Anda di halaman 1dari 17

Benign Prostatic Hyperplasia

Nilasari Wulandari
102011367
e-mail: nilasariwulandari@ymail.com
Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta
Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
Pendahuluan

Lanjut usia (Lansia), pada umumnya mengalami perubahan-perubahan pada jaringan


tubuh, yang disebabkan proses degenerasi, terjadi terutama pada organ-organ tubuh, dimana
tidak ada lagi perkembangan sel seperti otot, jantung dan ginjal tetapi kurang pada organ-organ
dimana masih adamitosis seperti hepar. Proses degenerasi menyebabkan perubahan kemunduran
fungsi organ tersebut, termasuk juga sistem traktus urinarius, sehingga menyebabkan macammacam kelainan atau penyakit urologis tertentu
Kelenjar Prostat adalah salah satu organ genitalia pria yang terletak disebelah inferior
buli-buli dan melingkar uretra posterior.

Bila mengalami pembesaran, organ ini dapat

menyumbat uretra past prostatika dan menyebabkan hamabatan aliran urin keluar dari buli-buli. 1
Pembesaran Prostat Jinak (BPH) merupakan penyakit yang biasa terjadi pada laki-laki usia
lanjut, data prevalensi tentang Hiperplasia prostat benigna ini dapat dialami oleh sekitar 70% pria
di atas usia 60 tahun. Angka ini akan meningkat hingga 90% pada pria berusia di atas 80 tahun.
Meskipun jarang mengancam jiwa, pembesaran kelenjar prostat atau benign prostate
enlargement (BPE) yang menyebabkan terjadinya obstruksi pada leher buli-buli dan uretra atau
dikenal sebagai bladder outlet obstruction (BOO). Obstruksi ini lama kelamaan dapat
menimbulkan perubahan struk-tur buli-buli maupun ginjal sehingga menyebabkan komplikasi
pada saluran kemih atas maupun bawah.2
Pengertian
Pembesaran Prostat Jinak (BPH, Benign Prostatic Hyperplasia) adalah pertumbuhan jinak
pada kelenjar prostat, yang menyebabkan prostat membesar. Pembesaran prostat sering terjadi
pada pria di atas 50 tahun.

Prostat adalah kelenjar sebesar buah kenari yang letaknya tepat di bawah kandung kemih
dan hanya ada pada kaum pria. Prostat adalah penghasil sebagian besar cairan di dalam air mani
(semen) yang menjaga sperma agar tetap hidup. Kelenjar prostat mulai berkembang sebelum
bayi lahir dan akan terus berkembang hingga mencapai usia dewasa. Perkembangan prostat
dipengaruhi oleh hormon seks pria, yaitu androgen. Hormon androgen yang utama adalah
testosteron. Seiring dengan meningkatnya usia, testosteron akan menyebabkan prostat secara
perlahan membesar. Prostat yang membesar tersebut dapat menghambat aliran air seni melewati
uretra (pembuluh yang membawa air seni dari kandung kemih), sehingga mempersulit atau
memperlambat keluarnya air seni sewaktu buang air kecil. Kondisi ini disebut pembesaran
prostat jinak (Benign Prostatic Hyperplasia/BPH), namun pembesaran prostat jinak bukanlah
kanker. Disebut sebagai kanker prostat jika sel-sel kelenjar prostat berkembang secara abnormal
tidak terkendali sehingga mendesak dan merusak jaringan di sekitarnya.

Gambar : Anatomi Kelenjar Prostat


Anamnesis
Anamnesis dilakukan untuk menggali keluhan utama serta gejala BPH. Di samping itu
ditanya juga riwayat kesehatan pada umumnya seperti riwayat pembedahan, riwayat penyakit saraf,
penyakit metabolik seperti diabetes melitus, dan riwayat pemakaian obat-obatan dan riwayat
penyakit keluarga.

1. Keluhan sejak kapan?


2. Berapa kali berkemih dalam sehari?
3. Apakah terbangun amalam hari untuk berkemih dan berapa kali
4.
5.
6.
7.
8.

(Nokturia, poliuri)?
Adakah rasa nyeri waktu berkemih (dysuria)?
Apakah ada rasa tidak puas dan urin menetes?
Adakah nyeri suprapubik?
Apakah urin berwarna merah (hematuria)?
Bagaimana pancaran urin? lemah (loss offorce), terputus-putus

(intermitency),
9. Adakah rasa ingin berkemih lagi sesudah berkemih (double voiding) ?
10. Adakah sulit menahan kencing (urgency)?
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan umum dan tanda vital: pemeriksaan tekanan darah, nadi dan suhu. Nadi
dapat meningkat pada keadaan kesakitan pada retensi urin akut, dehidrasi sampai syok pada
retensi urin serta urosepsis sampai syok - septik.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah pemeriksaan colok dubur (rectal toucher).
Pemeriksaan colok dubur dapat memberi kesan keadaan tonus sfingter anus, mukosa rektum,
kelainan lain seperti benjolan di dalam rektum dan prostat. Pada perabaan melalui colok dubur
harus diperhatikan konsistensi prostat, adakah asimetri, adakah nodul pada prostat, apakah batas
atas dapat diraba. Colok dubur pada BPJ menunjukan konsistensi kenyal seperti meraba ujung
hidung, lobus kanan dan kiri simetris dan tidak didapatkan nodul. Pada karsinoma prostat, prostat
teraba keras atau teraba benjolan yang konsistensinya lebih keras dari sekitarnya dan diantara
lobus prostat tidak simetris. Dengan colok dubur dapat pula teraba batu prostat apabila teraba
krepitasi.1
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a) Pemeriksaan urin dan kultur: Pemeriksaan sedimen untuk mencari kemungkinan
adanya proses infeksi atau inflamasi saluran kemih. Kultur urin untuk mencari
bakteri penyebab infeksi sekaligus menentukan sensitifitas kuman terhadap
beberapa antibiotic

Pemeriksaan urinalisis dapat mengungkapkan adanya


3

leukosituria dan hematuria. BPH yang sudah menimbulkan komplikasi infeksi


saluran kemih, batu buli-buli atau penyakit lain yang menimbulkan keluhan miksi,
di antara-nya: karsinoma buli-buli in situ atau striktura uretra, pada pemeriksaan
urinalisis menunjuk-kan adanya kelainan.

Pada pasien BPH yang sudah

mengalami retensi urine dan telah memakai kateter, peme-riksaan urinalisis tidak
banyak manfaatnya karena seringkali telah ada leukosituria maupun eritostiruria
akibat pemasangan kateter.2
b) Pemeriksaan darah lengkap, faal ginjal, serum elektrolit dan kadar gula digunakan
untuk memperoleh data dasar keadaan umum klien. Faal ginjal diperiksa untuk
mencari kemungkinan adanya penyulit mengenai saluran kemih bagian atas ,
sedangkan gula darah untuk mencari kemungkinan penyakit diabetes mellitus
yang dapat menimbulkan kelainan persarafan pada buli-buli.1
c) PSA (Prostatik Spesific Antigen) penting diperiksa sebagai kewaspadaan adanya
keganasan. Rentang kadar PSA yang dianggap normal berdasarkan usia adalah: 2
o 40-49 tahun: 0-2,5 ng/ml
o 50-59 tahun:0-3,5 ng/ml
o 60-69 tahun:0-4,5 ng/ml
o 70-79 tahun: 0-6,5 ng/ml
2. Pemeriksaan Uroflowmetri
Salah satu gejala dari BPH adalah melemahnya pancaran urin. Derajat berat obstruksi
dapat diukur dengan menentukan pancaran urin pada waktu miksi, cara pengukuran ini
disebut uroflowmetri. Jumlah urin dibagi lamanya miksi berlangsung (ml/detik). Angka
normal untuk pancaran urin rata-rata 10-12 ml/detik dengan pancaran maksimal sampai
20 ml/detik. Pada obstruksi ringan pancaran menurun antara 6-8 ml/detik, sedangkan
pancaran maksimal menjadi 15 ml/detik. Tetapi pada pemeriksaan ini tidak dapat
membedakan antara kelemahan otot detrusor dengan obstruksi intravesikal. Secara
obyektif pancaran urin dapat diperiksa dengan uroflowmeter dengan penilaian :
-

Flow rate maksimal > 15 ml / dtk = non obstruktif.


Flow rate maksimal 10 15 ml / dtk = border line.
Flow rate maksimal < 10 ml / dtk = obstruktif.
4

3. USG (Ultrasonografi): Pemeriksaan dapat dilakukan secara tran rectal (transurethral


Ultrasonografy/TRUS ) dan transabdominal (transabdominal ultrasonografy / TAUS).
TAUS digunakan untuk memeriksa konsistensi, volume dan besar prostat, panjang
protrusi (ujung tonjolan) ke buli buli, kealinan pada buli-buli (masa, batu, atau bekuan
darah), menghitung sisa (residu) urin pasca miksi, kerusakan ginjal pasca prostat
Pemeriksaan TRUS dicari kemungkinan adanya keganasan prostat berupa area hipoekoik
dan sebagai petunjuk untuk biopsy prostat. 2
4. Residual urine atau post voiding residualurine (PVR)
Pemeriksaan sisa urine yang tertinggal didalam buli-buli setelah miksi. Jumlah residual
urine ini pada orang normal adalah 0,09-2,24 mL dengan rata-rata 0,53 mL. Pemeriksaan
residual urine dapat dilakukan secara invasif, yaitu dengan melaku-kan pengukuran
langsung sisa urine melalui kateterisasi uretra setelah pasien berkemih, maupun non
invasif, yaitu dengan mengukur sisa urine melalui USG atau bladder scan. Pengukuran
melalui kateterisasi ini lebih akurat dibandingkan dengan USG, tetapi tidak mengenakkan bagi pasien, dapat menimbulkan cedera uretra, menimbulkan infeksi saluran
kemih, hingga terjadi bakteriemia.2
5.

Histopatologi
Daerah yang sering terkena adalah lobus lateral bagian tengah dan lobus medial. Berat prostat
bisa mencapai 60-100 gram (normal 20 gram). Secara mikroskopik gambaran yang terlihat
tergantung pada unsur yang berproliferasi Bila kelenjar yang banyak berproliferasi maka
akan tampak penambahan jumlah kelenjar dan sering terbentuk kista-kista yang dilapisi oleh
epitel silindris atau kubis dan pada beberapa tempat membentuk papila-papila ke dalam
lumen. Membrana basalis masih utuh. kadang-kadang terjadi penambahan kelenjar kecilkecil sehingga menyerupai adenokarsinoma. Di dalam lumen sering ditemukan deskuamasi
sel epitel, sekret yang granuler dan kadang-kadang corpora arnylacea (hyaline concretion).
Dalam stroma sering ditemukan infiltrasi sel limfosit. Bila unsur fibromuskuler yang
bertambah maka tampak jaringan ikat atau jaringan otot dengan kelenjar-kelenjar yang
letaknya berjauhan, disebut hiperplasia fibromatosa.

Gambar: Mikroskopik Hiperplasia Prostat Jinak


Epidemiologi

Hiperplasia prostat merupakan kelainan yang sering dijumpai pada pria diusia 50 ke atas
dan jarang ditemukan sebelum usia 40 tahun. Prostat normal pada pria mengalami peningkatan
ukuran yang lambat dari lahir sampai pubertas, dimana pada selang waktu tersebut terjadi
peningkatan cepat dalam ukuran yang berkelanjutan sampai usia akhir 30-an. Pertengahan
dasawarsa ke-5, prostat bisa mengalami perubahan hyperplasia. Bukti histologik hyperplasia
nodular dapat ditemukan di pria 40 tahun, suatu angka yang meningkat pada usia 60 tahun dan
90 % pada usia 70 tahun. 3
Etiologi
Penyebab yang pasti dari terjadinya Benign Prostat Hyperplasia sampai sekarang belum
diketahui secara pasti. Karena etiologi yang belum jelas maka melahirkan beberapa hipotesa
yang diduga timbulnya Benigne Prostat Hyperplasia antara lain:
1. Teori DHT (dihidrotestosteron).

DHT(dihidrotestosteron)suatu androgen yang berasal dari

testosteron. Testosteron

direduksi oleh enzim 5 alpha reductase menjadi 5 dehidrotestosteron yang kemudian


bertemu dengan reseptor sitoplasma menjadi hormone receptor complex. Kemudian
hormone receptor complex ini mengalami transformasi reseptor, menjadi nuclear
receptor yang masuk kedalam inti yang kemudian melekat pada chromatin dan
menyebabkan transkripsi m-RNA. RNA ini akan menyebabkan sintese protein
menyebabkan terjadinya pertumbuhan kelenjar prostat / hyperplasia.4
2. Teori stem cell hypotesis.
Stem sel akan berkembang menjadi sel aplifying. Sel aplifying akan berkembang menjadi
sel transit yang tergantung secara mutlak pada androgen, sehingga dengan adanya
androgen sel ini akan berproliferasi dan menghasilkan pertumbuhan prostat yang normal.
Seperti pada organ lain, prostat dalam hal ini kelenjar periuretral pada seorang dewasa
berada dalam keadaan keseimbangan steady state, antara pertumbuhan sel dan sel yang
mati, keseimbangan ini disebabkan adanya kadar testosteron tertentu dalam jaringan
prostat yang dapat mempengaruhi sel stem sehingga dapat berproliferasi. Pada keadaan
tertentu jumlah sel stem ini dapat bertambah sehingga terjadi proliferasi lebih cepat.
Terjadinya proliferasi abnormal sel stem sehingga menyebabkan produksi atau proliferasi
sel stroma dan sel epitel kelenjar periuretral prostat menjadi berlebihan.
3. Teori growth factors.
Faktor pertumbuhan ini dibuat oleh sel-sel stroma di bawah pengaruh androgen. Adanya
ekspresi berlebihan dari epidermis growth factor (EGF) dan atau fibroblast growth factor
(FGF) dan atau adanya penurunan ekspresi transforming growth factor-. (TGF-), akan
menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan pertumbuhan prostat dan menghasilkan
pembesaran prostat.
4. Teori Hormonal
Dengan bertambahnya usia akan terjadi perubahan keseimbangan hormonal, yaitu antara
hormon testosteron dan hormon estrogen. Karena produksi testosteron menurun dan
7

terjadi konversi testosteron menjadi estrogen pada jaringan adiposa di perifer dengan
pertolongan enzim aromatase, dimana sifat estrogen ini akan merangsang terjadinya
hiperplasia pada stroma, sehingga timbul dugaan bahwa testosteron diperlukan untuk
inisiasi terjadinya proliferasi sel tetapi kemudian estrogenlah yang berperan untuk
perkembangan stroma. Kemungkinan lain ialah perubahan konsentrasi relatif testosteron
dan estrogen akan menyebabkan produksi dan potensiasi faktor pertumbuhan lain yang
dapat menyebabkan terjadinya pembesaran prostat. Pada keadaan normal hormon
gonadotropin hipofise akan menyebabkan produksi hormon androgen testis yang akan
mengontrol pertumbuhan prostat. Dengan makin bertambahnya usia, akan terjadi
penurunan dari fungsi testikuler (spermatogenesis) yang akan menyebabkan penurunan
yang progresif dari sekresi androgen. Hal ini mengakibatkan hormon gonadotropin akan
sangat merangsang produksi hormon estrogen oleh sel sertoli. Dilihat dari fungsional
histologis, prostat terdiri dari dua bagian yaitu sentral sekitar uretra yang bereaksi
terhadap estrogen dan bagian perifer yang tidak bereaksi terhadap estrogen.
Manifestasi Klinis

Gejala klinis yang ditimbulkan oleh Benigne Prostat Hyperplasia disebut sebagai
Syndroma Prostatisme. Syndroma Prostatisme dibagi menjadi dua yaitu :
1. Gejala Obstruktif yaitu :4
-

Hesitansi yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai dengan
mengejan yang disebabkan oleh karena otot destrussor buli-buli memerlukan
waktu beberapa lama meningkatkan tekanan intravesikal guna mengatasi

adanya tekanan dalam uretra prostatika.


Intermitency yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan karena
ketidakmampuan otot destrussor dalam pempertahankan tekanan intra vesika

sampai berakhirnya miksi.


Terminal dribling yaitu menetesnya urine pada akhir kencing.
Pancaran lemah : kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran destrussor

memerlukan waktu untuk dapat melampaui tekanan di uretra.


Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum puas.

2. Gejala Iritasi yaitu :4


-

Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan.
Frekuensi yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi pada

malam hari (Nocturia) dan pada siang hari.


Disuria yaitu nyeri pada waktu kencing.

Patofisiologi
Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra pars prostatika dan akan
menghambat aliran urine. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intravesikal. Untuk
dapat mengeluarkan urin, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan itu.
Kontraksi yang terus-menerus ini menyebabkan perubahan anatomik dari buli-buli berupa
hipertrofi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan divertikel buli-buli. 2,5
Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan oleh pasien sebagai keluhan pada saluran kemih
sebelah bawah atau lower urinary tract symptom (LUTS) yang dahulu dikenal dengan gejalagejala prostatismus.2
Dengan semakin meningkatnya resistensi uretra, otot detrusor masuk ke dalam fase
dekompensasi dan akhirnya tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urin.
Tekanan intravesikal yang semakin tinggi akan diteruskan ke seluruh bagian buli-buli tidak
terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat menimbulkan
aliran balik urin dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks vesico-ureter. Keadaan ini jika
berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis, bahkan akhirnya dapat jatuh
ke dalam gagal ginjal.2
Faktor faktor Resiko
Faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya BPH adalah :
1. Kadar Hormon
Kadar hormon testosteron yang tinggi berhubungan dengan peningkatan risiko BPH.
Testosteron akan diubah menjadi androgen yang lebih poten yaitu dihydrotestosteron
(DHT) oleh enzim 5-reductase, yang memegang peran penting dalam proses
pertumbuhan sel-sel prostat.
2. Usia
Pada usia tua terjadi kelemahan umum termasuk kelemahan pada buli (otot detrusor) dan
penurunan fungsi persarafan. Perubahan karena pengaruh usia tua menurunkan

kemampuan buli-buli dalam mempertahankan aliran urin pada proses adaptasi oleh
adanya obstruksi karena pembesaran prostat, sehingga menimbulkan gejala.
3. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga pada penderita BPH dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi yang
sama pada anggota keluarga yang lain. Semakin banyak anggota keluarga yang mengidap
penyakit ini, semakin besarrisiko anggota keluarga yang lain untuk dapat terkena BPH.
Bila satu anggota keluarga mengidap penyakit ini, maka risiko meningkat 2 kali bagi
yang lain.
4. Obesitas
Pada obesitas terjadi peningkatan kadar estrogen yang berpengaruh terhadap
pembentukan BPH melalui peningkatan sensitisasi prostat terhadap androgen dan
menghambat proses kematian sel-sel kelenjar prostat.
5. Aktivitas Seksual
Kalenjar prostat adalah organ yang bertanggung jawab untuk pembentukan hormon lakilaki. BPH dihubungkan dengan kegiatan seks berlebihan dan alasan kebersihan. Saat
kegiatan seksual, kelenjar prostat mengalami peningkatan tekanan darah sebelum terjadi
ejakulasi. Jika suplai darah ke prostat selalu tinggi, akan terjadi hambatan prostat
yangmengakibatkan kalenjar tersebut bengkak permanen. Seks yang tidak bersih akan
mengakibatkan infeksi prostat yang mengakibatkan BPH. Aktivitas seksual yang tinggi
juga berhubungan dengan meningkatnya kadar hormon testosteron.
6. Kebiasaan merokok
Nikotin dan konitin (produk pemecahan nikotin) pada rokokm meningkatkan aktifitas
enzim perusak androgen, sehingga menyebabkan penurunan kadar testosteron.
7. Olah raga
Para pria yang tetap aktif berolahraga secara teratur, berpeluang lebih sedikit mengalami
gangguan prostat, termasuk BPH. Dengan aktif olahraga, kadar dihidrotestosteron dapat
diturunkan sehingga dapat memperkecil risiko gangguan prostat. Selain itu, olahraga
akan mengontrol berat badan agar otot lunak yang melingkari prostat tetap stabil.
8. Penyakit Diabetes Mellitus
Laki-laki yang mempunyai kadar glukosa dalam darah > 110 mg/dL mempunyai risiko
tiga kali terjadinya BPH, sedangkan untuk laki-laki dengan penyakit Diabetes Mellitus
mempunyai risiko dua kali terjadinya BPH dibandingkan dengan laki-laki dengan kondisi
normal.
Diagnosis Kerja
Untuk menegakan diagnosis dilakukan anamnesis , pemeriksaan fisik dan penunjang.
Dari hasil tersebut dapat diambil diagnosis kerja : Benign Prostat Hyperplasia.
10

Prostat adalah kelenjar sebesar buah kenari yang letaknya tepat di bawah kandung kemih
dan hanya ada pada kaum pria. Prostat adalah penghasil sebagian besar cairan di dalam air mani
(semen) yang menjaga sperma agar tetap hidup.. Perkembangan prostat dipengaruhi oleh hormon
seks pria, yaitu androgen. Hormon androgen yang utama adalah testosteron. Seiring dengan
meningkatnya usia, testosteron akan menyebabkan prostat secara perlahan membesar. Prostat
yang membesar tersebut dapat menghambat aliran air seni melewati uretra (pembuluh yang
membawa air seni dari kandung kemih), sehingga mempersulit atau memperlambat keluarnya air
seni sewaktu buang air kecil. Kondisi ini disebut pembesaran prostat jinak (Benign Prostatic
Hyperplasia/BPH), namun pembesaran prostat jinak bukanlah kanker. Disebut sebagai kanker
prostat jika sel-sel kelenjar prostat berkembang secara abnormal tidak terkendali sehingga
mendesak dan merusak jaringan di sekitarnya.
Untuk mengetahui tingkat osbtruksi BPH. Dibagi dalam beberapa stadium:
Stadium I
Stadium II

Stadium III
Stadium IV

Ada obstruksi, tetapi kandung kemih masih mampu


mengeluarkan urine sampai habis.
Ada retensio urine, tapi kandung kemih masih mampu
mengeluarkan urine walaupun tidak sampai habis, masih
tersisa kurang lebih 50-150- cc , Ada rasa tidak enak
pada saat buang air kecil /disuria , Nokturia
Setiap buang air kecil urine selalu tersisa 150 cc atau
lebih
Retensio urine total, buli-buli penuh, pasien kesakitan,
urine menetes secara periodic (over flow incontinentia)

Diagnosis Banding
1. Striktur Uretra
Penyakit striktur uretra biasanya sekunder terhadap trauma atau peradangan.
Penyakit gonokokus merupakan penyebab utama peradangan, dan penyebab traumatik
yang sering terjadi mencakup fraktur pelvis, instrumentasi, atau drainase kateter urinaria
jangka panjang. Bila mukosa ditraumatisasi, maka urin cenderung diekstravasasi dan
jaringan parut menyebabkan striktura.1,6 Pasien dengan striktura dapat timbul dengan
infeksi traktus urinarius atau penurunan ukuran dan tenaga aliran urin. Gejala bisa identik
dengan hipertrofi prostat benigna pada pria tua.6
Kebanyakan striktur ini terletak di uretra pars membranasea, walaupun juga bisa
ditempat lain. Trauma uretra dapat terjadi pada fraktur panggul dan karena cedera
langsung, misalnya pada anak yang naik sepeda dan kakinya terpeleset dari pedal sepeda
11

sehingga jatuh dengan uretra pada bingkai sepeda lelaki sehingga terjadi cedera
kangkang. Penyebab lain terjadinya striktur uretra ialah tindakan-tindakan bedah seperti
bedah rekonstruksi uretra terhadap hipospadia, epispadia, kordae, dan bedah urologi.
Striktur uretra paling sering terjadi pada pria karena uretra pria lebih panjang daripada
uretra wanita. Penyebab lainnya ialah tekanan dari luar uretra seperti tumor pada
hipertrofi prostat benigna, atau pun juga bisa diakibatkan oleh kelainan congenital,
namun jarang terjadi. Resiko striktur uretra meningkat pada orang yang memiliki riwayat
penyakit menular seksual, episode uretritis berulang, atau hipertrofi prostat benigna.
Tabel 1. Letak Striktur Uretra dan Penyebabnya

Gambar 2. Lokasi striktur (1,2,3). 1. Pars membranasea, 2 Pars


bulbosa, 3. Meatus uretra, 4. Kandung kemih, 5. Prostat, 6. Rectum,
7. Diafragma urogenital, 8. Simfisis.

Gejala dan tanda striktur biasanya mulai dengan hambatan arus kemih dan
kemudian timbul sebagai sindrom lengkap obstruksi leher kandung kemih seperti
digambarkan pada hipertrofi prostat. 5 Gejala klinis yang sering ditimbulkan oleh striktur
antara lain disuria, kesuliran berkemih, pancaran kemih yang menurun, frekuensi kemih
yang abnormal, rasa tidak nyaman, hematuria, nyeri pelvis atau bagian bawah perut,
pengosongan kantung kemih yang tidak puas.
2. CA Prostat
Kanker prostat adalah keganasan yang terjadi di dalam kelenjar prostat.
Perubahan ini dikenal sebagai PIN (prostatic intraepithelial neoplasia). Hampir setengah
12

dari semua orang yang memiliki PIN setelah berusia diatas 50 tahun mengalami
perubahan tampilan sel-sel kelenjar prostat pada mikroskop. Penyebabnya Faktor genetic
misalnya ayah/kakak (first degree relative) dan kakek/paman (second degree relative)
didapat karsinoma prostat, maka resiko keganasan prostat tiga kali. Faktor hormonal
Faktor diet yaitu diet yang banyak mengandung lemakhewan. Faktor infeksi diduga
bakteri dan virus dapat mempengaruhi terjadinya ca prostat, tetapi faktor ini masih
menjadi perdebatan.
Manifestasi Klinis, Kanker prostat stadium dini tidak menimbulkan gejala.
Setelah kanker berkembang, baru muncul gejala tetai tidak khas. Gejala yang muncul
menyerupai gejala BPH (benign rostatic hyperplasia), yaitu penyakit pembesaran prostat
jinak yang sering dijumpai pada pria usia lanjut. Akibatnya, kedua penyakit ini sulit
dibedakan dan diperlukan pemeriksaan yang dapat mendeteksi dini sekaligus
membedakan antara kanker prostat dan BPH.
Berikut beberapa gejala yang sering ditemui pada penderita kanker prostat:
Sering ingin buang air kecil, terutama pada malam hari (nokturia)
Inkontinensia urine
Kesulitan untuk memulai buang air kecil atau menahan air seni
Aliran air seni lemah atau terganggu
Perasaan nyeri atau terbakar saat buang air kecil
Adanya darah pada air seni atau air mani (hematuria)
Gangguan seksual lain, seperti sulit ereksi atau nyeri saat ejakulasi
Sering nyeri atau kaku di punggung bawah, pinggul, atau paha atas.
Gambaran klinis sesuai dengan stadium dari Ca prostat :
Ca prostat yang masih

Ca prostat lokal lanjut

Ca prostat yang sudah

terlokalisr
- Asymptomatic
- peningkatan PSA
- pancaran lemah
- sensasi sisa urin
- Frekunsi
- Urgensi

metastasis
- Hematuri
- Disuri
- Nyeri suprapubik
perineal
- Impotence
- Incontinence
- gejala gagal ginjal
- haemospermia.

dan

Nyeri tulang
Paraplegi
pembesaran

limfonodi
anuri
letargi

(anemia,uremia)
berat badan
turun
dan caceksia

13

perdarahan pada
usus dan kulit

Pemeriksaan colok dubur dapat memberi kesan keadaan tonus sfingter anus,
mukosa rektum, kelainan lain seperti benjolan di dalam rektum dan prostat. Pada
perabaan melalui colok dubur harus di perhatikan konsistensi prostat (pada
pembesaran prostat jinak konsistensinya kenyal), adakah asimetris adakah nodul pada
prostat , apa batas atas dapat diraba .1
Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi akibat hipertrofi prostat jinak adalah :
-

Perdarahan.

Retensi urin

Hematuria

Batu buli-buli

Disfungsi seksual tergantung dari jenis pembedahan.

Infeksi
-

Komplikasi yang lain yaitu perubahan anatomis pada uretra posterior


menyebabkan ejakulasi retrogard yaitu setelah ejakulasi cairan seminal mengalir
kedalam kandung kemih dan diekskresikan bersama urin. Selain itu vasektomi
mungkin dilakukan untuk mencegah penyebaran infeksi dari uretra prostatik
melalui vas deference dan ke dalam epidedemis.

Tatalaksana
1. Watchful waiting
penatalaksanaan pilihan untuk pasien BPH dengan symptom score ringan (0-7) yaitu
keluhan tidak menganggu aktivitas sehari-hari. Pasien tidak mendapatkan terapi apapun
tetapi perkem-bangan penyakitnya keadaannya tetap diawasi oleh dokter. Pada watchful
waiting ini hanya diberi penjelasan mengenai sesuatu hal yang mungkin dapat
memperburuk keluhannya, misalnya (1) jangan banyak minum dan mengkonsumsi kopi
atau alkohol setelah makan malam untuk mengurangi dieresis , (2) kurangi konsumsi
makanan atau minuman yang menyebabkan iritasi pada buli-buli (kopi atau cokelat), (3)
14

batasi penggunaan obat-obat influenza yang mengandung fenilpropanolamin , (4) kurangi


makanan pedas dan asin, dan (5) jangan menahan kencing terlalu lama Setiap 6 bulan,
pasien diminta untuk datang kontrol dengan ditanya dan diperiksa tentang perubahan
keluhan yang dirasakan, IPSS, pemeriksaan laju pancaran urine, maupun volume residual
urine5,10. Jika keluhan miksi bertambah jelek daripada sebelumnya, mungkin perlu
difikirkan untuk memilih terapi yang lain.1,2
2. Medika Mentosa
Pada saat BPH mulai menyebabkan perasaan yang mengganggu, apalagi membahayakan
kesehatannya, direkomen-dasikan pemberian medikamentosa Sebagai patokan jika
skoring >7 berarti pasien perlu mendapatkan terapi medi-kamentosa atau terapi lain.
-

Penghambat alfa (alpha blocker)


bertujuan menghambat kontraksi otot polos prostat sehingga mengurangi resistensi
tonus leher buli-buli dan uretra. Fenoksibenzamine adalah obat antagonis adrenergik non selektif yang pertama kali diketahui mampu memper baiki laju pancaran miksi
dan mengurangi keluhan miksi. Namun obat ini tidak disenangi oleh pasien karena
menyebab-kan komplikasi sistemik yang tidak diharapkan, di antaranya adalah
hipotensi postural.2

Penghambat 5-Reduktase (5-Reductase inhibitors)


Finasteride adalah obat inhibitor 5- reduktase pertama yang dipakai untuk
mengobati BPH. Obat ini bekerja dengan cara menghambat pembentukan
dihidrotestosteron (DHT) dari testosteron, yang dikatalisis oleh enzim 5 redukstase
di dalam sel-sel prostat. Beberapa uji klinik menunjukkan bahwa obat ini mampu
menurunkan ukuran prostat hingga 20-30%, , dan meningkatkan pancaan urine. 1,2

3. Fitoterapi
Fitoterapi adalah penggunaan tumbuh-tumbuhan dan ekstrak tumbuh-tumbuhan dipakai
untuk memperbaiki gejala obstruktif orostat.. Penggunaan fitoterapi pada BPH telah
popular di Eropa selama beberapa tahun. Mekanisme kerja fitoterapi tidak diketahui,
efektifitas dan keamanan fitoterapi belum banyak diuji.1
4. Operasi konvensional
Terapi paling akhir yang dilakukan adalah operasi. Indikasi absolut dilakukan operasi
adalah: (1) Retensi urin berulang (berat), yaitu retensi urin yang gagal dengan
15

pemasangan kateter urin sedikitnya satu kali. (2) Infeksi saluran kencing berulang. (3)
hematuria (4) Batu buli-buli. (5) Insufisiensi ginjal. (6) Divertikula buli-buli. 1,2
-

Open simple prostatectomy


Jika prostat terlalu besar untuk dikeluarkan dengan endoskopi, maka enukleasi
terbuka diperlukan. Kelenjar lebih dari 100 gram biasanya dipertimbangkan untuk
dilakukan enukleasi. Open prostatectomy juga dilakukan pada BPH dengan
divertikulum buli-buli, batu buli-buli dan pada posisi litotomi tidak memungkinkan.
Open prostatectomy dapat dilakukan dengan pendekatan suprapubik ataupun
retropubik. 1

Laser
Keuntungan operasi dengan sinar laser adalah kehilangan darah minimal, sindroma
TUR jarang terjadi, dapat mengobati pasien yang sedang menggunakan antikoagulan,
dan dapat dilakukan out patient procedure.Sedangkan kerugian operasi dengan laser
adalah sedikit jaringan untuk pemeriksaan patologi, pemasangan keteter postoperasi
lebih lama, lebih iritatif, dan biaya besar. 1,2

Stent
Stent prostat dipasang pada uretra prostatika untuk mengatasi obstruksi karena
pembesaran prostat. Stent dipasang intraluminal di antara leher buli-buli dan di
sebelah proksimal verumontanum sehingga urine dapat leluasa melewati lumen uretra
prostatika. Stent dapat dipasang secara temporer atau permanen. Yang temporer
dipasang selama 6-36 bulan dan terbuat dari bahan yang tidak diserap dan tidak
mengadakan reaksi dengan jaringan. Alat ini dipasang dan dilepas kembali secara
endoskopi. Stent yang telah terpasang bisa mengalami enkrustasi, obstruksi,
menyebabkan nyeri perineal, dan disuria1,2

Prognosis
Prognosis BPH tidak selalu sama dan tidak dapat diprediksi pada tiap individu walaupun
gejalanya cenderung meningkat. Namun BPH yang tidak segera ditanggulangi memiliki prognosis
yang buruk karena dapat berkembang menjadi kanker prostat.

Pencegahan BPH

16

Banyak mengkonsumsi vitamin A, E, dan C, antioksidan yang berperan penting dalam


mencegah pertumbuhan sel kanker, karena menurut penelitian, 5-10% kasus BPH dapat
berkembang menjadi kanker prostat. Vitamin B1, B2, dan B6, yang dibutuhkan dalam
proses metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein, sehingga kerja ginjal dan organ tubuh

lain tidak terlalu berat


Mengurangi makanan kaya lemak hewan
Meningkatkan makanan kaya lycopene (dalam tomat), selenium (dalam makanan laut),

vitamin E, isoflavonoid (dalam produk kedelai)


Berolahraga secara rutin
Jangan sering manahan air kencing
Jangan konsumsi kopi dan alcohol
Kurangi konsumsi makanan dan minuman yang dapat mengiritasi buli-buli (kopi atau
cokelat)

Kesimpulan
Daftar Pustaka
1. dasar urologi
2. BPH
3. Ftcopy
4. Dasar patologis penyakit Ftocopy
5. McCance KL, Huether SE. Patophysiology: The biologic basis for disease in adults and
children. Ed 5. Canada: Elsevier; 2006.p216-22
6. Jong, Wim De, R. Sjamsuhidayat. 2004. Striktur uretra. Dalam: Saluran kemih dan alat
kelamin lelaki, Buku ajar ilmu bedah hal.752. EGC. Jakarta.

17

Anda mungkin juga menyukai