan sesuatu hal

secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis. Misalnya, seorang

ibu secara otomatis memberikan makanan pendamping ASI kepada anaknya

sesuai jadwal.

3) Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu tindakan atau paktik yang suah berkembang. Artinya, apa

yang dilakukan tidak sekadar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah

dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas. Misalnya,

seorang ibu memberikan makanan pendamping bukan hanya sekedar tau, namun

mengerti mengenai makan yang memiliki nilai gizi yang tinggi bagi bayinya.

2.3 Konsep Pertumbuhan Bayi Usia 0-12 Bulan

2.3.1 Pengertian Bayi

Bayi adalah anak berusia 0-12 bulan. Bayi pada usia 0 bulan hingga 1 tahun,

dengan pembagian masa neonatal usia 0-28 hari, masa neonatal dini usia 0-7 hari,

masa neonatal lanjut usia 8-28 hari ( Soetjiningsih, 2017 ).

Bayi merupakan aset bangsa paling berharga serta penerus masa depan. Oleh

sebab itu sangat penting untuk memperhatikan dan memprioritaskan pertumbuhan

dan perkembangan bayi itu sendiri. Bayi yaitu usia 0-12 bulan, masa bayi juga dikenal

sebagai masa golden age atau periode emas. Pada masa ini, proses tumbuh kembang

berjalan sangat cepat dan sangat menentukan perkembangan anak di masa depan.

Agar periode tersebut berkembang sesuai harapan, maka anak harus mendapat
19

stimulasi yang tepat sejak dini supaya otak anak dapat berkembang secara maksimal

dan menghindari terjadinya gangguan pertumbuhan (Mahayu,2016).

2.3.2 Masa Bayi

Awal bayi adalah awal pertumbuhan dan perkembangan setelah proses

kelahiran. Masa bayi merupakan periode sejak lahir sampai usia 12 bulan, pada bulan

pertama kehidupan adalah masa kritis karena banyak mengalami adaptasi terhadap

lingkungan, perubahan sirkulasi darah, serta organ-organ tubuh mulai berfungsi

(Ronald, 2011). Masa janin (Prenatal) sampai usia 6 bulan termasuk dalam tahap

pertama atau masa bayi. Sejak bayi lahir hingga usia 6 bulan mengalami maturasi

(kematangan) sistem organ tubuh secara progresif dan mengalami pertumbuhan yang

sangat cepat.

2.3.3 Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi

1. Dedinisi Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan (growth) sangat berkaitan dengan perubahan, dalam besar,

jumlah, ukuran, dan fungsi tingkat sel, organ maupun individu yang diukur dengan

ukuran berat ( gram, pound, kilogram ), ukuran panjang ( cm, meter ), umur tulang.

Dan keseimbangan metabolik ( reteni kalsium dan nitrogen tubuh ). Menurut

Mahayu (2016) pertumbuhan adalah bertambahnya suatu ukuran dan jumlah sel,

serta jaringan intraseluler atau bertambahnya jumlah dan besarnya sel di seluruh

bagian tubuh yang dapat di ukur secara kuantitatif.

Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam

struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks melalui pola yang teratur dan dapat

diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Tahap ini menyangkut adanya

proses diferensiasi sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem organ yang

berkembang sedemikian rupa, sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya.


20

Cakupan tahap ini termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku

sebagai hasil dari interaksi terhadap lingkungan (Sulistiawati, 2014). Perkembangan

anak yang baik memerlukan stimulasi yang baik dari orangtua. Orangtua pun wajib

mengetahui berbagai aspek perkembangan yang dialami oleh anak pada berbagai

rentang usia. Orangtua sebaiknya juga penting mengetahui dan memahami

bagaimana pemeriksaan dan stimulasi dini tumbuh kembang pada anak mereka,

sehingga setiap keterlambatan yang terjadi pada anak dapat di deteksi dan di

stimulasi dengan cepat (Padila dkk, 2019).

2. Fisiologi Sistem Saluran Pencernaan Bayi

Bagian lambung bayi ketika saat lahir berkisar antara 30-35 ml dan kemudian

meningkat sampai sekitar 75 ml. Pada kehidupan minggu ke dua, dan kemudian

meningkat pada bulan pertama sekitar 10 ml. Bayi yang menyusu selain mengisap

susu, juga akan mengisap udara melalui puting. Pada lambung sekresi asam rendah

pada 5 jam setelah lahir, kemudian meningkat dengan cepat pada 24 jam setelah lahir,

sekresi asam dan pepsin mencapai puncaknya dalam 10 hari pertama dan menurun

mulai 10-30 hari stelah lahir. Sekresi faktor intrinsik meningkat perlahan-lahan selama

2 minggu pertama, tetapi pada saat lahir kadar gastrin dalam sirkulasi 2-3 kali lebih

tinggi dari pada kadar orang dewasa.

Bayi baru lahir memiiki usus yang lebih panjang dalam ukurannya terhadap

besar bayi dan jika dibandingkan dengan orang dewasa. Pertumbuhan usus

meningkat antara 1-3 tahun, pencernaan dan penyerapan permukaan sepenuhnya

dikembangkan pada saat lahir (Sodikin, 2014).

a) Reguritasi

Regurgitasi merupakan gerakan isi lambung yang tanpa usaha ke dalam esofagus

dan mulut. Hal ini tidak berhubungan dengan keadaan stres, dan bayi yang
21

mengalami regurgitasi seringkali merasa lapar. Sfingter esofagus di bagian bawah

Lower Esophageal Spincter (LES) mencegah terjadinya refluks isi lambung ke dalam

esofagus. Regurgitasi terjadi akibat refluks gastroesofagus melalui LES yang

inkompeten atau pada bayi yang LES-nya belum matur. Seringkali hal ini merupakan

proses perkembangan dan regurgitasi atau gumoh akan berhenti seiring dengan

berjalannya proses pematangan. (Sodikin, 2014)

2.3.4 Tahap Perkembangan Bayi Usia 6-12 Bulan

Pada usia ini bayi mampu berkomunikasi meski dalam bentuk sangat

sederhana. Dengan pemenuhan zat gizi yang diperolehnya dari ASI sejalan dengan

peningkatan proses tumbuh kembang yang sedang dijalani, kini ASI saja tidak cukup

untuk memenuhi zat gizinya yang dibutuhkan oleh tubuh, maka mulai usia ini perlu

diperkenalkan beberapa jenis makanan padat yang disebut makanan pendamping ASI

(MP-ASI) Marimbi, (2011). Menginjak usia 6 bulan ke atas, ASI sebagai sumber

nutrisi sudah tidak mencukupi lagi kebutuhan gizi yang terus berkembang. Perlu

diberikan makanan pendamping ASI. Secara umum kesiapan bayi menerima makanan

pendamping ASI di tandai dengan hal-hal sebagai berikut :

1. Usia 6 bulan

a) Bisa meraih benda yang terdapat dalam jangkauannya. b) Saat tertawa

terkadang memperlihatkan kegembiraannya dengan suara tawa yang ceria. c) Akan

tersenyum saat melihat gambar atau saat sedang bermain.

2. Usia 7 bulan

a) Sudah bisa duduk sendiri. b) Mulai belajar merengkuk. c) Bisa bermain tepuk

tangan

3. Usia 8 bulan

a) Merangkak untuk mendekati seseorang. b) Bisa memindahkan benda dari


22

tangan satu ke tangan lainnya. c) Sudah bisa mengeluarkan suara-suara seperti

mamama, bababa, dadada dan tatata. d) Bisa memegang dan memakan kue

sendiri.

4. Usia 9 bulan

a) Sudah mulai belajar dan berdiri dengan kedua kaki yang juga menyangga berat

badannya. b) Mengambil benda-benda yang dipegang di kedua tangannya. c)

Mulai bisa mencari mainan atau benda yang jatuh disekitarnya. d) Senang

melemparkan mainan.

5. Usia 10 bulan

a) Mulai belajar mengangkat badannya pada posisi berdiri. b) Mulai bisa

menggenggam benda yang dipegang. c) Dapat mengulurkan badan atau

lengannya untuk memilih makanan.

6. Usia 11 bulan

a) Setelah belajar mengangkat badannya, terus mulai belajar berdiri dan

berpegangan dengan kursi atau meja selama 30 detik. b) Mulai senang

memasukkan sesuatu ke mulut. c) Bisa mengulang untuk menirukan bunyi yang

didengar. d) Senang diajak bermain cilukba.

7. Usia 12 bulan

a) Mulai belajar berjalan dengan dituntun. b) Bisa menyebutkan 2-3 suku kata

yang sama. c) Mengembangkan rasa ingin tahu, suka memegang apa saja. d) Mulai

mengenal dan berkembang dengan lingkungan sekitar. e) Reaksi cepat terhadap

suara berbisisk. f) mulai bisa mengenal anggota keluarga. g) Tidak cepat mengenal

orang baru serta takut dengan yang tidak dikenal. 2.4.3 Makanan bayi umur 6 – 12

bulan.
23

2.4 Konsep Peran Ibu

2.4.1 Pengertian Ibu

Ibu merupakan sebutan untuk perempuan yang sudah melahirkan kita /

wanita yang sudah bersuami / panggilan yang takzim kepada wanita (kamus bahasa

indonesia, 2014). Menurut Suprajitno (2014), ibu sebagai orang tua dan tempat

pertama dimana anak mendapatkan pengasuh dan pendidikan. Apabila ibu

memahami dang ingin melaksanakan tugas serta tanggung jawab dalam mendidik dan

menjaga anak dengan baik, maka lahir generasi yang baik, generasi yang unggul dan

tumbuh menjadi seorang yang berbudi luhur, bertanggung jawab, dan berbakti

kepada orang tua. Ibu adalah orang tua yang paling memiliki ikatan batin yang kuat

dengan anak, karena sejak didalam kandungan hingga menjadi seorang anak yang

dewasa ibu yang merawat dan membesarkan anak, ibu yang sering bertemu dengan

anak, perilaku anak dpat ditentukan oleh sikap dan pola asuh ibu dalam lingkungan

keluarga.

2.4.2 Peran Ibu

A. Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya berperan untuk :

1) Mengurus rumah tangga sebagai pengasuh, pendidik dan pelindung anak-

anaknya. 2) Salah satu anggota kelompok serta sebagai anggota masyarakat

dan lingkungan. 3) Dapat berperan pula sebagai pencari nafkah tambahan

keluarga. (Ferry Efendi dan Makhfudli, 2013).

B. Peran ibu dalam keluarga :

1) Memenuhi kebutuhan fisiologis dan psikis. 2) Peran ibu dalam merawat

dan mengurus keluarga dengan sabar, mesra dan konsisten. 3) Peran ibu

sebagai pendidik yang mampu mengatur dan mengendalikan anak. 4) Ibu


24

sebagai contoh dan teladan. 5) Ibu sebagai manajer yang bijaksana. 6) Ibu

memberi rangsangan dan pelajaran (Singgih Gunarsa, 2012).

2.4.3 Tugas Ibu Dalam Kesehatan Keluarga

Ibu adalah sebagai anggota keluarga, juga sebagai istri dan ibu bagi anak-

anaknya. Ibu mempunyai tugas dalam kesehatan keluarga, menurut Bailon dan

Maglaya (2014), tugas kesehatan keluarga yaitu :

1. Mengenal masalah kesehatan

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan, karena

tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang

seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal

masalah kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga.

Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung

menjadi perhatian orang tua atau keluarga. Apabila menyadari adanya perubahan

keluarga perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa

besar perubahannya. Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengenal fakta-fakta dari

masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, factor penyebab

dan yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah.

2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat

Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai masalah

kesehatan yang dialaminya, perawat harus mengkaji hal-hal sebagai berikut : 1) Sejauh

mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah. 2) Apakah keluarga

merasakan adanya masalah kesehatan. 3) Apakah keluarga merasa menyerah terhadap

masalah yang dialaminya. 4) Apakah keluarga merasa takut akan akibat penyakit. 5)

Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap masalah kesehatan. 6) Apakah

keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada. 7) Apakah keluarga kurang
25

percaya terhadap tenaga kesehatan. 8) Apakah keluarga mendapat informasi yang

salah terhadap tindakan dalam mengatasi masalah. 9) Memberi perawatan pada

anggota keluarga yang sakit

Ketika memberikan perawatan pada keluarganya yang sakit, keluarga harus

mengetahui hal-hal berikut : 1) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplokasi,

prognosis dan perawatannya). 2) Sifat dan perkembangan perawatan yang

dibutuhkan. 3) Keberadaan fasillitas yang diperlukan untuk perawatan. 4) Sumber-

sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggungjawab, sumber

keuangan atau financial, fasilitas fisik, dan psikososial). 5) Sikap keluarga terhadap

yang sakit.

3. Memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat

Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat,

keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut: 1) Sumber-sumber keluarga yang

dimiliki. 2) Keuntungan dan manfaat pemeliharaan lingkungan. 3) Pentingnya higiene

sanitasi. 4) Upaya pencegahan penyakit. 5) Sikap atau pandangan keluarga terhadap

higiene sanitasi. 6) Kekompakan antar-anggota keluarga. 7) Merujuk pada fasilitas

kesehatan masyarakat.

Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus

mengetahui hal-hal berikut ini : 1) Keberadaan fasilitas kesehatan. 2) Keuntungan-

keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan. 3) Tingkat kepercayaan

keluarga terhadap petugas dan fasilitas kesehatan. 4) Pengalaman yang kurang baik

terhadap petugas kesehatan. 5) Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.

(Ferry Efendi dan Makhfudli, 2013).

Anda mungkin juga menyukai