: 17 JANUARI 2016
Jam
: 22.15 WIB
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama
Ny. K
Umur
29 tahun
Agama
Islam
Pendidikan terakhir
SD
Pekerjaan
Status
Menikah 8 tahun
Alamat
Nama Suami
Tn. H
Pendidikan Suami
SD
Pekerjaan Suami
Buruh
No CM
28XXXX
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Mual dan muntah yang dirasakan sejak 2 bulan SMRS, dan nyeri pada ulu hati
Keluhan Tambahan :
Pusing dan lemes
Riwayat Penyakit Sekarang :
Ny.K, 29 tahun, datang ke IGD PONEK RSUD Cilegon pada tanggal 17 januari 2016
pukul 22.15 WIB setelah dirujuk dari Puskesmas dengan diagnosis G3P1A1 Hamil 12
minggu dengan HEG. Pasien mengeluh mual dan muntah sejak 1 bulan SMRS dan nyeri
pada ulu hati. Keluhan ini sudah dirasakan sejak kehamilan pertama hingga saat ini. Pada
awalnya muntah hanya terjadi pada pagi hari namun saat ini muntah dialami tidak hanya
Rahma Wirda (1102011219)
di pagi hari saja. Muntah pun juga terjadi ketika pasien setelah makan dan minum dengan
frekuensi >10x/hari. Isi muntahan berupa makanan dan minuman yang dikonsumsi
sebelumnya. Muntah disertai dengan sedikit darah sebelum ke rumah sakit. Keluhan mual
dan muntah semakin bertambah berat setelah makan dan minum dan berkurang saat
istirahat. Selain itu pasien juga mengeluhkan kepala terasa pusing dan badan terasa lemas
sehingga tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari, merasa haus dan bibir terasa
kering, dan merasa banyak air liur di dalam mulu tserta didapatkan adanya penurunan
nafsu makan dan berat badan. BAB tidak lancar dan BAK berwarna kuning kecoklatan
dengan frekuensi 3x dalam sehari dan jumlah yang sedikit.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien menyangkal menderita penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus, maupun
alergi obat dan asma bronkial.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat hipertensi, penyakit jantung, gangguan ginjal, asma, maupun diabetes mellitus
pada anggota keluarga yang lain disangkal oleh pasien.
Riwayat Haid :
Pasien menarche pada usia 16 tahun, tidak teratur, tidak sakit, siklus 28 hari, lama 8 hari,
HPHT 24 oktober 2015, taksiran partus 10 juli 2016
Riwayat Pernikahan, Kehamilan dan Persalinan Dahulu :
Pernikahan pertama dan telah berlangsung selama 8 tahun.
Riwayat Kontrasepsi :
Pasien mengaku menggunakan KB suntik 3 bulan
III.
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS TANDA VITAL
Keadaan Umum
: Lemah
Kesadaran
: Composmentis
Tek. Darah
: 90/60 mmHg
Nadi
: 95x/menit
Pernafasan
: 20 x/menit
Suhu
: 36,8 C
TB/BB
: 158cm / 55 kg
STATUS GENERALIS
Kepala
Mata
THT
Leher
Dada
Paru
Jantung
Abdomen
Ekstremitas
Superior
-/-
Inferior
-/-
-/-
-/-
Refleks Fisiologis
+N/+N
+N/+N
Refleks Patologis
-/-
-/-
Edema
Akral dingin
STATUS OBSTETRI
Pemeriksaan Luar
Inspeksi
:
Adanya warna kehitaman pada daerah wajah (cloasma gravidarum).
Turgor kulit kurang
Mata cekung (+), bibir kering (+), mukosa mulut kering (+)
Tampak abdomen buncit simetris
Abdomen
:
I : Tampak cembung
A: Peristaltik (+) kesan normal
P : timpani
P : Nyeri tekan (+) regio epigastrium
Pemeriksaan Obstetri :
Tinggi Fundus Uteri
Genitalia
Pemeriksaan Dalam
Vaginal toucher (VT) : vulva vagina oedema, portio tidak teraba, pembukaan lengkap,
ketuban (-),
IV.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium (17 januari 2016)
13,8 g/dl
Hemoglobin
Hemoglobin
GDS
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
Masa pendarahan
Masa pembekuan
Golongan darah
HBSag
Anti HIV
71 mg/dl
16,3 /l
38,8 %
301 /l
2 menit
11 menit
B/ Rh (+)
Negatif
Non reaktif
Pemeriksaan laboratorium (18 januari 2016)
(urine lengkap)
Warna (Urine)
Kuning tua
Kekeruhan (urine) Jernih
Berat jenis
1,025 g/ml
PH
6,0
Protein
Positive 1
Glukosa
Negative
Keton
Positive 2
Bilirubin
Negative
Urobilinogen
0,1
Nitrit
Negative
Darah
Negative
Epitel
Positive
Eritrosit
0-1
Leukosit
4-8
Bakteri
Negative
Jamur
Negative
Pemeriksaan laboratorium 19 januari 2016
(Faal hati)
Albumin
3,4
Globulin
1,2
Total protein
4,6
V. DIAGNOSIS
Awal masuk RS
Pulang dari RS
VI.
RENCANA PENATALAKSANAAN
1. Observasi tanda vital & DJJ
2. IVFD RL + Ondansetron 1amp
3. Injeksi Ranitidine 2 x 1 amp
VII. PROGNOSIS
Ibu
: Quo ad vitam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
VIII. FOLLOW UP
17 JANUARI 2016 (23.30)
S
OS datang kiriman dari ponek dengan hamil 3 bulan. Ibu mengeluh mual
RR : 22x/menit
N : 100x/menit
S : 37,4
A
P
Hemoglobin
: 13,8 g/dl
Leukosit
Hematokrit
: 16,3 /l
: 38,8 %
Trombosit
: 301 /l
G3PIA1 H12 minggu d/ HEG
th/
RL drip ondansetron 8 mg
Ranitidine 2x1 /IV
Observasi KU/ mual dan muntah
Memberi support mental
Menganjurkan untuk puasa 6 jam s/d 05.30
Melakukan TPRS
RR :22 x/menit
Hemoglobin
: 13,8 g/dl
Leukosit
: 16,3 /l
Hematokrit
: 38,8 %
Trombosit
: 301 /l
N : 95 x/menit
S : 36,6
: Positive 2
RL drip ondansetron 8 mg
Ranitidine 2x1 /IV
Observasi KU/ mual dan muntah
Memberi support mental
Menganjurkan untuk makan sedikit tapi sering
Menganjurkan untuk menjaga personal hygine
: 13,8 g/dl
Leukosit
: 16,3 /l
Hematokrit
: 38,8 %
Trombosit
: 301 /l
: Positive 2
S : 36,8
th/
RR : 21 x/menit
N : 90x/menit
S : 37
: 13,8 g/dl
Leukosit
: 16,3 /l
Hematokrit
: 38,8 %
Trombosit
: 301 /l
A
p
Protein (urine)
: Positive 1
Keton
: Positive 2
RR : 21 x/menit
N : 86 x/menit
S : 36,8
: 13,8 g/dl
Leukosit
: 16,3 /l
Hematokrit
: 38,8 %
Trombosit
: 301 /l
A
P
Protein (urine)
: Positive 1
Keton
: Positive 2
KS/ CM
TD :110/80
RR : 23 x/menit
N : 87 x/menit
S : 36,8
: 13,8 g/dl
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
: 16,3 /l
: 38,8 %
: 301 /l
Protein (urine)
: Positive 1
Keton
: Positive 2
th/
19 JANUARI 2016(05.00)
S
O
OS mengeluh sakit di ulu hati dan masih merasakan mual dan muntah
KU : Tampak sakit ringan
KS/ CM
TD :120/80
RR : 22 x/menit
N : 89 x/menit
S : 36
: 13,8 g/dl
Leukosit
: 16,3 /l
Hematokrit
: 38,8 %
Trombosit
: 301 /l
: Positive 1
Keton
: Positive 2
: 3,4
Globulin
: 1,2
Total Protein
: 4,6
th/
OS mengeluh masih mual dan muntah dan tadi pagi muntah >3x dan ibu masih
merasa lemas
KU : Tampak sakit ringan
TD :110/80
KS/ CM
RR : 21 x/menit
N : 88x/menit
S : 37
: 13,8 g/dl
Leukosit
: 16,3 /l
Hematokrit
: 38,8 %
Trombosit
: 301 /l
: Positive 1
Keton
: Positive 2
10
A
P
Albumin
: 3,4
Globulin
: 1,2
Total Protein
: 4,6
DISKUSI
I.
IDENTIFIKASI
Ny.K, 29 tahun, datang ke IGD PONEK RSUD Cilegon pada tanggal 17 januari 2016
pukul 22.15 WIB setelah dirujuk dari Puskesmas dengan diagnosis G 3P1A1 Hamil 12
minggu dengan HEG. Pasien mengeluh mual dan muntah sejak 1 bulan SMRS dan nyeri
pada ulu hati. Keluhan ini sudah dirasakan sejak kehamilan pertama hingga saat ini. Pada
11
awalnya muntah hanya terjadi pada pagi hari namun saat ini muntah dialami tidak hanya
di pagi hari saja. Muntah sering terjadi ketika pasien setelah makan dan minum dengan
frekuensi >10x/hari. Isi muntahan berupa makanan dan minuman yang dikonsumsi
sebelumnya. Muntah disertai dengan sedikit darah sebelum ke rumah sakit. Keluhan mual
dan muntah semakin bertambah berat setelah makan dan minum dan berkurang saat
istirahat. Selain itu pasien juga mengeluhkan kepala terasa pusing dan badan terasa lemas
sehingga tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari, merasa haus dan bibir terasa
kering, dan merasa banyak air liur di dalam mulut serta didapatkan adanya penurunan
nafsu makan dan berat badan. BAB tidak lancar dan BAK berwarna kuning kecoklatan
dengan frekuensi 3x dalam sehari dan jumlah yang sedikit.
II.
III.
PERMASALAHAN
1. Apakah penegakan diagnosis pada kasus ini sudah tepat?
2. Apa saja faktor predisposisi yang didapatkan pada pasien ini?
3. Apakah pentalaksanaan pasien ini sudah adekuat?
ANALISA KASUS
a. Apakah penegakan diagnosis pada kasus ini sudah tepat?
Ya
Dari anamnesis didapatkan :
Kehamilan dengan usia 12 minggu
Mual dan muntah >10 kali yang terjadi pada pagi hari
Badan terasa lemas dan nyeri ulu hati
Dari pemeriksaan fisik didapatkan :
Nyeri Epigastrium
12
Faktor presdiposisi yang mungkin didapat dari pasien adalah faktor hormonal.
Peningkatan kadar progesteron,estrogen, dan Human Chorionic Gonadotropin
(HCG) dapat menjadi faktor pencetus mual muntah. Peningkatan hormon
progesteron menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal mengalami
relaksasi, hal itu mengakibatkan penurunan motilitas lambung sehingga
pengosongan lambung melambat. Refleks esofagus, penurunan motilitas
lambung dan penurunan sekresi dari asam hidroklorid juga berkontribusi
terhadap terjadinya mual dan muntah. Selain itu HCG juga menstimulasi
kelenjar tiroid yang dapat mengakibatkan mual dan muntah. Hormon
progesteron ini dihasilkan oleh korpus luteum pada masa awal kehamilan dan
mempunyai fungsi menenangkan tubuh ibu hamil selama kehamilan, termasuk
saraf ibu hamil sehingga perasaan ibu hamil menjadi tenang. Hormon ini
berfungsi untuk membangun lapisan di dinding rahim untuk menyangga
plasenta di dalam rahim. Hormon ini juga dapat berfungsi untuk mencegah
gerakan kontraksi atau pengerutan otot-otot rahim. Hormon ini dapat
"mengembangkan" pembuluh darah sehingga menurunkan tekanan darah, itu
penyebab mengapa Hormon ini juga membuat sistem pencernaan jadi lambat,
perut menjadi kembung atau sembelit. Hormon ini juga mempengaruhi
perasaan dan suasana hati ibu, meningkatkan suhu tubuh, meningkatkan
pernafasan, mual
tubuh.
Drip ondansetron 8 mg. Ondansetron merupakan antiemetik dengan
reseptor 5-hydroxytrytamine (5HT3) yang sangat selektif yang dapat
menekan
mual
dan
muntah.
Mekanisme
kerjanya
diduga
13
mental.
Perubahan pola diet yang sederhana, yaitu mengkonsumsi makanan
dan minuman dalam porsi kecil namn sering cukup efektif untuk
mengatasi mual dan muntah.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Emesis gravidarum adalah gejala yang wajar atau sering terdapat pada
kehamilan trimester pertama. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi ada yang
timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gajala ini biasanya terjadi 6 minggu setelah
hari pertama haid terahir dan berlangsung kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah
mempengaruhi
hingga
50%
kehamilan,
kebanyakan
perempuan
mampu
mempertahankan kebutuhan cairan dan nutrisi dengan diet dan simptom akan teratasi
hingga akhir trimester I. Etiologinya belum diketahui secara pasti, tetapi adal
beberapa ahli yang menyatakan bahwa erat hubungannya dengan endokrin, biokimia
dan psikologis.
14
B. Epidemiologi
Mual dan muntah terjadi dalam 50-90% kehamilan. Gejalanya biasanya
dimulai pada gestasi minggu 9-10, memuncak pada minggu 11-13, dan berakhir pada
minggu 12-14. Pada 1-10% kehamilan, gejala dapat berlanjut melewati 20-22 minggu.
Hiperemesis berat yang harus dirawat inap terjadi dalam 0,3-2% kehamilan.3,4
Di masa kini, hiperemesis gravidarum jarang sekali menyebabkan kematian,
tapi masih berhubungan dengan morbiditas yang signifikan.4 Morbiditas yang
ditimbulkan berupa :
1
2
Mual dan muntah mengganggu pekerjaan hampir 50% wanita hamil yang bekerja.
Hiperemesis yang berat dapat menyebabkan dehidrasi. Sekitar seperempat pasien
hiperemesis gravidarum membutuhkan perawatan di rumah sakit lebih dari sekali.
Wanita dengan hiperemesis gravidarum dengan kenaikan berat badan dalam
kehamilan yang rendah (7 kg) memiliki risiko yang lebih tinggi untuk melahirkan
neonatus dengan berat badan lahir rendah, kecil untuk masa kehamilan, prematur.
C. Etiologi
Mual dan muntah
perempuan mampu mempertahankan kebutuhan cairan dan nutrisi dengan diet dan
simptom akan teratasi hingga akhir trimester pertama. Etiologinya belum diketahui
secara pasti, tetapi adal beberapa ahli yang menyatakan bahwa erat hubungannya
dengan endokrin, biokimia dan psikologis. Faktor-faktor yang menjadi predisposisi
diantaranya:
15
D.
Patofisiologi
Mekanisme mual dan muntah merupakan mata rantai panjang yang
dikendalikan oleh keseimbangan antara dopamin, serotonin, histamin dan
asetilkolin. Ternyata, menurunnya serotonin dalam darah akan meningkatkan
terjadinya mual dan muntah. Oleh karena itu, upaya pencegahan dapat dilakukan
dengan menambahkan vitamin B6 atau protein khususnya triptofan. Makanan dan
susu tambahan ibu hamil akan membentuk konsentrasi serotonin yang cukup dan
niasin dalam darah. Fungsi serotonin dan niasin adalah mencegah berlangsungnya
mual dan muntah secara berlebihan yang dapat menggangu keseimbangan elektrolit,
dehidrasi, dengan manifestasi klinisnya sebagai emesis gravidarum dan dapat
berlanjut menjadi hiperemesis gravidarum.6
16
17
Tingkat II.
Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus hebat,
subfebril, nadi cepat dan lebih dari 100-140 kali per menit, tekanan darah sistolik
kurang dari 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus, aseton,
bilirubin dalam urin, dan berat badan cepat menurun.
3
Tingkat III.
Walaupun kondisi tingkat III sangat jarang, yang mulai terjadi adalah gangguan
kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti, sianosis, gangguan
18
jantung, bilirubin dan proteinuria dalam urin, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat
dan tensi menurun. Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai
Encephalopathy Wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia, dan perubahan mental.
Keadaan ini terjadi akibat defisiensi zat makanan, termasuk vitamin B kompleks.
Timbulnya ikterus menunjukan adanya gangguan hati.
Parameter
Kondisi umum
Tingkat I
Lemah
Tingkat II
Tingkat II
Lebih lemah dan Lebih buruk
Kesadaran
Nyeri epigastrium
Muntah
Tekanan darah
Nadi
Turgor kulit
Mata
BAK
Keton urin
apatis
Compos mentis
Apatis
Somnolen
+
++
++
>10 kali
Sering
Berhenti
Menurun
Menurun
Menurun
>100 x/mnt
Meningkat
Meningkat
Menurun
Menurun
Menurun
Cekung
Cekung, + ikterus Cekung, + ikterus
Normal
Oligouria
Oligouria-anuria
-/+
> +2
Tabel 1. Gejala Hiperemesis Gravidarum
F. Diagnosis
Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan
adanya kehamilan muda dan muntah yang terus menerus, sehingga mempengaruhi
keadaan umum. Hiperemesis gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan
kekurangan makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga
pengobatan perlu segera diberikan. Diagnosis hiperemesis gravidarum ditegakkan
melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang.5,6J
Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan amenorea, tanda kehamilan muda, mual, dan muntah. Mual
dan muntah terjadi terus menerus, dirangsang oleh jenis makanan tertentu, dan
mengganggu aktivitas pasien sehari-hari. Selain itu dari anamnesis juga dapat diperoleh
informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan terjadinya hiperemesis
19
gravidarum seperti stres, lingkungan sosial pasien, asupan nutrisi dan riwayat penyakit
sebelumnya (hipertiroid, gastritis, penyakit hati, diabetes mellitus, dan tumor serebri).
b
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperhatikan keadaan umum pasien, tanda-tanda vital,
tanda dehidrasi, dan besarnya kehamilan. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan
adanya tanda-tanda dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan menurun. Pada
vaginal toucher dapat ditemukan uterus besar sesuai besarnya kehamilan, konsistensi
lunak, pada pemeriksaan inspekulo serviks berwarna biru (livide). Selain itu perlu juga
dilakukan pemeriksaan tiroid dan abdominal untuk menyingkirkan diagnosis banding.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis dan
menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan yang dilakukan adalah darah lengkap,
urinalisis, gula darah, elektrolit, USG (pemeriksaan penunjang dasar), analisis gas
darah, tes fungsi hati dan ginjal.2 Pada keadaan tertentu, jika pasien dicurigai menderita
hipertiroid dapat dilakukan pemeriksaan fungsi tiroid dengan parameter TSH dan T 4.
Pada kasus hiperemesis gravidarum dengan hipertiroid 50-60% terjadi penurunan kadar
TSH. Jika dicurigai terjadi infeksi gastrointestinal dapat dilakukan pemeriksaan
antibodi Helicobacter pylori. Pemeriksaan laboratorium umumnya menunjukan
kenaikan hemoglobin, hematokrit, kreatinin, shift to the left, benda keton dan
proteinuria, peningkatan blood urea nitrogen. Pemeriksaan USG penting dilakukan
untuk mendeteksi adanya kehamilan kembar ataupun mola hidatidosa. Pada keluhan
hiperemesis yang berat dan berulang perlu dipikirkan untuk konsultasi psikologi.
G. Diagnosis Banding
a Ulkus peptikum
Ulkus peptikum pada ibu hamil biasanya adalah penyakit ulkus peptikum kronik yang
mengalami eksaserbasi sehingga dalam anamnesis dapat ditemukan riwayat
sebelumnya. Gejala khas ulkus peptikum adalah nyeri epigastrium yang berkurang
dengan makanan atau antasid dan memberat dengan alkohol, kopi atau obat
antiinflamasi nonsteroid (OAINS). Nyeri tekan epigastrium, hematemesis melena dan
melena dapat ditemukan pada ulkus peptikum.
Rahma Wirda (1102011219)
20
Kolestasis obstetrik
Dapat ditemukan pruritus pada seluruh tubuh tanpa adanya ruam, ikterus, warna urin
gelap dan tinja berwarna pucat disertai peningkatan kadar enzim hati dan bilirubin.
Apendisitis akut
Pasien dengan apendisitis akut biasanya mengalami demam dan nyeri perut kanan
bawah. Nyeri dapat berupa nyeri tekan maupun nyeri lepas dan lokasi nyeri dapat
berpindah ke atas sesuai usia kehamilan karena uterus yang semakin membesar.
Apendisitis akut pada kehamilan memiliki tanda-tanda yang khas, yaitu tanda Bryan
(timbul nyeri bila uterus digeser ke kanan) dan tanda Alder (apabila pasien berbaring
miring ke kiri, letak nyeri tidak berubah).
Hipertiroidisme
Meskipun jarang, penyakit Graves juga dapat menyebabkan hiperemesis. Oleh karena
itu, perlu dicari apakah terdapat peningkatan FT4 atau penurunan TSH. Kadar FT4
dan TSH pada pasien hiperemesis gravidarum dapat sama dengan pasien penyakit
Graves, tetapi pasien hiperemesis tidak memiliki antibodi tiroid atau temuan klinis
penyakit Graves, seperti proptosis dan pembesaran kelenjar tiroid. Jika kadar FT4
meningkat tanpa didapatkan bukti penyakit Graves, pemeriksaan tersebut perlu
diulang pada usia gestasi yang lebih lanjut, yaitu sekitar 20 minggu usia gestasi, saat
kadar FT4 dapat menjadi normal pada pasien tanpa hipertiroidisme. Pemberian
propiltiourasil
pada
pasien
hipertiroidisme
dapat
21
meredakan
gejala-gejala
22
23
darah, urin dan bila mungkin fungsi hati dan ginjal. Bila keadaan muntah berkurang,
kesadaran membaik, wanita hamil dapat diberikan makan minum dan mobilisasi.
Obat-obatan. Antiemetik konvensional, seperti fenotiazin dan benzamin telah terbukti
efektif dan aman bagi ibu. Antiemetik seperti proklorperazin, prometazin, klorpromazin
menyembuhkan mual dan muntah dengan cara menghambat postsynaptic mesolimbic
dopamine receptors melalui efek antikolinergik dan penekanan reticular activating system.
Antagonis reseptor 5-hydroxytryptamine3 (5HT3) seperti ondansetron mulai sering
digunakan.
Antiemetik prometazin (avopreg) 2-3 kali 25 mg per hari per oral atau proklorperazin
(stemetil) 3 kali 3 mg per hari per oral atau mediamer B6 3 kali 1 per hari per oral.1
Antasida: asidirin 3x1 tablet per hari per oral atau milanta 3x1 tablet per hari per oral
atau magnam 3x1 tablet per hari per oral.1
Fenobarbital 30 mg IM 2-3 kali per hari atau klorpromazin 25-50 mg/hari IM atau
kalau perlu diazepam 5 mg 2-3 kali per hari IM
DietbHiperemesisbI
Diet hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan hiperemesis gravidarum berat.
Makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau
rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam
sesudahnya. Karena pada diet ini zat gizi yang terkandung di dalamnya kurang, maka
tidak diberikan dalam waktu lama.
DietbHiperemesisbII
Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Diet diberikan secara
berangsur dan dimulai dengan memberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi.
Minuman tidak diberikan bersamaan dengan makanan. Pemilihan bahan makanan
yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi kecuali kebutuhan energi.
DietbHiperemesisbIII
Diet hiperemesis III diberikan kepada pasien hiperemesis gravidarum ringan. Diet
diberikan sesuai kesanggupan pasien, dan minuman boleh diberikan bersama
makanan. Makanan pada diet ini mencukupi kebutuhan energi dan semua zat gizi.
24
I. KOMPLIKASI
a. Maternal : akibat defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan teradinya diplopia,
palsi nervus ke-6, ataksia, dan kejang. Jika hal ini tidak segera ditangani akan
terjadi
psikosis
korsakoff
(amnesia,
menurunnya
kemampuan
untuk
J. PENCEGAHAN
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksananakan dengan jalan
memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan
gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4
bulan, menganjurkan mengubah makanan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah
kecil, tetapi lebih sering. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya
dihindarkan. Defekasi yang teratur hendaknya dapat teratur.
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo S,Wiknjosastro H. 2010. Hiperemesis Gravidarum. Dalam: Ilmu
Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal 815-817
25
2.
26