Anda di halaman 1dari 35

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

FAKULTAS KEDOKTERAN

Referat
Otitis media supuratif kronik

Pembimbing :

Dr. Benhard Sp.THT

Disusun Oleh :

Alexander Sebastian 112014079

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT THT

RUMAH SAKIT FAMILY MEDICAL CENTER

Periode 4 Mei 2015 s/d 6 juni 2015


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan dan
kesehatan kepada penulis sehingga dapat menyusun referat ini dengan baik serta tepat waktunya.
Didalam referat ini, penulis akan membahaskan mengenai Otitis media supuratif kronik.

Referat ini telah dibuat dengan pencarian melalui buku-buku rujukan dan juga
penulusuran situs medikal serta telah mendapatkan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk
membantu dalam menyelesaikan tantangan dan hambatan selama proses mengerjakan referat ini.
Oleh kerana itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan referat ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada referat ini. Oleh
karena itu penulis mengundang pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang dapat
membangun nilai kerja penulis ini. Kritikan yang berunsur konstruktif dari pembaca sangat
penulis harapkan untuk penyempurnaan referat ini selanjutnya. Semoga referat ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca dan apabila ada kata-kata yang kurang berkenan penulis
memohon maaf sebesar-besarnya.

Akhir kata semoga referat ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.

Jakarta, 15 mei 2015

Penulis
Pendahuluan
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) ialah infeksi kronik di telinga tengah dengan
adanya perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau
hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah (FKUI, 2007).
OMSK di dalam masyarakat Indonesia dikenal dengan istilah congek, teleran atau telinga
berair.
Kebanyakan penderita OMSK menganggap penyakit ini merupakan penyakit
yang biasa yang nantinya akan sembuh sendi ri. Penyakit ini pada umumnya tidak
memberikan rasa sakit kecuali apabila sudah terjadi komplikasi (Nursiah, 2003).
OMSK mempunyai potensi untuk menjadi serius karena komplikasinya yang dapat
mengancam kesehatan dan dapat menyebabkan kematian. Biasanya komplikasi didapatkan pada
pasien OMSK tipe bahaya, namun demikian OMSK tipe aman pun dapat menyebabkan suatu
komplikasi apabila terinfeksi kuman yang virulen. Komplikasi ke intrakranial merupakan
penyebab utama kematian pada OMSK di negara sedang berkembang, yang sebagian besar kasus
terjadi karena penderita mengabaikan keluhan telinga berair. Berdasarkan data WHO pada tahun
2004, meningitis atau radang selaput otak adalah komplikasi intrakranial OMSK yang paling
sering ditemukan di seluruh dunia, biasanya mempunyai gejala demam, sakit kepala serta
adanya tanda-tanda perangsangan meningen seperti kejang. Kematian terjadi pada 18,6 % kasus
OMSK dengan komplikasi intrakranial.
Dari data-data diatas , penting sekali untuk mendiagnosa penyakit omsk sejak awal
sehingga penatalaksanaan yang tepat bisa segera dilakukan dan tidak terjadi komplikasi yang
serius.
ANATOMI DAN FISIOLOGI TELINGA TENGAH

ANATOMI TELINGA

Telinga adalah indra pendengaran. Pendengaran merupakan indra mekanoreseptor karena

memberikan respon terhadap getaran mekanik gelombang suara yang terdapat di udara. Telinga

menerima gelombang suara yang frekuensinya berbeda, kemudian menghantarkan informasi

pendengaran kesusunan saraf pusat. Telinga dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu telinga luar,

telinga tengah dan telinga dalam.1

Gambar Anatomi Telinga

Telinga tengah terdiri dari : membran timpani, kavum timpani, prosesus mastoideus, dan

tuba eustachius.
Gambar Penampang Telinga Tengah

Membran Timpani

Membran timpani dibentuk dari dinding lateral kavum timpani dan memisahkan liang

telinga luar dari kavum timpani. Membrana ini panjang vertical rata-rata 9-10 mm dan

diameter antero-posterior kira -kira 8-9 mm, ketebalannya rata-rata 0,1 mm.

Letak membrana timpani tidak tegak lurus terhadap liang telinga akan tetapi miring

yang arahnya dari belakang luar kemuka dalam dan membuat sudut 450 dari dataran sagital

dan horizontal. Membrana timpani merupakan kerucut, dimana bagian puncak dari kerucut

menonjol kearah kavum timpani, puncak ini dinamakan umbo. Dari umbo kemuka bawah

tampak refleks cahaya (cone of light).1

Membran timpani mempunyai tiga lapisan yaitu :

1. Stratum kutaneum (lapisan epitel) berasal dari liang telinga.

2. Stratum mukosum (lapisan mukosa) berasal dari kavum timpani.

3. Stratum fibrosum (lamina propria) yang letaknya antara stratum kutaneum dan mukosum.

Lamina propria yang terdiri dari dua lapisan anyaman penyabung elastic yaitu: bagian dalam

sirkuler, dan bagian luar radier.


Secara Anatomis membrana timpani dibagi dalam 2 bagian :

1. Pars tensa

Merupakan bagian terbesar dari membran timpani suatu permukaan yang tegang

dan bergetar sekeliling menebal dan melekat pada anulus fibrosus pada sulkus timpanikus

bagian tulang dari tulang temporal.

2. Pars flasida atau membran Shrapnell,

Terletak dibagian atas muka dan lebih tipis dari pars tensa dan pars flasida

dibatasi oleh 2 lipatan yaitu :

a. Plika maleolaris anterior (lipatan muka).

b. Plika maleolaris posterior (lipatan belakang).

Membran timpani terletak dalam saluran yang dibentuk oleh tulang dinamakan

sulkus timpanikus. Akan tetapi bagian atas muka tidak terdapat sulkus ini dan bagian ini

disebut insisura timpanika (Rivini).

Permukaan luar dari membrana timpani disarafi oleh cabang n. aurikulotemporalis

dari nervus mandibula dan nervus vagus. Permukaan dalam disarafi oleh n. timpani

cabang dari nervus glosofaringeal.

Aliran darah membrana timpani berasal dari permukaan luar dan dalam.

Pembuluh-pembuluh epidermal berasal dari aurikula yang dalam cabang dari arteri

maksilaris interna. Permukaan mukosa telinga tengah didarahi oleh timpani anterior

cabang dari arteri maksilaris interna dan oleh stylomastoid cabang dari arteri aurikula

posterior.1
Gambar Penampang Membran Timpani

Kavum Timpani

Kavum timpani terletak didalam pars petrosa dari tulang temporal, bentuknya

bikonkaf, atau seperti kotak korek api. Diameter anteroposterior atau vertikal 15 mm,

sedangkan diameter transversal 2-6 mm. Kavum timpani dibagi menjadi 3 bagian yaitu :

1. Epitimpanum.

Berada dibagian atas membran timpani. Merupakan bagian superior kavum

timpani, disebut juga atik karena terletak diatas membran timpani. Sebagian besar atik

diisi oleh maleus inkus. Dibagian superior epitimpanum dibatasi oleh suatu penonjolan

tipis os posterior. Dinding medial atik dibentuk oleh kapsul atik yang ditandai oleh

penonjolan kanalis semisirkularis lateral.1

Pada bagian anterior terdapat ampula kanalis superior, dan lebih anterior ada

ganglion genikulatum, yang merupakan tanda ujung anterior ruang atik. Dinding anterior

terpisah dari maleus oleh suatu ruang yang sempit, disini dapat dijumpai muara sel-sel

udara yang membuat pneumatisasi pangkal tulang pipi (zygoma). Dinding lateral atik

dibentuk oleh os skuama yang berlanjut kearah lateral sebagai dinding liang telinga luar
bagian tulang sebelah atas. Diposterior, atik menyempit menjadi jalan masuk ke antrum

mastoid, yaitu aditus ad antrum.

2. Mesotimpanum

Terletak kearah medial dari membran timpani. Disebelah medial dibatasi oleh

kapsul otik, yang terletaknya lebih rendah dari pada nervus fasialis pars timpani. Dinding

anterior mesotimpani terdapat orifisium timpani tuba eustachius pada bagian superior dan

membentuk bagian tulang dinding saluran karotis asendens pada bagian inferior. Dinding

ini biasanya mengalami pneumatisasi yang baik dan dapat dijumpai bagian-bagian tulang

lemah.

3. Hipotimpanum atau resesus hipotimpanikus

Terletak dibawah membrana timpani, berhubungan dengan bulbus jugulare.

Kavum timpani terdiri dari :

1. Tulang-tulang pendengaran

a. Malleus (hammer/martil).

Malleus adalah tulang yang paling besar diantara semua tulang-tulang

pendengaran dan terletak paling lateral, lehe r, prosesus brevis (lateral), prosesus anterior,

lengan (manubrium). panjangnya kira-kira 7,5 sampai 9,0 mm. kepala terletak pada

epitimpanum atau didalam rongga atik, sedangkan leher terletak dibelakang pars flaksida

membran timpani. Manubrium terdapat didalam membrane timpani, bertindak sebagai

tempat perlekatan serabut-serabut tunika propria. Ruang antara kepala dari maleus dan

membran Shrapnell dinamakan Ruang Prussak. Maleus ditahan oleh ligamentum maleus

anterior yang melekat ke tegmen dan juga oleh ligamentum lateral yang terdapat diantara

basis prosesus brevis dan pinggir lekuk Rivinus.


Gambar os malleus

b. Inkus (anvil/landasan)

Inkus terdiri dari badan inkus ( corpus) dan 2 kaki yaitu : prosesus brevis dan

prosesus longus. Sudut antara prosesus brevis dan longus membentuk sudut lebih kurang

100 derajat. Inkus berukuran 4,8 mm x 5,5 mm pada pinggir dari corpus, prosesus longus

panjangnya 4,3 mm-5,5 mm.

Inkus terletak pada epitimpanum, dimana prosesus brevis menuju antrum,

prosesus longus jalannya sejajar dengan manubrium dan menuju ke bawah. Ujung

prosesus longus membengkok kemedial merupakan suatu prosesus yaitu prosesus

lentikularis. Prosesus ini berhubungan dengan kepala dari stapes.

Maleus dan inkus bekerja sebagai satu unit, memberikan respon rotasi terhadap

gerakan membran timpani melalui suatu aksis yang merupakan suatu garis antara

ligamentum maleus anterior dan ligamentum inkus pada ujung prosesus brevis. Gerakan-

gerakan tersebut tetap dipelihara berkesinambungan oleh inkudomaleus. Gerakan rotasi

tersebut diubah menjadi gerakan seperti piston pada stapes melalui sendi

inkudostapedius.1
Gambar os incus

c. Stapes (stirrup/pelana)

Merupakan tulang pendengaran yang teringan, bentuknya seperti sanggurdi

beratnya hanya 2,5 mg, tingginya 4mm-4,5 mm. Stapes terdiri dari kepala, leher, krura

anterior dan posterior dan telapak kaki ( foot plate), yang melekat pada foramen ovale

dengan perantara ligamentum anulare.

Tendon stapedius berinsersi pada suatu penonjolan kecil pada permukaan

posterior dari leher stapes. Kedua krura terdapat pada bagian leher bawah yang lebar dan

krura anterior lebih tipis dan kurang melengkung dari pada posterior.

Kedua berhubungan dengan foot plate yang biasanya mempunyai tepi superior

yang melengkung, hampir lurus pada tepi posterior dan melengkung di anterior dan ujung

posterior. panjang foot plate 3 mm dan lebarnya 1,4 mm, dan terletak pada fenestra

vestibuli dimana ini melekat pada tepi tulang dari kapsul labirin oleh ligamentum anulare

Tinggi stapes kira-kira 3,25 mm.1


Gambar os stapes

Prosesus Mastoideus
Rongga mastoid berbentuk seperti bersisi tiga dengan puncak mengarah ke kaudal. Atap
mastoid adalah fosa kranii media. Dinding medial adalah dinding lateral fosa kranii posterior.
Sinus sigmoid terletak dibawah duramater pada daerah ini.
Pada dinding anterior mastoid terdapat aditus ad antrum. Aditus antrum mastoid adalah
suatu pintu yang besar iregular berasal dari epitisssmpanum posterior menuju rongga antrum
yang berisi udara, sering disebut sebagai aditus ad antrum. Dinding medial merupakan
penonjolan dari kanalis semisirkularis lateral. Dibawah dan sedikit ke medial dari promontorium
terdapat kanalis bagian tulang dari n. fasialis.1

Gambar penampang Prosesus Mastoideus


Prosesus mastoid sangat penting untuk sistem pneumatisasi telinga. Pneumatisasi
didefinisikan sebagai suatu proses pembentukan atau perkembangan rongga-rongga udara
didalam tulang temporal, dan sel-sel udara yang terdapat didalam mastoid adalah sebagian dari
sistem pneumatisasi yang meliputi banyak bagian dari tulang temporal. Sel-sel prosesus mastoid
yang mengandung udara berhubungan dengan udara didalam telinga tengah. Bila prosesus
mastoid tetap berisi tulang-tulang kompakta dikatakan sebagai pneumatisasi jelek dan sel-sel
yang berpneumatisasi terbatas pada daerah sekitar antrum. Luasnya pneumatisasi tergantung
faktor herediter konstitusional dan faktor peradangan pada waktu umur muda. Bila ada sifat
biologis mukosa tidak baik maka daya pneumatisasi hilang atau kurang. Ini juga terjadi bila ada
radang pada telinga yang tidak menyembuh.
Menurut derajatnya, pneumatisasi prosesus mastoideus ini dapat dibagi atas :
1. Proesesus Mastoideus Kompakta (sklerotik), diomana tidak ditemui sel-sel.
2. Prosesus Mastoideus Spongiosa, dimana terdapat sel-sel kecil saja.
3. Prosesus Mastoideus dengan pneumatisasi yang luas, dimana sel-sel disini besar.1

Tuba Eustachius
Tuba eustachius disebut juga tuba auditory atau tuba faringotimpani. bentuknya seperti
huruf S. Tuba ini merupakan saluran yang menghubungkan kavum timpani dengan nasofaring.
Pada orang dewasa panjang tuba sekitar 36 mm berjalan ke bawah, depan dan medial dari telinga
tengah 13 dan pada anak dibawah 9 bulan adalah 17,5 mm.1

Gambar perbandingan penampang tuba auditori pada bayi dan dewasa


Tuba terdiri dari 2 bagian yaitu :
1. Bagian tulang terdapat pada bagian belakang dan pendek (1/3 bagian).
2. Bagian tulang rawan terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3 bagian).
Bagian tulang sebelah lateral berasal dari dinding depan kavum timpani, dan bagian
tulang rawan medial masuk ke nasofaring. Bagian tulang rawan ini berjalan kearah posterior,
superior dan medial sepanjang 2/3 bagian keseluruhan panjang tuba (4 cm), kemudian bersatu
dengan bagian tulang atau timpani.1

Fisiologi Pendengaran
Getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang dialirkan keliang telinga dan mengenai

membran timpani, sehingga membran timpani bergetar. Getaran ini diteruskan ke tulang-tulang

pendengaran yang berhubungan satu sama lain. Selanjutnya stapes menggerakkan tingkap

lonjong (foramen ovale) yang juga menggerakkan perilimf dalam skala vestibuli. Getaran

diteruskan melalui membrane Reissener yang mendorong endolimf dan membran basal kearah

bawah, perilimf dalam skala timpani akan bergerak sehingga tingkap (foramen rotundum)

terdorong ke arah luar.2

Skala media yang menjadi cembung mendesak endolimf dan mendorong membran basal,

sehingga menjadi cembung kebawah dan menggerakkan perilimf pada skala timpani. Pada waktu

istirahat ujung sel rambut berkelok-kelok, dan dengan berubahnya membran basal ujung sel

rambut menjadi lurus. Rangsangan fisik tadi diubah oleh adanya perbedaan ion Kalium dan ion

Natrium menjadi aliran listrik yang diteruskan ke cabang-cabang n.VII, yang kemudian

meneruskan rangsangan itu ke pusat sensorik pendengaran diotak ( area 39-40) melalui saraf

pusat yang ada dilobus temporalis.2,3


Gambar Transmisi Suara

Otitis media supuratif kronik


Definisi

Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba

eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Banyak ahli membuat pembagian dan klasifikasi

otitis media. Secara mudah, otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non

supuratif (otitis media serosa, otitis media sekretoria, otitis media musinosa, otitis media

efusi/OME).4
Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah hasil episode otitis media akut dan ditandai

dengan keluarnya cairan secara terus-menerus dari telinga tengah melalui perforasi timpani. Ini

merupakan penyebab penting dari penurunan pendengaran, khususnya di negara berkembang.

OMSK didefinisikan sebagai peradangan kronis dari telinga tengah dan rongga mastoid, dengan

keluarnya cairan dari telinga yang berulang atau otore melalui perforasi timpani. Penyakit ini

biasanya dimulai pada masa kanak-kanak sebagai perforasi timpani spontan karena infeksi akut

pada telinga tengah, yang dikenal sebagai otitis media akut (OMA), atau sebagai sekuel dari

bentuk yang lebih ringan dari otitis media (misalnya sekretori OM). (WHO, 2004).

Otitis media supuratifa kronis (OMSK) dahulu disebut otitis media perforate (OMP) atau

dalam sebutan sehari-hari congek. OMSK adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan

perforasi membrane timpani dan secret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang

timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah.2

Epidemiologi

Insiden OMSK ini bervariasi pada setiap negara. Secara umum, insiden

OMSK dipengaruhi oleh ras dan faktor sosio-ekonomi. Misalnya, OMSK lebih sering dijumpai

pada orang Eskimo dan Indian Amerika, anak-anak aborigin Australia dan orang kulit hitam di

Afrika Selatan. Walaupun demikian, lebih dari 90% beban dunia akibat OMSK ini dipikul oleh

negara-negara di Asia Tenggara, daerah Pasifik Barat, Afrika, dan beberapa daerah minoritas di

Pasifik. Kehidupan sosial ekonomi yang rendah, lingkungan kumuh dan status kesehatan serta

gizi yang jelek merupakan faktor yang menjadi dasar untuk meningkatnya prevalensi OMSK

pada negara yang sedang berkembang.


Survei prevalensi di seluruh dunia, yang walaupun masih bervariasi dalam hal definisi

penyakit, metode sampling serta mutu metodologi, menunjukkan beban dunia akibat OMSK

melibatkan 65–330 juta orang dengan telinga berair, 60% di antaranya (39–200 juta) menderita

kurang pendengaran yang signifikan. Secara umum, prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8%

dan pasien OMSK merupakan 25% dari pasien-pasien yang berobat di poliklinik THT rumah

sakit di Indonesia.3

Etiologi

Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang

dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsilitis,

rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang

abnormal merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan

Down’s syndrom. Adanya tuba patulous, menyebabkan refluk isi nasofaring yang merupakan

faktor insiden OMSK yang tinggi di Amerika Serikat. Faktor Host yang berkaitan dengan insiden

OMSK yang relatif tinggi adalah defisiensi immun sistemik. Kelainan humoral (seperti

hipogammaglobulinemia) dan cell- mediated ( seperti infeksi HIV, sindrom kemalasan leukosit)

dapat manifest sebagai sekresi telinga kronis. Penyebab OMSK antara lain:

- Lingkungan

Hubungan penderita OMSK dan faktor sosial ekonomi belum jelas, tetapi

mempunyai hubungan erat antara penderita dengan OMSK dan sosioekonomi, dimana

kelompok sosioekonomi rendah memi liki insiden yang lebih tinggi. Tetapi sudah hampir

dipastikan hal ini berhubungan dengan kesehatan secara umum, diet, tempat tinggal yang

padat.
- Genetik

Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden

OMSK berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor genetik.

Sistem sel-sel udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis media, tapi belum diketahui

apakah hal ini primer atau sekunder.

- Otitis media sebelumnya.

Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari otitis

media akut dan / atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui faktor apa yang

menyebabkan satu telinga dan bukan yang lainnya berkembang menjadi keadaan kronis

- Infeksi

Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mu kosa telinga tengah hampir tidak

bervariasi pada otitis media kronik yang aktif menunjukan bahwa metode kultur yang

digunakan adalah tepat. Organisme yang terutama dijumpai adalah Gram- negatif, flora

tipe-usus, dan beberapa organisme lainnya.

- Infeksi saluran nafas atas

Banyak penderita mengeluh sekret telinga sesudah terjadi infeksi saluran nafas

atas. Infeksi virus dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah menyebabkan

menurunnya daya tahan tubuh terhadap organisme yang secara normal berada dalam

telinga tengah, sehingga memudahkan pertumbuhan bakteri. Organisme-organisme

dari meatus auditoris eksternal termasuk Staphylococcus, Pseudomonas

aeruginosa, B.proteus, B.coli dan Aspergillus. Organisme dari nasofaring

diantaranya Streptococcus viridians (Streptococcus α-hemolitikus, Streptococcus β-

hemolitikus dan Pneumococcus).


- Autoimun

Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih besar terhadap

otitis media kronis.

- Alergi

Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi

dibanding yang bukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya sebagian penderita yang

alergi terhadap antibiotik tetes telinga atau bakteria atau toksin-toksinnya, namun hal ini

belum terbukti kemungkinannya.

- Gangguan fungsi tuba eustachius.

Pada otitis kronis aktif, dimana tuba eustachius sering tersumbat oleh edema

tetapi apakah hal ini merupakan fenomen primer atau sekunder masih belum diketahui.

Pada telinga yang inaktif berbagai metode telah digunakan untuk mengevaluasi fungsi

tuba eustachius dan umumnya menyatakan bahwa tuba tidak mungkin mengembalikan

tekanan negatif menjadi normal.3

Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani menetap pada

OMSK :

1. Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan produksi sekret

telinga purulen berlanjut.

2. Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan spontan pada

perforasi.

3. Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui mekanisme migrasi

epitel.
4. Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan yang cepat

diatas sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga mencegah penutupan spontan

dari perforasi.2,4

Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi kronis

majemuk, antara lain :

1. Gangguan fungsi tuba eustachius yang kronis atau berulang.

a. Infeksi hidung dan tenggorok yang kronis atau berulang.

b. Obstruksi anatomik tuba Eustachius parsial atau total

2. Perforasi membran timpani yang menetap.

3. Terjadinya metaplasia skumosa atau perubahan patologik menetap lainya pada telinga

tengah.

4. Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga atau rongga mastoid. Hal ini dapat disebabkan

oleh jaringan parut, penebalan mukosa, polip, jaringan granulasi atau timpanosklerosis.

5. Terdapat daerah-daerah dengan sekuester atau osteomielitis persisten di mastoid.

6. Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum atau perubahan

mekanisme pertahanan tubuh.4

Perjalanan Penyakit

Otitis media akut (OMA) dengan perforasi membrane timpani menjadi otitis media

supurativa kronis apabila prosesnya sudah ebih dari dua bulan. Bila proses infeksi kurang dari

dua bulan, disebut otitis media supuratif subakut.

Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK ialah terapi yang terlambat diberikan,

tetapi tidak adekuat, viruelnsi kuman tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau

hygiene buruk.4
Letak Perforasi

Letak perforasi di membrane timpani penting untuk menentukan tipe/jenis OMSK.

Perforasi mmbran timpani dapat ditemukan di daerah sentral, marginal atau atik. Oleh karena itu

disebut perforasi sentral, marginal atau atik.

Pada perforasi sentral, perforasi terdapat di pars tensa, sedangkan di seluruh tepi perforasi

masih ada sisa membrane timpani. Pada perforasi marginal sebagian tepi perforasi langsung

berhubungan dengan annulus atau sulkus timpanikum. Perforai atik ialah perfora yang terletak di

pars flaksida.4

Jenis OMSK

OMSK dapat dibagi atas dua jenis, yaitu (1) OMSK tipe aman ( tipe mukosa = tipe

banigna) dan (2) OMSK tipe bahaya (tipe tulang=tipe maligna).

Berdasarkan aktivitas secret yang keluar dikenal juga OMSK aktif dan OMSK tenang.

OMSK aktif adalah OMSK dengan secret yang keluar dari kavum timpani secara aktif,

sedangkan OMSK tenang adalah yang keadaan kavum timpaninya terlihat basah atau kering.

Proses peradangan pada OMSK tipe aman terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak

mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe aman jarang menimbulkan

komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe aman tidak terdapat kolesteatoma.

Yang dimaksud dengan OMSK tipe maligna ialah OMSK yang disertai dengan

kolesteatoma. OMSK ini dikenal juga dengan OMSK tipe bahaya atau OMSK tipe tulang.

Perforasi pada OMSK tipe bahaya letaknya marginal atau di atik, kadang-kadang terdapat juga

kolesteatoma pada OMSK dengan perforasi subtotal. Sebagian besar komplikasi yang berbahaya

atau fatal timbul pada OMSK tipe bahaya.4


Diagnosis

Diagnosis OMSK dibuat berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan THT terutama

pemeriksaan otoskopi. Pemeriksaan penala merupakan pemeriksaan sederhana untuk mengetahui

adanya gangguan pendengaran. Untuk mengetahui jenis dan derajat gangguan pendengaran dapat

dilakukan pemeriksaan audiometri nada murni, audiometri tutur (speech audiometry) dan

pemeriksaan BERA ( brainstem evoked response audiometry) bagia pasien/anak yang tidak

kooperatif dengan pemeriksaan audiometri nada murni.

Pemeriksaan penunjang lain berupa foto rontgen mastoid serta kultur dan uji resistensi

kuman dari sekret telinga.

- Gejala Klinis

 Telinga berair (otorrhoe)

Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan encer)

tergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh aktivitas

kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid.

Pada OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk

yang sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran

timpani dan infeksi. Keluarnya secret biasanya hilang-timbul. Meningkatnya jumlah

sekret dapat disebabkan infeksi saluran nafas atas atau kontaminasi dari liang telinga luar

setelah mandi atau berenang. Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret

telinga. Sekret yang sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan

kolesteatoma dan produk degenerasinya. Dapat terlihat keping-keping kecil, berwarna

putih, mengkilap. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah

berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang
bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip telinga dan

merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair

tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.

 Gangguan pendengaran

Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran. Biasanya

dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Gangguan pendengaran

mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat hebat, karena daerah yang sakit ataupun

kolesteatom, dapat menghambat bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis. Bila

tidak dijumpai kolesteatom, tuli konduktif kurang dari 20 db ini ditandai bahwa rantai

tulang pendengaran masih baik. Kerusakan dan fiksasi dari rantai tulang

pendengaran menghasilkan penurunan pendengaran lebih dari 30 db. Beratnya ketulian

tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan

mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah.

Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat karena putusnya

rantai tulang pendengaran, tetapi sering kali juga kolesteatom bertindak sebagai

penghantar suara sehingga ambang pendengaran yang didapat harus diinterpretasikan

secara hati-hati.

Penurunan fungsi kohlea biasanya terjadi perlahan-lahan dengan berulangnya

infeksi karena penetrasi toksin melalui jendela bulat (foramen rotundum) atau fistel

labirin tanpa terjadinya labirinitis supuratif. Bila terjadinya labirinitis supuratif akan

terjadi tuli saraf berat, hantaran tulang dapat menggambarkan sisa fungsi koklea.

 Otalgia ( nyeri telinga)


Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada merupakan suatu

tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus.

Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret,

terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan absesotak.

Nyeri telinga mungkin ada tetapi mungkin oleh adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri

merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses

atau trombosis sinus lateralis.

 Vertigo

Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya. Keluhan

vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi dinding

labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan tekanan

udarayang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi

hanya karena perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih

mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga

akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi

serebelum. Fistula merupakan temuan yang serius, karena infeksi kemudian dapat

berlanjut dari telinga tengah dan mastoid ke telinga dalam sehingga timbul labirinitis dan

dari sana mungkin berlanjut menjadi meningitis. Uji fistula perlu dilakukan pada kasus

OMSK dengan riwayat vertigo. Uji ini memerlukan pemberian tekanan positif dan

negatif pada membran timpani, dengan demikian dapat diteruskan melalui rongga telinga

tengah.
 Tanda klinik OMSK tipe bahaya

Mengingat OMSK tipe bahaya seringkali meinimbulkan komplikasi yang

berbahaya, maka perlu ditegakkan diagnosis ini. Walaupun diagnosis pasti baru dapat

ditegakkan dikamar operasi, namun beberapa tanda klinik dapat menjadi pedoman

akan adanya OMSK tipe bahaya, yaitu perforasi pada marginal atau apda atik. Tanda

ini biasanya merupakan tanda dini dari OMSK tipe bahaya, sedangkan pada kasus

yang sudah lanjut dapat terlihat :

 Abses atau fistel retroaurikuler (belakang telinga)

 Polip atau jaringan granulasi di liang telinga luar yang berasal dari dalam telinga

tengah

 Terlihat kolesteatoma pada telinga tengah, secret berbentuk nanah dan berbau

khas (aroma kolesteatoma) atau terlihat bayangan kolesteatoma pada foto rontgen

mastoid.4

KOLESTEATOMA

Kolesteatoma adalah suatu kista epiterial yang berisi deskuamasi epitel (keratin).

Deskuamasi terbentuk terlalu menumpuk sehingga kolseteatoma bertambah besar.Banyak

teori dikemukakan oleh para ahli tentang pathogenesis kolseteatoma, antara lain teori

invaginasi, teori migrasi, teori metaplasia dan teori implantasi.

Teori tersebut akan lebih mudah dipahami bila diperhatikan definisi kolesteatoma

menurut Gray (1964) yang mengatakan : kolesteatoma adalah epitel kulit yang berada

pada tempat yang salah. Sebagaimana kita ketahui bahwa seluruh epitel kulit

(keratinizing stratified squamous epithelium) pada tubuh kita berada pada lokai yang

terbuka/terpapar ke dunia luar. Epitel kulit di liang telinga merupakan suatu daerah Cul-
de-sac sehingga apabila terdapat serumen padat di liang telinga dalam waktu yang lama

serumen tersebut seakan terperangkan sehingga membentuk kolesteatoma.

Kolesteatoma dapat dibagi atas dua jenis :

- Kolesteatoma kongenital yang terbentuk pada masa embrionik dna ditemukan pada

telinga dengan membrane timpani utuh tanpa ada tanda-tanda infeksi. Lokasi

kolesteatoma biasanya di kavum timpani daerah petrosus mastoid atau di

cerebelluopontin angle. Kolesteatoma di cerebellopontine angle sering ditemukan

secara tidak sengaja oleh ahli bedah saraf.2

- Kolestetoma akuisital yang terbentuk setelah anak lahir, jenis ini terbagi atas :

 Kolesteatoma akuisital primer

Kolesteatoma yang terbentuk tanpa didahului oleh perforasi membrane timpani.

Kolesteatoma timbul akibat terjadi proses invaginasi dari membrane timpani pasr

flaksida karena adanya tekanan negatif di telinga tengah akibat gangguan tuba

(teori invaginasi).

 Kolesteatoma akuisital sekunder

Kolesteatoma terbentuk setelah adanya perforasi membrane timpani.

Kolesteatoma terbentuk sebagai akibat dari masukny epitel kulit dari liang telinga

atau dari pinggir perforasi membrane timpani ke telinga tengah (teori migrasi)

atau terjadi akibat metaplasia mukosa kavum timpani karena iritasi infeksi yang

berlangsung lama (teori metaplasia).

Pada teori implantasi dikatakan bahwa epitel kulit secara iatrogenic ke

dalam telingah tengah sewaktu operasi. Setelah blust injury, pemasangan pipa

ventilasi atau setelah miringotomi.


Kolesteatoma merupakan media yang baik untuk tempat pertumbuhan

kuman (infeksi), yang paling sering adalah Proteus dan Pseudomonas aeruginosa.

Sebaliknya infeksi dapat memicu respon imun local yang mengakibatkan

produksi berbagai mediator inflamasi dan berbagai sitokin. Sitokin yang

teridentifikasi terdapat pada matriks kolesteatoma adalah IL-1,IL-6, TNF-α, dan

transforming growth factor (TGF). Zat-zat ini dapat menstimulasi hiperkeratinosit

matriks kolesteatoma bersifat hiperproliferatif, destruktif, dan mampu

berangiogenesis.

Massa kolesteatoma ini akan menekan dan mendesak organ disekitarnya

serta menimbulkan nekrosis terhadap tulang. Terjadinya proses nekrosis

terahadap tulang diperhebat oleh karena pembentukan reaksi asam oleh

pembusukan bakteri. Proses nekrosis tulang ini mempermudah timbulnya

komplikasi seperti labirinitis, mengitis dan abses otak.

- Pemeriksaan Audiometri

Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli konduktif.

Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya ketulian tergantung

besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistim

penghantaran suara di telinga tengah.

Gangguan pendengaran dapat dibagi dalam ketulian ringan, sedang, sedang berat,

dan ketulian total, tergantung dari hasil pemeriksaan (audiometri atau test berbisik).

Derajat ketulian Nilai ambang pendengaran

Normal : -10 dB sampai 26 Db

Tuli ringan : 27 dB sampai 40 dB


Tuli sedang : 41 dB sampai 55 dB

Tuli sedang berat : 56 dB sampai 70 dB

Tuli berat : 71 dB sampai 90 dB

Tuli total : lebih dari 90 dB.

- Pemeriksaan Radiologi.

Pemeriksaan radiografi daerah mastoid pada penyakit telinga kronis nilai

diagnostiknya terbatas dibandingkan dengan manfaat otoskopi dan audiometri.

Pemerikasaan radiologi biasanya mengungkapkan mastoid yang tampak sklerotik, lebih

kecil dengan pneumatisasi lebih sedikit dibandingkan mastoid yang satunya atau yang

normal. Erosi tulang, terutama pada daerah atik memberi kesan kolesteatom. Proyeksi

radiografi yang sekarang biasa digunakan adalah :

 Proyeksi Schuller, yang memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah

lateraldan atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi

sinus lateral dan tegmen. Pada keadaan mastoid yang skleritik, gambaran

radiografi ini sangat membantu ahli bedah untuk menghindari dura atau sinus

lateral.

 Proyeksi Mayer atau Owen, diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan

tampak gambaran tulang-tulang pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui

apakah kerusakan tulang telah mengenai struktur-struktur.

 Proyeksi Stenver, memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan

yang lebih jelas memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan

kanalis semisirkularis. Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potongan

melintang sehingga dapat menunjukan adanya pembesaran akibat kolesteatom.


 Proyeksi Chause III, memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga

dapatmemperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau

CT scandapat menggambarkan kerusakan tulang oleh karena kolesteatom, ada

atau tidak tulang-tulang pendengaran dan beberapa kasus terlihat fistula pada

kanalis semisirkularis horizontal. Keputusan untuk melakukan operasi jarang

berdasarkan hanya dengan hasilX-ray saja. Pada keadaan tertentu seperti bila

dijumpai sinus lateralis terletak lebihanterior menunjukan adanya penyakit

mastoid.

Cholesteatoma yang terjadi pada daerah atik atau pars flasida. Banyak teori

yang diajukan sebagai penyebab cholesteatoma didapat primer, tetapi sampai

sekarang belum ada yang bisa menunjukan penyebab yang sebenarnya.

Secondary acquired cholesteatoma. Berkembang dari suatu kantong retraksi

yang disebabkan peradangan kronis biasanya bagian posterosuperior dari pars tensa.

Khasnya perforasi marginalpada bagian posterosuperior. Terbentuknya dari epitel

kanal aurikula eksternayang masuk ke kavum timpani melalui perforasi membran

timpani ataukantong retraksi membran timpani pars tensa.2

Terapi OMSK

Penatalaksanaan OMSK yang efektif harus didasarkan pada faktor-faktor penyebab

dan pada stadium penyakitnya. Dengan demikian haruslah dievaluasi faktor-faktor yang

menyebabkan penyakit menjadi kronis, perubahan-perubahan anatomi yang menghalangi

penyembuhan serta mengganggu fungsi, dan proses infeksi yang terdapat ditelinga. Prinsip

pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi, dimana pengobatan dapat

dibagi atas:
1. Konservatif

2. Operasi

Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama, serta harus berulang-ulang. Sekret

yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara lain disebabkan oleh

satu atau beberapa keadaan, yaitu :

- Adanya perforasi mmbran timpani yang permanen, sehingga telinga tengah berhubungan

dengan dunia luar

- Terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung dan sinus paranasal

- Sudah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga mastoid, dan

- Gizi dan higiena yang kurang.4

Terapi OMSK tipe aman

Prinsip terapi OMSK tipe aman ialah konservatif atau dengan medikamentosa. Bila secret

yang keluar terus menerus, maka diberikan obat pencuci telinga , berupa larutan H2O2 3% selama

3-5 hari. Setelah secret berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga

yang mengandung antibioatika dan kortikosteroid. Secara oral diberikan antibiotika dari

golongan ampisilin, atau eritromisin, (bila pasien alergi penisilin), sebelum hasil resistensi

diterima. Pada infeksi yang dicurigai karena penyebabnya telah resisten terhadap ampisilin dapat

berikan asam klavulanat.

Bila secret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama dua bulan,

maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini bertujuan untuk

menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membrane timpani yang perforasi,

mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta

memperbaiki pendengaran.
Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan secret tetap ada atau terjadinya infeksi

berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati lebih dahulu, mungkin juga perlu melakukan

pembedahan, misalnya adenoidektomi dan toslektomi.4

Terapi OMSK Tipe Bahaya

Prinsip terapi OMSK tipe bahaya ialah pembedahan, yaitu mastoidektomi. Jadi, bila

terdapat OMSK tipe bahaya, maka terapi yang tepat ialah dengan melakukan mastoidektomi

dengan atau tanpa timpanoplasti. Terapi konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan

terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal

retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum mastoidektomi.

Infeksi telinga Tengah dan Mastoid

Rongga telinga tengah dan rongga mastoid berhubungan langsung melalui aditus ad

antrum. Oleh karena itu infeksi kronis telinga tengah yang sudah berlangsung lama biasanya

disertai infeksi kronis di rongga mastoid. Infeksi rongga mastoid dikenal dengan nama

mastoiditis. Beberapa ahli menggolongkan mastoditis ke dalam komplikasi OMSK.4

Jenis Pembedahan pada OMSK

Ada beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang dapat dilakukan pada OMSK

dengan mastoiditis kronis, baik tipe aman atau tipe bahaya, antara lain :

- Mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy)

Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe aman yang dengan pengobatan konservatif tidak

sembuh. Dengan tindakan operasi ini dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan

patologik. Tujuannya ialah suapaya infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi.Pada

operasi ini fungsi pendengaran tidak diperbaiki.

- Mastoidektomi radikal
Operasi ini dilakukan pada OMSK bahaya dengan infeksi atau kolesteatoma yang

sudah meluas. Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani diberishkan dari

semua jaringan patologik. Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga tengah

dengan rongga mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi

satu ruangan.

Tujuan operasi ini ialah untuk membuang semua jraingan patologik dan

mencegah komplikasi ke intracranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki.

Kerugian operasi ini ialah pasien tidak diperbolehkan berenang seumur hidupnya. Pasien

harus datang dengan teratur untuk control, supaya tidak terjadi infeksi kembali.

Pendengaran berkurang sekali, sehingga dapat menghambat pendidikan atau karier

pasien.

Modifikasi oeprasi ini adalah dengan memasang tandur (graft) pada rongga

operasi serta membuat meatoplasti yang lebar, sehingga rongga operasi kering permanen,

tetapi terdapat cacat anatomi, yaitu meatus liang telinga luar menjadi lebar.4

- Mastoidektomi radikal dengan modifikasi

Operasi ini dilakukan pada OMSK dengan kolesteatoma di daerah atik, tetapi

belum merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinding

posterior liang telinga direndahkan.

Tujuan operasi ini adalah untuk membuang semua jaringan patologik dari rongga

mastoid, dan mempertahankan pendengaran yang masih ada.

- Miringoplasti
Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan, dikenal juga

dengan nama timpanoplasti tipe I. Rekonstruksi hanya dilakukan pada membrane

timpani.

Tujuan operasi ialah untuk mencegah berulangnya infeksi berulang telinga

tengah pada OMSK tipe aman dengan perforasi yang menetap. Operasi ini

dilakukan pada OMSK tipe aman yang sudah tenang denga nketulian ringan yang

hanya disebabkan oleh perforasi membrane timpani.4

- Timpanoplasti

Operasi dikerjakan pada OMSK tipe aman dengan kerusakan yang lebih berat

atau OMSK tipe aman yang tidak bisa ditenangkan dengan pengobatan medikamentosa.

Tujuan operasi adalah untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran.

Pada operasi ini selain rekonstruksi membrane timpani sering kali harus dilakukan

juga rekonstruksi tulang pendengaran. Berdasarkan bentuk rekonstruksi tulang

pendengaran yang dilakukan maka dikenal istilah timpanoplasti tipe II,III,IV, dan V.

Sebelum rekonstruksi dikerjakan lebih dahulu dilakukan eksplorasi kavum

timpani dengna atau tanpa mastoidektomi, untuk membersihkan jaringan patologis. Tidak

jarang pula operasi ini terpaksa dilakukan dua tahap dengan jarak waktu 6 bulan sampai

dengan 12 bulan.4

- Pendekatan ganda timpanoplasti (combined approach tympanoplasty)

Operasi ini merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada kasus

OMSK tipe bahaya atau OMSK tipe aman dengan jaringan granulasi yang luas.

Tujuan operasi ini adalah untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki

pendengaran tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal (tanpa meruntuhkan dinding


posterior liang telinga). Membersihkan kolestetaoma dan jaringan granulasi di kavum

timpani, dikerjakan melalui dua jalan (combined approach) yaitu melalui liang telinga

dan rongga mastoid dengan melakukan timpanotomi posterior. Teknik operasi ini pada

OMSK tipe bahaya belum disepakati oleh para ahli, oleh karena sering terjadi

kambuhnya kolesteatoma kembali.4

Komplikasi

Otitit media supuratif, baik yang akut maupun kronis mempunyai potensi untuk menjadi

serius karena komplikasinya yang dapat mengancam kesehatan dan menyebabkan kematian.

Adams dkk(1989) mengemukakan klasifikasi komplikasi OMSK sebagai berikut:5

Komplikasi di Komplikasi di telinga Komplikasi Komplikasi ke


telinga tengah dalam ekstradural susunan saraf pusat

1. Perforasi 1. Fistula labirin 1. Abses 1. Meningitis


membran 2. Labirinitis ekstradural 2. Abses otak
timpani supuratif 2. Trombosis 3. Hidrosefalus
persisten 3. Tuli saraf sinus lateralis otitis
2. Erosi tulang sensorineural 3. Petrositis
pendengaran
3. Paralisis
nervus
fasialis
KESIMPULAN

Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah infeksi kronis pada telinga tengah dengan

perforasi membran tympani dan sekret keluar dari telinga terus menerus atau hilang timbul,.

sekret dapat encer atau kental, bening atau berupa nanah. Jenis otitis media supuratif kronis dapat

terbagi 2 jenis, yaitu OMSK tipe benigna dan OMSK tipe maligna.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan otitis media akut menjadi otitis media kronis

yaitu terapi yang terlambat diberikan, terapi tidak adekuat, virulensi kuman yang tinggi, daya

tahan tubuh yang rendah (gizi buruk) atau hygiene buruk2. gejala otitis media supuratif kronis

antara lain otorrhoe yang bersifat purulen atau mokoid, terjadi gangguan pendengaran, otalgia,

tinitus, rasa penuh di telinga dan vertigo.


Daftar Pustaka
1. Adams GL,Boeis LR, Higler PA. Buku Ajar Penyakit THT BOEIS Edisi

keenam:Anatomi dan Fisiologi Telinga.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.1997.p;

30-38.

2. Braunwald, Eugene et al. 2009. Harrison’s Principles of Internal Medicine. Edisi 17.

Amerika Serikat: McGraw-Hill.

3. Ganong, William. 2008. Pendengaran dan Keseimbangan dalam: Buku Ajar Fisiologi

Kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC; 179 – 185.

4. Efiaty Arsyad, Nurbiati, Jenny, Ratna Restuti. 2007. Otitis Media Supuratif Kronis.

Dalam: Kelainan Telinga Tengah, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok

Kepala Dan Leher. Edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI; 69 – 74.

5. Efiaty Arsyad, Nurbiati, Jenny, Ratna Restuti. 2007. Komplikasi Otitis Media Supuratif.

Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Dan Leher. Edisi

6. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI; 78 – 85.

Anda mungkin juga menyukai