Anda di halaman 1dari 41

Intan Kekesuara Sakina

Rifqy Firmansyah
Syifa Nur Maulida
Regina Mega Ayu P.S.
Elok Yana Permatasari
Dian Rahmawati
Yusri Fauziyah
ILEUS PARALITIK + Widya Sucianty Arbe
Dwina Oktaprianggi
NEONATUS HIPERBILIRUBINEMIA Kresna Denta Elygio
Karina Nurrahma K
Trianda Kanserina

KELOMPOK 3
I. ANAMNESIS
A. KETERANGAN UMUM

Nama : Bayi Khaizar


Jenis Kelamin : Laki - laki
Tempat, Tanggal Lahir : Cimahi, 21 Juli 2019
Umur : 17 hari
Golongan Darah : O Rhesus: +
Anak Ke :2
BB dan PB Lahir : 3100 gr dan 50 cm
Alamat : Kp. Selacau batujajar
Kiriman Dari : IGD
Diagnosis : Ileus Paralitik + Neonatal Hiperbilirubin
Ayah
Nama : Udin Miharja
Umur : 30 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan / Jabatan: Buruh
Penghasilan : Rp. 1.500.000 - 2.000.000
Alamat : kp. Selacau batujajar
Ibu
Nama : Neng Rosdiani
Umur : 29 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Penghasilan : -
Alamat : kp. Selacau batujajar
Tanggal Masuk RS : 8 agustus 2019
KELUHAN UTAMA:

Perut membesar
ANAMNESIS KHUSUS
Bayi usia 17 hari datang dengan keluhan perut membesar sejak
3 hari yang lalu, keluhan perut membesar di sertai dengan
muntah berwarna kuning terang sebanyak 1 kali dengan jumlah
yg sedikit -+ 5cc
ANAMNESIS UMUM

Bayi K Laki-laki, berusia 17 hari, datang dengan keluhan


utama perut membesar. Perut membesar baru disadari oleh orang
tua pasien +-3 hari yang lalu. Keluhan perut membesar juga disertai
dengan muntah berwarna kuning terang kurang sebanyak 1 kali
dengan jumlah -+5cc. BAB normal berwarna kuning kecoklatan.
Selain keluhan perut membesar, pasien juga terlihat kuning
yang disadari oleh orang tuanya terutama pada sklera sejak bayi
berusia 3 hari.
Keluhan perut membesar tidak disertai dengan keluhan sulit
flatus, tidak ada keluhan muntah berwarna kehijauan dan bayi tidak
rewel juga tidak terdapat keluhan sulit minum ASI, buang air besar
normal 2-4 kali sehari berwarna kekuningan dan tidak cair. Orang
tua pasien mengatakan mekonium keluar -+12 jam setelah bayi
lahir.
Keluhan kuning tidak disertai dengan kejang dan penurunan
kesadaran. BAB tidak seperti dempul dan BAK tidak seperti teh
pekat. Bayi bergerak aktif, menangis kuat. Bayi mendapatkan ASI
eksklusif setiap 2 jam.
Bayi belum pernah diobati sebelumnya dan selama kuning
sejak hari ke 3 setelah lahir bayi hanya dijemur di bawah sinar
matahari oleh orang tuanya.
Pasien merupakan anak kedua dari 2 bersaudara. Pasien
dilahirkan secara spontan dengan masa gestasi 39 minggu. Dengan
HPHT 18 september 2018 dengan siklus haid tidak teratur.
Golongan darah By. Khaizar yaitu O dengan rhesus +, golongan
darah ibu O dan golongan darah ayah tidak diketahui. Tidak ada
riwayat kuning pada anak pertama. Tidak ada kelainan darah pada
ayah atau ibu.
RIWAYAT KEHAMILAN

Selama hamil berat badan ibu naik seberat 7 kg dengan


berat badan sebelum hamil yaitu 55 kg. Selama hamil ibu tidak
memiliki riwayat penyakit dan ibu tidak mengonsumsi obat obatan
maupun jamu.
HPHT pada 18 September 2018 dengan siklus haid. Selama
kehamilan ibu mengonsumsi tablet besi dan vitamin secara rutin
serta kontrol ANC 1 bulan sekali di dokter spesialis kandungan dan
bidan
RIWAYAT PERSALINAN

Bayi lahir pada tanggal 21 Juli 2019 dari seorang ibu dengan
P2A0. Bayi lahir secara spontan di bidan. Bayi langsung menangis
kuat, gerak aktif, dan alert. Berat badan lahir 3100 gram dan
panjang badan 50 cm. Riwayat kebiruan pada saat persalinan tidak
ada. Bayi mendapat ASI ekslusif. Pada saat pulang bayi belum
terlihat kuning.
RIWAYAT PERAWATAN

Pasien masuk ke ruang perawatan pada tanggal 8 Agustus


2019 pukul 00.40 WIB Berat badan saat pasien masuk ruang
perawatan adalah 3630 gram.
Pada tanggal 7 Agustus 2019 di IGD dilakukan pemeriksaan
bilirubin dengan hasil bilirubin total 12,6 mg/dl, bilirubin direk
0,59 mg/dl
ANAMNESIS TAMBAHAN

MAKANAN
Hari Ke- ASI PASI BAK BAB
-+2x
1 (HCU) Bayi di puasakan - 2-4x perhari
perjam
Asi 8 x 7,5 ml, 2x
2 (HCU) - 4-6x perhari
Refleks hisap kuat perjam
Asi 8 x 7,5 Refleks 2x
3 (HCU) - 4-6x perhari
hisap kuat perjam
PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum
Keadaan sakit : Sakit Ringan
Kesadaran : Kuantitatif: 15 (E4 V5 M6)
Kualitatif : Alert
Sesak : Tidak terdapat sesak
Sianosis : Tidak terdapat sianosis
Ikterus : Kramer 4
Edema : Tidak terdapat edema
Dehidrasi : Tidak ditemukan tanda dehidrasi
Anemi : Tidak ditemukan tanda anemia
Kejang : Tidak terdapat kejang
Letak paksa (posisi) tubuh
Tanda Vital Pengukuran
Nadi : 145 x/menit Umur : 17 hari (21 juli 2019)
RR : 45x/m BB : 3390 gr
SpO2 : 99% PB : 50 cm
Suhu : 36,8 LK : 36 cm
LP : 38 cm
PEMERIKSAAN KHUSUS

Kepala
Bentuk : Simetris Normocephal, Telinga : Bentuk sempurna
Cephal Hematom (-), Ubun-ubun besar, Mulut : Sianosis (-), Lidah basah
datar, belum menutup
bersih, mukosa basah
Muka : Ikterik (+)
Gigi : (-)
Mata : Sklera Ikterik +/+
Conjungtiva Anemis -/- Leher : Tonus otot baik
Hidung : PCH (-), Rhinorrhoea (-) Kulit : Ikterik (+)
THORAK

Thoraks
Inspeksi : Bentuk dan gerak simetris, kulit ikterik (+)
Palpasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi : VBS kanan = kiri, Ronkhi -/-, Wheezing -/-
Jantung:
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi: Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi : BJ I - BJ II murni regular
Abdomen
Inspeksi : Cembung, Ikterik (+)
Auskultasi : BU (+) sebanyak 4 kali, menurun
Palpasi : Distensi abdomen, Hepar & Lien tidak teraba
Perkusi : Timpani (+)
Genitalia Neurologi
Jenis kelamin : Laki Refleks moro : (+)
Anus Refleks hisap : (+) cukup kuat
Atresia ani : (-) Refleks rooting : Tidak dilakukan
Ektremitas : Akral hangat pemerikaan

Sianosis : (-) Refleks genggam : (+) kuat

Lipatan plantar : Tidak dilakukan


pemerikaan
Edema ; (-)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Darah rutin: (tanggal 07 agustus 2019) Nilai absolut eritrosit:


Hb: 11,6 g/dl (12,7-18,7 g/dl) MCV: 85,6 fl (84-128 fl)
Eritrosit : 3,6 106/uL (4,0- 6,0 106/uL) MCH: 32,0 pq (26-38 pq)
Leukosit : 13,5 103/uL (5-20 103/uL) MCHC: 37.4 g/dl (26-34 g/dl)
Hematokrit: 31,0 % (42-62 %) RDW: 13,6 %
Trombosit: 620 103/Ul(217-497 103/uL)
Hitung jenis: Kimia Darah
Basophil : 0.4 % (0-1 %) Gula darah sewaktu : 117 mg/dl
Eosinfil: 4,2 % (1- 4 %) Bilirubin
Neutrofil segmen: 29,2 % (50-80 %) Bilirubin Total: 12,06 mg/dl (0,1-1,2 mg/dl)
Limfosit: 55,6 % (25-50%) Bilirubin Direk: 0,59 mg/dl (<0,2 mg/dl)
Monosit: 10,6 % (4-8%)
Usulan Pemeriksaan:
a. Rontgen Abdomen 3 posisi (AP supine, semi erect, left lateral
decubitus)
b. G6PD enzyme
c. Fungsi Hepar : SGOT dan SGPT
RESUME

Bayi K Laki-laki, berusia 17 hari, datang dengan keluhan utama


perut membesar. Perut membesar baru disadari oleh orang tua pasien +-
3 hari yang lalu. Keluhan perut membesar juga disertai dengan muntah
berwarna kuning terang kurang sebanyak 1 kali dengan jumlah -+5cc.
BAB normal berwarna kuning kecoklatan.
Selain keluhan perut membesar, pasien juga terlihat kuning
terutama pada sklera sejak bayi berusia 3 hari.
Bayi belum pernah diobati sebelumnya dan selama kuning sejak
hari ke 3 setelah lahir bayi hanya dijemur di bawah sinar matahari oleh
orang tuanya.
Pasien merupakan anak kedua dari 2 bersaudara. Pasien
dilahirkan secara spontan dengan masa gestasi 39 minggu. Dengan
HPHT 18 september 2018 dengan siklus haid tidak teratur. Golongan
darah By. Khaizar yaitu O dengan rhesus +, golongan darah ibu O dan
golongan darah ayah tidak diketahui. Tidak ada riwayat kuning pada
anak pertama. Tidak ada kelainan darah pada ayah atau ibu.
PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum Thoraks


Kesadaran : Alert Inspeksi : kulit ikterik (+)
Kesan sakit : Tampak sakit ringan Abdomen
Penampilan umum : Ikterik (Kramer 5) Inspeksi : Cembung, Ikterik (+)
Kepala Auskultasi : BU (+) sebanyak 4 kali,
Muka : Ikterik (+) menurun
Mata : Sklera : Ikterik +/+ Palpasi : Distensi abdomen,
kulit : Ikterik (+) Kremer 4 Hepar & Lien tidak teraba
Perkusi: Timpani (+)
DIAGNOSIS

Ileus paralitik + Neonatus


Hiperbilirubinemia Fisiologi
PEMBAHASAN

Hambatan pasase usus dapat disebabkan oleh obstruksi


lumen usus atau oleh gangguan peristaltis. Pada bayi dan bayi
baru lahir, penyumbatan usus biasanya disebabkan oleh cacat
lahir, massa yang keras dari isi usus (mekonium) atau
ususnyaberputar (volvulus). Invaginasi merupakan penyebab
tersering dari sumbatan usus akut ada anak, dan sumbatan usus
akut ini merupakan salah satu tindakan bedah darurat yang sering
terjadi pada anak.
DEFINISI

Ileus adalah gangguan/hambatan pasase isi usus yang


merupakan tanda adanya obstruksi usus akut yang segera
membutuhkan pertolongan atau tindakan.

PARALITIK

ILEUS
OBSTRUKTIF
OBSTRUKTIF
Ileus obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah
keadaan dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke
distal atau anus karena adanya sumbatan/hambatan mekanik yang
disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus
yang menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus
yang menyebabkan nekrose segmen usus tersebut
PARALITIK
ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan dimana
usus gagal/ tidak mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk
menyalurkan isinya akibat kegagalan neurogenik atau hilangnya
peristaltik usus tanpa adanya obstruksi mekanik yang merupakan
suatu akibat dari gangguan motilitas
ANATOMI DAN FISIOLOGI SALURAN CERNA

Saluran cerna menyediakan suplai air, elektrolit dan nutrient untuk tubuh
yang membutuhkan proses-proses sebagai berikut :
1. Pergerakan makanan melalui saluran cerna
2. Sekresi cairan digestif dan proses pencernaan makanan
3. Absorpsi air,berbagai elektrolit dan produk digestif
4. Sirkulasi darah melalui saluran cerna untuk membawa substansi yang
diabsorbsi
5. Sistem pengaturan dari semua proses diatas dengan sistem lokal usus,
sistem syaraf dan sistem hormonal.
Regulator Saluran Cerna

Ada empat faktor yang menjadi regulator utama dalam


saluran cerna, yaitu (1) Fungsi pergerakan autonomus otot saluran
cerna (2) syaraf instrinsik (3) syaraf ekstrinsik dan (4) Hormon pada
saluran cerna.
ETIOLOGI

Penyebab yang paling sering dari ileus paralitik adalah


gangguan metabolik dan gangguan elektrolit. Penyebab ileus
paralitik dapat dibagi menjadi dua yaitu penyebab intra abdomen,
dan ekstra abdomen
Penyebab intraabdomen

a. Hambatan reflex : Laparotomi,Trauma abdomen,Transplantasi renal


b. Proses Inflamasi : Luka penetrasi, Peritonitis cairan empedu, Peritonitis cairan
kimia,Perdarahan intraperitoneal, Pankreatitis akut, Kolesistitis akut, Penyakit Celiac,
Inflammatory bowel disease
c. Infeksi : Peritonitis bakteri, Appendicitis, Diverticulitis, Herpes Zoster virus
d. Proses iskemik : Insufisiensi arteri, Trombosis vena, Arteritis mesenteric, Obstruksi
strangulasi
e. Trauma radiasi akut : Radiasi abdomen, Proses retroperitoneal, Batu ureteropelvik,
Pyelonefritis, Perdarahan retroperitoneal, Keganasan
f. Alterasi sel interstitial Cajal
Penyebab ekstra abdomen

a. Hambatan reflex
Kraniotomi,Fraktur iga, tulang belakang atau pelvis, Infark miokard, Coronary bypass,
Operasi bedah jantung, Pneumonia, emboli paru, Luka bakar, Gigitan laba-laba janda
hitam
b. Obat : Antikolinergik/antagonis ganglionik, Opiat, Agen kemoterapeutik, Tricyclic
antidepressants, Phenotiazines
c. Abnormalitas Metabolik : Sepsis, Diabetes mellitus, Hipotiroid, Ketidakseimbangan
elektrolit (hiperkalemia,hipokalemi,hipofosfatemia), Keracunan logam berat (merkuri)
Porfiria, Uremia, Ketoasidosis diabetic, Penyakit sistemik seperti SLE
PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI

Mekanisme ileus yang terlibat pada ileus paralitik dapat


bersifat neurogenik, miogenik atau humoral. Ketiga faktor tersebut
dapat menghambat secara berlebihan maupun kurangnya
rangsangan terhadap aktivitas otot pada usus. Sebagian besar kasus
berhubungan dengan substansi di pembuluh darah, sedangkan
mekanisme yang lain adalah mekanisme reflex dan kegagalan fungsi
otot.
Tiga sistem saraf berperan dalam mengataur motilitas
gastrointestinal yaitu sistem saraf simpatik dan parasimpatik yang
mengatur motilitas dan sistem saraf intrinsik.
Saraf parasimpatik meningkatkan motilitas dan saraf simpatik
menghambatnya.
Hipokalemi adalah salah satu gangguan elektrolit yang paling
sering pada diare akut. Hipokalemi adalah suatu keadaan di mana
konsentrasi plasma < 3,5 mmol/L sebagai akibat dari satu atau lebih
faktor berikut ini: berkurangnya intake, masuknya kalium ke dalam
sel, meningkatnya pengeluaran kalium. Hipokalemi yang lebih berat
dapat berakibat kelemahan yang progresif, hipoventilasi, dan kadang
paralisis komplit. Salah satu manifestasi klinis yang berat pada
hipokalemi adalah ileus paralitik. Hal ini dikarenakan fungsi otot
halus yang terpengaruh kurangnya kadar kalium.
Ileus paralitik menyebabkan beberapa perubahan pada
fungsi dan keadaan usus. Perubahan tersebut dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
Perubahan Flora Normal Usus
Motilitas normal pada usus dapat membersihkan lumen
usus dari nutrient dan organism sehingga pada saat terjadi
gangguan motilitas, maka akan terjadi stasis dan pertumbuhan
bakteri yang berlebihan serta malabsorbsi. Jumlah bakteri yang
berlebihan dapat menyebabkan kerusakan mukosa usus ringan
dan pembentukan gas yang berlebihan.
Perubahan Isi Lumen Usus
Volume gas dapat bertambah dan kemungkinan karena udara
yang tertelan, di mana udara ini terdiri dari nitrogen yang kurang
diabsorbsi usus sehingga mengakibatkan distensi usus dan
mengakibatkan rasa tidak nyaman pada perut. Selain itu dapat
terjadi produksi oleh fermentasi bakteri yang semakin bertambah
dengan asupan makanan.
Efek Metabolik dan Efek Sistemik
Konsekuensi sistemik yang dapat terjadi adalah
ketidakseimbangan asam basa, elektrolit dan cairan. Distensi
ekstrem juga akan menyebabkan elevasi diafragma dengan ventilasi
yang restriktif dan kejadian atelektasis.
TATA LAKSANA

Pengelolaan ileus paralitik bersifat konservatif dan suportif.


Tindakannya berupa dekompresi, menjaga keseimbangan cairan dan
elektrolit mengobati kausa dan pemberian nutrisi yang adekuat.
Dekompresi dilakukan untuk mengurangi distensi akibat gas.
Pemberian cairan , koreksi gangguan elektrolit dan nutrisi dilakukan
sesuai dengan kebutuhan.
PENATALAKSANAAN DI RUANGAN

Ileus Paralitik (Distensi Abdomen) :


a. Puasa (hari 1), ASI 7,5 cc X 8/ hr
b. OGT DekompresiIUFD KAEN 15cc/jam
Neonatus Hiperbilirubinemia :
a. BLT (Blue Light Terapi)

Anda mungkin juga menyukai