Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan
manusia adalah gizi. Gizi merupakan faktor penting yang memegang peranan
dalam siklus kehidupan manusia terutama bayi dan anak yang nantinya akan
menjadi generasi penerus bangsa (Depkes, 2002). Pencapaian tumbuh
kembang yang optimal pada bayi, di dalam Global Strategy for Infant and
Young Child Feeding, WHO/UNICEF merekomendasikan empat hal penting
yang harus diperhatikan yaitu: pertama memberikan air susu ibu kepada bayi
segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, kedua memberikan hanya air
susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai
bayi berusia 6 bulan, ketiga memberikan makanan pendamping air susu ibu
(MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan, dan keempat
meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih (Depkes,
2006). Meski demikian dalam pelaksanaannya menunjukan banyaknya
pelanggaran. Banyak bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif yaitu dengan
memberi bayi yang baru lahir dengan produk makanan pendamping ASI.
Pemberian makanan tambahan pada usia dini terutama makanan padat
justru menyebabkan banyak infeksi, kenaikan berat badan, alergi pada salah
satu zat gizi yang terdapat dalam makanan. Pemberian cairan tambahan
meningkatkan resiko terkena penyakit karena pemberian cairan dan makanan
padat menjadi sarana masuknya bakteri pathogen (Fika,2009). Hasil penelitian
sesuai dengan pendapat dari Depkes RI yang mengatakan bahwa, MP-ASI
dini merupakan faktor risiko dan dapat meningkatkan morbiditas pada bayi
(Wiwoho, 2005) Dampak negatif dari pemberian MP-ASI dini berdasarkan
riset yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan
Makanan selama 21 bulan diketahui, bayi ASI parsial lebih banyak yang
terserang diare, batuk pilek, dan panas ketimbang bayi ASI predominan.

1
Semakin bertambah umur bayi, frekuensi terserang diare, batuk-pilek, dan
panas semakin meningkat (Anies, 2007).
Umur 6 sampai 12 bulan merupakan periode kritis pertumbuhan balita,
karena pada umur tersebut anak sudah memerlukan MP-ASI yang memadai
baik dari segi jumlah maupun kualitasnya. Hasil penelitian multicenter yang
dilakukan UNICEF 1998 menunjukkan bahwa MP-ASI yang dibuat di rumah
dapat memenuhi syarat dari segi jumlah maupun kualitasnya. MP-ASI yang
dibuat di rumah dapat memenuhi + 50% energi, cukup protein, rendah zat gizi
mikro dan vitamin 30% Zn dan Fe, 50% Vitamin A (Depkes, 2003)
Makanan pendamping ASI disesuaikan dengan perkembangan dan
pertumbuhan bayi menurut umur bayi apabila pemberian makanan tambahan
diberikan kurang dari 6 bulan mengakibatkan dampak negatif terhadap
kesehatan bayi seperti penurunan berat badan balita, bayi menjadi mudah
terkena penyakit pada saluran pencernaan seperti bayi mudah diare bahkan
dapat meningkatkan angka kematian bayi (Istiany, 2013).
Modifikasi ini dilakukan dengan cara pergantian bahan utama dan
penambahan bahan pada isi MP-ASI Sehingga diharapkan akan meningkatkan
rasa, aroma, tekstur dan kenampakan, sehingga dapat meningkatkan selera
makan pasien serta dapat meminimalisir tingkat kebosanan pasien terhadap
menu.
1.1 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam praktikum ini adalah bagaimana
pengembangan resep untuk makanan MP ASI

1.2 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk menghasilkan produk baru MP ASI berdasarkan resep yang
telah ada.
1.3.2 Untuk mengetahui daya terima produk baru MP ASI berdasarkan
resep yang telah ada.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Makanan Pendamping ASI


A. Pengertian Makanan Pendamping ASI
Makanan Pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang
mengandung gizi diberikan kepada bayi/anak untuk memenuhi kebutuhan
gizinya. MP-ASI merupakan proses transisi dari asupan yang semata
berbasis susu menuju ke makanan yang semi padat. Untuk proses ini juga
dibutuhkan keterampilan motorik oral. Keterampilan motorik oral
berkembang dari refleks menghisap menjadi menelan makanan yang
berbentuk bukan cairan dengan memindahkan makanan dari lidah bagian
depan ke lidah bagian belakang. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus
dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan
kemampuan pencernaan bayi/anak . Pemberian MP-ASI yang cukup
dalam hal kualitas dan kuantitas penting untuk pertumbuhan fisik dan
perkembangan kecerdasan anak yang bertambah pesat pada periode ini
(Ariani, 2008).
Makanan pendamping ASI diberikan pada bayi mulai usia 4 - 6
bulan untuk memenuhi kebutuhan energi dan nutrisi lain yang tidak dapat
dicukupi ASI, disamping itu organ pencernanan bayi yang mulai sudah
siap untuk menerima makanan pendamping ASI (Azwar, 2000)
Makanan pendamping merupakan makanan tambahan bagi
bayi, makanan pendamping ASI harus menjadi pelengkap dan dapat
memenuhi kebutuhan bayi. Hal ini menunjukkan bahwa makanan
pendamping ASI berguna untuk menutupi kekurangan zat-zat gizi yang
terkandung di dalam ASI. Dengan demikian, bahwa peran makanan
pendamping ASI atau makanan tambahan bukan sebagai pengganti
ASI melainkan untuk melengkapi atau mendampingi ASI (Husaini dan
Anwar, 1984)

3
Makanan pendamping ASI merupakan sarana pendidikan untuk
menanamkan kebiasaan makan yang baik dan bergizi dan mengajarkan
anak mengunyah dan terbiasa dengan makanan baru, sekaligus
memperkenalkan beraneka macam bahan makanan. Penting untuk
diperhatikan agar pemberian ASI dilanjutkan terus selama mungkin,
karena ASI memberi kan sejumlah energi dan protein yang bermutu
tinggi (Krisnatuti, 2000).
Tujuan pemberian MPASI adalah karena ASI tidak mencukupi
kebutuhan bayi yang dikarenakan oleh pertambahan umur bayi yang
diiringi pertumbuhan dan aktifitasnya yang bertambah. Selain itu ketika
bayi berumur lebih dari 6 bulan, timbul perbedaan antara jumlah makanan
yang diperlukan dan makanan yang dapat disediakan oleh ASI. Maka
kekurangan tersebut dapat dilengkapi dari MPASI. Selain itu pada saat
bayi berumur diatas 6 bulan, syaraf dan otot di mulut bayi sudah mulai
berkembang dan dapat digunakan untuk menggigit atau mengunyah. Pada
umur tersebut bayi juga sudah mulai tumbuh gigi, bias mengontrol
pergerakan lidah, mulai menaruh barang di mulutnya dan tertarik untuk
mencoba rasa yang baru. Ditambah lagi pencernaan bayi mulai umur 6
bulan sudah cukup baik untuk mencerna makanan (Ariani, 2008).

B. Syarat Makanan Pendamping ASI


1) Makanan pendamping harus mengandung semua zat gizi yang
diperlukan oleh bayi
2) Makanan pendamping harus diberikan kepada bayi yang telah berusia
4-6 bulan (Muchtadi, 1994)
3) Makanan bayi mudah disiapkan dengan waktu pengolahan yang
singkat
4) Makanan pendamping ASI hendaknya mengandung protein
(Krisnatuti, 2000)
5) Susunan hidangan sesuai dengan pola menu seimbang, bahan makanan
yang tersedia dan kebiasaan makan

4
6) Bentuk dan porsi disesuaikan dengan selera serta daya terima bayi
7) Makanan harus bersih dan bebas dari kuman (Poppy, 2001)

C. Jenis-jenis Makanan Pendamping ASI

1) Makanan lumat halus yaitu makanan yang dihancurkan dari tepung dan
tampak homogeny (sama/rata). Contoh: bubur susu, bubur sumsum,
biscuit ditambah air panas, papaya saring.
2) Makanan lumat yaitu makanan yang dihancurkan atau disaring tampak
kurang rata. Contoh: papaya dihaluskan dengan sendok, pisang dikerik
dengan sendok, nasi tim saring, bubur kacang hijau saring, kentang rebus.
3) Makanan lunak yaitu makanan yang dimasak dengan banyak air dan
tampak berair. Contoh: bubur nasi, bubur ayam, bubur kacang hijau.
4) d. Makanan padat yaitu makanan lunak yang tidak nampak air. Contoh:
lontong, nasi tim, kentang rebus, biscuit (Nadesul, 2001).

D. Cara Pemberian Makanan Pendamping ASI


Makanan pendamping ASI dapat diberikan secara efisien, untuk itu
perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Berikan secara hati-hati, sedikit demi sedikit dari bentuk encer,
berangsur-angsur ke bentuk yang lebih kental
2) Makanan baru diperkenalkan satu-persatu dengan memperhatikan
bahwa makanan betul-betul dapat diterima dengan baik
3) Makanan yang mudah menimbulkan alergi yaitu sumber protein
hewani diberikan terakhir. Untuk pemberian buah-buahan,
tepungtepungan, sayuran, daging dan lain-lain. Sedangkan telur
diberikan pada usia 6 bulan.
4) Cara pemberian makanan bayi mempengeruhi perkembangan
emosinya. Oleh karena itu jangan dipaksa, sebaiknya diberikan saat ia
lapar (Notoatmodjo, 2007)

5
E. Akibat Makanan Pendamping ASI dini
1) Gangguan menyusui
Suatu hubungan sebab akibat antar pengenalan atau pemberian
MP-ASI yang dini dan pengetahuan belum dibuktikan. Pada umumnya
bayi-bayi yang menyusui mendapat makanan tambahan pada umur
6 bulan atau lebih dan dalam jumlah porsi yang kecil dari bayi -bayi
yang mendapatkan susu formula.
2) Beban ginjal yang berlebih dan hiperosmolaritas
Makanan padat, baik yang dibuat sendiri atau pabrik cenderung
mengandung kadar natrium klorida (NaCl atau garam) yang tinggi
sehigga akan menambah beban bagi ginjal.
Bayi yang mendapatkan makanan padat yang terlalu dini,
mempunyai osmolitas plasma yang lebih tinggi dari pada bayi-
bayi yang 100% mendapat ASI sehingga bayi cepat haus, karena
hyperosmolar dehidrasi. Hyperosmolitas merupakan penyebab haus
sehingga menyebabkan penerimaan energi yang berlebihan.
3) Alergi terhadap makanan
Belum matang sistem kekebalan dari usus pada umur yang dini,
dapat menyebabkan adanya alergi terhadap makanan pada masa
kanakkanak. Alergi pada susu sapi dapat terjadi sebanyak 75%
dan telah diingatkan, bahwa alergi terhadap makanan lainnya
seperti : jeruk, tomat, telor, ikan, sereal bahkan makin sering
terjadi. Meskipun ASI kadang-kadang dapat menularkan penyebab
alergi dalam jumlah yang cukup banyak untuk menyebabkan gejala-
gejala klinis, tetapi pemberian susu sapi atau makanan
pendamping dini menambah terjadinya alergi terhadap makanan.

6
4) Gangguan pengaturan selera makanan

Makanan padat telah dianggap sebagai penyebab kegemukan


pada bayi terutama yang diberikan susu formula melebihi berat
dari pada bayi yang mendapatkan ASI. Hal ini dikarenakan bayi
yang diberi susu formula mendapatkan makanan padat lebih dini.

5) Bahan makanan yang merugikan


Makanan tambahan mengandung komponen-komponen alamiah
yang jika diberikan pada waktu dini dapat merugikan seperti sukrosa.
Gula ini dapat menyebabkan kebusukan pada gigi, penggunaan
gula ini pada usia dini dapat membuat anak terbiasa akan makanan
yang rasanya manis dan makanan yang mengandung glutein.
Hendaknya jangan diberikan pada usia sebelumnya atau usia
muda karena dapat beresiko penyakit coeliac (penyakit perut) dan
sangat berbahaya (Suharjo, 1989).

2.2 Waktu Pemberian Makanan Pendamping ASI


Makanan pendamping ASI diberikan kepada bayi setelah bayi
berusia 6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan (Krisnatuti, 2000).
Adapun garis besar pemberian makanan pendamping ASI menurut
kelompok umur :
1) 0-4 bulan
Bayi hanya diberikan ASI, lebih sering, lebih baik segera setelah
lahir, ASI yang berwarna kuning-kuningan (kolostrum) diberikan
kepada bayi.
2) 4-6 bulan
Bayi terus diberikan ASI disamping itu mulai
memperkenalkan dengan makanan pendamping ASI (MP-ASI)
berbentuk lumatan yang ditambah dengan air atau susu, pisang, dan
pepaya yang dihaluskan
.

7
3) 7-9 bulan
Bayi terus diberikan ASI pada umur 7 bulan. Alat pencernaan
pada bayi sudah lebih berfungsi oleh karena itu bayi mulai
diperkenalkan dengan makanan pendamping ASI (MP-ASI). Untuk
mempertinggi nilai gizi makanan, nasi tim bayi ditambah sedikit demi
sedikit dengan sumber zat lemak yaitu santan atau minyak kelapa atau
margarin bahan makanan ini dapat menambah kalori makanan
bayi, memberi rasa enak jika mempertinggi penyerapan vitamin A
dan zat gizi lain yang larut dalam lemak.
4) 9-12 bulan
Bayi terus diberikan ASI disamping itu mulai diberikan makanan
lunak seperti: bubur nasi, bubur kacang hijau,dan lain-lain. Pada usia 10
bulan bayi mulai diperkenalkan dengan makanan keluarga secara
bertahap bentuk dan kepadatan nasi tim bayi diatur secara mendeteksi
bentuk dan kepadatan makanan keluarga.
5) 12-24 bulan
Bayi terus diberikan ASI, pemberian makanan pendamping ASI
(MP-ASI) atau makanan keluarga sekarang 3x sehari dengan porsi
separuh makanan orang dewasa setiap kali makan selain tetap di
berikan makanan selingan dua kali sehari (Poppy, 2001).

Berdasarkan uraian diatas, makanan tambahan bayi sebaiknya


memiliki beberapa kriteria sebagai berikut :

1. Memiliki nilai energi dan kandungan protein yang tinggi.

2. Memiliki nilai suplementasi yang baik serta mengandung vitamin


dan mineral yang cocok.

3. Dapat diterima oleh alat pencernaan yang baik.

8
4. Harganya relatife murah

5. Sebaiknya dapat diproduksi dari bahan-bahan yang tersedia secara


lokal.

6. Bersifat padat gizi.

7. Kandungan serat kasar atau bahan lain yang sukar dicerna dalam
jumlah sedikit kandungan serat kasar yang terlalu banyak justru
akamengganggu pencernaan bayi (Jahari, 2000)

Berikut ini beberapa zat gizi yang harus terkandung dalam Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI) untuk bayi:

Tabel 1 Nilai Gizi MP-ASI ( dalam 100 gr bahan makanan )

Zat Gizi Unit Jumlah


Energi Kcal › 400
Protein Gr › 15
Lemak Gr ›6
Serat Gr ‹5
Vitamin A Iu 1664
Vitamin C Mg 48
Vitamin B12 µg 1,2
Tiamin Mg 0,128
Riboflavin Mg 0,488
Niasin Mg 4,8
Asam Folat µg 60
Vitamin E Mg 5
Vitamin D µg 10
Fe Mg 8
Ca Mg 200
Zn Mg 4

9
2.3 Ikan Gabus

Meski ikan lain juga dikenal sebagai sumber protein yang baik
untuk tubuh, namun ikan gabus dikenal memiliki jenis kandungan gizi
yang lebih tinggi. Kandungan protein ikan gabus sebesar 25,5%, lebih
tinggi jika dibandingkan dengan kadar protein dari ikan bandeng
(20,0%), ikan mas (16,0%), ikan kakap (20,0%), maupun ikan sarden
(21,1%). ikan gabus ini sangat kaya akan albumin, salah satu jenis
protein penting bagi tubuh manusia. Albumin diperlukan tubuh
manusia, terutama dalam proses penyembuhan luka-luka. Dalam sebuah
penelitian yang dilakukan Prof. Nurpudji dari Universitas Hasanuddin,
Makassar, pemberian 2 kg ikan gabus masak setiap hari kepada pasien
pasca operasi akan meningkatkan albumin mereka menjadi normal.
Pemberian ekstrak ikan gabus selama 10-14 hari menunjukkan
peningkatan albumin hingga 0,6 hingga 0,8 g/dl. Kandungan albumin
plus mineral zinc (Zn) dalam tubuh ikan gabus yang sebesar 1,7412
mg/100 g daging inilah yang membantu proses penyembuhan luka lebih
cepat.

Kekurangan protein bіѕа terjadi pada tubuh manusia, Perihal уаng


disebut dеngаn hipoalbumin. Hal іnі dараt mengakibatkan nutrisi tіdаk
bіѕа diedarkan dеngаn baik keseluruh tubuh, sehingga bagi anak dараt

10
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan, eksploitasi otak уаng tіdаk
maksimum, penurunan kekebalan tubuh sehingga аkаn membuat si
kecil mudah sakit.

Sеbuаh study menunjukkan уаknі balita уаng mengonsumsi ikan


gabus secara teratur mempunyai kadar albumin jauh berlimpah tinggi,
dan mengalami peningkatan berat badan dan kadar hemoglobin darah
secara nyata.

Zat Albumin bеgіtu dі butuhkan bayi untuk perkembangan


otaknya, tеrutаmа untuk balita уаng berada dalam fase emas
pertumbuhan (golden age). Untuk itu, memberikan asupan ikan gabus
ѕаngguр membantu mencegah masalah anak уаng kurаng cerdas.

Kadar albumin уаng normal masa 3, 5-4, 5 g/dl, dan ketika kurаng
уаng 2, 2 g/dl ѕаngguр menyebabkan masalah pada tubuh. Hal seperti
іnі ѕаngguр tеrlіhаt pada anak уаng mengalami keterlambatan
pertumbuhan, padahal јіkа diperhatikan ѕеbеnаrnуа tіdаk pernah
kekurangan makan ataupun gizi.

2.4 Minyak Kelapa

Minyak Kelapa adalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh


masyarakat Indonesia. Minyak Kelapa mengandung energi sebesar 870
kilokalori, protein 1 gram, karbohidrat 0 gram, lemak 98 gram, kalsium
3 miligram, fosfor 0 miligram, dan zat besi 0 miligram. Selain itu di
dalam Minyak Kelapa juga terkandung vitamin A sebanyak 0 IU,
vitamin B1 0 miligram dan vitamin C 0 miligram. Hasil tersebut
didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram Minyak Kelapa,
dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 100 %.

Asam laurat telah banyak digunakan untuk mengobati berbagai


gangguan kesehatan, seperti infeksi jamur, ulkus lambung, pneumonia,

11
kolitis ulserativa, dan berbagai gangguan penyerapan makanan
(malabsorpsi). Trigliserida rantai sedang lebih mudah dicerna oleh
tubuh dibandingkan dengan trigliserida rantai panjang. Beberapa zat
lainnya yang juga terdapat di dalam minyak kelapa adalah asam
linoleat, asam lemak tidak jenuh ganda, asam oleat, asam lemak tidak
jenuh tunggal, polifenol, vitamin K, vitamin E, dan zat besi.

12
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum


Pengembangan resep dilakukan pada hari Senin tanggal 20 Mei 2019
di Laboratorium Kuliner/IGDK Politeknik Kesehatan Banjarmasin Jurusan
Gizi. Pengembangan resep ini dimulai dari persiapan bahan makanaan,
pengolahan bahan makanan hingga penyajian makanan dan penilaian
subjektif panelis terhadap makanan.

3.2 Kasus
An. H berusia 8 bulan dengan berat badan 6.1 kg dan panjang badannya 74
cm. kebiasaan makan An. H dalam sehari yaitu 3 kali. An. H masih
mengonsumsi ASI dengan frekuensi 6 kali dan tidak memiliki alergi
terhadap bahan makanan apapun.
Identitas
Nama : An. H
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 8 bulan
Berat Badan : 6.1 kg
Panjang Badan : 74 cm

BBI = (Usia dalam bulan : 2) + 3 s/d 4 kg


= (8 : 2) + 4 kg
= 8 kg

13
3.2.1 Angka Kebutuhan Gizi Bayi
Kebutuhan Energi = 110 kal/kg BBI
= 110 x 8 kg
= 880 kal
± 10% = 792 - 968 kal

Kebutuhan Protein = BB ideal x kebutuhan protein sesuai usia


=8x2
= 16 gr x 4
= 64 kal (7.3%)

Kebutuhan Lemak = 40% x keb energy


= 40% x 880 kal
= 352 kal : 9
= 39.1 gr

Kebutuhan KH = 52.7% x keb energy


= 52.7% x 880 kal
= 463.76 kal : 4 = 115.94 gr

3.2.2 Kandungan Gizi ASI


Menurut perkiraan konsumsi ASI harian, umur 8 bulan
membutuhkan rata-rata 875 ml ASI perhari.

875
Energi = x 70 kal
100

= 612.5 kal

875
Protein = x 1.05 gr
100

= 9.2 gr x 4
= 36.75 kal

14
875
Lemak = x 3.9 gr
100

= 34.13 gr x 9
= 307.13 kal

875
KH = x 7.2 gr
100

= 63 gr x 4
= 252 kal

3.2.3 Kebutuhan MP-ASI

Kebutuhan Energi = 880 – 612.5 kal

= 267.5 kal

± 10% = 240.75 – 294.25 kal

Kebutuhan Protein = 16 – 9.2 gr

= 6.8 gr

± 10% = 6.12 – 7.48 gr

Kebutuhan Lemak = 39.1 – 34.13 gr

= 4.97 gr

± 10% = 4.47 – 5.46 gr

Kebutuhan KH = 115.9 – 63 gr

= 52.9 gr

± 10% = 47.6 – 58.19 gr

15
3.3 Identifikasi Resep
3.3.1 Resep Awal (3 porsi)
Bahan :
 Beras putih 45 gr
 Jagung manis 25 gr
 Daging ayam 20 gr
 Buncis 10 gr
 Wortel 10 gr
 Bayam 15 gr
 Bawang putih 1 siung
 Daun jeruk 1 lembar
 Margarine 2 gr
 Air

Langkah-langkah :
1. Tumis bawang putih dengan sedikit margarine
2. Masukkan beras, air, daun jeruk dan daging ayam ke dalam
panci berisi bawang putih.
3. Beberapa menit kemudian masukkan wortel, buncis, dan
jagung manis ke dalam panci. Aduk terus.
4. Masukkan bayam. Aduk dan tunggu hingga beras menjadi
bubur dan semua bahan lunak/matang. Matikan kompor.
5. Saring bubur dan kemudian siap disajikan.

16
Diagram Alir :

Tumis bawang putih

Masukkan beras, air, daun jeruk dan daging ayam

Masukkan wortel, buncis, dan jagung manis. aduk

Masukkan bayam

Aduk hingga beras menjadi bubur dan bahan lain matang

Saring bubur

Sajikan

17
3.3.2 Resep Modifikasi (3 porsi)
Bahan :
 Beras putih 45 gr
 Jagung manis 25 gr
 Daging ikan gabus 20 gr
 Buncis 10 gr
 Wortel 10 gr
 Bayam 15 gr
 Bawang putih 1 siung
 Daun jeruk 1 lembar
 Minyak kelapa sawit 3 gr
 Air

Langkah-langkah :
1. Tumis bawang putih dengan sedikit minyak kelapa sawit
2. Masukkan beras, air, daun jeruk dan daging ikan ke dalam
panci berisi bawang putih.
3. Beberapa menit kemudian masukkan wortel, buncis, dan
jagung manis ke dalam panci. Aduk terus.
4. Masukkan bayam. Aduk dan tunggu hingga beras menjadi
bubur dan semua bahan lunak/matang. Matikan kompor.
5. Saring bubur dan kemudian siap disajikan.

18
Diagram Alir:

Tumis bawang putih

Masukkan beras, air, daun jeruk dan daging ikan

Masukkan wortel, buncis, dan jagung manis. aduk

Masukkan bayam

Aduk hingga beras menjadi bubur dan bahan lain matang

Saring bubur

Sajikan

19
3.4 Analisis Nilai Gizi
3.4.1 Nilai Gizi Resep Awal

Protein
Bahan Makanan Berat Energi LEMAK HA
Hewani Nabati
Beras giling 45 162 0 3.1 0.3 35.5
Ayam 20 60.4 3.6 0 5 0
Jagung segar kuning 25 35 0 1.2 0.3 8.3
Buncis 10 3.5 0 0.2 0 0.8
Wortel 10 4.2 0 0.1 0 0.9
Bayam 15 5.4 0 0.5 0.1 1
Margarine 2 14.4 0 0 1.6 0
Jumlah 3 porsi 284.9 8.7 7.3 46.5
Jumlah per porsi 94.97 2.9 2.43 15.5

3.4.2 Nilai Gizi Resep Modifikasi

Protein
Bahan Makanan Berat Energi LEMAK HA
Hewani Nabati
Beras giling 45 162 0 3.1 0.3 35.5
Ikan segar 20 22.6 3.4 0.0 0.9 0.0
Jagung segar kuning 25 35 0 1.2 0.3 8.3
Buncis 10 3.5 0 0.2 0 0.8
Wortel 10 4.2 0 0.1 0 0.9
Bayam 15 5.4 0 0.5 0.1 1
Minyak kelapa sawit 3 27.1 0.0 0.0 3.0 0.0
Jumlah 3 porsi 259.76 8.5 4.6 46.5
Jumlah per porsi 86.59 2.83 1.53 15.5

20
3.5 Analisis Biaya
3.5.1 Analisis Biaya Resep Awal

Harga
Berat Harga
Bahan Berat(gr) BDD% total
dibeli (gr) satuan(Rp)
(Rp)
Beras giling 45 100 45 12,000/liter 540
Ayam 20 58 34.5 30,000/kg 1035
Jagung segar
25 90 27.7
kuning 2,000/bj 221.6
Buncis 10 90 11.1 4,000/250g 177.6
Wortel 10 88 11.3 2,000/bj 226
Bayam 15 71 21 1,000/ikat 420
Margarine 2 100 2 7,000/200gr 70
Total 2690.2

3.5.2 Analisis Biaya Resep Modifikasi

Harga
Berat Harga
Bahan Berat(gr) BDD% total
dibeli (gr) satuan(Rp)
(Rp)
Beras giling 45 100 45 12,000/liter 540
Ikan gabus 20 80 25 15.000/300kg 1250
Jagung segar
25 90 27.7
kuning 2,000/bj 221.6
Buncis 10 90 11.1 4,000/250g 177.6
Wortel 10 88 11.3 2,000/bj 226
Bayam 15 71 21 1,000/ikat 420
Minyak kelapa
100 3
sawit 3 13,000/1 liter 36
Total 2871.2

21
3.6 Uji Organoleptik melalui Uji Hedonik

Panelis : 10 orang
Bahan : Pure beras jagung ayam dan pure beras jagung ikan

Alat :
 Piring 2 buah
 Kuesioner 10 lembar (Lampiran 1)
 Pulpen 10 buah
Cara Kerja :
1. Semua panelis dikumpulkan disuatu tempat yang telah ditentukan dan
diberi penjelasan tentang cara pengujian dan pengisian kuesioner.
2. Sampel disiapkan di dalam pring yang sudah disediakan.
3. Panelis diminta mengemukakan pendapatnya secara spontan pada data
kuesioner
4. Setelah panelis selesai mencicipi satu sampel, panelis diharapkan
minum air putih yang telah disediakan disetiap meja untuk menetralkan
rasa.
5. Data dianalisis secara deskriptif kemudian membuat kesimpulan dari
uji daya terima yang telah dilakukan.

22
Diagram Alir :
Semua panelis dikumpulkan disuatu tempat

Penjelasan tentang cara pengujian dan pengisian kuesioner

Sampel disiapkan di dalam pring yang sudah disediakan

Panelis mengisi kuesioner

Setelah mencicipi satu sampel, panelis diharapakan minum air putih

Data dianalisis

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonym. Sumatera Utara. Makanan Pendamping ASI. Situs


web:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41464/5/Chapte
r%20I.pdf

2. Martadiputra ketut. 2014. Makalah Makanan Pendamping ASI.


Situs web:
https://martauy.files.wordpress.com/2014/02/makalah-makanan-
pendamping-asi.doc.

3. Nurfi wahyu. Makanan Pendamping ASI. Situs web:


http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-
wahyunurfi-5494-3-babii.pdf

24

Anda mungkin juga menyukai