Anda di halaman 1dari 31

STUDI KASUS PASIEN

DIARE PADA ANAK DENGAN PENDEKATAN KEDOKTERAN


KELUARGA DI PUSKESMAS KELAPA GADING

DISUSUN OLEH :
YULIYANA 1102006279

PEMBIMBING
dr. Lidia Christina
dr. Prayudi.A.

KEPANITERAAN KEDOKTERAN KELUARGA BAGIAN ILMU


KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI JAKARTA
2013

0
LAPORAN KASUS

1.1. Berkas Pasien

A. Identitas

Nama penderita : An. S


Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 11 bulan
Nama Ayah : Tn. Sigit
Umur : 28 tahun

Pekerjaan : Penjaga Toko

Pendidikan : SMA

Nama Ibu : Ny. Putri

Umur : 26 tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SMA

Hubungan dengan
orangtua : Anak kandung
Agama : Islam
Suku : Betawi
Alamat : Jl.Tepi blok ET/4, Kelapa Gading

1
B. Ananmnesis (alloanamesis dari ibu pasien tanggal 30 oktober 2013)

1. KeluhanUtama :
Mencret-mencret atau buang air besar berupa air.

2. Keluhan Tambahan :
Panas badan

3. Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang diantar oleh ibu dan bapaknya ke Puskesmas Kecamatan Kelapa
Gading, karena mengeluh BAB mencret sebanyak 5 kali perhari sejak 2 hari
sebelum datang ke puskesmas. Tiap kali mencret sebanyak 1/2 gelas, berupa
cairan berwarna kuning kehijauan, tanpa disertai lendir dan darah. Keluhan
mencret disertai panas badan yang tidak begitu tinggi, hilang timbul, siang sama
dengan malam sejak 1 hari. Keluhan tidak disertai muntah, batuk, pilek, ruam di
kulit dan kejang. Pasien tidak tampak rewel dan masih mau minum. BAK tidak
ada keluhan.
Sehari-hari menurut ibu pasien satu keluarga biasa meminum air yang berasal
dari PAM dan di masak sampai matang. Seluruh alat makan dicuci menggunakan
air PAM yang mengalir didapurnya. memiliki 2 botol susu yang setiap hari di
rebus dengan air mendidih.

4. Riwayat Penyakit Dahulu :


Menurut Ibunya, Pasien belum pernah menderita sakit seperti ini sebelumnya.

5. Riwayat Penyakit Keluarga :


Dalam keluarga ada pernah yang sakit seperti ini baik ibu atau bapak pasien.

6. Riwayat Sosial Ekonomi :


Pasien adalah seorang anak dari Tn. Sigit dan Ny. Putri dengan pekerjaan
bapak sebagai penjaga toko dan ibu sebagai Ibu rumah tangga dengan rata-rata
pendapatan Rp. 1.000.000,- /bulan . Sosial ekonomi keluarga ini termasuk
keluarga dengan sosial ekonomi menengah ke bawah.

2
7. Riwayat Kebiasaan :
Diakui oleh Ny.Putri bahwa anaknya yaitu An. S memiliki pola makan yang
cukup yaitu 3 kali sehari, dan memiliki 2 botol susu yang setiap hari di rebus
dengan air mendidih.
Ny.Putri juga memiliki kebiasaan jarang mencuci tangan dengan sabun
sebelum menyuapi anaknya makan. Tetapi selalu menjaga kebersihan peralatan
makan secara benar, seperti mencuci peralatan makan dengan sabun dan air yang
mengalir.

8. Riwayat Pengobatan :
Pasien belum pernah berobat sebelumnya.

9. Riwayat Alergi :
Alergi obat atau makanan disangkal. Riwayat alergi pada orang tua disangkal.

10. Riwayat Kehamilan :


Selama hamil ibu pasien memeriksakan kehamilan ke bidan 1 bulan sekali. Ibu
hamil An. Sahira pada usia 24 tahun. Ini adalah kehamilan pertama kalinya.
Selama hamil ibu tidak menderita hipertensi, diabetes melitus, eklampsia atau
penyakit berat lainnya. Ibu makan dan minum sesuai anjuran bidan.

11. Riwayat Kelahiran :


By. Sahira lahir cukup bulan ( 9 bulan) dirumah ditolong oleh bidan. Pasien
merupakan anak pertama dari ibu G1P1A0. Pasien lahir spontan dan langsung
menangis. Berat lahir 2900 gr, panjang badan 47 cm dan lingkar kepala ibu tidak
tahu. Warna air ketuban ibu juga tidak tahu. Diakui ibu tidak terdapat penyulit
saat persalinan.

12. Riwayat Pemberian Makanan :


- Anak diberikan ASI eksklusif tanpa makanan tambahan apapun semenjak lahir
hingga sekarang.
- Kesan : pemberian makanan sesuai dengan usia.

13. Riwayat Perkembangan :

3
- Motorik kasar :
 Usia 3 bulan sudah bisa mengangkat kepala
 Usia 8 bulan sudah bisa merangkak
 Usia 11 bulan sudah bisa berdiri namun masih suka terjatuh
- Motorik halus :
 Usia 6 bulan sudah bisa menggapai benda
 Usia 10 memukulkan 2 benda (saling disentuhkan)
- Bahasa : sudah bisa mengoceh dan bisa menyebutkan mama
- Sosial : berespon terhadap orang yang baru dikenal, dan sudah bisa tersenyum.
Kesan : perkembangan sesuai usia.

14. Riwayat imunisasi :


o Hepatitis B, BCG, Polio saat lahir
o DPT dengan HB di kombo sudah 3 kali
o Polio (ditetes) sudah 3 kali
o Campak (di paha) 1 kali
Kesan : Imunisasi dasar lengkap sesuai usia.

C. Pemeriksaan Fisik
1. KeadaanUmum : Pasien tampak sakit ringan.
Kesadaran : Compos mentis
2. Vital Sign :
- Tekanan darah : tidak diperiksa.
- Nadi : 88x / menit.
- Pernapasan : 34x /menit.
- Suhu : 36,8oC
- Berat Badan : 8,7 kg
3. Status Generalis :
Kelainan mukosa kulit/subkutan yang menyeluruh

- Pucat : (-)
- Sianosis : (-)
- Ikterus : (-)
- Perdarahan : (-)

4
- Oedem umum : (-)
- Turgor : Kembali Cepat.
- Kepala

- Bentuk : Bulat, simetris.


- UUB : Cekung (-).
- Rambut : Hitam, lurus, tidak mudah dicabut.
- Kulit : Tidak ada kelainan.
- Mata :
- Palpebra inferior : Tidak cekung.
- Konjugtiva palpebra : Tidak hiperemis.
- Sklera : Tidak ikterik.
- Air mata : (+)
- Telinga :
- Bentuk : Normal.
- Hiperemis : (-)
- Serumen : (-)
- Membrane timpani : Tidak intak.
- Hidung :
- Bentuk : Normal.
- Septum nasi :deviasi (-)
- Pernafasan cuping hidung : (-)
- sekret : (-)
- Mulut :
- Mukosa bibir : Basah.
- POC : (-)
- Lidah : Bersih.
- Faring : Tidak hiperemis.
- Leher :
- Bentuk : Simetris.
- trachea : Di tengah.
- KGB : Tidak membesar.
- Retraksi SS : (-)

5
- Paru
- Inspeksi : Pergerakan dinding thorax kiri-kanan simetris, tidak ada bekas
luka, tidak ada benjolan, retraksi ICS (-)
- Palpasi : vocal fremitus sulit dinilai
- Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru kiri-kanan
- Auskultasi : Suara nafas vesikuler diseluruh lapang paru kiri-kanan.
Ronkhi (-/-), wheezing (-/-).
- Jantung
- Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat.
- Palpasi : Iktus kordis teraba sela iga IV garis midclavicula sinistra.
- Perkusi : Batas atas sela iga II garis parasternal sinistra.
Batas jantung kanan sela iga IV garis parasternal dextra.
Batas jantung kiri sela iga IV garis midklavikula sinistra.
- Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni, murmur (-), gallop (-).
- Abdomen

- Inspeksi : Datar, simetris.


- Palpasi : Turgor kembali cepat, hepar dan lien tidak teraba membesar.
- Perkusi : Timpani.
- Auskultasi : Bising usus (+) meningkat.
- Genitalia eksterna
- Kelamin : Perempuan, tidak ada kelainan.
- Anus : kemerahan.
- Ekstermitas

- Akral hangat, Edema (-), CRT < 2 detik.

6
1.2. Berkas Keluarga
A. Profil Keluarga
1. Karakteristik Keluarga
a. Identitas Kepala keluarga : Tn. Sigit (28 tahun)
b. Identitas Pasangan : Ny. Putri (26 tahun)
c. Struktur Komposisi Keluarga : Keluarga inti

Tabel 1.Anggota keluarga yang tinggal serumah

Status Jenis
No. Nama Usia Pendidikan Pekerjaan
Keluarga Kelamin
Kepala Penjaga
1 Sigit Laki-laki 28 tahun SMA
keluarga Toko
Ibu Rumah
2 Putri Istri Perempuan 26 tahun SMA
Tangga
Anak Belum Tidak
3 Sahira Perempuan 11 bulan
pertama sekolah bekerja

2. Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan Hidup


a. Lingkungan tempat tinggal : Pemukiman padat penduduk

Tabel 2. Lingkungan tempat tinggal


Status kepemilikan rumah : Pasien tinggal di rumah milik sendiri
Daerah perumahan : Padat bersih
Karakteristik Rumah dan Lingkungan Kesimpulan
Luas rumah : 6 x 12 m2 Pasien tinggal di rumah yang
Jumlah penghuni dalam satu rumah : 3 orang sederhana, dilingkungan padat
Luas halaman rumah :4 x 6m2 dan cukupsehat dengan jumlah
Tidak bertingkat penghuni tiga orang yang
Lantai rumah dari : Keramik terdiri-dari keluarga inti.
Dinding rumah dari : Tembok Rumah tediri dari satu lantai
Jamban keluarga : ada dengan lantai keramik, dinding

7
Tempat bermain : ada tembok, terdapat jamban
Penerangan listrik : 900watt didalam rumah, ketersediaan
Ketersediaan air bersih :ada air bersih ada, dan terdapat
Tempat pembuangan sampah :ada tempat pembuangan sampah.
Kesan: lingkungan tempat
tinggal pasien baik .

b. Kepemilikan barang – barang berharga


Keluarga ini memiliki :
- Satu buah sepeda motor
- Satu buah kulkas
- Satu buah televisi
- Satu buah kompor gas
- Dua buah kipas angin

3. Penilaian Perilaku Kesehatan Keluarga


a. Jenis tempat berobat : Puskesmas
b. Balita : KMS
c. Asuransi / Jaminan Kesehatan : Ada (+) KJS

4. Sarana Pelayanan Kesehatan (Puskesmas)

Tabel 3. Pelayanan Kesehatan


Faktor Keterangan Kesimpulan
Cara mencapai pusat Keluarga menggunakan Letak Puskesmas
pelayanan kesehatan Kendaraan pribadi berupa Kecamatan kelapa gading
motor atau naik angkutan tidak jauh dari tempat
umum untuk menuju ke tinggal pasien, sehingga
puskesmas. untuk mencapai
Tarif pelayanan kesehatan Menurut keluarga biaya puskesmas keluarga pasien
pelayanan kesehatan cukup dapat menggunakan sarana
murah. angkutan umum atau
Kualitas pelayanan Menurut keluarga kualitas membawa sepeda motor

8
kesehatan pelayanan kesehatan yang pribadi. Untuk biaya
didapat memuaskan. pengobatan diakui murah
oleh keluarga pasien yaitu
sebesar Rp. 2.000,- setiap
kali datang dan pelayanan
Puskesmas pun dirasakan
keluarga pasien
memuaskan pasien.

5. Pola Konsumsi Makanan Keluarga


a. Kebiasaan makan : Keluarga Tn. Sigit dan Ny. Putri memiliki kebiasaan
makan antara 2-3 kali dalam sehari, sedangkan anak-anaknya yaitu An.
Sahira biasa diberi makan 3 kali dalam sehari.
b. Menerapkan pola gizi seimbang : Keluarga Tn. Sigit selalu menerapkan pola
makan dengan gizi yang seimbang, dengan makan 4 sehat 5 sempurna.
Mereka makan dengan lauk-pauk seperti nasi, ikan dan tempe. Dan setiap hari
mengganti menu makanannya.

6. Pola Dukungan Keluarga


a. Faktor pendukung terselesaikannya masalah dalam keluarga:
Tn. Sigit atau Ny. Putri rutin memeriksakan anak mereka (An.
sahira,11 bulan) ke puskesmas sampai penyakitnya sembuh, memberikan obat
kepada anak secara rutin sesuai dosis yang sudah ditetapkan, menerapkan
kebiasaan selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum menyuapi anak
makan.
b. Faktor penghambat terselesaikannya masalah dalam keluarga:
Tn. Sigit atau Ny. Putri tidak rutin memeriksakan anak nya (An.
Sahira, 11 bulan) ke puskesmas, tidak rutin memberi obat sesuai dosis, tidak
mempunyai kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sebelum menyuapi anak
makan.

9
B. Genogram

1. Bentuk keluarga :
Bentuk keluarga ini adalah keluarga kecil yang terdiri dari Tn. Sigit sebagai
kepala keluarga dan Ny. Putri sebagai seorang istri dan ibu dari anaknya. Dari hasil
pernikahan Tn. Sigit dan Ny. Putri mereka dikarunai satu orang anak perempuan
yang masih kecil dan belum bersekolah bernama An. Sahira (11 bulan). Seluruh
anggota keluarga ini tinggal dalam satu rumah.

2. Tahapan siklus keluarga :


An. Lina terlahir dari pasangan Tn. Sigit dan Ny. Putri. An. Sahira adalah anak
pertama. Diakui oleh ibu dari An. Sahira yaitu Ny. Putri bahwa penyakit yang
diderita An. Sahira pernah juga dialami seluruh penghuni rumah mulai dari Ny.
Putri sendiri, dan Tn. Sigit.

3. Family map

Gambar 1. Genogram Keluarga

Tn. Abdul Tn.


Ny. Ny.
Sugeng
Rohima Eni
h

Tn. Sigit
Ny.
(x)
Putri
(x)

An.
Sahira(
x)

10
Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

- Nama cetak miring dan dicetak tebal : pasien studi kasus.


- “x” : pernah sakit yang sama seperti yang dialami pasien.

C. Identifikasi permasalahan yang didapat dalam keluarga


Status ekonomi menengah ke bawah dengan pendapatan yang pas-pasan membuat
Tn. Sigit dan Ny. Putri berusaha memenuhi kebutuhan pangan anak. Dan
mempertimbangkan nilai gizinya. Ny. Putri sehari-hari dalam mengasuh anak dan
memberikan anak makan menjadi faktor pendukung dalam hal ini karena cenderung
jarang sekali untuk memperhatikan kebersihan tangan dalam memberikan makan
anaknya.
Kebiasaan hidup bersih di rumah keluarga Tn. Sigit belum diterapkan sepenuhnya.
Tn. Sigit dan Ny. Putri cenderung mengabaikan itu dikarenakan mereka tidak
mengetahui arti penting dari hidup bersih dan sehat. Dan dari itu semua dapat
menyebabkan anaknya yaitu An. Sahira terabaikan kebersihan makannya sehingga
menyebabkan An. Sahira menderita diare seperti yang dialaminya saat ini.

2.1. Diagnosis Holistik


A. Aspek personal :
Pasien datang ke Puskesmas Kelapa Gading diantar oleh suami dan ibu pasien
dengan keluhan mencret sejak 2 hari yang lalu. Harapan setelah berobat ke
Puskesmas adalah agar pasien dapat sembuh. Ibu pasien khawatir jika diare pada
anaknya tidak kunjung sembuh maka akan menyebabakan anak akan menjadi
lemas dan berat badan anak akan menurun.

B. Aspek klinik :
Diagnosis kerja : Diare Akut Tanpa Dehidrasi e.c Infeksi Virus.
Diagnosis banding : Diare Akut Tanpa Dehidrasi e.c infeksi Bakteri.

11
C. Aspek resiko internal :
Ny. Putri kurang memperhatikan kebersihan makan anaknya (An. Sahira)
seperti tidak mencuci tangan dengan sabun sebelum menyuapi anaknya makan.

D. Aspek psikososial keluarga :


Kesibukan Tn. Sigit dalam mencari nafkah dan Ny. Putri yang menjadi ibu
rumah tangga menyebabkan anaknya yaitu An. Sahira, Cenderung mengabaikan
hal-hal penting yang seharusnya mereka perhatikan seperti kebersihan mencuci
tangan dengan sabun saat menyuapin anak makan.

E. Aspek fungsional :
Sebelumnya An. Sahira masih dapat menjalankan aktifitas biasa seperti
bermain bersama ibunya dan anak tetangganya, akan tetapi dari hari ke hari
aktifitas fisik yang dilakukan An. Sahira semakin berkurang dikarenakan sakit
yang dideritanya. Bahkan sejak An. Sahira mencret sudah tidak sama sekali
bermain hanya dirumah saja untuk istirahat dan tidur.

2.2. Rencana Pelaksanaan (sesuai dengan keempat aspek diatas)


Tabel 4. Rencana Pelaksanaan
Aspek Kegiatan Sasaran Waktu Hasil yang Biaya Keterang
diharapkan an
Aspek Menginformasi- Pasien Saat Pasien Tidak Tidak
personal kan kepada pasien dapat ada menolak
keluarga pasien berobat sembuh
baik kepada Tn. ke dengan
Sigit atau Ny. Puskesm sempurna
Putri untuk as dan dan dapat
memberikan saat melakukan
atau kunjunga aktifitas
meminumkan n ke sehari-hari
An. Sahira rumah dengan
dengan obat pasien baik

12
yang sudah
diberi sesuai
anjuran dokter
puskesmas.
Disamping itu
rutin
memeriksakan
An. Sahira ke
puskesmas
walaupun
kesehatannya
sudah membaik.
Aspek Menganjurkan Pasien Saat Diare Rp 2000 Tidak
klinik agar orang tua pasien pasien Untuk menolak
pasien berobat dapat biaya
memperhatikan ke sembuh berobat
secara khusus Puskesm ke
keadaan pasien, as dan puskesm
meminumkan diberikan as serta
obat secara terapi biaya
teratur, dan oralit 100 obat
memeriksakan ml setiap
pasien rutin ke kali BAB
Puskesmas dan dan zinc
melakukan 1 x 20
pemeriksaan mg dan
penunjang probiotik
seperti feses 2x1dan
rutin di tetap
puskesmas. diberikan
makan
dan saat
kunjunga

13
n ke
rumah
pasien
Aspek Menginformasik Pasien Saat Untuk Tidak Tidak
resiko an kepada orang pasien menjaga ada menolak
internal tua pasien agar berobat agar
pasien selalu ke penyakit
istirahat yang Puskesm yang
cukup di rumah, as dan diderita
meminumkan saat pasien tidak
obat yang kunjunga kambuh
teratur, n ke lagi dan
memperhatika rumah mengurangi
kebersihan pasien faktor-
mencuci tangan faktor yang
dengan sabun memberatk
saat menyuapin an keadaan
anak makan. klinis
pasien.
Aspek Menganjurkan Seluruh Saat mengurangi Tidak Tidak
psikososi agar orang tua Keluarg kunjunga faktor- ada menolak
al pasien merubah a n ke faktor yang
keluarga kebiasaannya rumah dapat
umtuk selalu pasien memperber
mencuci tangan at keadaan
dengan sabun klinis
saat pasien.
memberikan Menjaga
anak makan. keluarga
tetap sehat
Aspek Menganjurkan Pasien Saat Agar Tidak Tidak
fungsiona agar setelah kunjunga kondisi ada menolak
l sembuh pasien n ke tubuh anak

14
dapat rumah tetap sehat
melakukan pasien dan
aktifitas bermain membuat
seperti sedia anak lebih
kala dan tentu aktif
memperhatikan
kebersihan anak
dan kebersihan
lingkungan
sekitar tempat
anak bermain.

2.3 Prognosis
1. Ad vitam : ad bonam
2. Ad sanasionam : ad bonam
3. Ad fungsionam : ad bonam

15
2.4 Tinjauan Pustaka

DIARE AKUT PADA ANAK

I. Definisi
Diare akut adalah buang air besar lembek /cair bahkan dapat berupa air saja
yang frekuensinya lebih sering biasanya (biasanya dalam sehari 3 kali atau lebih) dan
berlangsung kurang dari 7 hari.

II. Epidemiologi
Di Amerika Serikat, 20-35 juta kejadian diare terjadi setiap tahunnya. Di dunia
sebesar 6 juta anak meninggal tiap tahunnya karena diare, di mana sebagian kematian
tersebut terjadi di negara berkembang. Penyakit diare adalah salah satu penyebab
utama morbiditas dan mortalitas pada anak di seluruh dunia, yang menyebabkan 1
miliar kejadian sakit dan 3-5 juta kematian setiap tahunnya. (Parashar,2003).
Di Indonesia dilaporkan bahwa setiap anak mengalami diare sebanyak 1-2
episode per tahun (Depkes, 2003). Berdasarkan survei demografi kesehatan Indonesia
tahun 2002-2003, prevalensi diare pada anak – anak dengan usia kurang dari 5 tahun
di Indonesia adalah : laki-laki 10,8% dan perempuan 11,2%. Berdasarkan umur,
prevalensi tertinggi terjadi pada usia 6-11 bulan(19,4%), 12-23 bulan (14,8) dan 24-35
bulan (12,0) (Biro pusat statistik, 2003).
Berdasarkan laporan WHO 2003, kematian akibat diare di negara berkembang
telah turun dari 4,6 juta tahun 1982 menjadi 2,5 juta kematian pada tahun 2003. Di
Indonesia angka kematian diare juga telah turun tajam dari 40% tahun 1972 menjadi
24,9 pada tahun 1980, 10% tahun 1985 hingga 7,4 % tahun 1996 dari semua kasus
kematian. Walaupun angka kematian karena diare telah turun, angka kesakitan
karena diare tetap tinggi baik di negara maju maupun di negara berkembang.
Diare akut sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja di
negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penyakit diare masih sering
menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang banyak dalam
waktu yang singkat.

16
III. Etiologi
1) Faktor infeksi
Infeksi enteral (infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab
utama diare)
 Infeksi bakteri : vibrio, E. coli, salmondla, shigella, campylo bacter,yersinia,
aeromonas, dan sebagainya
 Infeksi virus : enterovirus, adenovirus, rotavirus, astrovirus, daii lain-lain
 Infeksi parasit : cacing (ascaris), protozoa (entamoeba histolytica,giardia
lamblia, tricomonas hominis dan jamur (candida albicans).
2) Infeksi parenteral (infeksi diluar alat pencernaan) seperti: OMA (Otitis Media
Akut), tonsilitis, tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan
sebagainya (sering terjadi pada bayi dan umur dibawah 2 tahun).
3) Faktor Malabsorpsi
Malabsorbsi karbohidrat
- Disakarida : intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa.
- Monosakarida: intoleransi glukosa, fruktosadan galaktosa.
Malabsorbsi lemak
Malabsorbsi protein
4) Faktor makanan
Makanan besi, beracun, alergi terhadap makanan.
5) Lain-lain
Imunodefisiensi
Gangguan psikologis (cemas dan takut)
Faktor-faktor langsung:
- KKP (Kurang Kalori Protein).
- Kesehatan pribadi dan lingkungan.
- Sosioekonomi.

17
IV. Patofisiologi
Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu diare
osmotik, sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus.
- Diare osmotik terjadi karena terdapatnya bahan yang tidak dapat diabsorpsi oleh
usus akan difermentasi oleh bakteri usus sehingga tekanan osmotik di lumen usus
meningkat yang akan menarik cairan.
- Diare sekretorik terjadi karena toxin dari bakteri akan menstimulasi cAMP dan
cGMP yang akan menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit.
- Diare karena gangguan motilitas usus terjadi akibat adanya gangguan pada
kontrol otonomik, misal pada diabetik neuropati, postvagotomi, post reseksi usus
serta hipertiroid.
Mekanisme primer yang menyebabkan diare akut adalah:
- Rusaknya vili-vili di sekitar daerah brush boarder usus halus, yang menyebabkan
malabsorbsi yang menyebabkan diare karena gangguan osmotik.
-
Kuman yang melepaskan toxin yang berikatan dengan enterosit reseptor yg
spesifik yang menyebabkan terlepasnya ion klorida kedalam membran intestinal
sehingga menyebabkan gangguan absorbsi sehingga menyebabkan diare.
Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus yang masuk
melalui makanan dan minuman sampai ke enterosit, akan menyebabkan infeksi
dan kerusakan villi usus halus. Enterosit yang rusak diganti dengan yang baru
yang fungsinya belum matang, villi mengalami atropi dan tidak dapat
mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik, akan meningkatkan tekanan
koloid osmotik usus dan meningkatkan motilitasnya sehingga timbul diare.
Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang berhubungan
dengan pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus cAMP, cGMP, dan Ca
dependen. Patogenesis terjadinya diare oleh salmonella, shigella, E coli agak
berbeda dengan patogenesis diare oleh virus, tetapi prinsipnya hampir sama.
Bedanya bekteri ini dapat menembus (invasi) sel mukosa usus halus sehingga
depat menyebakan reaksi sistemik.Toksin shigella juga dapat masuk ke dalam
serabut saraf otak sehingga menimbulkan kejang. Diare oleh kedua bakteri ini
dapat menyebabkan adanya darah dalam tinja yang disebut disentri.

18
V. Manifestasi kinis
Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh naik, nafsu makan berkurang
kemudian timbul diare. Tinja mungkin disertai lendir dan darah. Warna tinja makin
lama berubah kehijauan karena bercampur dengan, daerah anus dan sekitarnya timbul
luka lecet karena sering defekasi dan tinja yang asam akibat laktosa yang tidak
diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau selama diare
dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit.
Bila kehilangan cairan terus berlangsung tanpa pergantian yang memadai
gejala dehidrasi mulai tampak yaitu : BB turun, turgor kulit berkurang, mata dan
ubun-ubun cekung (bayi), selaput lender bibir dan mulut, serta kulit kering. Bila
keadaan ini terus berlanjut, akan terjadi renjatan hypovolemik dengan gejala takikardi,
denyut jantung menjadi cepat, nadi lemah dan tidak teraba, tekanan daran turun,
pasien tampak lemah dan kesadaran menurun, karena kurang cairan, deuresis
berkurang (oliguria-anuria). Bila terjadi asidosis metabolik pasien akan tampak pucat,
nafas cepat dan dalam (pernafasan kusmaul).

VI. Komplikasi Diare


Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi :
1. Kehilangan cairan (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena output air lebih banyak dari pada input air. Klasifikasi tingkat
dehidrasi anak dengan diare yaitu :

Penilaian Dehidrasi Menurut MTBS

19
Terdapat dua atau lebih dari tanda-tanda
berikut ini:
 Letargis atau tidak sadar DEHIDRASI BERAT
 Mata cekung
 Tidak bisa minum atau malas minum
 Cubitan kulit perut kembalinya
sangat lambat
Terdapat dua atau lebih dari tanda-tanda
berikut ini: DEHIDRASI
 Gelisah, rewel/mudah masalah RINGAN/SEDANG
 Mata cekung
 Cubitan kulit perut kembalinya
lambat
Tidak cukup tanda-tanda untuk
diklasifikasikan sebagai dehidrasi berat atau TANPA DEHIDRASI
ringan/sedang
Kriteria Dehidrasi menurut WHO 2000

20
1. Gangguan keseimbangan asam-basa (metabolik asidosis)
Metabolik asidosis terjadi karena :
a. Kehilangan Na-bikarbonat bersama feses
b. Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak yang tidak sempurna sehingga
benda keton tertimbun dalam tubuh.
c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan.
d. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat
dikeluarkan oleh ginjal.
e. Pemindahan ion Na dari cairan ekstraselular ke dalam cairan intraselular.
Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan pernapasan,
pernapasan bersifat cepat, teratur dan dalam yang disebut pernapasan kuszmaull.
Pernapasan ini merupakan homeostasis respiratorik yaitu usaha dari tubuh untuk
mempertahankan pH darah.
2. Hipoglikemia
Pada anak-anak dengan gizi baik/cukup, hipoglikemia ini jarang terjadi, lebih
sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderita KEP. Hal ini terjadi
karena :
a. Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu.
b. Adanya gangguan absorbsi glukosa.
Gejala hipoglikemia dapat muncul jika kadar glukosa darah menurun sampai 40
mg% pada bayi dan 50 mg% pada anak-anak. Gejala hipoglikemia tersebut berupa:
lemas, apatis, peka rangsang, tremor, pucat, berkeringat, syok, kejang sampai koma.
3. Gangguan gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat
terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan karena :
a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan/atau
muntahnya akan bertambah berat.
b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran.
c. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik
karena adanya hiperperistaltik.
4. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan
sirkulasi darah berupa rejatan (shock) hipovolemik. Akibatnya perfusi jaringan
berkurang dan terjadi hipoksia dan asidosis bertambah berat. Kemudian dapat

21
mengakibatkan perdarahan di otak yang menimbulkan turunnya kesadaran
(soporokomatusa) dan bila tidak segera ditangani penderita dapat meninggal.

VII. Kriteria Diagnosis


a. Anamnesis
 Lama diare berlangsung, frekuensi diare dalam sehari, warna dan konsistensi
tinja, lendir dan atau darah dalam tinj.
 Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, buang air kecil
terakhir, demam, sesak, kejang, kembung.
 Jumlah cairan yang masuk selama diare.
 Jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare, mengonsumsi makanan
yang tidak biasa.
 Penderita diare disekitarnya dan sumber air minum.

b. Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum, kesadaran, dan tanda vital.
 Tanda utama: keadaan umum gelisah/cengeng atau lemah/letargi/koma, rasa haus,
turgor kulit abdomen menurun.
 Tanda tambahan: ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa bibir, mulu,
dan lidah.
 Berat badan.
 Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, seperti napas cepat dan
dalam (asidosos metabolik), kembung (hipokalemia), kejang (hipo atau
hipernatremia).
 Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai kriteria berikut:
 Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan < 5% berat badan)
 Tidak ditemukan tanda utama dan tandda tambahan
 Keadaan umum baik, sadar
 Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada, mukosa
mulut dan bibir basah
 Turgor abdomen baik, bising usus normal
 Akral hangat

22
 Dehidrasi ringan sedang (kehilangan cairan 5-10% berat badan)
 Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih tanda tambahan.
 Keadaan umum gelisah atau cengeng.
 Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata kurang,
mukosa mulut dan bibir sedikit kering.
 Turgor kurang, akral hangat.
 Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10% berat badan)
 Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah dengan 2 atau lebih tanda
tambahan.
 Keadaan umum lemah, letargi, atau koma.
 Ubun-ubun sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak ada, mukosa
mulut dan bibir sangat kering.
 Turgor sangat kurang dan akral dingin.

c. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak
diperlukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab
dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada
penderita dengan dehidrasi berat. Contoh : pemeriksaan darah lengkap, kultur urine
dan tinja pada sepsis atau infeksi saluran kemih. Pemeriksaan laboratorium yang
kadang-kadang diperlukan pada saat diare akut :
Darah: darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan
kepekaan terhadap antibiotika.
Feses :
PH asam  diare osmotic.
Leukosit > 5 / LPB  disentri
Hal yang dinilai pada pemeriksaan feses:
- Makroskopis : konsistensi, warna, lendir, darah, bau.
- Mikroskopis : leukosit, eritrosit, parasit, bakteri.

23
Bentuk klinis diare berdasarkan penyebabnya :

VIII. Pengobatan Diare


Prinsip penatalaksanaan penderita diare adalah:
a. Mencegah terjadinya dehidrasi
Salah satu komplikasi yang paling sering terjadi adalah dehidrasi. Mencegah
terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan memberikan minum lebih
banyak dengan rumah tangga yang dianjurkan, seperti air tajun, kuah sayur, air sup, air
teh. Bila tidak memberikan cairan rumah tangga yang dianjurkan, berikan air matang.
Jangan diberikan cairan yang osmolaritasnya tinggi, yaitu yang terlalu manis sepeti soft
drink.

b. Mengobati dehidrasi
Bila terjadi dehidrasi terutama pada anak balita, penderit harus segera dibawa ke
petugas kesehatan atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang cepat dan
tepat, yaitu dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi berat, penderita harus segera diberikan
cairan intravena dengan Ringer Laktat sebelum dilanjutkan terapi oral.

c. Pemberian ASI / makanan

24
Pemberian ASI / makanan selama serangan diare bertujuan untuk memberikan gizi
pada penderita terutama bertujuan agar anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan.

d. Pemberian Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Lebih dari 90
macam enzim dalam tubuh memerlukan zinc sebagai kofaktornya, termasuk enzim
superoksida dismutase (Linder,1999). Enzim ini berfungsi untuk metabolisme radikal
bebas superoksida sehingga kadar radikal bebas ini dalam tubuh berkurang. Pada proses
inflamasi, kadar radikal bebas superoksida meningkat, sehingga dapat merusak berbagai
jenis jaringan termasuk jaringan epitel dalam usus (Cousins et al, 2006).
Zinc yang ada dalam tubuh akan hilang dalam jumlah besar pada saat seorang anak
menderita diare. Dengan demikian sangat diperlukan pengganti zinc yang hilang dalam
proses kesembuhan seorang anak dan untuk menjaga kesehatannya di bulan-bulan
mendatang.
Mulai tahun 2004, WHO-UNICEF merekomendasikan suplemen Zinc untuk terapi
diare karena suplementasi zinc telah terbukti menurunkan jumlah hari lamanya seorang
anak menderita sakit, menurunkan tingkat keparahan penyakit tersebut, serta
menurunkan kemungkinan anak kembali mengalami diare 2-3 bulan berikutnya.
Banyak uji klinik yang melaporkan bahwa suplemen Zinc sangat bermanfaat untuk
membantu penyembuhan diare. Zinc sebaiknya diberikan sampai 10-14 hari, walaupun
diarenya sudah sembuh. 11 Sayangnya suplemen Zinc ini belum banyak beredar di apotek
di Indonesia. Di beberapa RS besar di Indonesia telah menggunakan suplemen Zinc
dalam bentuk suspensi untuk penatalaksanaan diare akut.
Adapun cara pemberian Tablet Zinc yaitu :
 Untuk bayi usia di bawah 6 bulan berikan setengah tablet zinc (10mg) sekali sehari
selama sepuluh hari berturut-turut.
 Untuk anak usia 6 bulan ke atas berikan satu tablet zinc (20 mg) sekali sehari selama
sepuluh hari berturut-turut.
 Larutkan tablet tersebut dengan sedikit (beberapa tetes)air matang atau ASI dalam
sendok teh.
 Jangan mencampur tablet zinc dengan oralit
 Tablet harus diberikan selama sepuluh hari penuh (walaupun diare telah berhenti
sebelum 10 hari)

25
 Apabila anak muntah sekitar setelah jam setelah pemberian tablet zinc, berikan lagi
tablet zinc dengan cara memberikan potongan lebih kecil dan berikan beberapa kali
hingga satu dosis penuh.
 Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus,tetap berikan tablet
zinc segera setelah anak dapat minum atau makan.

e. Pemberian Probiotik
Probiotik adalah suatu suplemen makanan, yang mengandung bakteri atau jamur
yang tumbuh sebagai flora normal dalam saluran pencernaan manusia, yang bila
diberikan sesuai indikasi dan dalam jumlah adekuat diharapkan dapat memberikan
keuntungan bagi kesehatan dengan cara meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik
didalam lumen saluran cerna sehingga seluruh epitel mukosa usus telah diduduki oleh
bakteri probiotik melalui reseptor dalam sel epitel usus. Dengan mencermati
penomena tersebut bakteri probiotik dapat dipakai dengan cara untuk pencegahan dan
pengobatan diare baik yang disebabkan oleh Rotavirus maupun mikroorganisme lain,
speudomembran colitis maupun diare yang disebabkan oleh karena pemakaian
antibiotika yang tidak rasional (antibiotik asociated diarrhea ) dan travellers’s
diarrhea.
Terdapat banyak laporan tentang penggunaan probiotik dalam tatalaksana diare
akut pada anak. Hasil meta analisa Van Niel dkk menyatakan lactobacillus aman dan
efektif dalam pengobatan diare akut infeksi pada anak, menurunkan lamanya diare
kira-kira 2/3 lamanya diare, dan menurunkan frekuensi diare pada hari ke dua
pemberian sebanyak 1-2 kali. Kemungkinan mekanisme efekprobiotik dalam
pengobatan diare adalah : Perubahan lingkungan mikro lumen usus, produksi bahan
anti mikroba terhadap beberapa patogen, kompetisi nutrien, mencegah adhesi patogen
pada anterosit, modifikasi toksin atau reseptor toksin, efektrofik pada mukosa usus
dan imunno modulasi.
Terdapat berbagai macam jenis probiotik yang hingga saat ini sering digunakan
sebagai suplemen. Golongan yang paling banyak digunakan adalah Lactic Acid
Bacteria (LAB). Golongan LAB dapat mengubah gula dan karbohidrat menjadi asam
laktat, yang berfungsi menurunkan kadar pH saluran gastrointestinal, sehingga
menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Contoh strain golongan LAB adalah
Lactobacillus dan Bifidobacterium.

26
Sejak dipublikasikan pertama kali oleh seorang peneliti Rusia, Eli Metchnikoff,
pada awal abad 20, penelitian tentang probiotik hingga saat ini banyak dilakukan
untuk menguji kemanfaatannya pada populasi anak. Produk komersial yang
mengandung probiotik sebagai suplemen banyak tersedia di pasaran. Kemanfaatan
probiotik terutama banyak dilihat dari aspek pencegahan dan terapi penyakit, terutama
penyakit alergi dan infeksi.
Penggunaan probiotik untuk diare pada anak merupakan fokus studi yang paling
banyak dilakukan dalam penilaian kemanfaatan probiotik. Secara teoritis, probiotik
dapat mengurangi keparahan diare melalui efek kompetisi dengan patogen,
imunomodulator, meningkatkan sekresi IgA mukosa usus, dan mengurangi kejadian
intoleransi laktosa.
Pemberian probiotik terlihat bermanfaat dalam tatalaksana diare akut. Meta-
analisis yang dilakukan oleh Szajewska et al menunjukkan bahwa pemberian
suplemen Lactobacillus mengurangi durasi diare akut sehari lebih cepat dibandingkan
plasebo (95% CI) dengan level of evidence 1a. Efektivitasnya terutama lebih baik
pada mereka dengan etiologi rotavirus, yang merupakan penyebab terbanyak diare
akut pada anak.

f. Pemberian Antibiotik
Sebagian besar kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika
oleh karena pada umumnya sembuh sendiri (self limiting). Antibiotik hanya
diperlukan pada sebagian kecil penderita diare misalnya kholera shigella, karena
penyebab terbesar dari diare pada anak adalah virus (Rotavirus). Kecuali pada bayi
berusia di bawah 2 bulan karena potensi terjadinya sepsis oleh karena bakteri mudah
mengadakan translokasi kedalam sirkulasi, atau pada anak/bayi yang menunjukkan
secara klinis gajala yang berat serta berulang atau menunjukkan gejala diare dengan
darah dan lendir yang jelas atau segala sepsis. Anti motilitis seperti difenosilat dan
loperamid dapat menimbulkan paralisis obstruksi sehingga terjadi bacterial
overgrowth, gangguan absorpsi dan sirkulasi.
Beberapa antimikroba yang sering dipakai antara lain:
 Kolera : Tetrasiklin 12,5mg/kgBB/ dibagi 3 dosis (3 hari) atau Erytromycin 12,5
mg/kgBB 4x sehari selama 3 hari
 Shigella : Ciprofloxacin 15 mg/kgBB 2x sehari selama 3 hari atau Ceftriaxone 50-100
mg/kgBB 1x sehari IM selama 2-5 hari.

27
 Amebiasis : Metronidasol 10mg/kg/ 3x sehari selama 5 hari (10 hari pada kasus
berat), Untuk kasus berat : Dehidro emetin hidrokhlorida 1-1,5 mg/kg (maks
90mg)(im) s/d 5 hari tergantung reaksi (untuk semua umur)
 Giardiasis : Metronidazole 5mg/kgBB 3x sehari selama 5 hari.

g. Mengobati masalah lain


Obat-obatan “anti diare” dan anti muntah tidak boleh diberikan pada anak dengan
diare. Anti diare tidak dianjurkan karena belum adanya bukti mengenai diare yang berdaya
guna, sehingga penggunaan anti diare hanya menimbulkan beban biaya.

h. Pemberian nasehat
Pemberian nasehat kepada orang tua anak (pengasuh) untuk segera membawa anaknya
kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari atau menderita sebagai
berikut:
 Buang air besar cair lebih sering
 Muntah berulang-ulang
 Rasa haus yang nyata
 Makan atau minum sedikit
 Demam
 Tinja berdarah

IX. Tatalaksana Nutrisi Pada Diare


Ibu perlu dibimbing tentang cara pemberian makanan yang baik pada anak,
mengajari pentingnya meneruskan pemberian makanan penuh selama diare dan
membantu usaha mereka untuk mengikuti anjuran ini. Empat kunci utama tatalaksana
gizi diare yang benar:
 Menilai status gizi
 Memberi makanan yang tepat pada saat episode diare
 Memberi makanan yang tepat pada waktu penyembuhan dengan tindak lanjutnya.
 Komunikasi yang efektif tentang anjuran diet kepada ibu.
Pemberian ASI selama diare tidak boleh di kurangi atau di hentikan tetapi
diperbolehkan sesering atau selama anak menginginkannya. ASI harus di berikan
untuk menambah larutan oralit. Susu sapi atau formula yang biasa di terima bila

28
timbul dehidrasi maka pemberian susu harus di hentikan selama rehidrasi untuk 4-6
jam dan kemudian dilanjutkan lagi. Makanan lunak bila anak berumur 4 bulan atau
lebih sudah bisa menerima makanan lunak, makanan ini harus di teruskan. Bayi umur
6 bulan atau lebih harus mulai di berikan makanan lunak bila belum pernah di beri.
Bila timbul dehidrasi makanan ini harus di hentikan 4 – 6 jan untuk rehidrasi untuk
kemudian di lanjutkan lagi. Paling tidak separuh makanan diet harus berasal dari
makanan porsi kecil tetapi sering (6 kali atau lebih) dan mereka harus di bujuk untuk
makan.
Banyak literatur yang menyebutkan bahwa probiotik memberikan kebaikan dalam
penanganan diare akut pada bayi. Probiotik dengan pemberian dua kali sehari selama
5 hari dipercaya terbukti memberikan kebaikan dalam mengurangi frekuensi, serta
durasi penyakit diare. Probiotik dipercaya dapat mengurangi lama waktu kesakitan,
dengan meningkatkan respon imun, memperbaiki mukosa usus, sebagai substansi
penting dalam antimikroba dan menyeimbangan jumlah mikroba diusus. Angka
penguranga dari frekuensi defekasi secara drastis dalam <3 hari terdapat pada
kelompok yang memeperoleh probiotik dengan kelompok kontrol. Konsistensi faeces
yang lebih padat dan durasi yang lebih pendek pada kelompok probiotik. Rata-rata
lama durasi diare juga mengalami hasil yang signifikan pada kelompok probiotik.

X. Pencegahan Diare
Penatalaksanaan kasus yang benar, yang terdiri dari upaya rehidrasi oral dan
pemberian makanan dapat mengurangi efek buruk diare yang meliputi dehidrasi,
kekurangan gizi dan resiko kematian. Cara-cara lain juga dibutuhkan, untuk
mengurangi insidensi diare, yaitu intervensi yang selain mengurangi penyebaran
mikroorganisme penyebab diare juga meningkatkan resistensi anak terhadap infeksi
kuman ini.
Sejumlah intervensi telah diusulkan untuk mencegah diare pada anak,
kebanyakan meliputi cara yang berhubungan dengan cara pemberian makanan kepada
bayi, kebersihan perseorangan, kebersihan makanan, penyediaan air bersih,
pembuangan tinja yang aman dan imunisasi. Ada 7 cara diidentifikasi sebagai sasaran
untuk promosi, yaitu:
1. Pemberian ASI.
2. Perbaikan makanan pendamping ASI.
3. Penggunaan air bersih untuk kebersihan dan untuk minum.

29
4. Cuci tangan.
5. Penggunaan jamban.
6. Pembuangan tinja bayi yang aman.
7. Imunisasi campak.
Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan pencegahan
enterik, termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan penderita,
penggunaan jas panjang bila ada kemungkinan pencemaran dan sarung tangan bila
menyentuh bahan yang terinfeksi. Penderita dan keluarganya harus dididik mengenai
cara penularan enteropatogen dan cara-cara mengurangi penularan.

30

Anda mungkin juga menyukai