Anda di halaman 1dari 19

Hidrokel Testis

oleh:
dr. Dea Nabila Ratu Alicia

Pembimbing:
Dr. Hardha Pandu Winata, Sp.B

Untuk Kelengkapan Tugas Internship


Pada tahun 2020/2021

1
DAFTAR ISI

Halaman judul.................................................................................................1
Daftar isi.........................................................................................................2
Bab I Pendahuluan..........................................................................................3
Bab II Data pasien..........................................................................................4
Bab III Tinjau pustaka..................................................................................11
Bab IV Pembahasan......................................................................................17
Daftar pustaka...............................................................................................19

2
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hidrokel pertama kali dideskripsikan oleh Ambroise Pare pada abad ke-15
berupa penumpukan cairan pada cavum scrotum. Penumpukan ini terjadi akibat
adanya cairan yang berlebihan di antara lapisan parietalis dan viseralis tunika
vaginalis, yang dalam keadaan normal cairan yang berada pada rongga tersebut
berada dalam keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik
disekitarnya (Purnomo, 2011; Dave, 2015).
Hidrokel mengenai sekitar 4,7% neonatus dan 1% laki-laki dewasa berusia
diatas 40 tahun (Dave, 2015). Sedangkan berdasarkan letaknya dapat terjadi pada
skrotum kanan (56%), skrotum kiri (42%), atau keduanya (2%) (Latif, Bashir,
Rashid, Rehman, & Shah, 2008).
Penegakan diagnosis hidrokel pada anak terutama didasarkan pada
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Keluhan utama yang didapatkan pada
anamnesis berupa benjolan yang ditemukan secara tidak sengaja oleh orang tua
anak atau dokter saat pemeriksaan fisik. Benjolan bersifat tidak nyeri (Purnomo,
2011). Sedangkan prinsip utama operasi hidrokel testis sama dengan hernia
inguinalis anak, yaitu ligasi tinggi (Glick & Boulanger, 2012).

3
BAB II
DATA PASIEN

2.1 Identitas
Identitas Pasien
Nama : An. FYN
Umur : 8 tahun
TTL : Negara Batin, 10 Agustus 2011
Jenis kelamin : Laki-Laki
Anak ke : Pertama
Alamat : Negara Batin, Kota Agung
MRS tanggal 17 Juli 2020 pukul 11.00 WIB,

Identitas Orang Tua


Nama Ayah : Tn.NH
Umur : 32 tahun
Alamat : Negara Batin, Kota Agung
Suku : Jawa
Pekerjaan : PNS
Pendidikan Terakhir : Sarjana
Ayah perkawinan ke :I

Nama Ibu : Ny. A


Umur : 30 tahun
Alamat : Negara Batin, Kota Agung
Suku : lampung
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Terakhir : Sarjana
Ibu perkawinan ke :I

4
2.2 Anamnesa
Anamnesa dilakukan pada tanggal 17 Juli 2020 pukul 11.00 WIB, di Poli
Bedah RSUD Batin Mangunang Kota Agung, Tanggamus. Di lakukan
aloanamnesa pada ibu pasien.

Keluhan Utama
Benjolan pada kantong buah zakar kiri
Riwayat Penyakit Sekarang
Benjolan disadari oleh orang tua pasien sejak satu bulan yang lalu saat
memandikan anaknya. Saat itu benjolan pada kantong buah zakar kirinya hanya
kecil, namun semakin lama semakin membesar. Pasien tidak mengeluhkan nyeri
pada benjolan atau daerah sekitar benjolannya. Tidak ada perubahan warna kulit
pada benjolan tersebut. Orang tua pasien tidak pernah memperhatikan apakah
benjolan tersebut pernah mengecil saat pasien berbaring, namun benjolan tersebut
pernah sedikit mengecil dan cenderung menetap besarnya. Riwayat demam atau
trauma tidak ada. Keluhan lain seperti mual dan muntah disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak pernah dirawat di RS kecuali sesaat setelah dilahirkan. Pasien
tidak pernah di operasi.
Riwayat Penyakit Keluarga
- Tidak ada keluarga dengan keluhan yang serupa.

Pertumbuhan dan Perkembangan Anak


Berat badan lahir 3.100 gram Gigi keluar Lupa
Panjang badan lahir 50 cm Merangkak Lupa
Tersenyum Lupa Berdiri Lupa
Miring 3 bulan Berjalan Lupa
Tengkurap 4 bulan Berbicara dua suku kata Lupa
Duduk 6 bulan Gigi keluar Lupa

Riwayat Makan Minum anak :


- ASI : sudah tidak lagi

5
- Dihentikan : 24 bulan
- Susu sapi/buatan : susu sapi formula
- Buah : 6 bulan
- Bubur susu : 4 bulan , 3 x 1 mangkok (100 cc)
- Tim saring : 8 bulan, 3 x 1 mangkok (150 cc)
- Makanan padat dan lauknya : 1 tahun, 3 x 1 piring kecil (lauk, ikan/ayam,
sayur) ikut menu orang tua

Riwayat Prenatal
- Periksa di : Bidan Praktek
- Penyakit kehamilan : Muntah pada awal kehamilan
- Obat-obatan yang sering diminum : Tablet penambah darah dan vitamin
Kunjungan ANC dilakukan 1 kali tiap bulan pada trimester I dan II. Trimester III
kunjungan menjadi 2 kali tiap bulannya

Riwayat Kelahiran
- Lahir di : RSUD Batin Mangunang Kota Agung,
- Di tolong oleh : Dokter
- Usia kandungan : 9 bulan 2 minggu
- Jenis partus : Spontan

Riwayat Postnatal :
- Pemeliharaan postnatal : Rutin
- Periksa di : Posyandu
- Keadaan anak : Sehat
Jadwal Imunisasi Lengkap
Usia saat imunisasi
Imunisasi
I II III IV Booster I Booster II
BCG 1 bulan //////////// //////////// //////////// //////////// ////////////
Polio 1 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan - -
Campak 9 bulan //////////// //////////// //////////// //////////// ////////////
DPT 2 bulan 3 bulan 4 bulan //////////// - -
Hepatitis B 0 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan - -
2.3 Pemeriksaan Fisik

6
Dilakukan pada tanggal 17 Juli 2020 pukul 11.00 WIB, di Poli Bedah RSUD
Batin Mangunang Kota Agung, Tanggamus.

Keadaan Umum : tampak baik


Kesadaran : komposmentis
Tanda Vital :
- Nadi :98 x/menit
- RR : 26 x/menit
- Suhu(axila) : 36,6o C
Antropometri :
- Berat Badan : 12 kg
- Panjang Badan: 88 cm
- Status Gizi :
BB/U : < 2SD - >(-)2SD
TB/U : < 2SD - >(-)2SD
BB/TB : <(-)1SD - >(-)2SD
Gizi Cukup

7
Kepala/leher
Rambut : Warna hitam, tebal, seperti rambut jagung mudah dicabut (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),mata cowong (-/-) ,
kornea tampak suram (-/-), pupil isokor
Telinga : Sekret (-), darah (-)
Hidung : Sekret hidung (-), pernafasan cuping hidung (-)
Mulut : Mukosa bibir normal, sianosis (-), lidah bersih, faring hiperemis
(sde), pembesaran tonsil (sde)
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)

8
Thorax
Paru Inspeksi : bentuk dada normal, tampak simetris, costa
terlihat jelas, retraksi (-)
Palpasi : pergerakan simetris
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : batas jantung kiri = ICS V MCL Sinistra
batas jantung kanan = ICS IV PSL Dextra
Auskultasi : S1 S2 tunggal, regular, murmur (-),gallop (-)

Abdomen
Inspeksi : Flat
Palpasi : supel. nyeri tekan (-)  pasien tidak menangis, organomegali (-),
turgor kulit kembali cepat
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) kesan normal

Ekstremitas
Akral hangat, pucat (-/-), edema (-), tidak ada pembengkakan sendi atau
tulang.

Status Lokalis Skrotum


Inspeksi : Asimetris (Sinistra>Dextra), tampak benjolan terbatas di skrotum
kiri berukuran ± 4x3 cm, warna kulit skrotum sama seperti kulit
disekitarnya. Transiluminasi testis S (+)
Palpasi : Testis D dan S teraba, teraba massa kistik di skrotum S, nyeri (-),
Finger test (-), silk gloves sign (-).
Auskultsi : Bising usus (-)

9
2.4 Pemeriksaan Penunjang

Hasil Pemeriksaan Kimia Darah


GDS 85 mg/dL Ureum 33,1 mg.dl
Kreatinin 0,6 mg/dl
Hasil Pemeriksaan Serologi
HbsAg Non Reaktif Ab HIV Non reaktif
Darah Lengkap
Leukosit 7.780 /µL Trombosit 442.000/µL
Hemoglobin 11,3 g/dL BT 3’
Hematokrit 35,3 % CT 9’

2.5 Diagnosis Kerja


Hidrokel Testis Dextra Komunikans

2.6 Diagnosis Banding


Hernia scrotalis irrepondible
Varicocel
Hidrokel
2.7 Penatalaksanaan
Non Farmakologis
Pro Operasi Hidrokelektomi

10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi
Hidrokel adalah penumpukan cairan, berupa cairan serosa, yang berlebihan
di antara lapisan parietalis dan viseralis tunika vaginalis, yang dalam keadaan
normal cairan yang berada pada rongga tersebut berada dalam keseimbangan
antara produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik disekitarnya (Dave, 2015;
Purnomo, 2011).

3.2 Embriologi dan Struktur Anatomis


Testis pada janin turun pada saat lahir melalui cincin inguinal dan melewati
tepi os pubis pada saat lahir. Sebelumnya, pada akhir bulan kedua kehamilan,
mesentrium urogenital melekatkan testis dan mesonefros ke dinding abdomen
posterior. Seiring berdegenerasinya mesonefros, perlekatan tersebut berfungsi
sebagai mesentrium bagi gonad. Di arah kaudal, mesentrium tersebut menjadi
ligamentum genitale kaudal. Pada kutub kaudal testis juga terbentuk pemadatan
mesenkim yang disebut sebagai gubernakulum. Sebelum testis turun, pita
mesenkim ini berakhir di regio inguinal antara muskulus oblikuus internus dan
muskulus oblikuus eksternus yang sedang berdiferensiasi (Sadler, 2006).
Sewaktu testis mulai turun ke arah cincin inguinal, sekitar bulan ke 7
kehamilan, terbentuk bagian ekstra abdomen dari gubernakulum yang tumbuh ke
regio inguinal ke arah penebalan skrotum. Peritoneum rongga abdomen
selanjutnya membentuk suatu evaginasi di kedua sisi garis tengah ke dalam
dinding abdomen ventral. Evaginasi tersebut, yang selanjutnya disebut sebagai
prosesus vaginalis mengikuti perjalanan gubernakulum testis kedalam penebalan
skrotum. Proses vaginalis, disertai oleh lapisan otot dan fasia dinding abdomen
membentuk evaginasi ke dalam penebalan skrotum membentuk kanalis inguinalis.
Lapisan peritoneum yang menutupi testis adalah lapisan visera tunika vaginalis,
sedangkan sisa kantong peritoneum membentuk lapisan parietal tunika vaginalis
(Sadler, 2006).

11
Lapisan yang menyelubungi testis yang berasal dari dinding abdomen anterior
diantaranya adalah fasia transversalis membentuk fasia spermatika interna,
muskulus oblikuus internus membentuk fasia krematerika dan muskulus
kremaster, dan muskulus oblikuus eksternus membentuk fasia spermatika eksterna
(Sadler, 2006).

Gambar 3.1. Lapisan pembungkus testis

3.3 Klasifikasi
Hidrokel testis diklasifikasikan berdasarkan letak kantong hidrokel terhadap
testis, yaitu (1) hidrokel testis, dimana kantong hidrokel mengelilingi testis
sehingga testis tak dapat diraba; (2) hidrokel funikulus, dimana kantong hidrokel
berada di funikulus yaitu terletak disebelah kranial dari testis, sehingga pada
palpasi testis dapat diraba dan berada di luar kantong hidrokel; (3) hidrokel
komunikan, dimana terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan rongga
peritoneum sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum. Tanda
khas pada hidrokel komunikans adalah besarnya kantong hidrokel dapat berubah,
terutama saat tekanan intraabdomen meningkat (Purnomo, 2011).

12
3.2. Klasifikasi Hidrokel
3.4 Epidemiologi
Hidrokel mengenai sekitar 4,7% neonatus dan 1% laki-laki dewasa berusia
diatas 40 tahun (Dave, 2015). Sedangkan berdasarkan letaknya dapat terjadi pada
skrotum kanan (56%), skrotum kiri (42%), atau keduanya (2%) (Latif, Bashir,
Rashid, Rehman, & Shah, 2008).

3.5 Patofisiologi
Secara fisiologis cairan yang terdapat diantara tunika viseralis dan tunika
vaginalis skrotum adalah 2-3 mililiter. Pada bayi yang baru lahir, hidrokel dapat
disebabkan karena (1) belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga
terjadi aliran cairan peritoneum ke prosesus vaginalis, atau (2) belum
sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum dalam melakukan absorpsi cairan
hidrokel (Purnomo, 2011). Pada usia yang lebih tua, hidrokel dapat terjadi akibat
obstruksi saluran limfa karena trauma atau infeksi (epididimitis, filariasis). Torsio
testis, post operasi skrotum, dan keganasan pada testis dapat menyebabkan
hidrokel (Dave, 2015).
Waktu penutupan prosesus vaginalis bervariasi pada setiap anak. Sekitar 80
- 100% anak lahir dengan prosesus vaginalis yang paten, namun menutup pada 6
bulan pertama kehidupan. Proses penutupan akan menurun setelah 6 bulan dan
plateau pada usia 3 sampai 5 tahun. Penutupan prosesus vaginalis kiri lebih cepat
daripada kanan (Glick & Boulanger, 2012).

3.6 Penegakkan Diagnosa


3.6.1 Anamnesis
Penegakan diagnosis hidrokel pada anak terutama didasarkan pada
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Hidrokel dapat memiliki manifestasi
asimtomatik, dan biasanya benjolan ditemukan secara tidak sengaja oleh orang

13
tua anak atau dokter saat pemeriksaan fisik (Purnomo, 2011). Benjolan pada
hidrokel dapat muncul sejak neonatus dan dapat terjadi bilateral. Benjolan
biasanya membesar secara perlahan dan ukurannya dapat berubah dapat berubah,
dimana benjolan menjadi lebih kecil pada malam hari saat anak sedang tidur. Pada
pembengkakan yang timbul mendadak pasien dapat mengeluhkan nyeri (Dave,
2015; Oak, Chaubal, & Visnawath, 2007).
3.7.2 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi inspeksi, palpasi, dan
transiluminasi skrotum. Hal yang paling pertama dilakukan adalah memposisikan
anak dalam posisi berbaring di meja pemeriksaan. Inspeksi dilakukan pada kedua
regio inguinal untuk melihat benjolan dan asimetrisitas. Jika benjolan tidak dapat
terlihat pada posisi anak berbaring, posisikan anak berdiri menghadap pemeriksa.
Benjolan yang tampak biasanya berbentuk bundar (roundish) diatas skrotum atau
kanalis inguinalis (pada hidrokel funikuli) (Glick & Boulanger, 2012).
Pemeriksaan selanjutnya adalah palpasi. Palpasi diawali pada sisi yang
tidak terdapat benjolan, kemudian dilakukan pada sisi yang terdapat benjolan.
Palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan, diraba konsistensinya, dan dicoba
untuk mendorong apakah benjolan dapat direposisi. Pada palpasi ditemukan
massa kistus yang tidak nyeri. Palpasi secara lembut dilakukan dengan
menggunakan 1jari (finger test) pada arah kraniokaudal, dari superior dan lateral
tuberkulum pubikum. Benjolan yang teraba di proksimal atau distal jari kemudian
dicoba direduksi dari ke arah kraniolateral untuk menentukan hidrokel atau
diagnosis banding lainnya. Pada funikulus spermatikus, dapat dilakukan perabaan
dengan cara menggesek dua lapis kantong. Pada hidrokel biasanya tidak teraba
sensasi gesekan permukaan kain sutra. Setelah mengidentifikasi benjolan, palpasi
dilanjutkan untuk meraba apakah terdapat testis atau tidak pada skrotum. Palpasi
testis dilakukan disebelah dorsal skrotum, karena tunika vaginalis terletak
disebelah ventral testis dan epididimis, sehingga bila ada hidrokel testis dan
epididimis terdorong ke dorsal oleh ruang tunika vaginalis yang membesar.
(Palmer, 2013; Sjamsuhidajat, Karnadiharja, Prasetyono, & Rudiman, 2007).

14
Pemeriksaan selanjutnya adalah transluminasi skrotum untuk membedakan
antara hidrokel dan hernia inguinalis. Pada hidrokel pemeriksaan transiluminasi
akan positif (Purnomo, 2011).

3.7 Penatalaksanaan
3.8.1 Anestesi
Jenis anestesi yang digunakan pada operasi hernia inguinalis anak dapat
berupa anestesi umum. Pada bayi prematur dapat dilakukan anestesi spinal untuk
menghindari komplikais post operatif apneu. Pasien diletakkan dalam posisi
supinasi diatas selimut pemanas (Puri & Hollwarth, 2006).
3.8.3 Teknik Operasi
Prinsip utama operasi hidrokel testis sama dengan hernia inguinalis anak,
yaitu ligasi tinggi. Metode ini telah dimodifikasi sebagai metode Ferguson. Pada
metode Ferguson, m.obliqus externus dibuka kemudian dilakukan perbaikan pada
kanalis inguinalis tanpa mengganggu hubungan struktur inguinal dan korda
spermatika (Glick & Boulanger, 2012).
Pada metode Ferguson, pasien diposisikan supinasi, kemudian dilakukan
penandaan pada tuberkulum pubikum dan spina iliaka anterior superoir (SIAS).
Insisi kulit dibuat dengan ujung medial terletak pada superolateral tuberkulum
pubikum. Lokasi dan panjang insisi tergantung pada usia anak. Pada bayi, cincin
eksterna dan interna kanalis inguinalisnya lokasinya sangat berdekatan.
Sedangkan pada anak yang lebih tua, jarak antara cincin eksterna dan interna
kanalis inguinalis melebar 2 kali lipat, sehingga insisi yang dibuat harus lebih ke
arah lateral agar tidak menyebabkan diseksi struktur korda spermatika yang lebih
terletak ke medial (Glick & Boulanger, 2012).
Insisi di bawah kulit secara berurutan akan mengekspos fascia Camper dan
fascia Scarpa yang ada dibawahnya. Insisi yang dilakukan harus dilakukan secara
hati-hati agar tidak menyebabkan diseksi a.epigastrika inferior yang ada di atas
fascia Scarpa. Fascia Scarpa kemudian dibuka untuk mengekspos m.obliqus
eksternus yang ada dibawahnya. Kemudian, dilakukan insisi pada m.obliqus
externus di lateral dari cincin eksterna kanalis inguinalis. Pada bayi dengan usia
kurang dari 1 tahun, tidak perlu dilakukan insisi m.obliqus externa untuk

15
mencapai cincin interna kanalis inguinalis karena cincin eksterna dan internanya
berdekatan. Di bawah m.obliqus eksternus terdapat m.cremaster, diinsisi untuk
melihat struktur dibawahnya (Glick & Boulanger, 2012). Setelah diinsisi, korda
spermatika dielevasikan, sedangkan vas deferens dan pembuluh darah spermatika
dipisahkan (Fraser & Snyder, 2014). Kemudian dilakukan inspeksi pada isi
prosesus vaginalis, kemudian dipisahkan menggunakan 2 buah clamp menjadi
ujung distal dan proksimal. Ujung distal dikauterisasi lalu dibiarkan, sementara
ujung proksimal didiseksi dan dilakukan ligasi ganda setinggi cincin interna
kanalis inguinalis. Kemudian dilakukan penjahitan pada luka insisi lapisan demi
lapisan dengan benang absorbable (Glick & Boulanger, 2012).

16
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Anamnesis
Fakta Teori
 Benjolan pada  Benjolan pada hidrokel bersifat tidak
kantong buah zakar nyeri
 Tidak nyeri   Benjolan pada hidrokel testis komunikans
anak tidak rewel dapat berubah, bergantung pada tekanan
 Sempat intraabdominal
mengecil sedikit  Hidrokel banyak ditemukan pada anak-
 Muncul sejak anak (neonatus) paling sering terjadi pada
satu bulan yang lalu (Usia 2 tahun pertama kehidupan
tahun 9 bulan)

4.2 Pemeriksaan Fisik


Fakta Teori
 Inspeksi : Asimetris (S>D),  Pada inspksi benjolan dapat terlihat atau
benjolan skrotum S ukuran ± tampak sebagai skrotum yang asimetris
4x3 cm, warna kulit skrotum  Terdapat testis atau tidak pada skrotum
sama seperti kulit disekitarnya.  Transluminasi skrotum untuk
Transiluminasi testis S (+) membedakan antara hernia inguinalis dan
:Asimetris (dextra < Sinistra), hidrokeltransiluminasi hidrokel (+)
tidak tampak berdenyut, Refleks
kremaster (+/SDE),
Transiluminasi (-/-). Warna kulit
skrotum sama seperti kulit
disekitarnya.
 Palpasi: Testis D dan S teraba,
teraba massa kistik di skrotum
S, nyeri (-), Finger test (-), silk
gloves sign (-).

17
 Auskultasi : Terdengar
bising usus (-/-)

4.3 Diagnosis
Fakta Teori
Hidrokel Testis Sinistra  Penegakan diagnosis hidrokel testis
pada anak terutama didasarkan pada
anamnesis dan pemeriksaan fisik

4.4 Pemeriksaan penunjang


Fakta Teori
 Keadaan umum pasien tampak  Sebagian besar dapat ditegakkan dengan
baik anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan penunjang hanya diperlukan
pada kasus-kasus tertentu

4.5 Penatalaksanaan
Fakta Teori
 Rencana Ligasi Tinggi  Prinsip utama menggunakan teknik ligasi
 Dengan bantuan General tinggi, seperti pada penatalaksanaan
Anestesi hernia

18
DAFTAR PUSTAKA

Dave, J. (2015). Cause and Mannagement of Hydrocele: A Review Article. Indian


Journal of Applied Research , 117-118.
Glick, P.L., & Boulanger, S.C. (2012). Inguinal Hernias and Hydroceles. In A.G.
Coran, N.S. Adzick, & T.M. Krummel, Pediatric Surgery (pp. 985-1001).
Philadelphia, USA: Elsevier Saunders.
Latif, U., Bashir, M. A., Rashid, A., Rehman, Q., & Shah, T. A. (2008).
Hydrocele: Surgery vs Sclerotherapy. Professional Med J , 125-128.
Oak, S. N., Chaubal, N. G., & Visnawath, N. (2007). Paediatric Surgical
Diagnosis. New Delhi: Jaypee Brothers MEdical Publishers.
Palmer, L.S. (2013). Hernias and Hydroceles. Pediatrics in Review, 2013(34),
457-464.
Puri, P., & Hollwarth, M. (2006). Pediatric Surgery. New York: Springer-Verlag.
Purnomo, B. B. (2011). Dasar-Dasar Urologi. Malang: Sagung Seto.
Sadler, T. (2006). Langman Embriologi Kedokteran (10 ed.). Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Sjamsuhidajat, R., Karnadiharja, W., Prasetyono, T. O., & Rudiman, R.
(Penyunt.). (2007). Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamjuhidajat-de Jong (3 ed.).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

19

Anda mungkin juga menyukai