Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

ASUHAN KEGAWATDARURATAN IBU DAN ANAK

Fetal Distress (Gawat Janin)

Dosen Pengajar : Ari Indra Susanti, SST., M.Keb

Nama Mahasiswa :

Adinda Putri Nabila 130104180001


Hasrina Hidayati Harahap 130104180004
Meilawati Munggaran 130104180011
Juliza Shinta Rismawati S 130104180014
Sasvia Izza Khairunnisa 130104180017
Fifi Fauziah Juniar 130104180020
Milena Febri Diwanti 130104180023
Vanya Azzahra 130104180026
Salma Awalia NurAzizah 130104180029

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiran-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Laporan Tutorial Kasus Patologi Pada Masa Kehamilan sebagai
tugas dari Blok Asuhan Kegawatdaruratan Pada Ibu dan Anak.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segera saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga laporan tutorial ini dapat memberikan
manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Jatinangor, 08 November 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
3.1 Latar Belakang..........................................................................................1
3.2 Target Learning Objektif...........................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
ANALISIS KASUS BERDASARKAN HASIL TUTORIAL.............................3
2.1 Kasus.........................................................................................................3
2.2 Tabel Analisis Kasus..................................................................................5
BAB III....................................................................................................................7
PEMBAHASAN.....................................................................................................7
3.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Pada Wanita..........................7
3.3 Konsep Dasar Kesehatan Reproduksi.....................................................27
3.4 Sistem hormon pada wanita usia reproduktif..........................................41
3.5 Gangguan Reproduksi.............................................................................43
3.6 Gangguan Menstruasi..............................................................................47
3.7 Deteksi Dini Kesehatan Reproduksi........................................................57
3.8 Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi (menoraghia).......................60
2.9 jjdjd

BAB IV..................................................................................................................63
SIMPULAN..........................................................................................................63
4.1 Simpulan..................................................................................................63
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................64
KONSEP MAP.....................................................................................................65
................................................................................................................................65
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gawat janin pada persalinan merupakan suatu keadaan dimana janin tidak
mendapatkan O2 yang cukup, yang jika tidak segera ditangani maka akan
menyebabkan kerusakan permanen sistem saraf pusat dan organ lain serta
kematian. Penyebab gawat janin erat hubungannya dengan gangguan
kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi
kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan.

Beberapa kondisi pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi


darah sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Gawat janin
terjadi bila janin tidak menerima cukup oksigen, sehingga mengalami
hipoksia. (Rukiyah, Ai Yeyeh dkk.2002).2

Sebelum memahami tentang asuhan kebidanan pada klien dengan kasus


gawat janin, kami harus terlebih dulu paham mengenai apa yang
melatarbelakangi terjadinya gawat janin. Oleh karena itu, dengan laporan
tutorial yang kami buat ini diharapkan kami akan semakin paham tentang
rasionalisasi asuhan yang diberikan oleh seorang bidan kepada klien dengan
kasus gawat janin.

1.2 Learning Objective (LO)

Dalam proses pembelajaran tutorial pada weektheme pertama ini, kami


mengambil beberapa topik besar yang akan dibahas pada laporan tutorial ini.
Target kami adalah untuk memahami:
1. Faktor penyebab terjadinya kegawatdaruratan kehamilan dan persalinan
2. Pengaruh riwayat persalinan yang lalu terhadap persalinan saat ini
3. Deteksi dini gawat janin
4. Tanda gejala gawat janin
5. Patofisiologi gawat janin
6. Fungsi plasenta
7. Bentuk kelainan plasenta dan dampaknya terhadap janin
8. Kewenangan bidan terhadap kegawatdaruratan janin
9. Kategori usia kehamilan (preterm, aterm, postterm)
BAB II
ANALISIS KASUS

2.1 Kasus
Seorang perempuan usia 24 tahun datang ke Praktek Mandiri Bidan bersama
suaminya untuk memeriksakan kehamilannya pada tanggal 13 Oktober 2020.
Kehamilan ini merupakan kehamilan kedua, anak pertama usia 5 tahun dengan
riwayat persalinan premature dikarenakan jatuh, ibu belum pernah keguguran. Ia
rutin memeriksakan kehamilannya dan saat ini ia belum merasakan mules padahal
sudah memasuki hari taksiran lahirnya. Gerakan janin masih dirasakan tapi
semakin
hari semakin berkurang keaktifannya, bercak darah ataupun lendir belum
dirasakan pasien. HPHT tanggal 06 Januari 2020. Bidan melakukan pemeriksaan
dan diperoleh hasil tekanan darah 110/80 mmHg, Nadi 68x/menit, Respirasi
24x/menit, Suhu 36,80 C. TFU 32 cm, Leopold I teraba bokong, Leopold II teraba
punggung dikanan ibu, Leopold III teraba kepala sudah masuk PAP, Leopold IV
4/5, DJJ 156x/menit reguler, mules (-). Bidan menjelaskan hasil pemeriksaan
kepada pasien dan suaminya. Bidan menyarankan kepada pasien untuk melakukan
USG dengan tujuan melihat fungsi plasenta dan kondisi bayi dalam
kandungannya.

2.2 Tabel Analisis Kasus


Problem Hipotesis Mekanisme More info wdk LI
1. Riwayat Ny. X -Berat badan 1. Kategori 1. faktor
persalinan usia 24 ibu? usia penyebab
prematur tahun -Pola hidup? kehamilan terjadinya
dikarenakan G2P1A0 -Pola 2. Tanda kegawatdaruratan
jatuh gravida makan? gejala kehamilan dan
2. Belum 36 -riwayat gawat janin persalinan
merasakan minggu kesehatan 3. Mekanisme 2. deteksi dini
mules dengan -bentuk gawat janin gawat janin
padahal gawat panggul? 4. Fungsi 3. patofisiologi
sudah janin - riwayat plasenta gawat janin
memasuki kehamilan 5. Kelainan 4. bentuk
taksiran dan plasenta kelainan plasenta
persalinan persalinan 6. HPL dan dampaknya
3. Gerakan yang lalu terhadap janin
janin - 5. kewenangan
berkurang antropometr bidan terhadap
keaktifanny i ibu kegawatdaruratan
a - riwayat janin
4. Bercak kesehatan 6. pengaruh
darah keluarga riwayat
maupun persalinan yang
lendir belum lalu terhadap
dirasakan persalinan saat
pasien ini
BAB III

PEMBAHASAN

2.1 Faktor Penyebab terjadinya Kegawatdaruratan Kehamilan dan


Persalinan
2.1.1 Kehamilan risiko tinggi
Kehamilan risiko tinggi merupakan kehamilan yang
memungkinkan terjadinya komplikasi pada saat kehamilan dan
persalinan dari risiko yang dimiliki ibu dibandingkan dengan
kehamilan normal. Dengan adanya kehamilan (janin) dapat
memperberat penyakit ibu sehingga berpengaruh pada kesehatan
ibu Kehamilan risiko tinggi dapat berpengaruh buruk terhadap
keadaan ibu atau sebaliknya. Faktor risiko pada ibu hamil dapat
menyebabkan risiko kemungkinan terjadinya komplikasi yang
dapat mengakibatkan kematian, kesakitan, kecacatan,
ketidaknyamanan, atau ketidakpuasan pada ibu maupun janin.
Kehamilan mempunyai risiko tinggi jika dipengaruhi oleh faktor
pemicu yang menyebabkan terjadinya komplikasi selama
kehamilan, bahkan saat persalinan berlangsung dan juga saat masa
nifas.
2.1.2 Etiologi faktor risiko
Kehamilan yang termasuk kelompok risiko obstetri
dipengaruhi oleh 5T.
2.1.3 Jenis-jenis faktor risiko
1. Kehamilan pada kelompok risiko obstetri
a. Ada Potensi Gawat Obstetri (APGO) – 7 terlalu dan 3
pernah
Ibu hamil yang memiliki faktor risiko mempunyai
peluang lebih besar mengalami risiko komplikasi. Faktor
risiko obstetri dapat diketahui sebelum terjadi kehamilan.
Skrining faktor risiko dapat dilakukan menggunakan Kartu
Skor Pudji Rochjati (KSPR). Ibu hamil yang memiliki
faktor risiko lebih berisiko 2,8 kali (hampir 3 kali lipat)
mengalami komplikasi kehamilan dibandingkan dengan ibu
hamil yang tidak memiliki faktor risiko. Ibu hamil yang
memiliki satu atau lebih faktor risiko kehamilan harus
diwaspadai terhadap kemungkinan timbulnya komplikasi
saat kehamilan terlebih saat persalinan, misalnya pada ibu
hamil pada usia <17 tahun perlu diwaspadai mengalami
persalinan premature dan perdarahan antepartum. Ibu hamil
pada usia >35 tahun atau terlalu lambat hamil lebih berisiko
terjadi pre-eklampsia, jarak kehamilan yang terlalu dekat
(<2 tahun) berisiko mengalami persalinan prematur,
pertumbuhan janin terhambat (IUGR), dan anemia.
Kondisi ibu hamil yang berisiko:
- Kurang energi kronis (KEK). Lingkar lengan atas ibu
kurang dari 23,5 cm atau penambahan berat badan ibu
<9 kg selama masa kehamilan.
- Anemia : Hemoglobin ibu <11 g/dL.
- Tinggi badan. Tinggi badan ibu <145 cm atau dengan
kelainan bentuk panggul dan tulang belakang.
- Riwayat hipertensi. Hipertensi pada kehamilan
sebelumnya atau sebelum kehamilan saat ini. hipertensi
dalam kehamilan dapat menyebabkan komplikasi gawat
janin.
- Penyakit kronis. Sedang atau pernah mengidap penyakit
kronis, antara lain tuberkolosis, kelainan jantung, ginjal,
hati, psikosis, kelainan endokrin (diabetes mellitus,
lupus eritematosus sistemik, dan lain-lain), tumor, serta
keganasan. Ibu dengan diabetes mellitus dapat
menyebabkan bayi besar.
- Riwayat keluarga. Riwayat keluarga mengidap penyakit
diabetes, hipertensi, dan riwayat cacat kongenital.
- Kelainan jumlah janin. Kehamilan ganda, janin dempet,
kelainan pada pertumbuhan dan perkembangan janin.
- Kelainan besar janin. Pertumbuhan janin terhambat,
janin besar.
- Kelainan letak dan posisi janin. Lintang/oblik, sungsang
pada usia kehamilan >32 minggu.
b. Ada Gawat Darurat Obstetri (AGDO)
Gawat darurat obstetri dapat mengancam nyawa ibu
dan bayi. Kehamilan yang mempunyai risiko ada gawat
darurat obstetric (AGDO) merupakan penyakit yang diidap
ibu saat kehamilan yang secara tidak langsung dapat
menimbulkan komplikasi pada saat persalinan dan masa
nifas. Penyakit ini disebabkan oleh faktor lingkungan, virus,
bakteri, maupun penyakit bawaan atau keturunan dan bukan
penyakit yang berhubungan dengan organ reproduksi.
Adapun penyakit yang menyertai saat kehamilan yaitu
anemia, malaria, TBC, payah jantung, diabetes mellitus,
HIV/AIDS, toksoplasmosis, pre-eklampsia ringan, gemeli
(hamil kembar), hidramnion, kehamilan serotinus, dan letak
sungsang.
Jenis dan dampak penyakit saat kehamilan,
persalinan, dan nifas:
- Anemia
Anemia dapat menurunkan daya tahan ibu
hamil, sehingga ibu mudah sakit. Selain itu
pertumbuhan janin juga terhambat sehingga janin lahir
dengan berat badan lahir rendah. Anemia juga
menyebabkan persalinan prematur. Persalinan yang
lama, kematian janin, dan perdarahan postpartum juga
dapat terjadi pada ibu yang mengidap anemia. Dampak
lain juga dapat menyebabkan terjadinya anemia berat
(Hb <6 gr%).
- Malaria
Dampak yang dapat terjadi apabila mengidap
malaria yaitu abortus, kematian janin dalam rahim
(IUFD), dan persalinan premature.
- TBC
Keguguran, bayi lahir belum cukup usia, janin
mati dalam kandungan, dan ASI dapat berkurang karena
fisik dan tenaga ibu berkurang, merupakan dampak
yang terjadi ketika ibu hamil mengidap TBC.
- Payah jantung
Apabila ibu hamil mengidap payah jantung pada
kehamilannya maka yang akan terjadi pertama adalah
payah jantung akan bertambah berat, kelahiran
prematur, BBLR, bayi dapat lahir mati, dan dapat
menyebabkan abortus.
- Diabetes mellitus
Diabetes mellitus yang dialami ibu sangat
berpengaruh pada kehamilannya, diantaranya dapat
terjadi persalinan premature, hidramnion, kelainan
bawaan, makrosomia, kematian janin dalam kandungan
setelah kehamilan minggu ke-36, kematian bayi
perinatal (bayi hidup, kemudian mati <7 hari), pre-
eklampsia, kelainan letak janin, insufisiensi plasenta,
inersia uteri dan atonia uteri, distosia bahu karena anak
besar, partus lebih sering diakhiri dengan tindakan
(termasuk section caesarea), dan lebih mudah terjadi
infeksi nifas dan sepsis, serta menghambat
penyembuhan luka jalan lahir, baik rupture perineum
maupun luka episiotomi.
- HIV/AIDS
Ibu yang mengidap HIV/AIDS akan terganggu
sistem kekebalan tubuhnya sehingga mudah terkena
infeksi, pertumbuhan janin intrauterine terhambat dan
berat lahir rendah, serta terdapat peningkatan risiko
premature. Selain itu bayi dapat tertular dalam
kandungan atau tertular melalui ASI.
- Toksoplasmosis
Toksoplasmosis dapat meyebabkan infeksi pada
kehamilan yang berdampak pada abortus, kelainan
kongenital, dan hidrosefalus.
- Pre-eklampsia ringan
Dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan
janin hingga janin mati dalam kandungan.
- Gemeli (hamil kembar)
Dampak dari kondisi gemeli ini diantaranya
keracunan kehamilan, hidramnion, anemia, persalinan
premature, kelainan letak, kesulitan persalinan, dan
perdarahan saat persalinan (solusio plasenta).
- Hidramnion
Kondisi ini dapat meracuni kehamilan, cacat
bawaan pada bayi, persalinan premature, perdarahan
postpartum, dan kelainan letak.
- Kehamilan serotinus
Jika kondisi ini terjadi maka dampaknya janin
mengecil, kulit janin mengerut, lahir dengan berat
badan rendah, dan janin dalam rahim dapat mati
mendadak.
- Letak sungsang
Bayi lahir dengan gawat napas yang berat
sehingga bayi dapat mati.
c. Gawat Darurat Obstetri (GDO)
Kehamilan dengan kelompok risiko obstetri dapat
menimbulkan penyulit atau komplikasi yang termasuk ke
dalam kondisi gawat darurat obstetri (GDO). Kondisi
tersebut dapat mengancam nyawa ibu dan bayi terutama
pada saat persalinan. Penyulit tersebut diantaranya
perdarahan antepartum (plasenta previa dan solusio
plasenta), pre-eklampsia berat, keguguran, atau abortus
(abortus insipiens, abortus imminens, abortus komplet,
abortus inkomplet, abortus habitualis, abortus provokatus,
dan missed abortion).
- Perdarahan antepartum
Jika terjadi perdarahan antepartum maka bayi
terpaksa dilahirkan sebelum cukup bulan, janin di dalam
kandungan pun dapat mati, sementara untuk ibu, ibu
yang dapat mengalami anemia berat dan syok karena
perdarahan hingga dapat meninggal.
- Pre-eklampsia berat atau eklampsia
Ibu dapat menjadi tidak sadar (koma) hingga
meninggal. Saat kehamilan, terdapat gangguan
pertumbuhan janin dan bayi lahir kecil serta bayi dapat
meninggal dalam kandungan.
- Keguguran atau abortus. Perdarahan dapat
menyebabkan syok.
2. Kehamilan pada kelompok risiko non-obstetri
Kehamilan dengan kelompok risiko non-obstetri yaitu
kehamilan yang dipengaruhi oleh faktor non-obstetri yang
secara tidak langsung dapat menimbulkan penyulit atau
komplikasi saat persalinan maupun setelah persalinan. Risiko
tinggi non-obstetri terdiri dari penyakit hepatitis B, DBD,
apendisitis akut, tumor adneksa atau kista ovarium, dan
epilepsi.
a. Hepatitis B
Hepatitis B menyebabkan terjadinya abortus
spontan dan prematuritas, kemudian hepatitis B dapat
bertambah berat pada trimester ketiga karena penambahan
beban pada hati akibat kehamilan. Perdarahan sesudah
persalinan dan setelah persalinan kadang menimbulkan
atrofi hati kuning akut yang dapat menyebabkan kematian,
dan juga kemungkinan terjadi efek kongenital pada bayi.
b. DBD
Jika ibu mengidap DBD maka dapat berdampak
pada kematian janin dalam rahim (IUFD). Jika infeksi
terjadi menjelang persalinan, maka dapat menyebabkan
transmisi vertikal dan bayi lahir dengan gejala
trombositopenia, demam, hepatomegali, dan gangguan
sirkulasi. Serta pada saat persalianan dapat terjadi
perdarahan karena adanya trombositopenia.
c. Apendisitis akut, menyebabkan abortus.
d. Tumor adneksa atau kista ovarium
Adanya tumor adneksa atau kista ovarium dapat
menyebabkan terjadinya abortus atau keguguran dan
kehamilan ektopik atau kehamilan di luar kandungan.
e. Epilepsi
Epilepsy menyebabkan ibu mengalami hipertensi
dan persalinan premature. Sementara itu pada bayi akan
mengalami BBLR, bayi dengan kelainan bawaan, dan
kematian perinatal.
2.1.4 Faktor risiko komplikasi persalinan
Komplikasi persalinan merupakan kegawatdaruratan
obstetric yang paling sering menyebabkan kematian pada ibu
melahirkan. Banyak hal yang dapat menyebabkan kematian pada
ibu melahirkan. Banyak hal yang dapat menyebabkan terjadinya
komplikasi persalinan, yaitu status kesehatan ibu yang buruk, status
kesehatan reproduksi ibu, akses ke pelayanan kesehatan, serta
perilaku kesehatan yang kurang baik dari ibu itu sendiri. Selain itu,
kejadian komplikasi persalinan juga dapat dipengaruhi oleh status
perempuan dalam keluarga dan masyarakat serta status keluarga
dalam masyarakat.1
2.2 Pengaruh riwayat persalinan sebelumnya pada masa persalinan saat
ini
Riwayat persalinan yang di alamai di masa lampau sangat
berhubungan dengan kehamilan dan proses persalinan berikutnya.
Ibu yang memiliki riwayat buruk pada persalinan sebelumnya
beresiko mengalami perdarahan postpartum pada saat bersalin
7,98% dibandingkan dengan ibu yang tidak mempunyai riwayat
persalinan yang buruk pada persalinan sebelumnya.
Jarak kehamilan adalah jarak interval waktu antara dua
kehamilan yang berurutan dari seorang wanita. Jarak kehamilan
yang pendek secara langsung akan memberikan efek pada
kesehatan wanita maupun janin yang dikandung. Wanita setelah
melahirkan membutuhkan waktu 2 sampai 3 tahun untuk
memulihkan tubuhnya dan mempersiapkan diri untuk kehamilan
dan persalinan selanjutnya. Bila jarak kehamilan terlalu dekat maka
cenderung menimbulkan kerusakan pada system reproduksi wanita
baik secara fisiologis ataupun patologis sehingga memberi
kemungkinan terjadi anemia pada ibu bahkan sampai dapat
menimbulkan kematian. 2
2.3 Deteksi Dini Gawat Janin
Deteksi dini gawat janin adalah suatu cara yang dilakukan
untuk mencegah terjadinya gawat janin dan dilakukan sejak dini.

Sebagian besar kondisi gawat janin terjadi tiba-tiba dan


tidak dapat dicegah, namun ada beberapa kondisi gawat janin yang
dapat dicegah yaitu dengan cara:

1. Memeriksakan kandungan ke tenaga kesehatan sesuai anjuran.


2. Melakukan pengawasan terhadap kondisi janin saat proses
persalinan berlangsung.
Terdapat 2 cara pengawasan kondisi janin selama proses
persalinan, yaitu:
- Secara berkala, dengan menggunakan alat doppler, stetoskop.
-Secara terus menerus, yaitu dengan CTG. CTG akan dipasang
selama proses persalinan berlangsung. Pemantauan proses
persalinan menggunakan CTG dilakukan jika janin Anda
memiliki risiko mengalami gawat janin, misalnya janin Anda
kecil, Anda menderita diabetes pada kehamilan, tekanan darah
tinggi pada kehamilan, infeksi pada ibu, penggunaan obat
anestesiepidural, penggunaan obat perangsang/induksi
persalinan (oksitosin), dan lain sebagainya.
3. Segera datang ke tenaga kesehatan jika mengalami perdarahan
dari jalan lahir, pecah ketuban, demam, dan lain sebagainya.6
2.4 Tanda Gejala Gawat Janin

Gawat janin adalah komplikasi kehamilan dan


persalinan darurat dimana bayi mengalami kekurangan oksigen
( asfiksia lahir ). Termasuk perubahan detak jantung bayi (seperti
yang terlihat pada monitor detak jantung janin ), penurunan
gerakan janin , dan mekonium dalam cairan ketuban . Ahli medis
harus segera menangani dan menangani gawat janin untuk
menghindari komplikasi serius, seperti hipoksia-iskemik
ensefalopati (HIE) , cerebral palsy (CP) , dan cedera
lahir lainnya.. Ibu hamil tidak selalu bersama dokter saat tanda-
tanda gawat janin terjadi, jadi penting untuk mengetahui tanda-
tanda bayi bermasalah berikut ini. Seringkali, satu-satunya cara
untuk menghentikan gawat janin adalah dengan melahirkan bayi,
mengizinkan dokter dan perawat untuk memberikan perawatan
medis.

Janin yang mengalami fetal distress dapat dideteksi oleh


dokter melalui pemeriksaan detak jantung janin yang lebih cepat
atau lebih lambat, serta air ketuban yang keruh melalui USG
kehamilan.

1. Gerakan janin menurun

Pergerakan janin di dalam rahim merupakan indikator


penting kesehatan bayi. Beberapa jeda gerakan yang teratur adalah
normal karena bayi tidur di dalam rahim. Namun, jika bayi menjadi
kurang aktif atau benar-benar berhenti bergerak, hal ini mungkin
menjadi perhatian. Dokter harus bertanya kepada ibu hamil tentang
pergerakan janin dan melakukan pemeriksaan tambahan jika ada
pola yang tidak normal 

2. Denyut jantung janin Abnormal

Beberapa pola detak jantung janin ada yang menunjukan


pola distress. Untuk mengamati detak jantung bayi yang belum
lahir, profesional medis dapat menggunakan perangkat pemantauan
janin eksternal atau internal. Pemantauan eksternal dilakukan
melalui alat seperti sabuk yang dapat diikat di sekitar perut ibu,
sedangkan pemantauan internal melibatkan pemasangan elektroda
ke kulit kepala bayi. Dalam persalinan yang sehat, detak jantung
bayi akan turun sedikit selama kontraksi, dan kemudian dengan
cepat kembali normal setelah kontraksi selesai.  Pola denyut
jantung janin pada monitor yang tidak meyakinkan dan
memerlukan penyelidikan lebih lanjut dan intervensi medis.

3. Kadar cairan air ketuban abnormal

Jumlah cairan ketuban dapat ditentukan dengan berbagai


metode ultrasound, Ultrasonografer memindai rahim dan
melaporkan apakah volume cairan ketuban tampak rendah, normal,
atau tinggi, berdasarkan pengalaman mereka sendiri. Jika cairan
ketuban rendah atau tidak normal, ini adalah kondisi yang
disebut oligohidramnion , yang dapat menyebabkan kekurangan
oksigen dan cedera kelahiran Cerebral Palsy (CP). Jika terdapat
volume cairan ketuban yang sangat tinggi, ini dikenal
sebagai polihidramnion . Polihidramnion juga dapat menyebabkan
kekurangan oksigen dan cedera lahir berikutnya.

4. Perdarahan pervaginam
Perdarahan vagina dalam jumlah kecil cukup umum terjadi
selama kehamilan. Namun, pendarahan bisa menjadi indikasi ada
sesuatu yang tidak beres dengan kehamilan. Salah satu contoh yang
sangat berbahaya adalah solusio plasenta , yang terjadi ketika
plasenta terlepas dari rahim. Hal ini menyebabkan bayi kekurangan
oksigen. Bergantung pada lokasi dan ukuran solusio, pada awalnya
hal ini mungkin tidak menyebabkan gawat janin, tetapi kesehatan
ibu dan bayinya masih dalam bahaya. Penting untuk dicatat bahwa
solusio plasenta dapat terjadi tanpa perdarahan vagina (perdarahan
dapat ditahan di belakang plasenta), tetapi masih dapat
menimbulkan risiko serius.7
2.5 Patofisiologi Gawat Janin
Fetal distress atau gawat janin merupakan kondisi yang
melibatkan hipoksia atau asidosis janin di dalam rahim. Hal ini
dapat menyebabkan kerusakan janin bahkan kematian jika janin
tidak dilahirkan segera. Berbagai tes digunakan untuk menentukan
jenis dan derajat kesusahan adalah uji stress neonatal (neonatal
stress test), pemantauan detak jantung janin elektronik, gerakan
janin, profil biofisik, diagnosis asidosis janin oleh sampel darah
kulit kepala janin (fetal scalp blood sample), dan CTG
(cardiotocography). 
Saat gawat janin suplai oksigen yang tidak mencukupi ke
janin, terjadi glikolisis anaerobik yang mengarah pada akumulasi
asam laktat dan asam piruvat (asidosis metabolik); karena asidosis
metabolik, ion H+ terstimulasi & menekan simpul jantung janin
yang menyebabkan denyut jantung janin tidak teratur. Pada gawat
janin kronis, aliran darah uterus yang buruk ke plasenta dalam
waktu lama yang mengakibatkan transfer aliran darah yang tidak
adekuat ke organ sistem paru & ginjal janin yang mengakibatkan
hipoksia dan asidosis janin.3
2.6 Fungsi Plasenta
Plasenta berperan dalam menentukan berat lahir bayi
melalui kontribusinya yang sangat penting bagi pertumbuhan janin
intrauterine. Dalam kehamilan, fungsi utama plasenta adalah
sebagai organ penyalur bahan-bahan makanan dan oksigen yang
diperlukan oleh janin dari darah ibu ke dalam darah janin dan juga
mengadakan mekanisme pengeluaran produkproduk ekskretoris
dari janin kembali ke ibu.4 Plasenta yang normal akan mampu
melaksanakan fungsi tersebut dalam menunjang pertumbuhan
janin. Plasenta normal pada saat aterm berbentuk seperti cakram
berwarna merah tua dengan berat sekitar 500 sampai 600 gram,
diameter 15 sampai 25 cm (± 7 inci) dan tebal sekitar 3 cm, akan
tetapi ukuran ini bervariasi tergantung bagaimana plasenta
disiapkan.4
2.7 Bentuk Kelainan Plasenta dan Dampak terhadap Janin
Plasenta normal beratnya kira-kira 500 gr - 600 gr atau 1/6 dari
berat badan janin ; diameternyarata-rata sekitar 15-25 cm dengan tebal
2-3 cm.8

1. Satu Janin dengan Multipel Plasenta


Plasenta ini terbentuk terpisah menjadi dua lobus dengan
ukuran yang sama . Tali pusat berbda diantara kedua lobus
plasenta. Pada kondisi ini disebut juga plasenta blibota atau
plasenta dupleks.Plasenta yang terdiri dari tiga lobus atau lebih
jarang ditemukan dan disebut multilobata.

Gambar Bliobate plasenta


2. Plasenta succenturiata
Plasenta ini merupakan versi kecil nya dari plasenta
bilobata. Terdapat satu atau lebih lobus tambahan yang berjauhan
dengan plasenta utama, dimana biasanya lobus ini memiliki
koneksi vaskularisasi dari janin. Lobus tambahan ini terkadang
tertahan di dalam uterus setelah kelahiran dan dapat menyebabkan
perdarahan yang serius. Pada beberapa kasus, terdapatnya juga
vasa previa dapat menyebabkan perdarahan
pada saat kelahiran yang membahayakan.
Gambar Succenturiate

3. Plasenta Membranacea
Plasenta ini tipis dan lebar dan kadang hampir menutupi
seluruh kavum uteri. Sepertinya pemberian darah sedemikian
baiknya, sehingga jonjot-jonjot chorion dalam decidua capsularis
tidak mati tapi tumbuh terus. Plasenta membranasea dapat
menimbulkan perdarahan antepartum dan memberi kesulitan pada
kala III karena plasenta yang tipis ini sukar terlepas.

4. Ring-Shaped Plasenta
Terdapat sedikit pada 1 dari 6000 kelahiran, plasenta ini
berbentuk annular dan terkadang terdapat lingkaran cincin pada
plasenta. Bentuk ini merupakan variasi dari plasenta membranasea.
Karena adanya atrofi pada bagian dari lingkaran cincin, maka
bentuk tapal kuda lebih sering ditemukan. Kelainan ini terkait
dengan kemungkinan terjadinya perdarahan antepartum dan
postpartum dan pertumbuhan janin terhambat
(Faye-Petersen and colleagues, 2006).
Gambar Ring-Shaped Plasenta

5. Plasenta Fenestrata
Pada anomali yang jarang ini, bagian tengah dari plasenta
tidak ada. Terdapat lubang pada plasenta, kelainan ini lebih sering
melibatkan hanya pada jaringan vili dan lempeng korion tetap
utuh.9

Plasenta Fenestrata

2.8 Kewenangan Bidan terhadap Kegawatdaruratan Janin


Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2017
Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan

Bagian Kedua
Kewenangan
Pasal 18
Dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan, Bidan memiliki
kewenangan untuk memberikan:
a. pelayanan kesehatan ibu;

b. pelayanan kesehatan anak; dan

c. pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga


berencana.

Pasal 19
(1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal
18 huruf a diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa
persalinan, masa nifas, masa menyusui, dan masa antara dua
kehamilan.

(2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


meliputi pelayanan:

a. konseling pada masa sebelum hamil;

b. antenatal pada kehamilan normal;

c. persalinan normal;

d. ibu nifas normal;

e. ibu menyusui; dan

f. konseling pada masa antara dua kehamilan.

(3) Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana


dimaksud pada ayat (2), Bidan berwenang melakukan:

a. episiotomi;

b. pertolongan persalinan normal;

c. penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II;

d. penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan;


e. pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil;

f. pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas;

g. fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu


ibu eksklusif;
h. pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan
postpartum;
i. penyuluhan dan konseling;

j. bimbingan pada kelompok ibu hamil; dan

k. pemberian surat keterangan kehamilan dan kelahiran.

2.9 Kategori Usia Kehamilan


1. Sangat-sangat preterm : usia kehamilan kurang dari 28 minggu
2. Sangat preterm : usia kehamilan antara 28-31 minggu
3. Preterm sedang : usia kehamilan 32-33 minggu
4. Mendekati aterm : usia kehamilan 34-36 minggu
5. Aterm : usia kehamilan 37-42 minggu
6. Postterm : usia kehamilan lebih dari 42 minggu.5

2.10 Mekanisme

Plasenta tidak berfungsi dengan baik

Berkurangnya aliran darah uterus-plasenta


dalam waktu singkat atau lama

Pasokan oksigen berkurang

DJJ abnormal Gerakan janin


berkurang

Gawat Janin
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil diskusi diatas dapat disimpulkan bahwa Gawat janin


adalah komplikasi kehamilan dan persalinan darurat dimana bayi mengalami
kekurangan oksigen (asfiksia lahir). Termasuk perubahan detak jantung
bayi (seperti yang terlihat pada monitor detak jantung janin) Penurunan gerakan
janin , dan mekonium dalam cairan ketuban. Janin yang mengalami fetal distress
dapat di ketahui melalui deteksi dini gawat janin. Deteksi dini adalah suatu cara
yang dilakukan untuk mencegah terjadinya gawat janin, dengan cara melakukan
pemeriksaan kandungan secara rutin. Jika denyut jantung janin berkurang, gerak
janin melambat atau berkurang keaktifannya, terdapat perdarahan pervaginam
yang banyak diharapkan segera mengunjungi tenaga kesehatan.

4.1 Saran

Diharapkan kami dapat mencari informasi dengan lebih baik lagi. dan diharapkan
lebih serius lagi dalam mempelajari kasus ini, serta diharapkan lebih banyak
mencari informasi dan sumber literatur dalam pembelajaran kali ini. Dan kami
menyadari makalah diatas masih memiliki banyak kekurangan
DAFTAR PUSTAKA

1. Warzukni S. Kejadian Analisa Kematian Bayi dengan Asfiksia di RSUD


dr. Fauziah di Kabupaten Bireuen Tahun 2015. 2015;
2. Yeyeh RA, et al. Asuhan Kebidanan 1. Jakarta: CV. Trans Info Media;
2010.
3. The Royal College of Obstetricians and Gynaecologist. The Management
of Nausea and Vomiting of Pregnancy and Hyperemesis Gravidarum: Green-top
Guideline No. 69. RCOG Green-top Guidel No 69. 2016;(1):1–27.

4. Rifdiani, Izfa. Pengaruh paritas, BBL, jarak kehamilan dan riwayat


perdarahan terhadap kejadian perdarahan postpartum.2017:4(3):384-95.

5. Pashte S. DIAGNOSIS AND MANAGEMENT OF FETAL DISTRESS : A


REVIEW BASED ON of Biomedical AND Pharmaceutical sciences. 2017;
(December 2016).
6. Cunningham FG dkk. Plasenta dan membran janin. Dalam: (terjemahan)
Hartono H dkk (editor). Obstetri Williams. Edisi ke-21. Vol 1. Jakarta:
EGC; 2006. hlm. 100 – 4.

7. Surya Raymond, Pudyastuti Sri. Persalinann Preterm. CDK. Vol 46. 2019.
Hal 28.

8. American Pregnancy Association. 2014. Fetal


Distress.https://americanpregnancy.org/labor-and-birth/fetal-distress-9221

9. Steele, Wanda F. What are the Signs of Fetal Distress. She Knows
Pregnancy Baby. 2007;

10.. Cunningham FG , Leveno KJ, Bloom SL, et al. Williams Obstetric, 24th
Edition. New York : McGraw-Hill, 2014

9. Garmi G , Salim R. Journal : Review Article Epidemiology, Etiology,


Diagnosis, and Management of Placenta Accreta. 2012

Anda mungkin juga menyukai