Anda di halaman 1dari 6

TUMOR BULI

DEFINISI
Tumor buli adalah tumor yang terdapat pada kandung kemih. Tumor buli merupakan
keganasan kedua setelah karsinoma prostat dan dua kali lebih banyak mengenai laki-laki
daripada wanita diatas usia 50 tahun.

ANATOMI
Kandung kemih adalah sebuah organ tubuh yang menyerupai sebuah kantung dalam
pelvis yang menyimpan urin yang diproduksi ginjal. Urin dialirkan ke kandung kemih
melalui ureter. Kandung kemih dibagi menjadi beberapa lapisan, yaitu :
-

Epitellium, bagian transisional dari epitel yang menjadi asal


datangnya sel kanker

Lamina propria, lapisan yang terletak di bawah epitellium

Otot detrusor, lapisan otot yang tebal dan dalam terdiri dari lapisanlapisan otot halus yang tebal yang membentuk lapisan dinding otot
kandung kemih.

Jaringan perivesikal lembut, lapisan terluar yang terdiri dari lemak,


jaringan-jaringan dan pembuluh darah.

Buli-buli terdiri dari 3 lapis otot detrusor yang saling beranyaman. Di bagian dalam
adalah otot longitudinal, di tengah otot sirkuler, dan yang terluar otot longitudinal. Mukosa

buli-buli terdiri atas sel-sel transisional yang sama seperti mukosa pada pelvis renalis, ureter
dan uretra posterior. Pada dasar buli kedua muara ureter dan meatus uretra internum
membentuk suatu segitiga yang disebut trigonum buli-buli.
Buli-buli berfunsgi menampung urin dari ureter dan kemudian mengeluarkannya
melalui uretra dalam mekanisme miksi (berkemih). Buli-buli mempunyai kapasitas
maksimal, yaitu 300-450ml untuk orang dewasa. Pada saat kosong, buli-buli terletak di
belakang simfisis pubis dan pada saat penuh berada di atas simfisis sehingga dapat di palpasi
dan perkusi.
Pada saat penuh, buli berada di atas simfisis sehingga dapat teraba dan memberikan
rangsangan pada sarah aferen dan menyebabkan aktivasi pusat miksi di medulla spinalis
segmen sacral S2-S4. Hal ini akan menyebabkan kontraksi otot detrusor, terbukanya leher
buli dan relaksasi sfingter uretra sehingga terjadilah proses miksi.

ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO


Penyebab pasti dari tumor buli tidak diketahui, namun menurut penelitian ada
beberapa faktor risiko terjadinya tumor buli, yaitu :
a. Usia. Risiko terjadinya tumor meningkat seiring bertambahnya usia terutama usia 5070 tahun
b. Jenis kelamin. Pria mempunyai risiko 4 kali lebih tinggi dibanding perempuan.
c. Merokok. Merupakan faktor risiko utama, karena mengandung amin aromatic dan
nitrosamine yang merupakan jenis hidrokarbon di dalam TAR dan akan meningkatkan
risiko terkena tumor buli.
d. Lingkungan pekerjaan yang terpajan bahan-bahan karsinogenik, misalnya pekerja
industri karet, kimia, dll.
e. Riwayat keluarga. Apabila di dalam keluarga ada yang menderita tumor buli, maka
akan meningkatkan risiko untuk menderita tumor ini.
f. Kopi, pemanis buatan dan obat-obatan untuk pemakaian jangka panjang dapat
meningkatkan risiko tumor buli.

GAMBARAN KLINIS

Gejala pada tumor buli tidak spesifik karena bisa terdapat juga di penyakit lain seperti
infeksi saluran kemih ataupun obstruksi. Gejala awal pada tumor buli adalah hematuria baik
mikroskopik maupun makroskopik. Dapat disertai gejala iritasi seperti frekuensi, urgency,
nokturia, disuria dan gejala obstruktif seperti retensi urin, kencing tidak puas, pancaran miksi
lemah, terputus-putus, hesitancy, mengejan, kencing menetes, dan distensi namun tidak pada
semua kasus.

BENTUK TUMOR
Tumor buli dapat terlihat dalam bentuk papiler, tumor non invasif (in situ), infiltrative
atau campuran antara bentuk papiler dan infiltratif.

KLASIFIKASI TUMOR BULI


T (TUMOR PRIMER)
Tis

Karsinoma in situ

Ta

Tumor papilari invasive

T1

Invasi submucosa

T2

Invasi otot superfisial

T3a

Invasi otot profunda

T3b
T4

N (NODULER)
N1

<2cm

N2

2-5 cm

N3

>5 cm

Invasi jaringan lemak


prevesika
Invasi ke organ sekitar

M (METASTASIS)

M1

Metastasis homogen

PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan laboratorium.
a. Laboratorium darah dan urinalisa
-

Terdapat hematuria makroskopik atau mikroskopik

Hb menurun

Leukositosis bila terjadi infeksi sekunder

Peningkatan kadar ureum dan kreatinin, apabila tumor menyumbat


kedua muara ureter.

b. Sitology urin
Pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas bersama urin
c. Antigen permukaan sel dan flow cytometry
Mendeteksi adanya kelainan kromosom sel-sel urotelium
b. Pemeriksaan radiologi
-

BNO-IVP
Pemeriksaan baku pada penderita yang diduga memiliki keganasan
saluran kemih. Pada pemeriksaan ini selain melihat adanya filling

defek pada buli juga mendeteksi adanya tumor sel transisional yang
berada di ureter atau pielum dan dapat mengevaluasi ada atau
tidaknya gangguan pada ginjal dan saluran kemih.
-

USG Abdomen
Dilakukan apabila penderita alergi terhadap zat kontras pada
pemeriksaan IVP, namun juga dapat melihat apakah ada kelainan
atau massa di saluran kemih.

c. Sistoskopi dan biopsi


Merupakan alat diagnosis primer dalam menentukan tumor buli. Dilakukan pada
penderita dengan suspek tumor buli-buli, terutama jika penderita berumur >40 tahun.
Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat ada atau tidaknya tumor di buli-buli sekaligus
dapat dilakukan biopsi (pengambulan jaringan tumor) untuk menentukan derajat
infiltrasi tumor untuk menentukan terapi selanjutnya.
d. CT scan atau MRI
Untuk menentukan ekstensi tumor ke organ sekitarnya dan dapat mendeteksi kelenjar
limfe yang membesar di dekat tumor yang menunjukan bahwa tumor sudah menyebar
ke kelenjar limfe.

TATA LAKSANA
a. Terapi endoskopik
Merupakan terapi baku karsinoma superfisialis melalui reseksi transuretral tumor
secara total. TURBT (Transurethral Resection of Bladder Tumor) adalah lini pertama
penatalakasanaan untuk diagnosis, klasifikasi dan mengobati tumor yang terlihat.
Sistoskopi untuk mengontrol kekambuhan biasanya diadakan setiap tiga bulan selama
satu tahun dan kemudian setiap enam bulan.
b. Radiasi
Diberikan setelah reseksi transuretral karsinoma kandung kemih superfisialis atau
setelah sistektomi. Radiasi juga dipakai untuk penyembuhan pada stadium T3 yang
tidak tahan pembedahan besar atau sebagai terapi paliatif tumor T4. Kadang
diperlukan sebagai terapi paliatif untuk menghentikan perdarahan atau gejaa
metastasis pada kasinoma lanjut.

c. Kemoterapi
Diberikan setelah reseksi transuretral karsinoma superfisialis. Kemoterapi secara
intravesikal bertujuan untuk mengurangi kemungkinan berkambuh. Kemoterapi yang
digunakan adalah tiotepa, adriamisin, doksorubisin, mitomisin C, dan BCG.
d. Operasi
Pembedahan dilakukan jika penyebaran karsinoma sudah sampai otot kandung kemih.
Ada tida macam pembedahan yang bisa dipilih, yaitu:
-

Sistektomi parsial : indikasi tumor soliter yang berbatas tegas pada


mukosa

Sistektomi total : terapi definitif untuk karsinoma superfisialis yang


kambuh

Sistektomi radikal : pilihan jika jika terapi lain tidak berhasil atau
timbul kekambuhan

PROGNOSIS
Tumor baru dapat dikontrol dengan cara transurethral, namun apabila muncul
kembali, kemungkinan akan menjadi lebih invasif dan ganas. Secara umum, prognosis tumor
buli bergantung pada derajat invasi dan diferensiasi. Pada tumor grade 1,2 hasil terbaik
didapatkan dengan reseksi transurethral. Sistektomi dapat mengatasi 15-25% tumor grade 3,4
dengan presentasi kematian saat operasi sebesar 5-15%. Radioterapi pada neoplasma ganas
dapat mengontrol 15-20% neoplasma selama 5 tahun.

Anda mungkin juga menyukai