Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KASUS

SEORANG ANAK PEREMPUAN USIA 1 TAHUN


DENGAN DIARE CAIR AKUT, DEHIDRASI RINGAN SEDANG

Diajukan Guna Melengkapi Sebagai Persyaratan Dokter Internship

Disusun Oleh :

Nama : dr. ROSY SYAJAROTUDDUROH

Wahana : RSUD Kab. Jombang

Periode : 09 Agustus 2021 – 08 November 2021

Dokter Pendamping :

dr. Sangidu

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

KABUPATEN JOMBANG

2021
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. CR
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 1 tahun 5 bulan
Berat badan : 8 kg
Alamat : Wonosalam, Jombang
Agama : Islam
Masuk RS : 21 September 2021
II. Data Orang Tua
 Ayah
o Nama : Tn. Y
o Usia : 28 tahun
o Pekerjaan : Buruh pabrik
o Pendidikan terakhir : SMA
 Ibu
o Nama : Ny. B
o Usia : 26 tahun
o Pekerjaan : Pedagang sembako
o Pendidikan terakhir : SMA
 Saudara
o Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara

III. DATA DASAR


Anamnesis (Heteroanamnesis)
Keluhan Utama:
BAB cair
Riwayat penyakit sekarang:
Pasien dibawa ke IGD RSUD KAB.JOMBANG oleh Ibunya dengan keluhan
BAB yang cair sejak 3 hari sebelum masuk Rumah Sakit kurang lebih 4 hingga
7 kali dalam 1 hari. Memberat sejak 1 hari SMRS, pasien diare sebanyak 8x,
dan pasien merasa lemas dan selalu tampak haus. Pada BAB pasien terdapat
lebih banyak cairan dibandingkan ampas, dengan warna BAB kekuningan,
tidak didapatkan lendir, tidak ada darah, dan tidak ada bau amis. Setiap diare
volume BAB setengah sampai dengan 1 gelas aqua.
Pasien disertai dengan keluhan muntah dan mual sejak 2 hari yang lalu,muntah
berwarna seperti warna makanan yang dimakan, tidak disertai darah, volume
muntah sebanyak ¼ gelas belimbing, frekuensi muntah rata-rata 2 kali sehari.
Tidak disertai keluhan perut kembung.
Pasien juga dikeluhkan demam sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, panas
tinggi, pasien sudah berobat ke puskesmas, diberikan paracetamol demam turun
namun kembali demam tinggi dan terlihat lemas. Mata pasien juga mulai
tampak cekung dan anak rewel terus. Keluhan lain batuk(-),pilek(-).

Riwayat penyakit dahulu:


Tidak didapatkan riwayat penyakit sebelumnya. Pasien tidak ada alergi
terhadap makanan, dan tidak ada alergi susu, atau riwayat diare sebelumnya.

Riwayat penyakit keluarga:


Tidak ada keluarga pasien mengidap diare serupa. Alergi obat dan makanan (-),
asma (-), batuk lama (-).

Riwayat pengobatan:
Pasien belum berobat kemanapun. Setiap diare pasien diberikan minum dan
makan namun selalu dimuntahkan kembali.

Riwayat Kehamilan Ibu


Saat kehamilan pasien, Ibu pasien melakukan Antenatal Care (ANC) setiap
bulan selama masa kehamilan ke bidan. Demam (-), batuk (-), pilek (-),
anyang-anyangen (-), hipertensi (-), diabetes mellitus (-), konsumsiobat-obatan
(-) obat multivitamin, jamu (-), pijatoyok (-), trauma (-), perdarahan (-),
keputihan (-), riwayatpecahketubandini (-) abortus (-). Ibu merasa sehat saat
hamil dan mengaku tidak ada keluhan apapun atas kehamilannya.Ini
merupakan kehamilan kedua. Ibu pasien hamil pada usia 20 tahun. Pada
kehamilan sebelumnya tidak didapatkan kelainan dan keluhan saat hamil, ibu
pasien merasa sehat pada kehamilan sebelumnya.

Riwayat Kelahiran

Pasien lahir secara spontan, cukup bulan (9 bulan), di bidan. Pasien lahir
langsung menangis, bergerak aktif, tidak didapatkan biru, tidak didapatkan
kejang, dan tidak didapatkan kulit dan sklera kuning. Berat badan lahir 3.000
gram dan panjang badan lahir ibu pasien lupa.

Riwayat Imunisasi (keluarga pasien tidak membawa KMS)


Keluarga pasien menyatakan bahwa imunisasi pasien lengkap sesuai buku
KMS, namun saat di IGD ibu tidak membawa buku KMS.

Hepatitis B :+
Polio :+
DPT :+
BCG :+
Campak :+
Hib :+

Riwayat Tumbuh Kembang


Keluarga pasien tidak secara rutin menimbang berat badan pasien dan tidak
menghafal beratnya selama pertumbuhan.
BBL : 3000 gram
PB lahir :-
BB saat ini : 12 kg
PB saat ini : 100 cm
Riwayat Nutrisi
Pasien minum ASI sejak lahir hingga sekarang.

IV. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan Umum
Keadaan : sakit sedang dan tampak lemah
 GCS 456, lemah
 Kesan dehidrasi
 Nafas spontan adekuat
 Wajah tidak dismorfik, tidak ikterik, tidak sianosis, dan tidak edema
 Rambut tampak hitam, tipis, tidak mudah dicabut

BB : 10 kg
Nadi : 90x/menit, reguler,kuat
Pernafasan : 32x/menit
Suhu : 38,4oC, aksiler
SpO2 : 99% Room air
B. Kepala Leher

Kepala Bentuk : mesosefal, simetris, tidak ada benjolan dan


massa, ubun-ubun cekung
Ukuran : normosefal
Rambut : warna hitam, tidak mudah dicabut
Wajah : simetris, deformitas (-), rash(-), sianosis (-)
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
edema palpebra (-/-), mata cowong (+/+), air mata
(↓/↓), pupil bulat isokor 3mm/3mm, reflek cahaya
(+/+)
Telinga : bentuk dan ukuran normal, posisi normal,
sekret (-)
Hidung : bentuk simetris, deviasi (-), sekret (-), perdarahan
(-), hiperemi (-), pernapasan cuping hidung (-)
Mulut : mukosa bibir kering (+), lidah kering (+) ,mukosa
sianosis (-), faring hiperemi (-), pembesaran tonsil
(-)

Leher Inspeksi : simetris, pembesaran kelenjar leher (-), massa (-)


Palpasi : pembesaran kelenjar limfe leher (-|-), trakea di
tengah, kaku kuduk (-)

Toraks Inspeksi: bentuk dada simetris, retraksi dinding dada (-),


deformitas (-), jaringan parut (-),
Jantung:
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V Mid Clavicular
Line sinistra
Auskultasi : bunyi jantung S1, S2 tunggal regular, murmur
(-), gallop (-)
Paru:
Inspeksi : gerak nafas simetris pada kedua sisi dinding
dada, retraksi dinding dada (-)
Palpasi : pergerakan dinding dada saat bernafas
simetris, stem fremitus normal.
Auskultasi :

SuaraNapas Ronki Wheezing

Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri

Vesikular Vesikular - - - -

Vesikular Vesikular - - - -

Vesikular Vesikular - - - -

Abdomen Inspeksi : Flat


Auskultasi : Bising usus (+)
Perkusi : meteorismus (-), shifting dullness (-),
undulasi (-)
Palpasi : abdomen soefl
Hepar : tidak teraba pembesaran
Lien : tidak teraba pembesaran
Turgor kulit kembali dengan lambat

Pemeriksa Atas Bawah


Ekstremitas
an
Kanan Kiri Kanan Kiri
Akral Hangat Hangat Hangat Hangat
kering kering kering kering
Anemis - - - -
Ikterik - - - -
Edema - - - -
Sianosis - - - -
Ptechiae - - - -
CRT < 2 detik < 2 detik < 2 detik < 2 detik
Tonus otot Kuat

Genitalia Inspeksi: kemerahan (-), hipospadia (-), epispadia (-), ruggae


skrotum jelas, tidak didapatkan duh dari saluran uretra, penis
dan skrotum terlihat dalam batas normal

Palpasi: Tidak didapatkan massa yang keras pada vagina.

Anus Inspeksi: baggy pant (-), kemerahan (-), luka (-)

Glasgow Comma Scale: 456


Neurologis
Meningeal Sign: Kaku kuduk (-), Kernig’s Sign (-),
Brudzinski I (-), Brudzinski II (-), Brudzinski III (-),
Brudzinski IV (-)
Pupil bulatisokor 3mm/3mm, Reflek cahaya +/+, Reflek
kornea +/+

Kekuatan Tonus
Ekstrimitas
Kanan Kiri Kanan Kiri
Atas 5 5 N N
Bawah 5 5 N N

ReflekFisiologis:
Biseps: +2 | +2
Triseps: +2 | +2
Patella: +2 | +2
Achilles: +2 | +2

ReflekPatologis:
Reflek: Kanan Kiri
Hoffmann - -
Trommer - -
Babinski - -
Chaddock - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Gonda - -
Schaeffer - -

I. Rencana Diagnosis
a. Darah lengkap
b. Serum Elektrolit

II. Pemeriksaan penunjang


Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan Kesan
Darah Lengkap

Haemoglobin 13,2 g/dL 12-16,0 Normal


Eritrosit 5,70 106/ uL 4,0 – 5,5 Meningkat
Leukosit 5,96 103/uL 5,0- 11,0 Normal
Hematokrit 40,6 % 40 – 47 Normal
Trombosit 327 103/uL 142 - 424 Normal
MCV 71,2 fL 80 – 93 Menurun
MCH 23,2 pg 27 – 31 Menurun
MCHC 32,5 g/dL 32 - 36 Normal
RDW 13,3 % 11,5 – 14,5 Normal
PDW 10,9 fL 9 – 13 Normal
MPV 9,9 fL 7,2 – 11,1 Normal
P-LCR 23,2 % 15,0 – 25,0 Normal
PCT 0,32 % 0,150 – 0,400 Normal
Diff. count :
Eosinofil 0,7 % 0–4 Normal
Basofil 0,2 % 0–1 Normal
Neutrofil 74,6 % 51 – 67 Meningkat
Limfosit 20,0 % 25 – 33 Menurun
Monosit 4,5 % 2–5 Normal
Elektrolit Serum
Natrium 134 mmol/L 135-145 Menurun

Kalium 4,0 mmol/L 3.1-5.1 Normal

Klorida 97 mmol/L 96-106 Normal

VII.Diagnosis Kerja

1. Diare Akut
2. Dehidrasi Ringan Sedang
VIII. Rencana Terapi
1. O2 ruangan
2. Rehidrasi IV PZ 100cc dalam 1 jam
3. Maintenance IV KAEN 3B 1000cc/24 jam
4. Inj Antrain 3x100mg K/p demam
5. Inj Ondasetron 3x1mg k/p mual muntah
6. PO : Oralit 100 cc/diare
Zinc 1x20 mg
L-bio sach 2x1 sach
TINJAUAN PUSTAKA

I. Pendahuluan
Diare adalah penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak di negara
berkembang. Sekitar 80 % kematian yang berhubungan diare terjadi pada 2 tahun
pertama kehidupan. Penyebab utama diare adalah dehidrasi sebagai akibat
kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinjanya. Penyebab kematian lain yang
penting adalah disentri, kekurangan gizi dan infeksi yang serius seperti
pneumonia. Menurut laporan departement kesehatan di indonesia setiap anak
mengalami diare 1,6 -2 kali setahun. Dari hasil study morbiditas oleh departenet
kesehatan di 8 propinsi pada tahun 1989, 1990, dan 1995 berturut-turut morbiditas
diare menunjukan 78,5 %, 103 %, 100%.

Diare adalah penyebab penting kekurangan gizi . ini di sebabkan karena


adanya anoreksi pada diare sehingga ia makan lebih sedikit dari pada biasabya
dan kemampuan menyerap sari-sari makanan juga berkurang. Padahal kebutuhan
sari makanan meningkat akibat adri adanya infeksi. Setiap episode diare akan
menyebabkan kekurangan gizi sehingga jika episode ini berkepanjangan,
dampaknya terhadap pertumbuhan akan meningkat. Penyakit diare juga
berdampak pada status ekonomi negara berkembang. Di beberapa negara, lebih
dari sepertiga tempat tidur anak di rumah sakit di huni oleh anak penderita diare.
Penderita ini sering di obati dengan cairan intravenayang mahal dan obat-obatan
yang tidak efective.

Untungnya pada saat ini sudah tersedia cara pengobatan yang mudah dan
efective yang dapat menurunkan secara bermakna jumlah kematian diare pada
sebagian besar kasus, sehingga penderita tidak perlu di rawat di rumah sakit dan
serta mencegah efek buruk dari diare pada status gizi anak. Upaya pencegahan
diare juga dapar di turunkan sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan
beratnya episode diare. Di Indonesia sejak upaya pembentukan KPD ( kegiatan
pendidikan diare) antara lain dengan pojok URO (Usaha Rehidrasi Oral ). Di
rumah sakit pendidikan, yang dilanjutkan dengan kegiatan PMPD (Pendididkan
Medik Pemberantasan Diare) , jumlah kasus diare yang di rawat di bangsal anak
semakin berkurang secara nyata. 4

II. Definisi
Menurut WHO (1998) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih
dari tiga kali sehari

Diare didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang BAB-nya


(buang air besar) ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja
melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya,
lazinnya 3 kali atau lebih dalam satu hari (DINKES, 2006).

Diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan
konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya;
dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu

Jenis - jenis diare secara klinik di bedakan tiga (3) yang masig-masing
mencerminkan pathogenesis yang berbeda dan memerlukan pendekatan yang
berlainan dalam pengobatannya.

Diare cair akut adalah diare yang terjadi secara akut dan berlangsung
kurang dari 7 hari dengan pengeluaran tinja yang lunak atau cair yang sering tanpa
darah. Mungkin disertai muntah atau panas. Diare cair akut dapat menyebabkan
dehidrasi dan bila masukan makanan berkurang, juga mengakibatkan kurang gizi.
Kematian terjadi karena diare. Peyebab diare cair akut di Negara berkembang
adalah : Eschericia coli enterotoxogenik, Shigella, Campylobacter Jejuni, dan
Crystoporidium . di beberapa tempat Vibrio cholera, Salmonella, dan E.coli
enteropatogenik. Diare melanjut adalah diare yang yang berlangsung antara 7
sampai 14 hari.

Diare Persisten adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari. Episode
ini dapat di mulai sebagai diare cair atau disentri. penyebab diare pada diare
persisiten E.coli, Shigella, dan Criptosporidium.
Diare kronik adalah diare yang diare yang berlangsung lebih dari 14 hari
dan bukan disebabkan oleh non bakterial seperti penyakit sensitive terhadap
glutein dan gangguan metabolism yang menurun. 1,2

Disentri adalah diare yang disertai darah pada tinja. Akibat terpenting
disentri adalah anoreksi , penurunan berat badan dengan cepat , dan kerusakan
mukosa usus karena bakteri invasi. Penyebab utama disentri adalah Shigella, dan
Campilobacter jejuni. Yang jarang adalah E.coli enteroinvasiv atau Salmonella.
Entamoeba Histolytica dapat menyebabkan disentri yang serius pada orang
dewasa muda tapi jarang pada anak-anak.

III. Epidemiologi
Pada tahun 1995, diare akut karena infeksi sebagai penyebab kematian pada
lebih dari 3 juta penduduk dunia. Kematian karena diare akut dinegara
berkembang terjadi terutama pada anak-anak berusia kurang dari 5 tahun

Hasil survei pada 2006 menunjukkan bahwa kejadian diare di Indonesia


adalah 423 dari tiap 1.000 orang, dan terjadi 1-2 kali per tahun pada anak-anak
berusia di bawah 5 tahun. Pada 2001, angka kematian rata-rata yang diakibatkan
diare adalah 23 di tiap 100.000 orang penduduk, sedangkan angka yang lebih
tinggi terjadi pada kelompok anak berusia di bawah 5 tahun, yaitu 75 per 100.000
orang. Sementara kematian anak berusia di bawah tiga tahun akibat diare adalah
19 persen, dengan kata lain sekitar 100.000 anak meninggal dunia tiap tahunnya
akibat diare.4

1. Penyebaran Kuman yang menyebabkan diare


Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara
lain melalui makanan/minuna yang tercemar tinja dan atau kontak langsung
dengan tinja penderita. Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran
kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare perilaku tersebut
antara lain :

a) Tidak memberikan ASI ( Air Susi Ibu ) secara penuh 4-6 bulan pada
pertama kehidupan pada bayi yang tidak diberi ASI risiko untuk
menderita diare lebih besar dari pada bayi yang diberi AsI penuh dan
kemungkinan menderita dehidrasi berat juga lebih besar.

b) Menggunakan botol susu , penggunakan botol ini memudahkan


pencernakan oleh Kuman , karena botol susah dibersihkan

c) Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Bila makanan disimpan


beberapa jam pada suhu kamar makanan akan tercemar dan kuman akan
berkembang biak,

d) Menggunakan air minum yang tercemar . Air mungkin sudah tercemar


dari sumbernya atau pada saat disimpan di rumah, Perncemaran dirumah
dapat terjadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila
tangan tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat
penyimpanan.

e) Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang
tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak,

f) Tidak membuang tinja ( termasuk tinja bayi ) dengan benar Sering


beranggapan bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya padahal sesungguhnya
mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar sementara itu tinja
binatang dapat menyebabkan infeksi pada manusia.

2. Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare


Beberapa faktor pada penjamu dapat meningkatkan insiden beberapa
penyakit dan lamanya diare. Faktor-faktor tersebut adalah :

a) Tidak memberikan ASI sampai 2 Tahun. ASI mengandung antibodi


yang dapat melindungi kita terhadap berbagai kuman penyebab diare
seperti : Shigella dan v cholerae

b) Kurang gizi beratnya Penyakit , lama dan risiko kematian karena diare
meningkat pada anak-anak yang menderita gangguan gizi terutama
pada penderita gizi buruk.
c) Campak, diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-
anak yang sedang menderita campak dalam waktu 4 minggu terakhir
hal ini sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh penderita.

d) Imunodefesiensi /Imunosupresi. Keadaan ini mungkin hanya


berlangsung sementara, misalnya sesudah infeksi virus ( seperti campak
) natau mungkin yang berlangsung lama seperti pada penderita AIDS
( Automune Deficiensy Syndrome ) pada anak imunosupresi berat,
diare dapat terjadi karena kuman yang tidak parogen dan mungkin juga
berlangsung lama.

3. Faktor lingkungan dan perilaku :


Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan
dua faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja kedua
factor ini akan berinteraksi bersamadengan perilaku manusia Apabila faktor
lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan
perilaku manusia yang tidak sehat pula. Yaitu melalui makanan dan minuman,
maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare. 2

IV. Etiologi
Faktor infeksi

a. Infeksi enteral (infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan


penyebab utama diare)
i. Infeksi bakteri : vibrio, E. coli, salmonela, shigella,
campylobacter, yersinia, aeromonas, dan sebagainya
ii. Infeksi virus : enterovirus, adenovirus, rotavirus, astrovirus, daii
lain-lain
iii. Infeksi parasite : cacing (ascaris), protozoa (entamoeba
histolytica, giardia lamblia, tricomonas hominis dan jamur
(candida albicans)
b. Infeksi parenteral (infeksi diluar alat pencernaan) seperti: OMA (Otitis
Media Akut), tonsilitis, tonsilofaringitis, brankopneumoma, ensefalitis,
dan sebagainya (sering terjadi pada bayi dan umur dibawah 2 tahun)
Faktor Malabsorpsi

 Malabsorbsi karbohidrat
 Disakarida ; intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa
 Monosakarida: intoleransi glukosa, fruktosadan galaktosa
 Molabsorbsi lemak
 Molabsorbsi protein
Faktor makanan

 Makanan beracun
 alergi terhadap makanan
Lain-lain

 Imunodefisiensi
 Gangguan psikologis (cemas dan takut)
 Faktor-faktor langsung:
o KEP (Kurang Energi Protein)
o Kesehatan pribadi dan lingkungan
o Sosioekonomi 2,5

V. Patofisiologi
Diare adalah kehilangan banyak cairan elektrolit melalui tinja. Bayi kecil
mengeluarkan tinja kira-kira 5g /kgbb/hari. Jumlah ini meningkat 200 gr /kgbb/
hari pada orang dewasa. Penyerapan air terbanyak terjadi di usus, kolon
memekatkan isi usus pada keadaan pada keadaan osmotik tinggi.kelainan yang
menggangu usus cenderung menyebabkan diare yang lebih banyak. Sedangkan
kelainan yang terjadi di kolon cenderung menyebabkan diare yang lebih sedikit.
Disentri dengan volume sedikit dan sering , tenesmus, rasa ingin buang air besar,
dan tinja betrdarah adalah gejala utama kolitis.

Dasar semua diare adalah gangguan transportasi larutan usus, perpindahan


air melalui membran usus berlangsung secara pasif dan ini di tentukan oleh aliran
larutan secara aktif maupun pasif terutama natrium dan klorida dan glukosa.
Patomekanisme diare kebanyakan dapat di jelaskan dari kelainan sekretorik,
osmotik, motilitas, kombinasi dari hal tersebut. Ada 3 prinsip mekanisme
terjadinya diare cair sekretorik dan osmotik. Infeksi usus dapat menyebabkan
diare dengan 3 mekanisme tersebut. Diare sekretori lebih sering terjadi dan
keduanya dapat terjadi pada satu pasien .

Gangguan sekretorik disebabkan oleh sekresi air dan elektrolit kedalam


usus halus. Hal ini terjadi bila absorbsi natrium oleh villi gagal sedangkan sekresi
klorida oleh sel epitel berlangsung terus atau meningkat. Hasil akhirnya adalah
sekresi cairan yang mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit dari tubuh
sebagai tinja cair. Hali ini menyebabkan terjadinya dehidrasi. Pada infeksi
perubahan ini terjadi karena adanya rangsangan pada mukosa usus oleh toxin
bakteri seperti toxin Eschericia coli dan Vibrio colera atau rotavirus

Gangguan osmotik , mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat
dilewati air dan elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik
antara isi usus dengan cairan ekstrasellular. Dalam keadaaan ini diare dapat terjadi
apabila suatu bahan yang secara osmotik aktif dan tidak dapat diserap. Jika bahan
semacam itu berupa larutan isotonik, air, dan bahan yang larut didalamnya akan
lewat tanpa diabsorsi sehingga terjadilah diare .

Gangguan motilitas usus, hiperperistaltik akan menyebabkan


berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare-
Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.1,2

Sebagai akibat diare akan terjadi:

1. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan


gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia)
2. Gangguan gizi bisa mengakibatkan penurunan berat badan dalam waktu
yang singkat oleh karena makanan sering dihentikan oleh orangtua
karena takut diare/muntah bertambah hebat. Walaupun susu diteruskan
sering diencerkan dalam waktu yang lama. Makanan yang diberikan sering
tidak dapat dicerna dan diabsorpsi dengan baik karena adanya
hiperperistaltik
3. Gangguan sirkulasi darah akibat diare dengan/tanpa muntah-muntah dapat
terjadi syok hipovolemik. Hal ini menyebabkan perfusi jaringan berkurang
dan dapat menyebabkan hipoksi.2

VI. Manifestasi Klinis


Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh naik, nafsu makan
berkurang kemudian timbul diare. Tinja mungkin disertai lendir dan darah. Warna
tinja makin lama berubah kehijauan karena bercampur dengan, Daerah anus dan
sekitarnya timbul luka lecet karena sering deflkasi dan tinja yang asam akibat
laktosa yang tidak diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat timbul
sebelum atau selama diare dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang
atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila kehilangan
cairan terus berlangsung tanpa pergantian yang memadai gejala dehidrasi mulai
tampak yaitu : BB turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun cekung
(bayi), selaput lender bibir dan mulut, serta kulit kering. Bila berdasarkan terus
berlanjut, akan terjadi renjatan hypovolemik dengan gejala takikardi, denyut
jantung menjadi cepat, nadi lemah dan tidak teraba, tekanan daran turun, pasien
tampak lemah dan kesadaran menurun, karena kurang cairan, deuresis berkurang
(oliguria-anuria). Bila terjadi asidosis metabolik pasien akan tampak pucat, nafas
cepat dan dalam (pernafasan kusmaul) 2,4
Tabel 1. Gejala dan tanda pada diare akibat infeksI
VII. Derajat Dehidrasi
Derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan :

 Kehilangan BB
1. Dehidrasi ringan ; menurun BB 0 - 5%
2. Dehidrasi sedang : menurun BB 5 - 10%
3. Dehidrasi berat : Dehidrasi berat : menurun BB > 10%
Tabel 2. Derajat dehidrasi

PENILAIAN A B C

Lihat

Keadaan Baik, sadar *Gelisah, rewel *Lesu,lunglai, tidak


Umum sadar

Mata Normal Cekung Sangat cekung

Air Mata Ada Tidak ada Tidak ada

Mulut dan Basah Kering Sangat kering


lidah

Rasa Haus Minum Biasa, *Haus ingin *Malas minum atau


Tidak haus minum banyak tidak bias minum

Periksa Turgor Kembali cepat *Kembali *Kembali sangat


Kulit lambat lambat

Derajat TANPA DEHIDRASI DEHIDRASI


Dehidrasi DEHIDRASI RINGAN BERAT
SEDANG
Bila ada 1 tanda* +
Bila ada 1 1 atau lebih tanda
tanda* + 1 atau lain
lebih tanda lain

Terapi Rencana Terapi Rencana terapi Rencana C


A B

VIII. Pemeriksaan Penunjang


 Feses  makroskopik (warna, konsistensi, darah(-/+), lendir (-/+) )
 Mikrokopik (leukosit, kista, telur cacing, )
 Darah (darah rutin, GDS, elektrolit.) 5
IX. Diagnosis banding
 Diare Akut
 Diare Persisten
 Diare Kronik
 Disentri
X. Kriteria
Diagnosis
Anamnesis

 Buang air besar lebih cair/ encer dari biasanya, frekuensi > 3 x / hari
 Dapat disertai darah (disentri)
 Dapat terjadi muntah , nyeri perut atau panas

Pemeriksaan fisik

 Tanda dan gejala tanpa dehidrasi atau,


 Tanda dan gejala dehidrasi ringan sedang atau,
 Tanda dan gejala dehidrasi berat dengan atau tanpa syok
 Dapat disertai atau tidak tanda dan gejala gangguan keseimbangan
elektrolit dan atau gangguan keseimbangan asam basa.
Laboratorium

 Feses : dapat disertai darah atau lender


PH asam  diare osmotic

Leukosit > 5 / LPB - disentri

ELISA (bila memungkinkan untuk etiologi virus)

 Darah : Dapat terjadi gangguan elektrolit dan gangguan asam basa. 5

XI. Komplikasi
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat)
2. Renjatan hipovolemik
3. Hipokalemia/ dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,
takikardia
4. Hipoglikemi
5. Kejang, yang biasanya disebabkan oleh hipogloikemik, hiponatremi,
hipernatremia.
6. Malnutrisi energi protein (muntah dan mual bila lama/ kronik) 2

XII. Tatalaksana
a. Mencegah terjadinya dehidrasi
Mencegah terjadinya dehidasi dapat dilakukan mulai dari rumah
dengan memberikan minum lebih banyak dengan cairan rumah tangga yang
dianjurkan seperti air tajin , kuah sayur, air sup. Bila tidak mungkin
memberikan cairan rumah tangga yang dianjukan , berikan air matang.

Macam Cairan yang dapat digunakan akan tergantung pada :

 Kebiasaan setempat dalam mengobati diare


 Tersedianya cairan sari makanan yang cocok
 Jangkauan pelayanan Kesehatan
 Tersedianya oralit
b. Mengobati dehidrasi
Bila terjadi dehidrasi (terutama pada anak), penderita harus segera
dibawa ke petugas atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan
yang cepat dan tepat, yaitu dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi berat,
penderita harus segera diberikan cairan intravena dengan ringer laktat
sebelum dilanjutkan terapi oral

c. Memberi makanan
Berikan makanan selama diare untuk memberikan gizi pada
penderita terutama pada anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan. Berikan cairan termasuk oralit dan makanan
sesuai yang dianjurkan. Anak yang masih mimun ASI harus lebih sering
diberi ASI. Anak yang minum susu formula diberikan lebih sering dari
biasanya. Anak Usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapat
makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna sedikit
sedikit tetapi sering Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra
diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan anak.

d. Mengobati masalah lain


Apabila diketemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain,
maka diberikan pengobatan sesuai indikasi, dengan tetap mengutamakan
rehidrasi. Tidak ada Obat yang aman dan efektif untuk menghentikan
diare.2

Tentukan Derajat Dehidrasi

RENCANA TERAPI A

UNTUK MENGOBATI DIARE DIRUMAH

PENDERITA DIARE TANPA DEHIDRASI

GUNAKAN CARA INI UNTUK MENGAJARI IBU :

 Teruskan mengobati anak diare dirumah


 Berikan terapi awal bila terkena diare lagi
1. Berikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya untuk
mencegah dehidrasi
Gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan, seperti larutan
oralit,makanan yang cair (seperti sup, air tajin ) dan kalau tidak ada air
matang. Gunakan larutan oralit untuk anak seperti dijelaskan dalam kotak
dibawah (catatan jika anak berusia kurang dari 6 bulan dan belum makan
makanan padat lebih baik diberi oralit dan air matang dari pada makanan
yang cair ). Berikan larutan ini sebanyak anak mau, berikan jumlah larutan
oralit seperti dibawah. Teruskan pemberian larutan ini hingga diare
berhenti

2. Beri anak makan untuk mencegah kurang gizi


Teruskan ASI , Bila anak tidak mendapat ASI berikan susu yang
biasa diberikan, untuk anak kurang dari 6 bulan dan belum mendapat
makanan padat , dapat diberikan susu,

Bila anak 6 bulan atau lebih atau telah mendapat makanan padat:

o Berikan bubur bila mungkin dicampur dengan kacanf-kacangan,


sayur, daging atau ikan , tambahkan 1 atau 2 sendok teh minyak
sayur tiap porsi
o Berikan sari buah segar atau pisang halus untuk
menanbahkan kalium
o Berikan makanan yang segar masak dan haluskan atau
tumbuk makanan dengan baik
o Bujuk anak untuk makan , berikan makanan sedikitnya 6 kali
sehari
o Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti, dan
diberikan porsi makanan tambahan setiap hari selama 2 minggu
3. Bawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik
dalam 3 hari atau menderita sebagai berikut :
 Buang Air besar cair lebih sering
 Muntah berulang-ulang
 Rasa haus yang nyata
 Makan atau Minum sedikit
 Demam
 Tinja berdarah 5
Tabel 3. Jumlah oralit yang diberikan sesuai dengan usia

Usia Jumlah Oralit yang Jumlah Oralit yang di


diberikan tiap BAB sediakan di rumah
(ml) ((ml/hari)

<1 50 – 100 400 (2 bungkus)

1–4 100-200 600-800 (3-4 bungkus)

>5 200-300 800- 1.000 (4-5 bungkus)

Dewasa 300-400 1.200- 2600

Tunjukan kepada ibu cara mencampur oralit

 Berikan sesendok the tiap 1-2 menit untuk usia < 2 tahun
 Berikanlah beberapa gelas untuk anak yang lebih tua
 Bila anak muntah tunggulah 20 menit. Kemudian berikan caiaran lain
untuk mendapatkankan tambahan oralit.

Komposisi Formula WHO (200 ml)

Na Klorida (garam ) : 0,7 g

Glukosa :4g

Atau

Sukrosa (gula biasa) :8g

Trisodium sitrat dihidrat :0,5 g

K Klorida : 0,3
RENCANA TERAPI B
UNTUK TERAPI DEHIDRASI RINGAN/SEDANG

JUMLAH ORALIT YANG DIBERIKAN DALAM 3 JAM PERTAMA

ORALIT yang diberikan dihitung dengan mengalikan berat badan penderita ( kg )


dengan 75 ml

Bila berat badan anak tidak diketahui dan atau untuk memudahkan di lapangan berikan oralit
sesuai tabel dibawah ini
Umur Umur < Tahun 1 – Tahun > Tahun
1 4 5 Dewasa
Jumlah 300 ml 600 ml 1200 ml 2400 ml
oralit

Bila anak menginginkan lebih banyak oralit berikanlah

Bujuk ibu untuk meneruskan ASI

Untuk bayi dibawah 6 bulan yang tidak mendapat ASI berikan juga 100 200 ml air masak
selama masa ini

Setelah 3-4 jam nilai kembali anak menggunakan bagan penilaian kemudian
pilih rencana terapi a , b atau c untuk melanjutkan terapi

 Bila tidak ada dehidrasi , ganti ke rencana terapi A, Bila dehidras telah hilang
anak biasanya kemudian mengantuk dan tidur
 Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/ sedang ulang Rencana terap B ,
tetapi tawarkan makanan susu dan sari buah seperti rencana terapi A
 Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat ganti dengan rencana terapi C
Bila ibu harus pulang sebelum selesai rencana terapi B

 Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam terapi 3 jam di rumah
 Berikan oralit untuk rehidrasi selama 2 hari lagi seperti dijelaskan dalam
rencana terapi A
 Tunjukkan cara melarutkan oralit
 Jelaskan 3 cara dalam rencana terapi A untuk mengobati anak dirumah
 Memberikan oralit atau cairanlain hingga diare berhenti
 Memberi makan anak sebagaimana biasanya
 Membawa anak ke petugas kesehatan. 5

RENCANA TERAPI C

UNTUK DEHIDRASI
BERAT

Mulai diberikan cairan IV bila penderita bisa minum segera berikan oralit.
Sewaktu cairan IV di mulai beri 100 ml/kgBB

Umur Pemberian Pemberian 70 ml /


30 ml/kgBB kgBB (jam)
(jam )
<1 1 5 jam
tahun jam
1 tahun ½ 2½
jam jam
Di ulangi bila denyut nadi masih lemah atau tidak teraba

 Nilai lagi penderita 1-2 jam bila nadi belum teraba percepat tetesan
intravena
 Berikan oralit 5ml/kgBB. Kemudian nilai kembali. Dan pilih rencana
terapi yang sesuai.

XIII. Tatalaksana Nutrisi Pada Diare


Perlu bimbingan ibu-ibu untuk tentang cara pemberian cara pemberian
makanan yang aik pada anak, mengajari pentingnya meneruskan pemberian
makanan penuh selama diare dan membantu usaha mereka untuk mengikuti anjuran
ini. Empat kunci utama tatalaksana gizi diare yang benar:

 Menilai status gizi


 Memberi makanan yang tepat pada saat episode diare
 Memberi makanan yang tepat pada waktu penyembuhan dengan tindak
lanjutnya.
 Komunikasi yang efektif tentang anjuran diet kepada ibu.
Pemberian ASI selama diare tidak boleh di kurangi atau di hentikan tetapi
diperbolehkan sesering atau selama anak menginginkannya. ASI harus di
berikan untuk menambah larutan oralit. Susu sapi atau formula yang biasa di
terima bila timbul dehidrasi maka pemberian susu harus di hentikan selama
rehidrasi untuk 4-6 jam dan kemudian dilanjutkan lagi. Makanan lunak bila anak
berumur 4 bulan atau lebih sudah bisa menerima makanan lunak, makanan ini
harus di teruskan. Bayi umur 6 bulan atau lebih harus mulai di berikan makanan
lunak bila belum pernah di beri. Bila timbul dehidrasi makanan ini harus di
hentikan 4 – 6 jam untuk rehidrasi untuk kemudian di lanjutkan lagi. Paling tidak
separuh makanan diet harus berasal dari makanan porsi kecil tetapi sering (6 kali
atau lebih) dan mereka harus di bujuk untuk makan.

Banyak literatur yang menyebutkan bahwa probiotik memberikan kebaikan


dalam penanganan diare akut pada bayi. Probiotik dengan pemberian dua kali
sehari selama 5 hari dipercaya terbukti memberikan kebaikan dalam mengurangi
frekuensi, serta durasi penyakit diare. Probiotik dipercaya dapat mengurangi
lama waktu kesakitan, dengan meningkatkan respon imun, memperbaiki mukosa
usus, sebagai substansi penting dalam antimikroba dan menyeimbangan jumlah
mikroba diusus. Angka penguranga dari frekuensi defekasi secara drastis dalam
<3 hari terdapat pada kelompok yang memeperoleh probiotik dengan kelompok
kontrol. Konsistensi faeces yang lebih padat dan durasi yang lebih pendek pada
kelompok probiotik. Rata-rata lama durasi diare juga mengalami hasil yang
signifikan pada kelompok probiotik.
REFERENSI
Budiarso, Aswita.dkk. Pendidikan Medik Pembatasan Diare Buku Ajar Diare
Pegangan Mahasiswa . Jakarta: Departement Kesehatan R.I PPM & PLP.
1999
FKUI. 2007. Jurnal Gastrohepatologi Anak Indonesia Vol 1 No.4 Juni 2007. BKGAI,
Jakarta
FKUI. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ke-4. Media Aesculapius, Jakarta
Greenberg, H.B. and Estes, M.K., 2009. Rotaviruses: from pathogenesis to
vaccination. Gastroenterology, 136(6), pp.1939-1951.
IDAI. 2009. Pedoman Pelayanan Medis. Badan Penerbit IDAI, Jakarta
IDAI. 2011. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi Cetakan Kedua. Badan Penerbit
IDAI, Jakarta
Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol. 1. 15 ed. Behrman Richard E, Robert MK, Ann
MA, editor. Jakarta: EGC; 1999. 53,61
Juffrie, M. and Mulyani, N.S., 2009. Modul pelatihan diare. UKK Gastro-hepatologi
IDAI, Edisi pertama. Jakarta.
Koletzko, S. and Osterrieder, S., 2009. Acute infectious diarrhea in children. Dtsch
Arztebl Int, 106(33), pp.539-47.

Anda mungkin juga menyukai