Anda di halaman 1dari 78

Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Karsinoma sel transitional buli-buli

Tujuan Praktikum

Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa kasus karsinoma sel transitional buli-buli
ditinjau dari ilmu patologi anatomi

Petunjuk Praktikum

1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar


2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati
5. Mahasiswa mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan

Dasar teori

Karsinoma transisional buli

Karsinoma transisional buli-buli yang masih dini merupakan tumor superfisial.


Tumor ini lama kelamaan akan mengadakan infiltrasi ke lamina propria, otot dan lemak
vesika yang kemudian menyebar langsung ke jaringan sekitarnya.

Disamping itu tumor dapat menyebar secara limfogen maupun hematogen. Penyebaran
limfogen menuju kelenjar limfe perivesika, obturator, iliaka eksterna dan iliaka komunis;
sedangkan penyebaran hematogen paling sering ke hepar, paru-paru dan tulang.

Gambaran Klinik

Jika seorang pasien datang dengan keluhan hematuri yang bersifat : (1) tanpa disertai rasa
nyeri (painless), (2) kambuhan (intermittent), dan terjadi pada seluruh proses miksi (total).

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 1


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Meskipun seringkali karsinoma buli-buli tanpa disertai gejala disuria, tetapi pada karsinoma
in situ atau karsinoma yang sudah mengadakan infiltrasi luas tidak jarang menunjukkan
gejala iritasi buli-buli,antara lain : disuria, polakisuri, frekwensi dan urgensi. Hematuri dapat
menimbulkan keluhan retensi bekuan darah. Keluhan akibat penyakit yang lebih lanjut
berupa : gejala obstruksi saluran kemih bagian atas atau adanya edema tungkai. Edema
tungkai ini disebabkan karena adanya penekanan aliran limfe oleh massa tumor atau oleh
kelenjar limfe yang membesar di daerah pelvis.

Derajat Invasi Tumor (Stadium)


Penentuan derajat invasi Tumor berdasarkan sistem TNM atau berdasarkan
penentuan stadium dari Marshall.
--------------------------------------------------------------------------
TNM Marshall Uraian
Tis 0 Karsinoma in situ
Ta 0 Tumor papilari non invasif
T1 A Invasi sub mukosa
T2 B1 Invasi otot superfisial
T3a B2 Invasi otot propunda
T3b C Invasi jaringan lemak prevesika
T4 D1 Invasi ke organ sekitar
N1-3 D1 Metastasis ke limfoudi regioanal
M1 D2 Metastasis hematogen
---------------------------------------------------------------------------

Palpasi Bimanual
Palpasi bimanual dikerjakan dengan narkose umum (supaya otot buli-buli relaks) pada saat
sebelum dan sesudah tindakan TUR Buli-buli.

Laboratorium
Selain pemeriksaan laboratorium rutin, diperiksa pula :
 Sitologi urine yaitu pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas bersama urine.
 Cell surface Antigen study
 Flow cytometri yaitu mendeteksi adanya kelainan kromosom sel-sel urotelium.

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Pencitraan
Pemeriksaan PIV dapat mendeteksi adanya tumor buli-buli berupa filling defect dan
mendeteksi adanya tumor sel transisional yang berada di ureter atau pielum. Didapatkannya
hidroureter atau hidronefrosis merupakan salah satu tanda adanya infiltrasi tumor ke ureter
atau muara ureter. CT scan atau MRI berguna untuk menentukan ekstensi tumor ke organ
sekitarnya.

Skenario

Seorang laki-laki usia 65 tahun dengan keluhan buang air kecil berdarah (hematuria) sejak
beberapa bulan yang lalu. Saat ini keluhan tersebut semakin sering disertai lemas dan berat
badan menurun. Pada pemeriksaan fisik penderita dinyatakan anemia. Pada pemeriksaan usg
tampak massa dengan batas tidak tegas pada buli-buli. Pemeriksaan sitologi: ditemukan sel-
sel bentuk bulat, oval, poligonal berkelompok menyusun pseudo palisade. Diputuskan
operasi, hasil operasi dikirim ke patologi anotomi untuk kepentingan diagnosis.

Gambar 1. Hasil pemeriksaan sitologi urine pasien karsinoma sel transisional

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 3


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Makroskopis

Diterima sebuah jaringan buli-buli ukuran 12x10x10 cm. Pada lamilasi pada permukaan
dalam tampak massa seperti bunga kol, rapuh.

Gambar 2. Sediaan gross hasil operasi pasien karsinoma sel transitional

Mikroskopis

Sediaan massa tumor terdiri dari sel-sel bulat sedang tersusun papilifer. Inti sel pleomorfi,
hiperkromatis, mitosis ditemukan. Sebagian sel tumor telah menginvasi jaringan ikat
sekitarnya.

Gambar 3. Sediaan mikroskopis karsinoma sel transitional

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 4


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Kesimpulan

Karsinoma sel transisional buli-buli

Tugas
1. Gambar atau buat foto mikroskopis, beri keterangan gambar yang telah anda buat!
2. Jelaskan tentang gradasi tumor buli!
3. Jelaskan faktor predisposisi terjadinya karsinoma sel transisional buli-buli!

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 5


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Hiperplasia prostat

Tujuan Praktikum

Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa kasus hyperplasia prostat ditinjau dari ilmu
patologi anatomi

Petunjuk Praktikum

1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar


2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati
5. Mahasiswa mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan

Dasar teori

Hyperplasia prostat

Prostate Hyperplasia adalah hiperplasia epitel kelenjar periuretral prostat yang akan
mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer.

HIPERPLASIA PROSTAT sering terjadi pada lobus lateralis dan lobus medialis karena
mengandung banyak jaringan kelenjar, tetapi tidak mengalami pembesaran pada bagian
posterior daripada lobus medius (lobus posterior) yang merupakan bagian tersering terjadinya
perkembangan suatu keganasan prostat. Sedangkan lobus anterior kurang mengalami
hiperplasi karena sedikit mengandung jaringan kelenjar.

Secara histologis, prostat terdiri atas kelenjar-kelenjar yang dilapisi epitel thoraks selapis dan
di bagian basal terdapat juga sel-sel kuboid, sehingga keseluruhan epitel tampak menyerupai
epitel berlapis.

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 6


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Fisiologi Prostat

Prostat adalah kelenjar sex sekunder pada laki-laki yang menghasilkan cairan dan plasma
seminalis, dengan perbandingan cairan prostat 13-32% dan cairan vesikula seminalis 46-80%
pada waktu ejakulasi. Kelenjar prostat dibawah pengaruh Androgen Bodies dan dapat
dihentikan dengan pemberian Stilbestrol.

Etiologi Hyperplasia Prostat

Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya hiperplasia prostat,
tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasia prostat erat kaitannya dengan
peningkatan kadar dehidrotestosteron (DHT) dan proses aging (menjadi tua).

Beberapa teori atau hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia prostat
adalah:

1. Teori Hormonal

Dengan bertambahnya usia akan terjadi perubahan keseimbangan hormonal, yaitu antara
hormon testosteron dan hormon estrogen. Karena produksi testosteron menurun dan
terjadi konversi testosteron menjadi estrogen pada jaringan adiposa di perifer dengan
pertolongan enzim aromatase, dimana sifat estrogen ini akan merangsang terjadinya
hiperplasia pada stroma, sehingga timbul dugaan bahwa testosteron diperlukan untuk
inisiasi terjadinya proliferasi sel tetapi kemudian estrogenlah yang berperan untuk
perkembangan stroma. Kemungkinan lain ialah perubahan konsentrasi relatif testosteron
dan estrogen akan menyebabkan produksi dan potensiasi faktor pertumbuhan lain yang
dapat menyebabkan terjadinya pembesaran prostat.

Pada keadaan normal hormon gonadotropin hipofise akan menyebabkan produksi hormon
androgen testis yang akan mengontrol pertumbuhan prostat. Dengan makin bertambahnya
usia, akan terjadi penurunan dari fungsi testikuler (spermatogenesis) yang akan
menyebabkan penurunan yang progresif dari sekresi androgen. Hal ini mengakibatkan
hormon gonadotropin akan sangat merangsang produksi hormon estrogen oleh sel sertoli.
Dilihat dari fungsional histologis, prostat terdiri dari dua bagian yaitu sentral sekitar

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 7


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

uretra yang bereaksi terhadap estrogen dan bagian perifer yang tidak bereaksi terhadap
estrogen.

2. Teori Growth Factor (Faktor Pertumbuhan)

Peranan dari growth factor ini sebagai pemacu pertumbuhan stroma kelenjar prostat.
Terdapat empat peptic growth factor yaitu: basic transforming growth factor,
transforming growth factor 1, transforming growth factor 2, dan epidermal growth
factor.

3. Teori peningkatan lama hidup sel-sel prostat karena berkuramgnya sel yang mati

4. Teori Sel Stem (stem cell hypothesis)

Seperti pada organ lain, prostat dalam hal ini kelenjar periuretral pada seorang dewasa
berada dalam keadaan keseimbangan “steady state”, antara pertumbuhan sel dan sel yang
mati, keseimbangan ini disebabkan adanya kadar testosteron tertentu dalam jaringan
prostat yang dapat mempengaruhi sel stem sehingga dapat berproliferasi. Pada keadaan
tertentu jumlah sel stem ini dapat bertambah sehingga terjadi proliferasi lebih cepat.
Terjadinya proliferasi abnormal sel stem sehingga menyebabkan produksi atau proliferasi
sel stroma dan sel epitel kelenjar periuretral prostat menjadi berlebihan.

5. Teori Dehidrotestosteron (DHT)

Testosteron yang dihasilkan oleh sel leydig pada testis (90%) dan sebagian dari kelenjar
adrenal (10%) masuk dalam peredaran darah dan 98% akan terikat oleh globulin menjadi
sex hormon binding globulin (SHBG). Sedang hanya 2% dalam keadaan testosteron
bebas. Testosteron bebas inilah yang bisa masuk ke dalam “target cell” yaitu sel prostat
melewati membran sel langsung masuk kedalam sitoplasma, di dalam sel, testosteron
direduksi oleh enzim 5 alpha reductase menjadi 5 dehidrotestosteron yang kemudian
bertemu dengan reseptor sitoplasma menjadi “hormone receptor complex”. Kemudian
“hormone receptor complex” ini mengalami transformasi reseptor, menjadi “nuclear
receptor” yang masuk kedalam inti yang kemudian melekat pada chromatin dan
menyebabkan transkripsi m-RNA. RNA ini akan menyebabkan sintese protein
menyebabkan terjadinya pertumbuhan kelenjar prostat.

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 8


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Patofisiologi Hiperplasia prostat

Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra pars prostatika dan akan
menghambat aliran urine. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intravesikal. Untuk
dapat mengeluarkan urin, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan itu.
Kontraksi yang terus-menerus ini menyebabkan perubahan anatomik dari buli-buli berupa
hipertrofi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan divertikel buli-buli. Fase
penebalan otot detrusor ini disebut fase kompensasi.

Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan oleh pasien sebagai keluhan pada saluran kemih
sebelah bawah atau lower urinary tract symptom (LUTS) yang dahulu dikenal dengan gejala-
gejala prostatismus.

Dengan semakin meningkatnya resistensi uretra, otot detrusor masuk ke dalam fase
dekompensasi dan akhirnya tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi
urin. Tekanan intravesikal yang semakin tinggi akan diteruskan ke seluruh bagian buli-buli
tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat
menimbulkan aliran balik urin dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks vesico-ureter.
Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis, bahkan
akhirnya dapat jatuh ke dalam gagal ginjal.

Pada HIPERPLASIA PROSTAT terdapat dua komponen yang berpengaruh untuk terjadinya
gejala yaitu komponen mekanik dan komponen dinamik. Komponen mekanik ini
berhubungan dengan adanya pembesaran kelenjar periuretra yang akan mendesak uretra pars
prostatika sehingga terjadi gangguan aliran urine (obstruksi infra vesikal) sedangkan
komponen dinamik meliputi tonus otot polos prostat dan kapsulnya, yang merupakan alpha
adrenergik reseptor. Stimulasi pada alpha adrenergik reseptor akan menghasilkan kontraksi
otot polos prostat ataupun kenaikan tonus. Komponen dinamik ini tergantung dari stimulasi
syaraf simpatis, yang juga tergantung dari beratnya obstruksi oleh komponen mekanik.

Gambaran Klinis

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 9


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Gejala hiperplasia prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun keluhan
di luar saluran kemih.

1. Gejala pada saluran kemih bagian bawah

Keluhan pada saluran kemih sebelah bawah (LUTS) terdiri atas gejala obstruktif dan gejala
iritatif. Gejala obstruktif disebabkan oleh karena penyempitan uretara pars prostatika karena
didesak oleh prostat yang membesar dan kegagalan otot detrusor untuk berkontraksi cukup
kuat dan atau cukup lama sehingga kontraksi terputus-putus.

Gejalanya ialah :

1. Harus menunggu pada permulaan miksi (Hesistancy)

2. Pancaran miksi yang lemah (weak stream)

3. Miksi terputus (Intermittency)

4. Menetes pada akhir miksi (Terminal dribbling)

5. Rasa belum puas sehabis miksi (Sensation of incomplete bladder emptying).

Manifestasi klinis berupa obstruksi pada penderita hipeplasia prostat masih tergantung tiga
faktor, yaitu :

1. Volume kelenjar periuretral

2. Elastisitas leher vesika, otot polos prostat dan kapsul prostat

3. Kekuatan kontraksi otot detrusor

Tidak semua prostat yang membesar akan menimbulkan gejala obstruksi, sehingga meskipun
volume kelenjar periurethral sudah membesar dan elastisitas leher vesika, otot polos prostat
dan kapsul prostat menurun, tetapi apabila masih dikompensasi dengan kenaikan daya
kontraksi otot detrusor maka gejala obstruksi belum dirasakan.

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 10


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Gejala iritatif disebabkan oleh karena pengosongan vesica urinaria yang tidak sempurna pada
saat miksi atau disebabkan oleh hipersensitifitas otot detrusor karena pembesaran prostat
menyebabkan rangsangan pada vesica, sehingga vesica sering berkontraksi meskipun belum
penuh.

Gejalanya ialah :

1. Bertambahnya frekuensi miksi (Frequency)

2. Nokturia

3. Miksi sulit ditahan (Urgency)

4. Disuria (Nyeri pada waktu miksi)

Gejala-gejala tersebut diatas sering disebut sindroma prostatismus. Secara klinis derajat berat
gejala prostatismus itu dibagi menjadi :

Grade I : Gejala prostatismus + sisa kencing <>

Grade II : Gejala prostatismus + sisa kencing > 50 ml

Grade III: Retensi urin dengan sudah ada gangguan saluran kemih bagian atas + sisa urin >
150 ml.

2. Gejala pada saluran kemih bagian atas

Keluhan akibat penyulit hiperplasi prostat pada saluran kemih bagian atas berupa gejala
obstruksi antara lain nyeri pinggang, benjolan di pinggang (yang merupakan tanda dari
hidronefrosis)., atau demam yang merupakan tanda dari infeksi atau urosepsis.

3. Gejala di luar saluran kemih

Tidak jarang pasien berobat ke dokter karena mengeluh adanya hernia inguinalis atau
hemoroid. Timbulnya kedua penyakit ini karena sering mengejan pada saat miksi sehingga
mengakibatkan peningkatan tekanan intraabdominal.

Diagnosis

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 11


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

a. Anamnesis : gejala obstruktif dan gejala iritatif

b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan colok dubur dapat memberikan gambaran tentang keadaan tonus spingter
ani, reflek bulbo cavernosus, mukosa rektum, adanya kelainan lain seperti benjolan di
dalam rektum dan tentu saja teraba prostat. Pada perabaan prostat harus diperhatikan :

1. Konsistensi prostat (pada hiperplasia prostat konsistensinya kenyal)

2. Adakah asimetris

3. Adakah nodul pada prostate

4. Apakah batas atas dapat diraba

5. Sulcus medianus prostate

6. Adakah krepitasi

Colok dubur pada hiperplasia prostat menunjukkan prostat teraba membesar,


konsistensi prostat kenyal seperti meraba ujung hidung, permukaan rata, lobus kanan dan
kiri simetris, tidak didapatkan nodul, dan menonjol ke dalam rektum. Semakin berat
derajat hiperplasia prostat, batas atas semakin sulit untuk diraba. Sedangkan pada
carcinoma prostat, konsistensi prostat keras dan atau teraba nodul dan diantara lobus
prostat tidak simetris. Sedangkan pada batu prostat akan teraba krepitasi.

Pemeriksaan fisik apabila sudah terjadi kelainan pada traktus urinaria bagian atas kadang-
kadang ginjal dapat teraba dan apabila sudah terjadi pielonefritis akan disertai sakit
pinggang dan nyeri ketok pada pinggang. Vesica urinaria dapat teraba apabila sudah
terjadi retensi total, daerah inguinal harus mulai diperhatikan untuk mengetahui adanya
hernia. Genitalia eksterna harus pula diperiksa untuk melihat adanya kemungkinan sebab
yang lain yang dapat menyebabkan gangguan miksi seperti batu di fossa navikularis atau
uretra anterior, fibrosis daerah uretra, fimosis, condiloma di daerah meatus.

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 12


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Pada pemeriksaan abdomen ditemukan kandung kencing yang terisi penuh dan teraba
masa kistus di daerah supra simfisis akibat retensio urin dan kadang terdapat nyeri tekan
supra simfisis.

c. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium berperan dalam menentukan ada tidaknya komplikasi.

1. Darah : - Ureum dan Kreatinin

 Elektrolit

 Blood urea nitrogen

 Prostate Specific Antigen (PSA)

 Gula darah

2. Urin : - Kultur urin + sensitifitas test

 Urinalisis dan pemeriksaan mikroskopik

 Sedimen

d. Histopatologi

Pemeriksaan pasca bedah untuk memastikan diagnosis hiperplasia prostat

e. Pemeriksaan pencitraan

1. Foto polos abdomen (BNO)

2. Pielografi Intravena (IVP)

3. Sistogram retrograd

4. USG secara transrektal (Transrectal Ultrasonography = TURS)

5. Pemeriksaan Sistografi

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 13


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

6. MRI atau CT jarang dilakukan

Skenario

Seorang laki-laki umur 60 tahun mengeluh kesakitan karena seharian tidak bisa buang air
kecil. Sebelumnya penderita juga mengeluh sering kencing sedikit-sedikt, tidak puas, habis
kencing menetes, pancaran kencing melemah. Setelah dilakukan pemeriksaan ternyata blast
pasien penuh. Diputuskan untuk pemasangan kateter. Hasil pemeriksaan colok dubur:
pembesaran prostat. Disimpulkan: retensio urine diakibatkan oleh pembesaran kelenjar
prostat. Diputuskan untuk dilakukan operasi, hasil operasi dikirim ke laboratorium patologi
untuk kepastian diagnosis.

Makroskopis

Diterima 2 buah jaringan masing-masing ukuran 4x3x3 cm dan 3x3x3 cm, kenyal, warna
kemerahan. Pada lamelasi massa padat putih kekuningan.

Gambar 4. Gross hasil operasi penderita hiperplasia prostat

Mikroskopis

Sediaan prostat tampak stroma fibromuskuler hiperplastis. Diantaranya terdapat asini kelenjar
yang proliferatif dengan lumen dilapisi sel-sel epitel torak yang hiperplastis. Sebagian lumen

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 14


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

berisi masse eosinoiii amorf (corpora amliacea). Juga tompok sedikit kelompokan sel-sel
limfosit di antara jaringan stroma. Tidak tampak tanda-tanda ganas.

Gambar 5. Mikroskopis hiperplasia prostat

Kesimpulan

Hiperplasia prostat

Tugas
1. Gambar atau buat foto mikroskopis, beri keterangan gambar yang telah anda buat!
2. Bagaimana hubungan antara hiperlasia prostat dengan karsinoma prostat?
3. Jelaskan penyebab terjadinya hiperplasia prostat!

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 15


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Adenokarsinoma prostat

Tujuan Praktikum

Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa kasus adenokarsinoma prostat ditinjau dari
ilmu patologi anatomi

Petunjuk Praktikum

1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar


2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati
5. Mahasiswa mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan

Skenario

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 16


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Seorang laki-laki umur 70 tahun sejak 3 tahun yang lalu sukar buang air kecil. Kalau mau
buang air kecil harus mengedan dan kadang-kadang mengeluarkan darah. Dilakukan
pemeriksaan colok dubur: prostat membesar, berdungkul dungkul, keras, dan padat.
Diputuskan prostatektomi. Jaringan hasil operasi dikirimkan ke patologi anotomi untuk
kepastion diagnosis.

Makroskopis

Diterima jaringan prostat 70 gram berdungkul-dungkul keras. Pada lamelasi masa putih padat
bercak kecoklatan.

Mikroskopis

Sediaan jaringan prostat terdiri dari jaringan ikat fibrotik. Diantaranya tampak massa tumor
terdiri dari sel-sel torak sampai oval tersusun padat. Sebagian membentuk struktur asini
berukuran kecil dan besar. Inti sel pleomorfi, hiperkromatis, mitosis ditemukan.

Gambar 5. Adenocarcinoma prostat

Kesimpulan

Adenokarsinoma prostat

Tugas
1. Gambar atau buat foto mikroskopis, beri keterangan gambar yang telah anda buat!
2. Jelaskan tentang gleason score?

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 17


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

3. Sebutkan beberapa organ yang paling sering menjadi tempat metastasis


adenokarsinoma prostat!

Seminoma

Tujuan Praktikum

Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa kasus karsinoma sel transitional buli-buli
ditinjau dari ilmu patologi anatomi

Petunjuk Praktikum

1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar


2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati
5. Mahasiswa mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan

Dasar teori

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 18


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Seminoma (also known as pure seminoma or classical seminoma) is a germ cell tumor
(cancer) of the testis. It is one of the most treatable and curable cancers, with survival >95%
in the early stages.Treatment usually requires removal of one testis, but this does not affect
fertility or other sexual functioning.

Seminoma originates in the germinal epithelium of the seminiferous tubules. About half of
germ cell tumors of the testis are seminomas.

Presentation

The average age of diagnosis is 40 years. This is about 5 to 10 years older than men with
other germ cell tumors of the testes. In most cases, they produce masses that are readily felt
on testicular self-examination; however, in up to 11 percent of cases, there may be no mass
able to be felt, or there may be testicular atrophy. Testicular pain is reported in up to one fifth
of cases. Low back pain may occur after metastasis to the retroperitoneum.

Some cases of seminoma can present as a primary tumour outside the testis. In the ovary, the
tumor is called a dysgerminoma, and in non-gonadal sites, particularly the central nervous
system, it is called a germinoma

Diagnosis

Blood tests may detect the presence of placental alkaline phosphatase (PLAP) in fifty percent
of cases. Human chorionic gonadotropin (hCG) may be elevated in some cases, but this
correlates more to the presence of trophoblast cells within the tumour than to the stage of the
tumour. Serum alpha fetoprotein is not elevated in classical seminoma.

The cut surface of the tumour is fleshy and lobulated, and varies in colour from cream to tan
to pink. The tumour tends to bulge from the cut surface, and small areas of haemorrhage may
be seen. These areas of haemorrhage usually correspond to trophoblastic cell clusters within
the tumour.

Microscopic examination shows that seminomas are usually composed of either a sheet-like
or lobular pattern of cells with a fibrous stromal network. The fibrous septa almost always
contain focal lymphocyte inclusions, and granulomas are sometimes seen. The tumour cells
themselves typically have abundant clear to pale pink cytoplasm containing abundant

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 19


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

glycogen, which is demonstrable with a periodic acid-Schiff (PAS) stain. The nuclei are
prominent and usually contain one or two large nucleoli, and have prominent nuclear
membranes. Foci of syncytiotrophoblastic cells may be present in varied amounts. The
adjacent testicular tissue commonly shows intratubular germ cell neoplasia, and may also
show variable spermatocytic maturation arrest.

Skenario

Seorang pria berumur 25 tahun mengeluh skrotum kiri membesar. Pembesaran ini dirasakan
sejak kurang lebih 3 bulan yang lalu. Permukaan skrotum rata, nyeri tekan tidak ditemukan.
Diputuskan operasi dengan mengangkat scrotum kiri, jaringan dikirim ke pa untuk konfirmasi
diagnosis.

Makroskopis

Tampak jaringan tumor dengan ukuran 15 x 13 x 10 cm dengan permukaan rata, licin, kenyal.
Pada penampang tampak massa tumor yang berwarna keabu-abuan dengan bagian-bagian
nekrosis dan perdarahan dan sebagian seperti agar.

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 20


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Gambar 6. Gross seminoma

Mikroskopis

Pada pemeriksaan tampak massa tumor terdiri dari sel-sel uniform, bentuk bulat, dengan inti
polimorf, vesicular, anak inti jelas, mitosis ditemukan, sitoplasma jernih. Sel-sel tumbuh
proliferatif tersusun memadat dan difus dipisahkan septa-septa tipis jaringan ikat dengan
sebukan sel radang limfosit.

Gambar 7. Mikroskopis seminoma

Kesimpulan

Seminoma testis tipe klasik

Tugas
1. Gambar atau buat foto mikroskopis, beri keterangan gambar yang telah anda buat!
2. Sebutkan tipe-tipe seminoma!
3. Buatlah skema perjalanan penyakit seminoma dihubungkan tumor embryonal lainnya!

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 21


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Pielonefritis kronis

Tujuan Praktikum

Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa kasus pielonefritis khronis ditinjau dari ilmu
patologi anatomi

Petunjuk Praktikum

1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar


2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati
5. Mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan

Dasar Teori

Chronic pyelonephritis is renal injury induced by recurrent or persistent renal infection. It


occurs almost exclusively in patients with major anatomic anomalies, including urinary tract
obstruction, struvite calculi, renal dysplasia, or, most commonly, vesicoureteral reflux (VUR)
in young children. Sometimes, this diagnosis is established based on radiologic evidence
obtained during an evaluation for recurrent urinary tract infection (UTI) in young children.
VUR is a congenital defect that results in incompetence of the ureterovesical valve due to a

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 22


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

short intramural segment. The condition is present in 30-40% of young children with
symptomatic UTIs and in almost all children with renal scars. VUR may also be acquired by
patients with a flaccid bladder due to spinal cord injury. VUR is classified into 5 grades (I-V),
according to the increasing degree of reflux.

Pathophysiology

Chronic pyelonephritis is associated with progressive renal scarring, which can lead to end-
stage renal disease (ESRD), for example, reflux nephropathy. Intrarenal reflux of infected
urine is suggested to induce renal injury, which heals with scar formation. In some cases,
scars may form in utero in patients with renal dysplasia with perfusion defects. Infection
without reflux is less likely to produce injury. Dysplasia may also be acquired from
obstruction. Scars of high-pressure reflux can occur in persons of any age. In some cases,
normal growth may lead to spontaneous cessation of reflux by age 6 years.

Factors that may affect the pathogenesis of chronic pyelonephritis are as follows: (1) the sex
of the patient and his or her sexual activity; (2) pregnancy, which may lead to progression of
renal injury with loss of renal function; (3) genetic factors; (4) bacterial virulence factors; and
(5) neurogenic bladder dysfunction. In cases with obstruction, the kidney may become filled
with abscess cavities (see Pyonephrosis).

Skenario

Seorang wanita berumur 48 tahun mengeluh nyeri pinggang kanan dan buang air kecil warna
merah sejak 2 minggu yang lalu. dilakukan pemeriksaan IVP tampak ginjal kanan membesar;
terdapat dilatasi pada kalik serta ditemukan batu. Hasil scanning tampak ginjal kanan
membesar diserati identasi pada ginjal. Hasil pemeriksaan urin ditemukan banyak sel radang
dan eritosit. Diputuskan nefrektomi, hasil operasi diperiksa histopatologi.

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 23


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Gambar 8. Hasil rontgen IVP

Gambar 9. Hasil Scanning penderita pyelonefritis

Makroskopis

Jaringan ginjal berukuran 11x6x4 cm, , berat 100 gram, disertai ureter panjang 21 cm. Pada
sayatan berwarna putih kecoklotan dengan konsistensi kenyal padat.

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 24


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Gambar 10. Makroskopis pyelonefritis

Mikroskopis

Jaringan ginjal menunjukan gambaran pada korteks tampak glamerulus dengan capsule
bowman yang mengalami sclerosis. Tubulus proksimal dan tubulus distal sebagian besar
mengalami degenerasi amiloid dan tampak deposit amiloid pada jaringan ikat diantara
tubulus. Disekitarnya Tampak serbukan mosif sei radang limfosit. Pada pielum tampak
ductus colligentes yang berdilatasi dan dalam lumen dengan eritrosit.

Gambar 11. Mikroskopis penderita pyelonefritis

Kesimpulan

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 25


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Pielonefritis kronis

Tugas
1. Gambar atau buat foto mikroskopis, beri keterangan gambar yang telah dibuat!
2. Jelaskan penyebob pyelonefritis khronis!
3. Apakah terdapat kemungkinan terjadi keganasan? Jelaskan!

Tumor Wilms

Tujuan Praktikum

Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa kasus Tumor Wilms ditinjau dari ilmu
patologi anatomi

Petunjuk Praktikum

1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar


2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati
5. Mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan

Dasar Teori

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 26


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Wilms' tumor

Wilms' tumor or Wilms' tumour (see spelling differences) or nephroblastoma is cancer of


the kidneys that typically occurs in children, rarely in adults. Its common name is an eponym,
referring to Dr. Max Wilms, the German surgeon (1867–1918) who first described this kind
of tumor.

Approximately 500 cases are diagnosed in the U.S. annually. The majority (75%) occur in
otherwise normal children; a minority (25%) is associated with other developmental
abnormalities. It is highly responsive to treatment, with about 90% of patients surviving at
least five years.

Pathology

Most nephroblastomas are unilateral, being bilateral in less than 5% of cases. They tend to be
encapsulated and vascularized tumors that do not cross the midline of the abdomen. In cases
of metastasis it is usually to the lung. A rupture of Wilms' tumor puts the patient at risk of
hemorrhage and peritoneal dissemination of the tumor. In such cases, surgical intervention by
a surgeon who is experienced in the removal of such a fragile tumor is imperative.

Pathologically, a triphasic nephroblastoma comprises three elements:

 blastema
 mesenchyme
 epithelium

Wilms' tumor is a malignant tumor containing metanephric blastema, stromal and epithelial
derivatives. Characteristic is the presence of abortive tubules and glomeruli surrounded by a
spindled cell stroma. The stroma may include striated muscle, cartilage, bone, fat tissue,
fibrous tissue. The tumor is compressing the normal kidney parenchyma.

The mesenchymal component may include cells showing rhabdomyoid differentiation. The
rhabdomyoid component may itself show features of malignancy (rhabdomyosarcomatous
Wilms).

Wilms' tumors may be separated into 2 prognostic groups based on pathologic characteristics:

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 27


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

 Favorable - Contains well developed components mentioned above


 Anaplastic - Contains diffuse anaplasia (poorly developed cells)

Skenario

Seorang anak laki-laki berusia 3 tahun, sejak 1 tahun yang lalu perut makin membucit, buang
air kecil ada kalanya kemerahan. Pada pemeriksaan teraba massa tumor pada rongga perut
kiri sebesar tinju orang dewasa. Rontgen foto abdomen tampak bayangan radiopoque
menempati daerah ginjal kiri yang menekan kolon, diputuskan operasi dan massa tumor
ginjal kiri di angkat untuk pemeriksaan patologi.

Gambar 12. Scanning abdomen penderita tumor Wilms

Makroskopis

Massa tumor ukuron 10 x 8 x 8 cm, warna putih bentuk benjol, permukaan putih konsistensi
kenyal, padat. Pada irisan penampang kopsel tidak jelas, putih abu, homhogen padat dengan
bercak-bercak perdarahan, tidak tampak struktur ginjal normal.

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 28


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Gambar 13. Gross hasil operasi ginjal penderita tumor Wilms

Mikroskopis

Sediaan massa tumor terdiri dari 3 bentuk sel. Pertama : komponen blostomatous terdiri dari
sel bulat kecil, inti bulat hiper kromatis, sitoplasma tipis. Kedua : komponen mesenkim terdiri
dari sel spindle seperti fibroblast, inti lonjong. Ketiga: komponen epitel terdiri dari sel kuboid
yang menyusun dengan lumen dikelilingi sel tumor seperti sel basal. Pada setiap daerah
perbandingan selularitas 3 komponen berfariasi.

Gambar 14. Mikroskopis penderita tumor Wilms

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 29


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Gambar 15. Mikroskopis tumor Wilms

Kesimpulan

Tumor Wilm's

Tugas
1. Gambar atau buat foto mikroskopis, beri keterangan gambar yang telah dibuat!
2. Gambaran khas tumor Wilm's?
3. Jelaskan penyebab tumor Wilm's?

Karsinoma sel renal

Tujuan Praktikum

Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa kasus karsinoma sel renal ditinjau dari ilmu
patologi anatomi

Petunjuk Praktikum

1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar


2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai skenario.

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 30


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati


5. Mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan

Dasar Teori

Renal cell carcinoma

Renal cell carcinoma (RCC, also known as hypernephroma) is a kidney cancer that
originates in the lining of the proximal convoluted tubule, the very small tubes in the kidney
that filter the blood and remove waste products. RCC is the most common type of kidney
cancer in adults, responsible for approximately 80% of cases. It is also known to be the most
lethal of all the genitourinary tumors. Initial treatment is most commonly a radical or partial
nephrectomy and remains the mainstay of curative treatment.[2] Where the tumour is confined
to the renal parenchyma, the 5-year survival rate is 60-70%, but this is lowered considerably
where metastases have spread. It is resistant to radiation therapy and chemotherapy, although
some cases respond to immunotherapy. Targeted cancer therapies such as sunitinib,
temsirolimus, bevacizumab, interferon-alpha, and possibly sorafenib have improved the
outlook for RCC (progression-free survival), although they have not yet demonstrated
improved survival.

Signs and symptoms

A wide range of symptoms can be present with renal carcinoma depending on which areas of
the body have been affected. The classic triad is hematuria (blood in the urine), flank pain
and an abdominal mass. This triad only occurs in 10-15% of cases, and is generally indicative
of more advanced disease. Today, the majority of renal tumors are asymptomatic and are
detected incidentally on imaging, usually for an unrelated cause.

Signs may include:

 Abnormal urine color (dark, rusty, or brown) due to blood in the urine (found in 60%
of cases)
 Loin pain (found in 40% of cases)

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 31


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

 Abdominal mass (25% of cases)


 Malaise, weight loss or anorexia (30% of cases)
 Polycythemia (5% of cases)
 Anaemia resulting from depression of erythropoietin (30% of cases) Also, there may
be erythrocytosis (increased production of red blood cells) due to increased
erythropoietin secretion.
 The presenting symptom may be due to metastatic disease, such as a pathologic
fracture of the hip due to a metastasis to the bone
 Varicocele, the enlargement of one testicle, usually on the left (2% of cases). This is
due to blockage of the left testicular vein by tumor invasion of the left renal vein; this
typically does not occur on the right as the right gonadal vein drains directly into the
inferior vena cava.
 Vision abnormalities
 Pallor or plethora
 Hirsutism - Excessive hair growth (females)
 Constipation
 Hypertension (high blood pressure) resulting from secretion of renin by the tumour
(30% of cases)
 Elevated calcium levels (Hypercalcemia)
 Stauffer syndrome - paraneoplastic, non-metastatic liver disease
 Night Sweats
 Severe Weight Loss

Patients may also experience the following symptoms:

 Recurrent fevers which occur in 9% of the patients


 Cold intolerance
 Back pain
 Chronic fatigue
 Leg and ankle swelling
 Loss of appetite

Classification

Micrograph of chromophobe renal cell carcinoma oncocytic variant. H&E stain.

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 32


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Recent genetic studies have altered the approaches used in classifying renal cell carcinoma.
The following system can be used to classify these tumors:

 Clear cell renal cell carcinoma (VHL and others on chromosome 3)


 Papillary renal cell carcinoma (MET, PRCC)
 Chromophobe renal cell carcinoma
 Collecting duct carcinoma

Renal epithelial neoplasms have characteristic cytogenetic aberrations that can aid in
classification.[13] See also Atlas of Genetics and Cytogenetics in Oncology and Haematology.

 Clear cell carcinoma: loss of 3p


 Papillary carcinoma: trisomy 7, 16, 17
 Chromophobe carcinoma: hypodiploid with loss of chromosomes 1, 2, 6, 10, 13, 17,
21

Array-based karyotyping can be used to identify characteristic chromosomal aberrations in


renal tumors with challenging morphology. Array-based karyotyping performs well on
paraffin embedded tumors and is amenable to routine clinical use. See also Virtual Karyotype
for CLIA certified laboratories offering array-based karyotyping of solid tumors.

Other associated genes include TRC8, OGG1, HNF1A, HNF1B, TFE3, RCCP3, and RCC17.

Diagnosis

An accurate diagnose may be difficult to establish given that the early stages of renal cancer
are asymptomatic.

The first steps taken in order to diagnose this condition are observing any of the signs and
symptoms, and an anamnesis (the detailed medical review of past health state) to evaluate
any risk factors. Upon physical examination, palpation of the abdomen may reveal the
presence of a mass or an organ enlargement.

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 33


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

However, the main diagnostic tool for detecting renal cell carcinoma is ultrasound of the
kidneys. If the ultrasound shows a mass or cyst, a subsequent abdominal CT is the optimal
test for diagnosis and staging.

Radiology

The characteristic appearance of renal cell carcinoma (RCC) is a solid renal lesion which
disturbs the renal contour. It will frequently have an irregular or lobulated margin.
Traditionally 85 to 90%% of solid renal masses will turn out to be RCC but this number may
be decreasing as renal masses are being found at smaller and smaller sizes with larger
numbers of benign lesions. 10% of RCC will contain calcifications, and some contain
macroscopic fat (likely due to invasion and encasement of the perirenal fat).

Renal cell carcinoma may also be cystic. As there are several benign cystic renal lesions
(simple renal cyst, hemorrhagic renal cyst, multilocular cystic nephroma, polycystic kidney
disease), it may occasionally be difficult for the radiologist to differentiate a benign cystic
lesion from a malignant one. A classification system for cystic renal lesions that classifies
them based specific imaging features into groups that are benign and those that need surgical
resection is available.

Percutaneous biopsy can be performed by a radiologist using ultrasound or computed


tomography to guide sampling of the tumor for the purpose of diagnosis by pathology.
However this is not routinely performed because when the typical imaging features of renal
cell carcinoma are present, the possibility of an incorrectly negative result together with the
risk of a medical complication to the patient make it unfavorable from a risk-benefit
perspective. This is not completely accurate, there are new experimental treatments.

Histopathology

The gross and microscopic appearance of renal cell carcinomas is highly variable. The
following describes a typical clear cell carcinoma, which is the most common type.

The renal cell carcinoma may present reddened areas where blood vessels have bled, and
cysts containing watery fluids. The body of the tumor shows large blood vessels that have
walls composed of cancerous cells.

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 34


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Gross examination often shows a yellowish, multilobulated tumor in the renal cortex, which
frequently contains zones of necrosis, hemorrhage and scarring.

Light microscopy shows tumor cells forming cords, papillae, tubules or nests, and are
atypical, polygonal and large. Also, the cells that make up a renal carcinoma may be clear,
granular, mixed clear and granular or sarcomatoid or spindle type. Recent studies have
brought to attention that the type of cancerous cells and the aggressiveness of the condition
are closely related.Because these cells accumulate glycogen and lipids, their cytoplasm
appear "clear", the nuclei remain in the middle of the cells, and the cellular membrane is
evident. Some cells may be smaller, with eosinophilic cytoplasm, resembling normal tubular
cells. The stroma is reduced, but well vascularized. The tumor compresses the surrounding
parenchyma, producing a pseudocapsule.

The clear cells are thought to be the least likely to spread and usually respond more favorably
to treatment. However, most of the tumors contain a mixture of cells. The most aggressive
stage of renal cancer is believed to be the one in which the tumor is mixed, containing both
clear and granular cells.

Skenario

Seorang laki-laki berumur 40 tahun mengeluh buang air kecil warna merah di sertai panas
badan dan tekanan darah tinggi. Pada pemeriksaan arteriografi tampak pembuluh-pembuluh
darah yang abnormal pada daerah ginjal.

Makroskopis

Tampak massa tumor yang menembus sel korteks ginjal. Massa tumor berwarna kuning
keemasan.Pada pembelahan massa tumor, tampak daerah perdarahan, nekrosis dan disertai
daerah-daerah yang mengeras.

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 35


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Gambar 16. Gross ginjal penderita tumor Grawitz

Gambar 17 . gros ginjal penderita tumor Grawitz


Mikroskopis

Pada pemeriksaan mikroskopis masih tampak perubahan dari ginjal menjodi massa tumor.
Sel-sel tumor tampak cerah atau bergranuler dengan inti yang hiperkromatis. Tampak pula
focus-focus perdarahan dan serbukan sel radang limfosit.

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 36


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Gambar 18. Mikroskopis penderita tumor Grawitz

Gambar 19. mikroskopis penderita tumor grawitz

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 37


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Gambar 20. Mikroskopis penderita tumor Grawitz

Kesimpulan

Karsinoma sel renal

Tugas
1. Gambar atau buat foto mikroskopis, beri keterangan gambar yang telah dibuat!
2. Karsinoma sel renal tersebut di atas berasal dari sel?
3. Bedakan antara karsinoma sel renal dan transitional cell carcinoma?

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 38


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Mastitis Tuberkulosa

Tujuan Praktikum

Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa kasus mastitis tuberkulosa ditinjau dari ilmu
patologi anatomi

Petunjuk Praktikum

1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar


2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati
5. Mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan

Dasar Teori

Mastitis tuberkulosis adalah suatu kondisi yang ditandai secara patologi dengan keterlibatan

secara ekstensif lobulus mamma dengan granuloma epitheloid dengan berbagai derajat

kaseasi, yang terdiri dari Langhan’s giant cells, sel-sel epiteloid, infiltrasi sel mononuklear,

dengan fibrosis di sekelilingnya, dan dengan pembentukan mikro abses, yang disebabkan

oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Mastitis tuberkulosis terutama terjadi pada

wanita usia reproduktif (17-42 tahun), dengan usia rata-rata adalah 32 tahun.

Skenario

Seorang wanita usia 40 tahun dengan keluhan benjolan pada payudara kiri disertai rasa nyeri

dan kadang terasa panas sejak 3 bulan lalu.

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 39


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Gambar 21. Penderita mastitis tuberkulosa

Makroskopis

Sebuah jaringan ukuran 2x1x1 cm, warna putih kekuningan, kenyal. Pada lamelasi tampak

masa padat putih kekuningan.

Mikroskopis

Sediaan terdiri dari kelenjar mammae yang proliferatif dengan pembentukan tuberkel yang

multiple, tampak proliferasi sel-sel epitheloid, sebukan sel radang limfosit dan terdapat sel

datia langerhans. Juga tampak nekrosis perkijuan pada bagian tengah. Tidak tampak tanda-

tanda ganas.

Gambar 22. Mikroskopis penderita mastitis tuberkulosa. A. Granuloma epiteloid tanpa


nekrosis: yang memperlihatkan sekelompok sel-sel epiteloid dan 1 Langhans Giant Cells.
B. Granuloma epiteloid dengan nekrosis. C. Nekrosis tanpa granuloma epiteloid
Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 40
Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Kesimpulan

Mastitis tuberkulosa mammae

Tugas

1. Gambar atau buat foto mikroskopis dari preparat mastitis tuberkulosa dan beri
keterangan gambar yang telah dibuat!

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 41


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Fibroadenoma Mammae

Tujuan Praktikum

Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa kasus fibroadenoma mammae ditinjau dari
ilmu patologi anatomi

Petunjuk Praktikum

1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar


2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati
5. Mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan

Dasar Teori

Fibroadenoma Mammae (FAM) adalah suatu neoplasma jinak yang berbatas tegas,

padat, berkapsul yang biasanya timbul pada payudara remaja dan wanita berusia <30 tahun

dan sebagian besar (80%) bersifat tunggal. Biasanya bentuk neoplasma ini tampil sebagai

massa payudara yang bersifat mobile, kecil, solid, tidak nyeri, kenyal seperti karet dengan

batas tepi yang jelas dan berukuran 1-4cm. Diduga penyebabnya adalah kelebihan hormon

estrogen.

Benjolan dapat dipengaruhi oleh hormon dan dapat berfluktuasi dalam diameter yaitu ±

1 cm dibawah pengaruh estrogen pada saat menstruasi normal, kehamilan, laktasi atau

penggunaan kontrasepsi oral. Pertumbuhan dapat jelas terlihat selama kehamilan atau laktasi.

Terapi FAM dilakukan dengan cara biopsi eksisi dan jarang regresi involusional. Penampilan

makroskopik berbeda dari tumor payudara lainnya, pada FAM tepi benjolan tajam dan

permukaan potongannya putih keabu-abuan sampai merah muda dan homogen. Secara

histologi ada susunan lobus perikanalikuler yang mengandung stroma padat dan epitel

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 42


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

proliferatif. Varian FAM bisa memperlihatkan proliferasi epitel yang jelas dari kelenjar dan

epitel sekresi.

Skenario

Seorang wanita 26 tahun sejak 6 bulan yang lalu merasa ada benjolan di payudara kiri yang

mula-mula kecil sekarang sebesar kemiri, tidak nyeri bila ditekan dan masih mudah

digerakan dari dasarnya, kulit diatasnya rata dan tidak melekat. Dilakukan ekstirpasi untuk

pemeriksaan patologi atas dugaan tumor mammae.

Makroskopis

Jaringan ukuran 2,5x2x1 cm, sedikit berbonjol, konsistensi kenyal padat. Pada penampang

tampak massa homogen padat warna putih.

Gambar 23. Gross Fibroadenoma mammae

Mikroskopis

Sediaan massa tumor terdiri dari jaringan ikat fibrokolagen padat dengan diantaranya terdapat

proliferasi kelenjar mammae yang dilapisi epitel torak dan sebagian berdilatasi kistik.Tampak

sebagian stroma mengalami degenerasi myxomatous dan sebagian degenerasi hyaline.

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 43


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Gambar 24. Mikroskopis fibroadenoma mammae perbesaran 10x

Gambar 25. Mikroskopis fibroadenoma mammae perbesaran 40x

Kesimpulan

Fibroadenoma mammae

Tugas

1. Gambar atau buat foto mikroskopis dari preparat mastitis tuberkulosa dan beri
keterangan gambar yang telah dibuat!

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 44


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Tumor Phyloides

Tujuan Praktikum

Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa kasus tumor phyloides ditinjau dari ilmu
patologi anatomi

Petunjuk Praktikum

1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar


2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati
5. Mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan

Dasar Teori

Tumor phyllodes adalah neoplasma fibroepitelial yang jarang ditemukan dengan

insidensnya hanya sekitar 0,3-0,9% dari seluruh tumor payudara. Tumor ini dapat bersifat

jinak namun dapat juga bersifat ganas dengan frekuensi lesi maligna bervariasi antara 5-30%.

Tumor phyllodes dikemukakan pertama kali oleh Johannes Muller dengan nama

cystosarcoma phyllodes pada tahun 1838, untuk menunjukkan tumor yang makroskopik nya

tampak menyerupai daging dengan gambaran mirip daun pada potongan melintang. Tumor

phyloides juga disebut giant fibroadenoma, cellular intracanalicular fibroadenoma dan

beberapa nama lain. Penyebutan sarcoma dianggap kurang tepat, karena phyllodes tidak

selalu bersifat ganas. Saat ini penamaan yang dipakai adalah menurut WHO (1982) yaitu

tumor phyllodes.

Sebagian besar tumor phyloides berupa massa berbentuk bulat sampai oval,

multinodular tanpa kapsul yang jelas. Ukuran tumor bervariasi dari 1-40 cm. Sebagian besar

tumor berwarna abu-abu-putih dan menonjol dari jaringan payudara sekitar. Pada tumor

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 45


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

berukuran besar dapat terjadi nekrosis dengan perdarahan. Sebagian besar tumor tipe jinak

dapat menyerupai fibroadenoma. Celah-celah yang memanjang (leaf-like appearance) pada

penampang merupakan tanda yang khas dari tumor phyllodes, kadang-kadang tampak daerah

nekrotik, perdarahan, dan degenerasi kistik.

Tumor phyllodes memiliki gambaran histopatologi yang luas, dari gambaran

menyerupai fibroadenoma hingga bentuk sarcoma. Seperti fibroadenoma, gambaran

phyllodes berupa campuran stroma dan epitel. Ada beberapa kriteria kriteria histopatologi

yang berguna untuk memprediksi risiko menjadi ganas meliputi pertumbuhan stroma

berlebihan, nuclear pleiomorphism, kecepatan mitosis tinggi, dan mengalami infi ltrasi.

Penelitian lain juga menunjukkan tingkat nekrosis yang tinggi dan peningkatan vaskularisasi

pada tumor. Tumor dipastikan maligna jika komponen stroma didominasi sarkoma. Sekitar

10-40% tumor jenis ini memiliki risiko rekurensi lokal dan menyebar secara sistemik.

Skenario

Seorang wanita usia 40 tahun datang dengan keluhan benjolan pada payudara kiri sejak 6

bulan yang lalu.

Gambar 26. Penderita tumor phyloides

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 46


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Makroskopis

Sebuah jaringan berukuran 3x3x2 cm, warna putih kekuningan dan kenyal.

Gambar 27. Gross tumor phyloides

Mikroskopis

Massa tumor terdiri dari unsur stroma yang memadat, proliferatif. Sel tumor berbentuk

spindel dan terbentuk penonjolan-penonjolan yang dilapisi sel-sel epitel kuboid.

Gambar 28. Mikroskopis tumor phyloides

Kesimpulan

Tumor Phyloides

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 47


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Tugas

1. Gambar atau buat foto mikroskopis dari preparat mastitis tuberkulosa dan beri
keterangan gambar yang telah dibuat!

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 48


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Invasive Lobular Carcinoma Mammae

Tujuan Praktikum

Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa kasus invasive lobular carcinoma mammae
ditinjau dari ilmu patologi anatomi

Petunjuk Praktikum

1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar


2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati
5. Mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan

Dasar Teori

Invasive lobular carcinoma mammae/ karsinoma payudara lobular invasif adalah

keganasan payuadara yang terdiri dari sel-sel non kohesif yang secara individu tersebar atau

tersusun menjadi pola linier pada stroma fibous. Karsinoma payudara lobular invasif

cenderung lebih sering multifokal dan bilateral dibanding karsinoma duktal payudara invasif.

Keganasan ini merupakan 5-15% dari seluruh keganasan payudara. Keganasan ini

biasanya menyerang usia > 50 tahun dan 1-3 tahun lebih tua dibandingkan karsinoma

payudara duktal invasif.

Gejala klinis biasanya ditandai dengan massa, terutama bagian central dan sering

multisentrik serta bilateral. Secara makroskopis berupa massa dengan batas tidak tegas,

ireguler dan pola pertumbuhan difus serta infiltratif.

Secara mikroskopis berupa sel-sel ukuran kecil berkelompok tidak kohesif dan

biasanya tersebar dan dapat menginvasi jaringan sekitarnya dengan pola indian file atau

mengelilingi duktus membentuk pola largetoid. Pada beberapa kasus sulit dibedakan dari

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 49


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

karsinoma dukta dan tidak jarang karsinoma payudara memberikan kedua gambaran

karsinoma lobular serta karsinoma duktal.

Imunoprofile karsinoma payudara lobular invasif 70-95% estrogen reseptor positif dan

60-70% progesteron reseptor positif. Prognosis keganasan ini lebih baik dibandingkan

karsinoma payudara duktal invasif.

Skenario

Seorang wanita usia 50 tahun datang dengan keluhan benjolan pada payudara kanan sejak 3

bulan yang lalu, mula-mula sebesar kacang dan sekarang terasa sebesar biji rambutan.

Makroskopis

Dua buah jaringan masing-masing berukuran 2x1,5x1 cm dan 1x0,5x0,5 cm, berwarna putih

dan kenyal.

Gambar 29. Gross karsinoma payudara lobular invasif

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 50


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Mikroskopis

Dibawah epitel gepeng berlapis tampak jaringan ikat fibrokolagen yang telah diinfiltrasi oleh

massa tumor. Sel tumor terdiri dari sel-sel oval yang tumbuh hiperplastis, memadat,

membentuk struktur seperti lobulus. Tumor mengalami sentral nekrosis. Sel-sel tumor telah

menginfiltrasi jaringan ikat dan tampak gambaran “indian file” serta disekitarnya terdapat

serbukan sel radang limfosit.

Gambar 30. Mikroskopis karsinoma payudara lobular invasif (tampak sel-sel berbaris
membentuk struktur indian file.

Kesimpulan

Invasive lobular carcinoma mammae/karsinoma payudara lobular invasif

Tugas

1. Gambar atau buat foto mikroskopis dari preparat karsinoma payudara lobular invasif
dan beri keterangan gambar yang telah dibuat!

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 51


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Invasive Ductal Carcinoma Mammae

Tujuan Praktikum

Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa kasus invasive ductal carcinoma mammae
ditinjau dari ilmu patologi anatomi

Petunjuk Praktikum

1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar


2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati
5. Mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan

Dasar Teori

Invasive Ductal Carcinoma Mammae/karsinoma payudara duktal invasif adalah

keganasan payudara tersering dan mempunyai prognosis buruk. Keganasan ini berasal dari

epithel duktus terminal payudara dan diperkirakan merupakan 65-80% dari semua karsinoma

payudara.

Secara makroskopis, karsinoma payudara duktal invasif timbul sebagai nodus keras tak

teratur, ukuran 2-5 cm tapi kadang diameter biasanya kurang dari 10 cm dan bahkan dapat

lebih dari 10 cm. Massa tumor dengan batas tidak tegas, ireguler bahkan terdapat satelit

nodul. Massa tumor kadang terfiksir pada kulit atau bahkan dinding dada, bisa juga terdapat

borok. Pada palpasi keras atau lunak, sedang pada lamelasi akan terasa sensasi pasir.

Secara mikroskopis tumor ini terdiri atas sel-sel yang relatif besar, anaplastik tersusun

dalam sarang-sarang sel solid, bentuk pita, tubulus, lembaran yang bersatu dan berbagai

campuran dari beberapa pola tersebut.

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 52


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Skenario

Seorang wanita usia 35 tahun sejak 6 bulan yang lalu menderita benjolan pada payudara

kanan lateral atas. Mulai timbul sebesar biji kacang tanah yang sampai sekarang sebesar bola

pingpong, ada kalanya terasa nyeri. Pada pemeriksaan teraba massa tumor tidak berbatas

tegas, sulit digerakan dari dasarnya dan melekat dengan kulit di atasnya, konsistensi padat

keras. Atas dugaan cenderung suatu tumor ganas maka dilakukan simpel mastectomy.

Makroskopis

Sediaan jaringan mammae berkulit dan berputing, dilakukan lamelasi tampak massa tumor

ukuran 4x4x3 cm, warna homogen yang tidak berbatas tegas. Konsistensi kenyal padat dan

tidak ditemukan kelenjar getah bening.

Gambar 31. Gross karsinoma payudara ductal invasif

Mikroskopis

Sediaan massa tumor dari unsur epithel duktuli. Sel tumor berbentuk poligonal, inti

polimorfi, hiperkromis dan vesikuler, ditemukan mitosis. Sel tumor tumbuh memadat yang

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 53


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

sebagian masih menyusun kelenjar berukuran kecil dan sebagian berupa genjel yang

menginvasi stroma jaringan ikat sekitarnya.

Gambar 32. Mikroskopis karsinoma payudara ductal invasif (tampak sel-sel tumor
berkelompok, sebagian padat sebagian masih menyusun struktur kelenjar).

Kesimpulan

Invasive ductal carcinoma mammae/karsinoma payudara ductal invasif

Tugas

1. Gambar atau buat foto mikroskopis dari preparat karsinoma payudara ductal invasif
dan beri keterangan gambar yang telah dibuat!

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 54


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Leiomyoma Uteri

Tujuan Praktikum

Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa kasus Leiomyoma uteri ditinjau dari ilmu
patologi anatomi

Petunjuk Praktikum

1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar


2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati
5. Mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan

Dasar Teori

Leiomyoma uteri merupakan tumor jinak yang berasal dari pertumbuhan sel otot polos

dan jaringan penghubung di uterus. Secara histologis terdapat proliferasi monoklonal dari sel

otot polos. Leiomyoma uteri merupakan tumor jinak tersering pada wanita dan ditemukan

pada 30-50% wanita usia subur.

Secara makroskopis, Leiomioma dapat membesar hingga lebih dari 45kg. Setiap tumor

dibatasi oleh pseudokapsul dan mungkin membentuk satu atau multinoduler dan biasanya

berwarna lebih muda dibanding miometrium normal. Pada irisan tertentu, leiomioma

menunjukkan pola trabekulasi atau pusaran (whorled) otot polos dan jaringan ikat fibrosa

dengan perbandingan yang bervariasi.

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 55


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Secara mikroskopis, dijumpai miosit yang sudah matang dan berukuran seragam

dengan penampakan jinak yang khas. Sel otot polos tersusun dalam berkas-berkas dengan

jaringan fibrosa berselang seling yang berhubungan dengan perluasan atrofi dan degenerasi

yang sudah terjadi.

Skenario

Seorang wanita berusia 48 tahun, telah 2 tahun mengeluh ada benjolan di perut bagian bawah.

Makroskopis

Diterima sebuah uterus tanpa adnexa ukuran 17x10x8 cm. Permukaan berbonjol, pada irisan

penampang tampak massa tumor ukuran 6x4 cm, putih padat, memenuhi rongga uterus

berbatas tegas.

Gambar 33. Gross leiomyoma uteri

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 56


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Mikroskopis

Sediaan terdiri dari sel-sel fibrosit dan miosit yang tumbuh simpang siur dan membentuk

struktur kisaran. Inti sel dalam batas normal. Tampak daerah-daerah yang mengalami

degenerasi hyalin dan perdarahan.

Gambar 34. Mikroskopis leiomyoma uteri

Kesimpulan

Leiomyoma uteri

Tugas

1. Gambar atau buat foto mikroskopis dari preparat leiomyoma uteri dan beri keterangan
gambar yang telah dibuat!

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 57


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Karsinoma Sel Skuamosa Serviks

Tujuan Praktikum

Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa kasus karsinoma sel skuamosa serviks
ditinjau dari ilmu patologi anatomi

Petunjuk Praktikum

1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar


2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati
5. Mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan

Dasar Teori

Karsinoma servik merupakan kanker tersering di dunia dan pertama di Indonesia

dengan gambaran histologi tersering adalah karsinoma sel skuamosa serviks. Karsinoma sel

squamosa invasif mencakup 80% keganasan serviks.

Karsinoma sel skuamosa serviks merupakan perubahan patologik yang terjadi di daerah

sambungan skuamo-kolumner. Sel-sel epitel mengalami mutasi dan kemudian berkembang

menjadi karsinoma invasif. Sel kanker cenderung berbentuk oval atau poligonal dengan batas

yang jelas, sitoplasma eosinofilik, inti sel pleimorfik dengan kromatin bergranuler dan sering

terlihat gambaran mitosis.

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 58


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Berdasarkan gambaran histopatologi nya, karsinoma sel skuamosa serviks dapat

digolongkan menjadi 3 bentuk, yaitu karsinoma sel skuamosa berkeratin, karsinoma sel

skuamosa tidak berkeratin dan karsinoma sel skuamosa verukosa.

Skenario

Seorang wanita berumur 45 tahun dengan keluhan keputihan (leukorrhoe) yang tidak sembuh

dengan pengobatan antibiotik. Perdarahan pada jalan lahir bila melakukan coitus. Pada

pemeriksaan ginekologi ternyata portio membesar dan terdapat pertumbuhan yang mudah

berdarah. Dilakukan biopsi insisi multiple.

Makroskopis

Sebuah jaringan uterus yang kenyal dan rapuh, berwarna putih keabua-abuan.

Gambar 35. Gross karsinoma sel skuamosa

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 59


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Mikroskopis

Keping-keping kecil jaringan bagian dari massa tumor tersusun dari sel-sel epithel berbentuk

oval panjang. Sel-sel tumor tidak berkeratin. Inti sel pleomorf, ovoid sampai fusiform,

vesikuler, mitosis ditemukan.

Gambar 36. Mikroskopis karsinoma sel skuamosa serviks tidak berkeratin

Kesimpulan

Karsinoma sel skuamosa serviks tidak berkeratin

Tugas

1. Gambar atau buat foto mikroskopis dari preparat leiomyoma uteri dan beri keterangan
gambar yang telah dibuat!

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 60


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Dysgerminoma

Tujuan Praktikum

Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa kasus dysgerminoma ditinjau dari ilmu
patologi anatomi

Petunjuk Praktikum

1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar


2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati
5. Mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan

Dasar Teori

Dysgerminoma merupakan salah satu jenis tumor sel germinal ovarium yang paling

sering terjadi. Dysgerminoma mencakup < 1% dari semua tumor ovarium dan setengah dari

tumor sel germinal malignan. Tumor ini memiliki kesamaan dengan seminoma testicular dan

tersusun oleh proliferasi sel germinal primitif yang dihubungkan oleh septa jaringan ikat yang

merupakan variasi lekosit dan makrofag. Tumor ini dapat terjadi pada anak-anak, namun

sebagian besar kasus terjadi pada dekade kedua dan ketiga kehidupan.

Secara makroskopis, jaringan tumor biasanya solid, nodular, ukuran bervariasi dari

kecil sampai besar sekali dan berwarna keabu-abuan sampai pink menyerupai warna korteks

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 61


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

serebral. Perdarahan dan nekrosis sering ditemukan tetapi kurang menonjol ketimbang tumor

ganas lainnya.

Gambaran mikroskopis dysgerminoma sama dengan seminoma testikular, sarang-sarang

yang terdiri dari sel-sel yang besar, uniform, polihedral (poligonal) dengan inti besar, bulat

sampai oval, vesikuler, terletak di tengah, dengan anak inti yang menonjol dan sitoplasma yang

eosinofilik sampai jernih. Juga dijumpai infiltrasi sel-sel radang kronik, sebagian besar terdiri dari

sel T limfosit dan makrofag. Kadang dapat dijumpai mitosis, dan pada beberapa tumor tampak

anisokaryosis.

Skenario

Seorang anak wanita berumur 10 tahun mengeluh adanya benjolan di perut bagian bawah.

Mula-mula sebesar bola tenis sekarang sebesar kepala bayi. Saat ini anak tersebut mengeluh

perdarahan pervagina. Keadaan umum badan makin lama makin kurus. Pada pemeriksaan

dalam terdapat portio uteri kecil dan lancip, korpus uteri kecil melekat pada tumor di bagian

bawah. Kemudian dilakukan salfingoovarectomy atas dugaan tumor ovarium.

Makroskopis

Tumor dengan ukuran 7,5x7x2 cm, permukaan sedikit berbonjol.

Gambar 37. Gross karsinoma sel skuamosa

Mikroskopis

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 62


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Sediaan terdiri dari genjel-genjel tumor yang dibatasi oleh septa jaringan ikat fibrokolagen.

Sel tumor berukuran besar-besar dan bulat dengan sitoplasma pucat. Inti pleomorph,

hiperkromatis dan ditemukan mitosis. Selain itu terdapat sebukan sel radang limfosit dan

histiosit.

Gambar 38. Mikroskopis dysgerminoma

Kesimpulan

Dysgerminoma

Tugas

1. Gambar atau buat foto mikroskopis dari preparat leiomyoma uteri dan beri keterangan
gambar yang telah dibuat!

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 63


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Benign Cyctic Teratoma Ovarii

Tujuan Praktikum

Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa kasus benign cyctic teratoma ovarii ditinjau
dari ilmu patologi anatomi

Petunjuk Praktikum

1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar


2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati
5. Mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan

Dasar Teori

Benign cyctic teratoma ovarii adalah salah satu tumor sel germinal ovarium dan

merupakan bagian terbesar (90%) dari jenis sel germinal ovarium. Hampir semua tumor ini

ditandai dengan diferensiasi ektodermal sel germinal totipoten. Biasanya terjadi pembentukan

sebuah kista yang dilapisi oleh epidermis yang disebut kista dermoid. Sekitar 90% tumor ini

bersifat unilateral, dan lebih sering di bagian kanan.

Benign cyctic teratoma ovarii terkadang tampak sebagai massa ovarium dan sering

dijumpai adanya kalsifikasi yang ditandai dengan adanya gigi. Pada pemotongan kista, sering

dijumpai sekresi sebasea dan rambut, terkadang juga tampak tulang rawan, lapisan epithel

bronkus atau saluran cerna dan berbagai sel turunan lainnya.

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 64


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Skenario

Seorang wanita berusia 18 tahun sejak 2 tahun lalu ada pembesaran pada perut bagian bawah

dan haid tidak teratur. Wanita tersebut berobat ke dokter dan pada pemeriksaan teraba massa

tumor sebesar tinju orang dewasa pada perut kiri bawah. Pasien kemudian dilakukan

laparatomi, massa tumor dari ovarium kiri diangkat untuk pemeriksaan PA.

Makroskopis

Massa tumor ukuran 10x8x8 cm, berwarna putih, permukaan licin, konsistensi sebagian

kenyal padat dan sebagian kistik. Pada irisan penampang berongga satu berisi massa

kekuningan berongga-berongga kecil, terdapat pula bagian yang keras dari tulang rawan.

Gambar 39. Gross benign cyctic teratoma ovarii

Mikroskopis

Sediaan ovarium berbentuk kista terdiri dari dinding jaringan ikat yang edematous. Rongga

kista dilapisi komponen ektodermal terdiri dari epithel gepeng berlapis yang mengalami

keratinisasi. Di bawah epithel tampak kelenjar sebasea dan sudorifera serta beberapa folikel

rambut. Di samping itu terdapat komponen mesodermal terdiri dari jaringan lemak, serabut

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 65


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

otot lurik dan jaringan tulang rawan muda. Pada persediaan ini tidak tampak komponen

neuroektodermal maupun endodermal.

Gambar 40. Mikroskopis benign cyctic teratoma ovarii

Kesimpulan

Benign cyctic teratoma ovarii

Tugas

1. Gambar atau buat foto mikroskopis dari preparat leiomyoma uteri dan beri keterangan
gambar yang telah dibuat!

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 66


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Cystadenoma Ovarii Serosum Papilliferum

Tujuan Praktikum

Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa kasus Cystadenoma Ovarii Serosum


Papilliferum ditinjau dari ilmu patologi anatomi

Petunjuk Praktikum

1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar


2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati
5. Mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan

Dasar Teori

Kista ini berasal dari sel epitel permukaan ovarium (epitel germinativum). Di

Indonesia, frekuensi kista ini berkisar antara 19,7-20,3%. Pada umumnya kista jenis ini dapat

membesar namun tidak sebesar kista musinosum.

Bentuk kista umumnya unilokular, tapi jika multilokular perlu dicurigai adanya

keganasan. Permukaan tumor biasanya licin, akan tetapi dapat pula berlobus-lobus karena

kista serosum pun dapat berbentuk multilokuler, meskipun lazimnya berongga satu. Warna

kista putih keabu-abuan. Ciri khas kista ini adalah potensi pertumbuhan papiler ke dalam

rongga kista sebesar 50%, dan keluar pada permukaan kista sebesar 5%. Isi kista cair, kuning,

dan kadang-kadang coklat karena bercampur dengan darah. Tidak jarang kistanya sendiri

kecil, tetapi permukaannya penuh dengan pertumbuhan papiler (solid papilloma).

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 67


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Pada pemeriksaan mikroskopik terdapat dinding kista yang dilapisi oleh epitel kubik

atau epitel torak yang rendah, dengan sitoplasma eosinofil dan inti sel yang besar dan gelap

warnanya. Karena tumor ini barasal dari epitel permukaan ovarium (germinal ephithelium),

maka bentuk epitel pada papil dapat beraneka ragam tetapi sebagian besar epitelnya terdiri

atas epitel bulu getar seperti epithel tuba. Pada jaringan papiler dapat ditemukan pengendapan

kalsium dalam stromanya yang dinamakan psamoma. Adanya psamoma biasanya

menunjukkan bahwa kista adalah kistadenoma ovarii serosum papilliferum, tetapi tidak

menunjukan keganasan.

Skenario

Seorang wanita berusia 30 tahun dengan keluhan perasaan tidak enak pada perut bawah kiri.

Pemeriksaan ginekologi menunjukan adanya massa tumor ovarium dan dilakukan kistektomi

kiri. Selanjutnya bahan dibawa ke laboratorium untuk pemeriksaan PA.

Makroskopis

Kista ovarium sebesar kepala bayi. Pada penampang tampak berongga satu dengan dinding

bagian lumen memperlihatkan pertumbuhan seperti kembang kol bersifat setempat.

Permukaan luar kista rata, dengan ketebalan dinding kista sekitar 0,2 sampai 0,3 cm.

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 68


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Gambar 41. Gross Cystadenoma Ovarii Serosum Papilliferum

Mikroskopis

Dinding kista terdiri dari jaringan ikat fibrokolagen dengan bagian lumen dilapisi sel-sel

epitel torak yang tumbuh papilifer dengan stroma jaringan ikat di bawah epitel. Inti sel bulat

agak lonjong uniform.

Gambar 42. Mikroskopis Cystadenoma Ovarii Serosum Papilliferum

Kesimpulan

Cystadenoma Ovarii Serosum Papilliferum

Tugas

1. Gambar atau buat foto mikroskopis dari preparat leiomyoma uteri dan beri keterangan
gambar yang telah dibuat!

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 69


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Cystadenoma Ovarii Mucinosum Non Papilliferum

Tujuan Praktikum

Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa kasus Cystadenoma Ovarii Mucinosum Non
Papilliferum ditinjau dari ilmu patologi anatomi

Petunjuk Praktikum

1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar


2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati
5. Mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan

Dasar Teori

Cystadenoma ovarii mucinosum non papilliferum merupakan tumor ovarium yang

terbanyak ditemukan bersama dengan cystadenoma ovarii serosum. Kedua tumor ini

diperkirakan merupakan 60% dari seluruh tumor ovarium. Di Indonesia, frekuensi tumor ini

berkisar antara 27-37,2% dan paling banyak ditemukan pada wanita yang berusia 20-50

tahun. Asal tumor ini belum dapat diketahui dengan pasti, namun ada yang berpendapat

bahwa tumor ini berasal dari lapisan germinativum.

Tumor biasanya berbentuk multilokuler dengan permukaan yang berlobus-lobus.

Tumor dapat mencapai ukuran yang amat besar sehingga tidak lagi dapat ditemukan jaringan

ovarium yang normal. Tumor biasanya unilateral, akan tetapi dapat juga ditemui yang

bilateral. Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabu-abuan terutama bila terjadi

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 70


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

perdarahan atau perubahan degeneratif di dalam kista. Bagian dalam kista mengandung

cairan lendir yang khas, kental seperti gelatin, melekat dan berwarna kuning sampai coklat,

tergantung dari percampurannya dengan darah.

Pada pemeriksaan mikroskopik tampak dinding kista dilapisi oleh epitel torak tinggi

dengan inti pada dasar sel, terdapat di antaranya sel-sel yang membundar karena terisi lendir

(goblet cells). Sel-sel epitel yang terdapat dalam satu lapisan mempunyai potensi untuk

tumbuh seperti struktur kelenjar yang menyebabkan kista menjadi multilokuler.

Skenario

Seorang wanita berumur 25 tahun merasa ada benjolan di perut sejak 7 tahun sebelum masuk

rumah sakit. Benjolan makin lama makin membesar dan kadang-kadang terasa nyeri.

Makroskopis

Ditemukan sebuah kista yang sudah terbelah, unilokular berukuran 11x7 cm dengan tebal

dinding 0,2 cm. Permukaan dalam licin dan tampak massa seperti agar.

Gambar 43. Gross Cystadenoma Ovarii Mucinosum Non Papilliferum

Mikroskopis

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 71


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Sediaan dinding kista terdiri dari jaringan ikat fibrokolagen padat dengan sebukan ringan sel

radang limfosit dan perdarahan. Pada bagian dalam dilapisi epitel torak dan sel goblet dengan

inti di basal.

Gambar 44. Mikroskopis Cystadenoma Ovarii Mucinosum Non Papilliferum

Kesimpulan

Cystadenoma Ovarii Mucinosum Non Papilliferum

Tugas

1. Gambar atau buat foto mikroskopis dari preparat leiomyoma uteri dan beri keterangan
gambar yang telah dibuat!

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 72


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Cystadenocarcinoma Ovarii Serosum Papilliferum

Tujuan Praktikum

Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa kasus Cystadenocarcinoma Ovarii Serosum


Papilliferum ditinjau dari ilmu patologi anatomi

Petunjuk Praktikum

1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar


2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati
5. Mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan

Dasar Teori

Cystadenocarcinoma Ovarii Serosum Papilliferum merupakan bentuk ganas dari

Cystadenoma Ovarii Serosum Papilliferum dan merupakan bentuk paling umum dari kanker

ovarium ganas pada wanita berusia diatas 20 tahun. Seperti tumor ovarium yang lain, tumor

ini dapat membesar dan menyebar seringkali disepanjang peritoneum.

Secara makroskopis, hampir tidak mungkin dibedakan antara Cystadenocarcinoma

Ovarii Serosum Papilliferum dengan Cystadenoma Ovarii Serosum Papilliferum. Bentuk

kista biasanya multilokular dengan permukaan yang licin. Kista biasanya solid dan dapat

ditemukan adanya perdarahan dan nekrosis.

Secara mikroskopis, akan ditemukan adanya pertumbuhan papilifer dan percabangan

daun papiler, kompleksitas kelenjar, inti sel ditandai dengan adanya pleomorfisme sedang

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 73


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

sampai atypia, nukleolus menonjol, proliferasi dan stratifikasi epithel serta anaplasia dan

mitosis pada sel-sel kista. Psammoma bodies bervariasi. Stroma mungkin berserat,

edematous, myxoid atau desmoplastic.

Skenario

Seorang wanita berusia 45 tahun mempunyai keluhan perut yang agak membesar disertai

adanya massa keras dan sedikit sakit pada penekanan daerah perut sebelah kiri. Pada

penderita dilakukan salvingoovarektomi sinistra. Kemudian jaringan dikirim ke laboratorium

untuk dilakukan pemeriksaan PA.

Makroskopis

Ovarium sebesar jeruk sunkist dengan permukaan licin. Pada lamelasi tampak penampang

sebagian berongga dengan pertumbuhan papiler ke dalam lumen, lumen berisi cairan yang

serous kemerahan. Sebagian massa dalam lumen tampak padat.

Gambar 45. Gross Cystadenocarcinoma Ovarii Serosum Papilliferum

Mikroskopis

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 74


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Dinding rongga tampak dilapisi epitel torak yang lebih dari satu lapis, inti hiperkromatis

disertai mitosis. Tampak epithel massa tumor ini membentuk papil-papil dan tumbuh

proliferatif ke dalam lumen, pada bagian lain tampak pertumbuhan anaplastik yang padat.

Gambar 46. Mikroskopis Cystadenocarcinoma Ovarii Serosum Papilliferum

Kesimpulan

Cystadenocarcinoma Ovarii Serosum Papilliferum

Tugas

1. Gambar atau buat foto mikroskopis dari preparat leiomyoma uteri dan beri keterangan
gambar yang telah dibuat!

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 75


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Cystadenocarcinoma Ovarii Mucinosum

Tujuan Praktikum

Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa kasus Cystadenocarcinoma Ovarii


Mucinosum ditinjau dari ilmu patologi anatomi

Petunjuk Praktikum

1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar


2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario
3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai skenario.
4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati
5. Mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan

Dasar Teori

Cystadenocarcinoma Ovarii Mucinosum merupakan bentuk keganasan dari

Cystadenoma Ovarii Mucinosum. Sekitar 77% dari Cystadenocarcinoma Ovarii Mucinosum

adalah metastasis dan hanya 23% yang merupakan tumor ovarium primer.

Secara makroskopis, tumor primer biasanya unilateral dengan ukuran lebih dari 10 cm.

Tumor memiliki dinding yang halus, berkista dan daerah padat tumor merata diseluruh

ovarium tanpa nodularitas yang berlainan.

Secara mikroskopis, dinding kista tampak terdiri dari jaringan ikat fibrokolagen yang

dilapisi dengan inti yang polimorfi, hiperkromatis serta ditemukan adanya mitosis dan sel

goblet.

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 76


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Skenario

Seorang wanita berumur 43 tahun mengeluh perut membesar disertai benjolan pada perut

sebelah kiri. Pada pemeriksaan fisik terdapat acites. Haid menjadi tidak teratur sejak beberapa

bulan. Dilakukan salfingoovarektomi sinistra.

Makroskopis

Didapatkan jaringan ovarium sebesar kepala bayi dengan permukaan yang licin. Pada

pemotongan tampak penampang sebagian berongga-rongga dengan lumen berisi mucin dan

sebagian solid kemerahan.

Gambar 47. Gross Cystadenocarcinoma Ovarii Mucinosum

Mikroskopis

Tampak dinding kista terdiri dari jaringan ikat fibrokolagen dengan rongga dilapisi epithel

torak beberapa lapis dengan inti yang polimorfi, hiperkromatis, mitosis ditemukan.

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 77


Buku Praktikum Patologi Anatomi Blok GU 2014

Diantaranya tampak sel goblet. Dalam lumen tampak massa mucin amorf kemerahan. Massa

tumor telah menginvasi jaringan ikat fibrokolagen dibawahnya.

Gambar 48. Mikroskopis Cystadenoma Ovarii Mucinosum

Kesimpulan

Cystadenocarcinoma Ovarii Mucinosum

Tugas

1. Gambar atau buat foto mikroskopis dari preparat leiomyoma uteri dan beri keterangan
gambar yang telah dibuat!

Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 78

Anda mungkin juga menyukai