Anda di halaman 1dari 26

PRESENTASI KASUS

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN


Tanggal masuk RSUD

: 17 JANUARI 2016

Jam

: 22.15 WIB

LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama

Ny. K

Umur

29 tahun

Agama

Islam

Pendidikan terakhir

SD

Pekerjaan

Ibu Rumah Tangga

Status

Menikah 8 tahun

Alamat

Kp.Link Posok , Desa Lebak


Gede, Kecamatan Pulo Merak

Nama Suami

Tn. H

Pendidikan Suami

SD

Pekerjaan Suami

Buruh

No CM

28XXXX

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Mual dan muntah yang dirasakan sejak 2 bulan SMRS, dan nyeri pada ulu hati
Keluhan Tambahan :
Pusing dan lemes
Riwayat Penyakit Sekarang :
Ny.K, 29 tahun, datang ke IGD PONEK RSUD Cilegon pada tanggal 17 januari 2016
pukul 22.15 WIB setelah dirujuk dari Puskesmas dengan diagnosis G3P1A1 Hamil 12
minggu dengan HEG. Pasien mengeluh mual dan muntah sejak 1 bulan SMRS dan nyeri
pada ulu hati. Keluhan ini sudah dirasakan sejak kehamilan pertama hingga saat ini. Pada
awalnya muntah hanya terjadi pada pagi hari namun saat ini muntah dialami tidak hanya
Rahma Wirda (1102011219)

di pagi hari saja. Muntah pun juga terjadi ketika pasien setelah makan dan minum dengan
frekuensi >10x/hari. Isi muntahan berupa makanan dan minuman yang dikonsumsi
sebelumnya. Muntah disertai dengan sedikit darah sebelum ke rumah sakit. Keluhan mual
dan muntah semakin bertambah berat setelah makan dan minum dan berkurang saat
istirahat. Selain itu pasien juga mengeluhkan kepala terasa pusing dan badan terasa lemas
sehingga tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari, merasa haus dan bibir terasa
kering, dan merasa banyak air liur di dalam mulu tserta didapatkan adanya penurunan
nafsu makan dan berat badan. BAB tidak lancar dan BAK berwarna kuning kecoklatan
dengan frekuensi 3x dalam sehari dan jumlah yang sedikit.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien menyangkal menderita penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus, maupun
alergi obat dan asma bronkial.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat hipertensi, penyakit jantung, gangguan ginjal, asma, maupun diabetes mellitus
pada anggota keluarga yang lain disangkal oleh pasien.
Riwayat Haid :
Pasien menarche pada usia 16 tahun, tidak teratur, tidak sakit, siklus 28 hari, lama 8 hari,
HPHT 24 oktober 2015, taksiran partus 10 juli 2016
Riwayat Pernikahan, Kehamilan dan Persalinan Dahulu :
Pernikahan pertama dan telah berlangsung selama 8 tahun.

Riwayat Kontrasepsi :
Pasien mengaku menggunakan KB suntik 3 bulan

III.

PEMERIKSAAN FISIK
STATUS TANDA VITAL
Keadaan Umum

: Lemah

Kesadaran

: Composmentis

Tek. Darah

: 90/60 mmHg

Nadi

: 95x/menit

Pernafasan

: 20 x/menit

Suhu

: 36,8 C

Rahma Wirda (1102011219)

TB/BB

: 158cm / 55 kg

STATUS GENERALIS
Kepala

: Normocephal, rambut hitam, rontok(-)

Mata

: Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, mata cekung(-)

THT

: Dalam batas normal

Leher

: Tidak ada pembesaran KGB. Tiroid tidak teraba membesar

Dada

: Simetris saat statis dan dinamis, retraksi(-).

Paru

: Suara nafas dasar vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-.

Jantung

: Bunyi jantung I-II regular, murmur(-), gallop(-).

Abdomen

: Buncit simetris, supel, bising usus(+) normal

Ekstremitas
Superior
-/-

Inferior
-/-

-/-

-/-

Refleks Fisiologis

+N/+N

+N/+N

Refleks Patologis

-/-

-/-

Edema
Akral dingin

STATUS OBSTETRI
Pemeriksaan Luar
Inspeksi
:
Adanya warna kehitaman pada daerah wajah (cloasma gravidarum).
Turgor kulit kurang
Mata cekung (+), bibir kering (+), mukosa mulut kering (+)
Tampak abdomen buncit simetris
Abdomen
:
I : Tampak cembung
A: Peristaltik (+) kesan normal
P : timpani
P : Nyeri tekan (+) regio epigastrium
Pemeriksaan Obstetri :
Tinggi Fundus Uteri

: 1 Jari bawah pusat

Rahma Wirda (1102011219)

Genitalia

: Pemeriksaan Dalam (VT) : tidak dilakukan

Pemeriksaan Dalam
Vaginal toucher (VT) : vulva vagina oedema, portio tidak teraba, pembukaan lengkap,
ketuban (-),
IV.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium (17 januari 2016)
13,8 g/dl

Hemoglobin
Hemoglobin
GDS
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
Masa pendarahan
Masa pembekuan
Golongan darah
HBSag
Anti HIV

71 mg/dl
16,3 /l
38,8 %
301 /l
2 menit
11 menit
B/ Rh (+)
Negatif
Non reaktif
Pemeriksaan laboratorium (18 januari 2016)
(urine lengkap)
Warna (Urine)
Kuning tua
Kekeruhan (urine) Jernih
Berat jenis
1,025 g/ml
PH
6,0
Protein
Positive 1
Glukosa
Negative
Keton
Positive 2
Bilirubin
Negative
Urobilinogen
0,1
Nitrit
Negative
Darah
Negative
Epitel
Positive
Eritrosit
0-1
Leukosit
4-8
Bakteri
Negative
Jamur
Negative
Pemeriksaan laboratorium 19 januari 2016
(Faal hati)
Albumin
3,4
Globulin
1,2
Total protein
4,6
V. DIAGNOSIS
Awal masuk RS
Pulang dari RS

: G3P1A1 hamil 12 minggu dengan HEG


: G3P1A1 hamil 12 minggu dengan HEG

Rahma Wirda (1102011219)

VI.

RENCANA PENATALAKSANAAN
1. Observasi tanda vital & DJJ
2. IVFD RL + Ondansetron 1amp
3. Injeksi Ranitidine 2 x 1 amp

VII. PROGNOSIS
Ibu

: Quo ad vitam

: dubia ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam


Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Janin

: dubia ad bonam

VIII. FOLLOW UP
17 JANUARI 2016 (23.30)
S

OS datang kiriman dari ponek dengan hamil 3 bulan. Ibu mengeluh mual

muntah sejak kehamilan 2 bulan dan badan terasa lemas (-).


KU : Tampak sakit sedang KS/ CM
TD : 90/60

RR : 22x/menit

N : 100x/menit

S : 37,4

(Lab 17 januari 2016)

A
P

Hemoglobin

: 13,8 g/dl

Leukosit
Hematokrit

: 16,3 /l
: 38,8 %

Trombosit
: 301 /l
G3PIA1 H12 minggu d/ HEG
th/

RL drip ondansetron 8 mg
Ranitidine 2x1 /IV
Observasi KU/ mual dan muntah
Memberi support mental
Menganjurkan untuk puasa 6 jam s/d 05.30
Melakukan TPRS

Rahma Wirda (1102011219)

18 JANUARI 2016 (05.30)


S
O

OS mengeluh tidak nafsu makan


KU : Tampak sakit sedang KS/ CM
TD : 100/70

RR :22 x/menit

Hemoglobin

: 13,8 g/dl

Leukosit

: 16,3 /l

Hematokrit

: 38,8 %

Trombosit

: 301 /l

N : 95 x/menit

S : 36,6

(Lab 18 januari 2016)


Protein (urine) : Positive 1
Keton
A
P

: Positive 2

G3PIA1 H12 minggu d/ HEG


th/

RL drip ondansetron 8 mg
Ranitidine 2x1 /IV
Observasi KU/ mual dan muntah
Memberi support mental
Menganjurkan untuk makan sedikit tapi sering
Menganjurkan untuk menjaga personal hygine

18 JANUARI 2016 (09.00)


S
O

OS mengeluh pusing dan mual serta nyeri pada ulu hati


KU : Tampak sakit sedang KS/ CM
TD :100/70 RR : 22 x/menit N : 90x/menit
(Lab 17 januari 2016)
Hemoglobin

: 13,8 g/dl

Leukosit

: 16,3 /l

Hematokrit

: 38,8 %

Trombosit

: 301 /l

(Lab 18 januari 2016)


Protein (urine) : Positive 1
Keton

: Positive 2

Rahma Wirda (1102011219)

S : 36,8

G3PIA1 H12 minggu d/ HEG

th/

Drip infus RL + Ondensetron dengan 20 tpm


Ranitidine inj 2x 1 amp
As. Folat 1x 1000 g
Diet biasa

18 JANUARI 2016 (12.00)


S

OS mengeluh masih terasa mual dan muntah > 7x


KU : Tampak sakit sedang
KS/ CM
TD :100/70

RR : 21 x/menit

N : 90x/menit

S : 37

(Lab 17 januari 2016)


Hemoglobin

: 13,8 g/dl

Leukosit

: 16,3 /l

Hematokrit

: 38,8 %

Trombosit

: 301 /l

Lab 18 januari 2016

A
p

Protein (urine)

: Positive 1

Keton

: Positive 2

G3PIA1 H12 minggu d/ HEG


th/

Drip infus RL + Ondensetron dengan 20 tpm


Ranitidine inj 2x 1 amp
As. Folat 1x 1000 g
Diet biasa
Menjelaskan hasil pemeriksaan
Memberikan support mental
Menganjurkan untuk tetap makan dan minum sedikit-sedikit

namun sering dan selagi hangat


Memberi terapi sesuai resep dokter

Rahma Wirda (1102011219)

18 JANUARI 2016 (14.00)


S
0

OS mengeluh pusing serta mual dan muntah masih dirasakan


Tampak sakit sedang
KS/ CM
TD :110/80

RR : 21 x/menit

N : 86 x/menit

S : 36,8

(Lab 17 januari 2016)


Hemoglobin

: 13,8 g/dl

Leukosit

: 16,3 /l

Hematokrit

: 38,8 %

Trombosit

: 301 /l

(Lab 18 januari 2016)

A
P

Protein (urine)

: Positive 1

Keton

: Positive 2

G3PIA1 H12 minggu d/ HEG


th/

Drip infus RL + Ondensetron dengan 20 tpm


Ranitidine inj 2x 1 amp
As. Folat 1x 1000 g
Diet biasa
Mengobservasi KU, TTV, mual dan muntah
Memotivasi ibu untuk makan sedikit tapi sering
Menganjurkan untuk minum obat as.folat 1 tab
Memberikan nutrisi dan cairan

18 JANUARI 2016 (21.00)


S

OS mengatakan masih pusing dan mual muntah >5x

Rahma Wirda (1102011219)

KU : Tampak sakit sedang

KS/ CM

TD :110/80

RR : 23 x/menit

N : 87 x/menit

S : 36,8

(Lab 17 januari 2016)


Hemoglobin

: 13,8 g/dl

Leukosit
Hematokrit
Trombosit

: 16,3 /l
: 38,8 %
: 301 /l

(Lab 18 januari 2016)

Protein (urine)

: Positive 1

Keton

: Positive 2

G3PIA1 H12 minggu d/ HEG

th/

Drip infus RL + Ondensetron dengan 20 tpm


Ranitidine inj 2x 1 amp
As. Folat 1x 1000 g
Diet biasa
Mengobservasi KU, TTV, mual dan muntah
Memotivasi ibu untuk makan sedikit tapi sering
Menganjurkan untuk minum obat as.folat 1 tab
Memberikan nutrisi dan cairan

19 JANUARI 2016(05.00)
S
O

OS mengeluh sakit di ulu hati dan masih merasakan mual dan muntah
KU : Tampak sakit ringan
KS/ CM
TD :120/80

RR : 22 x/menit

N : 89 x/menit

S : 36

(Lab 17 januari 2016)


Hemoglobin

: 13,8 g/dl

Leukosit

: 16,3 /l

Hematokrit

: 38,8 %

Trombosit

: 301 /l

Rahma Wirda (1102011219)

(Lab 18 januari 2016)


Protein (urine)

: Positive 1

Keton

: Positive 2

(Lab 19 januari 2016)


Albumin

: 3,4

Globulin

: 1,2

Total Protein

: 4,6

G3PIA1 H12 minggu d/ HEG


A
P

th/

Drip infus RL + Ondensetron dengan 20 tpm


Ranitidine inj 2x 1 amp
As. Folat 1x 1000 g
Diet biasa
Mengobservasi KU, TTV, mual dan muntah
Memotivasi ibu untuk makan sedikit tapi sering
Menganjurkan untuk minum obat as.folat 1 tab
Memberikan nutrisi dan cairan

19 JANUARI 2016 (08.00)


S

OS mengeluh masih mual dan muntah dan tadi pagi muntah >3x dan ibu masih

merasa lemas
KU : Tampak sakit ringan
TD :110/80

KS/ CM

RR : 21 x/menit

N : 88x/menit

S : 37

(Lab 17 januari 2016)


Hemoglobin

: 13,8 g/dl

Leukosit

: 16,3 /l

Hematokrit

: 38,8 %

Trombosit

: 301 /l

(Lab 18 januari 2016)


Protein (urine)

: Positive 1

Keton

: Positive 2

(Lab 19 januari 2016)


Rahma Wirda (1102011219)

10

A
P

Albumin

: 3,4

Globulin

: 1,2

Total Protein

: 4,6

G3PIA1 H12 minggu d/ HEG


th/

Ranitidine stop ganti omeprazole 2x1 amp IV


Cek TP + albumin

DISKUSI
I.

IDENTIFIKASI
Ny.K, 29 tahun, datang ke IGD PONEK RSUD Cilegon pada tanggal 17 januari 2016
pukul 22.15 WIB setelah dirujuk dari Puskesmas dengan diagnosis G 3P1A1 Hamil 12
minggu dengan HEG. Pasien mengeluh mual dan muntah sejak 1 bulan SMRS dan nyeri
pada ulu hati. Keluhan ini sudah dirasakan sejak kehamilan pertama hingga saat ini. Pada

Rahma Wirda (1102011219)

11

awalnya muntah hanya terjadi pada pagi hari namun saat ini muntah dialami tidak hanya
di pagi hari saja. Muntah sering terjadi ketika pasien setelah makan dan minum dengan
frekuensi >10x/hari. Isi muntahan berupa makanan dan minuman yang dikonsumsi
sebelumnya. Muntah disertai dengan sedikit darah sebelum ke rumah sakit. Keluhan mual
dan muntah semakin bertambah berat setelah makan dan minum dan berkurang saat
istirahat. Selain itu pasien juga mengeluhkan kepala terasa pusing dan badan terasa lemas
sehingga tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari, merasa haus dan bibir terasa
kering, dan merasa banyak air liur di dalam mulut serta didapatkan adanya penurunan
nafsu makan dan berat badan. BAB tidak lancar dan BAK berwarna kuning kecoklatan
dengan frekuensi 3x dalam sehari dan jumlah yang sedikit.
II.

III.

PERMASALAHAN
1. Apakah penegakan diagnosis pada kasus ini sudah tepat?
2. Apa saja faktor predisposisi yang didapatkan pada pasien ini?
3. Apakah pentalaksanaan pasien ini sudah adekuat?
ANALISA KASUS
a. Apakah penegakan diagnosis pada kasus ini sudah tepat?
Ya
Dari anamnesis didapatkan :
Kehamilan dengan usia 12 minggu
Mual dan muntah >10 kali yang terjadi pada pagi hari
Badan terasa lemas dan nyeri ulu hati
Dari pemeriksaan fisik didapatkan :

Nyeri Epigastrium

Dari pemeriksaan penunjang :

b. Apa saja faktor predisposisi yang didapatkan pada pasien ini?


Rahma Wirda (1102011219)

12

Faktor presdiposisi yang mungkin didapat dari pasien adalah faktor hormonal.
Peningkatan kadar progesteron,estrogen, dan Human Chorionic Gonadotropin
(HCG) dapat menjadi faktor pencetus mual muntah. Peningkatan hormon
progesteron menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal mengalami
relaksasi, hal itu mengakibatkan penurunan motilitas lambung sehingga
pengosongan lambung melambat. Refleks esofagus, penurunan motilitas
lambung dan penurunan sekresi dari asam hidroklorid juga berkontribusi
terhadap terjadinya mual dan muntah. Selain itu HCG juga menstimulasi
kelenjar tiroid yang dapat mengakibatkan mual dan muntah. Hormon
progesteron ini dihasilkan oleh korpus luteum pada masa awal kehamilan dan
mempunyai fungsi menenangkan tubuh ibu hamil selama kehamilan, termasuk
saraf ibu hamil sehingga perasaan ibu hamil menjadi tenang. Hormon ini
berfungsi untuk membangun lapisan di dinding rahim untuk menyangga
plasenta di dalam rahim. Hormon ini juga dapat berfungsi untuk mencegah
gerakan kontraksi atau pengerutan otot-otot rahim. Hormon ini dapat
"mengembangkan" pembuluh darah sehingga menurunkan tekanan darah, itu
penyebab mengapa Hormon ini juga membuat sistem pencernaan jadi lambat,
perut menjadi kembung atau sembelit. Hormon ini juga mempengaruhi
perasaan dan suasana hati ibu, meningkatkan suhu tubuh, meningkatkan
pernafasan, mual

c. Apakah penatalaksanaan pasien ini sudah adekuat?


Ya
Dengan adanya diagnosis tersebut, maka tatalaksana awal yang
direncanakan adalah memberikan cairan Ringer Laktat untuk
memberikan suplai nutrisi, tenaga dan keseimbangan cairan dalam

tubuh.
Drip ondansetron 8 mg. Ondansetron merupakan antiemetik dengan
reseptor 5-hydroxytrytamine (5HT3) yang sangat selektif yang dapat
menekan

mual

dan

muntah.

Mekanisme

kerjanya

diduga

dilangsungkan dengan mengantagonisasi reseptor 5-HT yang terdapat


pada chemoreseptor trigger zone di area postrema otak danmungkin
juga pada aferen vagal saluran cerna.

Rahma Wirda (1102011219)

13

Injeksi ranitidine 2x1 ampul. Ranitidine bekerja dengan cara


menghambat reseptor H2 secara selektif dan reversible. Perangsangan
reseptor H2 akan merangsang sekresi asam lambung, sehingga pada

pemberian ranitidine sekresi asam langsung dihambat


Asam folat 1x 1000 g. Asam folat yang berperan penting dalam
pembentukan satu per tiga sel darah merah pada ibu hamil. Diberikan
sebagai suplemen ibu selama hamil dan membantu pertumbuhan dan
perkembangan janin serta mencegah bayi cacat lahir/keterbelakangan

mental.
Perubahan pola diet yang sederhana, yaitu mengkonsumsi makanan
dan minuman dalam porsi kecil namn sering cukup efektif untuk
mengatasi mual dan muntah.

TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Emesis gravidarum adalah gejala yang wajar atau sering terdapat pada
kehamilan trimester pertama. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi ada yang
timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gajala ini biasanya terjadi 6 minggu setelah
hari pertama haid terahir dan berlangsung kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah
mempengaruhi

hingga

50%

kehamilan,

kebanyakan

perempuan

mampu

mempertahankan kebutuhan cairan dan nutrisi dengan diet dan simptom akan teratasi
hingga akhir trimester I. Etiologinya belum diketahui secara pasti, tetapi adal
beberapa ahli yang menyatakan bahwa erat hubungannya dengan endokrin, biokimia
dan psikologis.

Rahma Wirda (1102011219)

14

Hiperemesis Gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan


sampai umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang kadang begitu hebat
dimana segala apa yang dimakan dan di minum dimuntahkan sehingga dapat
mempengaruhi pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, dan terdapat
aseton dalam urin.
Hampir 50% wanita hamil mengalami mual dan biasanya mual mulai dialami
sejak awal kehamilan. Mual muntah saat hamil muda sering disebut morning sickness
tetapi kenyataannya mual muntah ini dapat terjadi setiap saat. Pada beberapa kasus
dapat berlanjut sampai kehamilan trimester kedua dan ketiga, tapi ini jarang terjadi.

B. Epidemiologi
Mual dan muntah terjadi dalam 50-90% kehamilan. Gejalanya biasanya
dimulai pada gestasi minggu 9-10, memuncak pada minggu 11-13, dan berakhir pada
minggu 12-14. Pada 1-10% kehamilan, gejala dapat berlanjut melewati 20-22 minggu.
Hiperemesis berat yang harus dirawat inap terjadi dalam 0,3-2% kehamilan.3,4
Di masa kini, hiperemesis gravidarum jarang sekali menyebabkan kematian,
tapi masih berhubungan dengan morbiditas yang signifikan.4 Morbiditas yang
ditimbulkan berupa :
1
2

Mual dan muntah mengganggu pekerjaan hampir 50% wanita hamil yang bekerja.
Hiperemesis yang berat dapat menyebabkan dehidrasi. Sekitar seperempat pasien
hiperemesis gravidarum membutuhkan perawatan di rumah sakit lebih dari sekali.
Wanita dengan hiperemesis gravidarum dengan kenaikan berat badan dalam
kehamilan yang rendah (7 kg) memiliki risiko yang lebih tinggi untuk melahirkan
neonatus dengan berat badan lahir rendah, kecil untuk masa kehamilan, prematur.

C. Etiologi
Mual dan muntah

mempengaruhi hingga 50% kehamilan, kebanyakan

perempuan mampu mempertahankan kebutuhan cairan dan nutrisi dengan diet dan
simptom akan teratasi hingga akhir trimester pertama. Etiologinya belum diketahui
secara pasti, tetapi adal beberapa ahli yang menyatakan bahwa erat hubungannya
dengan endokrin, biokimia dan psikologis. Faktor-faktor yang menjadi predisposisi
diantaranya:

Rahma Wirda (1102011219)

15

a) Sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes dan hehamilan


ganda akibat peningkatan kadar HCG.
b) Faktor organik : masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal dan
perubahan metabolik.
c) Faktor psikologik: keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut
terhadap kahamilan dan persalinan, takut memikul tanggung jawab dan
sebagainya.
d) Faktor endokrin lainnya: hipertiroid, diabetes dan lain-lain.

D.

Patofisiologi
Mekanisme mual dan muntah merupakan mata rantai panjang yang
dikendalikan oleh keseimbangan antara dopamin, serotonin, histamin dan
asetilkolin. Ternyata, menurunnya serotonin dalam darah akan meningkatkan
terjadinya mual dan muntah. Oleh karena itu, upaya pencegahan dapat dilakukan
dengan menambahkan vitamin B6 atau protein khususnya triptofan. Makanan dan
susu tambahan ibu hamil akan membentuk konsentrasi serotonin yang cukup dan
niasin dalam darah. Fungsi serotonin dan niasin adalah mencegah berlangsungnya
mual dan muntah secara berlebihan yang dapat menggangu keseimbangan elektrolit,
dehidrasi, dengan manifestasi klinisnya sebagai emesis gravidarum dan dapat
berlanjut menjadi hiperemesis gravidarum.6

Rahma Wirda (1102011219)

16

Gambar 1. Mekanisme mual dan muntah

Peningkatan kadar human chorionic gonadotropin (HCG) akan menginduksi


ovarium untuk memproduksi estrogen, yang dapat merangsang mual dan muntah.
Perempuan dengan kehamilan ganda atau mola hidatidosa yang diketahui memiliki
kadar human chorionic gonadotropin (HCG) lebih tinggi daripada perempuan hamil
lain mengalami keluhan mual dan muntah yang lebih berat. Progesteron juga diduga
menyebabkan mual dan muntah dengan cara menghambat motilitas lambung dan
irama kontraksi otot-otot polos lambung.4
Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan
lemak habis terpakai untuk keperluan energi, sehingga pembakaran tubuh beralih
pada cadangan lemak dan protein. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna
terbentuklah badan keton didalam darah yang dapat menambah beratnya gejala
klinik.

Rahma Wirda (1102011219)

17

Melalui muntah dikeluarkan sebagian cairan lambung serta elektrolit


natrium, kalium dan kalsium. Penurunan kalium akan menambah beratnya muntah,
sehingga makin berkurang kalium dalam keseimbangan tubuh serta makin
menambah berat terjadinya muntah. Muntah yang berlebihan menyebabkan
dehidrasi akibat cairan tubuh yang berkurang, sehingga darah menjadi kental
(hemokonsentrasi) yang dapat memperlambat peredaran darah yang berarti
konsumsi O2 dan makanan ke jaringan berkurang. Kekurangan makanan dan O 2 ke
jaringan akan menimbulkan kerusakan jaringan yang dapat menambah beratnya
keadaan janin dan wanita hamil.
Muntah yang berlebihan dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah
kapiler pada lambung dan esofagus, sehingga muntah bercampur darah. Mual dan
muntah juga dapat mengakibatkan jejas pada esofagus berupa robekan Mallory
Weis.
E. Manifestasi klinis
Batasan jelas antara mual yang masih dianggap fisiologis dalam kehamilan
dengan hiperemesis gravidarum tidak ada, tetapi bila keadaan umum penderita
terpengaruh, sebaiknya dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis
gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu:
1 Tingkat I.
Muntah yang terus menerus, penderita merasa lemah, timbul intoleransi terhadap
makanan dan minuman, berat badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama
keluar makanan, lendir dan sedikit cairan empedu, dan yang terakhir keluar darah.
Nadi meningkat sampai 100 kali per menit dan tekanan darah sistolik menurun. Mata
cekung dan lidah kering, turgor kulit berkurang, dan urin sedikit tetapi masih normal.
2

Tingkat II.

Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus hebat,
subfebril, nadi cepat dan lebih dari 100-140 kali per menit, tekanan darah sistolik
kurang dari 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus, aseton,
bilirubin dalam urin, dan berat badan cepat menurun.
3

Tingkat III.

Walaupun kondisi tingkat III sangat jarang, yang mulai terjadi adalah gangguan
kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti, sianosis, gangguan

Rahma Wirda (1102011219)

18

jantung, bilirubin dan proteinuria dalam urin, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat
dan tensi menurun. Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai
Encephalopathy Wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia, dan perubahan mental.
Keadaan ini terjadi akibat defisiensi zat makanan, termasuk vitamin B kompleks.
Timbulnya ikterus menunjukan adanya gangguan hati.
Parameter
Kondisi umum

Tingkat I
Lemah

Tingkat II
Tingkat II
Lebih lemah dan Lebih buruk

Kesadaran
Nyeri epigastrium
Muntah
Tekanan darah
Nadi
Turgor kulit
Mata
BAK
Keton urin

apatis
Compos mentis
Apatis
Somnolen
+
++
++
>10 kali
Sering
Berhenti
Menurun
Menurun
Menurun
>100 x/mnt
Meningkat
Meningkat
Menurun
Menurun
Menurun
Cekung
Cekung, + ikterus Cekung, + ikterus
Normal
Oligouria
Oligouria-anuria
-/+
> +2
Tabel 1. Gejala Hiperemesis Gravidarum

F. Diagnosis
Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan
adanya kehamilan muda dan muntah yang terus menerus, sehingga mempengaruhi
keadaan umum. Hiperemesis gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan
kekurangan makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga
pengobatan perlu segera diberikan. Diagnosis hiperemesis gravidarum ditegakkan
melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang.5,6J

Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan amenorea, tanda kehamilan muda, mual, dan muntah. Mual
dan muntah terjadi terus menerus, dirangsang oleh jenis makanan tertentu, dan
mengganggu aktivitas pasien sehari-hari. Selain itu dari anamnesis juga dapat diperoleh
informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan terjadinya hiperemesis

Rahma Wirda (1102011219)

19

gravidarum seperti stres, lingkungan sosial pasien, asupan nutrisi dan riwayat penyakit
sebelumnya (hipertiroid, gastritis, penyakit hati, diabetes mellitus, dan tumor serebri).
b

Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperhatikan keadaan umum pasien, tanda-tanda vital,
tanda dehidrasi, dan besarnya kehamilan. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan
adanya tanda-tanda dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan menurun. Pada
vaginal toucher dapat ditemukan uterus besar sesuai besarnya kehamilan, konsistensi
lunak, pada pemeriksaan inspekulo serviks berwarna biru (livide). Selain itu perlu juga
dilakukan pemeriksaan tiroid dan abdominal untuk menyingkirkan diagnosis banding.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis dan
menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan yang dilakukan adalah darah lengkap,
urinalisis, gula darah, elektrolit, USG (pemeriksaan penunjang dasar), analisis gas
darah, tes fungsi hati dan ginjal.2 Pada keadaan tertentu, jika pasien dicurigai menderita
hipertiroid dapat dilakukan pemeriksaan fungsi tiroid dengan parameter TSH dan T 4.
Pada kasus hiperemesis gravidarum dengan hipertiroid 50-60% terjadi penurunan kadar
TSH. Jika dicurigai terjadi infeksi gastrointestinal dapat dilakukan pemeriksaan
antibodi Helicobacter pylori. Pemeriksaan laboratorium umumnya menunjukan
kenaikan hemoglobin, hematokrit, kreatinin, shift to the left, benda keton dan
proteinuria, peningkatan blood urea nitrogen. Pemeriksaan USG penting dilakukan
untuk mendeteksi adanya kehamilan kembar ataupun mola hidatidosa. Pada keluhan
hiperemesis yang berat dan berulang perlu dipikirkan untuk konsultasi psikologi.

G. Diagnosis Banding
a Ulkus peptikum
Ulkus peptikum pada ibu hamil biasanya adalah penyakit ulkus peptikum kronik yang
mengalami eksaserbasi sehingga dalam anamnesis dapat ditemukan riwayat
sebelumnya. Gejala khas ulkus peptikum adalah nyeri epigastrium yang berkurang
dengan makanan atau antasid dan memberat dengan alkohol, kopi atau obat
antiinflamasi nonsteroid (OAINS). Nyeri tekan epigastrium, hematemesis melena dan
melena dapat ditemukan pada ulkus peptikum.
Rahma Wirda (1102011219)

20

Kolestasis obstetrik
Dapat ditemukan pruritus pada seluruh tubuh tanpa adanya ruam, ikterus, warna urin
gelap dan tinja berwarna pucat disertai peningkatan kadar enzim hati dan bilirubin.

Perlemakan hati akut


Ditemukan gejala kegagalan fungsi hati seperti hipoglikemi, gangguan pembekuan
darah dan perubahan kesadaran sekunder akibat ensefalopati hepatik.

Apendisitis akut
Pasien dengan apendisitis akut biasanya mengalami demam dan nyeri perut kanan
bawah. Nyeri dapat berupa nyeri tekan maupun nyeri lepas dan lokasi nyeri dapat
berpindah ke atas sesuai usia kehamilan karena uterus yang semakin membesar.
Apendisitis akut pada kehamilan memiliki tanda-tanda yang khas, yaitu tanda Bryan
(timbul nyeri bila uterus digeser ke kanan) dan tanda Alder (apabila pasien berbaring
miring ke kiri, letak nyeri tidak berubah).

Hipertiroidisme
Meskipun jarang, penyakit Graves juga dapat menyebabkan hiperemesis. Oleh karena
itu, perlu dicari apakah terdapat peningkatan FT4 atau penurunan TSH. Kadar FT4
dan TSH pada pasien hiperemesis gravidarum dapat sama dengan pasien penyakit
Graves, tetapi pasien hiperemesis tidak memiliki antibodi tiroid atau temuan klinis
penyakit Graves, seperti proptosis dan pembesaran kelenjar tiroid. Jika kadar FT4
meningkat tanpa didapatkan bukti penyakit Graves, pemeriksaan tersebut perlu
diulang pada usia gestasi yang lebih lanjut, yaitu sekitar 20 minggu usia gestasi, saat
kadar FT4 dapat menjadi normal pada pasien tanpa hipertiroidisme. Pemberian
propiltiourasil

pada

pasien

hipertiroidisme

dapat

hipertiroidisme, tetapi tidak meredakan mual dan muntah.


f

Infeksi Helicobacter pylori

Rahma Wirda (1102011219)

21

meredakan

gejala-gejala

Sebuah studi menyebutkan sebanyak 61,8% perempuan hamil dengan hiperemesis


gravidarum menunjukkan hasil tes deteksi genom H. pylori yang positif, namun studi
tersebut masih kontroversial.
H. PENTALAKSANAAN
Tatalaksana awal dan utama untuk mual dan muntah tanpa komplikasi adalah
istirahat dan menghindari makanan yang merangsang, seperti makanan pedas,
makanan berlemak atau suplemen besi. Perubahan pola diet yang sederhana, yaitu
mengkonsumsi makanan dan minuman dalam porsi kecil namun sering cukup efektif
untuk mengatasi mual dan muntah derajat ringan. Jenis makanan yang di
rekomendasikan adalah makanan ringan, kacang-kacangan, produk susu, kacang
panjang dan biskuit kering. Menu makanan yang banyak mengandung protein juga
memiliki efek positif karena bersifat eupeptic dan efektif meredakan mual.
Manajemen stress juga dapat berperan dalam menurunkan gejala mual.
Pada emesis gravidarum, obat-obatan diberikan apabila perubahan pola makan
tidak mengurangi gejala, sedangkan pada hiperemesis gravidarum, obat-obatan
diberikan setelah rehidrasi dan kondisi hemodinamik stabil.4 Untuk keluhan
hiperemesis yang berat pasien dianjurkan untuk dirawat di rumah sakit dan membatasi
pengunjung. Stop makanan per oral 24-48 jam. Kemudian beri infus glukosa 10%
atau 5% : RL = 2:1, 40 tetes per menit.1
Obat-obatan yang digunakan antara lain adalah vitamin B6 (piridoksin), anti
histamin dan agen-agen prokinetik. American College of Obstetricians and
Gynecologists (ACOG) merekomendasikan 10 mg piridoksin ditambah 12,5 mg
doxylamine per oral setiap 8 jam sebagai farmakoterapi lini pertama yang aman dan
efektif. Karena dapat menurunkan 70% mual dan muntah dalam kehamilan.
Suplementasi dengan tiamin dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi
berat hiperemesis, yaitu Wernickes encephalopathy.4

Rahma Wirda (1102011219)

22

Tabel 1. Terapi hiperemesis gravidarum


Isolasi dan pengobatan psikologis. Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang,
cerah dan peredaran udara yang baik hanya dokter dan perawat yang boleh keluar masuk
kamar sampai muntah berhenti dan pasien mau makan. Catat cairan yang masuk dan keluar
dan tidak diberikan makan dan minum dan selama 24 jam. Kadang-kadang dengan isolasi
saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan. Petugas dapat memberikan
komunikasi, informasi dan edukasi tentang berbagai masalah yang berkaitan dengan
kehamilan.
Pemberian cairan pengganti. Dalam keadaan darurat diberikan cairan pengganti yang
diberikan adalah glukosa 5-10% dengan keuntungan dapat mengganti cairan yang hilang dan
berfungsi sebagai sumber energi, sehingga terjadi perubahan metabolisme dari lemak dan
protein menjadi pemecahan glukosa. Dalam cairan dapat ditambahkan vitamin C, B
kompleks atau kalium yang diperlukan untuk kelancaran metabolisme. Selama pemberian
cairan harus mendapat perhatian tentang keseimbangan cairan yang masuk dan keluar melalui
kateter, nadi, tekanan darah, suhu dan pernapasan. Lancarnya pengeluaran urin memberikan
petunjuk bahwa keadaan berangsur membaik. Pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah
Rahma Wirda (1102011219)

23

darah, urin dan bila mungkin fungsi hati dan ginjal. Bila keadaan muntah berkurang,
kesadaran membaik, wanita hamil dapat diberikan makan minum dan mobilisasi.
Obat-obatan. Antiemetik konvensional, seperti fenotiazin dan benzamin telah terbukti
efektif dan aman bagi ibu. Antiemetik seperti proklorperazin, prometazin, klorpromazin
menyembuhkan mual dan muntah dengan cara menghambat postsynaptic mesolimbic
dopamine receptors melalui efek antikolinergik dan penekanan reticular activating system.
Antagonis reseptor 5-hydroxytryptamine3 (5HT3) seperti ondansetron mulai sering
digunakan.

Antiemetik prometazin (avopreg) 2-3 kali 25 mg per hari per oral atau proklorperazin
(stemetil) 3 kali 3 mg per hari per oral atau mediamer B6 3 kali 1 per hari per oral.1

Antasida: asidirin 3x1 tablet per hari per oral atau milanta 3x1 tablet per hari per oral
atau magnam 3x1 tablet per hari per oral.1
Fenobarbital 30 mg IM 2-3 kali per hari atau klorpromazin 25-50 mg/hari IM atau
kalau perlu diazepam 5 mg 2-3 kali per hari IM

Ada 3 macam diet pada hiperemesis gravidarum, yaitu :


a

DietbHiperemesisbI
Diet hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan hiperemesis gravidarum berat.
Makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau
rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan tetapi 1-2 jam
sesudahnya. Karena pada diet ini zat gizi yang terkandung di dalamnya kurang, maka
tidak diberikan dalam waktu lama.

DietbHiperemesisbII
Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Diet diberikan secara
berangsur dan dimulai dengan memberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi.
Minuman tidak diberikan bersamaan dengan makanan. Pemilihan bahan makanan
yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi kecuali kebutuhan energi.

DietbHiperemesisbIII
Diet hiperemesis III diberikan kepada pasien hiperemesis gravidarum ringan. Diet
diberikan sesuai kesanggupan pasien, dan minuman boleh diberikan bersama
makanan. Makanan pada diet ini mencukupi kebutuhan energi dan semua zat gizi.

Rahma Wirda (1102011219)

24

I. KOMPLIKASI
a. Maternal : akibat defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan teradinya diplopia,
palsi nervus ke-6, ataksia, dan kejang. Jika hal ini tidak segera ditangani akan
terjadi

psikosis

korsakoff

(amnesia,

menurunnya

kemampuan

untuk

beraktivitas), ataupun kematian. Komplikasi yang perlu diperhatikan adalah


Ensephalopati Wernicke. Gejala yang timbul dikenal sebagai trias klasik yaitu
paralisis otot-otot ekstrinsik bola mata (oftalmoplegia), gerakan yang tidak
teratur (ataksia), dan bingung.
b. Fetal : penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian
gangguan pertumbuhan janin dalam rahim (IUGR).

J. PENCEGAHAN
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksananakan dengan jalan
memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan
gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4
bulan, menganjurkan mengubah makanan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah
kecil, tetapi lebih sering. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya
dihindarkan. Defekasi yang teratur hendaknya dapat teratur.

DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo S,Wiknjosastro H. 2010. Hiperemesis Gravidarum. Dalam: Ilmu
Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal 815-817

Rahma Wirda (1102011219)

25

2.

Rahma Wirda (1102011219)

26

Anda mungkin juga menyukai