Anda di halaman 1dari 26

Pembimbing

dr. Hasan Basri , Sp.PD-KGH, FINASIM

OLEH
ELLY ERMAWATI
Demam tifoid merupakan penyakit endemik
di Indonesia. Termasuk penyakit menular
yang tercantum dalam Undang-undang nomor
6 Tahun 1962 tentang wabah.

 frekuensikejadian demam tifoid di Indonesia


pada tahun 1990 sebesar 9,2 dan tahun 1994
terjadi peningkatan frekuensi menjadi 15,4
per 10.000 penduduk.
 Di
Indonesia demam tifoid dapat ditemukan
sepanjang tahun dan insidens tertinggi pada
daerah endemik terjadi pada anak-anak.
• Demam thyfoid
adalah penyakit yang
disebabkan oleh
Definisi salmonella typhi
 Masuknya kuman melalui sumber makanan
dengan 2 sumber penularannya :

Pasien dgn
demam tifoid

Pasien dgn
carier
Pada fase bakteriemi (minggu ke I, 7 hari pertama)
Salmonella ada di hati, limpa, ginjal, sumsum
tulang, kantung empedu => bermanifestasi di usus
(plaque payeri) dimana akan terjadi :3-7

 Minggu I => membuat luka hiperemis pada


plaque payeri
 Minggu II => terjadi necrosis pada plaque
payeri.
 Minggu III => terbentuk tukak/ulcus yang
ukurannya bervariasi dimana dapat
terjadi perdarahan dan perforasi.
 Minggu IV => dapat sembuh dengan sendirinya.
Masa inkubasi : 10 -14 hari 1,3
Keluhan utama yang mencolok:1,3
 Panas yang makin tinggi terutama pada
malam hari dan pagi hari
 Lemah badan, nyeri kepala di frontal.
 Mual - anoreksia.
 Gangguan defekasi :
- Obstipasi pada minggu I.
- Diare pada minggu II (peas soup diare).
 Insomnia.
 Muntah dan nyeri perut.
 Myalgi/atralgi, batuk.
 Nadi terjadi bradicardi relatif
 Lidah, typhoid tongue, dengan warna lidah
putih kotor kecoklatan dengan ujung dan tepi
hiperemis dan terdapat tremor.
 Abdomen, agak cembung dan meteorismus.
- Splenomegali pada 70% dari kasus, dengan
perabaan keras, mulai teraba pada akhir
minggu ke I sampai minggu ke III, akan tetapi
dapat juga lunak dan nyeri tekan positif.
- Hepatomegali pada 25% dari kasus, terjadi
pada minggu ke II sampai dengan masa
konvalesens.
Diagnosa ditegakkan dari :3
Riwayat dan gejala klinik sesuai untuk typhus
(5 gejala kardinal dianggap sebagai positif, 3
gejala kardinal curiga).
5 cardinal sign (Manson-Bahr (1985))
1. Demam
2. Ratio frekuensi nadi = suhu yang rendah
(bradikardi relatif).
3. Toxemia yang karakteristik.
4. Splenomegali
5. Rose spot
Sign lainnya :
 Distensi abdomen.
 Perdarahan intestinal
 Biakkan Salmonella typhi +
 Tes widal meningkat atau peninggian ≥ 4x
pada 2 kali pemeriksaan.
 Gall kultur+
1. Pemeriksaan darah rutin.1,2
2. Pemeriksaan serologic1,2
 pemeriksaan ini berguna untuk identifiksai
pendahuluan pada biakan kuman.

 Uji widal dilakukan untuk deteksi antibodi


terhadap kuman S. Typhii.

 Pada uji widal terjadi suatu reaksi aglutinasi


antara antigen kuman S. Typhi dengan
antibodi yang disebut aglutinin.
 Antigen digunakan pada uji Widal adalah
suspensi Salmonella yang sudah dimatikan
dan diolah di laboratorium.

 uji Widal adalah untuk menentukan adanya


aglutinin dalam serum penderita tersangka
demam tifoid yaitu :
a) aglutinin O (dari tubuh kuman),
b) aglutinin H (flagela kuman),
c) aglutinin Vi (simpai kuman).
 Daritiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O
dan H yang digunakan untuk diagnosis
demam tifoid. Semakin tinggi titernya
semakin besar kemungkinan terinfeksi kuman
ini.
Interpretasi hasil pemeriksaan:
 Positif bila titer O meningkat lebih dari 1/160
atau peningkatan > 4x pada pengambilan
serum yang berangkaian.
 Nilai O 1/80 menunjukkan suggestif tifoid.
sedangkan untuk titer H nilai positif adalah >
1/800 semua hasil tersebut dengan syarat
tidak menerima vaksinasi typhoid dalam 6
bulan terakhir.
 Peninggian titer H > 1/160 menunjukkan
bahwa penderita pernah divaksinasi atau
terinfeksi Salmonella typhi.
Pemeriksaan bakteriologik1,2
 Biakan Gall, untuk diagnosa pasti. Biakan dapat
diambil dari :
- Sumsum tulang (90% ketelitian) pada minggu ke
I dan minggu ke II.
- Darah pada minggu ke I dan minggu ke II (70% -
90%) minggu ke II sampai minggu ke III (30% -
40%).

 Bila Gall positif diagnosa pasti dari tiphoid


abdominalis, tetapi bila negatif belum tentu
bebas tiphoid abdominalis tergantung dari teknik
pengambilan bahan, waktu perjalanan penyakit,
post vaksinasi.
1. Komplikasi Intestinal
a. Perdarahan usus,
biasanya timbul pada hari ke 14 - ke 21 dari perjalanan
penyakit. Dapat berupa perdarahan yang minimal sampai
perdarahan tersembunyi yang masif.

Yang ditandai dengan :


 Penurunan suhu mendadak.

 Tanda-tanda syok
 Tensi turun mendadak sampai dibawah normal.
 Nadi cepat dan kecil.
 Sianosis.
 Tachypnoe.
 Kulit dingin dan lembab.
 Perdarahan per ani yang tidak selalu tampak.
b. Perforasi usus, biasanya muncul pada akhir
minggu ke III,
Dengan gejala :
 Tiba-tiba menjadi gelisah dan mengeluh nyeri
perut.
 Muntah-muntah, suhu tiba-tiba turun.
 Pernafasan cepat dan hanya menggunakan otot-
otot intercostal.
 Dinding perut tegang, defence musculare,
terutama di perut sebelah kanan (pada lokasi
ileum).
 Pekak hati menghilang, perkusi menjadi
tympani.
 Bising usus menurun sampai hilang.
Komplikasi Ekstra Intestinal
1. Miokarditis, keluhan klinis terjadi pada
minggu ke II sampai minggu ke III
2. Thypoid toxic, secara klinis terjadi
perubahan mental yang terdiri dari
disorientasi, kebingungan, delirium > 5
hari, yang dapat diikuti dengan/tanpa
munculnya gejala neurologis
3. Meningocerebral
4. Encephalitis diffuse.
5. Encephalitis akut
Non medikamentosa
Perawatan :
 Bed rest total sampai dengan bebas demam 1 minggu
tetapi sebaiknya sampai akhir minggu ke III oleh karena
bahaya perdarahan dan perforasi.
 Dietetik :

- Harus cukup kalori, protein, cairan dan elektrolit, mudah


dicerna dan halus.
- Kebutuhan 2500 kkal, 100 gr protein, 2 - 3 liter cairan.
-Typhoid diet I : Bubur susu/cair tidak diberikan pada pasien
yang demam tanpa komplikasi.
- Typhoid diet II : Bubur saring.
- Typhoid diet III : Bubur biasa.
- Typhoid diet IV : Nasi tim.
Medikamentosa:
a. Antibiotik
 Chloramfenicol dengan dosis 4 x 500
mg/hari selama 7 hari afebris atau sampai
1 minggu bebas demam.

Kontra indikasi :
 Tidak boleh diberikan pada wanita hamil
trisemester 3.
 Partus premature.
 Kematian intrauterine (IUFD).
 Jangan berikan pada pasien yang leukositnya
kurang dari 2000.
 Cotrimoxazole, dengan dosis 400 mg 2 x 2 tablet/hari
sampai 7 hari afebris.

 Amphicillin, dosis 3 - 4 x (0.5 - 1 gram)/hari selama 15 hari


(RSHS)
- Digunakan untuk tifoid abdominalis ringan dan untuk
karier.

 Amoxicilin, dosis 4 x 1 gr(untuk ukuran kecil) - 6 gr (untuk


ukuran besar)/hari ; Untuk kasus karier 6 gr/hari selama 6
minggu

 Golongan Quinolon.
-Ciprofloksasin, dosis 2 x 750 mg sampai 4 minggu, untuk
menanggulangi karier, karena pasien dapat menularkan
secara fecal - oral (typhoid mary).
Simptomatik:
 Analgetik antipiretik ( parasetamol)
 Laxantia dan enema, untuk memudahkan buang
air besar.
 Muntah-muntah
 Prochlorperazine (Stemetil) dengan dosis 3 x 5mg atau 3
x 10 mg.
 Prometazine (Phenergan) dengan dosis 3 x 25 mg.
 Diare
 Diphenoxylate hydrochloride (Lomotil, Reasec) 4 x 2 tab
 Meteorismus
 Intake diganti dengan parenteral
 Gunakan stomach tube dan aspirasi tiap jam.
3 strategi pokok dalam memutuskan transmisi
tifoid,
 Identifikasi dan Eradikasi S.typhi pada pasien
tifoid Asimptomatik, karier dan Akut
 Pencegahan transmisi langsung dari pasien
yang terinfeksi S.typhi akut maupun karier
 Proteksi pada orang beresiko terinfeksi

Anda mungkin juga menyukai