sindrom klinis kompleks yang berasal dari semua gangguan fungsional atau struktural pada pengisian ventrikel atau pada pemompaan darah “ESC heart failure guideline”→ HF adalah suatu sindrom yang kompleks yang berasal dari kelainan struktural atau fungsional jantung yang mengganggu kemampuan jantung sebagai pompa sirkulasi MACAM-MACAM ISTILAH HF
1. HFrEF/SHF → diagnosis klinis HF dengan EF
≤40%. Penyebab utama: CAD dengan infark miokard anterior 2. HFpEF/DHF → diagnosis klinis HF dengan EF ≥50%. EF yang ‘normal’ : 60-65%. Kriteria HFpEF: (1) adanya tanda/gejala klinis HF, (2) bukti preserved atau LVEF normal,(3) bukti abnormalitas fungsi diastolik LV yang ditentukan dengan ekokardiografi Doppler/kateterisasi jantung. Banyak ditemukan pada pasien obesitas, CAD, diabetes mellitus, fibrilasi atrial, dan hiperlipidemia MACAM-MACAM ISTILAH HF 3. Acute heart failure syndrome (AHFS)/acute decompensated heart failure (ADHF)/acute heart failure (AHF) 4. Chronic heart failure (CHF) : kondisi gagal jantung yang relatif lebih stabil namun masih simptomatik, sering disebut compensated heart failure 5. SHF : ventrikel yang dinding dalamnya menebal (penambahan massa otot) sehingga kavitasnya mengecil (hypertrophy), Kebanyakan hipertrofi disebabkan oleh pressure overload 6. DHF : ventrikel yang berdilatasi (membesar tanpa disertai penebalan dinding) sehingga mampu menampung lebih banyak volume darah (disebut enlargement), kebanyakan karena volume overload 7. GAGAL JANTUNG KIRI VS KANAN Pasien pria berusia 50 tahun datang ke klinik dengan riwayat hipertensi. Pasien tidak ada keluhan sesak ataupun nyeri dada. Saat diperiksa EKG, didapatkan hasil irama sinus, aksis sebesar minus tiga puluh derajat, total gelombang R di V6 dengan gelombang S di V1 sebesar 37 mm, ST depresi tipe strain di V6, I, dan AVL. Berdasarkan AHA, diagnosisnya adalah... a. Heart failure kelas A b. Heart failure kelas B c. Heart failure kelas C d. Heart failure kelas D e. Chronic heart failure KLASIFIKASI GAGAL JANTUNG KRONIK KLASIFIKASI GAGAL JANTUNG KRONIK EVALUASI KLINIS HF EVALUASI KLINIS HF EVALUASI KLINIS HF EVALUASI KLINIS HF DIAGNOSTIC TESTS
Evaluasi laboratorium awal pada pasien HF harus
meliputi: darah lengkap, urinalisis, elektrolit serum (termasuk kalsium dan magnesium), BUN, kreatinin serum, kadar glukosa, profil lipid, LFT (liver function test), dan TSH Jika diperlukan untuk monitoring serial, harus meliputi fungsi ginjal dan elektrolit serum EKG 12 sadapan harus dilakukan sejak awal pada semua pasien HF DIAGNOSTIC TESTS DIAGNOSTIC TESTS DIAGNOSTIC TESTS Terapi Farmakologis Gagal Jantung Kronik HFrEF (Systolic HF) Stages A-D Stages A (Rekomendasi ACCF/AHA) Terapi Farmakologis Gagal Jantung Kronik HFrEF (Systolic HF) Stages A-D Stages A (Rekomendasi ACCF/AHA)
-Hipertensi dan kelainan lipid harus dikontrol
untuk menurunkan risiko HF (A)
-Kondisi lain yang dapat
menyebabkan/mencetuskan HF, seperti obesitas, diabetes, rokok tobacco, dan obat kardiotoksik, harus dikontrol atau dihindari (C) Terapi Gagal Jantung Kronik HFrEF (Systolic HF) Stages B (Rekomendasi ACCF/AHA) Pada semua pasien dengan atau riwayat MI/ACS dan reduced EF, ACE-i harus diberikan untuk mencegah HF simptomatik dan menurunkan mortalitas. Pada pasien intoleran ACE-i, ARB dapat digunakan, kecuali ada kontraindikasi (A) Pada semua pasien dengan atau riwayat MI/ACS dan reduced EF, harus diberikan β-blockers untuk menurunkan mortalitas (B) Pada semua pasien dengan atau riwayat MI/ACS dan reduced EF, harus diberikan statin untuk mencegah HF simptomatik dan kejadian kardiovaskular (A) Pada pasien dengan abnormalitas struktur jantung, termasuk hipertrofi LV, tanpa ada riwayat ACS/MI, tekanan darah harus dikontrol (A) ACE-i dan β-blockers harus diberikan pada semua pasien dengan reduced EF untuk mencegah HF simptomatik, bahkan ketika pasien tidak ada riwayat MI (A) Intervensi Nonfarmakologis pada HF Stadium C
Edukasi : pasien HF harus mendapat edukasi
spesifik untuk memfasilitasi HF self-care Restriksi natrium (<3 g/d) dilakukan pada pasien simptomatik HF untuk mengurangi gejala kongestif Penurunan BB
Aktivitas fisik (olahraga) teratur
direkomendasikan untuk pasien HF Terapi HFrEF Kelas Fungsional NYHA II-IV (Rekomendasi ESC) dan Stadium C NYHA I-IV (Rekomendasi AHA) ACE-INHIBITORS Manfaat ACE-i ACE-i dapat menurunkan resistensi vaskular sistemik, tekanan atrium kanan, dan memperbaiki performa kardiak (meningkatkan CO dan SV) serta memperbaiki fungsi LV. ACE-i memperbaiki gejala HF pasien (dinilai dengan patient global assessment), memperbaiki kelas fungsional NYHA, dan meningkatkan toleransi aktivitas fisik. ACE-i juga memperpanjang survival Jangan berikan pasien ACE-i jika mereka mengalami angioedema selama meminum obat ini sebelumnya atau jika pasien hamil/berencana hamil. Hati-hati jika ingin diberikan ACE-i pada pasien dengan TD sangat rendah (TDS <80 mmHg), peningkatan kreatinin (>3 mg/dL), stenosis arteri renalis bilateral, dan peningkatan kalium serum (>5 mEq/L). Pasien harus dimonitor terhadap terjadinya efek samping mayor, yaitu hipotensi, azotemia prerenal, angioedema, hiperkalemia, dan batuk β-BLOCKERS
Ketika diberikan bersama dengan ACE-i, β-blockers dapat membalik
proses remodeling LV, memperbaiki gejala pasien, mencegah hospitalisasi, dan memperpanjang harapan hidup. Tiga β-blockers telah terbukti efektif yaitu bisoprolol dan sustained- release metoprolol succinate yang keduanya secara kompetitif memblok reseptor β1-adrenergik, dan carvedilol yang secara kompetitif memblok ketiga reseptor adrenergik. Titrasi naik dosis β-blockers harus dalam interval lebih dari 2 minggu sejak dosis yang pertama diberikan. Jika terjadi perburukan retensi cairan (biasanya pada hari ke-3 sampai ke-5), diatasi dengan meningkatkan dosis diuretik. Pasien tidak perlu mendapat ACE-i dosis tinggi sebelum dikombinasi dengan pemberian β-blockers. Mineralocorticoid/aldosterone receptor antagonists (MRA) Pemberian aldosterone antagonist direkomendasikan untuk pasien NYHA kelas II-IV dengan penurunan EF (≤35%) dan telah mendapat terapi standar (diuretik, ACE-i, dan β- blockers). Kadar kreatinin harus ≤2.5 mg/dL pada laki-laki atau ≤2 mg/dL pada perempuan (atau estimated GFR >30 mL/min/1.73 m2), dan kalium harus <5.0 mEq/L. Pemberian aldosterone antagonist direkomendasikan pada pasien dengan LVEF ≤40% yang mengalami gejala HF atau memiliki riwayat diabetes Suplementasi kalium harus dihentikan setelah dimulai pemberian obat ini, dan hindari makanan tinggi kalium. Kadar kalium dan fungsi ginjal harus dicek ulang dalam 3 hari dan diulang 1 minggu setelah pemberian Monitoring dilakukan minimal setiap bulan selama 3 bulan pertama dan selanjutnya setiap 3 bulan sekali Terapi untuk Fluid Overload atau jika ada Tanda-Gejala Kongesti
Diuretik direkomendasikan pada pasien HFrEF dengan bukti retensi
cairan, kecuali ada kontraindikasi Penggunaan diuretik hemat kalium dan suplemen kalium: -Jika menggunakan diuretik boros kalium bersama dengan ACE-i dan MRA (ARB), penggantian kalium tidak diperlukan -Hiperkalemia berat dapat terjadi jika diuretik hemat kalium atau suplemen kalium diberikan bersama dengan kombinasi ACE-i (ARB) dan MRA -Penggunaan ketiganya (ACE-i, ARB, MRA) tidak direkomendasikan
Resistensi diuretik: bila minum obat yang dapat memblok efek
diuretik (misal, NSAID, termasuk cyclo-oxygenase-2 inhibitors), atau bila memiliki gangguan fungsi/perfusi ginjal yang signifikan. Resistensi diuretik biasanya diatasi dengan pemberian diuretik intravena (termasuk continuous infusion) atau kombinasi 2 kelas diuretik (misal, metolazone dengan loop diuretik). DIGOXIN Biasa diberikan pada pasien dengan HF dan AF, namun β- blockers lebih efektif ketika ditambahkan dengan digoxin. Tidak boleh diberikan digoxin jika terdapat sinus block atau AV- block yang signifikan, kecuali jika block telah diatasi dengan pacemaker permanen. Hati-hati digunakan pada pasien yang minum obat lain yang dapat mendepresi fungsi nodus sinus/nodus AV atau obat yang mempengaruhi kadar digoxin (amiodarone/β-blocker) Dosis 0.125-0.25 mg/hari. Dosis rendah digoxin (0.125 mg/hari atau selang sehari) harus dipakai pada pasien usia >70 tahun, pasien dengan gangguan fungsi renal, atau yang BMI-nya rendah Obat-obat yang meningkatkan toksisitas digoxin: klaritromisin, dronedarone, eritromisin, amiodarone, itraconazole, siklosporin, propafenone, verapamil, dan quinidine Obat-obat yang berefek memperburuk gejala pasien dengan HFrEF dianggap berbahaya dan harus dihindari atau dihentikan jika memungkinkan, yaitu: obat antiaritmia, kebanyakan CCB, kecuali amlodipine, NSAID, & thiazolidinedione
Terapi Farmakologis untuk Pasien HFpEF Stadium C
(Rekomendasi ACCF/AHA)
Tekanan darah sistolik dan diastolik harus dikontrol
Diuretik harus diberikan Revaskularisasi koroner dapat dilakukan pada pasien CAD dimana gejala anginanya atau iskemia miokard-nya akan berakibat buruk pada pasien HFpEF Penggunaan β-blockers, ACE-i, dan ARB pada pasien HFpEF dengan hipertensi direkomendasikan untuk kontrol tekanan darah Gagal Jantung Kronik Stadium D / Advanced HF Sekelompok pasien dengan gagal jantung kronis akan berlanjut ke tahap gejala gagal jantung berat yang menetap walaupun telah mendapat GDMT maksimum. Kelompok pasien ini yang disebut HF stadium D/advanced HF/end-stage HF/refractory HF. Restriksi air
Restriksi cairan (1.5-2 L/d) direkomendasikan
pada pasien stadium D, terutama pasien dengan hiponatremia, untuk mengurangi gejala kongesti Inotropik Acute Heart Failure Syndromes (AHFS)/ Acute Heart Failure (AHF) “onset baru atau rekurensi secara bertahap/cepat dari gejala dan tanda HF yang memerlukan terapi emergensi/segera dan menyebabkan pasien dirawat inap”. AHFS timbul sebagai akibat dari perburukan pasien yang sebelumnya didiagnosis HF Klasifikasi AHFS menurut ESC: New-onset/de novo HF (20% dari seluruh AHFS). Pasien pada kelompok ini datang dengan gejala HF untuk pertama kalinya. Pasien ini bisa tidak memiliki riwayat penyakit kardiovaskular/faktor risiko (misal miokarditis akut), namun yang lebih sering, pasien memiliki latar belakang faktor risiko HF (HF stage A) atau kelainan struktural jantung (HF stage B), atau mengalami ACS HF kronik yang memburuk (80% dari seluruh AHFS). Pasien pada kelompok ini memiliki riwayat gagal jantung kronik (HF stage C) dan datang dengan episode dekompensasi KLASIFIKASI MENURUT ACCF/AHA Prinsip Terapi Berdasarkan Profil Pasien Profil B: Wet and Warm
-Kebanyakan pasien AHFS yang dirawat
termasuk dalam profil ini - ‘get to dry’ → dengan diuretik. Namun, jika yang dominan adalah vasokonstriksi, misal pada hipertensi berat dengan edema pulmonal insipien, 1st-line therapy-nya : vasodilator+bolus sedang diuretik iv. -Furosemide dalam bolus atau continuous infusion, yang kadang bisa ditambah dengan metolazone oral/tiazid iv Profil C : Wet and Cold Disebut juga dengan true cardiogenic shock Perlu untuk dioptimalkan perfusinya terlebih dahulu sebelum ditangani kongestinya SVR sangat tinggi → vasopressor iv menjadi pilihan/dengan inotropik yang memiliki efek vasopressor, seperti dobutamin dan milrinone. Jika memakai inotropik, dosis awal harus serendah mungkin Profil L: Dry and Cold Sangat jarang pasien AHFS yang masuk dalam kelompok ini (true profile L). Pasien yang tampaknya masuk dalam profil ini harus dievaluasi secara hati- hati untuk elevated filling pressure yang tidak terlihat (mengindikasikan profil C). Pada profil ini, penanganannya dengan memberikan cairan (fluid challenge) dan diuretik oral KRITERIA PULANG