Anda di halaman 1dari 33

Contoh laporan kasus asfiksia

ASUHAN KEBIDANAN PADA


BAYI ASFIKSIA
Tanggal Pengkajian :
Tempat Pengkajian :
Jam :
Yang Mengkaji :

I. PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
1. Biodata
Nama Bayi : an”c”
Umur : BBL 1 jam yang lalu
Jenis Kelamin : Perempuan
Anak Ke :1

Nama Orang Tua


Nama Ibu : Ny. G
Umur : 26 tahun
Suku/bangsa : Batak/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Agama : Kristen
Alamat : Jl.Ciliwung no 1 Bengkulu

Nama Ayah : Tn.B


Umur : 29 tahun
Suku/bangsa : Batak/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : PNS
Agama : Kristen
Alamat : Jl.Ciliwung no 1 Bengkulu

2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan saat anaknya lahir,bernafas dengan megap,warna kulitnya kebiru-
biruan dan ekstremitas terkulai

3. Riwayat Kesehatan
a.Penyakit Menular
Ibu mengatakan didalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit
TBC,Hepatitis,PMS
b.Penyakit Keturunan
Ibu mengatakan bahwa keluarganya tidak ada menderita penyakit DM,Asma dan
jantung

4. Riwayat Kehamilan

-Peritas Gravida : G1 P0 A0

- Umur Kehamilan : 39 Minggu

- Periksa ANC : ke Bidan

- Frekuensi ANC : 6x selama hamil

- Penyakit Ibu Selama hamil : ada Diametes melitus

5. Riwayat Persalinan

- Jenis Persalinan : Pervaginam dengan tindakan vakum

- Atas Indikasi : Diabetes Melitus

- Partus di : Klinik Bersalin Irmia

- Ditolong oleh : Dokter

- Kala 1 :18 jam : Kala II : 2,5 Jam : Kala III: 20

Menit Kala IV:2 Jam


- Keadaan bayi saat lahir :-Bayi tidak langsung menangis

-Warna kulit kebiru-biruan dan tonus

Otot lemah

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum Bayi : Lemah
Kesadaran : Compos Mentis
 Tanda-tanda vital :
RR : 28 x/menit
Pols : 98 x/menit
Temp : 36,5 0C
 Antropometri
BB : 3200 gr
PB : 43 cm
LILA : 14 cm
LK/ LD : 32 cm / 32 cm
2. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
-Bentuk : Normal
-UUB : ada
-UUK : ada
-Sutura : ada
-Caput Succedenum : tidak ada
-Chepal hematoma : tidak ada
-Benjolan abnormal : tidak ada
-An ensepali : tidak ada
2. Mata
-Bentuk ki/ka : simetris
-Sekret : tidak ada
-Strabismus : tidak ada
-Conjungtiva : an anemis
-Sklera : an ikterik

3. Mulut ( gigi,gusi,lidah)
-Bibir : bentuk normal
-Palatoskilis : tidak ada
-Labioskilis : tidak ada
-Palata labioskilis : tidak ada
-Gigi : belum tumbuh
-Lidah : normal, warna merah jambu

4. Hidung
-Bentuk : simetris / normal
-Atresia coana : tidak ada
-Pernapasan caping hidung :ada
-Sekret puruten : tidak ada

5. Telinga
-Bentuk : simetris ki/ka
-Sekret : tidak ada

6. Leher
-Benjolan abnormal : tidak ada

7. Thorax dan abdomen


-Bentuk : normal
-Nafas : megap-megap
-Denyut jantung : Bradi cardia
-Abdomen : Abdomen normal
-Tali pusat : tidak ada perdarahan (1 vena-2
Atresia)

8. Genetalia
-Labia Mayora : telah menutupi labia Minora
-Pengeluaran : tidak ada

9. Anus
-Atresia ani : tidak ada

10. Punggung
-Bentuk : normal
-Spina Bipida : tidak ada

11. Ekstremitas
-Atas : Tangan ki/ka: simetris
Tonus otot:Lemah
: tangan ki/ka : Simetris
Tonus otot : Lemah
Kelainan abnormal: tidak ada

II. INTERPRETASI DATA


A. Diagnosa
Bayi baru lahir aterm dengan asfiksia
Dasar :
DS -Ibu mengatakan warna kulit anaknya pucat
-Ibu mengatakan anaknya bernafas cepat
DO -Bayi pucat dan tampak kebiru-biruan pada ujung jari
-Bayi bernafas cepat
-Keadaan umum lemah
-Tanda-tanda vital
-Pols: cepat (130x/menit)
-RR :>60x/menit
-Suhu : 36 c
-Lendir dihidung dan dimulut masih ada
B.Masalah
-Ibu cemas dan khawatir dengan keadaa anaknya
-Ibu kurang pengetahuan terhadap keadaan anaaknya
Dasar
-Ibu tidak mengerti tentang keadaa anaknya
-Ibu tampak cemas
C.Kebutuhan
-Bungkus bayi dengan kain agar tetap hangat
-Bersihkan jalan nafas dengan hisap lendir pada hidung dan mulut
-Bersihkan badan dan potong tali pusat
-Observasi TTV dan
-Bila memungkinkan ke incubator
-Penjelasan tentang keadaan bayi
-Support kepada ibu dan keluarga agar tetap tenang
III. ANTISIPASI DIAGNOSA POTENSIAL

Potensial asfiksia berat


IV. TINDAKAN SEGERA

-Rangsang pernapasan
-Resusitasi : endoktrakeal tube

V. INTERVENSI

N Hari/tanggal/ja Tujuan & INTERVENS RASIONAL Para


m kriteria I f
o

D Jum’at /26 Tujuan: 1.Bungkus 1.Dengan


januari 09 -Agar bayi bayi membungkus
x 09.00 WIB tetap hangat dengan bayi dengan kain
-Agar bayi bias kain hangat hangat dan
bernafas dan kering kering akan
normal mencegah
hipotermi
Kriteria: sehingga asfiksi
-kulit bayi tidak a tidak berlanjut
pucat lagi atau
tidak
2.Dengan
-Pernapasan memasukkan
30-60x/menit bayi kedalam
2.Masukka
-tidak incubator maka
n bayi ke
ada pernapasa incubator akan mencegah
n cuping hipotermi
hidung sehingga
asfiksia tidak
3.Bersihkan berlanjut
jalan nafas
dengan 3.Diharapkan
hisap lendir dengan
dilakukannya
pembersihan
jalan nafas maka
bayi dapat
bernafas dengan
spontan dan
normal yaitu 30-
6-x/menit

4.Bersihkan
badan dan
potong tali
pusat

4.Dengan
dibersihkannya
badan bayi dari
lendir-lendir
maupun cairan
ketuban akan
mengurangi
terjadinya
evaporasi
sehingga dapat
mencegah
hipotermi
Dengan
dipotongnya tali
pusat segera
maka dapat
5.Observasi memutuskan
TTV hubungan antara
ibu dan bayi

5.Dengan
dilakukannya
observasi TTV
maka dapat
dengan segera
mengetahui
keadaan bayi
tersebut
M Tujuan: 1.Jelaskan 1.Diharapkan
-Agar ibu tidak tentang dalam
cemas lagi Keadaan memberikan
-Agar ibu bayinya penjelasan
mengetahui kepada ibu
keadaan tentang keadaan
bayinya bayinya maka
ibu dapat tahu
Kriteria sehingga
-Ibu tampak kecemasan ibu
tenang dapat berkurang

2.Berikan
Support
mental 2.Diharapkan
dengan
diberinya
support mental
kepada ibu maka
ibu akan lebih
tenang dan tegar

VI. IMPLEMENTASI

No Hari/Tgl/Jam Implementasi Respon Paraf


Dx Jum’at/ 1. Membersihkan badan bayi 1.Pembersihan
26 januari 09 dari lendir-lendir dan cairan badan dan
09;00 ketuban dengan pemotongan tali
menggunakan kain yang pusat sudah
bersih dan kering sambil dilakukan
memberikan rangsangan
taktilndan segera potong tali
pusat bayi dengan cara:
-Ambil klem pertama jepit tali
pusat dengan jarak 5cm
diatas umbilicus

-Urut tali pusat klearah ujung


dengan menggunakan tangan
kiri sambil tangan kanan
mengambil klem ke-2

-Jepit tali pusat dengan klem


ke-2 dengan jarak 5cm dari
klem pertama
2.Badan dan kepala
bayi sudah
dibungkus dengan
2. Membungkus badan dan kain yang kering
kepala bayi dengan kain yang Dan hangat
kering dan hangat untuk
mencegah terjadinya
hipotermi dan menjaga agar3. Penghisapan lendir
tubuh bayi tetap hangat sudah dilakukan
dan bayi bias
3. Membersihkan jalan napas bernafas spontan
bayi dengan cara: dan kulit bayi sudah
tampak memerah
-Kepala bayi diposisikan
ekstensi agar jalan napas
terbuka dan punggung bayi
diganjal dengan lipatan kain
atau bantal kecil sehingga
tinggi punggung bayi 2-3 cm
diatas kasur

-Hisap lendir pada hidung dan


mulut bayi secara bergantian

-Sambil memberikan sedikit


rangsangan toktil dengan cara
menepuk telapak tangan atau4. –Pernapasan bayi
telapak kaki bayi dengan normal yaitu
menggunakan satu jari 40x/menit
-Nadi Bayi normal
yaitu 110x/menit
-Suhu tubuh bayi
4. Mengibservasi TTV bagi yang normal yaitu 36,5 c
terdiri dari:
-Pereiksa pernapasan bayi
dalam satu menit penuh

-Periksa nadi bayi satu menit


penuh

-Periksa suhu tubuh bayi 5.Bayi tampak tidur


dengan menggunakan tenang dan muka
thermometer selama 2-3 bayi tampak
menit kemerah-merahan

5. Meletakkan bayi kedalm


incubator agar bayi tetap
hangat dan dapat mencegah
terjadinya hipotermi

M 1.Memberikan penjelasan 1.Ibu mengerti


kepada ibu bahwa bayinya dengan penjelasan
mengalami asfiksia ringan dan yang diberikan oleh
keadaan ini dapat ditangani Bidan dan ibu mulai
dengan segera sehingga ibu tampak tenang
tidak perlu khawatir

2.Memberikan support mental 2.Ibu sudah mulai


kepada ibu agar tidak terlalu tenang dan tidak
khawatir dan cemas akan cemas lagi
keadaan bayinya dengan cara
mengatakan bahwa ibu harus
sabar dan ibu harus yakin kalau
bayinya akan baik-baik saja
VII. EVALUASI

No Hari/Tgl/Jam Evaluasi Paraf


Dx Jum’at/ S : - Ibu mengatakan kulit anaknya berwarna
26 januari 09 kemerah-merahan
10;00 WIB - Ibu mengatakan anaknya bias bernafas

O:
KU : Baik
Kesadaran :compos mentis
Tanda-tanda vital
-Pols :40x/menit
-RR :110X/Menit
-Temps: 36,5 c
A : Tujuan tercapai
P : Intervensi dihentikan

Diposkan oleh the games di 02.07


ASUHAN KEPERAWATAN BAYI DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM
APLIKASI NANDA, NOC, NIC

A. Pengertian

Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir ( Wiknjosastro, 1999 ).

B. Etiologi
Chamberlain (1997) mengemukakan bahwa gangguan yang timbul pada akhir kehamilan
atau persalinan hampir selalu disertai dengan anoksia / hipoksia janin dan berakhir dengan aspiksia
neonatus.

Towell (1996) mengajukan penggolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi


terdiri dari :

1. Faktor Ibu

a. Hipoksia ibu, ini terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau anestesi dalam.

b. Gangguan aliran darah uterus, mengurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan
berkurangnya pengaliran O2 ke placenta dan demikian pula ke janin. Hal ini sering ditemukan pada
keadaan :

1) Gangguan kontraksi uterus : hipertoni, hipotoni, atau tetani uterus karena obat

2) Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan

3) Hipertensi pada eklamasia

2. Faktor Placenta, misal : solusio placenta.

3. Faktor Fetus : kompresi umbilkalis akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dan pembuluh
darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin, dapat terjadi pada keadaan tali
pusat menumbung, tali pusat melilit leher, kompres tali pusat pada persalinan sungsang antara janin
dan jalan lahir.

4. Faktor neonatus

Depresi pusat pernafasan pada BBL dapat terjadi karena pemakaian obat anestesia yang
berlebihan pada ibu.

5. Faktor antepartum
Umur ibu > 35 tahun, kehamilan kurang bulan, kehamilan ganda, dismatur, riwayat IUFD infeksi pada
ibu, kecanduan obat pada ibu, cacat bawaan, ibu dengan DM, anemia, perdarahan trimester II / III,
oligohidramnion.

6. Faktor Intra partum

Sectio Caesaria, persalinan kurang bulan, pemakaian anestesi umum, KPD > 24 jam.

C. Patofisiologi Asfiksia

Dalam kehidupan intrauterin paru-paru tidak berperan dalam pertukaran gas.


Dalam keadaan hamil, alveoli janin berisi cairan yang dibentuk dalam paru-paru. Pada saat kelahiran
diperlukan tekanan yang besar untuk mengeluarkan cairan tersebut sehingga paru-paru dapat
berkembang untuk pertama kalinya. Pernafasan pertama memerlukan tekanan 2-3 kali lebih tinggi
daripada pernafasan selanjutnya.

Pada saat proses persalinan, kontraksi uterus dapat mempercepat pengeluaran


cairan, sebagian cairan paru masuk rongga perivaskuler dan diabsorbsi ke dalam aliran darah dan limfe
paru-paru. Pada saat bayi bernafas alveoli akan mengembang sehingga cairan paru-paru akan berganti
dengan udara.

Masalah pengeluaran cairan paru terjadi pada bayi yang paru-parunya tidak
berkembang dengan baik saat pernafasan pertama. Ini dapat dilihat pada bayi lahir dengan apnea. Bayi
yang tidak pernah bernafas dapat diasumsi bahwa pangembangan alveoli tidak terjadi dan tetap terisi
cairan. Melakukan pernafasan buatan pada bayi seperti ini diperlukan tekanan tambahan.

Tanda dan Gejala

1 Penilaian apgar score.

Penilaian asfiiksia secara APGAR mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian asfiksia pada
BBL.

Patokan klinis yang dinilai :

a. Menghitung frekwensi jantung

b.Melihat usaha bernafas

c. Melihat tonus otot


d. Melihat reflek rangsangan

e. Memperhatikan warna kulit

Tabel APGAR SCORE

Tanda O 1 2

Frekwensi Tidak ada < 100 / menit > 100 / menit


jantung

Usaha Tidak ada Lambat tak teratur Menangis kuat


bernafas

Tonus Lumpuh Extremitas fleksi sedikit Gerakan pasif


otot

Reflek Tidak ada Gerak sedikit Menangis

Warna Biru / pucat Tubuh kemerahan, Tubuh ekstremitas


extremitas biru kemerahan

2 Tingkatan asfiksia

a. Asfiksia ringan / bayi normal : nilai apgar score 7-9

b.Asfiksia sedang : nilai apgar score 4-6

c. Asfiksia berat : nilai apgar 0-9

D. Komplikasi Asfikasi

1.Asidosis respiratorik

Bila berlanjut dan tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme anaerobik berupa glikolisis glikogen
tubuh, sehingga sumber glikogen tubuh, jantung dan hati akan berkurang, asam organik yang terjadi
akibat metabolisme ini akan menimbulkan asidosis metabolik

2.Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung.

3.Terjadinya asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung
sehingga menimbulkan kelemahan jantung.

4.Kerusakan sel otak akibat asidosis dan gangguan kardiovaskuler.


5.Odem otak, perdarahan intra / periventrikuler

6.Gangguan kognitif, gangguan tingkah laku, retardasi mental, epilepsi atau cerebral palsy di kemudian
hari.

E. Penatalaksanaan

Prinsip dasar resusitasi (Wiknjosastro, 2001)

1 Memberikan lingkungan yang baik pada bayi dan mengusahakan saluran pernafasan yaitu agar
oksigenasi dan pengeluaran CO2 berjalan lancar.

2 Memberikan bantuan pernafasan secara aktif pada bayi yang menunjukkan usaha peernafasan
lemah.

3 Melakukan koreksi terhadap asidosis yang terjadi.

4 Menjaga agar sirkulasi darah tetap baik.

Kriteria bayi yang perlu resusitasi :

1 Apnea primer : napas cepat, tonus otot berkurang, kulit kebiruan

2 Apena sekunder : napas megap-megap yang dalam, denyut jantung menurun, bayi terlihat lemas
(flacid) napas makin lama makin lemah, tidak berespon terhadap rangsang.

Tanda penilaian :

1 Pernafasan

2 Denyut jantung

3 Warna kulit

4 Apgar score

Score apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan harus dimulai resusitasi tetapi merupakan
cara yang efektif untuk menilai kondisi bayi. Penilaian harus segera dilaksanakan setelah lahir tidak usah
menunggu penilaian score apgar menit pertama.

Tindakan resusitasi bayi : A B C resusitasi

1. Assesment / Airway / Agitatim

a. Observasi warna, suara, aktivitas bayi

b. Tanda vital : heart rate, pernafasan, kapillary refill


c. Cek kepatenan jalan nafas (airway) : bersihkan nasopharing dan mulut

d. Agitale (stimulasi janin) : menggosok punggung agar bayi menangis sehingga ada usaha bernafas.

2. Breathing

a. Melakukan rangsang taksil untuk memulai pernafasan.

b. Melakukan ventilasi tekanan positif (VTP) bila perlu seperti:

 Sungkup ~ Balon

 Pipa ET ~ Balon

3. Circulation / Cardiac

Bila heart rate 60 kali / menit atau 80 kali / menit dan tak ada perbaikan, kompresi dada
harus dilakukan. Asisten mengecek nadi perifer bayi (femoralis, brakhialis, karotis, atau radialis) dan
kapillary refill untuk mengkaji efektifitas kompresi. Tujuan kompresi dada adalah untuk bayi dengan
sirkulasi yang rendah atau tak ada, kompresi dada dianjurkan 120 kali / menit atau 2 kali / detik. Selalu
diiringi pernafasan.

Obat-obatan yang dipakai

a. Epineprin 1: 10.000 ~ ampul 3 ml atau 1 ml

b. Nalokson hidroklorida 4.4 mg / ml ~ ampul 1 ml atau 1.0 mg / ml ~ ampul 2 ml.

c. Volume ekspander : 5% larutan garam abvulin, Nacl 0.9 %, RL

d. Bikarbonat natrikus 4,25 (5 mg / 10 ml)

e. Dektrosa 10%, 250 ml

f. Aqua steril, 30 ml

g. Nacl biasa, 30 ml

F. Asuhan Keperawatan

Pengkajian

Identitas orang tua

Identitas bayi baru lahir :

 Tanggal lahir……………jam…..
 Jenis kelamin……………

 Kelahiran tunggal / ganda

 Lahir hidup / mati

 Ukuran : BB, PB, LK, LD, LLA.

 Apgar score:……….

Riwayat Persalinan :

 Cara persalinan………ditolong oleh…………atas indikasi…………… Persalinan di……………

 Lama persalinan kala I : ……………. Perdarahan ………………

 Lama persalinan kala II : ………………

 Ketuban lama pecah : warna……….Bau…………

Pemeriksaan fisik

1) Tanggal………jam…..

2) Keadaan umum tampak lemah

3) Kepala : bentuk mesocephal, ubun-ubun besar sudah menutup.

4) Mata : sklera tak ikterik, konjungtifa tak anemis

5) Hidung : bentuk simetris, ada cuping hidung, nampak megap-megap, belum napas

6) Telinga : bentuk simetris, tak ada kotoran

7) Mulut : bibir sianosis, membran mukosa tak kering

8) Leher : tak ada pembesaran kelenjar tiroid

9) Dada : bentuk simetris, ada retraksi dada

10) Frekuensi nafas < 30 kali/menit, atau apena (henti napas > 20 detik)

11) Jantung : denyut jantung < 100 kali/menit

12) Paru-paru : masih terdengar suara nafas tambahan ( ronkhi basah +)

13) Abdomen : meteorismus + tali pusat berwarna putih dan masih basah

14) Kulit : warna kulit sianosis


15) Extremitas : tak ada tonus otot, tonus otot sedikit/lemah

16) Refleks : tak ada reflek moro

Diagnosa keperawatan

1) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi

2) Hipotermi berhubungan dengan terpapar lingkungan dingin

3) Resiko infeksi berhubungan dengan presedur invasif.

4) Pola makan bayi tidak efektif b.d kegagalan neurologik

Rencana Keperawatan

No
Dianogsa
Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Napas (3140) :
hipoventilasi. keperawatan selama…X 24
1. Buka jalan napas
jam, diharapkan pola napas
Batasan karakteristik :
bayi efektif dengan kriteria 2.
: Posisikan bayi untuk memaksimalkan
- Bernapas menggunakan otot ventilasi dan mengurangi dispnea
Status Respirasi : Ventilasi
napas tambahan.
(0403) : 3. Auskultasi suara napas, catat adanya
- Dispnea suara tambahan
- Pernapasan pasien 30-

- Napas pendek 60X/menit. 4. Identifikasi bayi perlunya pemasangan


alat jalan napas buatan
- Frekwensi napas < 25 kali / - Pengembangan dada

menit atau > 60 kali / menit simetris. 5. Keluarkan sekret dengan suctin

- Irama pernapasan teratur 6. Monitor respirasi dan ststus oksigen bila


memungkinkan
- Tidak ada retraksi dada saat
bernapas Monitor Respirasi (3350) :

- Inspirasi dalam tidak


1. Monitor kecepatan, irama, kedalaman
ditemukan dan upaya bernapas

- Saat bernapas tidak


2. Monitor pergerakan, kesimetrisan dada,
memakai otot napas retraksi dada dan alat bantu pernapasan
tambahan
3. Monitor adanya cuping hidung
- Bernapas mudah tidak ada
4. Monitor pada pernapasan: bradipnea,
suara napas tambahan
takipnea, hiperventilasi, respirasi
kusmaul, cheyne stokes, apnea

5. Monitor adanya penggunaan otot


diafragma

6. Auskultasi suara napas, catat area


penurunan dan ketidakadanya ventilasi
dan bunyi napas.

2. Hipotermi b.d terpapar Setelah dilakukan tindakan Pengobatan Hipotermi (3800) :


lingkungan dingin.
keperawatan selama…X 24
1 Pindahkan bayi dari lingkungan yang
Batasan karakteristik : jam hipotermi teratasi de- dingin ke tempat yang hangat (di dalam
ngan indicator : incubator atau di bawah lampu sorot)
- Pucat
Termoregulasi Neonatus
2 Bila basah segera ganti pakaian bayi
- Kulit dingin
(0801) : dengan yang hangat dan kering, beri

- Suhu tubuh di bawah rentang selimut


- Suhu axila 36-37˚ C
normal
3 Monitor suhu bayi
- RR : 30-60 X/menit
- Menggigil
4 Monitor gejala hipotermi : fatigue,
- Warna kulit merah muda
- Kuku sianosis lemah, apatis, perubahan warna kulit.

- Tidak ada distress respirasi


- Pengisian kapiler lambat 5 Monitor status pernapasan

- Tidak menggigil
6 Monitor intake/output

- Bayi tidak gelisah

- Bayi tidak letargi

3 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Mengontrol Infeksi (6540) :


keperawatan selama…X 24
Faktor Resiko : 1. Bersihkan box / incubator setelah
jam bayi diharapkan terhin-
dipakai bayi lain
1. Prosedur invasif dar dari tanda dan gejala
infeksi dengan indicator : 2. Pertahankan teknik isolasi bagi bayi ber-
2. Ketidak adanya pera-watan
penyakit menular
imun buatan Status Imun (0702) :

3. Batasi pengunjung
3. Malnutrisi - RR : 30-60X/menit

4. Instruksikan pada pengunjung untuk


- Irama napas teratur
cuci tangan sebelum dan sesudah
- Suhu 36-370 C berkunjung

- Integritas kulit baik 5. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci


tangan
- Integritas nukosa baik
6. Cuci tangan sebelum dan sesudah mela-
- Leukosit dalam batas normal
kukan tindakan keperawatan

7. Pakai sarung tangan dan baju sebagai


pelindung
8. Pertahankan lingkungan aseptik selama
pemasangan alat

9. Ganti letak IV perifer dan line kontrol


dan dressing sesuai ketentuan

10. Tingkatkan intake nutrisi

11. Beri antibiotik bila perlu.

Mencegah Infeksi (6550)

1. Monitor tanda dan gejala infeksi


sistemik dan lokal

2. Batasi pengunjung

3. Skrining pengunjung terhadap penyakit


menular

4. Pertahankan teknik aseptik pada bayi


beresiko

5. Bila perlu pertahankan teknik isolasi

6. Beri perawatan kulit pada area eritema

7. Inspeksi kulit dan membran mukosa


terhadap kemerahan, panas, dan
drainase

8. Dorong masukan nutrisi yang cukup

9. Berikan antibiotik sesuai program

4. Pola makan bayi tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Enteral Tube Feeding (1056) :
b.d kegagalan neurologik keperawatan selama … X 24
- Pasang NGT / OGT
jam pola makan bayi efektif
Batasan karakteristik :
- Monitor ketepatan insersi NGT / OGT
- Tidak mampu dalam - Cek peristaltic usus
menghisap, menelan dan
- Monitor terhadap muntah / distensi
bernafas
abdomen
- Tidak mampu dalam memulai
- Cek residu 4-6 jam sebelum pemberian
atau menunjang penghisapan
enteral
efektif

DAFTAR PUSTAKA

- IOWA Outcomes Project. Nursing Outcomes Clasification (NOC), edisi 2, 2000. Mosby.

- IOWA Outcomes Project. Nursing Interventions Clasification (NIC), edisi 2, 2000. Mosby.

- Ralph dan Rosenberg. 2003. Nursing Diagnosis: Definition and Clasification 2005-2006.
Philadelphila, USA.

Read more: http://aneka-wacana.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-bayi-dengan-


asfiksia.html#ixzz2W9ayovzm
TUDY KASUS UNTUK TUGAS AKHIR "Asfiksia Neonatorum dan Hipotermi"

Diposkan oleh Laila Lyra Belacqua Azhar Al-Banjari di 11/12/2011 02:15:00 AM

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada tanggal 12 Oktober 2000, pemerintah telah mencanangkan Gerakan Nasional

Kehamilan yang aman atau Making Pregnancy Safer (MPS) sebagai strategi Pembangunan

Masyarakat menuju Indonesia Sehat 2010, sebagai bagian dari program Safe Motherhood yang

bertujuan melindungi hak reproduksi dan hak asasi manusia dengan cara mengurangi beban

kesakitan, kecacatan dan kematian yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan (Depkes

2001).

Menurut World Health Organization (WHO), setiap tahunnya 120 juta bayi lahir di dunia,

secara global 4 juta (33 per seribu) bayi lahir mati (Stillbirth) dan 4 juta (33 per seribu) lainnya

meninggal dalam usia 30 hari (neonatal). Kira-kira 3,6 juta (3%) dari 120 juta bayi lahir

mengalami Asfiksia Neonatorum, hampir 1 juta (27,78%) bayi ini meninggal. Sebanyak 98% dari

kematian bayi terjadi di Negara-negara yang sedang berkembang (Kosim, MS.2005).

Menurut Sujudi (2003) berdasarkan hasi Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)

2002-2003 menunjukkan Angka Kematian Bayi (AKB) 35 bayi per 1000 kelahiran hidup dan

Angka Kematian Neonatal 20 per 1000 kelahiran hidup (Kompas, 2003), sedangkan hasil SDKI

tahun 2007 AKB di Indonesia 35 per 1.000 kelahiran hidup yaitu hampir 5 kali lipat

dibandingkan dengan AKB di Malaysia.

Angka Kematian Bayi (AKB) hingga kini masih tinggi, yaitu 37 per 1.000 kelahiran

hidup (WHO, 2005), beberapa diantara penyebabnya adalah Asfiksia Neonatorum dan
Hipotermi. Berdasarkan data yang diperoleh Angka Kematian Bayi (AKB) secara Nasional tahun

2004 sebesar 11,7 per 1.000 kelahiran, sedangkan tahun 2005 meningkat 35 dari 1.000 kelahiran

hidup. Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi 47% meninggal pada masa neonatal. Penyebab

kematian bayi di Indonesia antara lain Bayi Berat Lahir Rendah ( BBLR) (29%), Asfiksia

Neonatorum (27%), trauma lahir, Tetanus Neonatorum, infeksi lain dan kelainan kongenital

(44%) (Depkes RI, 2005). Menurut RISKESDAS 2007, penyebab kematian neonatal 0-6 hari

adalah gangguan pernafasan (37%), prematuritas (34%), sepsis (12%), hipotermi (7%), ikterus

(6%), dan kelainan congenital (1%) (Http://pwskia.wordpress.com)

Di Indonesia, setiap tahun ada 4.608.000 bayi lahir hidup. Dari jumlah itu sebanyak

100.454 (21,80 per seribu) meninggal sebelum berusia sebulan (neonatal). Itu berarti 275

neonatal meninggal setiap hari atau sekitar 184 neonatal dini meninggal setiap hari, atau setiap

satu jam ada 8 bayi neonatal dini yang meninggal (Komalasari, K.2003).

Meskipun telah terjadi penurunan kematian bayi dan anak yang signifikan, namun

kematian Bayi Baru Lahir (BBL) masih tinggi hal ini mungkin erat kaitannya dengan komplikasi

obstetric dan kasus kesehatan ibu yang rendah selama kehamilan dan persalinan, penyebab

kematian neonatal yang utama adalah Hipotermi sebanyak (7%) dan Asfiksia Neonatorum

sebanyak 27% setelah BBLR sebanyak 29% (Depkes RI,2005)

Sesuai dengan sasaran Departemen Kesehatan RPJMN 2009 untuk mencapai umur

harapan hidup dari 66,2 menjadi 70,6 tahun dan menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) dari

35 per 1000 menjadi 26 per 1000 dengan penyebab kematian bayi baru lahir BBLR (29%)

diharapkan terjadinya penurunan kematian 20-40% dan kematian yang disebabkan oleh Asfiksia

Neonatorum (27%) diharapkan penurunan kematian 20-30%, maka perlu diperhatikan status gizi
ibu, kehangatan pada bayi, adanya tenaga kesehatan yang terampil dapat memberikan resusitasi

pada bayi dengan Asfiksia Neonatorum dan Hipotermi.

Data yang diperoleh dari SDKI tahun 2007, AKB di Kalsel 39 per 1.000 kelahiran hidup,

untuk rata-rata nasional sekitar 34 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan dari hasil laporan rutin

Dinas Kesehatan Kalsel terjadi turun naik kasus AKB antara tahun 2006 hingga 2009. Pada

tahun 2006 tercatat sebanyak 421 kasus, tahun 2007 naik menjadi 519 kasus, tahun 2008 turun

menjadi 508 kasus dan tahun 2009 naik lagi menjadi 521 kasus.

Bedasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Banjar,

Tahun 2008 di Rumah Sakit Umum Daerah Ratu Zalecha Martapura, BBL berjumlah 873 bayi,

dengan 37 kematian yaitu pada bulan Januari ada 2 kelahiran mati, Februari 3, Maret 3, April 2,

Mei 3, Juni 2, Juli 5, Agustus 2, September 3, Oktober 4, November 4, dan Desember 3. Bayi

yang meninggal dengan Asfiksia Neonatorum sebanyak 14 bayi dan 3 bayi dengan komplikasi

Hipotermi ( BPS Kab. Banjar, 2009 ).

Penyebab Asfiksia pada bayi antara lain karena faktor pada bayi maupun faktor pada ibu.

Jika Asfiksia pada bayi tidak segera ditangani maka dapat mengakibatkan kerusakan otak bahkan

kematian pada bayi, sedangkan akibat Asfiksia pada masa yang akan datang dapat berdampak

kecerdasannya berkurang. Bayi baru lahir sering mengalami Hipotermi karena ketidak

mampuannya mempertahankan suhu tubuh, lemak subkutan yang belum sempurna, permukaan

tubuh yang luas dibandingkan masa tubuh, dan suhu lingkungan yang dingin. Bayi yang

kehilangan panas (Hpotermi) beresiko tinggi untuk jatuh sakit atau meninggal. Jika bayi dalam

keadaan basah dan tidak diselimuti, bayi akan segera mengalami Hipotermi meskipun berada

dalam ruangan yang relative hangat


Berdasarkan data-data tersebut diatas, AKB yang disebabkan oleh Asfiksia Neonatorum

dan Hipotermi di RSUD Ratu Zalecha cukup tinggi, maka penulis tertarik ingin menulis “Asuhan

Kebidanan Pada “By. Ny. “M” JK Laki-Laki Usia 0 Hari Aterm Sesuai Masa Kehamilan Dengan

Asfiksia Berat dan Hipotermi Sedang di Ruang Perinatologi RSUD Ratu Zalecha Martapura”

sebagai Studi Kasus penulis guna memenuhi tugas akhir.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan pada latar belakang dan kanyataan yang ada maka penulis dapat

merumuskan masalah yaitu “Bagaimana memberikan Asuhan Kebidanan pada By. Ny.”M”

dengan Asfiksia Berat dan Hipotermi Sedang?”

1.3. Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mendapatkan pengetahuan serta permahaman dan menerapkan asuhan kebidanan pada bayi baru

lahir dengan Asfiksia dan Hipotermi.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam pelaksanaan Asuhan Kebidanan pada By. Ny. “M” adalah sebagai berikut :

a) Melaksanakan pengkajian terhadap keadaan By. Ny. “M”

b) Mengidentifikasi masalah By. Ny. “M” dengan melakukan diagnosa

c) Mengantisipasi masalah potensial yang terjadi pada By. Ny. “M”

d) Mengidentifikasi kebutuhan segera yang diperlukan By. Ny. “M”

e) Merumuskan rencana Asuhan Komprehensif pada By. Ny. “M”

f) Melaksanakan rencana Asuhan Kebidanan By. Ny. “M”


g) Melaksanakan evaluasi terhadap Asuhan Kebidanan yang telah dilaksanakan kepada By. Ny.

“M”

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Dapat digunakan sebagai bahan acuan didalam melaksanakan Asuhan Kebidanan

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Bagi Lahan Praktik

Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan agar lebih meningkatkan keterampilan dalam

memberikan Asuhan Kebidanan khususnya pada kasus Asfiksia Neonatorum dan Hipotermi

Sedang.

1.4.2.2 Bagi Institusi

Memberikan tambahan sumber kepustakaan dan pengetahuan di bidang kebidanan khususnya

masalah yang terjadi pada neonatus dengan Asfiksia Neonatorum dan Hipotermi Sedang.

1.4.2.3 Bagi Penulis

Mendapatkan pengalaman nyata serta dapat menerapkan apa yang telah didapat dalam

perkuliahan dengan kasus nyata dalam melaksanakan Asuhan Kebidanan.

1.4.2.4 Bagi Pasien

Memberikan petunjuk tentang perawatan pada Asfiksia Neonatorum dan Hipotermi Sedang

1.5. Metode Penulisan

1.5.1 Metode
Dalam penyusunan karya tulis ini penulis menggunakan metode deskripsi dalam bentuk studi

kasus, yaitu metode yang mempunyai tujuan utama untuk membuat

1.5.2 Tekhnik Pengumpulan Data

Tekhnik yang digunakan dalam pengumpulan data pada By. Ny. “M” dengan Asfiksia Berat dan

Hipotermi Sedang adalah :

a. Wawancara

Metode pengumpulan data dengan cara mewawancarai Ibu/keluarga pasien yang diteliti

(Hidayat. 2007)

b. Observasi

Merupakan cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara langsung kepada

pasien penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti (Hidayat, 2007).

c. Pemeriksaan Fisik

Pengumpula data dengan cara melakukan pemeriksaan fisik pada klien secara langsung meliputi

inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, atau mendapatkan data obyektif (Nursalam, 2001).

d. Study Kepustakaan

Yaitu mengumpulkan data dengan jalan mengambil literature dari buku-buku serta makalah-

makalah yang ada (Budiyanto, 2005).

e. Study Dokumentasi

Merupakan metode pengumpulan data dengan cara mengambil data yang berasal dari dokumen

asli (Hidayat, 2005).

1.6. Tempat dan Waktu


1.6.1 Tempat

Tempat pelaksanaan pengmbilan data untuk studi kasus dilaksanakan di RSUD Ratu Zalecha

Martapura, Kec. Martapura, Kab. Banjar.

1.6.2 Waktu

Waktu pengambilan data untuk studi kasus ini dilaksanakan pada 23 Mei 2011.

1.7. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan studi kasus ini disusun secara sistematis menjadi lima bab, dengan susunan

sebagai berikut :

Bab 1 : PENDAHULUAN

Terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat, metode, dan tekhnik

pengumpulan data, lokasi dan waktu penulisan, serta sistematika penulisan.

Bab 2 : TINJAUAN PUSTAKA

Meliputi konsep dasar Bayi Baru Lahir (BBL), tafsiran maturitas neonatus, konsep dasar Asfiksia

Neonatorum, konsep dasar Hipotermi, dan konsep manajemen asuhan kebidanan pada bayi

dengan Asfiksia Neonatorum dan Hipotermi.

Bab 3 : TINJAUAN KASUS

Dalam tinjauan kasus ini meliputi pengkajian, identifikasi masalah dan diagnosa, antisipasi

diagnosa masalah potensial, identifikasi kebutuhan segera, rencana tindakan, pelaksanaan dan

evaluasi.

Bab 4 : PEMBAHASAN

Bab 5 : PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN KASUS
ASFIKSIA NEONATORUM / BAYI LAHIR TIDAK MENANGIS SPONTAN

Posted by Ahmad Rapani on Rabu, Januari 27, 2010

LANDASAN TEORI
Proses persalinan terfokus pada ibu tetapi karena proses tersebut merupakan proses pengeluaran
hasil kehamilan (bayi), maka penatalaksanaan satu persalinan dikatakan berhasil apabila selain
ibunya, maka bayi yang dilahirkan juga berada dalam kondisi yang optimal. Memberikan
pertolongan dengan segera, aman dan bersih esensial dari asuhan bayi baru lahir. Setelah bayi
lahir esensilanya bayi akan menangis dengan spontan. Apabila bayi lahir tidak menangis dapat
terjadi beberapa faktor yaitu bayi mengalami sumbatan jalan nafas karena lendir dan air ketuban
atau juga dapat disebabkan karena asfeksia neonatomm.

Sebagian besar kesakitan dan kematian bayi barn lahir disebabkan oleh asfeksia yaitu keadaan
dimana bayi barn lahir tidak dapat bernafas spontan dan teratur segera setelah lahir. Asfiksia
akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna sehingga
tindakan keperawatan untuk keperawatan dilakukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup
dan mengatasi gejala lanjut yang mungkin terjadi (Sarwono, 2005).

ETIOLOGI
Sambutan pada jalan nafas diakibatkan atau dikarenakan oleh lendir dan air ketuban yang
menyumbat pada hidung, mulut dan tenggorokan halus langsung dilakukan pembersihan jalan
nafas agar bayi dapat bernafas dan menangis, setelah itu beri rangsang taktil bila bayi tidak juga
menangis, bila tidak menangis maka ditakutkan terjadi asfiksia yaitu pengembangan paru BBL
terjadi pada menit-menit pertama kelahiran dan kemudian disusui dengan pernafasan teratur, bila
terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan, oksigen dari ibu ke jari in maka akan
terjadi aksifikasi neonatorium. Penggolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi terdiri
dan :

1. Faktor ibu
a. Hipoksia ibu, hal mi akan menimbulkan hipoksia jari in, hipoksia ibu dapat terjadi karena
hipoventilasi akibat pemberian obat analgesic atau anastesi dalam.
b. Gangguan aliran darah uterus, berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan
berkurangnya pengaliran 02 ke placenta dan ke jari in.

2. Faktor placenta
Solusio placenta dan perdarahan placenta
3. Faktor fetus
Tali pusat menumbang, lilitan tali pusat, kompresi tali pusat antara jari in dan jalan lahir.

4. Faktorneonatus
a. Pemakaian obat anastesi / analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat
menimbulkan depresi pusat pernafasan jari in
b. Trauma yang terjadi pada persalinan misalnya : perdarahan intra kranial
c. Kelainan congenital misalnya : hernia, diagfragmatika, atresia saluran pernafasan hipoplasia
pam,
(Hanifa Wiknjosastro — 1999)

Gejala dan tanda asfiksia neonatorum


a. Tidak bernafas atau nafas megap-megap diikiuti dengan bayi lahir tidak menangis spontan dan
bernafas lamba;. (kflr’ang dan 30 x per menit)
b. Pernafasan tidak teratur, dengkuran / retraksi (pelekukan dada)
c. Tangisan lemah atau merintih
d. Warna kulit biru atau pucat
e. Tonus otot lemas atau ekstremitas terkulai
f. Denyut jari tung tidak ada atau lambat (bradikardi) kurang dan 100 x/menit
(Gulardi Wiknjosastro - 2007)

Tindakan pasca asfiksia neonatorum


Tindakan yang dikerjakan pada bayi yang lazim disebut resusitasi BB. Sebelum resusitasi
dikerjakan perlu di perhatikan bahwa:

1. Faktor waktu sangat penting


2. Kerusakan yang timbul pada bayi akibat anaksia/hipoksia antenatal tidak diperbaiki, tetapi
kerusakan yang akan terjadi karena bisa anaksia/hipoksia pasca natal harus di cegah dan di atasi.
3. Riwayat kehamilan dan pertus akan memberikan keterangan yang jelas tentang faktor
terjadinya depresi pernafasan BBL.
4. Penilaian BBL perlu dikenal baik agar resusitasi yang lakukan secara adekuat. (Hany, Oxorn
:1996)

Prinsip dasar resusitasi yang perlu di ingat


a. Memberikan lingkungan yang baik pada bayi dan mengusahakan saluran pernafasan tetap
bebas serta merangsang timbulnya pernafasan
b. Memberi bantuan pernafasan secara efektifpada bayi yang menunjukan usaha pernafasan
lemah.
c. Riwayat kehamilan dan partus akan memberikan keterangan yang jelas tentang faktor
penyebab terjadinya depresi pernafasan pada BBL
d. Penilaian BBL perlu dikenal baik agar resusitasi yang dilakukan dapat di pilih dan di tentukan
secara adekuat.
(Gulardi Wiknjosastro - 2007)

Penatalaksanaan Asfiksia
1. Langkah awal
a. Mencegah kehilangan panas, termasuk menyiapkan tempat yang kering dan hangat untuk
melakukan pertolongan.
b. Memposisikan bayi dengan baik, (kepala bayi setengah tengadah/sedikit ekstensi atau
mengganjal bahu bayi dengan kain)
c. Bersihkan jalan nafas dengan alat penghisap yang tersedia Bersihkan jalan nafas dengan
ketentuan sebagai berikut

1) Bila air ketuban jernih (tidak bercampur mekonium), hisap lendir pada mulut baru pada
hidung.
2) Bila air ketuban bercampur dengan mekonium, mulai mengisap lendir setelah kepala lahir
(berhenti seberi tar untuk menghisap lendir di mulut dan hidung). Bila bayi menangis, nafas
teratur, lakukan asuhan bayi barn lahir normal. Bila bayi mengalami depresi, tidak menangis,
lakukan upaya maksimal untuk membersihkan jalan nafas dengan jalan membuka mulut lebar-
lebar dan menghisap lendir lebih dalam secara hati-hati.
3) Menilai bayi dengan melihat usaha nafas, denyut jari tung dan warna kulit kemerahan,
lakukan asuhan bayi barn lahir normal. Bila bayi tidak menangis atau megap-megap, warna kulit
biru atau pucat denyut jari tung kurang dan 100 xlme4it, lanjutkan langkah resusitasi.

2. Langkah resusitasi
a. Sebelumnya periksa dan lakukan bahwa alat resusitasi (baton resusitasi dan sungkup muka)
telah tersedia dan berfungsi baik (lakukan test untuk baton dan sungkup muka)
b. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan sebelum memegang atau memeriksa bayi
c. Selimuti bayi dengan kain yang kering dan hangat kecuali muka dan dada bagian atas,
kemudian letakkan pada alas dan lingkungan yang hangat.

d. Periksa ulang posisi bayi dan pastikan kepala berada dalam posisi tengadah
e. Letakkan sungkup melingkupi dagu, hidung dan mulut sehingga terbentuk semacam tautan
sungkup dan wajah.
f. Tentukan balon resusitasi dengan dua jari atau dengan semua jari tangan (tergantung pada
ukuran balon resusitasi)
g. Lakukan pengujian pertautan dengan melakukan ventilasi sebanyak dua kali dan periksa
gerakan dinding dada
h. Bila pertautan baik ( tidak bocor) dan dinding dada mengembang maka lakukan ventilasi
dengan menggunakan oksigen (bila tidak ada atau tersedia oksigen guna udara ruangan)
i. Perhatikan kecepatai ventilasi sekitar 40 kali per 60 detik, dengan tekanan yang tepat sambil
melihat gerakan dada (naik turun) selama ventilasi.
j. Bila dinding dada tidak naik-turun dengan baik berarti ventilasi berjalan secara adekuat.
k. Bila dinding dada tidak naik, periksa ulang dan betulkan posisi bayi atau terjadi kebocoran
lekatan atau tekanan ventilasi kurang
l. Lakukan ventilasi selama 2 x 30 detik atau 60 detik kemudian lakukan penilaian segera tentang
upaya bernafas spontan dan warna kulit:

1) Bila frekwensi nafas normal (30-60 x/menit), hentikan ventilasi, lakukan kontak kulit ibu-
bayi, lakukan asuhan normal bayi barn lahir (menjaga bayi tetap hangat, mulai memberikan ASI
dm1 dan mencegah infeksi dan imunisasi)
2) Bila bayi belum bernafas spontan ulangi lagi ventilasi selama 2 x 30 detik atau 60 detik
kemudian lakukan penilaian ulang.
3) Bila frekwensi nafas menjadi normal (30-60 x/menit) hentikan ventilasi lakukan kontak kulit
it lakukan asuhan normal bayi barn lahir.
4) Bila bayi bernafas, tetapi terlihat retraksi dinding dada, lakukan ventilasi dengan
menggunakan oksigen (bila tersedia)
5) Bila bayi tidak bernafas, megap-megap, teruskan bantuan pernafasan dengan ventilasi.
6) Lakukan penilaian setiap 30 detik dengan menilai usaha bernafas denyut jari tung dan warna
kulit
7) Jika bayi tidak bernafas secara teratur setelah ventilasi 2-3 menit, rujuk ke fasilitas pelayanan
perawatan bayi resiko tinggi.
8) Jika tidak ada nafas sama sekali dan tidak ada perbaikan frekwensi denyut jari tung bayi
setelah ventilasi selama 20 menit, hentikan ventilasi, bayi dinyatakan meninggal (jelaskan
kepada keluarga bahwa upaya pertolongan gagal) dan beri dukungan emosional pada keluarga.
(Rachimhadi et al :1997)

Anda mungkin juga menyukai