PENDAHULUAN
1
Semakin bertambah umur bayi, frekuensi terserang diare, batuk-pilek, dan
panas semakin meningkat (Anies, 2007).
Umur 6 sampai 12 bulan merupakan periode kritis pertumbuhan balita,
karena pada umur tersebut anak sudah memerlukan MP-ASI yang memadai
baik dari segi jumlah maupun kualitasnya. Hasil penelitian multicenter yang
dilakukan UNICEF 1998 menunjukkan bahwa MP-ASI yang dibuat di rumah
dapat memenuhi syarat dari segi jumlah maupun kualitasnya. MP-ASI yang
dibuat di rumah dapat memenuhi + 50% energi, cukup protein, rendah zat gizi
mikro dan vitamin 30% Zn dan Fe, 50% Vitamin A (Depkes, 2003)
Makanan pendamping ASI disesuaikan dengan perkembangan dan
pertumbuhan bayi menurut umur bayi apabila pemberian makanan tambahan
diberikan kurang dari 6 bulan mengakibatkan dampak negatif terhadap
kesehatan bayi seperti penurunan berat badan balita, bayi menjadi mudah
terkena penyakit pada saluran pencernaan seperti bayi mudah diare bahkan
dapat meningkatkan angka kematian bayi (Istiany, 2013).
Modifikasi ini dilakukan dengan cara pergantian bahan utama dan
penambahan bahan pada isi MP-ASI Sehingga diharapkan akan meningkatkan
rasa, aroma, tekstur dan kenampakan, sehingga dapat meningkatkan selera
makan pasien serta dapat meminimalisir tingkat kebosanan pasien terhadap
menu.
1.1 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam praktikum ini adalah bagaimana
pengembangan resep untuk makanan MP ASI
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Makanan pendamping ASI merupakan sarana pendidikan untuk
menanamkan kebiasaan makan yang baik dan bergizi dan mengajarkan
anak mengunyah dan terbiasa dengan makanan baru, sekaligus
memperkenalkan beraneka macam bahan makanan. Penting untuk
diperhatikan agar pemberian ASI dilanjutkan terus selama mungkin,
karena ASI memberi kan sejumlah energi dan protein yang bermutu
tinggi (Krisnatuti, 2000).
Tujuan pemberian MPASI adalah karena ASI tidak mencukupi
kebutuhan bayi yang dikarenakan oleh pertambahan umur bayi yang
diiringi pertumbuhan dan aktifitasnya yang bertambah. Selain itu ketika
bayi berumur lebih dari 6 bulan, timbul perbedaan antara jumlah makanan
yang diperlukan dan makanan yang dapat disediakan oleh ASI. Maka
kekurangan tersebut dapat dilengkapi dari MPASI. Selain itu pada saat
bayi berumur diatas 6 bulan, syaraf dan otot di mulut bayi sudah mulai
berkembang dan dapat digunakan untuk menggigit atau mengunyah. Pada
umur tersebut bayi juga sudah mulai tumbuh gigi, bias mengontrol
pergerakan lidah, mulai menaruh barang di mulutnya dan tertarik untuk
mencoba rasa yang baru. Ditambah lagi pencernaan bayi mulai umur 6
bulan sudah cukup baik untuk mencerna makanan (Ariani, 2008).
4
6) Bentuk dan porsi disesuaikan dengan selera serta daya terima bayi
7) Makanan harus bersih dan bebas dari kuman (Poppy, 2001)
1) Makanan lumat halus yaitu makanan yang dihancurkan dari tepung dan
tampak homogeny (sama/rata). Contoh: bubur susu, bubur sumsum,
biscuit ditambah air panas, papaya saring.
2) Makanan lumat yaitu makanan yang dihancurkan atau disaring tampak
kurang rata. Contoh: papaya dihaluskan dengan sendok, pisang dikerik
dengan sendok, nasi tim saring, bubur kacang hijau saring, kentang rebus.
3) Makanan lunak yaitu makanan yang dimasak dengan banyak air dan
tampak berair. Contoh: bubur nasi, bubur ayam, bubur kacang hijau.
4) d. Makanan padat yaitu makanan lunak yang tidak nampak air. Contoh:
lontong, nasi tim, kentang rebus, biscuit (Nadesul, 2001).
5
E. Akibat Makanan Pendamping ASI dini
1) Gangguan menyusui
Suatu hubungan sebab akibat antar pengenalan atau pemberian
MP-ASI yang dini dan pengetahuan belum dibuktikan. Pada umumnya
bayi-bayi yang menyusui mendapat makanan tambahan pada umur
6 bulan atau lebih dan dalam jumlah porsi yang kecil dari bayi -bayi
yang mendapatkan susu formula.
2) Beban ginjal yang berlebih dan hiperosmolaritas
Makanan padat, baik yang dibuat sendiri atau pabrik cenderung
mengandung kadar natrium klorida (NaCl atau garam) yang tinggi
sehigga akan menambah beban bagi ginjal.
Bayi yang mendapatkan makanan padat yang terlalu dini,
mempunyai osmolitas plasma yang lebih tinggi dari pada bayi-
bayi yang 100% mendapat ASI sehingga bayi cepat haus, karena
hyperosmolar dehidrasi. Hyperosmolitas merupakan penyebab haus
sehingga menyebabkan penerimaan energi yang berlebihan.
3) Alergi terhadap makanan
Belum matang sistem kekebalan dari usus pada umur yang dini,
dapat menyebabkan adanya alergi terhadap makanan pada masa
kanakkanak. Alergi pada susu sapi dapat terjadi sebanyak 75%
dan telah diingatkan, bahwa alergi terhadap makanan lainnya
seperti : jeruk, tomat, telor, ikan, sereal bahkan makin sering
terjadi. Meskipun ASI kadang-kadang dapat menularkan penyebab
alergi dalam jumlah yang cukup banyak untuk menyebabkan gejala-
gejala klinis, tetapi pemberian susu sapi atau makanan
pendamping dini menambah terjadinya alergi terhadap makanan.
6
4) Gangguan pengaturan selera makanan
7
3) 7-9 bulan
Bayi terus diberikan ASI pada umur 7 bulan. Alat pencernaan
pada bayi sudah lebih berfungsi oleh karena itu bayi mulai
diperkenalkan dengan makanan pendamping ASI (MP-ASI). Untuk
mempertinggi nilai gizi makanan, nasi tim bayi ditambah sedikit demi
sedikit dengan sumber zat lemak yaitu santan atau minyak kelapa atau
margarin bahan makanan ini dapat menambah kalori makanan
bayi, memberi rasa enak jika mempertinggi penyerapan vitamin A
dan zat gizi lain yang larut dalam lemak.
4) 9-12 bulan
Bayi terus diberikan ASI disamping itu mulai diberikan makanan
lunak seperti: bubur nasi, bubur kacang hijau,dan lain-lain. Pada usia 10
bulan bayi mulai diperkenalkan dengan makanan keluarga secara
bertahap bentuk dan kepadatan nasi tim bayi diatur secara mendeteksi
bentuk dan kepadatan makanan keluarga.
5) 12-24 bulan
Bayi terus diberikan ASI, pemberian makanan pendamping ASI
(MP-ASI) atau makanan keluarga sekarang 3x sehari dengan porsi
separuh makanan orang dewasa setiap kali makan selain tetap di
berikan makanan selingan dua kali sehari (Poppy, 2001).
8
4. Harganya relatife murah
7. Kandungan serat kasar atau bahan lain yang sukar dicerna dalam
jumlah sedikit kandungan serat kasar yang terlalu banyak justru
akamengganggu pencernaan bayi (Jahari, 2000)
Berikut ini beberapa zat gizi yang harus terkandung dalam Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI) untuk bayi:
9
2.3 Ikan Gabus
Meski ikan lain juga dikenal sebagai sumber protein yang baik
untuk tubuh, namun ikan gabus dikenal memiliki jenis kandungan gizi
yang lebih tinggi. Kandungan protein ikan gabus sebesar 25,5%, lebih
tinggi jika dibandingkan dengan kadar protein dari ikan bandeng
(20,0%), ikan mas (16,0%), ikan kakap (20,0%), maupun ikan sarden
(21,1%). ikan gabus ini sangat kaya akan albumin, salah satu jenis
protein penting bagi tubuh manusia. Albumin diperlukan tubuh
manusia, terutama dalam proses penyembuhan luka-luka. Dalam sebuah
penelitian yang dilakukan Prof. Nurpudji dari Universitas Hasanuddin,
Makassar, pemberian 2 kg ikan gabus masak setiap hari kepada pasien
pasca operasi akan meningkatkan albumin mereka menjadi normal.
Pemberian ekstrak ikan gabus selama 10-14 hari menunjukkan
peningkatan albumin hingga 0,6 hingga 0,8 g/dl. Kandungan albumin
plus mineral zinc (Zn) dalam tubuh ikan gabus yang sebesar 1,7412
mg/100 g daging inilah yang membantu proses penyembuhan luka lebih
cepat.
10
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan, eksploitasi otak уаng tіdаk
maksimum, penurunan kekebalan tubuh sehingga аkаn membuat si
kecil mudah sakit.
Kadar albumin уаng normal masa 3, 5-4, 5 g/dl, dan ketika kurаng
уаng 2, 2 g/dl ѕаngguр menyebabkan masalah pada tubuh. Hal seperti
іnі ѕаngguр tеrlіhаt pada anak уаng mengalami keterlambatan
pertumbuhan, padahal јіkа diperhatikan ѕеbеnаrnуа tіdаk pernah
kekurangan makan ataupun gizi.
11
kolitis ulserativa, dan berbagai gangguan penyerapan makanan
(malabsorpsi). Trigliserida rantai sedang lebih mudah dicerna oleh
tubuh dibandingkan dengan trigliserida rantai panjang. Beberapa zat
lainnya yang juga terdapat di dalam minyak kelapa adalah asam
linoleat, asam lemak tidak jenuh ganda, asam oleat, asam lemak tidak
jenuh tunggal, polifenol, vitamin K, vitamin E, dan zat besi.
12
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.2 Kasus
An. H berusia 8 bulan dengan berat badan 6.1 kg dan panjang badannya 74
cm. kebiasaan makan An. H dalam sehari yaitu 3 kali. An. H masih
mengonsumsi ASI dengan frekuensi 6 kali dan tidak memiliki alergi
terhadap bahan makanan apapun.
Identitas
Nama : An. H
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 8 bulan
Berat Badan : 6.1 kg
Panjang Badan : 74 cm
13
3.2.1 Angka Kebutuhan Gizi Bayi
Kebutuhan Energi = 110 kal/kg BBI
= 110 x 8 kg
= 880 kal
± 10% = 792 - 968 kal
875
Energi = x 70 kal
100
= 612.5 kal
875
Protein = x 1.05 gr
100
= 9.2 gr x 4
= 36.75 kal
14
875
Lemak = x 3.9 gr
100
= 34.13 gr x 9
= 307.13 kal
875
KH = x 7.2 gr
100
= 63 gr x 4
= 252 kal
= 267.5 kal
= 6.8 gr
= 4.97 gr
Kebutuhan KH = 115.9 – 63 gr
= 52.9 gr
15
3.3 Identifikasi Resep
3.3.1 Resep Awal (3 porsi)
Bahan :
Beras putih 45 gr
Jagung manis 25 gr
Daging ayam 20 gr
Buncis 10 gr
Wortel 10 gr
Bayam 15 gr
Bawang putih 1 siung
Daun jeruk 1 lembar
Margarine 2 gr
Air
Langkah-langkah :
1. Tumis bawang putih dengan sedikit margarine
2. Masukkan beras, air, daun jeruk dan daging ayam ke dalam
panci berisi bawang putih.
3. Beberapa menit kemudian masukkan wortel, buncis, dan
jagung manis ke dalam panci. Aduk terus.
4. Masukkan bayam. Aduk dan tunggu hingga beras menjadi
bubur dan semua bahan lunak/matang. Matikan kompor.
5. Saring bubur dan kemudian siap disajikan.
16
Diagram Alir :
Masukkan bayam
Saring bubur
Sajikan
17
3.3.2 Resep Modifikasi (3 porsi)
Bahan :
Beras putih 45 gr
Jagung manis 25 gr
Daging ikan gabus 20 gr
Buncis 10 gr
Wortel 10 gr
Bayam 15 gr
Bawang putih 1 siung
Daun jeruk 1 lembar
Minyak kelapa sawit 3 gr
Air
Langkah-langkah :
1. Tumis bawang putih dengan sedikit minyak kelapa sawit
2. Masukkan beras, air, daun jeruk dan daging ikan ke dalam
panci berisi bawang putih.
3. Beberapa menit kemudian masukkan wortel, buncis, dan
jagung manis ke dalam panci. Aduk terus.
4. Masukkan bayam. Aduk dan tunggu hingga beras menjadi
bubur dan semua bahan lunak/matang. Matikan kompor.
5. Saring bubur dan kemudian siap disajikan.
18
Diagram Alir:
Masukkan bayam
Saring bubur
Sajikan
19
3.4 Analisis Nilai Gizi
3.4.1 Nilai Gizi Resep Awal
Protein
Bahan Makanan Berat Energi LEMAK HA
Hewani Nabati
Beras giling 45 162 0 3.1 0.3 35.5
Ayam 20 60.4 3.6 0 5 0
Jagung segar kuning 25 35 0 1.2 0.3 8.3
Buncis 10 3.5 0 0.2 0 0.8
Wortel 10 4.2 0 0.1 0 0.9
Bayam 15 5.4 0 0.5 0.1 1
Margarine 2 14.4 0 0 1.6 0
Jumlah 3 porsi 284.9 8.7 7.3 46.5
Jumlah per porsi 94.97 2.9 2.43 15.5
Protein
Bahan Makanan Berat Energi LEMAK HA
Hewani Nabati
Beras giling 45 162 0 3.1 0.3 35.5
Ikan segar 20 22.6 3.4 0.0 0.9 0.0
Jagung segar kuning 25 35 0 1.2 0.3 8.3
Buncis 10 3.5 0 0.2 0 0.8
Wortel 10 4.2 0 0.1 0 0.9
Bayam 15 5.4 0 0.5 0.1 1
Minyak kelapa sawit 3 27.1 0.0 0.0 3.0 0.0
Jumlah 3 porsi 259.76 8.5 4.6 46.5
Jumlah per porsi 86.59 2.83 1.53 15.5
20
3.5 Analisis Biaya
3.5.1 Analisis Biaya Resep Awal
Harga
Berat Harga
Bahan Berat(gr) BDD% total
dibeli (gr) satuan(Rp)
(Rp)
Beras giling 45 100 45 12,000/liter 540
Ayam 20 58 34.5 30,000/kg 1035
Jagung segar
25 90 27.7
kuning 2,000/bj 221.6
Buncis 10 90 11.1 4,000/250g 177.6
Wortel 10 88 11.3 2,000/bj 226
Bayam 15 71 21 1,000/ikat 420
Margarine 2 100 2 7,000/200gr 70
Total 2690.2
Harga
Berat Harga
Bahan Berat(gr) BDD% total
dibeli (gr) satuan(Rp)
(Rp)
Beras giling 45 100 45 12,000/liter 540
Ikan gabus 20 80 25 15.000/300kg 1250
Jagung segar
25 90 27.7
kuning 2,000/bj 221.6
Buncis 10 90 11.1 4,000/250g 177.6
Wortel 10 88 11.3 2,000/bj 226
Bayam 15 71 21 1,000/ikat 420
Minyak kelapa
100 3
sawit 3 13,000/1 liter 36
Total 2871.2
21
3.6 Uji Organoleptik melalui Uji Hedonik
Panelis : 10 orang
Bahan : Pure beras jagung ayam dan pure beras jagung ikan
Alat :
Piring 2 buah
Kuesioner 10 lembar (Lampiran 1)
Pulpen 10 buah
Cara Kerja :
1. Semua panelis dikumpulkan disuatu tempat yang telah ditentukan dan
diberi penjelasan tentang cara pengujian dan pengisian kuesioner.
2. Sampel disiapkan di dalam pring yang sudah disediakan.
3. Panelis diminta mengemukakan pendapatnya secara spontan pada data
kuesioner
4. Setelah panelis selesai mencicipi satu sampel, panelis diharapkan
minum air putih yang telah disediakan disetiap meja untuk menetralkan
rasa.
5. Data dianalisis secara deskriptif kemudian membuat kesimpulan dari
uji daya terima yang telah dilakukan.
22
Diagram Alir :
Semua panelis dikumpulkan disuatu tempat
Data dianalisis
23
DAFTAR PUSTAKA
24