DIARE
Oleh :
PEMBIMBING :
KUSUMA SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan karunia-Nya, para penulis dapat menyelesaikan laporan kasus
dengan judul “Diare”. Penyusunan laporan kasus ini bertujuan untuk memenuhi
tugas kepaniteraan klinik di KSM Ilmu Penyakit Anak di RSUD Sidoarjo.
Penulis berharap laporan kasus ini kedepannya berguna bagi kita semua,
khususnya bagi kami dokter muda yang sedang menjalani kepaniteraan klinik
untuk memperlancar studinya. Pada kesempatan ini penulis sampaikan terima
kasih kepada dr. Bagus Samsu Tri Nugroho, Sp.A yang telah membimbing kami
dalam menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan segala masukan, kritik, dan
saran demi sempurnanya tulisan ini.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi
semua pihak yang terkait.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................ii
2.1 Definisi.............................................................................................9
2.2 Epidemiologi....................................................................................10
2.4 Etiologi.............................................................................................12
2.5 Klasifikasi.........................................................................................14
2.6 Patofisiologi......................................................................................20
iii
BAB I
LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
Nama : An. F. H.
Umur : 9 bulan
Pekerjaan :-
Status :-
Agama : Islam
NO RM : 2103174
2. Anamnesa
2021 malam dengan keluhan BAB cair sejak kamis pagi (29/04)
ampas, lendir (-), dan darah (-). Demam sejak kemarin malam (29/04)
suhunya naik turun. Selain itu pasien mengalami mual dan muntah
1
2
Batuk (-), pilek (-), nafsu makan (-) minum (+) air putih dan susu. BAK
cm
c) Neonatal : Aterm
perdarahan (-)
Jasem
d. Riwayat Imunisasi :
BCG : 1 bulan
Polio : 1, 2 bulan
HIB : 1, 2 bulan
DPT : 2 bulan
Campak :-
3
Merangkak : 8 Bulan
Berjalan :-
ASI :-
Makanan padat : -
Tidak ada tetangga yang sedang sakit sama seperti yang dialami
pasien
i. Riwayat Pengobatan :
3. Pemeriksaan Fisik
GCS : 4-5-6
Berat Badan : 10 kg
Vital Sign :
Tekanan Darah :-
Suhu : 38,5 oC
Tekanan Darah :-
Suhu : 36,6 oC
Kepala / leher
Rambut : Hitam
Sekret(-)
Gusi
Berdarah (-)
Thorax
retraksi -/-
sinistra
massa (-)
4. Pemeriksaan penunjang
5. Diagnosis Kerja
6. Penatalaksanaan
7. Rencana Pemeriksaan
8. Prognosis
9. Follow Up
Tanggal Keterangan
01-05-2021 S : Keluhan : Ibu mengatakan hari ini anaknya sudah
BAB 2x dengan sedikit ampas pada BAB terakhir,
tidak demam, tidak batuk, tidak pilek, tidak mual dan
muntah, BAK normal.
O : Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : Composmentis
N : 114x/menit, RR : 22x/menit, Suhu : 36,4oC
K/L : A/I/C/D -/-/-/-
Thorax : Cor S1 S2 TR Murmur (-) Gallop (-)
Pulmo vesikuler (+) ronkhi (-) wheezing (-)
Abdomen : BU (+), hepar/lien tidak teraba, cubitan
kulit perut < 2 detik
Ekstremitas : akral hangat kering merah, tidak ada
oedema
A : Gastroenteritis Akut
P : Infus KAEN 3B 10 tpm
Injeksi Ceftriaxone 2 x 500 mg (i.v)
Syrup Neo Kaolana 3 x cth 1/2 (p.o)
Paracetamol drop 4 x 1 cc (p.o) (bila demam)
Lacto B 1 x 1 sachet (p.o)
Zinc 1 x 20 mg selama 10 hari (p.o)
02-05-2021 S : Ibu pasien mengatakan hari ini anaknya sudah tidak
ada keluhan, tidak demam, tidak diare, tidak mual dan
muntah.
O : Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : Composmentis
N : 110x/menit, RR : 20x/menit, Suhu : 36 oC
Thorax : Cor S1 S2 TR Murmur (-) Gallop (-)
8
ACC KRS
(Terapi oral dilanjut)
RESUME :
Pasien An. F. H., usia 9 bulan, BB 10 kg, Status gizi 111.1% (Baik). Datang
ke IGD pada 29/04/2021 malam dengan keluhan BAB cair sejak hari kamis pagi
(29/04) sebanyak 10x berwarna kuning, berbau seperti telur busuk, ampas sedikit,
lendir (-), dan darah (-). Mual dan muntah sebanyak 3x pada hari kamis (29/04)
kemarin malam (29/04) suhunya naik turun, batuk (-), pilek (-). Nafsu makan (-)
susah makan, minum (+) banyak air putih dan susu. BAK (+) banyak. Sebelum
diare pasien makan nasi tim udang. Dari hasil pemeriksaan fisik di Ruang Rawat
Inap didapatkan nadi 156x/menit, pernafasan 24x/menit, dan suhu 36.6°C. Pada
11.43 / RBC : 5.7 / HGB : 10.9 / HCT : 40.4 / PLT: 371 / SARS CoV-2 Antigen:
Negatif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Diare adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam satu hari, disertai
perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah.
tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi
sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam. Menurut World Health Organization (WHO), diare
adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi
tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air
besar yang lebih dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin
dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah (Juffrie dkk, 2011).
seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat
berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih)
dalam satu hari (Depkes RI, 2011). Pengeluaran cairan dan elektrolit yang
9
10
2.2. Epidemiologi
RI, 2019). Berdasarkan data World Health Organization (WHO) ada 2 milyar
kasus diare pada orang dewasa di seluruh dunia setiap tahun. Di Amerika
Serikat, insidens kasus diare mencapai 200 juta hingga 300 juta kasus per
tahun. Sekitar 900.000 kasus diare perlu perawatan di rumah sakit. Di seluruh
dunia, sekitar 2,5 juta kasus kematian karena diare per tahun (Amin, 2015).
Diare juga merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan tertinggi
pada anak, terutama usia di bawah 5 tahun. Di dunia, sebanyak 6 juta anak
meninggal setiap tahunnya karena diare dan sebagian besar kejadian tersebut
gejala yang pernah dialami sebesar 8%. Kelompok umur dengan prevalensi
umur 1-4 tahun sebesar 11,5% dan pada bayi sebesar 9%. Kelompok umur 75
dengan disparitas antar provinsi antara 5,1% (Kepulauan Riau) dan 14,2%
Cara penularan diare melalui cara faecal-oral yaitu melalui makanan atau
minuman yang tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita atau
tidak langsung melalui lalat (melalui 4F = finger, flies, fluid, field). Faktor
memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama, air bersih tidak
2011).
a. Faktor umur
Sebagian kasus terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan yaitu 6-11 bulan
pada saat diberikan makanan pendamping ASI. Hal ini terjadi karena
b. Infeksi asimptomatik
c. Faktor musim
pandemi dengan angka kesakitan yang tinggi pada semua golongan umur.
2.4. Etiologi
besar yaitu infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau infeksi parasit),
a. Faktor infeksi
6. Infeksi akibat organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis, dan radang
tenggorokan, dan
7. Keracunan makanan
b. Faktor malabsorpsi
yang disebut trigliserida. Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan
mukosa usus, diare dapat muncul karena lemak tidak terserap dengan baik.
c. Faktor makanan
beracun, terlalu banyak lemak, mentah, dan kurang matang. Makanan yang
d. Faktor psikologis
Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak dapat menyebabkan
diare kronis. Tetapi jarang terjadi pada anak balita umumnya terjadi pada
2.5. Klasifikasi
Diare dapat dibedakan menjadi 2 yaitu diare akut yang berlangsung kurang
dari 14 hari, dan diare kronik yaitu diare intermiten (hilang timbul) yang
terjadi selama 1 bulan dengan etiologi non infeksi, diare rekuren yaitu episode
diare akut berulang dengan periode sembuh antar episode, dan diare persisten
disebabkan oleh karena infeksi maupun non infeksi. Penyebab dari diare dapat
dan bakteri. Virus yang menyebabkan diare akut non disentriform antara
Infeksi parenteral atau sistemik penyebab diare akut pada anak antara
lain adalah otitits media akut (OMA), pneumonia, dan traveler’s diarrhea.
sedangkan sekitar 10-20% adalah bakteri dan kurang dari 10% adalah
parasit.
disertai lendir dan darah. Penyebabnya antara lain bakteri Escherecia Coli
Shigella sp..
17
c. Diare Persisten
Diare persisten dapat disebabkan oleh faktor infeksi dan non infeksi.
Faktor infeksi yang berpengaruh antara lain akibat infeksi parasit yaitu
d. Diare kronis
Diare kronis disebabkan oleh faktor non infeksi. Faktor penyebab dari
Salmonella
gastroenteritis akut dan bersifat self limiting. Dapat terjadi pada bayi, anak,
memiliki gejala diare profus, kram perut, mual dan muntah dan sering tanpa
cara mempersiapkan makanan yang tepat, sanitasi air dan cuci tangan yang
ketat.
18
Rotavirus
dan anak-anak tetapi tidak pada dewasa. Masa inkubasinya 1-3 hari. Gejala
khas meliputi diare, demam, nyeri perut, dan muntah-muntah diikuti dehidrasi.
Ekskresi virus biasanya berlangsung 2-12 hari pada individu yang sehat tapi
menginfeksi 2/3 proksimal ileum dengan terikat pada enterosit matur pada
ujung-ujung vili.
Escheria coli
tadi diselimuti oleh bahan kimia pada dinding sel enterosit atau sel bulat
pada lamina propria. Keadaan ini sebetulnya mirip untuk semua sero
group dari EPEC. Perlekatan bakteri pada enterosit di lakukan oleh HEp2
19
(Human Epithelial) yang mana sifat ini tak ada pada lain strain dari E. coli
pada enterosit tadi belum cukup untuk menimbulkan gejala dari penyakit
menyebabkan sel menjadi rusak atau mati. Belum diketahui secara pasti
faktor kolonisasi.
- Produksi enteretoksin
20
ketabanan usus) jumlah ini berarti bakteri tersebut harus dapat mengatasi
immunoglobulin sekretorik.
oleh reseptor substansi brush border sel epitel usus sebagai bentukan
ganglioside). Gangliosida ini menerima dan melekat pada sub unit B dari
enterotoksin, sehingga toksin dapat melekat pada dinding sel epitel, sub
unit A dari molekul enterotoksin kemudian masuk kedalam sel epitel yang
sekresi cairan dari usus halus yang dapat terus berlangsung selama 24-35
jam. Enterotoksin yang dihasilkan bakteri tadi adalah suatu peptida, dan
2.6. Patofisiologi
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi, antara lain:
a. Gangguan osmotik
terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus
b. Gangguan sekresi
usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga
usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga
usus.
a. Anamnesis
buang air besar (BAB) anak, lamanya diare terjadi (berapa hari), adanya
Luar Biasa (KLB) kolera, pengobatan antibiotik yang baru diminum anak
pada bayi). Tanyakan juga kondisi buang air kecil, warna, volume, dan
baunya. Perlu diketahi juga riwayat makanan dan minuman yang diberikan
sebelum dan selama diare. Adakah demam atau penyakit lain yang
menyertai seperti batuk, pilek, otitis media, dan campak. Selain itu,
tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare seperti memberi
b. Pemeriksaan fisik
- Mata cekung
- Haus atau minum dengan lahap, malas minum atau tidak bisa
minum
5. Perut kembung
2009)
c. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan feses
b) pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet
d) Floatation test/ Uji Apung pada feces → untuk melihat apakah ada
4. Analisa gas darah untuk mengetahui kondisi asam basa pada tubuh.
d. Penatalaksanaan
anak kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati
4. Antibiotik Selektif
Berikut penjelasannya :
a) Oralit
klorida (NaCl), kalium klorida (KCl), dan trisodium sitrat hidrat, serta
elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare. Campuran glukosa dan
garam yang terkandung dalam oralit dapat diserap dengan baik oleh
dehidrasi.
tidak boleh dilakukan. Anak yang lebih besar dapat minum langsung
baru lebih rendah yaitu 245 mmol/l dibanding total osmolaritas oralit
baru mampu:
rumah sakit. Ini artinya risiko anak terkena infeksi di rumah sakit
menghemat biaya.
b) Zinc
bulan berikutnya.
sesudah larut berikan pada anak diare . Dosis pemberian Zinc pada
balita:
c) Pemberian ASI/makanan
Anak yang masih minum ASI harus lebih sering di beri ASI. Anak
yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya.
Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan
diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti,
31
fatal. Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh
e) Pemberian Nasihat
- Muntah berulang
- Sangat haus
- Makan/minum sedikit
- Timbul demam
- Tinja berdarah
e. Komplikasi
darah tidak stabil, kelainan sistem saraf, kejang otot, tubuh mati
rasa.
- Hipernatremia
- Hiponatremia
35
- Hiperkalemia
- Hipokalemia
intraseluler.
3. Gangguan sirkulasi
a) Dehidrasi isotonik
terjadi bila kehilangan air dan natrium dalam proporsi yang sama
b) Dehidrasi Hipertonik
akibat dari pemasukan cairan hipertonik pada saat diare yang tidak
c) Dehidrasi Hipotonik
yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsopsi dengan baik
merah. Setelah proses ini dimulai, sel-sel darah merah yang rusak
diare berdarah.
39
BAB III
KESIMPULAN
karena masih tingginya angka morbiditas dan mortalitas. Penyebab utama diare
akut adalah infeksi Rotavirus, infeksi bakteri Escherichia coli , Salmonela, dan
infeksi parasit yang bersifat self limiting sehingga tidak memerlukan pengobatan
diindikasikan. Masalah utama diare akut pada anak berkaitan dengan risiko
Penggantian cairan dan elektrolit merupakan hal penting dalam terapi diare akut.
atau nutrisi yang cukup selama diare dan mengobati penyakit penyerta. Pada
kasus tersebut pasien An. Farel usia 9 bulan dengan berat badan 10 kg mengalami
diare 10 kali dan cair berwarna kuning, anak rewel, minum dengan kuat dan
capillary refil time kembali lambat lebih dari 2 detik, nadi 156 x/ menit dan
respiratori rate 24 x/ menit, pasien banyak minum susu dan air putih dan rewel.
DAFTAR PUSTAKA
(CDK).
Depkes RI. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan: LINTAS Diare. Jakarta :
IDAI. 2010. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta:
IDAI.
Juffrie, M & Mulyani, S,M. 2009. Modul Pelatihan Diare Edisi Pertama. Jakarta:
Juffrie, M dkk. 2011. Modul Pelatihan Diare Edisi Pertama. Jakarta: UKK
Gastro-
Hepatologi IDAI.
Kemenkes RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia 2016. Jakarta : Pusat Data dan
Kemenkes RI. 2020. Profil Kesehatan Indonesia 2019. Jakarta : Pusat Data dan
Kemenkes RI. Situasi Diare di Indonesia. Buletin Jendela Data dan Informasi
America.
WHO
Indonesia.
Widjaja. 2002. Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita. Jakarta: Kawan
Pustaka.