Perceptor :
dr. Leni Ervina, Sp.A (K) Neo
dr. Elvi Suryati, Sp. A
Oleh :
WassalamualaikumWr. Wb.
Penulis
STATUS PASIEN
Anamnesis
Alloanamnesis
Identitas
Keluhan Utama
Pasien sesak
Keluhan Tambahan
Pasien tampak lemah, tidak bisa menyusu, dan terdapat retraksi ringan pada dinding
dada.
Riwayat Makanan
0 – Sekarang : ASI dan susu formula
Booster
Campak :-
DT :-
TD :-
Belum pernah diimunisasi
PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Suhu : 32,5 oC
SpO2 : 97 %
Frekuensi nadi : 145 x/menit
Frekuensi napas : 50 x/menit
Tinggi badan : 49 cm
Berat badan : 1700 g
Lingkar Kepala : 31 cm
Lingkar Lengan : 10 cm
Status Generalis
Pucat : Tidak ada
Sianosis : Tidak ada
Ikterus : Tidak ada
Oedem : Ada
Turgor : Baik, kembali cepat
Kelenjar Getah Bening : Tidak ada pembesaran
Kepala
Rambut : Hitam lebat, tidak mudah dicabut
Ubun-ubun besar : Datar
Mata : Edema palpebra (- /- ), konjungtiva anemis (- /- ), sklera
ikterik (- /-)
Telinga : Sekret (-/- )
Hidung : Deviasi (- ), sekret (- /- ), napas cuping hidung (- )
Mulut : Sianosis (-), candidiasis (- ), bibir kering (-)
Leher
Bentuk : Simetris
Trakea : Ditengah, tidak ada deviasi
Kelenjar Getah Bening : Tidak ada perbesaran
Jugular Vein Pressure : Tidak ada peningkatan
Thoraks
Bentuk : Normochest, simetris
Retraksi suprasternal : Tidak ada
Retraksi substernal : Tidak ada
Retraksi intercostal : Ada
Retraksi subcostal : Ada
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak thrill
Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V linea
midclavicula sinistra
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi jantung I – II reguler, murmur (-),
gallop (-)
Paru-paru
Anterior Posterior
P - - - -
Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus (+) 6x/menit
Perkusi :-
Palpasi : Nyeri tekan di seluruh lapang abdomen (-), massa (-),
hepatomegali (-), splenomegali (-)
Status Neurologis
Motorik
Kekuatan : 5 5
5 5
Gerakan
Dekstra : Dalam batas normal
Sinistra : Dalam batas normal
Refleks Patologis
Babinski : Positif/Positif
Chaddock : Negatif/Negatif
Gordon : Negatif/Negatif
Gonda : Negatif/Negatif
Schafer : Negatif/Negatif
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal 07/09/2021
Basofil 0-1 % 0
Eosinofil 0-1 % 0
Batang 0-8 % 0
Segmen 17-60 % 33
Limfosit 20-70 % 54
Monosit 1-11 % 13
07/09/2021
Gula Darah
< 140 mg/dL 13
Sewaktu
DIAGNOSIS KERJA
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Bronkopneumonia
Hipotermia
Hiperbilirubinemia
Hipoalbuminemia
Hipokalemia
Trombositopenia
PENATALAKSANAAN
1. IVFD D10% 12,6
2. Cefosulbac 95 mg/8 jam (iv)
3. Amikasin 14 mg/8 jam (iv)
4. Pemberian cairan enteral (susu 10 cc/3jam)
5. Albumin 3x8 cc selama 3 hari
6. KCl dalam NaCl 0,9% dalam 6 jam 0,55 cc/jam
PROGNOSIS
Quo ad Vitam : Dubia ad bonam
Quo adFunctionam : Dubia ad bonam
Quo adSanationam : Dubia ad bonam
O/
Keadaan umum : Tampak sakit
sedang
Kesadaran: Compos Mentis
Suhu: 32,5 oC
SpO2: 97 %
Frekuensi nadi: 145 x/menit
Frekuensi napas: 50 x/menit
GDS : 13mg/dL
Tinggi badan: 49 cm
Berat badan: 1700 g
Lingkar Kepala : 31 cm
Lingkar Lengan: 10 cm
Kepala : Normocephal
Mata : Edema palpebra (-/-),
CA (-/-), SI (+/+)
Telinga : Sekret (-)
Hidung : Deviasi (-), sekret (-/-),
NCH (-)
Mulut : Sianosis (-), bibir
kering (-)
Leher : Simetris, Perbesaran
KGB (-)
Thorax
I: Pergerakan dan pengembangan
dada simetris, retraksi (+)
P : Fremitus taktil simetris, massa
(-)
P:-
A: Vesikuler (+/+), BJ I/II regular
Abdomen
I : Datar
A : BU (+)
P:-
P : Nyeri tekan (-)
Ekstremitas
Superior : Akral dingin, sianosis
(-/-), edema (-/-), CRT >3 detik,
anemis(-/-),
Inferior : Akral dingin, sianosis
(-/-), edema (-/-), CRT > 3 detik,
anemis(-/-)
A/ BBLR, Hiperbilirubinemia
Kepala : Normocephal
Mata : Edema palpebra (-/-),
CA (-/-), SI (+/+)
Telinga : Sekret (-)
Hidung : Deviasi (-), sekret (-/-),
NCH (-)
Mulut : Sianosis (-), bibir
kering (-)
Leher : Simetris, Perbesaran
KGB (-)
Thorax
I: Pergerakan dan pengembangan
dada simetris, retraksi (-)
P : Fremitus taktil simetris, massa
(-)
P:-
A: Vesikuler (+/+), BJ I/II regular
Abdomen
I : Datar
A : BU (+)
P:-
P : Nyeri tekan (-)
Ekstremitas
Superior : Akral hangat, sianosis
(-/-), edema (-/-), CRT < a3 detik,
anemis(-/-),
Inferior : Akral hangat, sianosis
(-/-), edema (-/-), CRT < 3 detik,
anemis(-/-)
A/ BBLR, Hiperbilirubinemia
09/09/ S/ - P/
2021 O/ • Pantau pola TTV
Keadaan umum : Tampak sakit • Pantau toleransi minum
sedang • PG2 7,4cc /jam
Kesadaran: Compos Mentis • Minum naik 15 cc/3jam
Suhu: 37,2 oC • Koreksi albumin ke-2
SpO2: 95 % 3x8cc
Frekuensi nadi: 144 x/menit
Frekuensi napas: 58 x/menit
Kepala : Normocephal
Mata : Edema palpebra (-/-),
CA (-/-), SI (-/-)
Telinga : Sekret (-)
Hidung : Deviasi (-), sekret (-/-),
NCH (-)
Mulut : Sianosis (-), bibir
kering (-)
Leher : Simetris, Perbesaran
KGB (-)
Thorax
I: Pergerakan dan pengembangan
dada simetris, retraksi (-)
P : Fremitus taktil simetris, massa
(-)
P:-
A: Vesikuler (+/+), BJ I/II regular
Abdomen
I : Datar
A : BU (+)
P:-
P : Nyeri tekan (-)
Ekstremitas
Superior : Akral hangat, sianosis
(-/-), edema (-/-), CRT < 3 detik,
anemis(-/-),
Inferior : Akral hangat, sianosis
(-/-), edema (-/-), CRT < 3 detik,
anemis(-/-)
A/ BBLR, Hiperbilirubinemia
10/9/ S/ - P/
2021 O/ Keadaan umum : Tampak sakit • Pantau pola TTV
sedang • Pantau toleransi minum
Kesadaran: Compos Mentis • PG2 5,2cc /jam
Suhu: 37,5 oC • Minum naik 20 cc/3jam
2
SpO : 97 % • Koreksi albumin ke-3
Frekuensi nadi: 146 x/menit 3x8cc
Frekuensi napas: 52 x/menit
Kepala : Normocephal
Mata : Edema palpebra (-/-),
CA (-/-), SI (-/-)
Telinga : Sekret (-)
Hidung : Deviasi (-), sekret (-/-),
NCH (-)
Mulut : Sianosis (-), bibir
kering (-)
Leher : Simetris, Perbesaran
KGB (-)
Thorax
I: Pergerakan dan pengembangan
dada simetris, retraksi (-)
P : Fremitus taktil simetris, massa
(-)
P:-
A: Vesikuler (+/+), BJ I/II regular
Abdomen
I : Datar
A : BU (+)
P:-
P : Nyeri tekan (-)
Ekstremitas
Superior : Akral hangat, sianosis
(-/-), edema (-/-), CRT < 3 detik,
anemis(-/-),
Inferior : Akral hangat, sianosis
(-/-), edema (-/-), CRT < 3 detik,
anemis(-/-)
11/9/ S/ - P/
2021 O/ Keadaan umum : Tampak sakit • Pantau pola TTV
sedang • Pantau toleransi minum
Kesadaran: Compos Mentis • Cek Lab darah
Suhu: 37,3 oC • PG2 3.8 cc /jam
SpO2: 99 % • Minum naik 25 cc/3jam
Frekuensi nadi: 142 x/menit • Pindah SCN
Frekuensi napas: 48 x/menit
Kepala : Normocephal
Mata : Edema palpebra (-/-),
CA (-/-), SI (-/-)
Telinga : Sekret (-)
Hidung : Deviasi (-), sekret (-/-),
NCH (-)
Mulut : Sianosis (-), bibir
kering (-)
Leher : Simetris, Perbesaran
KGB (-)
Thorax
I: Pergerakan dan pengembangan
dada simetris, retraksi (-)
P : Fremitus taktil simetris, massa
(-)
P:-
A: Vesikuler (+/+), BJ I/II regular
Abdomen
I : Datar
A : BU (+)
P:-
P : Nyeri tekan (-)
Ekstremitas
Superior : Akral hangat, sianosis
(-/-), edema (-/-), CRT < 3 detik,
anemis(-/-),
Inferior : Akral hangat, sianosis
(-/-), edema (-/-), CRT < 3 detik,
anemis(-/-)
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 BBLR
2.1.1 Definisi
Menurut World Health Organization (WHO) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
didefinisikan sebagai bayi yang lahir dengan berat < 2500 gram (WHO, 2011).
BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan/prematur atau disebut BBLR Sesuai
for Gestational Age (SGA) dan besar masa kehamilan/Large for Gestational Age
WHO juga mengatakan bahwa sebesar 60–80% dari Angka Kematian Bayi (AKB)
yang terjadi, disebabkan karena BBLR. BBLR memiliki risiko lebih besar untuk
mengalami morbiditas dan mortalitas dari pada bayi lahir yang memiliki berat
badan normal. Masa kehamilan yang kurang dari 37 minggu dapat menyebabkan
(PJT) atau keduanya. Kedua penyebab ini dipengaruhi oleh faktor risiko, seperti
faktor ibu, plasenta, janin dan lingkungan. Faktor risiko tersebut menyebabkan
kurangnya pemenuhan nutrisi pada janin selama masa kehamilan (Mahayana,
2015).
hari)
hari)
e. Post term/bayi lebih bulan, yaitu usia kehamilan 42 minggu atau lebih
(≥295 hari).
c. Berat lahir rendah/Low birthweight (LBW), yaitu bayi dengan berat lahir
<2500 gram
lahir 2 standar deviasi dibawah berat badan rata-rata untuk masa kehamilan
LGA didefenisikan sebagai berat lahir 2 standar deviasi diatas rata-rata berat
untuk masa kehamilan atau di atas 90 persentil untuk masa kehamilan. LGA
dapat di lihat pada bayi yang ibunya mengalami diabetes, bayi dengan
kehamilan > 42 minggu), dan bayi dengan hydrops fetalis. Bayi LGA juga
pada arteri besar, displasia sel, dan etnik tertentu (hispanik) (Gomella, 2013).
2.1.2 Patofisiologi
Secara umum bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) ini berhubungan
dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan (prematur), padahal hampir
semua lemak, glikogen, dan mineral, contohnya zat besi, kalsium, fosfor dan seng
dideposit selama 8 minggu terakhir untuk bayi, BBLR disamping itu juga
disebabkan terjadinya dismaturitas, yang berarti bayi lahir cukup bulan (usia
kehamilan >37 minggu), tapi berat badan lahirnya lebih kecil disbanding masa
kehamilannya, yaitu kurang dari 2.500 gram. Masalah ini dapat terjadi karena
adanya gangguan pertumbuhan bayi pada saat dalam kandungan yang disebabkan
Gizi yang adekuat dan tercukupi sangat diperlukan ibu hamil agar janin tidak
dengan berat badan lahir normal. Kondisi ibu hamil yang baik, sistem reproduksi
ibu hamil normal, tidak sedang sakit, dan juga tidak ada gangguan gizi sebelum
maupun ketika hamil, maka ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan sehat
dibanding ibu hamil dengan kondisi kehamilan sebaliknya. Ibu hamil dengan
kondisi kurang giziyang cukup kronis ketika hamil dikatakan lebih berisiko
terlebih lagi apabila si ibu mengalami kadar hemoglobin rendah atau anemia. Ibu
hamil umumnya mengalami penyusutan besi maka hanya akan memberi sedikit
besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Zat besi
yang inadekuat dapat menimbulkan hambatan pada pertumbuhan janin baik sel
tubuh maupun otak. Anemia gizi juga dapat berujung kematian janin didalam
kandungan, kelainan bawaan, terjadi aborsi dan lahirnya bayi dengan BBLR oleh
sebab itu dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu, kematian perinatal
secara bermakna lebih tinggi, dan melahirkan bayi BBLR dan premature juga
kedua paha abduksi, sendi lutut dan pergelangan kaki fleksi atau lurus.
13. Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia
mayor (pada wanita), dan testis belum turun (pada laki laki).
1. Faktor Ibu
Faktor-faktor dari ibu seperti umur, jumlah paritas, gizi yang kurang/malnutrisi,
darah), trauma, kelelahan, ibu yang perokok atau pengguna obat terlarang dan
waktu hamil dan jarak kehamilan yang terlalu dekat dapat meyebabkan seorang
ibu melahirkan BBLR yaitu usia <16 tahun atau >36 tahun serta jarak < 1 tahun
a. Umur Ibu
Menurut Sitanggang et. al (2003), umur adalah lama waktu hidup atau ada
umur yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun dan
umur yang tidak aman yaitu <20 tahun dan >30 tahun. Berdasarkan ciri-ciri
Umur ditinjau dari faktor risiko menurut Manuaba (2006), umur pada ibu
Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir
grandemultipara.
Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak lebih dari
Kehamilan dan persalinan yang paling aman untuk bayi dan ibu adalah
kehamilan sebelumnya, selain itu jalan lahir baru akan dicoba dilalui janin.
b. Jarak Melahirkan
terlalu dekat maupun jauh bisa membahayakan ibu dan janin. Idealnya
tidak kurang dari 9 bulan hingga 24 bulan. Jarak kehamilan yang pendek
tubuh kurang sehat inilah yang merupakan salah satu faktor penyebab
kematian ibu dan bayi yang dilahirkan serta risiko terganggunya sistem
Status gizi ibu pada waktu pembuahan dan selama hamil dapat
ibu hamil menentukan berat badan bayi yang dilahirkan, maka pemantauan
gizi ibu hamil sangatlah penting dilakukan. Penilaian status gizi wanita
merupakan salah satu cara untuk menilai status gizi ibu hamil. Ukuran
antropometri ibu hamil yang paling sering digunakan adalah kenaikan berat
badan ibu hamil dan ukuran lingkar lengan atas (LLA) selama kehamilan.
1) LILA
dan untuk mengetahui resiko Kekurangan Energi Kalori (KEK) atau gizi
lebih praktis untuk mengetahui status gizi ibu hamil karena alat ukurnya
sederhana dan mudah di bawa ke mana saja, dan dapat dipakai untuk ibu
ketelitian 0,1 cm dan ambang batas LILA WUS dengan resiko KEK
di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila kurang dari 23,5 cm, artinya
tubuh merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang
kekurangan dan kelebihan BB. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi,
anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan. Juga tidak dapat diterapkan
status gizi ibu buruk, baik sebelum kehamilan atau pada saat kehamilan
bayi baru lahir, bayi baru lahir mudah terinfeksi, abortus dan
sebagainya. Kondisi anak yang terlahir dari ibu yang kekurangan gizi
biasanya ditandai dengan berat dan tinggi badan yang kurang optimal
(Supariasa, 2001).
3) Pertambahan berat badan selama kehamilan
kehamilan. Bila ibu hamil kurus atau gemuk sebelum hamil akan
bayi berat badan rendah (BBLR), namun berat badan bayi dari ibu hamil
2006).
(IMT 23 – 29,9)
Obesitas 0,2 kg/minggu
(IMT ≥ 30)
Bayi kembar 15,9 – 20,4 kg 0,7 kg/ minggu
Sumber : Proverawati, 2009
yang kurang dari normal berisiko keguguran, lahir prematur dan BBLR
ibu hamil adalah 6,5-16 kg. Adapun menurut WHO penambahan berat
ibu hamil yang normal yaitu 10 kg sampai dengan <15 kg. Defisiensi
d. Tingkat Pendidikan
pendidikan dengan kejadian berat bayi lahir rendah dengan nilai p = 0,002.
kesehatan selama hamil dapat mencegah gangguan sedini mungkin bagi ibu
e. Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal (Antenatal care / ANC) adalah pelayanan kesehatan
laboratorium atas indikasi, serta intervensi dasar khusus (sesuai resiko yang
“7T” untuk pelayanan antenatal, yang meliputi timbang berat badan ukur
toksoid (TT) lengkap, (Ukur) Tinggi fundus uteri, (Pemberian) Tablet zat
dapat diberikan oleh tenaga profesional dan tidak dapat dilakukan oleh
pada triwulan pertama, minimal 1 kali pada triwulan kedua serta minimal 2
f. Tingkat Ekonomi
rendah akan mempunyai intake makanan yang lebih rendah baik secara
status gizi ibu hamil tersebut. Keadaan status gizi ibu yang buruk berisiko
ibu dengan status gizi baik. Hal senada juga diungkapkan oleh Kardjati
kekurangan zat besi, sehingga lebih dikenal dengan istilah Anemia Gizi
Besi. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling
anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun sampai dibawah 11 gr/dl
abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan. Hal ini
bermakna lebih tinggi. Karena selama hamil zat- zat gizi akan terbagi untuk
ibu dan untuk janin yang dikandungnya. Pada ibu hamil yang menderita
dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih
besar (Lubis,1999).
darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan yaitu pada trimester I
dan trimester III. Dengan pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil
digolongkan menjadi:
BBLR mempunyai risiko 2-5 kali lebih tinggi untuk melahirkan BBLR
Medicine, 1985).
mengurangi suplai darah ke janin yang berakibat pada berat bayi tidak
keatas atau dalam triwulan ketiga dari kehamilan, tersering pada usia
darah dan proteinuria (Lalenoh, 2018). Proteinuria dalam hal ini adalah
adanya 300mg atau lebih protein urine per 24 jam atau 30mg/dL(1+ pada
1) Preeklampsia Ringan
lebih atau sistol 140 mmHg sampai kurang 160 mmHg, diastole 90
tangan.
2) Preeklampsia Berat
100.000/mm3
d) Proteinuria >3gr/liter
umumnya terjadi pada usia kehamilan >20 minggu. Gejala umum adalah
berat badan bayi saat dilahirkan dan masalah lainnya seperti kelahiran
j. Pekerjaan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan atau aktivitas bagi ibu
ibu hamil dengan beban atau aktivitas yang terlalu berat dan berisiko akan
merupakan satu kesatuan. Bila terjadi gangguan atau kegagalan salah satu
akan menimbulkan risiko pada ibu (gizi kurang atau KEK dan anemia) atau
pada janin (BBLR). Contoh aktivitas yang berisiko bagi ibu hamil adalah
mengalami stress terutama pada saat hamil secara tidak langsung akan
Substansi bahaya di tempat kerja dapat masuk pada pekerja melalui tiga
cara yaitu pernapasan, kontak melalui kulit dan melalui pencernaan. Wanita
pekerja yang sedang hamil harus lebih berhati-hati mengenai bahaya pada
berbahaya lainnya yaitu agen biologi seperti bakteri, virus, cacing yang
k. Merokok
obstruktif dan kangker paru, wanita yang merokok selama kehamilan juga
risiko 4,2 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang tidak terpapar.
aliran darah ke janin melalui tali pusat janin akan berkurang sehingga
janin. Ibu hamil yang merokok mulai trimester I memiliki risiko 30%
(Amiruddin, 2007).
l. Faktor plasenta
dini. Hubungan Plasenta Previa dengan BBLR pada ibu bersalin dengan
bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Plasenta previa masih
Oleh karena itu pertumbuhan janin terhambat dan mengalami berat badan
2. Faktor Kehamilan
terjadinya BBLR. Hal ini terjadi karena adanya gangguan sirkulasi yang
Kehamilan ganda yaitu kehamilan dimana jumlah janin yang dikandung lebih
dari satu (Maryunani, 2013). Laju morbiditas dan mortalitas meningkat secara
signifikan pada kehamilan dengan janin ganda. Laju mortalitas perinatal lebih
tinggi dan adanya peningkata risiko persalinan preterm dengan masalah yang
IUGR, kelainan congenital dan presentasi abnormal. Bagi ibu kehamilan ganda
seperti pernapasan pendek, sakit punggung, edema kaki juga terjadi peningkatan
(Maryunani, 2013).
3. Faktor Janin
antara lain :
penyakit kronik, hipertensi, umur ibu <20 tahun atau >35 tahun,
minum-minuman keras.
2.1.5 Anamnesis
dalam jangka waktu 1 jam setelah lahir. Hal ini dapat diketahui dengan
dengan kejadian BBLR. Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam
1) Umur ibu
5) Aktifitas
dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. Kejadian BBLR pada
kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan banyak faktor dan lebih
Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental
angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada
1) Berat badan kurang dari 2.500 gram, panjang badan kurang dari 45
cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33
cm
2) Kulit tipis dan keriput, mengkilap dan lemak dibawah tubuh sedikit
skrotum
10) Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa
Kulit keriput
kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat atau
2.1.8 Pencegahan
(Hassan, 2005) :
kehamilan normal.
e. Tingkatkan kerjasama dengan dukun beranak yang masih mendapat
kepercayaan masyarakat.
2.1.9 Penatalaksanaan
1. Indikasi rawat:
d. Perawatan:
36,5-37,5oC
pernapasan.
i. Bayi BB ≥1.500 gram tanpa asfiksia dan tak ada tanda-tanda distres
j. Bila bayi <1.500 gram, pindah rawat bagian IKA dan beri ASI/LLM
hipoglikemia
• Hari ke 3 : 120 cc
• Hari ke 4 : 130 cc
• Hari ke 5 : 135 cc
• Hari ke 6 : 140 cc
• Hari ke 7 : 150 cc
• Hari ke 8 : 160 cc
• Hari ke 9 : 165 cc
• Hari ke 10 : 170 cc
• Hari ke 11 : 175 cc
• Hari ke 12 : 180 cc
• Hari ke 13 : 190 cc
• Hari ke 14 : 200 cc
Kebutuhan Ca glukonas/hari : 5 cc / kg BB
sesuai kebutuhan.
Pada bayi tanpa distres pernapasan (RR <60 x/menit) dapat langsung
Pemberian minum tiap 2-3 jam pada bayi dengan BB <1.500 gram
langsung ASI dari ibu, secara bertahap 1 x/hari dilanjutkan 2-3 x/hari
minggu bila bayi tersebut apnu yang disertai bradikardia dan sianosis.
- Bila bayi belum bisa makan per oral dapat juga diberikan aminophylin
a. Tumbuh kembang
2. Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai
10 % untuk bayi dengan berat lahir ≥ 1500 gram dan 15% untuk bayi
3. Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (ada semua kategori
jumlah 180ml/kgBB/hari
Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan bayi
Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap
minggu
bulan
a) Memandikan
c) Pemberian ASI
g). Menjelaskan pada ibu (orangtua)
1. Pemberian ASI
3.Terapi Antibiotika:
napas atas dan bawah; Infeksi saluran urin atas dan bawah.Infeksi
pada bayi baru lahir: Pada minggu pertama kelahiran, obat diberikan
paling sering berperan pada sepsis onset awal adalah bakteri gram
negatif basili.
yang lebih rendah, volume distribusi yang sedikit lebih tinggi, dan
t1/2 yang lebih lama dibandingkan dengan neonatus yang lebih tua.
term berusia lebih atau sama dengan 7 hari dan 7 – 8 jam pada bayi
2.1.10 Komplikasi
a. Hipotermia
Dalam kandungan, bayi berada dalam suhu lingkungan yang normal dan
stabil yaitu 36,5°C sampai dengan 37,5° C. Segera setelah lahir bayi
suhu ini memberi pengaruh pada kehilangan panas tubuh bayi. Selain itu,
sedikit, belum matangnya sistem syaraf yang mengatur suhu tubuh relatif
2) Kulit dingin
3) Akral dingin
b. Hipoglikemia
yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu karena terputusnya
Bayi aterm dapat mempertahankan kadar gula darah 50-60 mg/dL selama
72 jam pertama, sedangkan bayi berat badan lahir rendah dalam kadar 40
Hipoglikemia bila kadar gula darah sama dengan atau kurang dari 20
3) Apatis
4) Kejang
5) Apnea intermiten
8) Kesulitan minum
11) Hipotermia
12) Gagal jantung dan henti jantung (sering berbagai gejala muncul
bersama-sama)
c. Perdarahan Intrakranial
4) Letargi
6) Apnea
10) Kejang
11) Kelumpuhan
13) Pada sebagian kecil penderita mungkin tidak ditemukan manifestasi klinik
satu pun.
d. Asfiksia
Suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernapas secara spontan dan
e. Hiperbilirubinemia
Produksi berlebihan atau penurunan eksresi bilirubin pada bayi baru lahir.
dehidrasi
Infeksi prenatal adalah infeksi pada neonatus yang terjadi pada masa
4) Pergerakan kurang
5) Muntah
6) Diare
7) Kejang
Penatalaksanaan :
lingkungan.
consent.
2.2 Prematuritas
2.2.1 Definisi
2. Suhu tubuh yang tidak stabil oleh karena jumlah lemak di bawah
tubuh yang relatif lebih luas dibandingkan dengan berat badan, otot
coklat (brown fat) yang belum cukup serta pusat pengaturan suhu
metabolik.
vitamin K.
5. Perdarahan, hal ini mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh
akan lebih banyak karena tidak adanya otoregulasi serebral pada bayi
oksigen yang diberikan pada bayi prematur kurang dari 40% atau
menit.
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) berdasar usia kehamilanya dapat
(SMK).
a) Prematuritas murni
badan bayi sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan (berat
murni, yaitu:
untuk dapat hidup lebih tinggi dari pada golongan pertama dan
dysmature, small for dates. Semua bayi yang berat lahirnya sama
dengan atau lebih rendah dari 10th persentil untuk masa kehamilan
berat yang tidak sesuai dengan masa gestasi dimiliki setiap bayi baru
sesuai dengan masa gestasi. Bayi tampak wasted dengan ciri ciri
keriput dan mudah diangkat, bayi keliatan lebih panjang dan lebih
Bila oleh karena satu dan lain hal, persalinan tetap harus berlangsung
preventif dan promotif yaitu, pemberian obat tokolitik pada ibu dan
Terhambat) yaitu:
2. Konservatif
24 jam
indikasi
Terminasi kehamilan:
2.3 Bronkopneumonia
2.3.1 Definisi
2.3.2 Etiologi
itu bakteri, virus ataupun parasit. Pada umumnya terjadi akibat aanya
hamper pada semua kelompok umur dan paling banyak terjadi di negara
Prof. Dr. dr. Cissy B Kartasasmita Sp. A (K), MSc pada sejumlah 2000
streptococcus dan E.coli. hal ini juga didukung oleh penelitian lain
sincitial virus.
2.3.3 Klasifikasi
a. Pneumonia lobaris
b. Pneumonia lobularis
c. Pneumonia intersitialis
pneumonia)
pneumonia)
a. Pneumonia bakteri
b. Pneumonia virus
c. Pneumonia mikoplasma
d. Pneumonia jamur
a. Pneumonia tipikal
b. Pneumonia atipikal
a. Pneumonia akut
b. Pneumonia persisten
2.3.4 Patogenesis
beberapa atau seluruh alveoli terisi dengan cairan dan sel-sel darah.
berlubang-lubang sehingga cairan dan bahkan sel darah merah dan sel
darah putih keluar dari darah masuk kedalam alveoli. Dengan demikian,
alveoli yang terinfeksi secara progresif menjadi terisi dengan cairan dan
alveolus.
sampai parenkim paru adalah steril. Saluran napas bawah ini dijaga
lain.
yaitu terjadi serbukan sel PMN, fibrin, eritrosit, cairan edema, dan
dan leukosit PMN di alveoli dan terjadi proses fagositosis yang cepat.
dan debris seluler. Diameter jalan napas yang kecil pada bayi
hipoksemia yang sering disertai obstruksi jalan napas. Infeksi viral pada
jelek yang disertai dengan morbiditas yang lama dan mortalitas yang
Manifestasi klinis biasanya berat yaitu sesak, sianosis, tetapi dapat juga
gejalanya tidak terlihat jelas seperti pada neonatus. Gejala dan tanda
berlangsung. Setelah gejala awal seperti demam dan batuk pilek, gejala
napas cuping hidung, takipnu, dispnu, dan timbul apnu. Otot bantu
dijumpai pada anak besar, tapi pada neonatus bisa tanpa batuk.
dilakukan dalam keadaan anak tenang atau tidur. Tim WHO telah
dengan batuk. Dengan adanya batuk, frekuensi napas yang lebih dari
normal serta adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (chest
Ronkhi basah halus yang khas untuk pasien yang lebih besar, mungkin
tidak terdengar pada bayi. Pada bayi dan balita kecil karena kecilnya
volume toraks biasanya suara napas saling berbaur, dan sulit untuk
diidentifikasi.
Secara klinis pada anak sulit membedakan pneumonia bakterial dengan
kasus.
kontaminasi dengan sumber infeksi dari RS. infeksi juga dapat terjadi
pada neonatus dan bayi kecil tidak khas, mencakup serangan apnea,
Gejala klinis yang timbul pada pneumonia yang terjadi pada balita
dan anak yang lebih besar meliputi demam, menggigil, batuk, sakit
suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena
nyeri dada. Ronki hanya ditemukan bila ada infiltrat alveoler. Bila
dada akibat iritasi pleura. Bila efusi bertambah, sesak napas akan
komplikasi pneumonia.
3. Pneumonia Atipik
pada anak, terutama pada anak usia sekolah dan remaja. Chlamydia
flu syndrome) seperti demam (jarang lebih dari 380C), malaise, sakit
Gejala klinis awalnya berupa gejala seperti flu, yaitu batuk kering,
mialgia, sakit kepala, malaise, pilek, dan demam yang tidak tinggi.
protein > 2,5 g/dl, dan glukosa relatigf lebih rendah daripada glukosa
pasti.
CRP adalah suatu protein fase akut yang disisntesis oleh hepatosit.
antara faktor infeksi dan noninfeksi, infeki virus dan bakteri, atau
3.Uji Serologis
IgG.
4. Pemeriksaan mikrobiologis
lobaris), atau terlihat sebagai lei tunggal yang biasanya cukup besar,
berbentuk sferis, batas tidak terlalu tegas, menyerupai lesi tumor paru,
paru hingga konsolidasi luas pada kedua paru. Pada satu penelitian,
besar.
2.3.7 Diagnosis
Diagnosis etiologi berdasarkan pemeriksaan mikrobiologis dan / atau
sianosis, dan lebih dari satu gejala respiratori sebagai berikut : takipnea,
batuk, napas cuping hidung, rtraksi, ronki dan suara napas melemah serta
- Kejang
- Letargis
- Malnutrisi
b. Pneumonia berat
c. Pneumonia
- Bila tidak ada sesak napas . Ada napas cepat dengan laju napas
d. Bukan pneumonia
- Kejang
- Letargis
- Retraksi
g. Bukan pneumonia
2.3.8 Penatalaksanaan
toksis, distress pernapasan, tidak mau makan atau minum, atau ada
gangguan asa basa, elektrolit, dan gula darah. Untuk nyeri dan demam
terbukti efektif.
berikutnya.
2. Pneumonia Rawat Inap
2.2 Resume
A. Anamnesis
Pasien merupakan bayi kurang bulan rujukan dari Rumah Sakit Bob
lemah, tidak bisa menyusu, dan terdapat retraksi ringan. Pasien lahir
lahir secara spontan dibantu oleh bidan dengan BB lahir 1700 gram,
pasien dan ibu pulang pada keesokan hari. Saat ini, bayi berusia 13
namun ibu pasien didiagnosis plasenta previa oleh dokter saat usia
mengalami pecah ketuban dan dibawa ke bidan. Pasien lahir dari ibu
diimunisasi.
B. Pemeriksaan Fisik
Status Present
Pengukuran
BB saat lahir :
BB saat ini :
PB :
Lingkar Kepala :
LILA :
Status Generalis
Suhu : 32,5ºC
Kepala :
Thorax :
Pemeriksaan Penunjang
Trombosit : 155.000/µL
GDS : 13 mg/dL
Rontgen thorax
disimpulkan.
C. Diagnosis
1. O2 nasal canul
E. Prognosis
2.3 Permasalahan
Menurut Lee (2008), BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan
klinis pada neonatus dan bayi kecil tidak khas, mencakup apnea,
melahirkan dengan berat badan bayi lahir 1700 gram. Hal ini
dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. Berat saat lahir
adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir
(Marni, 2015).
data antropometri bayi yaitu berat badan bayi 1700 gram sesuai
dengan kriteria BBLR yaitu berat bayi lahir kurang dari 2500
gram.
untuk perawatan sudah berusia >48 jam dan tidak terdapat data
ballard score dari rujukan. Oleh karen itu usia gestasi pasien
Gambar grafik
IV.
yang seharusnya.
ml bolus IV D10%.
cc/hari.
keluar vaskular.
tepat.
4. Kesimpulan