Nilasari Wulandari
102011367
e-mail: nilasariwulandari@ymail.com
Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta
Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
Pendahuluan
menyumbat uretra past prostatika dan menyebabkan hamabatan aliran urin keluar dari buli-buli. 1
Pembesaran Prostat Jinak (BPH) merupakan penyakit yang biasa terjadi pada laki-laki usia
lanjut, data prevalensi tentang Hiperplasia prostat benigna ini dapat dialami oleh sekitar 70% pria
di atas usia 60 tahun. Angka ini akan meningkat hingga 90% pada pria berusia di atas 80 tahun.
Meskipun jarang mengancam jiwa, pembesaran kelenjar prostat atau benign prostate
enlargement (BPE) yang menyebabkan terjadinya obstruksi pada leher buli-buli dan uretra atau
dikenal sebagai bladder outlet obstruction (BOO). Obstruksi ini lama kelamaan dapat
menimbulkan perubahan struk-tur buli-buli maupun ginjal sehingga menyebabkan komplikasi
pada saluran kemih atas maupun bawah.2
Pengertian
Pembesaran Prostat Jinak (BPH, Benign Prostatic Hyperplasia) adalah pertumbuhan jinak
pada kelenjar prostat, yang menyebabkan prostat membesar. Pembesaran prostat sering terjadi
pada pria di atas 50 tahun.
Prostat adalah kelenjar sebesar buah kenari yang letaknya tepat di bawah kandung kemih
dan hanya ada pada kaum pria. Prostat adalah penghasil sebagian besar cairan di dalam air mani
(semen) yang menjaga sperma agar tetap hidup. Kelenjar prostat mulai berkembang sebelum
bayi lahir dan akan terus berkembang hingga mencapai usia dewasa. Perkembangan prostat
dipengaruhi oleh hormon seks pria, yaitu androgen. Hormon androgen yang utama adalah
testosteron. Seiring dengan meningkatnya usia, testosteron akan menyebabkan prostat secara
perlahan membesar. Prostat yang membesar tersebut dapat menghambat aliran air seni melewati
uretra (pembuluh yang membawa air seni dari kandung kemih), sehingga mempersulit atau
memperlambat keluarnya air seni sewaktu buang air kecil. Kondisi ini disebut pembesaran
prostat jinak (Benign Prostatic Hyperplasia/BPH), namun pembesaran prostat jinak bukanlah
kanker. Disebut sebagai kanker prostat jika sel-sel kelenjar prostat berkembang secara abnormal
tidak terkendali sehingga mendesak dan merusak jaringan di sekitarnya.
(Nokturia, poliuri)?
Adakah rasa nyeri waktu berkemih (dysuria)?
Apakah ada rasa tidak puas dan urin menetes?
Adakah nyeri suprapubik?
Apakah urin berwarna merah (hematuria)?
Bagaimana pancaran urin? lemah (loss offorce), terputus-putus
(intermitency),
9. Adakah rasa ingin berkemih lagi sesudah berkemih (double voiding) ?
10. Adakah sulit menahan kencing (urgency)?
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan umum dan tanda vital: pemeriksaan tekanan darah, nadi dan suhu. Nadi
dapat meningkat pada keadaan kesakitan pada retensi urin akut, dehidrasi sampai syok pada
retensi urin serta urosepsis sampai syok - septik.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah pemeriksaan colok dubur (rectal toucher).
Pemeriksaan colok dubur dapat memberi kesan keadaan tonus sfingter anus, mukosa rektum,
kelainan lain seperti benjolan di dalam rektum dan prostat. Pada perabaan melalui colok dubur
harus diperhatikan konsistensi prostat, adakah asimetri, adakah nodul pada prostat, apakah batas
atas dapat diraba. Colok dubur pada BPJ menunjukan konsistensi kenyal seperti meraba ujung
hidung, lobus kanan dan kiri simetris dan tidak didapatkan nodul. Pada karsinoma prostat, prostat
teraba keras atau teraba benjolan yang konsistensinya lebih keras dari sekitarnya dan diantara
lobus prostat tidak simetris. Dengan colok dubur dapat pula teraba batu prostat apabila teraba
krepitasi.1
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a) Pemeriksaan urin dan kultur: Pemeriksaan sedimen untuk mencari kemungkinan
adanya proses infeksi atau inflamasi saluran kemih. Kultur urin untuk mencari
bakteri penyebab infeksi sekaligus menentukan sensitifitas kuman terhadap
beberapa antibiotic
mengalami retensi urine dan telah memakai kateter, peme-riksaan urinalisis tidak
banyak manfaatnya karena seringkali telah ada leukosituria maupun eritostiruria
akibat pemasangan kateter.2
b) Pemeriksaan darah lengkap, faal ginjal, serum elektrolit dan kadar gula digunakan
untuk memperoleh data dasar keadaan umum klien. Faal ginjal diperiksa untuk
mencari kemungkinan adanya penyulit mengenai saluran kemih bagian atas ,
sedangkan gula darah untuk mencari kemungkinan penyakit diabetes mellitus
yang dapat menimbulkan kelainan persarafan pada buli-buli.1
c) PSA (Prostatik Spesific Antigen) penting diperiksa sebagai kewaspadaan adanya
keganasan. Rentang kadar PSA yang dianggap normal berdasarkan usia adalah: 2
o 40-49 tahun: 0-2,5 ng/ml
o 50-59 tahun:0-3,5 ng/ml
o 60-69 tahun:0-4,5 ng/ml
o 70-79 tahun: 0-6,5 ng/ml
2. Pemeriksaan Uroflowmetri
Salah satu gejala dari BPH adalah melemahnya pancaran urin. Derajat berat obstruksi
dapat diukur dengan menentukan pancaran urin pada waktu miksi, cara pengukuran ini
disebut uroflowmetri. Jumlah urin dibagi lamanya miksi berlangsung (ml/detik). Angka
normal untuk pancaran urin rata-rata 10-12 ml/detik dengan pancaran maksimal sampai
20 ml/detik. Pada obstruksi ringan pancaran menurun antara 6-8 ml/detik, sedangkan
pancaran maksimal menjadi 15 ml/detik. Tetapi pada pemeriksaan ini tidak dapat
membedakan antara kelemahan otot detrusor dengan obstruksi intravesikal. Secara
obyektif pancaran urin dapat diperiksa dengan uroflowmeter dengan penilaian :
-
Histopatologi
Daerah yang sering terkena adalah lobus lateral bagian tengah dan lobus medial. Berat prostat
bisa mencapai 60-100 gram (normal 20 gram). Secara mikroskopik gambaran yang terlihat
tergantung pada unsur yang berproliferasi Bila kelenjar yang banyak berproliferasi maka
akan tampak penambahan jumlah kelenjar dan sering terbentuk kista-kista yang dilapisi oleh
epitel silindris atau kubis dan pada beberapa tempat membentuk papila-papila ke dalam
lumen. Membrana basalis masih utuh. kadang-kadang terjadi penambahan kelenjar kecilkecil sehingga menyerupai adenokarsinoma. Di dalam lumen sering ditemukan deskuamasi
sel epitel, sekret yang granuler dan kadang-kadang corpora arnylacea (hyaline concretion).
Dalam stroma sering ditemukan infiltrasi sel limfosit. Bila unsur fibromuskuler yang
bertambah maka tampak jaringan ikat atau jaringan otot dengan kelenjar-kelenjar yang
letaknya berjauhan, disebut hiperplasia fibromatosa.
Hiperplasia prostat merupakan kelainan yang sering dijumpai pada pria diusia 50 ke atas
dan jarang ditemukan sebelum usia 40 tahun. Prostat normal pada pria mengalami peningkatan
ukuran yang lambat dari lahir sampai pubertas, dimana pada selang waktu tersebut terjadi
peningkatan cepat dalam ukuran yang berkelanjutan sampai usia akhir 30-an. Pertengahan
dasawarsa ke-5, prostat bisa mengalami perubahan hyperplasia. Bukti histologik hyperplasia
nodular dapat ditemukan di pria 40 tahun, suatu angka yang meningkat pada usia 60 tahun dan
90 % pada usia 70 tahun. 3
Etiologi
Penyebab yang pasti dari terjadinya Benign Prostat Hyperplasia sampai sekarang belum
diketahui secara pasti. Karena etiologi yang belum jelas maka melahirkan beberapa hipotesa
yang diduga timbulnya Benigne Prostat Hyperplasia antara lain:
1. Teori DHT (dihidrotestosteron).
testosteron. Testosteron
terjadi konversi testosteron menjadi estrogen pada jaringan adiposa di perifer dengan
pertolongan enzim aromatase, dimana sifat estrogen ini akan merangsang terjadinya
hiperplasia pada stroma, sehingga timbul dugaan bahwa testosteron diperlukan untuk
inisiasi terjadinya proliferasi sel tetapi kemudian estrogenlah yang berperan untuk
perkembangan stroma. Kemungkinan lain ialah perubahan konsentrasi relatif testosteron
dan estrogen akan menyebabkan produksi dan potensiasi faktor pertumbuhan lain yang
dapat menyebabkan terjadinya pembesaran prostat. Pada keadaan normal hormon
gonadotropin hipofise akan menyebabkan produksi hormon androgen testis yang akan
mengontrol pertumbuhan prostat. Dengan makin bertambahnya usia, akan terjadi
penurunan dari fungsi testikuler (spermatogenesis) yang akan menyebabkan penurunan
yang progresif dari sekresi androgen. Hal ini mengakibatkan hormon gonadotropin akan
sangat merangsang produksi hormon estrogen oleh sel sertoli. Dilihat dari fungsional
histologis, prostat terdiri dari dua bagian yaitu sentral sekitar uretra yang bereaksi
terhadap estrogen dan bagian perifer yang tidak bereaksi terhadap estrogen.
Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang ditimbulkan oleh Benigne Prostat Hyperplasia disebut sebagai
Syndroma Prostatisme. Syndroma Prostatisme dibagi menjadi dua yaitu :
1. Gejala Obstruktif yaitu :4
-
Hesitansi yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai dengan
mengejan yang disebabkan oleh karena otot destrussor buli-buli memerlukan
waktu beberapa lama meningkatkan tekanan intravesikal guna mengatasi
Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan.
Frekuensi yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi pada
Patofisiologi
Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra pars prostatika dan akan
menghambat aliran urine. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intravesikal. Untuk
dapat mengeluarkan urin, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan itu.
Kontraksi yang terus-menerus ini menyebabkan perubahan anatomik dari buli-buli berupa
hipertrofi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan divertikel buli-buli. 2,5
Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan oleh pasien sebagai keluhan pada saluran kemih
sebelah bawah atau lower urinary tract symptom (LUTS) yang dahulu dikenal dengan gejalagejala prostatismus.2
Dengan semakin meningkatnya resistensi uretra, otot detrusor masuk ke dalam fase
dekompensasi dan akhirnya tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urin.
Tekanan intravesikal yang semakin tinggi akan diteruskan ke seluruh bagian buli-buli tidak
terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat menimbulkan
aliran balik urin dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks vesico-ureter. Keadaan ini jika
berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis, bahkan akhirnya dapat jatuh
ke dalam gagal ginjal.2
Faktor faktor Resiko
Faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya BPH adalah :
1. Kadar Hormon
Kadar hormon testosteron yang tinggi berhubungan dengan peningkatan risiko BPH.
Testosteron akan diubah menjadi androgen yang lebih poten yaitu dihydrotestosteron
(DHT) oleh enzim 5-reductase, yang memegang peran penting dalam proses
pertumbuhan sel-sel prostat.
2. Usia
Pada usia tua terjadi kelemahan umum termasuk kelemahan pada buli (otot detrusor) dan
penurunan fungsi persarafan. Perubahan karena pengaruh usia tua menurunkan
kemampuan buli-buli dalam mempertahankan aliran urin pada proses adaptasi oleh
adanya obstruksi karena pembesaran prostat, sehingga menimbulkan gejala.
3. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga pada penderita BPH dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi yang
sama pada anggota keluarga yang lain. Semakin banyak anggota keluarga yang mengidap
penyakit ini, semakin besarrisiko anggota keluarga yang lain untuk dapat terkena BPH.
Bila satu anggota keluarga mengidap penyakit ini, maka risiko meningkat 2 kali bagi
yang lain.
4. Obesitas
Pada obesitas terjadi peningkatan kadar estrogen yang berpengaruh terhadap
pembentukan BPH melalui peningkatan sensitisasi prostat terhadap androgen dan
menghambat proses kematian sel-sel kelenjar prostat.
5. Aktivitas Seksual
Kalenjar prostat adalah organ yang bertanggung jawab untuk pembentukan hormon lakilaki. BPH dihubungkan dengan kegiatan seks berlebihan dan alasan kebersihan. Saat
kegiatan seksual, kelenjar prostat mengalami peningkatan tekanan darah sebelum terjadi
ejakulasi. Jika suplai darah ke prostat selalu tinggi, akan terjadi hambatan prostat
yangmengakibatkan kalenjar tersebut bengkak permanen. Seks yang tidak bersih akan
mengakibatkan infeksi prostat yang mengakibatkan BPH. Aktivitas seksual yang tinggi
juga berhubungan dengan meningkatnya kadar hormon testosteron.
6. Kebiasaan merokok
Nikotin dan konitin (produk pemecahan nikotin) pada rokokm meningkatkan aktifitas
enzim perusak androgen, sehingga menyebabkan penurunan kadar testosteron.
7. Olah raga
Para pria yang tetap aktif berolahraga secara teratur, berpeluang lebih sedikit mengalami
gangguan prostat, termasuk BPH. Dengan aktif olahraga, kadar dihidrotestosteron dapat
diturunkan sehingga dapat memperkecil risiko gangguan prostat. Selain itu, olahraga
akan mengontrol berat badan agar otot lunak yang melingkari prostat tetap stabil.
8. Penyakit Diabetes Mellitus
Laki-laki yang mempunyai kadar glukosa dalam darah > 110 mg/dL mempunyai risiko
tiga kali terjadinya BPH, sedangkan untuk laki-laki dengan penyakit Diabetes Mellitus
mempunyai risiko dua kali terjadinya BPH dibandingkan dengan laki-laki dengan kondisi
normal.
Diagnosis Kerja
Untuk menegakan diagnosis dilakukan anamnesis , pemeriksaan fisik dan penunjang.
Dari hasil tersebut dapat diambil diagnosis kerja : Benign Prostat Hyperplasia.
10
Prostat adalah kelenjar sebesar buah kenari yang letaknya tepat di bawah kandung kemih
dan hanya ada pada kaum pria. Prostat adalah penghasil sebagian besar cairan di dalam air mani
(semen) yang menjaga sperma agar tetap hidup.. Perkembangan prostat dipengaruhi oleh hormon
seks pria, yaitu androgen. Hormon androgen yang utama adalah testosteron. Seiring dengan
meningkatnya usia, testosteron akan menyebabkan prostat secara perlahan membesar. Prostat
yang membesar tersebut dapat menghambat aliran air seni melewati uretra (pembuluh yang
membawa air seni dari kandung kemih), sehingga mempersulit atau memperlambat keluarnya air
seni sewaktu buang air kecil. Kondisi ini disebut pembesaran prostat jinak (Benign Prostatic
Hyperplasia/BPH), namun pembesaran prostat jinak bukanlah kanker. Disebut sebagai kanker
prostat jika sel-sel kelenjar prostat berkembang secara abnormal tidak terkendali sehingga
mendesak dan merusak jaringan di sekitarnya.
Untuk mengetahui tingkat osbtruksi BPH. Dibagi dalam beberapa stadium:
Stadium I
Stadium II
Stadium III
Stadium IV
Diagnosis Banding
1. Striktur Uretra
Penyakit striktur uretra biasanya sekunder terhadap trauma atau peradangan.
Penyakit gonokokus merupakan penyebab utama peradangan, dan penyebab traumatik
yang sering terjadi mencakup fraktur pelvis, instrumentasi, atau drainase kateter urinaria
jangka panjang. Bila mukosa ditraumatisasi, maka urin cenderung diekstravasasi dan
jaringan parut menyebabkan striktura.1,6 Pasien dengan striktura dapat timbul dengan
infeksi traktus urinarius atau penurunan ukuran dan tenaga aliran urin. Gejala bisa identik
dengan hipertrofi prostat benigna pada pria tua.6
Kebanyakan striktur ini terletak di uretra pars membranasea, walaupun juga bisa
ditempat lain. Trauma uretra dapat terjadi pada fraktur panggul dan karena cedera
langsung, misalnya pada anak yang naik sepeda dan kakinya terpeleset dari pedal sepeda
11
sehingga jatuh dengan uretra pada bingkai sepeda lelaki sehingga terjadi cedera
kangkang. Penyebab lain terjadinya striktur uretra ialah tindakan-tindakan bedah seperti
bedah rekonstruksi uretra terhadap hipospadia, epispadia, kordae, dan bedah urologi.
Striktur uretra paling sering terjadi pada pria karena uretra pria lebih panjang daripada
uretra wanita. Penyebab lainnya ialah tekanan dari luar uretra seperti tumor pada
hipertrofi prostat benigna, atau pun juga bisa diakibatkan oleh kelainan congenital,
namun jarang terjadi. Resiko striktur uretra meningkat pada orang yang memiliki riwayat
penyakit menular seksual, episode uretritis berulang, atau hipertrofi prostat benigna.
Tabel 1. Letak Striktur Uretra dan Penyebabnya
Gejala dan tanda striktur biasanya mulai dengan hambatan arus kemih dan
kemudian timbul sebagai sindrom lengkap obstruksi leher kandung kemih seperti
digambarkan pada hipertrofi prostat. 5 Gejala klinis yang sering ditimbulkan oleh striktur
antara lain disuria, kesuliran berkemih, pancaran kemih yang menurun, frekuensi kemih
yang abnormal, rasa tidak nyaman, hematuria, nyeri pelvis atau bagian bawah perut,
pengosongan kantung kemih yang tidak puas.
2. CA Prostat
Kanker prostat adalah keganasan yang terjadi di dalam kelenjar prostat.
Perubahan ini dikenal sebagai PIN (prostatic intraepithelial neoplasia). Hampir setengah
12
dari semua orang yang memiliki PIN setelah berusia diatas 50 tahun mengalami
perubahan tampilan sel-sel kelenjar prostat pada mikroskop. Penyebabnya Faktor genetic
misalnya ayah/kakak (first degree relative) dan kakek/paman (second degree relative)
didapat karsinoma prostat, maka resiko keganasan prostat tiga kali. Faktor hormonal
Faktor diet yaitu diet yang banyak mengandung lemakhewan. Faktor infeksi diduga
bakteri dan virus dapat mempengaruhi terjadinya ca prostat, tetapi faktor ini masih
menjadi perdebatan.
Manifestasi Klinis, Kanker prostat stadium dini tidak menimbulkan gejala.
Setelah kanker berkembang, baru muncul gejala tetai tidak khas. Gejala yang muncul
menyerupai gejala BPH (benign rostatic hyperplasia), yaitu penyakit pembesaran prostat
jinak yang sering dijumpai pada pria usia lanjut. Akibatnya, kedua penyakit ini sulit
dibedakan dan diperlukan pemeriksaan yang dapat mendeteksi dini sekaligus
membedakan antara kanker prostat dan BPH.
Berikut beberapa gejala yang sering ditemui pada penderita kanker prostat:
Sering ingin buang air kecil, terutama pada malam hari (nokturia)
Inkontinensia urine
Kesulitan untuk memulai buang air kecil atau menahan air seni
Aliran air seni lemah atau terganggu
Perasaan nyeri atau terbakar saat buang air kecil
Adanya darah pada air seni atau air mani (hematuria)
Gangguan seksual lain, seperti sulit ereksi atau nyeri saat ejakulasi
Sering nyeri atau kaku di punggung bawah, pinggul, atau paha atas.
Gambaran klinis sesuai dengan stadium dari Ca prostat :
Ca prostat yang masih
terlokalisr
- Asymptomatic
- peningkatan PSA
- pancaran lemah
- sensasi sisa urin
- Frekunsi
- Urgensi
metastasis
- Hematuri
- Disuri
- Nyeri suprapubik
perineal
- Impotence
- Incontinence
- gejala gagal ginjal
- haemospermia.
dan
Nyeri tulang
Paraplegi
pembesaran
limfonodi
anuri
letargi
(anemia,uremia)
berat badan
turun
dan caceksia
13
perdarahan pada
usus dan kulit
Pemeriksaan colok dubur dapat memberi kesan keadaan tonus sfingter anus,
mukosa rektum, kelainan lain seperti benjolan di dalam rektum dan prostat. Pada
perabaan melalui colok dubur harus di perhatikan konsistensi prostat (pada
pembesaran prostat jinak konsistensinya kenyal), adakah asimetris adakah nodul pada
prostat , apa batas atas dapat diraba .1
Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi akibat hipertrofi prostat jinak adalah :
-
Perdarahan.
Retensi urin
Hematuria
Batu buli-buli
Infeksi
-
Tatalaksana
1. Watchful waiting
penatalaksanaan pilihan untuk pasien BPH dengan symptom score ringan (0-7) yaitu
keluhan tidak menganggu aktivitas sehari-hari. Pasien tidak mendapatkan terapi apapun
tetapi perkem-bangan penyakitnya keadaannya tetap diawasi oleh dokter. Pada watchful
waiting ini hanya diberi penjelasan mengenai sesuatu hal yang mungkin dapat
memperburuk keluhannya, misalnya (1) jangan banyak minum dan mengkonsumsi kopi
atau alkohol setelah makan malam untuk mengurangi dieresis , (2) kurangi konsumsi
makanan atau minuman yang menyebabkan iritasi pada buli-buli (kopi atau cokelat), (3)
14
3. Fitoterapi
Fitoterapi adalah penggunaan tumbuh-tumbuhan dan ekstrak tumbuh-tumbuhan dipakai
untuk memperbaiki gejala obstruktif orostat.. Penggunaan fitoterapi pada BPH telah
popular di Eropa selama beberapa tahun. Mekanisme kerja fitoterapi tidak diketahui,
efektifitas dan keamanan fitoterapi belum banyak diuji.1
4. Operasi konvensional
Terapi paling akhir yang dilakukan adalah operasi. Indikasi absolut dilakukan operasi
adalah: (1) Retensi urin berulang (berat), yaitu retensi urin yang gagal dengan
15
pemasangan kateter urin sedikitnya satu kali. (2) Infeksi saluran kencing berulang. (3)
hematuria (4) Batu buli-buli. (5) Insufisiensi ginjal. (6) Divertikula buli-buli. 1,2
-
Laser
Keuntungan operasi dengan sinar laser adalah kehilangan darah minimal, sindroma
TUR jarang terjadi, dapat mengobati pasien yang sedang menggunakan antikoagulan,
dan dapat dilakukan out patient procedure.Sedangkan kerugian operasi dengan laser
adalah sedikit jaringan untuk pemeriksaan patologi, pemasangan keteter postoperasi
lebih lama, lebih iritatif, dan biaya besar. 1,2
Stent
Stent prostat dipasang pada uretra prostatika untuk mengatasi obstruksi karena
pembesaran prostat. Stent dipasang intraluminal di antara leher buli-buli dan di
sebelah proksimal verumontanum sehingga urine dapat leluasa melewati lumen uretra
prostatika. Stent dapat dipasang secara temporer atau permanen. Yang temporer
dipasang selama 6-36 bulan dan terbuat dari bahan yang tidak diserap dan tidak
mengadakan reaksi dengan jaringan. Alat ini dipasang dan dilepas kembali secara
endoskopi. Stent yang telah terpasang bisa mengalami enkrustasi, obstruksi,
menyebabkan nyeri perineal, dan disuria1,2
Prognosis
Prognosis BPH tidak selalu sama dan tidak dapat diprediksi pada tiap individu walaupun
gejalanya cenderung meningkat. Namun BPH yang tidak segera ditanggulangi memiliki prognosis
yang buruk karena dapat berkembang menjadi kanker prostat.
Pencegahan BPH
16
Kesimpulan
Daftar Pustaka
1. dasar urologi
2. BPH
3. Ftcopy
4. Dasar patologis penyakit Ftocopy
5. McCance KL, Huether SE. Patophysiology: The biologic basis for disease in adults and
children. Ed 5. Canada: Elsevier; 2006.p216-22
6. Jong, Wim De, R. Sjamsuhidayat. 2004. Striktur uretra. Dalam: Saluran kemih dan alat
kelamin lelaki, Buku ajar ilmu bedah hal.752. EGC. Jakarta.
17