CAMPAK 9 BULAN
HEPATITIS B 0 BULAN 1 BULAN 6 BULAN
MMR 15 BULAN
Keadaan Kesehatan
Ayah : sehat
Ibu : sehat
Saudara : diare (sepupu)
Orang serumah : Ibu, ayah, sepupu, dan orang tua sepupu.
Kepandaian
• Berbalik : 3 bulan
• Duduk tanpa bantuan : 7 bulan
• Duduk tanpa pegangan : 8 bulan
• Berjalan 1 tangan dipegang : 9 bulan
• Berjalan tanpa dipegang : 13 bulan
• Bicara 1 kata : 9 bulan
• Bicara 1 kalimat : 15 bulan
• Membaca : Belum Bisa
• Menulis : Belum Bisa
• Sekolah : Belum
Makanan
UMUR JENIS MAKANAN
HITUNG JENIS
Basophil 0,6 % 0,0-1,0
FESES
MARKOSKOPIS
Warna Kuning
Konsistensi Lembek
Lendir +
Darah -
MIKROSKOPIS
+
Serat makanan
2-4
Leukosit 0-3
Eritrosit
Resume
• Pasien usia 3 tahun 4 bulan datang diantar ibunya dengan keluhan diare sejak 2 hari yang lalu. Diare
berkonsistensi cair sebanyak 7-8 kali per hari disertai dengan darah dan lendir. Sehari sebelumnnya pasien
mengeluhkan demam yang naik-turun. Ibu pasien juga menyatakan bahwa pasien menjadi rewel dan
menangis terus. Sejak hari pertama demam, pasien langsung diberikan parasetamol sebanyak 3 kali. Pasien
tidak mengeluh mual dan muntah.
• Keluhan batuk dan pilek disangkal. Keluhan nyeri saat miksi. Keluhan nyeri retroorbital dan adanya ptekie
disangkal. Nafsu makan pasien menurun dan menjadi susah makan. BAK tidak ada keluhan. Riwayat kontak
dengan orang yang batuk lama dan berpergian ke pantai disangkal.
•
• Pasien pernah mengalami diare sebelumnya namun langsung mengalami perbaikan 2-3 hari setelah di bawa
ke dokter. Riwayat imunisasi dasar pasien lengkap. Pasien lahir dari ibu P1A0 dengan cukup bulan dibantu
bidan lahir letak kepala, spontan, langsung menangis.
• Pemeriksaan fisik pasien didapatkan berat badan 10 kg dan tinggi badan 91 cm, dengan status gizi TB/BB: <-3
= severely stunted. Pengukuran tanda vital pasien didapatkan suhu 39,9 °C, terdapat tanda dehidrasi ringan
sedang pada pasien berupa pasien tampak rewel dan mukosa mulut dan lidah kering.
• Pemeriksaan darah pasien didapatkan hasil leukopenia dan trombositopenia, dan pemeriksaan
hitung jenis didapatkan hasil monositosis. Pada pemeriksaan feses didapatkan lendir.
Diagnosis Banding:
1. Diare akut disentriform ec EIEC+ Dehidrasi Ringan Sedang+KEP berat
2. Diare akut disentriform ec Shigella + Dehidrasi Ringan Sedang+KEP berat
3. Diare akut disentriform ec Salmonella + Dehidrasi Ringan Sedang+KEP berat
4. Diare akut disentriform ec E. Histolytica + Dehidrasi Ringan Sedang+KEP berat
Diagnosis Kerja:
Diare akut disentriform ec EIEC + Dehidrasi Ringan Sedang+KEP berat
Penatalaksanaan
Non-farmakologi:
Rehidrasi : Rencana terapi B (oralit 75cc/kgBB/3 jam)
Zink 20 mg/hari (10-14 hari)
IVFD RL 1000 cc/24 jam (14 gtt/mnt)
Probiotik Lakto-B (2 kali/hari, 5 hari)
Teruskan makanan rendah serat porsi kecil
Farmakologi:
Antibiotik cotrimoksazol 50 mg/kgBB/hr (4 dosis, 3 hari)
Antipiretik Paracetamol 10-15mg/kgBB/kali
USUL PEMERIKSAAN
Kultur feses
PROGNOSIS
Quo ad vitam: dubia ad bonam
Quo ad functionam: dubia ad bonam
Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya diare pada anak
dapat dengan mudah dilakukan seperti membiasakan anak untuk mencuci
tangan sebelum dan sesuah makan, setelah buang air besar, dan setelah
bermain diluar. Peran ibu dalam mencegah terjadinya diare pada anak dapat
membiasakan mencuci bahan makanan yang akan dimasak, mencuci
tangan sebelum menghidangkan masakan kepada keluarga, dan mencuci
tangan setelah menceboki anak. Air minum dapat menjadi faktor risiko
terjadinya diare pada anak sehingga air harus bersih dengan cara merebus,
pemanasan dengan sinar matahari atau proses klorinisasi. Pengelolaan
sampah yang baik dapat mencegah tercemarnya serangga pada makanan
yang akan dikonsumsi. Hal yang sering dilakukan para ibu yang dapat
meningkatkan risiko terjadinya diare pada anak adalah pemberian empeng.
Manajemen Umum
• Isolasi
• Tirah rebah selama panas
• Diet makanan lunak yang mudah dicerna
Manajemen Khusus
• Eradikasi kuman menggunakan antibiotik (oral dan parenteral)
• Terapi penyulit sesuai penyulit yang ada
• Kortikostreroid
Pada kasus yang berat dengan gangguan kesadaran (stupor, koma),
gangguan sirkulasi, dan gejala berkepanjangan, dapat digunakan:
Dexametason 3 mg/KgBB inisial, diikuti 1 mg/kgBB tiap 6 jam selama
48 jam. Bila dikhawatirkan terjadi hipotermia akibat pemberian
dexametason, dapat diberikan dengan dosis 0,15 mg/kgBB cukup aman
dan efektif.
Oral Parenteral
Tanpa penyulit Kloramfenikol 50-75 mg/ kgbb/ hari Kloramfenikol 75mg/kgbb/hari selama 14-21
selama 14-21 hari hari
Amoksisilin 75-100mg/kgbb/hari selama Ampisilin 75-100mg/kgbb/hari selama 14
14 hari hari
TNP- SMX 8/40mg/kgbb/ hari selama 14
hari
Terapi alternatif Cefixim (multi drug resistant) 15-
tanpa penyulit 20mg/kgbb/hari selama 7-14 hari
Azitromicin (quinolon resistant) 8-
10mg/kgbb/hari selama 7 hari
Dengan penyulit Kloramfenikol 100mg/kgbb/hari selama 14-
21 hari
Ampisilin 100mg/kgbb/hari selama 14 hari
Ceftriaxon 75mg/kgbb/hari atau cefotaxim
80mg/kgbb/hari selama 10-14 hari
Pengobatan Penyakit Penyerta
Pengobatan ditujukan pada penyakit yang sering menyertai KEP berat yaitu:
Defisiensi vitamin A
• Bila terdapat tanda defisiensi vitamin A pada mata vit. A pada hari ke-1, 2, dan
14 p.o.dengan dosis:
• Usia> 1 th : 200.000 SI/kali
• Usia 6-12 bulan : 100.000 SI/kali
• Usia 0-5 bulan : 50.000 SI/kali
Bila terdapat ulserasi pada mata, tambahkan perawatan local untuk mencegah
prolapse lensa berupa:
• Tetes mata kloramfenikol atau salep mata setiap 2-3 jam selama 7-10 hari
• Tetes mata atropine 1 tetes 3x/hari selama 3-5 hari
• Tutup matadengan kasa yang dibasahi larutan garam fisiologis
Dermatosis
• Ditandai dengan hipo/hiperpigmentasi, deskuamasi/ kulit
mengelupas, lesi ulserasi eksudatif yang menyerupai luka bakar dan
sering disertai infeksi sekunder oleh candida; umumnya terdapat
defisiensi Zn. Sesudah suplementasi Zn dan dermatosis membaik
penyembuhan akan lebih cepat bila diberikan:
• Kompres bagian kulit yang terkena dengan larutan KMnO4
• (K-permanganat) 1% selama 10 menit
• Salep/krim (Zn dengan minyak kastor)
• Usahakan daerah perineum tetap kering
Parasit atau cacing
• Mebendazol 100 mg p.o. 2x/hari selama 3 hari
Diare berlanjut
• Diare biasanya menyertai KEP berat, tetapi akan berkurang dengan
sendirinya pada pemberian makanan secara hati-hati. Intoleransi
laktosa tidak jarang sebagai penyebab diare.
• Berikan formula bebas/rendah laktosa
• Metronidazole 7,5 mg/KgBB p.o setiap 8 jam selama 7 hari.
Tuberkulosis
• Bila ada dugaan kuat menderita TB, lakukan tes tuberculin/ mantoux
(sering kali alergi) dan foto rontgen toraks. Bila (+) atau sangat
mungkin TB obati sesuai pedoman pengobatan TB
Kegagalan Pengobatan
• Tercermin pada angka kematian dan kenaikan BB.1
• Perhatikan saat terjadi kematian
• Dalam 24 jam pertama: kemungkinan hipoglikemia, hipotermia, sepsis yang terlambat
atau tidak diatasi, atau proses rehidrasi kurang tepat
• Dalam 72 jam: periksa apakah volume terlalu banyak atau pemilihan formula tidak tepat.
• Malam hari: kemungkinan hipotermi karena selimut kurang memadai, tidak diberi
makan, atau perubahan konsentrasi formula terlalu cepat
• Kenaikan BB tidak adekuat pada fase rehabilitas.
• Penilaian kenaikan BB:
• Baik :> 10g/KgBB/hari
• Sedang : 5-10 g/KgBB/hari
• Kurang : <5g/KgBB/hari
Daftar Pustaka
• Garna H, Nataprawira HM. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak.
Edisi V. Bandung : Departemen/SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran/RSUP Dr. Hasan Sadikin; 2014; hal 847-851.
• Universitas Indonesia. Available at http://lib.ui.ac.id/
• UPNVJ. Available at http://library.upnvj.ac.id/
• Macdante J, Kliegman R, Ilmu Kesehatan Anak Esensial. Singapore: Elsevier;
2014; hal 125.
• Pedoman Diagnosis dan Terapi. Ilmu Kesehatan Anak Ed. 5. 2014.
• Modul Kegiatan Dokter Muda
• Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. ASUHAN NUTRISI PEDIATRIK. 2011.
http://idai.or.id/wp-content/uploads /2013/02/ Rekomendasi-IDAI Asuhan-
Nutrisi-Pediatrik.pdf
Revisi
Kalo di lab ga ada eritrosit di feses HARAM MEMBUAT DK DIARE
DISENTRIFORM