DISUSUN OLEH :
YULIYANA 1102006279
PEMBIMBING
dr. Lidia Christina
dr. Prayudi.A.
0
LAPORAN KASUS
A. Identitas
Pendidikan : SMA
Umur : 26 tahun
Pendidikan : SMA
Hubungan dengan
orangtua : Anak kandung
Agama : Islam
Suku : Betawi
Alamat : Jl.Tepi blok ET/4, Kelapa Gading
1
B. Ananmnesis (alloanamesis dari ibu pasien tanggal 30 oktober 2013)
1. KeluhanUtama :
Mencret-mencret atau buang air besar berupa air.
2. Keluhan Tambahan :
Panas badan
2
7. Riwayat Kebiasaan :
Diakui oleh Ny.Putri bahwa anaknya yaitu An. S memiliki pola makan yang
cukup yaitu 3 kali sehari, dan memiliki 2 botol susu yang setiap hari di rebus
dengan air mendidih.
Ny.Putri juga memiliki kebiasaan jarang mencuci tangan dengan sabun
sebelum menyuapi anaknya makan. Tetapi selalu menjaga kebersihan peralatan
makan secara benar, seperti mencuci peralatan makan dengan sabun dan air yang
mengalir.
8. Riwayat Pengobatan :
Pasien belum pernah berobat sebelumnya.
9. Riwayat Alergi :
Alergi obat atau makanan disangkal. Riwayat alergi pada orang tua disangkal.
3
- Motorik kasar :
Usia 3 bulan sudah bisa mengangkat kepala
Usia 8 bulan sudah bisa merangkak
Usia 11 bulan sudah bisa berdiri namun masih suka terjatuh
- Motorik halus :
Usia 6 bulan sudah bisa menggapai benda
Usia 10 memukulkan 2 benda (saling disentuhkan)
- Bahasa : sudah bisa mengoceh dan bisa menyebutkan mama
- Sosial : berespon terhadap orang yang baru dikenal, dan sudah bisa tersenyum.
Kesan : perkembangan sesuai usia.
C. Pemeriksaan Fisik
1. KeadaanUmum : Pasien tampak sakit ringan.
Kesadaran : Compos mentis
2. Vital Sign :
- Tekanan darah : tidak diperiksa.
- Nadi : 88x / menit.
- Pernapasan : 34x /menit.
- Suhu : 36,8oC
- Berat Badan : 8,7 kg
3. Status Generalis :
Kelainan mukosa kulit/subkutan yang menyeluruh
- Pucat : (-)
- Sianosis : (-)
- Ikterus : (-)
- Perdarahan : (-)
4
- Oedem umum : (-)
- Turgor : Kembali Cepat.
- Kepala
5
- Paru
- Inspeksi : Pergerakan dinding thorax kiri-kanan simetris, tidak ada bekas
luka, tidak ada benjolan, retraksi ICS (-)
- Palpasi : vocal fremitus sulit dinilai
- Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru kiri-kanan
- Auskultasi : Suara nafas vesikuler diseluruh lapang paru kiri-kanan.
Ronkhi (-/-), wheezing (-/-).
- Jantung
- Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat.
- Palpasi : Iktus kordis teraba sela iga IV garis midclavicula sinistra.
- Perkusi : Batas atas sela iga II garis parasternal sinistra.
Batas jantung kanan sela iga IV garis parasternal dextra.
Batas jantung kiri sela iga IV garis midklavikula sinistra.
- Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni, murmur (-), gallop (-).
- Abdomen
6
1.2. Berkas Keluarga
A. Profil Keluarga
1. Karakteristik Keluarga
a. Identitas Kepala keluarga : Tn. Sigit (28 tahun)
b. Identitas Pasangan : Ny. Putri (26 tahun)
c. Struktur Komposisi Keluarga : Keluarga inti
Status Jenis
No. Nama Usia Pendidikan Pekerjaan
Keluarga Kelamin
Kepala Penjaga
1 Sigit Laki-laki 28 tahun SMA
keluarga Toko
Ibu Rumah
2 Putri Istri Perempuan 26 tahun SMA
Tangga
Anak Belum Tidak
3 Sahira Perempuan 11 bulan
pertama sekolah bekerja
7
Tempat bermain : ada tembok, terdapat jamban
Penerangan listrik : 900watt didalam rumah, ketersediaan
Ketersediaan air bersih :ada air bersih ada, dan terdapat
Tempat pembuangan sampah :ada tempat pembuangan sampah.
Kesan: lingkungan tempat
tinggal pasien baik .
8
kesehatan pelayanan kesehatan yang pribadi. Untuk biaya
didapat memuaskan. pengobatan diakui murah
oleh keluarga pasien yaitu
sebesar Rp. 2.000,- setiap
kali datang dan pelayanan
Puskesmas pun dirasakan
keluarga pasien
memuaskan pasien.
9
B. Genogram
1. Bentuk keluarga :
Bentuk keluarga ini adalah keluarga kecil yang terdiri dari Tn. Sigit sebagai
kepala keluarga dan Ny. Putri sebagai seorang istri dan ibu dari anaknya. Dari hasil
pernikahan Tn. Sigit dan Ny. Putri mereka dikarunai satu orang anak perempuan
yang masih kecil dan belum bersekolah bernama An. Sahira (11 bulan). Seluruh
anggota keluarga ini tinggal dalam satu rumah.
3. Family map
Tn. Sigit
Ny.
(x)
Putri
(x)
An.
Sahira(
x)
10
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
B. Aspek klinik :
Diagnosis kerja : Diare Akut Tanpa Dehidrasi e.c Infeksi Virus.
Diagnosis banding : Diare Akut Tanpa Dehidrasi e.c infeksi Bakteri.
11
C. Aspek resiko internal :
Ny. Putri kurang memperhatikan kebersihan makan anaknya (An. Sahira)
seperti tidak mencuci tangan dengan sabun sebelum menyuapi anaknya makan.
E. Aspek fungsional :
Sebelumnya An. Sahira masih dapat menjalankan aktifitas biasa seperti
bermain bersama ibunya dan anak tetangganya, akan tetapi dari hari ke hari
aktifitas fisik yang dilakukan An. Sahira semakin berkurang dikarenakan sakit
yang dideritanya. Bahkan sejak An. Sahira mencret sudah tidak sama sekali
bermain hanya dirumah saja untuk istirahat dan tidur.
12
yang sudah
diberi sesuai
anjuran dokter
puskesmas.
Disamping itu
rutin
memeriksakan
An. Sahira ke
puskesmas
walaupun
kesehatannya
sudah membaik.
Aspek Menganjurkan Pasien Saat Diare Rp 2000 Tidak
klinik agar orang tua pasien pasien Untuk menolak
pasien berobat dapat biaya
memperhatikan ke sembuh berobat
secara khusus Puskesm ke
keadaan pasien, as dan puskesm
meminumkan diberikan as serta
obat secara terapi biaya
teratur, dan oralit 100 obat
memeriksakan ml setiap
pasien rutin ke kali BAB
Puskesmas dan dan zinc
melakukan 1 x 20
pemeriksaan mg dan
penunjang probiotik
seperti feses 2x1dan
rutin di tetap
puskesmas. diberikan
makan
dan saat
kunjunga
13
n ke
rumah
pasien
Aspek Menginformasik Pasien Saat Untuk Tidak Tidak
resiko an kepada orang pasien menjaga ada menolak
internal tua pasien agar berobat agar
pasien selalu ke penyakit
istirahat yang Puskesm yang
cukup di rumah, as dan diderita
meminumkan saat pasien tidak
obat yang kunjunga kambuh
teratur, n ke lagi dan
memperhatika rumah mengurangi
kebersihan pasien faktor-
mencuci tangan faktor yang
dengan sabun memberatk
saat menyuapin an keadaan
anak makan. klinis
pasien.
Aspek Menganjurkan Seluruh Saat mengurangi Tidak Tidak
psikososi agar orang tua Keluarg kunjunga faktor- ada menolak
al pasien merubah a n ke faktor yang
keluarga kebiasaannya rumah dapat
umtuk selalu pasien memperber
mencuci tangan at keadaan
dengan sabun klinis
saat pasien.
memberikan Menjaga
anak makan. keluarga
tetap sehat
Aspek Menganjurkan Pasien Saat Agar Tidak Tidak
fungsiona agar setelah kunjunga kondisi ada menolak
l sembuh pasien n ke tubuh anak
14
dapat rumah tetap sehat
melakukan pasien dan
aktifitas bermain membuat
seperti sedia anak lebih
kala dan tentu aktif
memperhatikan
kebersihan anak
dan kebersihan
lingkungan
sekitar tempat
anak bermain.
2.3 Prognosis
1. Ad vitam : ad bonam
2. Ad sanasionam : ad bonam
3. Ad fungsionam : ad bonam
15
2.4 Tinjauan Pustaka
I. Definisi
Diare akut adalah buang air besar lembek /cair bahkan dapat berupa air saja
yang frekuensinya lebih sering biasanya (biasanya dalam sehari 3 kali atau lebih) dan
berlangsung kurang dari 7 hari.
II. Epidemiologi
Di Amerika Serikat, 20-35 juta kejadian diare terjadi setiap tahunnya. Di dunia
sebesar 6 juta anak meninggal tiap tahunnya karena diare, di mana sebagian kematian
tersebut terjadi di negara berkembang. Penyakit diare adalah salah satu penyebab
utama morbiditas dan mortalitas pada anak di seluruh dunia, yang menyebabkan 1
miliar kejadian sakit dan 3-5 juta kematian setiap tahunnya. (Parashar,2003).
Di Indonesia dilaporkan bahwa setiap anak mengalami diare sebanyak 1-2
episode per tahun (Depkes, 2003). Berdasarkan survei demografi kesehatan Indonesia
tahun 2002-2003, prevalensi diare pada anak – anak dengan usia kurang dari 5 tahun
di Indonesia adalah : laki-laki 10,8% dan perempuan 11,2%. Berdasarkan umur,
prevalensi tertinggi terjadi pada usia 6-11 bulan(19,4%), 12-23 bulan (14,8) dan 24-35
bulan (12,0) (Biro pusat statistik, 2003).
Berdasarkan laporan WHO 2003, kematian akibat diare di negara berkembang
telah turun dari 4,6 juta tahun 1982 menjadi 2,5 juta kematian pada tahun 2003. Di
Indonesia angka kematian diare juga telah turun tajam dari 40% tahun 1972 menjadi
24,9 pada tahun 1980, 10% tahun 1985 hingga 7,4 % tahun 1996 dari semua kasus
kematian. Walaupun angka kematian karena diare telah turun, angka kesakitan
karena diare tetap tinggi baik di negara maju maupun di negara berkembang.
Diare akut sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja di
negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penyakit diare masih sering
menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang banyak dalam
waktu yang singkat.
16
III. Etiologi
1) Faktor infeksi
Infeksi enteral (infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab
utama diare)
Infeksi bakteri : vibrio, E. coli, salmondla, shigella, campylo bacter,yersinia,
aeromonas, dan sebagainya
Infeksi virus : enterovirus, adenovirus, rotavirus, astrovirus, daii lain-lain
Infeksi parasit : cacing (ascaris), protozoa (entamoeba histolytica,giardia
lamblia, tricomonas hominis dan jamur (candida albicans).
2) Infeksi parenteral (infeksi diluar alat pencernaan) seperti: OMA (Otitis Media
Akut), tonsilitis, tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan
sebagainya (sering terjadi pada bayi dan umur dibawah 2 tahun).
3) Faktor Malabsorpsi
Malabsorbsi karbohidrat
- Disakarida : intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa.
- Monosakarida: intoleransi glukosa, fruktosadan galaktosa.
Malabsorbsi lemak
Malabsorbsi protein
4) Faktor makanan
Makanan besi, beracun, alergi terhadap makanan.
5) Lain-lain
Imunodefisiensi
Gangguan psikologis (cemas dan takut)
Faktor-faktor langsung:
- KKP (Kurang Kalori Protein).
- Kesehatan pribadi dan lingkungan.
- Sosioekonomi.
17
IV. Patofisiologi
Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu diare
osmotik, sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus.
- Diare osmotik terjadi karena terdapatnya bahan yang tidak dapat diabsorpsi oleh
usus akan difermentasi oleh bakteri usus sehingga tekanan osmotik di lumen usus
meningkat yang akan menarik cairan.
- Diare sekretorik terjadi karena toxin dari bakteri akan menstimulasi cAMP dan
cGMP yang akan menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit.
- Diare karena gangguan motilitas usus terjadi akibat adanya gangguan pada
kontrol otonomik, misal pada diabetik neuropati, postvagotomi, post reseksi usus
serta hipertiroid.
Mekanisme primer yang menyebabkan diare akut adalah:
- Rusaknya vili-vili di sekitar daerah brush boarder usus halus, yang menyebabkan
malabsorbsi yang menyebabkan diare karena gangguan osmotik.
-
Kuman yang melepaskan toxin yang berikatan dengan enterosit reseptor yg
spesifik yang menyebabkan terlepasnya ion klorida kedalam membran intestinal
sehingga menyebabkan gangguan absorbsi sehingga menyebabkan diare.
Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus yang masuk
melalui makanan dan minuman sampai ke enterosit, akan menyebabkan infeksi
dan kerusakan villi usus halus. Enterosit yang rusak diganti dengan yang baru
yang fungsinya belum matang, villi mengalami atropi dan tidak dapat
mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik, akan meningkatkan tekanan
koloid osmotik usus dan meningkatkan motilitasnya sehingga timbul diare.
Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang berhubungan
dengan pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus cAMP, cGMP, dan Ca
dependen. Patogenesis terjadinya diare oleh salmonella, shigella, E coli agak
berbeda dengan patogenesis diare oleh virus, tetapi prinsipnya hampir sama.
Bedanya bekteri ini dapat menembus (invasi) sel mukosa usus halus sehingga
depat menyebakan reaksi sistemik.Toksin shigella juga dapat masuk ke dalam
serabut saraf otak sehingga menimbulkan kejang. Diare oleh kedua bakteri ini
dapat menyebabkan adanya darah dalam tinja yang disebut disentri.
18
V. Manifestasi kinis
Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh naik, nafsu makan berkurang
kemudian timbul diare. Tinja mungkin disertai lendir dan darah. Warna tinja makin
lama berubah kehijauan karena bercampur dengan, daerah anus dan sekitarnya timbul
luka lecet karena sering defekasi dan tinja yang asam akibat laktosa yang tidak
diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau selama diare
dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit.
Bila kehilangan cairan terus berlangsung tanpa pergantian yang memadai
gejala dehidrasi mulai tampak yaitu : BB turun, turgor kulit berkurang, mata dan
ubun-ubun cekung (bayi), selaput lender bibir dan mulut, serta kulit kering. Bila
keadaan ini terus berlanjut, akan terjadi renjatan hypovolemik dengan gejala takikardi,
denyut jantung menjadi cepat, nadi lemah dan tidak teraba, tekanan daran turun,
pasien tampak lemah dan kesadaran menurun, karena kurang cairan, deuresis
berkurang (oliguria-anuria). Bila terjadi asidosis metabolik pasien akan tampak pucat,
nafas cepat dan dalam (pernafasan kusmaul).
19
Terdapat dua atau lebih dari tanda-tanda
berikut ini:
Letargis atau tidak sadar DEHIDRASI BERAT
Mata cekung
Tidak bisa minum atau malas minum
Cubitan kulit perut kembalinya
sangat lambat
Terdapat dua atau lebih dari tanda-tanda
berikut ini: DEHIDRASI
Gelisah, rewel/mudah masalah RINGAN/SEDANG
Mata cekung
Cubitan kulit perut kembalinya
lambat
Tidak cukup tanda-tanda untuk
diklasifikasikan sebagai dehidrasi berat atau TANPA DEHIDRASI
ringan/sedang
Kriteria Dehidrasi menurut WHO 2000
20
1. Gangguan keseimbangan asam-basa (metabolik asidosis)
Metabolik asidosis terjadi karena :
a. Kehilangan Na-bikarbonat bersama feses
b. Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak yang tidak sempurna sehingga
benda keton tertimbun dalam tubuh.
c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan.
d. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat
dikeluarkan oleh ginjal.
e. Pemindahan ion Na dari cairan ekstraselular ke dalam cairan intraselular.
Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan pernapasan,
pernapasan bersifat cepat, teratur dan dalam yang disebut pernapasan kuszmaull.
Pernapasan ini merupakan homeostasis respiratorik yaitu usaha dari tubuh untuk
mempertahankan pH darah.
2. Hipoglikemia
Pada anak-anak dengan gizi baik/cukup, hipoglikemia ini jarang terjadi, lebih
sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderita KEP. Hal ini terjadi
karena :
a. Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu.
b. Adanya gangguan absorbsi glukosa.
Gejala hipoglikemia dapat muncul jika kadar glukosa darah menurun sampai 40
mg% pada bayi dan 50 mg% pada anak-anak. Gejala hipoglikemia tersebut berupa:
lemas, apatis, peka rangsang, tremor, pucat, berkeringat, syok, kejang sampai koma.
3. Gangguan gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat
terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan karena :
a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan/atau
muntahnya akan bertambah berat.
b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran.
c. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik
karena adanya hiperperistaltik.
4. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan
sirkulasi darah berupa rejatan (shock) hipovolemik. Akibatnya perfusi jaringan
berkurang dan terjadi hipoksia dan asidosis bertambah berat. Kemudian dapat
21
mengakibatkan perdarahan di otak yang menimbulkan turunnya kesadaran
(soporokomatusa) dan bila tidak segera ditangani penderita dapat meninggal.
b. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum, kesadaran, dan tanda vital.
Tanda utama: keadaan umum gelisah/cengeng atau lemah/letargi/koma, rasa haus,
turgor kulit abdomen menurun.
Tanda tambahan: ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa bibir, mulu,
dan lidah.
Berat badan.
Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, seperti napas cepat dan
dalam (asidosos metabolik), kembung (hipokalemia), kejang (hipo atau
hipernatremia).
Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai kriteria berikut:
Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan < 5% berat badan)
Tidak ditemukan tanda utama dan tandda tambahan
Keadaan umum baik, sadar
Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada, mukosa
mulut dan bibir basah
Turgor abdomen baik, bising usus normal
Akral hangat
22
Dehidrasi ringan sedang (kehilangan cairan 5-10% berat badan)
Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih tanda tambahan.
Keadaan umum gelisah atau cengeng.
Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata kurang,
mukosa mulut dan bibir sedikit kering.
Turgor kurang, akral hangat.
Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10% berat badan)
Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah dengan 2 atau lebih tanda
tambahan.
Keadaan umum lemah, letargi, atau koma.
Ubun-ubun sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak ada, mukosa
mulut dan bibir sangat kering.
Turgor sangat kurang dan akral dingin.
c. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak
diperlukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab
dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada
penderita dengan dehidrasi berat. Contoh : pemeriksaan darah lengkap, kultur urine
dan tinja pada sepsis atau infeksi saluran kemih. Pemeriksaan laboratorium yang
kadang-kadang diperlukan pada saat diare akut :
Darah: darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan
kepekaan terhadap antibiotika.
Feses :
PH asam diare osmotic.
Leukosit > 5 / LPB disentri
Hal yang dinilai pada pemeriksaan feses:
- Makroskopis : konsistensi, warna, lendir, darah, bau.
- Mikroskopis : leukosit, eritrosit, parasit, bakteri.
23
Bentuk klinis diare berdasarkan penyebabnya :
b. Mengobati dehidrasi
Bila terjadi dehidrasi terutama pada anak balita, penderit harus segera dibawa ke
petugas kesehatan atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang cepat dan
tepat, yaitu dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi berat, penderita harus segera diberikan
cairan intravena dengan Ringer Laktat sebelum dilanjutkan terapi oral.
24
Pemberian ASI / makanan selama serangan diare bertujuan untuk memberikan gizi
pada penderita terutama bertujuan agar anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan.
d. Pemberian Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Lebih dari 90
macam enzim dalam tubuh memerlukan zinc sebagai kofaktornya, termasuk enzim
superoksida dismutase (Linder,1999). Enzim ini berfungsi untuk metabolisme radikal
bebas superoksida sehingga kadar radikal bebas ini dalam tubuh berkurang. Pada proses
inflamasi, kadar radikal bebas superoksida meningkat, sehingga dapat merusak berbagai
jenis jaringan termasuk jaringan epitel dalam usus (Cousins et al, 2006).
Zinc yang ada dalam tubuh akan hilang dalam jumlah besar pada saat seorang anak
menderita diare. Dengan demikian sangat diperlukan pengganti zinc yang hilang dalam
proses kesembuhan seorang anak dan untuk menjaga kesehatannya di bulan-bulan
mendatang.
Mulai tahun 2004, WHO-UNICEF merekomendasikan suplemen Zinc untuk terapi
diare karena suplementasi zinc telah terbukti menurunkan jumlah hari lamanya seorang
anak menderita sakit, menurunkan tingkat keparahan penyakit tersebut, serta
menurunkan kemungkinan anak kembali mengalami diare 2-3 bulan berikutnya.
Banyak uji klinik yang melaporkan bahwa suplemen Zinc sangat bermanfaat untuk
membantu penyembuhan diare. Zinc sebaiknya diberikan sampai 10-14 hari, walaupun
diarenya sudah sembuh. 11 Sayangnya suplemen Zinc ini belum banyak beredar di apotek
di Indonesia. Di beberapa RS besar di Indonesia telah menggunakan suplemen Zinc
dalam bentuk suspensi untuk penatalaksanaan diare akut.
Adapun cara pemberian Tablet Zinc yaitu :
Untuk bayi usia di bawah 6 bulan berikan setengah tablet zinc (10mg) sekali sehari
selama sepuluh hari berturut-turut.
Untuk anak usia 6 bulan ke atas berikan satu tablet zinc (20 mg) sekali sehari selama
sepuluh hari berturut-turut.
Larutkan tablet tersebut dengan sedikit (beberapa tetes)air matang atau ASI dalam
sendok teh.
Jangan mencampur tablet zinc dengan oralit
Tablet harus diberikan selama sepuluh hari penuh (walaupun diare telah berhenti
sebelum 10 hari)
25
Apabila anak muntah sekitar setelah jam setelah pemberian tablet zinc, berikan lagi
tablet zinc dengan cara memberikan potongan lebih kecil dan berikan beberapa kali
hingga satu dosis penuh.
Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus,tetap berikan tablet
zinc segera setelah anak dapat minum atau makan.
e. Pemberian Probiotik
Probiotik adalah suatu suplemen makanan, yang mengandung bakteri atau jamur
yang tumbuh sebagai flora normal dalam saluran pencernaan manusia, yang bila
diberikan sesuai indikasi dan dalam jumlah adekuat diharapkan dapat memberikan
keuntungan bagi kesehatan dengan cara meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik
didalam lumen saluran cerna sehingga seluruh epitel mukosa usus telah diduduki oleh
bakteri probiotik melalui reseptor dalam sel epitel usus. Dengan mencermati
penomena tersebut bakteri probiotik dapat dipakai dengan cara untuk pencegahan dan
pengobatan diare baik yang disebabkan oleh Rotavirus maupun mikroorganisme lain,
speudomembran colitis maupun diare yang disebabkan oleh karena pemakaian
antibiotika yang tidak rasional (antibiotik asociated diarrhea ) dan travellers’s
diarrhea.
Terdapat banyak laporan tentang penggunaan probiotik dalam tatalaksana diare
akut pada anak. Hasil meta analisa Van Niel dkk menyatakan lactobacillus aman dan
efektif dalam pengobatan diare akut infeksi pada anak, menurunkan lamanya diare
kira-kira 2/3 lamanya diare, dan menurunkan frekuensi diare pada hari ke dua
pemberian sebanyak 1-2 kali. Kemungkinan mekanisme efekprobiotik dalam
pengobatan diare adalah : Perubahan lingkungan mikro lumen usus, produksi bahan
anti mikroba terhadap beberapa patogen, kompetisi nutrien, mencegah adhesi patogen
pada anterosit, modifikasi toksin atau reseptor toksin, efektrofik pada mukosa usus
dan imunno modulasi.
Terdapat berbagai macam jenis probiotik yang hingga saat ini sering digunakan
sebagai suplemen. Golongan yang paling banyak digunakan adalah Lactic Acid
Bacteria (LAB). Golongan LAB dapat mengubah gula dan karbohidrat menjadi asam
laktat, yang berfungsi menurunkan kadar pH saluran gastrointestinal, sehingga
menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Contoh strain golongan LAB adalah
Lactobacillus dan Bifidobacterium.
26
Sejak dipublikasikan pertama kali oleh seorang peneliti Rusia, Eli Metchnikoff,
pada awal abad 20, penelitian tentang probiotik hingga saat ini banyak dilakukan
untuk menguji kemanfaatannya pada populasi anak. Produk komersial yang
mengandung probiotik sebagai suplemen banyak tersedia di pasaran. Kemanfaatan
probiotik terutama banyak dilihat dari aspek pencegahan dan terapi penyakit, terutama
penyakit alergi dan infeksi.
Penggunaan probiotik untuk diare pada anak merupakan fokus studi yang paling
banyak dilakukan dalam penilaian kemanfaatan probiotik. Secara teoritis, probiotik
dapat mengurangi keparahan diare melalui efek kompetisi dengan patogen,
imunomodulator, meningkatkan sekresi IgA mukosa usus, dan mengurangi kejadian
intoleransi laktosa.
Pemberian probiotik terlihat bermanfaat dalam tatalaksana diare akut. Meta-
analisis yang dilakukan oleh Szajewska et al menunjukkan bahwa pemberian
suplemen Lactobacillus mengurangi durasi diare akut sehari lebih cepat dibandingkan
plasebo (95% CI) dengan level of evidence 1a. Efektivitasnya terutama lebih baik
pada mereka dengan etiologi rotavirus, yang merupakan penyebab terbanyak diare
akut pada anak.
f. Pemberian Antibiotik
Sebagian besar kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika
oleh karena pada umumnya sembuh sendiri (self limiting). Antibiotik hanya
diperlukan pada sebagian kecil penderita diare misalnya kholera shigella, karena
penyebab terbesar dari diare pada anak adalah virus (Rotavirus). Kecuali pada bayi
berusia di bawah 2 bulan karena potensi terjadinya sepsis oleh karena bakteri mudah
mengadakan translokasi kedalam sirkulasi, atau pada anak/bayi yang menunjukkan
secara klinis gajala yang berat serta berulang atau menunjukkan gejala diare dengan
darah dan lendir yang jelas atau segala sepsis. Anti motilitis seperti difenosilat dan
loperamid dapat menimbulkan paralisis obstruksi sehingga terjadi bacterial
overgrowth, gangguan absorpsi dan sirkulasi.
Beberapa antimikroba yang sering dipakai antara lain:
Kolera : Tetrasiklin 12,5mg/kgBB/ dibagi 3 dosis (3 hari) atau Erytromycin 12,5
mg/kgBB 4x sehari selama 3 hari
Shigella : Ciprofloxacin 15 mg/kgBB 2x sehari selama 3 hari atau Ceftriaxone 50-100
mg/kgBB 1x sehari IM selama 2-5 hari.
27
Amebiasis : Metronidasol 10mg/kg/ 3x sehari selama 5 hari (10 hari pada kasus
berat), Untuk kasus berat : Dehidro emetin hidrokhlorida 1-1,5 mg/kg (maks
90mg)(im) s/d 5 hari tergantung reaksi (untuk semua umur)
Giardiasis : Metronidazole 5mg/kgBB 3x sehari selama 5 hari.
h. Pemberian nasehat
Pemberian nasehat kepada orang tua anak (pengasuh) untuk segera membawa anaknya
kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari atau menderita sebagai
berikut:
Buang air besar cair lebih sering
Muntah berulang-ulang
Rasa haus yang nyata
Makan atau minum sedikit
Demam
Tinja berdarah
28
timbul dehidrasi maka pemberian susu harus di hentikan selama rehidrasi untuk 4-6
jam dan kemudian dilanjutkan lagi. Makanan lunak bila anak berumur 4 bulan atau
lebih sudah bisa menerima makanan lunak, makanan ini harus di teruskan. Bayi umur
6 bulan atau lebih harus mulai di berikan makanan lunak bila belum pernah di beri.
Bila timbul dehidrasi makanan ini harus di hentikan 4 – 6 jan untuk rehidrasi untuk
kemudian di lanjutkan lagi. Paling tidak separuh makanan diet harus berasal dari
makanan porsi kecil tetapi sering (6 kali atau lebih) dan mereka harus di bujuk untuk
makan.
Banyak literatur yang menyebutkan bahwa probiotik memberikan kebaikan dalam
penanganan diare akut pada bayi. Probiotik dengan pemberian dua kali sehari selama
5 hari dipercaya terbukti memberikan kebaikan dalam mengurangi frekuensi, serta
durasi penyakit diare. Probiotik dipercaya dapat mengurangi lama waktu kesakitan,
dengan meningkatkan respon imun, memperbaiki mukosa usus, sebagai substansi
penting dalam antimikroba dan menyeimbangan jumlah mikroba diusus. Angka
penguranga dari frekuensi defekasi secara drastis dalam <3 hari terdapat pada
kelompok yang memeperoleh probiotik dengan kelompok kontrol. Konsistensi faeces
yang lebih padat dan durasi yang lebih pendek pada kelompok probiotik. Rata-rata
lama durasi diare juga mengalami hasil yang signifikan pada kelompok probiotik.
X. Pencegahan Diare
Penatalaksanaan kasus yang benar, yang terdiri dari upaya rehidrasi oral dan
pemberian makanan dapat mengurangi efek buruk diare yang meliputi dehidrasi,
kekurangan gizi dan resiko kematian. Cara-cara lain juga dibutuhkan, untuk
mengurangi insidensi diare, yaitu intervensi yang selain mengurangi penyebaran
mikroorganisme penyebab diare juga meningkatkan resistensi anak terhadap infeksi
kuman ini.
Sejumlah intervensi telah diusulkan untuk mencegah diare pada anak,
kebanyakan meliputi cara yang berhubungan dengan cara pemberian makanan kepada
bayi, kebersihan perseorangan, kebersihan makanan, penyediaan air bersih,
pembuangan tinja yang aman dan imunisasi. Ada 7 cara diidentifikasi sebagai sasaran
untuk promosi, yaitu:
1. Pemberian ASI.
2. Perbaikan makanan pendamping ASI.
3. Penggunaan air bersih untuk kebersihan dan untuk minum.
29
4. Cuci tangan.
5. Penggunaan jamban.
6. Pembuangan tinja bayi yang aman.
7. Imunisasi campak.
Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan pencegahan
enterik, termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan penderita,
penggunaan jas panjang bila ada kemungkinan pencemaran dan sarung tangan bila
menyentuh bahan yang terinfeksi. Penderita dan keluarganya harus dididik mengenai
cara penularan enteropatogen dan cara-cara mengurangi penularan.
30