Anda di halaman 1dari 44

Case Report Session

Tatalaksana Mola Hidatidosa dan Hipertiroid


dengan Kuretase Vakum

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RUMAH SAKIT UMUM PENDIDIKAN RADEN MATTAHER/
FKIK UNJA
2017
Pendahuluan

MOLA HIDATIDOSA

Neoplasma jinak dari sel trofoblast

Frekuensi >>>: Penyakit trofoblas gestasional (PTG)


Asia, Afrika dan Amerika
15-45 tahun

Koriokarsinoma. Ganas

Mola hidatidosa Jinak


IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. N
No. RM : 878230
Umur : 39
Suku bangsa : Melayu, indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : D3 Nama : Tn. M
Pekerjaan : IRT Umur : 41
Alamat : RT 09 sungai gelam Suku bangsa : Melayu, indonesia
MRS: 13-02-2018 pukul 13:10 WIB Agama : Islam
Pendidikan : D3
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : RT 09 sungai gelam
IDENTITAS PASIEN

Keluhan utama

Pasien merupakan rujukan dari RS Sungai gelam dengan diagnosa


mola hidatidosa + susp. Hipertiroid

Pasien merupakan rujukan dari RS Sungai gelam dengan diagnosa mola hidatidosa + susp.
Hipertiroid. Pasien datang ke RS sungai gelam dengan keluhan keluar darah bergumpal dari jalan
lahir sejak 7 hari SMRS sungai gelam. Darah yang keluar berwarna merah kecoklatan. Awalnya
Perdarahan terjadi sedikit, sehingga pasien memakai satu pembalut setiap harinya. Pada 3 hari
smrs sungai gelam pendarahan dirasakan semakin bertambah sehingga pasien memerlukan 2
pembalut perhari. Penderita sebelumnya mengetahui bahwa ia sedang hamil anak ketujuh melalui
pemeriksaan air seni dengan menggunakan pemeriksaan stik 2 bulan yang lalu. Keluhan ini
mendorong penderita untuk berobat ke RS sungai gelam, lalu dilakukan USG didapatkan kesan mola
hidatidosa. Kemudian pasien di rujuk ke RSUD mattaher untuk dilakukan kuret. Penderita juga
mengeluh jantung berdebar, sering rasa mual dan muntah.
Riwayat penyakit Riwayat
dahulu penyakit
Hipertensi (-), DM keluarga
(-), Asma (-), PJK Hipertensi (-), DM
(-), Tumor (-), (-), Asma (-),
Kista (-), TB (-), PJK (-), Tumor
Hipertiroid (-) (-), Kista (-), TB
(-)
DATA KEBIDANAN

Menarche : usia 13 Status perkawinan: kawin GPA : G7P3A3


tahun Berapa kali: 1 kali  HPHT: 24 -12- 2017
HPHT : 24 -12- 2017 Usia menikah: 22 tahun Usia kehamilan: 7-8
menstruasi : teratur minggu
Lama menstruasi: 5 hari Taksiran persalinan: 31-
Siklus : 28 hari 10- 2018

Dissmenorrhea : ya ANC: -

Warna : merah tua munisasi: -

Bentuk perdarahan: Riwayat KB: tidak pernah


Encer
Bau Menstruasi: Anyir
Fluor albus : Sebelum
haid
Jumlah : Sedikit
Lama : 2 hari
Kepala: Normocephal (+),
Cloasma gravidarum (-)
Mata: Conjungtiva anemis +/
+, sklera ikterik -/-
Telinga: dalam batas normal
Mulut dan gigi: dalam batas
Dada normal Leher
Inspeksi : Simetris, Pembesaran kelenjar Tiroid
mammae tidak ada : Tidak ada
benjolan, pembesaran Pembesaran Kelenjar Limfe
mammae simetris, bekas : Tidak ada
Cor luka (-), retraksi (-) Pembesaran Vena
Inspeksi : Ictus cordis tidak Jugularis : Tidak ada
Pulmo
terlihat Inspeksi : Gerakan dinding dada
Palpasi : Ictus cordis teraba di simetris kanan dan kiri
ICS IV Palpasi : Massa (-), nyeri tekan
Perkusi : Apex jantung berada di (-), krepitasi (-), fremitus
ICS IV taktil sama pada paru kanan dan
Status ginekologi
Auskultasi : BJ I/II reguler, murmur kiri
(-), gallop (-) • Pemeriksaan Luar : abdomen Perkusi : Fremitus vocal sama
Abdomen
Inspeksi : Membesar, linea cembung,
nigra simetris, fundus
pada paru kanan dan kiri
(+), striae gravidarum (-) Auskultasi : Vesikuler +/+, ronkhi
uteri teraba di simfisis pubis,
bekas luka laparotomi (+) nyeri tekan abdomen (-) -/-, wheezing -/-
Auskultasi : Bising usus (+)• normal
Inspekulo :
Palpasi : Nyeri tekan (-),Tampak
nyeri OUE tertutup, tampakEkstremitas : Akral dingin,
lepas (-), pembesaran hepar pucat (+), edema -/- simetris kiri
(-), pembesaran lien (-)
perdarahan (+) tidak aktif keluar
dan kanan
Perkusi : Timpani (+) pada dari muara OUE, Fluor (-), erosi
seluruh Genitalia Eksterna
bagian abdomen (-), laserasi (-), polip (-)Labia mayora/minora
• Pemeriksaan dalam: tidak : Simetris
dilakukan Pembengkakan Kelenjar
Bartholini : Tidak ada
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan darah rutin 13-2-2018 Pemeriksaan kimia darah 14-2-2018


Tampak gambaran honey
comb appearance di
dalam cavum uteri
berukuran 6x5,4cm
Kesan: mola hidatidosa
Origami Agenda Slide

DIAGNOSA
G7P3A3 gravida 7-8 minggu + mola
hidatidosa + hipertiroid

PENATALAKSANAAN
IVFD RL 20 tpm,
Inj. Kalnex 2x500mg,
Inj. Ranitidin 2x1 amp,
Konsul Sp.PD,
r/ kuretase
MOLA HIDATIDOSA
Definisi

Plasenta dengan vili korialis yang berkembang tidak sempuna


dengan gambaran adanya pembesaran, edema dan vili vesikuler
sehingga menunjukkan berbagai ukuran trofoblas proliferatif tidak
normal
Epidemiologi

Indonesia 1 dari 77 kehamilan dan 1 dari 57 persalinan


Asia 1 per 120 kehamilan
Barat 1 per 2.000 kehamilan

Faktor risiko:
Usia kurang dari 20 tahun dan di atas 35 tahun,
gizi buruk, riwayat obstetri, etnis dan genetik
ETIOLOGI

Penyebab mola hidatidosa tidak


diketahui secara pasti

Faktor ovum : Usia ibu Imunoselektif


ovum memang yang dari
sudah patologik terlalu tropoblast
sehingga mati, muda Keadaan sosio-
tetapi terlambat atau tua ekonomi
dikeluarkan. (36-40 yang rendah
tahun)
beresiko
50%
menderit
a mola
Paritas Kekurang
hidatidos Infeksi virus
tinggi an
a. dan faktor
protein kromosom
yang
belum
jelas.
Patofisiologi

Mola hidatidosa komplit Mola hidatidosa parsial

Satu sel sperma membawa Merupakan triploid yang mengandung


kromosom 23 X  sel telur yang dua set kromosom paternal dan satu
tidak membawa gen maternal (tidak set kromosom matenal
aktif)
Teori
Teori missed
abortion
neoplasm
a

Mudigah mati pada usia Fungsi sel-sel trofoblas


kehamilan 3-5 minggu  menjadi abnormal 
gangguan peredaran darah  reabsorpsi cairan yang
penimbunan cairan dalam berlebihan kedalam villi
jaringan mesenkim dari villi
Gambaran Klinis

Amenorrhe dan tanda – tanda kehamilan


Perdarahan pervaginam  rata-rata minggu ke 12-14
Uterus sering membesar lebih cepat, tidak sesuai dengan
usia kehamilan
Tidak dirasakan tanda – tanda adanya gerakan janin
maupun ballotement
Hiperemesis cukup berat
Preklampsia dan eklampsi sebelum minggu ke – 24
Keluar jaringan mola
Tirotoksikosis
Tirotoksikosis

Pemicu  tingginya kadar hCG  stimulasi reseptor tyroid stimulating


hormone (TSH)  peningkatan sekresi T4 dan T3

Mola hidatidosa memiliki potensi untuk menjadi ganas . Kriteria:


Ukuran uterus > 20 minggu
Umur penderita > 35 tahun
Hasil PA (kuretase) menunjukkan gambaran proliferasi trofoblas
berlebihan.
β HCG praevakuasi ≥100.000 Miu/ml
Penyakit trofoblas ganas pasca mola hidatidosa

Hasil pemeriksaan hCG pascamola menetap 4 kali berturut-


turut selama 3 minggu atau lebih (hari ke 1, 7,14,21
pascamola)
Hasil pemeriksaan hCG selama 3 minggu berturut-turut atau
lebih pascamola menunjukkan kenaikan, sekurang-
kurangnya selama 2 minggu atau lebih (hari ke 1,7, 14
pascamola)
Kadar hCG tetap tinggi selama 6 bulan atau lebih
Kesimpulan hasil pemeriksaan histologis adalah
koriokarsinoma
Perhitungan faktor
prognostik dengan skor
0-6 dianggap sebagai
pasien dengan resiko
rendah, sedangkan
dengan skor >7 maka
dianggap sebagai
beresiko tinggi.
DIAGNOSIS

Gejala hamil muda lebih nyata

Perdarahan yang sedikit atau banyak

Anamnesi Pembesaran rahim yang tidak sesuai


s kehamilan

Keluar bergelembung seperti busa

Tidak terasa gerakan janin


DIAGNOSIS
Inspeksi : muka dan kadang-kadang badan
kelihatan kekuningan yang disebut muka
mola (mola face)
Pemeriksaa
n Fisik Palpasi : Uterus membesar tidak sesuai
dengan tuanya kehamilan, teraba lembek,
tidak teraba bagian-bagian janin dan
ballotement dan gerakan janin.

Auskultasi : tidak terdengar bunyi denyut


jantung janin

Pemeriksaan dalam : perdarahan dalam


kanalis servikalis
DIAGNOSIS
Pada mola sonde mudah masuk
kedalam cavum uteri, pada kehamilan
Percobaan biasa ada tahanan oleh janin.
Sonde
Sonde dimasukkan ke dalam kanalis
servikalis secara pelan dan hati-hati,
kemudian sonde diputar. Jika tidak ada
tahanan, kemungkinan terdapat mola
hidatidosa.
DIAGNOSIS

Pemeriksa
an
Laboratori
um
Pemeriksaan kadar β-hCG
Pengukuran kadar Hormon Karionik
Ganadotropin (HCG) yang tinggi yaitu β
-hCG urin > 100.000 mlU/ml atau β -hCG
serum > 40.000 IU/ml.5

Pemeriksaan kadar T3 /T4


Pemeriksaa
n Radiologi

Snow pattern  komplit

Swiss cheese  parsial


DIAGNOSIS
Pemeriksa
an
Histopatolo
gi

Mola hidatidosa komplit : terdapat


perubahan hidropik pada vili, vaskuler
disertai proliferasi pada kedua lapisan
jaringan trofoblas dan tidak terdapat janin
Mola Hidatidosa Parsial: terdapat
perubahan hidropik pada sebagian vili,
masih ada gambaran vaskuler, proliferasi
hanya terjadi pada lapisan sinsisio
trofoblas dan kadang-kadang bisa terdapat
janin atau jaringan janin yang normal.
Diagnosi
s
Banding

Kehamilan ganda

Abortus imminens

Hidroamnion

Khoriokarsinoma
Penatalaksanaan Atasi syok
Transfusi darah
Perbaikan keadaan umum

Pengeluaran jaringan mola

Kuretase Laminaria  12 jam sebelum


kuretase

Umur tua, paritas tinggi, faktor


Histerektomi predisposisi keganasan
Penatalaksanaan

Kemoterapi profilaksis Bermanfaat pada pasien


dengan risiko tinggi

MTX 20 mg/hari IM dan asam folat 5 mg/hari IM yang diberikan 12


jam setelah pemberiann methotrexate, kedua-duanya diberikan 5
hari berturut-turut.

Actinomycin D 0,5 mg/hari IV diberikan selama 5 hari berturut-


turut.
Pemeriksaan
lanjutan

Secara klinis dan laboratorium


Tinggi fundus uteri
12 bulan pascamola hidatidosa  KB kondom
Mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-3 tahun
Setiap minggu pada Triwulan pertaSetiap 2 minggu pada Triwulan
kedua
Setiap bulan pada 6 bulan berikutnya
Setiap 2 bulan pada tahun berikutnya, dan selanjutnya setiap 3
bulan
Pemeriksaan
lanjutan

Diagnosis adanya pertumbuhan baru jaringan trofoblas


dengan pemeriksaan β-hCG:
Kadar β-hCG ≥ 1000 mIU/ml pada minggu ke 4
Kadar β-hCG ≥ 100 mIU/ml pada minggu ke 6
Kadar β-hCG ≥ 30 mIU/ml pada minggu ke 8.
KOMPLIKASI

◉ Perdarahan hebat

◉ Krisis tiroid (tirotoksikosis)

◉ Infeksi, sepsis

◉ Perforasi uterus

◉ Keganasan (khoriokarsinoma)

◉ Emboli trofoblast
PROGNOSIS

20% wanita dengan kehamilan mola komplet


berkembang menjadi penyakit trofoblastik ganas 
Faktor:
umur penderita yang tua,
kadar hCG yang tinggi (>100.000mIU/mL)
eklamsia,
Hipertiroidisme
kista teka lutein bilateral

Risiko terjadinya rekurensi adalah sangat sekitar 1-2%


ANALISA KASUS

Teori Kasus
Mola Hidatidosa adalah neoplasma jinak Pasien wanita datang dengan keluhan
dari sel trofoblast. Pada mola hidatidosa keluar darah bergumpal dari jalan lahir
kehamilan tidak berkembang menjadi janin sejak 7 hari SMRS. Darah yang keluar
yang sempurna, melainkan berkembang berwarna merah kecoklatan, awalnya
menjadi keadaan patologik. perdarahan darah keluar sedikit kemudian bertambah
pervaginam mulai dari sekedar spotting banyak 3 hari SMRS. Penderita mengetahui
hingga perdarahan masif adalah gejala dirinya hamil melalui tespack sekitar 2
yang paling umum terjadi pada pasien bulan yang lalu. Penderita juga mengeluh
dengan kehamilan mola komplit dan jantung berdebar, sering rasa mual dan
terjadi pada 97% kasus. Juga dijumpai muntah
Amenorrhoe dan tanda – tanda kehamilan,
hiperemesis, uterus sering membesar lebih
cepat dari biasanya tidak sesuai dengan
usia kehamilan, Tidak dirasakan tanda –
tanda adanya gerakan janin maupun
ballotement. Peningkatan hormon β-hCG
pada mola hidatidosa menyebabkan gejala
seperti takikardi, tremor dan kulit yang
hangat, mual dan muntah.
ANALISA KASUS

Teori Kasus
kehamilan mola hidatidosa Pasien wanita datang dengan
uterus sering membesar lebih keluhan keluar darah
bergumpal dari jalan lahir sejak
cepat dari biasanya tidak sesuai 7 hari SMRS. Darah yang keluar
dengan usia kehamilan, tidak berwarna merah kecoklatan,
awalnya darah keluar sedikit
adanya gerakan janin, tidak kemudian bertambah banyak 3
teraba bagian janin, tidak ada hari SMRS. Penderita
mengetahui dirinya hamil
detak jantung janin. melalui tespack sekitar 2 bulan
yang lalu. Penderita juga
mengeluh jantung berdebar,
sering rasa mual dan muntah
ANALISA KASUS

Teori Kasus

Pada mola hidatidosa dan tumor trofoblas Pada pemeriksaan penunjang ditemukan
gestasional umumnya kadar hCG jauh lebih kadar β-hCG meningkat, kadar T3 dan T4
tinggi dari pada kadar puncak hCG pada meningkat.
kehamilan normal. β -hCG > 300.000
mIU/ml mempengaruhi reseptor
thyrotropin, mengakibatkan aktifitas
hormon-hormon tiroid (T3/T4) meningkat.
Patofisiologi terjadinya hipertiroid pada
kehamilan mola hidatidosa adalah
terjadinya peningkatan kadar serum hCG
yang mempunyai efek stimulasi tiroid. .
Hormon hCG dan TSH merupakan hormon
yang termasuk dalam kelompok hormon
glikoprotein yang mengandung subunit α
dan subunit β. Subunit β pada hormon hCG
dan hormon TSH 85% memiliki kesamaan
pada 114 asam amino pertama. Persamaan
ini menyebabkan terjadi stimulasi
berlebihan hCG terhadap reseptor TSH
pada kelenjar tiroid untuk memproduksi
hormon tiroksin dan triodotironin.
ANALISA KASUS

Teori Kasus

Berdasarkan teori Ultrasonografi Pada pemeriksaan USG ditemukan gambaran


memegang peran penting dalam diagnosis honey comb appearance di dalam cavum uteri
mola komplit dan parsial. mola komplit berukuran 6x5,4cm dengan kesan mola
yang menunjukkan gambaran badai salju hidatidosa
atau Gambaran seperti sarang tawon
(honey comb appearance) dan mola parsial
yang menunjukkan gambaran Swiss
cheese. Dengan USG yang resolusinya baik
didapatkan gambaran jaringan vesikuler
yang memperlihatkan adanya gelembung-
gelembung mola dari berbagai ukuran.
ANALISA KASUS

Teori Kasus

Penatalaksanaan mola hidatidosa terdiri Pada pasien ini diberikan


dari kuretase dan histerektomi. Kuretase IVFD RL 20 gtt
dilakukan setelah memperbaiki keadaan Inj. Kalnex 2x500mg
umum. Tujuan dari pengobatan hipertiroid Inj. Ranitidin 2x1 amp
adalah mencegah pelepasan T4 dan Lugolisasi 3x8 gtt dalam 200 cc air minum
menghambat konversi menjadi T3, (2 hari pre op dan post op)
menghambat aksi perifer dari hormon tiroid PO. PTU 3x200 mg
dan mengatasi faktor pencetus. obat yag PO. Metilprednisolon 3 x 16 mg
digunakan untuk menangani ini adalah Kuretase vakum
penghambat sintesis hormon tiroid seperti
PTU. Hormon tiroid dapat juga dihambat
dengan sediaan yang mengandung iodium
sangat tinggi, yang dapat menurunkan
uptake iodium di kelenjar tiroid. Cairan
lugol atau cairan jenuh kalium iodida dapat
digunakan untuk tujuan ini. Sediaan iodium
dapat pula mencegah konversi T4 menjadi
T3. Cairan lugol dapat diberikan dengan
dosis 4-8 tetes setiap 8 jam

Anda mungkin juga menyukai