Anda di halaman 1dari 43

CASE REPORT

Diare Akut Dengan Dehidrasi Ringan-Sedang


Disertai Muntah

Pembimbing :
dr. Roro Rukmi, M.Kes., Sp.A
dr. Murdoyo Rahmanoe, Sp.A

Oleh:
Dea Nur Aulia Dananda
Nidya Tiaz Putri
Raka Novadlu Cordita

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
BAB I
STATUS PENDERITA

No. Rekam Medik : 51.33.02


Masuk RSAM : Jumat, 21 Juli 2017, pukul 20:50 WIB

ANAMNESIS
Alloanamnesis dari ibu os

Identitas
Nama Pasien : An. DR
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 1 tahun 11 bulan
Tinggi badan : 83 cm
Berat Badan : 9 kg
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Jl. KH Mansyur No. 18, Rawa Laut
Nama Ayah : Tn. HM
Umur : 35 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
Nama Ibu : Ny. E
Umur : 34 tahun
Pekerjaan : Staff administrasi
Pendidikan : S1

Riwayat Penyakit
Keluhan Utama : Diare
Keluhan Tambahan : Muntah dan demam
Riwayat Penyakit Sekarang : Alloanamnesis (ibu os)
Tiga hari SMRS os mengalami diare dengan frekuensi kurang lebih 5 kali
dalam sehari dengan konsistensi cair, encer disertai sedikit ampas, berwarna
kuning, namun tidak disertai darah dan lendir. Os tampak rewel dan malas
menyusu. Keluhan tersebut disertai dengan demam yang tidak terlalu tinggi, naik-
turun, sepanjang hari. Selain diare dan demam, os juga mengalami muntah
sebanyak 3 kali dalam sehari. Muntahan berupa gabungan cairan, sisa nasi, dan
susu. Mual dan muntah dirasakan setelah os makan makan dan minum. Riwayat
batuk dan pilek pada os disangkal, keluar cairan dari telinga disangkal, alergi susu
disangkal, kemerahan pada kulit disangkal, demam yang lama pada os disangkal,
serta penurunan berat badan yang drastis disangkal.
Ibu os mengatakan bahwa perut os kembung, os menjadi rewel, os sering
minum susu namun BAK sedikit. Ibu os juga mengatakan os sulit makan sejak
keluhan tersebut datang sehingga orang tua os membawa os ke RSAM. Di
Puskesmas os diberi terapi diantaranya oralit 200 ml, zinc 1x1 cth, lactoB 3x1
sachet, dan kaolin 4x1 cth. Setelah mendapat terapi di Puskesmas, keadaan os
belum membaik, ditandai dengan diare masih 3 kali sebelum dibawa ke RSAM, os
masih demam, muntah 1x, dan os jarang BAK. Keadaan tersebut membuat orang
tua os membawa os ke RS Abdul Moeloek untuk pemeriksaan dan
penatalaksanaan lebih lanjut.

Riwayat Penyakit Dahulu


Ibu os mengatakan bahwa os pernah mengalami diare sejak usia 2 bulan, sudah
sering berobat dan keluhan berkurang tetapi masih sering muncul. Riwayat
demam tifoid disangkal, riwayat demam dengue disangkal, riwayat malaria
disangkal. Os pernah dirawat inap di RS Abdul Moeloek lima hari pada tahun
2016 dengan diagnosis bronkopneumonia.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluarga yang mengalami diare, sakit dalam keluarga seperti malaria
disangkal, demam tifoid disangkal, demam dengue disangkal, serta penyakit
kronis seperti keganasan darah dan kanker disangkal.
Riwayat Makanan
0 6 bulan : Os diberi ASI (satu minggu) dilanjutkan dengan susu formula
6 9 bulan : Os diberi susu formula dan bubur susu
9 12 bulan : Os diberi susu formula dan nasi tim
1 tahun : Os diberi makan lunak keluarga

Ibu os mengaku, riwayat makan os baik. ASI hanya diberikan sejak lahir
sampai usia 1 minggu. Bubur SUN diberikan pada usia 3-6 bulan. Usia 6-9 bulan
os mulai diberi susu formula (SGM) dan bubur susu. Usia 9 bulan os mulai
diberikan nasi tim. Os tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan. Menurut
ibu os, Os tidak pilih-pilih dalam hal makan. Dalam sehari os makan rata-rata 2-3
kali. Makanan sehari-hari os adalah nasi 1 porsi/makan (176 kkal/ 100 gr), telur
(251 kkal/100gr), tempe goreng (335 kkal/gr), ikan goreng (182 kkal/100 gr),
ayam goreng (595 kkal/ 100gr), sayur sayuran (20 40 kkal/ 100gr). AKG
(Kemenkes, 2013): 2125 kkal/hari.

Riwayat Imunisasi
BCG : diberikan 1 kali
DPT : diberikan 3 kali
Campak : diberikan 0 kali
Hepatitis : diberikan 3 kali
Polio : diberikan 3 kali

PEMERIKSAAN FISIK

Status Present
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Suhu : 36,3C
Frekuensi nadi : 119x/menit
Frekuensi nafas : 28x/menit
Berat Badan : 9 kg
Tinggi Badan : 83 cm
Lingkar Lengan Atas : 19 cm
Lingkar kepala : 37 cm
Status Gizi : BB/U : 2 s/d 3 SD kesan: normal
TB/U : 0 s/d -2 SD kesan: normal
BB/PB : -2 s/d -3 SD kesan: kurus

Status Generalis
Kelainan mukosa kulit/subkutan yang menyeluruh
Pucat : tidak ada
Sianosis : tidak ada
Ikterus : tidak ada
Oedem : tidak ada
Turgor : baik
Pembesaran KGB : tidak ada pembesaran KGB di retroaurikular,
oksipital, submandibula, submentalis, servikal
anterior, supraklavikula, aksila, dan inguinal

Kepala
Rambut : hitam tersebar merata, tidak mudah dicabut
Ubun-ubun besar : datar
Mata : simetris, cekung (+/+), sekret (-/-), edema palpebra
(-/-),
CA (-/-), SI (-/-), hiperemis (-/-), pupil isokor,
refleks pupil (+/+)
Telinga : simetris, sekret (-/-)
Hidung : deviasi (-), sekret (-/-), nafas cuping hidung (-)
Mulut : sianosis (-), candidiasis (-), bibir kering (-),
mukosa kering (+/+)
Leher
Bentuk : normal
Trakea : tidak ada deviasi
KGB : tidak ada pembesaran

Thoraks
Bentuk : simetris, tidak ada lesi
Retraksi suprasternal : tidak ada
Retraksi substernal : tidak ada
Retraksi intercostal : tidak ada
Retraksi subcostal : tidak ada

Jantung
Inspeksi : iktus kordis tak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba di ICS IV linea midclavicula
sinistra
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : BJ I/II regular, gallop (-), murmur (-)

Paru-Paru
Anterior Posterior
Sinistra Dextra Sinistra Dextra
Inspeksi Pergerakan nafas Pergerakan nafas Pergerakan nafas Pergerakan nafas
= dextra = sinistra = dextra = sinistra
Palpasi Ekspansi Ekspansi Ekspansi Ekspansi
simetris simetris simetris simetris
Perkusi Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Auskultasi Vesikuler +/+ Vesikuler +/+ Vesikuler +/+ Vesikuler +/+
Suara tambahan Suara tambahan Suara tambahan Suara tambahan
-/- -/- -/- -/-

Abdomen
Inspeksi : datar, tidak ada lesi
Auskultasi : bising usus (+) meningkat, 12x/m
Perkusi : timpani, asites (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), massa (-), hepatomegali (-),
spleenomegali (-)

Status Neurologis
A. Motorik
Kekuatan : 5 5
5 5
Gerakan :
Dekstra : Aktif
Sinistra : Aktif
Tonus : Normotonus
Klonus : Tidak ada
Reflek Fisiologis
Bisep : +/+
Trisep : +/+
Patella : +/+
Achilles : +/+
Reflek Patologis
Babinski : negatif
Chaddock : negatif
Gordon : negatif
Gonda : negatif
Schafer : negatif

B. Sensorik
Anastesi : tidak ada
Hipoestesi : tidak ada

C. Tanda Rangsang Meningeal


Kaku kuduk : negatif
Brudzinsky I : negatif
Brudzinsky II : negatif
Lasseque sign : negatif
Kernig sign : negatif

D. Otonom
Miksi : normal
Defekasi : hiperperistaltik
RESUME
Tiga hari SMRS os mengalami diare dengan frekuensi kurang lebih 5 kali
dalam sehari dengan konsistensi cair, encer disertai sedikit ampas, berwarna
kuning, namun tidak disertai darah dan lendir. Os tampak rewel dan malas
menyusu. Keluhan tersebut disertai dengan demam yang tidak terlalu tinggi, naik-
turun, sepanjang hari. Selain diare dan demam, os juga mengalami muntah
sebanyak 3 kali dalam sehari. Muntahan berupa gabungan cairan, sisa nasi, dan
susu. Mual dan muntah dirasakan setelah os makan makan dan minum. Riwayat
batuk dan pilek pada os disangkal, keluar cairan dari telinga disangkal, alergi susu
disangkal, kemerahan pada kulit disangkal, demam yang lama pada os disangkal,
serta penurunan berat badan yang drastis disangkal.
Ibu os mengatakan bahwa perut os kembung, os menjadi rewel, os sering
minum susu namun BAK sedikit. Ibu os juga mengatakan os sulit makan sejak
keluhan tersebut datang sehingga orang tua os membawa os ke RSAM. Di
Puskesmas os diberi terapi diantaranya oralit 200 ml, zinc 1x1 cth, lactoB 3x1
sachet, dan kaolin 4x1 cth. Setelah mendapat terapi di Puskesmas, keadaan os
belum membaik, ditandai dengan diare masih 3 kali sebelum dibawa ke RSAM, os
masih demam, muntah 1x, dan os jarang BAK. Keadaan tersebut membuat orang
tua os membawa os ke RS Abdul Moeloek untuk pemeriksaan dan
penatalaksanaan lebih lanjut.
Ibu os mengatakan bahwa os pernah mengalami diare sejak usia 2 bulan,
sudah sering berobat dan keluhan berkurang tetapi masih sering muncul. Os
pernah dirawat inap di RS Abdul Moeloek lima hari pada tahun 2016 dengan
diagnosis bronkopneumonia. Ibu os mengaku, riwayat makan os cukup baik. ASI
diberikan sejak lahir sampai usia tiga bulan. Os tidak memiliki riwayat alergi
terhadap makanan. Menurut ibu os, Os tidak pilih-pilih dalam hal makan. Dalam
sehari os makan rata-rata 2-3 kali. AKG (Kemenkes, 2013): 2125 kkal/hari.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum tampak sakit sedang,
kesadaran compos mentis, frekuensi nadi 119 kali/menit, frekuensi nafas 28
kali/menit, suhu 36,3oC, BB 9 kg, TB 83 cm, BB/U 2 s/d 3 SD, PB/U 0 s/d -2 SD,
BB/PB -2 s/d -3 SD; kesan normal. Pada pemeriksaan status generalis didapatkan
mata cekung, konjungtiva tidak anemis, bibir tidak pucat. Pada pemeriksaan
jantung terdengar BJ I/II regular tanpa disertai bunyi jantung tambahan seperti
murmur dan galloop. Pada pemeriksaan paru paru didapatkan bunyi paru
vesikular tanpa adanya suara paru tambahan seperti ronki. Pada pemeriksaan
abdomen tidak didapatkan nyeri tekan, hepatomegali, dan spleenomegali. BU
meningkat, 12x/menit.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Faeces Lengkap : 14 Juni 2017 pukul 11.00


Pemeriksaan Hasil Rujukan
Makroskopis
Warna : Kuning Kuning kecoklatan
Konsistensi : Encer Lembek
Bau : Khas
Lendir : Negatif Negatif
Darah : Negatif Negatif
Mikroskopis
Telur cacing : Negatif
Amoeba : Negatif
Sel-sel
Eritrosit : 1-2 /LP
Leukosit : 20-25 /LP
Epitel : 3-5 /LP
Sisa makanan
Serat daging : Negatif
Granula amylum : Negatif
Granula lemak : Negatif
Haematologi : 14 Juni 2017 pukul 17.21
Pemeriksaan Hasil Rujukan
Hb : 12,0 g/dL 10,70-13,10
Leukosit : 10.600 u/l 4.800-10.800
Eritrosit : 4,5 juta u/l L =4,7-6,1 P=4,2-5,4
Hematokrit : 35% L= 42-53 P= 37-47
Trombosit : 543.000 /ul 150.000-450.000
MCV : 78 fl 79-99
MCH : 27 pg 27-31
MCHC : 35 g/dl 30-35
Hitung jenis
Basofil 0% 0-1
Eusinofil : 0% 0-8
Batang : 0% 0-8
Segmen : 64 % 17-60
Limfosit : 24% 20-70
Monosit : 12 % 1-11
LED : 25 mm/jam 0-10

Elekrolit : 21 Juli 2017 pukul 22:52


Pemeriksaan Hasil Rujukan
Natrium 136 135-145
Kalium 3,3 3,5-5,0
Calsium 9,6 8,6-10,0
chlorida 100 96-106

DIAGNOSIS BANDING
Diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang ec Rotavirus
Diare akut dengan dehidrasi ringan sedang ec Salmonella

DIAGNOSIS KERJA
Diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang disertai muntah
PENATALAKSANAAN
Rehidrasi IVFD RL 50 tpm selama 3 jam
Setelah BAK (+) dilanjutkan, IVFD Ka EN 3B 12 tpm
Injeksi Cefotaxim 2x200 mg
Injeksi Ondansentron 3x2mg
Injeksi Ranitidin 2x10mg
Oralit 200 ml
Zinc 20 mg 1x1
Lacto B 3x1 sachet

PROGNOSIS
Quo ad Vitam : Dubia ad Bonam
Quo ad Functionam : Dubia ad Bonam
Quo ad Sanationam : Dubia ad Bonam
FOLLOW UP TANGGAL 22 Juli 2017

S O A P
Keluhan Status Assesment Penatalaksanaan
22 Juli 2017 Pemeriksaan (O): Diare akut Rehidrasi IVFD RL 50
07.00 WIB KU : Tampak sakit sedang dengan tpm selama 3 jam
KS : Compos Mentis dehidrasi Setelah BAK (+)
Keluhan (S): HR : 124 x/ menit ringan sedang dilanjutkan, IVFD Ka
Diare 1x (dari RR : 32 x/menit disertai EN 3B 12 tpm
masuk RSAM), T : 36,6C muntah Injeksi Cefotaxim
muntah 3x, BB : 9 kg 2x200 mg
BAK jarang, PB : 83 cm Injeksi Ondansentron
tidak mau 3x2mg
menyusu, dan Kepala Injeksi Ranitidin
rewel simetris, normocepal, rambut 2x10mg
hitam tersebar merata, tidak Oralit 200 ml
mudah dicabut, ubun-ubun besar Zinc 20 mg 1x1
datar. Lacto B 3x1 sachet

Mata : simetris, mata cekung


(+/+), sekret (-/-), edema
palpebra (-/-),CA (-/-), SI
(-/-), hiperemis (-/-), pupil
isokor, refleks pupil (+/+)
Telinga : simetris, sekret (-/-)
Hidung : deviasi (-), sekret (-/-),
nafas cuping hidung (-)
Mulut : sianosis (-), candidiasis
(-), bibir kering (-)

Leher
Normal, tidak ada deviasi
trakea, tidak ada pembesaran
KGB

Thoraks
Simetris, tidak ada lesi
Retraksi suprasternal : tidak ada
Retraksi substernal : tidak ada
Retraksi intercostals : tidak ada
Retraksi subcostal : tidak ada
Jantung
Inspeksi: iktus kordis tak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba di
ICS IV linea
midclavicula sinistra
Perkusi: tidak dilakukan
Auskultasi: BJ I/II regular,
gallop (-), murmur (-)

Paru-Paru
Inspeksi : gerakan nafas
dekstra=sinistra
Palpasi : ekspansi simetris
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler +/+,
suara tambahan -/-

Abdomen
Inspeksi : cembung, tidak ada
lesi,turgor baik
Auskultasi: bising usus (+)
meningkat, 14x/m
Perkusi: timpani, asites (-)
Palpasi: nyeri tekan (-), massa
(-), hepatomegali (-),
spleenomegali (-)

Ekstremitas :
Simetris, hangat, CRT < 2 detik

15 Juni 2017 Pemeriksaan (O): Diare akut IVFD Ka EN 3B 12


07.00 WIB KU : Tampak sakit ringan dengan tpm makro
KS : Compos Mentis dehidrasi Cefotaxim 200 mg/12
Keluhan (S): HR : 110 x/ menit ringan sedang jam
Diare 6x, BAK RR : 20 x/menit Oralit 50-100 ml/per
(+), minum 600 T : 37,0C diare
ml, rewel BB : 12.5 kg Zinc 20 mg 1x1
PB : 81 cm Lacto B 1 x1

Kepala
simetris, normocepal, rambut
hitam tersebar merata, tidak
mudah dicabut, ubun-ubun besar
datar.

Mata : simetris, mata agak


cekung (+/+), sekret (-/-),
edema palpebra (-/-),CA
(-/-), SI (-/-), hiperemis
(-/-), pupil isokor, refleks
pupil (+/+)
Telinga : simetris, sekret (-/-)
Hidung : deviasi (-), sekret (-/-),
nafas cuping hidung (-)
Mulut : sianosis (-), candidiasis
(-), bibir kering (-)

Leher
Normal, tidak ada deviasi
trakea, tidak ada pembesaran
KGB

Thoraks
Simetris, tidak ada lesi
Retraksi suprasternal : tidak ada
Retraksi substernal : tidak ada
Retraksi intercostals : tidak ada
Retraksi subcostal : tidak ada

Jantung
Inspeksi: iktus kordis tak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba di
ICS IV linea
midclavicula sinistra
Perkusi: tidak dilakukan
Auskultasi: BJ I/II regular,
gallop (-), murmur (-)

Paru-Paru
Inspeksi : gerakan nafas
dekstra=sinistra
Palpasi : ekspansi simetris
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler +/+,
suara tambahan -/-
Abdomen
Inspeksi : datar, tidak ada lesi,
turgor baik
Auskultasi: bising usus (+),
8x/m
Perkusi: timpani, asites (-)
Palpasi: nyeri tekan (-), massa
(-), hepatomegali (-),
spleenomegali (-)

Ekstremitas :
Simetris, hangat, CRT < 2 detik

16 Juni 2017 Pemeriksaan (O): - IVFD Ka EN 3B 12


07.00 WIB KU : Tampak sakit ringan tpm makro
KS : Compos Mentis Cefotaxim 200 mg/12
Keluhan (S): HR : 110 x/ menit jam
Diare 3x, BAK RR : 20 x/menit Oralit 50-100 ml/per
(+), minum 200 T : 35,3C diare
ml, rewel (-) BB : 12.5 kg Zinc 20 mg 1x1
PB : 81 cm Lacto B 1 x1

Kepala Pasien diperbolehkan


simetris, normocepal, rambut pulang.
hitam tersebar merata, tidak
mudah dicabut, ubun-ubun besar Terapi rawat jalan :
datar. Zinc 20 mg/ 24 jam
selama 14 hari.
Mata : simetris, mata
cekung (-/-), sekret (-/-),
edema palpebra (-/-),CA
(-/-), SI (-/-), hiperemis
(-/-), pupil isokor, refleks
pupil (+/+)
Telinga : simetris, sekret (-/-)
Hidung : deviasi (-), sekret (-/-),
nafas cuping hidung (-)
Mulut : sianosis (-), candidiasis
(-), bibir kering (-)

Leher
Normal, tidak ada deviasi
trakea, tidak ada pembesaran
KGB

Thoraks
Simetris, tidak ada lesi
Retraksi suprasternal : tidak ada
Retraksi substernal : tidak ada
Retraksi intercostals : tidak ada
Retraksi subcostal : tidak ada

Jantung
Inspeksi: iktus kordis tak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba di
ICS IV linea
midclavicula sinistra
Perkusi: tidak dilakukan
Auskultasi: BJ I/II regular,
gallop (-), murmur (-)

Paru-Paru
Inspeksi : gerakan nafas
dekstra=sinistra
Palpasi : ekspansi simetris
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler +/+,
suara tambahan -/-

Abdomen
Inspeksi : datar, tidak ada lesi,
turgor baik
Auskultasi: bising usus (+),
8x/m
Perkusi: timpani, asites (-)
Palpasi: nyeri tekan (-), massa
(-), hepatomegali (-),
spleenomegali (-)

Ekstremitas :
Simetris, hangat, CRT < 2 detik
BAB II
ANALISIS KASUS

Pada kasus ini telah dilakukan anamnesis kepada keluarga pasien secara
alloanamnesis dengan ibu pasien. Keluhan pada anamnesis diperoleh bahwa anak
mengalami diare konsistensi cair, encer disertai sedikit ampas, berwarna kuning,
namun tidak disertai darah dan lendir sebanyak 10 kali sejak 3 hari SMRS. Diare
juga disertai demam, mual dan muntah. Berdasarkan keluhan tersebut gejala klinis
mengarahkan kearah diare cair akut. Diare cair akut adalah buang air besar lebih
dari 3 kali sehari selama kurang dari 14 hari dapat/tanpa disertai lendir dan darah.1
Diare dengan demam dapat terjadi pada inflammatory diare. Diare akut karena
infeksi dapat disertai keadaan muntah-muntah dan/atau demam, tenesmus,
hematochezia, nyeri perut atau kejang perut.3 Mual dan muntah adalah gejala non-
spesifik namun dapat disebabkan oleh organisme yang menginfeksi saluran cerna
bagian atas seperti: enterik virus, bakteri yang memproduksi enterotoksin,
Giardia, dan Crytosporodium.2

Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang


termasuk di Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian dan
kesakitan pada anak, terutama usia di bawah 5 tahun. Insidensi tertinggi diare
terjadi pada usia 6-11 bulan pada saat mulai diberikan makanan pendamping ASI.
Pola ini menggambarkan menurunnya kekebalan aktif dari ibu, kurangnya
kekebalan aktif dari anak, kontaminasi tinja pada makanan pendamping ASI, atau
kontaminasi langsung dengan tinja / binatang saat mulai merangkak.3

Penularan diare terjadi melalui entereropatogen dan faktor resiko penularannya


dapat meningkat disebabkan beberapa hal, diantaranya tidak memberikan ASI
eksklusif pada anak selama usia 4-6 bulan pertama kehidupannya.2 Saat
anamnesis, diketahui bahwa pasien hanya memperoleh ASI eksklusif selama 1
minggu. Pemberian ASI ekslusif adalah salah satu cara mencegah diare karena
dapat melindungi saluran cerna dari infeksi dan intoleransi. Selain efek imunitas,
pemberian ASI secara tidak langsung membatasi pajanan terhadap
makanan/minuman yang terkontaminasi kuman.5

Saat diare, terjadi peningkatan kehilangan cairan dan elektrolit dari tinja cair anak.
Hal ini disebabkan saat suatu segmen usus besar teriritasi, seperti infeksi bakteri
menyeluruh saat enteritis, mukosa mensekresikan sejumlah air dan elektrolit lain
selain mukosa alkali yang normal. Sekresi ini bertujuan untuk mengencerkan
faktor pengiritasi dan menyebabkan pergerakan tinja yang cepat menuju anus. Hal
ini mengakibatkan diare, disertai kehilangan sejumlah cairan.5

Dehidrasi dapat terjadi apabila kehilangan cairan tersebut tidak diganti secara
adekut. 2,3 Derajat dehidrasi diklasifikasikan berdasarkan gejala dan jumlah cairan
yang hilang. Saat anamnesis, Ibu os mengatakan sejak os diare, os menjadi rewel,
tidak mau minum susu, dan os jarang BAK. Diare ringan sedang merupakan diare
yang menyebabkan kehilangan berat badan 3-9 % yang ditandai apabila
ditemukan 2 gejala atau lebih berupa: rewel/gelisah, mata cekung, minum dengan
lahap/ haus, turgor kulit kembali dengan melambat. Diare ringan sedang dapat
diikuti dengan gejala klinis berupa, kesadaran normal/letargi/irritable, denyut
jantung normal-meningkat, kualitas nadi normal-melemah, pernapasan normal-
cepat, mata sedikit cekung, air mata berkurang, mulut kering, cubitan kulit
kembali < 2 detik, CRT memanjang, ekstremitas dingan, dan kencing bekurang.2

Hasil pemeriksaan fisik pasien didapatkan suhu pasien 36,3C, RR:28x/menit,


HR: 119x/menit. Saat pemeriksaan fisik ditemukan bahwa mata os cekung, bising
usus 14x/m (hiperperstaltik), turgor baik, dan akral hangat. Karena kehilangan
cairan seseorang merasa haus, berat badan berkurang, mata menjadi cekung, lidah
kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak.
3
Keluhan dan gejala ini disebabkan deplesi air yang isotonik. Iritasi yang kuat
pada mukosa usus, sepeti pada diare infeksi berat, dapat menimbulkan peristaltik
yang sangat kuat dan cepat, disebut desakan peristaltik (peristaltic rush). Keadaan
ini sebagian besar dicetuskan oleh reflek saraf otonom dan batang otak, dan
sebagian lagi oleh pleksus miesentrikus intrinsic yang ada didalam dinding usus
itu sendiri. Kontraksi peristaltik yang sangat kuat ini berjalan jauh dari usus halus
ke dalam kolon dan karena itu membebaskan usus halus dari kimus yang
mengiritasi dan peregangan yang berlebihan.5

Sehingga dari anamnesis dan pemeriksaan fisik diperoleh diagnosa pasien yaitu
diare akut dengan dehidrasi ringan sedang yang ditandai buang air besar encer
lebih dari 3 kali sehari disertai dua atau lebih kriteria dehidrasi ringan sedang,
berupa : 1) rewel, 2) tampak kehausan, dan 3) mata cekung.

Penyebab dari diare dapat diketahui melalui gejala khas yang ditimbulkan dan
pemeriksaan penunjang. Pada pasien gejala berupa diare cair lebih dari 10 kali
sehari disertai demam dan mual muntah. Pada pasien ditemukan bahwa feses
berwarna kuning, encer, tidak ditemukan lendir dan darah. Enteropatogen yang
memiliki masa tunas 24 jam, dapat berupa Rotavirus, Shigella, Salmonella,
ETEC, EIEC. Sedangkan, diare yang disertai demam dan mual muntah dapat
disebabkan Rotavirus, shigella, dan Salmoella. Lama sakit dari infeksi rotavirus 5-
7 hari, Shigella >7 hari dan Salmonella 3-7 hari. Frekuensi BAB 5-10x dapat
disebabkan Rotavirus, BAB >10x dapat disebabkan Shigella dan Salmonela BAB
sering. Konsistensi diare akibat rotavirus cair sedangkan yang disebakan
salmonella dan shigella lembek. Warna dari BAB yang disebabkan oleh Rotavirus
berwarna kuning kehijauan, Shigela berwarna merah-kehijauan dan Salmonella
berwarna kehijauan. Infeksi rotavirus tidak ditemukan leukosit pada feses dan
infeksi Salmonela menghasilkan bau feses yang busuk.2

Pada pemeriksaan makroskopis feses dapat dilakukan meskipun tidak dilakukan


pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi penyebab diare. Feses yang watery
atau tanpa mukus dan tanpa darah dapat disebabkan oleh virus enterotoksin,
protozoa, atau infeksi yang disebabkan diluar gastrointestinal. Feses yang
mengandung mukus dan darah disebabkan oleh bakteri yang menghasilkan
enterotoksin, bakteri enteroinvasif yang menyebabkan peradangan mukosa atau
parasit usus misalnya; E histolica, E Coli, dan T Trichuria. Bila terdapat darah
bisanya tercampur dalam tinja, kecuali pada infeksi E.Hystolica darah sering
terdapat dipermukaan tinja dan pada infeksi EHEC terdapat garis garis pada feses.
2

Pemeriksaan mikroskopik untuk mencari adanya lekosit dapat memberikan


informasi tentang penyebab diare, letak anatomis serta adanya proses peradangan
mukosa. Pada pemeriksaan mikroskopis feses pasien, diperoleh telur cacing (-),
amoeba (-), leukosit (+) 20-25/LP. Lekosit dalam tinja diproduksi sebagai respon
terhadap bakteri yang menyerang mukosa kolon. Lekosit yang positif pada
pemeriksaan tinja menunjukkan adanya kuman invasif atau kuman yang
memproduksi sitotoksin seperti Shigella, Salmonella, C. jejuni, EIEC, C. difficile,
Y. enterocolitica, V. parahaemolyticus dan kemungkinan Aeromonas atau P.
shigelloides. Lekosit yang ditemukan pada umumnya adalah lekosit PMN, kecuali
pada S. typhii lekosit mononuklear. Tidak semua penderita kolitis terdapat lekosit
pada tinjanya, pasien yang terinfeksi dengan E. histolytica pada umumnya lekosit
pada tinja minimal. Parasit yang menyebabkan diare pada umumnya tidak
memproduksi lekosit dalam jumlah banyak.2

Pada pemeriksaan hematologi, hasil menunjukan nilai yang normal, kecuali


pemeriksaan LED yang meningkat. Infeksi virus sering ditandai dengan
leukosit normal atau meningkat (tidak melebihi 20.000/mm3 dengan limfosit
predominan) dan bakteri leukosit meningkat 15.000-40.000/mm3 dengan neutrofil
yang predominan. Pada hitung jenis leukosit terdapat pergeseran kekiri yang
menandakan infeksi bakteri serta peningkatan laju endap darah. Pada hasil
pemeriksaan hematologi pasien diperoleh nilai leukosit 10.800 (normal), namun
terjadi peningkatan kadar LED (41 mm/jam). LED atau dalam bahasa Inggrisnya
Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR) merupakan salah satu parameter
pemeriksaan darah lengkap yang menggambarkan perbandingan antara eritrosit
dan plasma. LED terutama mencerminkan perubahan protein plasma yang terjadi
pada infeksi akut maupun kronik, proses degenerasi dan penyakit
limfoproliferatif. Peningkatan LED merupakan respons yang tidak spesifik
terhadap kerusakan jaringan dan merupakan petunjuk adanya penyakit.3
Penyebab pasti diare pada pasien sulit untuk ditegakkan. Pada anamnesis pasien,
gejala lebih menujukan infeksi virus dikarenakan diare encer sebanyak 10x, berwarna
kuning dan tidak disertai darah atau bau yang busuk. Pada pemeriksaan penunjang
makroskopis feses juga ditemukan watery feses yang tidak disertai mukus atau darah
sehingga meningkatkan kecurigaan infeksi Rotavirus. Namun, pada pemeriksaan
mikroskopis ditemukan leukosit pada feses yang menunjukan adanya infeksi bakteri.
Pemeriksaan hematologi juga mengindikasikan leukosit yang normal, namun disertai
peningkatan LED. Leukosit yang normal dapat disebabkan adanya viral infection,
sedangkan peningkatan LED menunjukan adanya inflamasi akut atau kronik pada
pasien.

Tatalaksana awal pada pasien di bangsal perawatan anak antara lain: Rehidrasi
IVFD RL 50 tpm selama 3 jam. Setelah BAK (+) dilanjutkan, IVFD Ka EN 3B 12
tpm, Injeksi Cefotaxim 2x200 mg, Injeksi Ondansentron 3x2mg,Injeksi Ranitidin
2x10mg, Oralit 200 ml, Zinc 20 mg 1x1, Lacto B 3x1 sachet. Terapi ini sesuai
diberikan berdasarkan lima lintas diare yaitu rehidrasi dengan menggunakan oralit
baru, Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut, ASI dan makanan tetap
diteruskan, antibiotik selektif , dan nasihat kepada orang tua. 1,2,3

Terapi rehidrasi pada pasien dengan dehidrasi derajat ringan-sedang adalah ORS
(Oral Rehidrasi Solution). Namun dikarenakan anak muntah tiga kali dalam
sehari, maka pemberian rehidrasi melalui oral tidak dapat diberikan, sehingga
rehidrasi diberikan secara parenteral. Larutan RL (isotonis) diberikan karena
elektrolit dan konsentrasinya yang serupa dengan yang dikandung cairan
ekstraseluler. Natrium merupakan kation utama dari plasma darah dan
menentukan tekanan osmotik. Klorida merupakan anion utama di plasma darah.
Kalium merupakan kation terpenting di intraseluler dan berfungsi untuk konduksi
saraf dan otot. Elektrolit-elektrolit tersebut dibutuhkan untuk menggantikan
kehilangan cairan pada dehidrasi dan syok hipovolemik termasuk syok
perdarahan. Pada os diberikan larutan RL 50 gtt/m sesuai dengan terapi rehidrasi
derajat ringan-sedang menurut Lozner dalam buku IDAI Gastroenterologi
menyebutkan bahwa kebutuhan cairan os 50-70 ml/kg/3 jam (3-5 tt/kg/menit)
sehingga 12,5 kg x 3-5 gtt/m = 37,5-62,5 tpm.3

Setelah dievaluasi tiga jam kemudian didapatkan keadaan pasien membaik


ditandai dengan BAK sering sehingga cairan RL diganti dengan cairan rumatan
KaEN 3B 10 tpm. KaEN 3B diberikan sesuai dengan teori yang menyebutkan
KaEN 3B berfungsi untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk meminimalisir adanya risiko hipokalemia dan
mengganti ekskresi harian pada keadaan asupan oral terbatas. KaEN 3B juga
merupakan infus rumatan untuk bayi dan anak berusia kurang dari tiga tahun.
KaEN 3B mengandung Na 30 mEq/L, K 8 mEq/L, Cl 28 mEq/L, laktat 10 mEq/L,
dan glukosa: 37,5 g/L.3

Rehidrasi secara oral juga diberikan dengan menggunakan oralit. Oralit baru
menurunkan kebutuhan suplementasi intravena dan mampu mengurangi
pengeluaran tinja hingga 20% serta mengurangi kejadian muntah hingga 30%.
Selain itu, oralit baru ini juga telah direkomendasikan oleh WHO dan UNICEF
untuk diare akut non-kolera pada anak. Oralit berisikan natrium, klorida, glukosa,
kalium, dan sitrat. Pada hari pertama os diberikan 50ml/diare dan pada hari kedua
dan ketiga diberikan 100ml/diare, jumlah ini sesuai dengan teori penatalaksanaan
dari IDAI yang menyebutkan bahwa untuk anak kurang dari dua tahun diberikan
50-100 ml tiap BAB.3

Lintas diare kedua adalah pemberian zinc guna mengurangi lama dan beratnya
diare serta untuk mengembalikan nafsu makan anak. Selain itu zinc berperan
untuk pertumbuhan dan pembelahan sel, sebagai anti oksidan, mempengaruhi
kekebalan seluler. Zinc juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh dan
merupakan mediator potensial pertahanan tubuh terhadap infeksi. Pada diare, zinc
berfungsi untuk memperbaiki epitel saluran cerna selama diare, meningkatkan
aborpsi air dan elektrolit oleh usus halus, meningkatkan kecepatan regenerasi
epitel usus, meningkatkan jumlah brush border apical, dan meningkatkan respon
imun yang mempercepat pembersihan patogen dari usus. Os menerima 20 mg zinc
per hari selama tiga hari perawatan. Hal ini sesuai dengan anjuran tatalaksana
diare yang menyebutkan bahwa anak di atas umur 6 bulan membutuhkan 20 mg
(1 tablet) per hari. Zinc tetap dikonsumsi hingga 10-14 hari berturut-turut
meskipun anak telah sembuh dari diare. 3

Lacto B merupakan probiotik yang diberikan dengan beberapa tujuan, antara lain:
1) melindungi sistem pencernaan, 2) menghambat pertumbuhan bakteri dengan
adanya lactic acid bacterial yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan asam
organik untuk menghambat bakteri yang merugikan pada usus, 3) menghidrolisa
laktosa menjadi glukosa dan galaktosa karena kandungan lactobacillo yang
mampu menghasilkan enzim beta-galaktosidase yang mampu menghidrolisa
laktosa menjadi glukosa dan galaktosa, 4) mengurangi intoleransi laktosa, 5)
menyeimbangkan flora usus, 6) membantu menormalkan fungsi gastrointestinal,
serta 7) mengoptimalkan pertumbuhan pada anak.3

Antibiotika pada umumnya tidak diperlukan pada semua diare akut oleh karena
sebagian besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self limited dan tidak
dapat dibunuh dengan antibiotika. Hanya sebagian kecil (10 20%) yang
disebabkan oleh bakteri patogen seperti V. cholera, Shigella, Enterotoksigenik E.
coli, Salmonella, Camphylobacter dan sebagainya. Pada pasien diberikan terapi
antibiotik dikarenakan berdasarkan hasil laboratorium pemeriksaan tinja secara
mikroskopis didapatkan leukosit sebesar 20-25/LP. Adanya leukosit dalam tinja
menandakan adanya infeksi yang disebabkan oleh bakteri Salmonella atau
Shigella. Pengobatan yang tepat untuk diare yang disebabkan bakteri salmonella
dan shigela adalah dengan pilihan pertama pemberian antibiotic ciprofloxacin
15mg/kgbb 2 kali sehari selama 3 hari. atau dengan pemberian ceftriaxone 50-
100mg/kgBB 1 kali sehari IM selama 2-5 hari.2,3

Pada hari pertama os telah direhidrasi dan mengalami perbaikan yang ditandai
dengan berkurangnya frekuensi diare yang semula dari 6x menjadi 3x sehari, os
juga sudah BAK. Jika dilihat dari pemeriksaan fisik didapatkan mata cekung
berkurang. Pada hari kedua pasien diberikan terapi dan menunjukkan adanya
perbaikan yang ditandai dengan adanya mata cekung yang semakin berkurang.
Pada hari ketiga perawatan keadaan os makin membaik karena mata sudah normal
dan tidak cekung, BAB 3x sehari, dan os sudah tidak rewel lagi. Diagnosa diare
akut tanpa dehidrasi ditegakkan apabila tidak ditemui gejala sebagai berikut: os
keadaan umum baik, sadar, minum biasa, tidak haus, mata tidak cekung, dan
turgor kulit kembali segera. Oleh karena alasan tersebut, os dapat dipulangkan dan
ibu os diberi edukasi mengenai aturan rawat jalan anak diare yaitu 1) pemberian
cairan tambahan, 2) pemberian ASI eksklusif lebih banyak dan lebih sering. Bila
anak tidak minum ASI eksklusif, perlu diberikan oralit, cairan rumah tangga (sup,
kuah sayuran, atau air tajin), atau air matang, serta 3) beri tablet zinc 20mg/hari
untuk anak usia di atas enam bulan untuk 10-14 hari walau diare sudah berhenti.3

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 diperoleh bahwa diare
masih merupakan penyebab kematian bayi terbanyak yaitu 42% dibandingkan
pnemonia 24%, untuk golongan usia 1 4 tahun penyebab kematian karena diare
25% dibandingkan pneumonia. Kematian yang banyak terjadi pada anak dengan
diare disebabkan karena dehidrasi. Diare yang berlangsung beberapa waktu tanpa
penanggulangan medis yang adekuat dapat menyebabkan kematian karena
kekurangan cairan di badan yang mengakibatkan renjatan hipovolemik atau
2,3
karena gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang lanjut.

Prognosis pada diare akut umumnya baik, namun diare akut dengan dehidrasi
dapat menimbulkan prognosa yang buruk apabila tidak dilakukan penatalaksanaan
yang cepat dan tepat serta edukasi yang baik kepada orang tua. Pasien diare
dengan dehidrasi dapat memperoleh prognosis yang lebih baik apabila keluarga
dapat mendukung proses pengobatan hingga anak sembuh. Pada pasien ini,
prognosa diare dengan dehidrasi ringan-sedang bersifat baik karena segera
ditatalaksana cepat.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi Diare Akut


Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali sehari
disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair berlangsung selama kurang dari
14 hari terutama usia di bawah 5 tahun(1).

3.2 Cara Penularan


Cara penularan melalui fekal oral yaitu melalui makanan dan yang terkontaminasi
oleh enteropatogen, atau kontak langsung tangan penderita dengan barang-barang
yang tercemar tinja penderita atau tidak langsung melalui alat (finger, flies, fluid,
food)(2).

Faktor resiko meningkatkan penularan antara lain: tidak memberikan ASI secara
penuh 4-6 bulan pertama kehidupan bayi, tidak memadainya penyediaan air
bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana kebersihan (MCK),
kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan penyimpanan
makanan yang tidak higenis dan cara penyapihan yang tidak higenis. Faktor resiko
lain seperti imunodefisiensi, gizi buruk, berkurangnya asam lambung,
menurunnya motilitas usus, dan menderita campak 4 minggu terakhir, serta faktor
genetik(2).

3.3 Etiologi

Dua tipe dasar dari diare akut oleh karena infeksi yaitu non inlfammatory dan
inflammatory. Enteropatogen menimbulkan diare non inlfammatory melalui
produksi enterotoksin oleh bakteri, destruksi sel permukaan villi oleh virus,
perlekatan oleh parasit, perlekatan dan atau translokasi dari bakteri. Sebaliknya
diare inflammatory biasanya disebabkan oleh bakteri yang menginvasi usus secara
langsung atau memproduksi sitotoksin(2).
Beberapa penyebab diare akut yang dapat menyebabkan diare pada manusia
adalah sebagai berikut (2):

Golongan bakteri :

a) Aeromonas
b) Bacillus cereus
c) Campylobacter jejuni
d) Clostridium perfringens
e) Escherichia coli
f) Salmonella
g) Shigella
h) Staphylococcus aureus
i) Vibrio cholera
j) Vibrio parahaemolyticus
k) Yersenia enterocolitica

Golongan virus(2) :

a) Astrovirus
b) Calcivirus
c) Enteric adenovirus
d) Coronavirus
e) Rotavirus
f) Norwalk virus

Golongan parasit :

a) Balantidium coli
b) Entamoeba hystolitica
c) Giardia lamblia
d) Strongyloides stercoralis
e) Trichuris trichiura
f) Cryptosporidium parvum

Golongan helmintes: Strongiloides stercoralis

3.4 Patogenesis

Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan oleh virus yaitu virus yang
menyebabkan diare pada manusia secara selektif menginfeksi dan menghancurkan
sel-sel ujung vilus pada usus halus. Virus akan menginfeksi lapisan epithelium di
usus halus dan menyerang vilus diusus halus. Hal ini menyebabkan fungsi
absorbsi usus halus terganggu. Sel-sel epitel usus halus yang rusak diganti oleh
enterosit yang baru, berbentuk kuboid yang belum matang sehingga fungsinya
belum baik. Villus mengalami atrofi dan tidak dapat mengabsorbsi cairan dan
meningkatkan tekanan kolid osmotik usus dan terjadi hiperplastik usus sehingga
cairan beserta makanan yang tidak terserap terdorong keluar usus melalui anus,
menimbulkan diare osmotik dari penyerapan air dan nutrien yang tidak
sempurna(2).

Pada usus halus, enterosit villus sebelah atas adalah sel-sel yang terdiferensiasi
yang mempunyai fungsi pencernaan seperti hidrolisis disakarida dan fungsi
penyerapan transport elektrolit dan air melalui pengangkutan bersama
(kotransporter) glukosa dan asam amino. Enterosit kripta merupakan sel yang
tidak berdiferensiasi, yang tidak mempunyai enzim hidrofilik tepi bersilia dan
merupakan pensekresi air dan elektrolit. Dengan demikian infeksi virus b selektif
sel-sel ujung vilus menyebabkan ketidakseimbangan rasio penyerapan cairan usus
terhadap sekresi dan malabsorbsi karbohidrat kompleks, terutama laktosa(2).

Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang berhubungan
dengan pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus cAMP, cGMP, dan Ca
dependen. Bakteri enteral patogen akan mempengaruhi struktur dan fungsi tight
junction, menginduksi sekresi cairan dan elektrolit, dan akan mengaktifkan
kaskade inflamasi. Efek infeksi bakterial pada tight junction akan mempengaruhi
susunan anatomis dan fungsi absorbsi yaitu cytoskleton dan perubahan susunan
protein. Toksin dari bakteri enteral patogen akan menyebabkan perubahan barrier
tight junction yaitu perubahan pada celluler cytoskeleton dan spesifik tight
junction. Pengaruh tersebut menyebabkan hiperkseresi klorida yang akan diikuti
natrium dan air(2).

Bakteri non invasi (enterotoksigenik)

Diare yang disebabkan oleh bakteri non invasi disebut juga diare sekrotik, atau
watery diarrhea. Pada diare tipe ini disebabkan oleh bakteri yang memproduksi
enterotoksin yang bersifat tidak merusak mukosa. Bakteri non-invasi misalnya V.
cholera non 01, V.cholerae 01 atau 0139, Enterotoxigenic E. coli (ETEC), C.
Perfringens, Staph. Aureus, B. Cereus, Aeromonas spp. V. cholera eltor
mengeluarkan toksin yang terikat pada mukosa usus halus 15-30 menit sesudah
diproduksi dan enterotoksin ini mengakibatkan kegiatan berlebihan nikotinamid
adenine dinukleotid pada dinding sel usus, sehingga, meningkatkan kadar
adenosine 3,5-siklik monofosfat (siklik AMP) dalam sel yang menyebabkan
sekresi aktif anion klorida ke dalam lumen usus yang diikuti oleh air, ion
bikarbonant, kation natrium dan kalium. Namun demikian mekanisme absorbsi
ion Na melalui mekanisme pompa Na tidak terganggu, karena itu keluarnya ion Cl
(disertai ion HCO3-, H20, Na+, dan K+) dapat dikompensasi oleh meningkatnya
absorbsi ion Na (diiringi oleh H20, K+, HCO3-, dan Cl). Kompensasi ini dapat
dicapai dengan pemberian larutan glukosa yang diabsorbsi secara aktif oleh
dinding sel usus. Glukosa tersebut diserap bersamaan air, sekaligus diiringi oleh
ion Na+, K+, Cl dan HCO-. Inilah dasar terapi oralit peroral , seperti terlihat pada
skema berikut ini(3) :
Gambar 1. Mekanisme kerja enterotoksin AMF siklik dan cara kompensasi dengan
oralit.

Secara klinis dapat ditemukan diare berupa air seperti cucian beras dan
meninggalkan dubur secara deras dan banyak. Keadaan ini disebut sebagai diare
sekretorik isotonik voluminal. (watery diarrhea)

ETEC mengeluarkan 2 macam enterotoxin (LT) dan stable toxin (st). LT Bekerja
secara cepat terhadap mukosa usus halus tetapi hanya memberikan stimulasi yang
terbatas terhadap enzim adenilat siklase. Dengan demikian V.cholerae lebih
bahaya di banding E. coli(3).

Bakteri Enterovasif

Diare yang disebabkan bakteri enterovasif disebut sebagai diare inflamatori. Diare
terjadi disebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi. Sifat
diarenya sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur lendir, darah, pada
pemeriksaaan tinja biasanya didapat sel-sel eritrosit dan leukosit(3).

Gejala Rotaviru Shigella Salmonel ETEC EIEC Kolera


klinik s a
Masa 17-72 24-48 6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 48-
tunas jam jam 72jam
Panas + ++ ++ - ++ -
Mual Sering Jarang Sering + - Sering
muntah
Nyeri Tenesmu Tenesmu Tenesmu - Tenesmu Kramp
perut s s kramp s kolik s kramp
Nyeri - + + - - -
kepala
Lama 5-7 hari hari 3-7 hari 2-3 hari variasi 3 hari
sakit
Sifat tinja
Volume Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banya
k
Frekuensi 5- >10x/har Sering Sering Sering Banya
10x/hari i k
Konsistens Cair Lembek Lembek Cair Lembek Cair
i
Bau - +- Busuk - + Amis
khas
Warna Langu Merah Kehijaua Tak Merah- Spt air
hijau n berwarna hijau cucian
beras
Leukosit - + + - - -
Lain-lain Anoreksi Kejang Sepsis Meteorismu Infeksi +-
a +- s sistemik

Diare Osmotik

Diare osmotik terjadi ketika adanya gangguan penyerapan air pada usus.
Gangguan ini dapat terjadi karena pemecahan yang tidak sempurna atau
malabsorbsi nutrisi di dalam usus halus yang membuat masa yang lebih besar dan
cairan yang lebih banyak lolos dan masuk ke kolon. Masalah feses ini kemudian
menciptakan gradien osmotik negatif yang menyebabkan kebocoran lebih banyak
cairan ke dalam usus meningkatkan volume tinja. Penyebab dari jenis diare
osmotik ini bervariasi namun bisa dibagi menjadi penurunan ketersediaan
enzimatik (intoleransi laktosa), kelainan genetik dengan menurunkan atau
menghilangkan kemampuan tubuh untuk menyerap nutrisi tertentu (celiac sprue),
gula yang kurang diserap (sorbitol, manitol, atau laktosa), "obat pencahar,
magnesium mengandung antasida, amebiasis dan pemberian antibiotik, serta
malabsorpsi lemak tertentu. Penyebab lainnya lebih banyak berhubungan dengan
perubahan di dalam usus yang menurunkan kemampuan untuk menyerap kembali
cairan dan nutrisi karena tinja didorong melalui lumen. Malnutrisi, terutama
kekurangan gizi protein menyebabkan atrofi reversibel villi dan sikat perbatasan
struktur dalam usus bertanggung jawab atas penyerapan. Reseksi bagian usus,
terutama ileum terminal, secara mekanis akan menurunkan kemampuan tubuh
menyerap karena berkurangnya panjang usus yang tersedia . Peradangan pada
usus karena infeksi atau proses penyakit (penyakit Crohn) bisa menjadi penyebab
lain diare osmotik. Biasanya, diare osmotik merespons dengan penurunan tinja
saat individu puasa. Seseorang dengan diare osmotik akan memiliki volume tinja
di bawah satu liter per hari, tinja akan bersifat asam dan kalium lebih banyak akan
hilang dibanding natrium(4).

3.5 Diagnosis

Anamnesis

Riwayat pemberian makan anak sangat penting dalam melakukan tatalaksana


dengan diare. Tanyakan juga hal-hal berikut(1):
Diare
- frekuensi buang air besar (BAB) anak
- lamanya diare terjadi (berapa hari)
- apakah ada darah dalam tinja
- apakah ada muntah
Laporan setempat mengenai Kejadian Luar Biasa (KLB) kolera
Pengobatan antibiotik yang baru diminum anak atau pengobatan lainnya
Gejala invaginasi (tangisan keras dan kepucatan pada bayi)

Pemeriksaan fisis
Tanda-tanda dehidrasi ringan atau dehidrasi berat:
- rewel atau gelisah
- letargis/kesadaran berkurang
- mata cekung
- cubitan kulit perut kembalinya lambat atau sangat lambat
- haus/minum dengan lahap, atau malas minum atau tidak bisa minum.
Darah dalam tinja
Tanda invaginasi (massa intra-abdominal, tinja hanya lendir dan darah)
Tanda-tanda gizi buruk
Perut kembung

Tidak perlu dilakukan kultur tinja rutin pada anak dengan diare

Menilai Dehidrasi
Semua anak dengan diare, harus diperiksa apakah menderita dehidrasi dan
klasifikasikan status dehidrasi sebagai dehidrasi berat, dehidrasi ringan/sedang
atau tanpa dehidrasi dan beri pengobatan yang sesuai(1).

Klasifikasi Tanda-tanda dan gejala Terapi


Dehidrasi Berat Terdapat dua atau lebih Beri cairan untuk diare
dari tanda di bawah ini : dengan dehidrasi berat
- Letargis/tidak sadar (lihat Rencana Terapi C
- Mata cekung untuk diare, di rumah
- Tidak bisa minum atau sakit)
malas
- minum
- Cubitan kulit perut
kembali
- sangat lambat ( 2
detik)

Dehidrasi ringan-sedang Terdapat dua atau lebih - Beri anak cairan dan
tanda di bawah ini: makanan untuk
- rewel gelisah dehidrasi ringan (lihat
- Mata cekung rencana terapi B)
- Minum dengan - Setelah rehidrasi,
lahap/haus nasehati ibu untuk
- Cubitan kulit penanganan di rumah
kembali lambat dan kapan kembali
segera
- Kunjungan ulang
dalam waktu 5 hari
jika tidak membaik
Tanpa dehidrasi Tidak ada gejala yang - Beri anak cairan dan
cukup untuk makanan untuk
mengelompokkan dalam menangani diare di
dehidrasi berat dan tak rumah
berat - Nasihati ibu kapan
perlu kembali ke
dokter
- Kunjungan ulang
dalam waktu 5 hari
bila keadaan tidak
membaik

Pemeriksaan penunjang

Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak
diperlukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab
dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada
penderita dengan dehidrasi berat.

Pemeriksaan laboratorium yang kadang-kadang diperlukan pada diare akut(2) :


- Darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisis gas darah, glukosa darah,
kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika,.
- Urine : urine lengkap, kultur dan testkepekaan terhadap antibiotika.
- Tinja
Pemeriksaan makroskopis
Tinja yang mengandung darah atau mukus bisa disebabkan infeksi bakteri
yang menghasilkan sitotoksin, bakteri enteroinvasif yang menyebabkan
peradangan mukosa atau parasit usus seperti: E. Hystolitica, B. Coli, T.
Trichiura. Apabila terdapat darah biasanya bercampur dalam tinja kecuali
pada infeksi dengan E. Hystolitica darah sering terlihat pada permukaan
tinja dan pada infeksi EHEC terdapat garis-garis darah pada tinja. Tinja
yang berbau busuk didapatkan pada infeksi dengan Salmonella, Giardia,
Cryptosporidium dan Strongyloides(2).

Pemeriksaan mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopik untuk mencari adanya leukosit dapat
memberikan informasi tentang penyebab diare, letak anatomis serta
adanya proses peradangan mukosa. Leukosit dalam tinja diproduksi
sebagai respon terhadap bakteri yang menyerang mukosa kolon. Leukosit
yang positif menunjukkan adanya kuman yang invasif yang memproduksi
sitokin seperti Shigella, Salmonela, C. Jejuni, EIEC, C. Difficle, Y.
Enterocolitica, V. Parahaemoliticus. Leukosit yang ditemukan umumnya
PMN(2).

3.6 Terapi

Dehidrasi berat
Mulai berikan cairan intravena segera. Pada saat infus disiapkan, beri larutan
oralit. Larutan intravena terbaik adalah larutan ringer laktat. Tersedia juga larutan
ringer asetat. Jika ringer laktat tidak tersedia, dapat diberikan larutan NaCl 0,9%.
Larutan glukosa 5% tidak dianjurkan. Berikan 100ml/kg larutan yang dipilih
sesuai dengan tabel berikut(1) :

Pertama, berikan 30 ml/kg dalam Selanjutnya, berikan 70 ml/kg dalam


Umur < 12 bulan 1 jam 5 jam
Umur > 12 bulan 30 menit 2,5 jam
Terapi C
Dehidrasi ringan- sedang
Pemantauan
Nilai kembali anak setiap 15-30 menit hingga denyut nadi radial anak
teraba. Jika hidrasi tidak mengalami perbaikan, beri tetasan infus lebih
cepat. Selanjutnya, nilai kembali anak dengan memeriksa turgor,
tingkat kesadaran dan kemampuan anak untuk minum, sedikitnya setiap
jam, untuk memastikan bahwa telah terjadi perbaikan hidrasi. Mata
cekung akan membaik lebih lambat dibanding tanda-tanda lainnya dan
tidak begitu bermanfaat dalam pemantauan.
Jika jumlah cairan interavena seluruhnya telah diberikan, nilai kembali
status hidrasi anak.
Jika tanda dehidrasi masih ada, ulangi pemberian cairan intravena
seperti yang telah dilakukan sebelumnya.
Jika kondisi anak membaik walaupun masih menunjukkan tanda-tanda
dehidrsi ringan, hentikan infus dan berikan cairan oralit selama 3-4 jam.
Jika anak bisa menyusu dengan baik, semangati ibu untuk lebih sering
memberikan ASI pada anaknya.
Jika terdapat tanda dehidrasi lanjutkan dengan terapi A.

Tatalaksana(1)

Pada 3 jam pertama beri anak larutan oralit dengan perkiraan jumlah
sesuai dengan berat badan anak.
Pemberian oralit denfan satu sendij teh setiap 1-2 menit jika anak
berumur di bawah 2 tahun, dan pada anak yang lebih besar, berikan
minum oralit lebih sering dan menggunakan cangkir.
Lakukan pemeriksaan rutin jika timbul masalah
Jika anak muntah, tunggu selama 10 menit, lalu beri larutan
oralit lebih lambat (1 sendok teh setiap 2-3 menit)
Jika kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit, dan
beri minum air matang atau ASI.
Nasihati ibu untuk terus memberikan asi lebih sering
Jika ibu tidak dapat tinggal diklinik dalam 3 jam tunjukkan cara
penggunaan oralit.
Nilai anak setelah 3 jam, memeriksa tanda dehidrasi yang terlihat
sebelumnya
(periksa anak sebelum 3 jam jika anak tidak bisa minum oralit dan
keadaan semakin memburuk)
Jika tidak terjadi dehidrasi, ajari ibu mengenai empat aturan
untuk perawatan dirumah yaitu :
beri cairan tambahan
beri tablet zink selama 10 hari
lanjutkan pemberian makan dan minum
kunjungan ulang jika terdapat tanda berikut ini : anak
tidak bisa atau malas minum atau menyusu, kondisin
anak memburuk, anak demam, terdapat darah dalam
tinja anak
Jika anak masih mengalami dehidrasi sedang/ringan, ulangi
pengobatan untuk 3 jam berikutnya dengan larutan oralit, mulai
beri anak makanan, susu atau jus dan berika ASI sesering
mungkin.
Jika timbul tanda dehidrasi berat, maka tatalaksana sesuai
tatatalaksana terhadap dehidrasi berat
Meskipun belum terjadi dehidrasi berat tetapi bila anak sama
sekali tidak bisa minum oralit misalnya karena anak muntah
profus, diberikan infus cairan intravena secepatnya. Berikan
70ml/kgBB cairan ringer laktat atau ringer asetat, juka tidak
tersedia gunakan nacl 0,9% yang dibagi sebagai berikut
Umur Pemberian 70 ml/kg selama
Bayi (dibawah umur 12 bulan) 5 jam
Anak (12 bulan sampai 5 2,5 jam
tahun)
Periksa kembali anak setiap 1-2 jam
Juga beri oralit (kira kira 5 ml/kg/jam) segera setelah anak
mau minum
Periksa kembali bayi setelah 6 jam atau anak setelah 3 jam.
Klasifikasi dehidrasi, pilih cara treatment yang tepat

Rencana terapi B penanganan dehidrasi sedang/ringan dengan oralit


Beri oralit diklinik sesuai yang dianjurkan selama periode 3 jam
Tentukan jumlah oralit untuk 3 jam pertama
umur Sampai 4 4-12 bulan 12-24 bulan 2-5tahun
bulan
Berat badan <6kg 6-10 kg 10-12 kg 12-29 kg
Jumlah 200-400 400-700 700-900 900-1400
cairan
Jumlah oralit yang diperlukan = 75 ml/kg berat badan

- Jika anak menginginkan oralit lebih banyak dari pedoman di atas,


berikan sesuai kehilangan cairan yang sedang berlangsung.
- Untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu, beri
juga 100-200 ml air matang selama periode ini.
- Mulai member makan segera setelah anak ingin makan
- Lanjut pemberian ASI
Tunjukkan kepada ibu cara pemberian larutan oralit
- Minum sedikit- sedikit tetapi sering dari cangkir/mangkok/gelas.
- Jika anak muntah , tunggu 10 menit. Kemudian lanjutkan lagi
dengan lebih lambat.
- Lanjutkan ASI selama anak mau
Berikan tablet zink selama10 hari.
Setelah 3 jam :
- Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasinya
- Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan
Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai:
- Tunjukkan cara menyiapkan larutan oralit di rumah
- Tunjukkan berapa banyak larutan oralit yang harus diberikan di
rumah untuk menyelesaikan 3 jam pengobatan
- Beri bungkus oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan menambah
6 bungkus lagi sesuai yang dianjurkan dalam rencana terapi A
- Jelaskan 4 aturan perawatan di rumah: beri cairan tambahan,
lanjutkan pemberian makan, beri tablet zinc selama 10 hari, kapan
harus kembali.

Tanpa dehidrasi
Rencana terapi A : penanganan diare di rumah(1)
Jelaskan kepada ibu tentang 4 aturan perawatan di rumah :
Beri cairan tambahan, beri tablet zink, lanjut pemberian makanan, kapan harus
kembali
1. Beri cairan tambahan
Jelaskan kepada ibu :
- Pada bayi muda, pemberian ASI merupakan cairan tambahan yang
utama. Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali
pemberian
- Jika anak memperoleh ASI eksklusif beri oralit atau air matang
sebagai makanan tambahan
- Jika anak tidak memperoleh ASI eksklusif, beri 1 atau lebih cairan
berikut ini : oralit, cairan makanan (kuah sayur, air tajin) air
matang

Anak harus diberi cairan oralit dirumah jika


- Anak telah diobati dengan rencana terapi B dan C dalam
kunjungan ini
- Anak tidak dapat kembali ke fasilitas kesehatan saat diare
semakin parah
Ajari iby cara mencampur dan melarutkan elektrolit
Beri ibu 6 bungkus oralit (200 ml) untuk digunakan di rumah

Tunjukkam kepada ibu berapa banyak cairan termasuk oralit yang harus
diberikan sebagai tambahan bagi kebutuhan cairannya sehari-hari :
< 2 tahun : 50-100 ml setiap kali BAB
2 tahun : 100-200 ml setiapmkali BAB

Katakan kepada ibu :


- Agar meminumkan sedikit demi sedikit tetapi sering dari mangkuk/
cangkir/ gelas.
- Jika anak muntah tunggu 10 menit. Kemudian lanjutkan dengan
pemberian lebih lambat.
- Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti.
2. Beri tablet zinc
Pada anak umur 2 bulan ke atas , beri tablet zinc selama 10 hari dengan
dosis :
- Umur < 6 bulan : tablet (10mg) per hari
- Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari
3. Lanjutkan pemberian makan/ASI
4. Kapan harus kembali

Antibiotik
Berbagai macam obat telah digunakan untuk pengobatan diare seperti antibiotika
dapat diberikan bila sesuai atau ada indikasi. Antibiotik pada umunya tidak
diperlukan pada semua daire akut oleh karena sebagian besar diare infeksi adalah
rotavirus yang sifatnya selflimited dan tidak dapat dibunuh dengan antibiotik.
Hanya sebagian kecil (10-20%) yang disebabkan oleh bakteri patogen seperti V.
Cholera, Shigella, Enterotoksin, E. Coli, Salmonella, Campylobacter, dan
lainnya(1).
Kolera Tetracycline 12,5 Erythromycin
mg/kgBB 12,5mg/kgBB 4x sehari
4x sehari selama3 hari selama3 hari
Disentri Ciprofloxacin 15 mg/kgBB Pivmecillinam 20
2x sehari selama 3 hari mg/kgBB 4x sehari
selama 3 hari
Ceftriakson 50-100
mg/kgBB 1x sehari IM
2-5 hari
Amoebiasis Metronidazole 10
mg/kgBB
3x sehari selama 5 hari (10
hari pada kasus berat)
Giadiasis Metronidazole5mg/kgBB
3x sehariselama5 hari

Probiotik
Mekanisme kerja probiotik untuk menghambat pertumbuhan bakteri patogen
dalam mukosa usus dengan adanya kompetisi untuk mengadakan perlekatan
dengan enterosit (sel epitel mukosa). Enterosit yang telah jenuh dengan bakteri
probiotik tidak dapat lagi dilekati bakteri yang lain. Jadi dengan adanya bakteri
probiotik di dalam mukosa usus dapat mencegah kolonisasi oleh bakteri
pathogen .Lactobacillus strain pada manusia amempunyai kemampuan melekat
pada Caco-2 cells dan sel goblet HT29-MTX pada sel epitel mukosa usus.
Lactobacillus acidophilus LA1 dan LA3 mempunyai kemampuan melekat yang
kuat,tidak tergantung pada kalcium, sedangkan Lactobacillus strain LA10 dan
LA18 kemampuan melekatnya rendah. Kemampuan perlekatan tersebut dapat
dihilangkan dengan adanya tripsin. Strain LA1 mempunyai kemampuan untuk
mencegah perlekatan diarrheagenic Escherciacoli (EPEC) dan bakteri
enteroinvasive seperti Salmonella typhymurium, Yersinia tuberculosis.
Kemampuan mencegah perlekatan strain LA1 lebih efektif bila diberikan
sebelum atau bersamaan dengan infeksi E.coli dari pada setelah infeksi E coli.Di
samping mekanisme perlekatan dengan reseptor pada epitel usus untuk
mencegah pertumbuhan bakteri patogen melalui kompetisi, bakteri probiotik
memberi manfaat pada pejamu oleh karena produksi substansi antibakteri
misalnya, asamorganik, bacteriocin, microcin, reuterin, volatile fatty acid,
hidrogenperoksida, dan ion hydrogen(1,5).
DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. Pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. Jakarta: WHO Indonesia;


2009.
2. IDAI. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi. Jakarta: , UKK-
Gastroenterologi Hepatologi IDAI; 2009.
3. WHO dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2011. Pelayanan Kesehatan
Anak di Rumah Sakit, Pedoman Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat.
Pertama. Jakarta : WHO dan IDAI.
4. Garini, Ardiyani. 2015. Perbandingan hasil pemeriksaan laju endap darah cara
westergren menggunakan darah edta tanpa pengenceran dengan cara
otomatik. Palembang: Jurnal Poltekes Palembang.
5. Guyton & Hall. 2006. Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC.
6. Indonesia PDSPD. Ilmu Penyakit Dalam Edisi kelima. Jakarta: Interna
Publishing; 2009.
7. Sisson V, MSN, RN, CNP, CWOCN. Types of Diarrhea and Management
Strategies. 2014.
8. Arimbawa dkk. Peranan probiotik pada keseimbangan flora normal usus
dalam . Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta:Sagung Seto;2007
(100-111).

Anda mungkin juga menyukai