PENDAHULUAN
Penyebab disentri adalah infeksi bakteri atau amuba. Infeksi yang disebabkan
oleh bakteri dikenal sebagai disentri basiler dan merupakan penyebab tersering
disentri pada anak. Shigella dilaporkan sebagai penyebab tersering disentri basiler
pada anak. Sedangkan infeksi yang disebabkan oleh amuba dikenal sebagai disentri
amuba. Selain diare berdarah, anak juga mengalami demam, nyeri perut terutama
menjelang buang air besar, pada pemeriksaan tinja rutin didapatkan jumlah leukosit
dan eritrosit yang meningkat, dan pada pemeriksaan biakan tinja dapat dijumpai
kuman penyebab. Nyeri perut saat buang air besar (tenesmus) seringkali tidak terlihat
pada anak yang usianya lebih muda karena mereka umumnya belum dapat
menggambarkan keluhan tersebut.1
1
antibiotika. Bila kondisi mengkhawatirkan anak harus dirawat. Bila ada fasilitas
penunjang laboratorium dapat dilakukan pemeriksaan terhadap amuba pada tinja.
Disentri yang lebih berat dilaporkan pada bayi yang tidak mendapat ASI dan pada
anak dengan gizi kurang 1
Anak dengan disentri bisa mengalami dehidrasi, terlebih bila tidak diimbangi
dengan asupan cairan yang cukup. Dehidrasi terjadi karena banyaknya cairan yang
keluar melalui diare. Anak dengan disentri sebaiknya diberi minum yang cukup,
terutama bila mereka mengalami demam. Infus diberikan bila anak mengalami
dehidrasi berat atau sulit mendapat asupan makan karena hilang nafsu makan. Selama
anak masih mau minum dan makan dalam jumlah cukup, infus tidak perlu diberikan.1
Melihat angka kejadian disentri pada anak yang cukup tinggi, sehingga
penting dilakukan penatalaksaaan yang empiris,maka dari itu, disusunlah REFLEKSI
KASUS ini untuk memberikan informasi kepada kita bagaimana sebenarnya disentri
itu.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. R
Umur : 4 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Tanggal masuk : 01 Agustus 2017
II. ANAMNESIS
Keluhan utama : Buang air besar cair
3
makanan. Sebelum muntah pasien makan cokelat dan mie yang dibuat sendiri.
Demam (+) sejak satu hari yang lalu. Batuk (-), flu (-), sesak (-). Nafsu makan
menurun. Buang air kecil lancar. Berdasarkan pemaparan orang tua, pasien
tampak gelisah dan ingin minum terus.
Riwayat sosial-ekonomi :
Pasien tinggal di lingkungan yang padat penduduk, rumah satu dengan rumah
yang lainnya saling berdempetan. Sumber air yang digunakan pasien untuk
memenuhi kebutuhan air yaitu dari PDAM. Untuk air minum pasien
menggunakan air galon. Pasien menggunakan jamban sendiri di rumah. Ayah
pasien bekerja sebagai wiraswasta. Ibu pasien seorang ibu rumah tangga.
4
Berjalan : 14 bulan
Tertawa : 3 bulan
Berceloteh : 9 bulan
Memanggil papa : 9 bulan
Anamnesis Makanan :
ASI diberikan saat umur 0-2 bulan
Susu formula mulai diberikan umur 2 bulan sampai sekarang
Makanan Pendamping ASI (bubur Sun) diberikan saat berumur 6 bulan
Nasi diberikan saat berumur 1 Tahun
Riwayat Imunisasi :
- Vaksin Hepatitis B : Usia 0 bulan, 1 bulan, 2 bulan, dan 6 bulan
- Vaksin Polio : Usia 0 bulan, 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan
- Vaksin BCG : Usia 0 bulan
- Vaksin DPT : Usia 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan
- Vaksin campak : Usia 9 bulan
5
o Lingkar Perut : 59 cm
o Lingkar Dada : 61 cm
o Lingkar Lengan : 17 cm
o Status Gizi : Gizi Baik Z-score : gizi baik (1) (0)
6
Hidung : Pernapasan cuping hidung : tidak ada
Epistaksis : tidak ada
Sekret : tidak ada
Rhinorrhea : -/-
Mulut : Bibir : Mukosa bibir kering, tidak hiperemis
Lidah : Tidak kotor
Gigi : Tidak ada karies
Selaput Mulut : -
Gusi : Tidak berdarah
Bau Pernapasan : Tidak berbau
Tenggorokan : Tonsil : T1/T1
Pharynx : Hiperemis
Leher : Trachea : di tengah
Kelenjar : Tidak ada pembesaran kelenjar
Kaku Kuduk :-
Lain-lain :-
7
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula sinistra
Perkusi : Cardiomegali (-),
Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 murni, regular. Murmur (-),
Abdomen
Inspeksi : Tampak datar
Auskultasi : Bising usus (+) kesan meningkat
Perkusi : Timpani
Palpasi : Nyeri tekan : (-)
8
Skor dehidrasi (MTBS) :
Terdapat dua atau lebih dari tanda-tanda berikut :
a. Gelisah, rewel/marah (-)
b. Mata cekung (+)
c. Haus, minum dengan lahap (+)
d. Cubitan kulit perut kembali lambat (+)
9
IV. Resume
Pasien anak laki-laki masuk rumah sakit dengan keluhan Buang air besar
cair. Pasien mengalami buang air besar cair sebanyak 10 kali dalam sehari,
sejak satu hari sebelum pasien masuk rumah sakit. Kotoran berwarna
kemerahan, dan berbau amis. Pasien juga mengalami muntah 4 kali, muntahnya
berisi air, dan makanan. Sebelum muntah pasien makan cokelat dan mie yang
dibuat sendiri. Demam (+) sejak satu hari yang lalu. Batuk (-), flu (-), sesak (-).
Nafsu makan menurun. Buang air kecil lancar. Berdasarkan pemaparan orang
tua, pasien tampak gelisah dan ingin minum terus.
V. Diagnosis
Diare disentri dehidrasi ringan-sedang
10
VI. TERAPI
- IVFD RL 900 ml/3 jam
- Domperidon syrp 3 x cth
- Oralit 1 Sachet tiap BAB
- Zinc 20mg 1x1tab
- Cotrimoxazol 2x1 syrp cth
- Paracetamol 3x1
11
VIII. FOLLOW UP HARI 1
Tanggal : 1 Agustusr 2017
Subjek (S) : BAB cair (+) berwarna merah, berlendir (-), berbau
amis. Demam (+), Batuk (-), Flu (-), Sesak (-),
Muntah (+).
Objek (O) :
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Pemeriksaan Fisik
Tanda Vital
- Denyut Nadi : 120 kali/menit
- Respirasi : 24 kali/menit
- Suhu : 37,80C
Mata : Mata Cowong/cekung
Kulit : Turgor Kulit kembali lambat
Rasa haus : Minum sering
Skor dehidrasi : Dehidrasi ringan sedang
Pemeriksaan Laboratorium
No Jenis darah Hasil Nilai rujukan
12
9 PLT 667 x 103/mm3 150-450 103/mm3
o FOLLOW UP HARI KE 2
Tanggal : 2 Agustus 2016
Subjek (S) : BAB cair (+) berwarna kekuningan 3 kali, demam (-),
muntah (-), Batuk (-), Sesak (-), BAK lancar
Objek (O) :
Tanda Vital
- Denyut Nadi : 120 kali/menit
- Respirasi : 23 kali/menit
- Suhu : 37,70C
Mata : Mata Cowong/cekung
Kulit : Turgor Kulit kembali Lambat
Rasa haus : Minum sering
Skor dehidrasi : Dehidrasi sedang
13
- Zinc 20mg 1x1tab
- Cotrimoxazol 2x1 syrp cth
- Paracetamol 3x1
o FOLLOW UP HARI KE 3
Tanggal : 3 Agustus 2017
Subjek (S) : BAB (-), Panas (-) Hari ke 1 bebas panas, Muntah (-),
Batuk (-), Sesak (-), BAK lancar.
Objek (O) :
Tanda Vital
- Denyut Nadi : 116 kali/menit
- Respirasi : 22 kali/menit
- Suhu : 36,8 0C
Mata : Tidak Cowong/cekung
Kulit : Turgor Kulit kembali cepat
Rasa haus : Minum seperti biasa
Skor dehidrasi : Tanpa dehidrasi
14
BAB III
DISKUSI
Pasien pada kasus ini adalah seorang anak Laki-laki berusia 4 tahun.
Diagnosis pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan informasi bahwa pasien sudah
mengalami BAB cair sebanyak 10 kali sejak 1 hari sebelum pasien masuk rumah
sakit. BAB awalnya lancar, keesokan harinya pasien mengalami peningkatan
frekuensi BAB menjadi 10 kali dengan konsistensi cair, sehingga pasien dapat
dikatakan mengalami diare. Pasien juga mengalami vomitus 4 kali, vomitus berisi air,
dan makanan. Sebelum vomitus, pasien makan cokelat dan mie yang dibuat sendiri.
Febris (+) sejak satu hari yang lalu. Pada diare yang diakibatkan bakteri shigella
karna terdapat darah dalam BAB.
Faktor resiko terjadinya diare akut pada anak antara lain: tidak memberikan
ASI secara penuh untuk waktu 4-6 bulan pertama kehidupan bayi, tidak memadainya
penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kebersihan lingkungan dan pribadi
yang buruk, penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis. Untuk
kelompok umur 6-11 bulan lebih banyak terjadi diare terutama pada saat diberikan
makanan pendamping ASI yang mungkin terkontaminasi oleh mikroorganisme,
kontak langsung pada mikroorganisme pada saat bayi belajar merangkak. serta pada
umur tersebut telah terjadi penurunan kadar antibodi ibu, dan kurangnya kekebalan
aktif bayi.(3) Pada pasien ini, pemberian ASI eksklusif selama 7 bulan. Adapun
pemberian makanan pendamping ASI sejak umur 6 bulan dapat berpengaruh terhadap
kejadian diare yang terjadi dikarenakan adanya kontaminasi terhadap makanan
pendamping ASI.
Pada kasus ini, kemungkinan diare terjadi akibat gangguan sekresi, terutama
berkaitan dengan adanya kontaminasi makanan terhadap mikroorganisme.seperti
bakteri shigella.
15
Pada kasus ini, kemungkinan infeksi yang terjadi adalah akibat bakteri shigella.
Hal ini dengan mengamati anamnesis pasien, dimana pasien mengalami BAB cair
bercampur darah, demam, konsistensi feses cair, tidak ada lendir, warna feses merah
kekuningan. Pada permulaan diare didahului dengan muntah sebanyak 4 kali berisi
cairan. Sedangkan pada pemeriksaan laboratorium, didapatkan peningkatan leukosit.
Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (gangguan) dan entron (usus),
yang berarti radang usus yang menyebabkan gejala meluas dengan karakteristik
buang air besar dengan tinja berdarah, diare encer dengan volume sedikit, buang air
besar dengan tinja bercampur lendir ( mukus), dan nyeri saat buang air besar
(tenesmus) 1.
16
penyebab disentri basiler di negara berkembang dengan kesehatan lingkungan yang
masih kurang. Sedangkan disentri amoeba tersebar hampir keseluruh dunia terutama
dinegara yang sedang berkembang yang berada di daerah tropis. Hal ini dikarenakan
faktor kepadatan penduduk, higienitas individu, sanitasi lingkungan dan kondisi
sosial ekonomi.
Gold standar penegakkan diagnosis dari siondroma disentri adalah dengan
menggunakan kultur dari feses sehingga dapat menentukan penyebab dari disentri :
Amoebiasis adalah penyebab yang umum dari diare kronik maupun diare akut.
1. Volume tinja pada setiap kali buang air besar pada disentri amoeba lebih
Banyak
2. Bau tinja yang menyengat
3. Warna tinja umumnya merah tua dengan darah dan lendir tampak bercampur
dengan tinja1
Patologi dan Gejala Klinis
Bentuk histolitika memasuki mukosa usus besaryang utuh dan mengeluarkan
enzim yang dapat menghancurkan jaringan. Enzim ini yaitu cystein proteinase yang
disebut histolisin. Lalu bentuk histolitika masuk ke submukosa dengan menembus
lapisan muskularis mukosae. Di submukosa ini, bentuk histolitika akan membuat
kerusakan yang lebih besar daripada di mukosa usus. Akibatnya terjadi luka yang
disebut ulkus amoeba. Bila terdapat infeksi sekunder,maka terjadi peradangan. Proses
ini dapat meluas di submukosa bahkan sampai sepanjang sumbu usus. Bentuk
histolitika banyak ditemukan di dasar dan dinding ulkus. Dengan peristaltis usus,
bentuk ini dikeluarkan bersama isi ulkus rongga usus kemudian menyerang lagi
mukosa usus yang sehat atau dikeluarkan bersama tinja. Tinja ini disebut disentri,
yaitu tinja yang bercampur lendir dan darah2.
17
Sedangkan Shigelosis merupakan disentri yang diakibatkan oleh invasi dari
bakteri salmonella shigela . Proses patologik yang penting adalah invasi epitel selaput
lendir, mikroabses pada dinding usus besar dan ileum terminal yang cenderung
mengakibatkan nekrosis selaput lendir, ulserasi superfisial, perdarahan, pembentukan
pseudomembran pada daerah ulkus. Ini terdiri dari fibrin, lekosit, sisa sel, selaput
lendir yang nekrotik, dan kuman. Waktu proses berkurang, jaringan granulasi mengisi
ulkus dan terbentuk jaringan parut3
Gejala Setelah masa inkubasi yang pendek (1-3 hari) secara mendadak timbul
nyeri perut, demam, dan tinja encer. Tinja yangencer tersebut berhubungan dengan
kerja eksotoksin dalam usus halus. Sehari ataubeberapa hari kemudian, karena infeksi
meliputi ileum dan kolon, maka jumlah tinja meningkat, tinja kurang encer tapi sering
mengandung lendir dan darah. Tiap gerakan usus disertai dengan mengedan dan
tenesmus (spasmus rektum), yang menyebabkan nyeri perut bagian bawah. Demam
dan diare sembuh secara spontan dalam 2-5 haripada lebih dari setengah kasus
dewasa. Namun, pada anak-anak dan orang tua, kehilangan air dan elektrolit dapat
menyebabkan dehidrasi, asidosis, dan bahkan kematian 3.
18
yang paling sering diperoleh dari colokan darah-biruan lendir dalam spesimen tinja
segar berlalu diperoleh selama fase akut penyakit 4.
Inspeksi
19
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Palpasai kulit
Rencana terapi B
Rencana
terapai C
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa pasien ini mengalami dehidrasi ringan-
sedang yang didapatkan dari pemeriksaan anamnesis, pasien tampak kehausan, mata
cekung dan turgor kulit lambat (>2 detik). Dan pada follow up berikutnya, pasien
sudah tidak mengalami dehidrasi.
20
Anjuran pemeriksaan pada kasus ini salah satunya ialah sebaiknya melakukan
pemeriksaan serum elektrolit. Sebenarnya pemeriksaan serum elektrolit diindikasikan
untuk keadaan dehidrasi berat. Hal ini disebabkan karena pada kondisi dehidrasi berat
dipastikan terjadi komplikasi berupa ketidakseimbangan elektrolit yang berdampak
terutama pada sistem syaraf pusat berupa kejang, edema otak, kelemahan otot, ileus
paralitik, gangguan fungsi ginjal, dan aritmia jantung.[3] Pasien pada kasus ini belum
mengalami dehidrasi berat dan diindikasikan untuk pemeriksaan elektrolit. Namun
pemeriksaan ini dapat dilakukan untuk mencegah kemungkinan komplikasi akibat
dehidrasi.
Departemen kesehatan menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi
semua kasus diare yang diderita anak balita baik dirawat dirumah maupun sedang
dirawat dirumah sakit, yaitu :
1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru
2. Zink diberikan selama 10 hari berturut-turut
3. ASI dan makanan tetap diteruskan
4. Antibiotik selektif
5. Nasihat kepada orang tua.
Pada kasus ini, rencana penanganan yang dianjurkan adalah rencana terapi B.
Hal ini dilakukan karena pada kasus diare jumlah cairan yang dibutuhkan oleh tubuh
banyak yang keluar. Oleh karena itu prioritas managemen diare akut dengan dehidrasi
ringan sedang adalah menggantikan jumlah kebutuhan cairan yang diperlukan tubuh.
1. Rehidrasi
Berikan oralit sesuai yang dianjurkan selama periode 3 jam. Jumlah oralit
yang diperlukan = berat badan (dalam kg) x 75 ml.
Setelah 3 jam:
a. Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasi
b. Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan.
c. Melanjutkan memberi makan pasien
21
a. Mengajarkan ibu cara menyiapkan cairan oralit di rumah.
d. Menjelaskan aturan perawatan diare di rumah:
1) Beri cairan tambahan
2) Lanjutkan pemberian tablet zinc sampai 10 hari
3) Lanjutkan pemberian makan
Pada kasus ini diberikan 12 x 75 ml = 900 ml/ 3 jam. Jika anak masih
menginginkan, bisa diberikan lebih banyak. Cara memberikan larutan oralit yaitu
dengan meminumkan sedikit-sedikit tapi sering dari cangkir/ mangkuk/ gelas. Jika
anak muntah, tunggu 10 menit kemudian berikan lagi lebih lambat serta lanjutkan
pemberian makanan.
22
3. ASI atau makanan diteruskan
ASI dan makanan tetap diteruskan sesuai umur anak dengan menu yang sama
pada waktu anak sehat untuk mencegah kehilangan berat badan serta pengganti
nutrisi yang hilang pada saat terjadi diare. Pada pasien ini, pemberian makanan
terus dilanjutkan terutama untuk mengganti cairan ataupun elektrolit yang banyak
keluar.
1. Antibiotik selektif
Antibiotik pada umumnya tidak diperlukan pada semua diare akut oleh karena
sebagian besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self-limited dan tidak
dapat dibunuh dengan antibiotika. Hanya sebagian kecil (10-20 %) yang
disebabkan oleh bakteri patogen seperti Shigella, Salmonella, Enterotoxin E. Coli,
Enteroinvasif E. Coli dan sebagainya. Pada pasien ini, antibiotik diberikan.
23
2. Nasehat kepada orangtua
Nasehat yang dapat diberikan apabila penderita sudah pulang ke rumah atau
untuk penderita rawat jalan adalah segera datang kembali kerumah sakit jika
timbul demam, tinja berdarah, berulang, makan atau minum sedikit, sangat haus,
diare semakin sering, atau belum membaik dalam 3 hari. Selain itu ibu disarankan
untuk selalu menjaga kebersihan anak dan mencuci tangan dengan baik dan benar
sebelum dan sesudah memberi makan / minum bayi. Hal ini bertujuan agar tercipta
higienitas ibu dan anak yang baik. Pada kasus ini nasehat telah diberitahukan dan
mendapat respon yang baik dari orangtua pasien. (4)
Komplikasi yang dapat terjadi pada diare akut adalah gangguan elektrolit seperti:
hipernatremia, hiponatremia, hiperkalemia, hipokalemia, dan kejang. Adanya
karbonat yang hilang menyebabkan pernapasan kussmaull. Kehilangan cairan dalam
jumlah yang besar dapat berujung pada kematian.(5) Prognosis diare dapat ditentukan
oleh derajat dehidrasi, sehingga penatalaksanaannya sesuai dengan ketepatan cara
pemberian rehidrasi. Apabila penanganan yang diberikan tepat dan sesegera mungkin,
maka dapat mencegah komplikasi dari diare tersebut. Pada pasien ini, prognosisnya
adalah bonam, karena derajat dehidrasinya masih tergolong ringan sedang dan saat
pulang, pasien sudah tidak mengalami dehidrasi.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Boyle, JT., Diare Kronis, In: Nelson, WE (Ed.): Nelson Ilmu Kesehatan Anak
Edisi 15 Volume 3, Jakarta: EGC, 2000: 1354-64.
2. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi Edisi
pertama, Jakarta : Badan Penerbit IDAI, 2012.
3. FKUI. Gastroenterologi Anak Praktis. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 1994.
4. Departemen Kesehatan RI. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Jakarta,
2008.
25
5. Departemen Kesehatan RI, Buku Ajar Diare, Departemen Kesehatan RI, Jakarta,
2011.
6. Sudaryat, S. 2010. Gastroenterologi Anak, Kapita Selekta. FK UNUD/RS
Sanglah- denpasar.
7. Barnes GL,Uren E, stevens KB dan Bishop RS Etiologi of acute Gastroenteritis in
Hospitalized Children in Melbourne, Australia,from April 1980 to March 1993
Journal of clinical microbiology, Jan 1998,p,133-138
8. Departemen kesehatan RI Profil Kesehatan Indonesia 2001. Jakarta 2002
9. Lung E. Acute diarrheal Diseases dalam Current diagnosis abd treatment in
gastroenterology.Ed.Friedman S ; edisi ke 2 New Tork 2003 :McGraw Hill,hal
131-49
10. Firmansyah A. Terapi probiotik dan prebiotik pada penyakit saluran cerna. dalam
Sari pediatric Vol 2,No. 4 maret 2001
11. Subijanto MS,Ranuh R, Djupri Lm, Soeparto P. Managemen disre pada bayi dan
anak. Dikutip dari URL : http://www.pediatrik.com/
12. Dwipoerwantoro PG.Pengembangan rehidrasi perenteral pada tatalaksana diare
akut dalam kumpulan makalah Kongres Nasional II BKGAI Juli 2003
13. Ditjen PPM dan PLP, 1999, Tatalaksana Kasus Diare Departemen Kesehatan RI
hal 24-25
14. Sinuhaji AB Peranan obat antidiare pada tatalaksana diare akut dalam kumpulan
makalah Kongres Nasional II BKGAI juli 2003
15. Rohim A, Soebijanto MS. Probiotik dan flora normal usus dalam Ilmu penyakit
anak diagnosa dan penatalaksanaan . Ed Soegijanto S. Edisi ke 1 Jakarta 2002
Selemba Medika hal 93-103
16. Suharyono.Terapi nutrisi diare kronik Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan
ilmu Kesehatan Anak ke XXXI, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 1994
17. Ditjen PPM&PLP Depkes RI.Tatalaksana Kasus Diare Bermaslah. Depkes RI
1999 ; 31
26
27