Anda di halaman 1dari 4

BENJOLAN DI INGUINAL

Pria 70 tahun sejak 3 bulan merasakan adanya benjolan pada region inguinal kanan dan kiri. Pasien juga
terdapat keluhan lain yaitu susah berkemih, kencing tidak puas dan lancar sejak 1 tahun terakhir yang
makin lama makin memberat. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan adanya benjolan berukuran diameter 3
cm berdungkul, batas tidak tegas, immobile, padat, nyeri (-) pada regio inguinal kanan dan benjolan
berukuran diameter 1,5 cm, batas tidak tegas, immobile, padat, nyeri (-) pada regio inguinal kiri. Pada
pemeriksaan rectal toucher didapatkan adanya pembesaran prostat asimetris, berdungkul, batas tidak
tegas. Dokter menyarankan untuk melakukan serangkaian pemeriksaan radiologis, tumor marker, Fine
needle aspiration biopsy (FNAB) pada benjolan inguinal dan biopsi prostat untuk menegakkan diagnosis.
Penderita diberi edukasi tentang nutrisi, dan kemungkinan terapinya.
STEP I : Terminologi
1. Tumor marker :
Tumor marker adalah zat yang diproduksi oleh sel kanker yang dapat ditemukan di dalam tubuh
sebagai penanda adanya tumor atau kanker. Zat ini bisa ditemukan di dalam darah, urine, tinja
dan jaringan tubuh lain. Pemeriksaan tumor marker umumnya dilakukan sebagai bagian dari
pemeriksaan untuk skrining kanker

2. Fine needle aspiration biopsy (FNAB) :


metode atau tindakan pengambilan sebagian jaringan tubuh manusia dengan alat aspirator berupa
jarum suntik untuk membantu diagnosis berbagai penyakit tumor. Tindakan biopsi aspirasi ini
ditujukan pada tumor yang letaknya superfisial misalnya tumor kelenjar getah bening, tiroid,
kelenjar liur, payudara, dll. FNAB merupakan metode yang mudah dilakukan serta noninvasif
dan tidak menimbulkan rasa sakit sehingga tidak memerlukan anestesi.

3. pemeriksaan Rectal Toucher :


Colok Dubur adalah pemeriksaan dengan memasukkan jari telunjuk yang sudah diberi pelicin ke
dalam lubang dubur. Pemeriksaan ini untuk dapat menemukan kelainan pada perineum, anus,
rektum, prostat, dan kandung kemih. Rectal toucher tidak terpisahkan dari pemeriksaan fisik
abdomen. Rectal toucher biasanya diindikasikan pada pasien perdarahan saluran cerna,
Hemorrhoid, CA Recti, Peritonitis, dan CA prostat.

4. Berdungkul :
atau Eksofitik, permukaan menonjol yang bersifat tidak rata/kasar

5. Biopsi :
prosedur pengambilan sebagian kecil jaringan dari tubuh pasien untuk diperiksa menggunakan
mikroskop. Melalui biopsi, dokter dapat mengetahui apakah seseorang mengalami kanker atau
tidak, dan apakah suatu benjolan merupakan tumor ganas (kanker) atau tumor jinak. Biopsi
merupakan pengambilan sebagian kecil jaringan yang masih hidup untuk pemeriksaan
mikroskopik dalam rangka menegakkan diagnosis secara histopatologis. Biopsi dapat dilakukan
dengan berbagai cara, tergantung jenis dan lokasi dari massa. Beberapa jenis Biopsi, antara lain
Biopsi jarum, kerokan epitel, biopsi endoskopik, biopsi eksisi dan insisi. Jika FNAB tidak
membutuhkan anestesi, surgical biopsy membutuhkan anestesi karena menimbulkan rasa sakit.
Selain itu, surgical biopsy juga dapat meninggalkan bekas luka dan jaringan parut.
6. Immobile :
Tidak bisa bergerak/terlokalisir di suatu area

STEP II : Rumusan Belajar


1. Bagaimana korelasi antara munculnya benjolan di inguinal dengan gangguan berkemih yang
dialami pasien pada skenario?
2. Mengapa dokter memberi edukasi mengenai nutrisi? Apakah ada hubungan penyebab adanya
benjolan dengan nutrisi?
3. Apakah usia berpengaruh pada kasus tersebut?
4. Apa kemungkinan terapi yang di berikan untuk pasien?
5. Mengapa diperlukan pemeriksaan tumor marker pada skenario?
6. Apa kemungkinan hasil dari pemeriksaan radiologi?
7. Apa kemungkinan diagnosis dari skenario tersebut?
8. Apa saja faktor yang dapat menyebabkan timbulnya benjolan pada skenario?

STEP III : Brainstorming


1. Jadi pada skenario disebutkan terdapat benjolan pada daerah inguinal dengan keluhan lain yakni
susah berkemih, kencing tidak puas dan lancar. Sehingga kemungkinan benjolan pada daerah
inguinal tersebut merupakan metastasis tumor dari daerah lain, seperti pada prostat. Ketika ada
tumor pada prostat maka akan menyebabkan uretra tertekan dan lubangnya menyempit, dan dapat
terjadi sumbatan langsung terhadap uretra sehingga menyebabkan susah berkemih pada pasien.
Selain itu adanya sumbatan ini menyebabkan m. detrussor pada vesica urinaria gagal berkontraksi
cukup kuat dan lama sehingga kontraksi yang dihasilkan terputus-putus, dalam hal ini
menyebabkan pengosongan vesica urinaria tidak maksimal yang membuat pasien merasa kencing
tidak puas. Tumor yang terdapat pada prostat ini kemungkinan merupakan tumor yang ganas
karena tumor ganas dapat bermetastasis serta berdasarkan ciri-ciri dari benjolan (batas tidak tegas
dan immobile) merupakan ciri-ciri dari tumor ganas. Sedangkan tumor jinak tidak dapat
bermetastasis. Metastasis dari prostat ke daerah inguinal ini dapat terjadi melalui melaluii
pembuluh limfe, karena aliran limfe dari prostat adalah ke nnll. inguinal.

2. Pada skenario tersebut, dokter memberikan edukasi pada pasien berupa pemberian nutrisi.
Korelasinya, yaitu pemberian nutrisi sangat dibutuhkan untuk membantu pertumbuhan sel,
perbaikan sel, dan menjaga homeostasis tubuh apabila terjadi gejala-gejala yang dapat
menyebabkan hilangnya sebagian besar nutrisi di dalam tubuh (misalnya diare dan muntah).
Kebutuhan nutrisi di dalam tubuh yang tercukupi juga menyediakan energi untuk tubuh
melakukan metabolisme dimana apabila terjadi gangguan metabolisme maka proses-proses
penyembuhan juga akan terhambat. Malnutrisi dapat menyebabkan lambatnya proses
penyembuhan sehingga dalam pemberian treatment pada pasien juga dibutuhkan nutrisi yang
cukup untuk membantu proses penyembuhannya. Selain itu, treatment yang diberikan dalam
proses penyembuhan (terkait dengan kemungkinan diagnosis yang telah disampaikan yaitu
kanker) juga menimbulkan efek kematian sel juga pada sel-sel yang sehat pada kemoterapi
misalnya, menurunnya berat badan secara drastic, terjadinya inflamasi misalnya pada operasi,
dimana hal-hal tersebut sangat membutuhkan nutrisi untuk membantu proses recovery.
3. Usia berpengaruh pada kasus ini, Terjadi peningkatan Insidensi pada kasus ini pada usia lebih
dari 50 tahun. Umumnya kasus ini terjadi pada laki - laki yang berusia diatas 60 tahun. Selain
usia, Ras, Riwayat keluarga serta mutasi juga merupakan faktor risiko dalam penyakit
ini.Umumnya kerusakan materi genetik pada sel kelenjar prostat lebih cenderung akan dialami
oleh pria di atas 55 tahun. Pertumbuhan kelenjar prostat berlanjut sepanjang hidup laki-laki.
Prevalensi diagnosis pembesaran prostat berdasarkan histopatologi meningkat dari 8 % pada laki-
laki usia 31-40 tahun menjadi 40-50% pada usia 51-60 tahun, dan lebih dari 80% pada usia di
atas 80 tahun.

4. 1) Operasi prostat
Operasi prostat dilakukan dengan cara mengangkat sebagian atau seluruh kelenjar prostat, serta
beberapa jaringan dan kelenjar getah bening di sekitarnya yang telah terkena sel kanker.
2) Radioterapi atau terapi radiasi
Radioterapi dilakukan setelah operasi, untuk membunuh sel kanker yang tersisa.
3) Terapi hormon
Terapi hormon dapat dilakukan sebelum atau setelah radioterapi. Terapi hormon yang dilakukan
sebelum radioterapi bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan proses pengobatan, sedangkan
terapi hormon yang diberikan setelah radioterapi bertujuan untuk mengurangi risiko kembalinya
sel kanker
4) Kemoterapi
Dalam kemoterapi, digunakan obat-obatan untuk menghilangkan sel kanker yang bersifat agresif.

5. Tumor Marker adalah zat yang dihasilkan oleh sel kanker atau sel-sel tubuh normal dalam
merespon adanya kanker atau kondisi tertentu. Kadar tumor marker akan didapatkan meningkat
pada kondisi kanker. Tumor Marker digunakan untuk membantu mendeteksi, mendiagnosa, dan
memilih terapi-monitoring kanker yang tepat. Pengukuran tumor marker biasanya
dikombinasikan dengan tes lain.
Pada kasus ini yang berkaitan dengan prostat, tumor marker biasa digunakan adalah PSA
(Prostate-Specific Antigen). PSA adalah glikoprotein yang diproduksi oleh sel epitel kelenjar
prostat, bersifat organ spesifik (hanya diekspresikan di prostat). Apabila ditemukan kadar PSA
serum meningkat, menunjukkan adanya kanker prostat atau gangguan prostat lain.

6. Ultrasonografi (USG):
Pemeriksaan USG merupakan metode pilihan. USG dapat dilakukan secara transabdominal atau
transrektal. Sehingga pada skenario kemungkinan didapatkan ukuran volume prostat yg
membesar dan adanya urin residual pada kandung kemih

CT Scan:
CT scan pelvis dapat membantu evaluasi ukuran prostat. Kemungkinan pada pasien terjadi
pembesaran, diameter prostat pada potongan transversal umumnya berukuran >5 cm

Pielogram Intravena/Intravenous Pyelography (IVP):


Pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan pada benign prostatic hyperplasia dan hanya dilakukan bila
ada indikasi tertentu. Akan terlihat adanya indentasi pada bagian dasar buli, elevasi trigonum
buli, atau huruf “J” pada ureter distal (gambaran mata pancing) saat buli terisi. Pada saat buli
kosong, akan terlihat sisa urin akibat obstruksi.
7. Diagnosis yang mungkin terjadi pada pasien berdasarkan keluhan dan pemeriksaan fisik dari
pasien adalah kanker prostat.

8. Kadar hormone yang tinggi , kista/fibroadenoma, pola hidup, sosial ekonomi, usia, dan genetik
STEP IV : Peta Konsep

STEP V : Sasaran Belajar


a) Menjelaskan Patogenesis terjadinya kanker secara umum
b) Menjelaskan Penanganan sampel darah (tumor marker), FNAB dan jaringan tumor dari penderita ini
supaya dapat diperiksa di laboratorium (PK, PA)
c) Pemeriksaan radiologi pada kasus tumor prostat
d) Prinsip pengobatan pada neoplasma dan beberapa contoh obatnya
e) Aspek radioterapi pada kanker prostat
f) Manfaat nutrisi dan rehabilitasi sebagai pendamping pengobatan kanker
g) Pencegahan kanker prostat

Anda mungkin juga menyukai