Hubungan kerusakan mikrobiologis, kimiawi, dan enzimatis dengan kadar air dalam
proses pengeringan
Pengeringan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produk makanan.
Tujuan pertama adalah sebagai sarana pengawetan makanan. Mikroorganisme yang
mengakibatkan kerusakan makanan tidak dapat berkembang dan bertahan hidup pada
lingkungan dengan berkadar air yang rendah. Selain itu, banyak enzim yang
mengakibatkan perusakan kimia pada makanan tidak dapat berfungsi tanpa kehadiran air.
Tujuan lain untuk meminimalkan biaya distribusi bahan makanan karena makanan yang
telah dikeringkan akan memiliki barat yang lebih rendah dan ukuran yang lebih kecil.
Proses pengeringan pada prinsipnya menyangkut proses pindah panas dan pindah
massa yang terjadi secara bersamaan (simultan). Pertama-tama panas harus ditransfer dari
medium pemanas ke bahan. Selanjutnya setelah terjadi penguapan air, uap air yang
terbentuk harus dipindahkan melalui struktur bahan ke medium sekitarnya. Proses ini
akan menyangkut aliran fluida di mana cairan harus ditransfer melalui struktur bahan
selama proses pengeringan berlangsung. Jadi panas harus disediakan untuk menguapkan
air dan air harus mendifusi melalui berbagai macam tahanan agar supaya dapat lepas dari
bahan dan berbentuk uap air yang bebas. Lama proses pengeringan tergantung pada
bahan yang dikeringkan dan cara pemanasan yang digunakan. Dengan sangat terbatasnya
kadar air pada bahan yang telah dikeringkan, maka enzim-enzim yang ada pada bahan
menjadi tidak aktif dan mikroorganisme yang ada pada bahan tidak dapat tumbuh.
Pertumbuhan mikroorganisme dapat dihambat, bahkan beberapa jenis dimatikan
karena mikroorganisme seperti umumnya jasad hidup yang lain membutuhkan air untuk
proses metabolismenya. Mikroorganisme hanya dapat hidup dan melangsungkan
pertumbuhannya pada bahan dengan kadar air tertentu. Walaupun setelah proses
pengeringan secara fisik masih terdapat (tersisa) molekul-molekul air yang terikat, tetapi
molekul air tersebut tidak dapat dipergunakan oleh mikrooganisme. Di samping itu enzim
tidak mungkin aktif pada bahan yang sudah dikeringkan, karena reaksi biokimia
memerlukan air sebagai medianya. Berdasarkan hal tersebut, berarti kalau kita bermaksud
mengawetkan bahan melalui proses pengeringan, maka harus diusahakan kadar air yang
tertinggal tidak mungkin dipakai untuk aktivitas enzim dan mikroorganisme.
A. Kondisi produk
Pengondisian suatu produk merupakan hal yang sangat penting ketika kita
mengharapkan kondisi produk yang akan kita konsumsi dapat tetap dalam keadaan yang
baik. Pada buah-buahan dan sayuran membutuhkan teknik pengemasan yang baik agar
bisa mempertahankan kualitasnya. Buah dan Sayuran dikonsumsi dengan cara yang
sangat bermacam-macam, baik sebagai bagian dari menu utama maupun sebagai
makanan sampingan. Kandungan nutrisi buah dan sayuran yang satu dengan yang lain
pun berbeda-beda, meski umumnya buah dan sayuran memilki kandungan protein atau
lemak yang relatif sedikit, tetapi dari keduanya terdapat jumlah vitamin, provitamin,
mineral, fiber dan karbohidrat yang beragam. Beberapa jenis buah dan sayuran bahkan
telah diklaim mengandung zat antioksidan, antibakteri, antijamur, maupun zat anti racun.
Kategori buah dan sayuran yang baik adalah sebagai berikut, misalnya sawi, bayam,
daun singkong, daun selada dll.
1. Kondisi buah dan sayur masih tampak segar, Daun berwarna segar (tidak tampak
layu), untuk daun hijau berwarna hijau segar belum menguning karena layu, untuk
sayuran berwarna putih berwarna putih segar, tidak menguning atau kecoklatan.