Anda di halaman 1dari 64

Case

Diare Cair Akut dengan


Dehidrasi Derajat Ringan Sedang

Dokter Pembimbing : dr. Henny K, Sp.A

Dipresentasikan oleh:
1. Lisa Mery Nathania – 11 2015 245
2. Eliana Tjahja – 11 2015 459
Identitas Pasien
Nama lengkap: An. GGR Agama : Islam

Tanggal lahir (umur) : 13 Juli 2015 (1 tahun 3 bulan) Suku bangsa : Sunda

Jenis kelamin : Laki-laki Alamat : Jl. KSU

Pendidikan : Belum sekolah Tanggal masuk RS : 15-10-2016

Identitas Orang Tua


Ayah : Tn. AP Ibu : Ny. VU

Usia : 25 tahun Usia : 20 tahun

Pendidikan terakhir : SMA Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Karyawan swasta Pekerjaan : Ibu rumah tangga


Anamnesis diperoleh dari Alloanamnesa (ibu & ayah
pasien)
Tanggal : 18 Oktober 2016 Pukul: 13.00 WIB

 Keluhan Utama : Mencret sejak 4 hari SMRS


 Keluhan Tambahan : Demam dan muntah
 4 hari SMRS saat malam hari BAB anak mendadak lembek seperti bubur
sebanyak 3 kali, tiap BAB ± ½ pampers. Tidak disertai keluhan lain,
makan minum baik.
 3 hari SMRS keluhan = hari sebelumnya, demam tidak terlalu tinggi.
 2 hari SMRS BAB anak mulai cair berwarna kuning kecoklatan, ampas +,
lendir +, darah -, berbau busuk. Anak BAB 5 x dalam satu hari, tiap BAB
± ¼ - ½ gelas aqua. Demam hilang timbul.
 1 hari SMRS BAB cair > 5 x, anak rewel, muntah sebanyak 1 kali setelah
minum ASI.
 Pagi hari SMRS, demam turun tapi masih BAB cair. Anak rewel,
muntah tiap diberikan ASI/makanan. Malas makan namun tampak
haus ingin menyusu terus, jarang BAK, dan saat anak menangis
kencang air mata yang keluar hanya sedikit.
 Ibu membawa anak berobat ke puskesmas dan ketika ditimbang ibu
mengatakan ada penurunan berat badan. Keluhan tidak disertai
kejang, penurunan kesadaran, atau sesak.
 Ibu tidak memberikan anak makanan yang berbeda dari biasanya  ASI &
nasi lembek.
 Anak ada memakan permen coklat yang sempat jatuh di lantai dan akan
disapu oleh ibu.
 Untuk makanan sehari-hari anak dimasak sendiri oleh ibu hingga matang,
disimpan di wadah yang dicuci bersih namun wadah makanan tidak pernah
ditutup.
 Sumber air dirumah = air PAM, untuk memasak ibu menggunakan air PAM
yang ditampung dan diendapkan di dalam tong air yang ditutup.
 Sumber air minum = air galon Aqua.
 Anak  kebiasaan BAB di lantai kamar mandi sambil berdiri 
dibersihkan oleh ibu yang mengambil tinja langsung dengan tangan yang
dilapisi kantong plastik.
 Tiap selesai mencebok & membersihkan tinja anak, ibu biasanya mencuci
tangan dengan air tanpa sabun.
 Teman sepermainan anak juga ada yang masuk rumah sakit akibat
mencret.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Anak tidak pernah dirawat dan tidak pernah mengalami hal
serupa sebelumnya.

 Riwayat Penyakit Keluarga


Anak tinggal bersama kedua orang tuanya. Menurut
keterangan ibu, di rumah tidak ada yang sedang muntaber
maupun panas tinggi.
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
 Kehamilan
Perawatan antenatal : Bidan
Penyakit kehamilan : Tidak ada

 Kelahiran
Keadaan bayi: Berat badan lahir: 3200 gram
Panjang badan lahir: 51 cm
Lingkar kepala: 33 cm
Saat lahir bayi langsung menangis, bergerak aktif, bayi
kemerahan.
Kelainan bawaan: tidak ada
Tempat kelahiran : Klinik bidan
Penolong persalinan : Bidan
Cara persalinan : Normal
Masa getasi : 38 minggu
Riwayat Tumbuh Kembang
(Developmental history)

 Miring : 4 bulan
 Tengkurap : 4 bulan
 Duduk : 6 bulan
 Pertumbuhan gigi pertama : 6 bulan
 Berdiri dan berjalan : 11 bulan
 Bicara : Anak mulai bisa bicara
umur 10 bulan kata “mama”, “papa”

Kesimpulan : Riwayat tumbuh kembang sesuai dengan usia anak


Riwayat Imunisasi
VAKSIN Dasar (umur dalam bulan)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 15

BCG +

DPT + + +

Polio + + + +

Campak +

Hepatitis B + + +

Imunisasi dilakukan di bidan


Kesan: Imunisasi dasar wajib lengkap, imunisasi dasar tambahan
tidak dilakukan.
Pemeriksaan Fisik
Dilakukan tanggal: 18-10-2016 Pukul: 13.10 WIB

Pemeriksaan Umum
 Kesadaran : Compos mentis
 Keadaan umum : Tampak aktif

Tanda - tanda vital


 Frekuensi nadi : 120 kali/menit
 Frekuensi nafas : 24 kali/menit
 Suhu tubuh : 36,7 0C
Data Antropometri
Seorang anak laki – laki berusia 1 tahun 3 bulan dengan
Berat badan : 8,3 kg Lingkar lengan : 13 cm
Tinggi badan : 78 cm Lingkar dada : 45,5 cm
Lingkar kepala : 46,5 cm

Status gizi anak berdasarkan Z-score WHO-NCHS:


Weight for Age (WHO)
(8,3-10.3) : (10.3-9,2) = -2 : 1,1 = -1,8 SD
-2 SD < -1,8 SD < +2 SD = Gizi baik
Length for age (WHO)
(78-79,1) : (79,1-76,6) = -1,1 : 2,5 = -0,44 SD
-2 SD < -0,44 SD < +2 SD = Normal
Weight for length (WHO)
(8,3-10,1) : (10,1-9,3)= -1,8 : 0,8 = - 2,25 SD
-3 SD < -2,25 SD < -2 SD = Kurus
Kesan : Kurus, dimana berat badan dan tinggi badan anak sesuai dengan usia anak,
namun berat badan tidak sesuai dengan tinggi badan anak.
Pemeriksaan Sistematis
Kepala
 Bentuk dan ukuran: normocephali, deformitas (-)
 Rambut & kulit kepala : rambut warna hitam, kulit kepala lembab
UUB datar, belum menutup
 Mata : mata cekung -/-, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-,
konjungtiva hiperemis -/-, pupil isokor, diameter 2mm/2mm
 Telinga : normotia, sekret -/-, serumen +/+
 Hidung : normosepta, deformitas (-), sekret -/-, mimisan -/-, pernafasan
cuping hidung -/-
 Bibir : lembab, warna kemerahan
 Mulut :
Lidah : lidah kotor (-)
Tonsil : T1-T1 tenang
Faring : mukosa tenang, hiperemis (-)

Leher
 Trakea lurus di tengah, KGB tidak teraba membesar
Thorax
 Inspeksi : tampak simetris dalam keadaan statis maupun dinamis, retraksi sela iga
(-). Pulsasi ictus cordis tidak terlihat.
 Palpasi : sela iga normal, tidak melebar maupun mengecil,tidak teraba massa,
teraba ictus cordis pada 1 cm sebelah medial linea midklavikula sinistra ICS V.
 Perkusi
Paru-paru : Sonor di seluruh lapang paru, batas paru hati normal.
Jantung : Perkusi pekak
 Auskultasi
Paru-paru : Suara nafas vesikuler, wheezing -/-, ronkhi basah halus -/-
Jantung : BJ I-II murni reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
 Inspeksi : buncit tapi tidak tegang
 Palpasi : supel, turgor kulit kembali segera
 Hepar : tidak teraba
 Lien : tidak teraba
 Perkusi : timpani
 Auskultasi : bising usus positif hiperperistaltik (10 kali/menit)

Genitalia : labia mayor, labia minor, vulva tidak tampak kelainan, lesi (-)
Anus : perianal rash (+)
Kulit : tidak ikterik, turgor kulit baik
Pemeriksaan Penunjang
Hasil laboratorium saat di UGD tanggal 15 Oktober 2016 pukul 20.06

Hasil
Parameter Satuan Nilai Rujukan
Pemeriksaan
H2TL
Hemoglobin 11,5 g% 14 - 18
Leukosit 12.100 mm3 5000 - 10.000
Hematokrit 34 % 42 - 52
Trombosit 523.000 mm3 150.000 - 400.000
KIMIA DARAH
Glukosa Sewaktu 59 mg/dl 60 - 100
Elektrolit
Kalium 3,5 mmol/L 3,5 - 5,3
Natrium 143 mmol/L 135 - 153
Klorida 118 mmol/L 98 - 110
Hasil laboratorium Feses Lengkap tanggal 16 Oktober 2016 pukul 10.45
Parameter Hasil Pemeriksaan Satuan Nilai Rujukan

MAKROSKOPIK
Warna Kuning
Konsistensi Lunak
Darah - Negatif
Lendir + Negatif
MIKROSKOPIK
Eritrosit 3-6 / LPB 0–2
Leukosit 4–8 / LPB 0–2
Telur cacing -
Kristal -
Amuba -
Pencernaan:
Amylum -
Asam urat -
Lemak +
Sisa tumbuhan -
Sisa daging -
Bakteri + Negatif
Jamur + Negatif
Ca Oksalat -
Benzidine test - Negatif
RESUME
Seorang anak laki – laki usia 1 tahun 3 bulan datang dengan keluhan BAB cair sejak
4 hari SMRS. BAB cair berwarna kuning kecoklatan, ada ampas & lendir, tidak
ada darah, berbau busuk. Anak BAB 5-10x per hari dan tiap BAB ± ½ - ¼ gelas
aqua. Anak demam hilang timbul.
Pagi hari SMRS, demam turun, masih BAB cair. Anak rewel dan muntah tiap diberikan
ASI/makanan, malas makan, tampak haus ingin menyusu terus, anak jadi jarang BAK,
dan saat anak menangis kencang air mata yang keluar hanya sedikit. Ibu
membawa anak berobat ke puskesmas dan ketika ditimbang ibu mengatakan ada
penurunan berat badan. Sebelum keluhan BAB cair muncul ibu tidak memberikan
anak makanan yang berbeda dari biasanya yaitu namun ibu mengatakan anak ada
memakan yang jatuh di lantai dan akan disapu oleh ibu. Sumber air dirumah termasuk
untuk memasak adalah air PAM. Sedangkan sumber air minum adalah air galon Aqua.
Cara ibu membuang tinja anak juga tidak benar dan ibu kurang peduli terhadap PHBS.
Pada PF, kesadaran CM & anak tampak aktif. Nadi 120x/menit, nafas 24 x/menit & suhu
tubuh 36,70C. Mata anak sudah tidak cekung, ubun—ubun besar datar, status
generalis dbn Status gizi anak menurut Z score WHO-NCHS kesan gizi anak kurus,
dimana BB & TB anak sesuai usia anak, namun BB tidak sesuai dengan TB. Auskultasi
abdomen hiperperistaltik dengan peristaltik 10x/menit. Perianal & sekitar bokong
juga tampak kemerahan. Pada PP darah rutin didapatkan leukositosis. Pemeriksaan
feses lengkap secara makroskopis didapatkan lendir (+) sedangkan pemeriksaan
mikroskopik pada feses terdapat eritrosit, leukosit, lemak, bakteri, dan jamur.
DIAGNOSIS BANDING
 Diare cair akut ec bakteri dengan dehidrasi ringan sedang
 Diare cair akut ec virus dengan dehidrasi ringan sedang

DIAGNOSIS KERJA
Diare cair akut ec bakteri dengan dehidrasi ringan sedang

ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


 Kultur tinja dan uji sensitivitas
PENATALAKSANAAN
PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa
 Pantau tanda – tanda dehidrasi, lakukan pencatatan jumlah
larutan yang diminum dan berapa kali anak BAB.
 Terapi gizi dengan mengganti sementara susu anak dengan
susu rendah laktosa (LLM).

Medika mentosa
 IVFD RL 24 tpm selama 4 jam = 288 cc  KAEN1B 10 tpm
 Fuzide syrup 3 x ½ cth
 Injeksi ondansentron 3x 0,75mg IV
 Opixime syrup 2 x ½ cth
EDUKASI
1. Memberitahu ibu cara membuat (1 bungkus oralit untuk 1 gelas air aqua kurang lebih
200 ml) dan memberikan oralit saat anak diare.
2. Tetap memberikan cairan rumah tangga untuk rehidrasi oral kepada anak selama diare
seperti air matang, teh, air tajin, kuah sayur, atau sirup.
3. Pemberian zinc harus dilanjutkan hingga 10 hari walaupun diare anak telah berhenti.
4. Memberi ASI kepada anak paling tidak sampai usia anak 2 tahun.
5. Mencuci botol susu anak dengan disterilisasi
6. Jangan berhenti memberi makan anak saat anak sedang diare. Berikan makanan dengan
pola makan rendah serat dengan pemberian porsi kecil tapi sering paling tidak 6 kali per
hari dan memastikan pemasukan makanan pada anak selama proses penyembuhan cukup
untuk mengoreksi kurang gizi.
7. Menyarankan kepada ibu untuk tidak menggunakan air PAM yang diendapkan untuk
memasak makanan. Gunakan sumber air matang dan bersih.
8. Membudayakan kebiasaan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sehabis BAB atau
sehabis menyeboki anak, sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak.
9. Penggunaan jamban yang bersih oleh seluruh anggota keluarga dan menghentikan
kebiasaan anak BAB di lantai jamban, serta membuang tinja anak dengan benar.
10. Memberikan informasi kapan ibu harus kembali membawa anak segera ke dokter, yaitu
jika demam, tinja berdarah, diare berulang dan frekuensi diare semakin sering, makan
minum hanya sedikit, sangat haus, dan belum membaik dalam 3 hari.
PROGNOSIS
 PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad functionam : ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
FOLLOW UP
Tanggal 15 Oktober 2016 pukul 19.30 (UGD)

S : Ibu mengatakan anak mencret sejak 4 hari SMRS >10 kali, dan hari ini mencret 2x. Muntah
sejak 1 hari SMRS ± 3 kali, demam sejak 3 hari SMRS hilang timbul. Saat ini sudah tidak demam.
Batuk pilek (-)

O : KU: tampak sakit sedang


Kesadaran : CM
HR : 115x/menit
RR : 30x/menit
Suhu : 36,7oC
BB : 8.2 kg
Mata : CA -/- , SI -/-, mata cekung (+)
Cor : BJ 1=BJ 2 , murni, regular, mur-mur (-), gallop (-)
Paru-paru :Suara nafas vesikuler, wheezing -/-, ronkhi-/-
Abdomen : BU (+) , hiperperistaltik
Extremitas : akral hangat

A : GEADRS
P : IVFD RL 24 tpm selama 4 jam (jam 21.00 s/d 01.00) = 288 cc  KAEN1B 10 tpm
Fuzide syrup 3 x ½ cth
Injeksi ondansentron 3x 0,75mg IV
Tanggal 16 Oktober 2016

S : Mencret > 10 x, tinja cair dengan ampas sedikit, warna kuning kecoklatan, darah (-), lendir (+).
Setiap mencret ± ¼ gelas aqua & berbau busuk. Tidak ada muntah, minum + kuat, makan
baik, BAK lancar.

O : KU: tampak sakit sedang


Kesadaran : CM
HR : 120x/menit
RR : 28x/menit
Suhu : 37,1oC
Mata : CA -/- , SI -/-, mata cekung (+)
Cor : BJ 1=BJ 2 , murni, regular, mur-mur (-), gallop (-)
Paru-paru :Suara nafas vesikuler, wheezing -/-, ronkhi-/-
Abdomen : BU (+) , hiperperistaltik
Extremitas : akral hangat

A : GEADRS

P : - IVFD KAEN 1B 10 tpm


Fuzide syrup 3 x ½ cth
Injeksi ondansentron 3x 0,75mg IV
Opixime syrup 2 x ½ cth
Ekstra oralit 100 cc
Periksa feses lengkap (Hasil Terlampir)
Tanggal 17 oktober 2016

S : Mencret >10 x, tinja cair ampas (+) sedikit, warna kuning kecoklatan, darah (-) , lendir (+). Tiap
mencret ± ¼ gelas aqua dan berbau busuk, asam. Ibu mengatakan bokong anak tampak
ledes & anak menangis tiap diganti popok. Muntah (-), minum (+) kuat, makan baik, BAK
lancar.

O : KU: tampak sakit sedang


Kesadaran : CM
TD : 90/60 mmHg RR : 24x/menit
HR : 112x/menit Suhu : 36,7oC
Mata : CA -/- , SI -/-, mata cekung +
Cor : BJ 1=BJ 2 , murni, regular, mur-mur (-), gallop (-)
Paru-paru :Suara nafas vesikuler, wheezing -/-, ronkhi-/-
Abdomen : BU (+) , hiperperistaltik
Perianal rash (+)
Extremitas : akral hangat

A : GEADRS

P : - IVFD RL 24 tpm selama 4 jam (jam 09.00 s/d 13.00) = 288 cc  KAEN1B 10 tpm
- Fuzide syrup 3 x ½ cth - Opixime syrup 2 x ½ cth
- Injeksi ondansentron 3x 0,75mg IV - Ganti susu LLM
Tanggal 18 oktober 2016

S : Mencret masih >10 x walaupun susu telah diganti, ampas (+), warna kuning kecoklatan, darah (-) ,
lendir (+). Setiap mencret ± ¼ gelas aqua dan berbau busuk & asam. Bokong masih merah. Muntah (-),
minum (+) kuat, makan baik, BAK lancar. Selain susu LLM anak juga mengonsumsi bubur susu
serelac sebagai makanan pendamping. Ibu mengatakan ibu mencuci botol susu bayi hanya
dengan dibilas air panas selama dirawat di RS.

O : KU: tampak sakit sedang


Kesadaran : CM
TD : 90/50 mmHg HR : 102x/menit
RR : 26x/menit Suhu : 36,6oC
Mata : CA -/- , SI -/-, mata cekung -
Cor : BJ 1=BJ 2 , murni, regular, mur-mur (-), gallop (-)
Paru-paru :Suara nafas vesikuler, wheezing -/-, ronkhi-/-
Abdomen : BU (+) , hiperperistaltik
Perianal rash (+)
Extremitas : akral hangat

A : GEADRS

P : - IVFD KAEN1B 10 tpm Lanjutkan susu LLM


Fuzide syrup 3 x ½ cth Hentikan pemberian bubur susu serelac
Injeksi ondansentron 3x 0,75mg IV Opixime syrup 2 x ½ cth
Tanggal 19 oktober 2016

S : Mencret 1 kali cair ada ampas, warna kuning kecoklatan, tidak ada darah, tidak ada lendir.
Mencret kurang dari ¼ gelas aqua. Bokong masih kemerahan. Tidak ada muntah, minum + kuat,
makan baik, BAK lancar. Ibu mengatakan sudah menghentikan pemberian bubur susu dan
memberikan botol kepada perawat untuk disterilisasi setelah dicuci dengan sabun dan air
mengalir.

O : KU: tampak sakit sedang


Kesadaran : CM
TD : 90/60 mmHg RR : 32x/menit
HR : 100x/menit Suhu : 36,9oC
Mata : CA -/- , SI -/-, mata cekung –
Cor : BJ 1=BJ 2 , murni, regular, mur-mur (-), gallop (-)
Paru-paru :Suara nafas vesikuler, wheezing -/-, ronkhi-/-
Perianal rash (+)
Extremitas : akral hangat

A : GEADRS

P : - IVFD KAEN1B 10 tpm Injeksi ondansentron 3x 0,75mg IV


Fuzide syrup 3 x ½ cth Opixime syrup 2 x ½ cth
Susu LLM BLPL (pukul 14.00)
ANALISA KASUS
Anak laki-laki usia 1 tahun 3 bulan dengan BB 8.3 kg, masuk dari UGD dengan
diagnosa GEADRS  dari anamnesis didapatkan keluhan utama anak BAB
cair sejak empat hari SMRS sebanyak 5-10 kali dalam satu hari.

 Menurut IDAI 2010, diare akut  BAB pada bayi / anak > 3x/hari,
disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan/tanpa lendir &
darah yang berlangsung < 1 minggu  bayi yang minum ASI

 Menurut WHO, diare cair akut  BAB > 3x sehari yang berlangsung
<14 hari

 Menurut Nelson diare  volume BAB cair yang sangat banyak dalam
sehari (>10 ml feses / kgBB / hari)
Pasien juga mengalami keluhan penyerta  demam yang hilang
timbul sejak 3 hari SMRS, muntah sejak 1 hari SMRS ± sebanyak
3x.

Menurut IDAI 2010  Infeksi usus dapat menimbulkan:

1. Tanda & gejala gastrointestinal berupa diare, nyeri perut. Mual &
muntah sebagai gejala non spesifik akan tetapi muntah mungkin
disebabkan oleh karena organisme yang menginfeksi saluran cerna
bagian atas seperti virus / bakteri yang memproduksi enterotoksin.

2. Manifestasi sistemik bervariasi tergantung penyebabnya  demam /


akibat dehidrasi.
Derajat dehidrasi pada diare
menurut IDAI :
Derajat dehidrasi pada diare menurut
MMWR-CDC WHO 2003 :
Pagi hari SMRS demam anak sudah turun namun keluhan
BAB cair tidak membaik, anak rewel dan mulai muntah
setiap diberikan ASI atau makanan. Anak menjadi malas
makan namun tampak haus ingin menyusu terus, anak
jadi jarang BAK, dan saat anak menangis kencang air
mata yang keluar hanya sedikit. Ketika ditimbang ibu
mengatakan ada penurunan berat badan. Pada PF
didapatkan mata anak cekung.

Pada pasien anak ini didapatkan tanda dan


gejala yang sesuai dengan Kriteria
penentuan derajat dehidrasi ringan sedang
menurut MMWR WHO 2003 & IDAI.
Etiologi
 Menurut IDAI 2010, Di negara berkembang patogen penyebab
Diare pada
penting diare akut pasien anak yaitu
pada anak ini feses menjadi
Rotavirus, cair
Escherichia coli
berwarna
enterotoksigenik, kuning
Shigella kecoklatan,
dengan disertai penyebab
Rotavirus menjadi
terseringampas dan lendir, namun tidak ada darah.
diare. Sifat tinja yang timbul berbeda-beda sesuai dengan
patogen penyebab.

Diagnosa Bentuk klinis diare


Virus Feses tidak mengandung lendir
maupun darah,
Disentri Diare berdarah (terlihat atau
dilaporkan)
Kolera Diare berupa air cucian beras
yang sering, banyak, dan cepat
menimbulkan dehidrasi berat
Pemeriksaan penunjang feses
Diare pada lengkap:
Pada pemeriksaaan pasien anak ini
darah rutin  kemungkinan
leukositosis -Makroskopik  lendir (+)
disebabkan
oleh bakteri -Mikroskopik  eritrosit 3-6/
LPB, leukosit 4-8/LPB, bakteri
(+), jamur (+), lemak (+)

Menurut IDAI 2010 ditemukannya eritrosit / leukosit pada pemeriksaan mikroskopik feses 
mendukung infeksi bakteri invasif seperti shigellosis  Kultur tinja dan uji sensitivitas disarankan
agar bakteri patogen dapat dideteksi dan sensitivitas antibiotik dapat ditentukan

Menurut Nelson jika hasil pemeriksaan tinja negatif untuk darah maupun leukosit dan tidak ada
riwayat makan makanan yang terkontaminasi, penyebab paling mungkin adalah virus.
Penatalaksanaan Menurut WHO pemberian
obat untuk menghilangkan
gejala simptomatis dan
Di mengurangi
UGD danfrekuensi
Bangsaldiare
TIDAK
 IVFD RLdianjurkan karena 4 jam
24 tpm selama
Rekomendasi IDAI untuk terapi = dapat menambah
288 cc kemudian parah
diare dengan dehidrasi ringan penyakitdengan
dilanjutkan yang adaIVFD
sedang: KAEN1B 10 tpm,
 Pemberian oralit 75ml/kgBB  Fuzide syrup (nifuroxazide) 3
selama 3 jam pertama = 75 ml x x ½ cth,
8.3 kg = 622.5 ml oralit 
 injeksi ondansentron 3x
kemudian evaluasi keadaan anak.
0,75mg IV.
 Berikan zinc 20 mg dosis tunggal
 Opixime (cefixime) syrup 2 x
per hari selama 10 hari,
½ cth,  setelah pemeriksaan
 Kotrimoksazol syrup 2 x 1 cth feses lengkap
selama 5 hari (sesuai indikasi)
Penatalaksaan diare akut sebaiknya didasarkan pada panduan WHO
didukung oleh IDAI yang menetapkan strategi 5 pilar penatalaksanaan
diare bagi semua kasus diare pada anak baik yang dirawat
dirumah ataupun di rumah sakit yang dikenal dengan program
“LINTAS DIARE”
Pada hari ketiga dirawat  susu pasien diganti dengan susu LLM karena
adanya tanda intoleransi laktosa pada anak, yaitu ibu mengeluhkan bokong anak
yang tampak ledes dan kemerahan serta menangis setiap diganti popoknya.
-Hari berikutnya setelah diganti susu, keluhan anak tidak
membaik dan mencret tetap > 10 kali per hari

 -Dilakukan
Menurut IDAIanamnesis
2010 lebihanaklanjut,
yangdiketahui
menderitabahwa anak
diare akut dapat
masih mengonsumsi
memperlihatkan bubur
tanda-tanda susu serelac
intoleransi sebagai
terhadap susu formula
makanan
terutama pendamping
kandungan ASI. Ibu
disakarida dalam susu.juga hanya
mencuci botol susu dengan dibilas air panas
 Berdasarkan IDAI 2010  manifestasi klinik intoleransi laktosa
adalah ↑ volume tinja secara nyata bila diberikan susu sapi / susu
-Disarankan untuk berhenti memberikan bubur susu
formula  Sehingga pemberian ASI harus diteruskan namun ganti
tersebut serta mencuci botol susu dengan sterilisasi 
susu formula  LLM/FL  Susu tetap diganti hingga 2 hari setelah
keluhan anak membaik & frekuensi mencret berkurang.
diare berhenti kemudian coba kembali dengan susu formula secara
bertahap selama 2-3 hari.
 Menurut keterangan ibu, sebelum keluhan muncul ibu
tidak memberikan anak makanan yang berbeda dari
biasanya yaitu ASI & nasi lembek.
 Namun ibu mengatakan anak ada memakan permen
coklat yang jatuh di lantai dan akan disapu oleh ibu.
Riwayat kebiasaan  faktor resiko
 Untuk makanan sehari-hari anak dimasak sendiri oleh ibu hingga
matang, disimpan di wadah yang dicuci bersih namun wadah
makanan tidak pernah ditutup.
 Sumber air dirumah adalah air PAM dan digunakan untuk memasak
yang ditampung dan diendapkan di dalam tong air yang ditutup.
 Sumber air minum adalah air galon Aqua.
 Anak memiliki kebiasaan BAB di lantai kamar mandi sambil
berdiri  dibersihkan oleh ibu yang mengambil tinja langsung dengan
tangan yang dilapisi kantong plastik.
 Setiap selesai mencebok dan membersihkan tinja anak, ibu biasa
mencuci tangan dengan air tanpa sabun.
 Teman sepermainan anak juga ada yang masuk rumah sakit akibat
mencret.
Cara penularan diare menurut IDAI 2010 pada umumnya melalui cara fekal
oral atau kontak langsung dengan penderita atau barang yang
telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat
(melalui 4F = finger, flies, fluid, field)

FAKTOR RESIKO MENURUT IDAI:

1. Umur  2 tahun pertama (usia 6-11) bulan saat anak mulai mendapat
makanan pendamping ASI.

2. Imunodefisiensi  misalnya sesudah infeksi virus seperti campak. Diare


lebih sering terjadi atau berakibat berat pada anak dengan campak atau
yang menderita campak dalam 4 minggu terakhir karena terjadi penurunan
kekebalan tubuh.
3. Anak tidak mendapatkan ASI ekslusif selama 4-6 bulan
pertama.

4. Penyediaan air bersih tidak memadai dan pencemaran air


Berdasarkan informasi yang didapatkan
oleh tinja.
dari ibu pasien tersebut, baik ibu pasien
5. dan sarana
Kurangnya pasienkebersihan
sendiri memenuhi faktor
(MCK), dan tidak membuang
tinja anakrisiko
denganperilaku
benar. dan pejamu yang
meningkatkan kerentanan terhadap diare.
6. Kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, termasuk
kebiasaan mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah
membuang tinja, atau sebelum menyiapkan makanan.

7. Penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis


Upaya pemutusan rantai
penularan fekal-oral Upaya memperbaiki daya tahan
 Pemberian ASI yang benar, tubuh
 Memperbaiki penyiapan dan
penyimpanan makanan pendamping
 Memberi ASI paling tidak sampai
ASI, usia 2 tahun,
 Penggunaan air bersih yang cukup,  Meningkatkan nilai gizi makanan
 Membudayakan kebiasaan mencuci pendamping ASI dan memberi
tangan dengan sabun dan air mengalir makan dalam jumlah yang cukup
sehabis BAB dan sebelum makan, untuk memperbaiki status gizi
 Penggunaan jamban yang bersih dan anak,
higienis oleh seluruh anggoa keluarga,  Imunisasi campak.
 Membuang tinja anak secara benar,
 mencuci botol susu dengan teknik
sterilisasi

Pencegahan menurut IDAI


EDUKASI KEPADA PASIEN
1. Memberitahu ibu cara membuat (1 bungkus oralit untuk 1 gelas air aqua kurang lebih
200 ml) dan memberikan oralit saat anak diare.
2. Tetap memberikan cairan rumah tangga untuk rehidrasi oral kepada anak selama diare
seperti air matang, teh, air tajin, kuah sayur, atau sirup.
3. Pemberian zinc harus dilanjutkan hingga 10 hari walaupun diare anak telah berhenti.
4. Memberi ASI kepada anak paling tidak sampai usia anak 2 tahun.
5. Mencuci botol susu anak dengan disterilisasi
6. Jangan berhenti memberi makan anak saat anak sedang diare. Berikan makanan dengan
pola makan rendah serat dengan pemberian porsi kecil tapi sering paling tidak 6 kali per
hari dan memastikan pemasukan makanan pada anak selama proses penyembuhan cukup
untuk mengoreksi kurang gizi.
7. Menyarankan kepada ibu untuk tidak menggunakan air PAM yang diendapkan untuk
memasak makanan. Gunakan sumber air matang dan bersih.
8. Membudayakan kebiasaan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sehabis BAB atau
sehabis menyeboki anak, sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak.
9. Penggunaan jamban yang bersih oleh seluruh anggota keluarga dan menghentikan
kebiasaan anak BAB di lantai jamban, serta membuang tinja anak dengan benar.
10. Memberikan informasi kapan ibu harus kembali membawa anak segera ke dokter, yaitu
jika demam, tinja berdarah, diare berulang dan frekuensi diare semakin sering, makan
minum hanya sedikit, sangat haus, dan belum membaik dalam 3 hari.
Kriteria pulang
 Menurut IDAI, setelah dilakukan evaluasi dan status
hidrasi membaik  pengobatan selanjutnya yang sesuai
yaitu pengobatan diare tanpa dehidrasi.  dapat
dipulangkan dan dirawat dirumah dengan memberikan 6
bungkus oralit.
 Terapi oralit diare tanpa dehidrasi  anak usia < 1
tahun = 50-100 ml/x mencret/muntah & anak > 1 tahun
200 ml/x mencret/muntah.
 Anak mau makan & minum
Prognosis
 Prognosis ad vitam = ad bonam
◦ Anak pulang dengan kondisi tanda-tanda vital dalam batas normal.

 Prognosis ad functionam = ad bonam


◦ Saat anak pulang terlihat aktivitas anak sehari-hari tidak terganggu.

 Prognosis ad sanationam = dubia ad bonam


◦ Jika ibu pasien tidak menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat,
maka tidak menutup kemungkinan anak bisa kembali mengalami
diare.
Daftar Pustaka
 IDAI. Buku ajar gastroenterologi-hepatologi. Jilid I. Jakarta: UKK-
Gastroenterologi-Hepatologi IDAI. 2010. h. 87-118.

 WHO. Pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. 2009. h. 131-53.

 Nelson: ilmu kesehatan anak esensial. Edisi ke-6. Jakarta: EGC. 2014.
456-60.
Data Antropometri (Kontrol poli tanggal 21-10-2016)
Seorang anak laki – laki berusia 1 tahun 3 bulan dengan
Berat badan : 8,6 kg (kontrol poli) Lingkar lengan : 13 cm
Tinggi badan : 78 cm Lingkar dada : 45,5 cm
Lingkar kepala : 46,5 cm

Status gizi anak berdasarkan Z-score WHO-NCHS:


Weight for Age (WHO)
(8,6-10.3) : (10.3-9,2) = -1,7 : 1,1 = -1,5 SD
-2 SD < -1,5 SD < +2 SD = Gizi baik
Length for age (WHO)
(78-79,1) : (79,1-76,6) = -1,1 : 2,5 = -0,44 SD
-2 SD < -0,44 SD < +2 SD = Normal
Weight for length (WHO)
(8,6-10,1) : (10,1-9,3)= -1,5 : 0,8 = - 1,87 SD
-2 SD < -1,87 SD < +2 SD = Normal
Kesan : Normal, dimana berat badan dan tinggi badan anak sesuai dengan usia anak, berat badan
sesuai dengan tinggi badan anak.
Terapi Diare dengan Dehidrasi Berat
menurut IDAI
Anak 1 tahun 3 bulan dengan BB 8,3kg
Rehidrasi parenteral dengan RL dosis 100ml/kgBB dalam 3 jam, yang
terbagi atas:
- 30ml/kgBB dalam ½ jam pertama
- 70ml/kgBB dalam 2½ jam berikutnya

- 30ml x 8,3 kg = 249 ml dalam ½ jam pertama


- 70ml x 8,3 kg = 581 ml dalam 2½ jam berikutnya

Tetap diberi oralit (± 5 ml/kgBB/jam) selama pemberian cairan IV


dalam 1-2 jam

Anda mungkin juga menyukai