THALASEMIA DENGAN
STATUS GIZI BAIK
Pembimbing :
dr. Azizah Retno K, Sp.A.
Disusun oleh :
Ismi Adilla Karimah
30101700079
Identitas Pasien Nama penderita : An. N
Umur/tgl lahir : 9 Tahun 7 Bulan 17 Hari
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jepara
Nama ayah : Tn. M
Umur : 46 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Jepara
• 3 hari SMRS pasien mengalami nyeri yang hilang timbul pada bagian
perut. Ayah pasien juga mengatakan perut pasien semakin membuncit
serta nafsu makan pasien menurun. Pasien makan tiga kali dalam sehari
mencakup daging2an, karbohidrat, sayur dan buah. Keluhan tidak
disertai demam, sesak nafas, mual dan muntah.
• Keluhan seperti ini sering terjadi jika pasien terlambat untuk transfusi
darah, keluhan ini pertama kali dialami saat pasien berusia 3 tahun
sama seperti kakaknya.
Anamnesis
Riwayat Penyakit Dahulu
Anak diberikan ASI eksklusif sejak lahir sampai usia 6 bulan dan
mendapat makanan pendamping ASI berupa bubur cerelac saat usia
6 bulan. Umur 1 tahun hingga sekarang mulai mendapat makanan
orang dewasa (nasi, lauk, sayur, dan buah).
5. MR 1x 9 bulan
Abdomen
Inspeksi : Cembung, perut tampak buncit
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani, pekak di kuadran lumbar
sinistra (+)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), perut papan
(-)
hepar : Tidak teraba pembesaran
lien : Tampak membesar teraba pada
schuffner 3
Darah Lengkap
Eosinofil% 3 1-5%
IG% 1,7
Index Eritrosit
IP. Dx : S : -
O : Laboratorium darah rutin, apusan darah tepi, elektroforesis Hb
IP. Tx :
• NaCl rumatan
22 kg Darrow (100 x 10 cc) + (50 x 10) + (2 x 20cc) = 1540 cc/hari
(1540 x 15 ) : (24 x 60) = 23100 : 1440 = 15 tpm NaCl
• Transfusi PRC leukodepleted (Gol Darah A) 3 kolf @200 cc tiap siklus selang 6 jam,
per kolf habis dalam 4 jam. Transfusi masuk bila suhu maksimal 37 derajat celcius.
200 x 15 / 4 x 60 = 3000 / 240 = 10 tpm PRC selama 4 jam
• Kalsirox (Deferasirox) 1 x 250 mg
• Bila demam beri paracetamol 250 mg
• Dexametason Inj. 3 x ½ A sebagai premedikasi
Assesment : Thalasemia Mayor
IP. Mx : Evaluasi KU, TTV, darah rutin (Hb, Ht, leukosit, trombosit)
IP. Ex : - Menjelaksan kepada keluarga tentang penyakit dan kondisi pasien saat ini yang
membutuhkan tranfusi
- Menjelaskan kepada keluarga mengenai kemungkinan resiko terjadinya reaksi tranfusi
- Menjelaskan kepada keluarga mengenai komplikasi dari pemberian transfusi jangka
panjang yang mungkin terjadi pada pasien.
Assesment : Gizi Baik
DD : - Gizi lebih
- Gizi kurang
IP. Dx : S : Kualitas dan kuantitas makanan
O:-
IP. Tx : Kebutuhan kalori perempuan umur 9 tahun 7 bulan 21 hari, BB = 22
kg
(22,5x BB) + 499 = (22,5 x 22) + 499 = 495 + 499 = 994 kkal
Terdiri dari :
Karbohidrat : 60% x 994 = 596,4 kkal
Lemak : 35% x 994 = 347,9 kkal
Protein : 5% x 994 = 49,7 kkal
IP. Mx : - Keadaan umum pasien
- Data antropometri (berat badan, tinggi badan)
Waktu Hari ke-1 perawatan Hari ke-2 perawatan Hari ke-3 perawatan
Tanggal 19 Agustus 2021 20 Agustus 2021 21 Agustus 2021
Keluhan Lemas (+), Lesu (+) Pucat (+), Lemas (+), Lesu (+) Pucat (+), , Lemas berkurang (+), Pucat
Demam subfebril (+), ikterik (+) ikterik (+), nyeri perut (+) berkurang (+), ikterik (+)
Keadaan Umum Tampak lemah, composmentis, Tampak cukup, composmentis, Tampak cukup, composmentis,
tampak gizi cukup tampak gizi cukup tampak gizi cukup
TTV : Nadi - 78/50 -
RR 100x/mnt isi cukup 100x/mnt isi cukup 110x/mnt isi cukup
Suhu 20x/mnt 24x/mnt 25x/mnt
SpO2 38C 36,5C 37C
99% 99% 99%
Elektroforesis Hb
Diagnosis definitif ditegakkan dengan
pemeriksaan eleltroforesis hemoglobin.
Pemeriksaan ini tidak hanya ditujukan pada
penderita Talasemia saja, namun juga pada orang
tua, dan saudara sekandung jika ada. Pemeriksaan
ini untuk melihat jenis hemoglobin dan kadar Hb
A2. petunjuk adanya Talasemia α adalah
ditemukannya Hb Barts dan Hb H. Pada
Talasemia β kadar Hb F bervariasi antara 10-90%,
sedangkan dalam keadaan normal kadarnya tidak
melebihi 1%.
Pemeriksaan sumsum tulang
Pada sumsum tulang akan tampak suatu proses
eritropoesis yang sangat aktif sekali. Ratio rata-rata
antara eritroid dan mieloid adalah 10 : 8. pada keadaan
normal biasanya nilai perbandingannya 10 : 3
Pemeriksaan roentgen
Ada hubungan erat antara metabolisme tulang dan eritropoesis. Bila
tidak mendapat tranfusi dijumpai osteopeni, resorbsi tulang
meningkat, mineralisasi berkurang, dan dapat diperbaiki dengan
pemberian tranfusi darah secara berkala. Apabila tranfusi tidak
optimal terjadi ekspansi rongga sumsum dan penipisan dari
korteknya. Trabekulasi memberi gambaran mozaik pada tulang.
Tulang terngkorak memberikan gambaran yang khas, disebut
dengan “hair on end” yaitu menyerupai rambut berdiri potongan
pendek pada anak besar.
Penatalaksanaan
Transfusi Darah
Transfusi darah bertujuan untuk mempertahankan nilai Hb tetap pada level 9 -
9.5 gr/dL sepanjang waktu. Darah yang akan ditransfusikan harus rendah leukosit,
10-15 mL/kg PRC dengan kecepatan 5 mL/kg/jam setiap 3-5 minggu.
Pertimbangkan pemberikan asetaminofen dan difenhidramin sebelum transfusi
untuk mencegah demam dan reaksi alergi.
PRC
BB X 4 X (Hb target – Hb tercatat)
22 x 4 x (11 – 5,7) = 567 cc
Terapi Khelasi (Pengikat Besi)
Chelating agent yang biasa dipakai adalah DFO yang merupakan kompleks
hidroksilamin dengan afinitas tinggi terhadap besi. Rute pemberiannya sangat
penting untuk mencapai tujuan terapi, yaitu untuk mencapai keseimbangan
besi negatif (lebih banyak diekskresi dibanding yang diserap). Karena DFO
tidak diserap di usus, maka rute pemberiannya harus melalui parenteral
(intravena, intramuskular, atau subkutan). Dosis total yang diberikan adalah
30-40mg/kg/hari diinfuskan selama 8-12 jam saat pasien tidur selama 5
hari/minggu.
Transplantasi Sel Stem Hematopoetik (TSSH)
TSSH merupakan satu-satunya yang terapi kuratif untuk Talasemia yang saat ini diketahui.
Prognosis yang buruk pasca TSSH berhubungan dengan adanya hepatomegali, fibrosis portal
dan terapi khelasi yang inefektif sebelum transplantasi dilakukan. Prognosis bagi penderita
yang memiliki ketiga karakteristik ini adalah 59%, sedangkan pada penderita yang tidak
memiliki ketiganya adalah 90%.
Terapi Bedah
Splenektomi merupakan prosedur pembedahan utama yang digunakan
pada pasien dengan Talasemia. Limpa diketahui mengandung sejumlah
besar besi nontoksik (yaitu fungsi penyimpanan). Limpa juga
meningkatkan perusakan sel darah merah dan distribusi besi
Prognosis
Prognosis bergantung pada tipe dan tingkat
keparahan dari Talasemia. Seperti
dijelaskan sebelumnya, kondisi klinis
penderita Talasemia sangat bervariasi dari
ringan bahkan asimtomatik hingga berat
dan mengancam jiwa
Pencegahan
Carrier detection
Molecular diagnostic
Genetic counselling
Prenatal diagnosis
Tinjauan Pustaka
Agustin, R. and Zuraida, R. (2020) ‘Penatalaksanaan Holistik pada Pasien Anak Usia 8 Tahun dengan Diagnosis Talasemia Melalui
Pendekatan Kedokteran Keluarga’, Majority, 866, pp. 1–11.
Agustina, R., Mandala, Z. and Sahara, R. (2020) ‘Hubungan Kadar Serum Feritin Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Talasemia β Mayor’,
Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 11(1), pp. 265–270. doi: 10.35816/jiskh.v11i1.263.
Alfalah, C. et al. (2018) ‘Pengaruh Kadar Hemoglobin Pre-transfusi dan Feritin Serum terhadap Pertumbuhan Fisik Pasien Thalassemia β
Mayor’, Sari Pediatri, 19(6), pp. 349–355. doi: 10.14238/sp19.6.2018.349-55.
De Baun M, Frei-Jones M, Vichinsky E. (2016). Thalassemia syndromes. Dalam: Kliegman RM, Stanton BF, St. Geme J, Schor NF,
penyunting. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi ke-20. Philadelphia : Elsevier;.h.2349-50.
Doddamani, P. et al. (2012) ‘Importance of assessment of microalbuminuria in β ‑ thalassemia major patients’, International Journal of
Health & Allied Sciences, 1(4), pp. 235–238. doi: 10.4103/2278-344X.107864.
Fibach, E. and Rachmilewitz, E. A. (2017) ‘Pathophysiology and treatment of patients with beta-thalassemia - an update’, F1000Research,
6(0), pp. 1–12. doi: 10.12688/f1000research.12688.1.