Anda di halaman 1dari 41

Responsi

Diare Akut Disentriform


Resa Shahana Ulfa 4151151441
Annisa Putri Wulansari 4151171503
Siti Zakiaturrahmah 4151171502
Riany Toisuta 4151171463
Mochammad Rivaldi 4151171457
Fadhilah Ayu Yenriska 4151171404
Ghiska Vikry Nugraha Ardiansyah 4151171405
Rania Indriastuti 4151171511
Isnaini Nurul F 4151171424
Shiffa Ramadhanti 4151171417
Rizkha zhanuarty 4151141489
Ngakan Made Adyaksa Mahatma 4151171433
Ilda Nurul Ainun 4151171414
Pasien
Nama : Alisha Putri Shabila
Jenis Kelamin : Perempuan
TTL : Cimahi, 25 Januari 2015 (3 tahun 4 bulan)
Kiriman dari : Poliklinik Anak RS Dustira
Dengan Diagnosis : Demam Dengue + Diare Akut Disentriform
Ayah
Nama : Tn. Arif Ristianto
Umur : 30 tahun
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : TNI (Praka)
Penghasilan : Rp. 4.000.000,-
Ibu
Nama : Ny. Reni Sri Septiani
Umur : 26 tahun
Pendidikan : D3 kebidanan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Penghasilan :-
Alamat : Jl. Ibu Ganirah Gg. Nuryadi RT/RW 02/04 no. 16
Cibeber, Kec. Cimahi Selatan, Kota Cimahi
Masuk RS : Minggu, 6 Mei 2018
Anamnesis Khusus
Ibu pasien mengatakan bahwa sejak 2 hari yang lalu pasien mengalami
diare dengan konsistensi cair sebanyak 7-8 kali per hari. Diare disertai
bercak darah dan lendir.
Anamnesis Umum
Pasien mengalami diare yang dirasakan terus menerus sejak 2 hari yang lalu sebanyak 7-8 kali disertai dengan bercak darah dan
lendir. Pasien pernah mengalami diare beberapa kali sebelumnya, namun sembuh dalam 2-3 hari setelah berobat ke dokter. Sehari
sebelum diare pasien mengalami demam yang naik turun. Keluhan demam diobati dengan pemberian parasetamol oleh ibu pasien,
Kemudian demam mereda tetapi timbul kembali. Ibu pasien mengatakan bahwa pasien rewel dan terlihat lemah. Pada saat ibu pasien
melihat bercak darah pada feses pasien, pasien langsung dilarikan ke klinik dan diberikan obat parasetamol namun saat pulang tidak
ada perbaikan dan kembali dilarikan ke IGD RS Dustira pada hari berikutnya.
Keluhan tidak disertai mual dan muntah. Pasien juga mengalami batuk sehari sebelum mengalami diare. Ibu mengatakan pasien jadi
susah makan dan minum. Sebelum ke rumah sakit, pasien tidak mengalami sesak napas, kejang, dan penurunan kesadaran. Pasien
tidak pernah mengalami perdarahan gusi atau mimisan, tidak mengalami pilek, tidak sakit saat BAK, tidak pernah keluar cairan dari
telinga, tidak ada bintik-bintik dan mata merah, dan tidak pernah merasa sesak napas.
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien suka jajan di pinggir jalan. Selain itu saudara yang tinggal serumah dengan pasien mengalami
keluhan yang sama, yaitu diare berdarah, seminggu sebelum pasien diare. Sumber air minum keluarga pasien merupakan air isi ulang.
Pasien diberikan ASI eksklusif sampai usia 6 bulan. MP-ASI diberikan dari pasien berusia 6 bulan hingga 1 tahun. Pasien memiliki
kebiasaan makan 3 kali sehari sebanyak 10 sendok makan dan minum susu setiap pagi dan malam hari.
Riwayat imunisasi dasar pasien lengkap dengan tambahan imunisasi MMR pada usia 15 bulan. Perkembangan motorik, sensorik,
verbal, dan sosial sesuai dengan usia pasien. Sekarang pasien sudah dapat berjalan sendiri, naik tangga, membuka dan memakai baju
sendiri, sudah dapat mengidentifikasi 3 warna, dapat menyebut identitas ayah dan ibu, dan mengungkapkan keinginannya. Pasien
lahir cukup bulan dari ibu P1A0, dibantu oleh bidan lahir letak kepala, spontan, langsung menangis.
Riwayat Imunisasi
NAMA DASAR LANJUTAN
BCG 2 BULAN
POLIO 0 BULAN 2 BULAN 4 BULAN 6 BULAN

DPT 2 BULAN 4 BULAN 6 BULAN 18 BULAN

CAMPAK 9 BULAN
HEPATITIS B 0 BULAN 1 BULAN 6 BULAN

MMR 15 BULAN
Keadaan Kesehatan
Ayah : sehat
Ibu : sehat
Saudara : diare (sepupu)
Orang serumah : Ibu, ayah, sepupu, dan orang tua sepupu.
Kepandaian
• Berbalik : 3 bulan
• Duduk tanpa bantuan : 7 bulan
• Duduk tanpa pegangan : 8 bulan
• Berjalan 1 tangan dipegang : 9 bulan
• Berjalan tanpa dipegang : 13 bulan
• Bicara 1 kata : 9 bulan
• Bicara 1 kalimat : 15 bulan
• Membaca : Belum Bisa
• Menulis : Belum Bisa
• Sekolah : Belum
Makanan
UMUR JENIS MAKANAN

0-4 Bulan ASI

4-6 Bulan ASI

6-10 Bulan ASI+MPASI

10-12 Bulan ASI+MPASI

12-24 Bulan ASI + makanan rumah


Pengukuran
Umur : 3 tahun 4 bulan
Berat Badan : 10 kg
Panjang Tinggi Badan : 91 cm
Lingkar Kepala : 48 cm
TB/BB: <-3 = severely stunted
TB/U : diantara -1 dan -2 = normal
BMI/U: diantara -1 dan -2 = normal
Tanda Vital
• Respirasi : 32 x/menit
• Tipe : Thoracoabdominal
• Suhu : 39,9 °C
• Nadi : 120 x/menit regular, equal, isi cukup
Keadaan Umum
• Keadaan Sakit : Tampak sakit sedang
• Kesadaran : Kuantitatif : 15 (E4V6M5)
• Kualitatif : Composmentis
• Sesak : PCH : tidak ada, Retraksi : tidak ada
• Sianosis : Sentral/Perifer: tidak ada
• Ikterus : tidak ada
• Edema : pitting edema - , anasarka –
• Dehidrasi : dehidrasi ringan-sedang
• Anemi : tidak anemis
Kepala
Bentuk Kepala : Simetris, Normocephal
Rambut : Kusam (-), Rambut jagung (-)
Wajah : Old man face (-), Facial flushing (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-)
Pupil : Bulat, isokor
Air mata : ada
Kelopak mata : Tidak cekung
Hidung : PCH -/- , Rhinorea -/-
Telinga : Tidak ada kelainan
Tenggorokan : Tonsil T1 – T1 tenang
Faring : Hiperemis
Bibir : Mukosa bibir kering
Lidah : Tifoid tongue (-)
KGB : Tidak teraba membesar
Kaku Kuduk : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
Thoraks Anterior (Pulmo)
Inspeksi : Bentuk dan gerak simetris
Rose spot (-)
Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor kanan = kiri
Auskultasi : VBS kanan = kiri
Ronkhi -/- Wheezing -/-
Thoraks Posterior (Pulmo)
Inspeksi : Bentuk dan gerak simetris
Palpapasi : Vokal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor kanan = kiri
Auskultasi : VBS kanan = kiri
Ronkhi -/- Wheezing -/-
Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal, dull
Auskultasi : Bunyi Jantung I dan II murni reguler
Bunyi Jantung tambahan tidak ada
Abdomen
Inspeksi : Datar lembut
Palpasi : Lembut, nyeri tekan (-)
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Turgor kulit : Kembali cepat
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Asites : Tidak ada
Genitalia
Jenis Kelamin : Perempuan
Kelainan : Tidak ada kelainan
Perianal Rash : (-)
Baggy pants : (-)
Ekstremitas
Atas : Akral Hangat
Kulit : Kering
Sendi : Tidak ada kelainan
Otot : Atrofi otot (-)
Refleks : Tidak ada kelainan
Edema : Tidak ada
Ektremitas
Bawah : Akral Hangat
Kulit : Gizi kulit kurang, ikterik (-)
Sendi : Tidak ada kelainan
Otot : Atrofi otot (-)
Refleks : Refleks fisiologis (+)
Edema : Tidak ditemukan
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
HEMATOLOGI
Hemoglobin 10,1 g/dL 3-6 tahun: 11.5-14.5 (13,5)
Eritrosit 3,6 10^6/uL 3-6 tahun: 3.9-5.3
Leukosit 3,4 10^3/uL 1-6 tahun: 5.0-14.5
Hematocrit 28,9 % 3-6 tahun: 34.0-40.0
Trombosit 135 10^3/uL 150-450

MCV, MCH, MCHC


MCV 80,3 fL 3-6 tahun: 76.0-90.0
MCH 28,1 Pq 3-6 tahun: 25.0-30.0
MCHC 34,9 g/dL 3-6 tahun: 32.0-36.0

HITUNG JENIS
Basophil 0,6 % 0,0-1,0

Eosinophil 0,0 % 1,0-4,0

Segmen 51,4 % 50,0-80,0

Limfosit 29,8 % 25,0-50,0

monosit 18,2 % 4,0-8,0


PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN

FESES

MARKOSKOPIS

Warna Kuning

Konsistensi Lembek

Lendir +

Darah -

MIKROSKOPIS
+
Serat makanan
2-4
Leukosit 0-3
Eritrosit
Resume
• Pasien usia 3 tahun 4 bulan datang diantar ibunya dengan keluhan diare sejak 2 hari yang lalu. Diare
berkonsistensi cair sebanyak 7-8 kali per hari disertai dengan darah dan lendir. Sehari sebelumnnya pasien
mengeluhkan demam yang naik-turun. Ibu pasien juga menyatakan bahwa pasien menjadi rewel dan
menangis terus. Sejak hari pertama demam, pasien langsung diberikan parasetamol sebanyak 3 kali. Pasien
tidak mengeluh mual dan muntah.
• Keluhan batuk dan pilek disangkal. Keluhan nyeri saat miksi. Keluhan nyeri retroorbital dan adanya ptekie
disangkal. Nafsu makan pasien menurun dan menjadi susah makan. BAK tidak ada keluhan. Riwayat kontak
dengan orang yang batuk lama dan berpergian ke pantai disangkal.

• Pasien pernah mengalami diare sebelumnya namun langsung mengalami perbaikan 2-3 hari setelah di bawa
ke dokter. Riwayat imunisasi dasar pasien lengkap. Pasien lahir dari ibu P1A0 dengan cukup bulan dibantu
bidan lahir letak kepala, spontan, langsung menangis.
• Pemeriksaan fisik pasien didapatkan berat badan 10 kg dan tinggi badan 91 cm, dengan status gizi TB/BB: <-3
= severely stunted. Pengukuran tanda vital pasien didapatkan suhu 39,9 °C, terdapat tanda dehidrasi ringan
sedang pada pasien berupa pasien tampak rewel dan mukosa mulut dan lidah kering.
• Pemeriksaan darah pasien didapatkan hasil leukopenia dan trombositopenia, dan pemeriksaan
hitung jenis didapatkan hasil monositosis. Pada pemeriksaan feses didapatkan lendir.
Diagnosis Banding:
1. Diare akut disentriform ec EIEC+ Dehidrasi Ringan Sedang+KEP berat
2. Diare akut disentriform ec Shigella + Dehidrasi Ringan Sedang+KEP berat
3. Diare akut disentriform ec Salmonella + Dehidrasi Ringan Sedang+KEP berat
4. Diare akut disentriform ec E. Histolytica + Dehidrasi Ringan Sedang+KEP berat
Diagnosis Kerja:
Diare akut disentriform ec EIEC + Dehidrasi Ringan Sedang+KEP berat
Penatalaksanaan
Non-farmakologi:
Rehidrasi : Rencana terapi B (oralit 75cc/kgBB/3 jam)
Zink 20 mg/hari (10-14 hari)
IVFD RL 1000 cc/24 jam (14 gtt/mnt)
Probiotik Lakto-B (2 kali/hari, 5 hari)
Teruskan makanan rendah serat porsi kecil
Farmakologi:
Antibiotik  cotrimoksazol 50 mg/kgBB/hr (4 dosis, 3 hari)
Antipiretik  Paracetamol 10-15mg/kgBB/kali
USUL PEMERIKSAAN
Kultur feses

PROGNOSIS
Quo ad vitam: dubia ad bonam
Quo ad functionam: dubia ad bonam
Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya diare pada anak
dapat dengan mudah dilakukan seperti membiasakan anak untuk mencuci
tangan sebelum dan sesuah makan, setelah buang air besar, dan setelah
bermain diluar. Peran ibu dalam mencegah terjadinya diare pada anak dapat
membiasakan mencuci bahan makanan yang akan dimasak, mencuci
tangan sebelum menghidangkan masakan kepada keluarga, dan mencuci
tangan setelah menceboki anak. Air minum dapat menjadi faktor risiko
terjadinya diare pada anak sehingga air harus bersih dengan cara merebus,
pemanasan dengan sinar matahari atau proses klorinisasi. Pengelolaan
sampah yang baik dapat mencegah tercemarnya serangga pada makanan
yang akan dikonsumsi. Hal yang sering dilakukan para ibu yang dapat
meningkatkan risiko terjadinya diare pada anak adalah pemberian empeng.
Manajemen Umum
• Isolasi
• Tirah rebah selama panas
• Diet makanan lunak yang mudah dicerna
Manajemen Khusus
• Eradikasi kuman menggunakan antibiotik (oral dan parenteral)
• Terapi penyulit sesuai penyulit yang ada
• Kortikostreroid
Pada kasus yang berat dengan gangguan kesadaran (stupor, koma),
gangguan sirkulasi, dan gejala berkepanjangan, dapat digunakan:
Dexametason 3 mg/KgBB inisial, diikuti 1 mg/kgBB tiap 6 jam selama
48 jam. Bila dikhawatirkan terjadi hipotermia akibat pemberian
dexametason, dapat diberikan dengan dosis 0,15 mg/kgBB cukup aman
dan efektif.
Oral Parenteral
Tanpa penyulit Kloramfenikol 50-75 mg/ kgbb/ hari Kloramfenikol 75mg/kgbb/hari selama 14-21
selama 14-21 hari hari
Amoksisilin 75-100mg/kgbb/hari selama Ampisilin 75-100mg/kgbb/hari selama 14
14 hari hari
TNP- SMX 8/40mg/kgbb/ hari selama 14
hari
Terapi alternatif Cefixim (multi drug resistant) 15-
tanpa penyulit 20mg/kgbb/hari selama 7-14 hari
Azitromicin (quinolon resistant) 8-
10mg/kgbb/hari selama 7 hari
Dengan penyulit Kloramfenikol 100mg/kgbb/hari selama 14-
21 hari
Ampisilin 100mg/kgbb/hari selama 14 hari
Ceftriaxon 75mg/kgbb/hari atau cefotaxim
80mg/kgbb/hari selama 10-14 hari
Pengobatan Penyakit Penyerta

Pengobatan ditujukan pada penyakit yang sering menyertai KEP berat yaitu:
Defisiensi vitamin A
• Bila terdapat tanda defisiensi vitamin A pada mata vit. A pada hari ke-1, 2, dan
14 p.o.dengan dosis:
• Usia> 1 th : 200.000 SI/kali
• Usia 6-12 bulan : 100.000 SI/kali
• Usia 0-5 bulan : 50.000 SI/kali
Bila terdapat ulserasi pada mata, tambahkan perawatan local untuk mencegah
prolapse lensa berupa:
• Tetes mata kloramfenikol atau salep mata setiap 2-3 jam selama 7-10 hari
• Tetes mata atropine 1 tetes 3x/hari selama 3-5 hari
• Tutup matadengan kasa yang dibasahi larutan garam fisiologis
Dermatosis
• Ditandai dengan hipo/hiperpigmentasi, deskuamasi/ kulit
mengelupas, lesi ulserasi eksudatif yang menyerupai luka bakar dan
sering disertai infeksi sekunder oleh candida; umumnya terdapat
defisiensi Zn. Sesudah suplementasi Zn dan dermatosis membaik
penyembuhan akan lebih cepat bila diberikan:
• Kompres bagian kulit yang terkena dengan larutan KMnO4
• (K-permanganat) 1% selama 10 menit
• Salep/krim (Zn dengan minyak kastor)
• Usahakan daerah perineum tetap kering
Parasit atau cacing
• Mebendazol 100 mg p.o. 2x/hari selama 3 hari
Diare berlanjut
• Diare biasanya menyertai KEP berat, tetapi akan berkurang dengan
sendirinya pada pemberian makanan secara hati-hati. Intoleransi
laktosa tidak jarang sebagai penyebab diare.
• Berikan formula bebas/rendah laktosa
• Metronidazole 7,5 mg/KgBB p.o setiap 8 jam selama 7 hari.
Tuberkulosis
• Bila ada dugaan kuat menderita TB, lakukan tes tuberculin/ mantoux
(sering kali alergi) dan foto rontgen toraks. Bila (+) atau sangat
mungkin TB obati sesuai pedoman pengobatan TB
Kegagalan Pengobatan
• Tercermin pada angka kematian dan kenaikan BB.1
• Perhatikan saat terjadi kematian
• Dalam 24 jam pertama: kemungkinan hipoglikemia, hipotermia, sepsis yang terlambat
atau tidak diatasi, atau proses rehidrasi kurang tepat
• Dalam 72 jam: periksa apakah volume terlalu banyak atau pemilihan formula tidak tepat.
• Malam hari: kemungkinan hipotermi karena selimut kurang memadai, tidak diberi
makan, atau perubahan konsentrasi formula terlalu cepat
• Kenaikan BB tidak adekuat pada fase rehabilitas.
• Penilaian kenaikan BB:
• Baik :> 10g/KgBB/hari
• Sedang : 5-10 g/KgBB/hari
• Kurang : <5g/KgBB/hari
Daftar Pustaka
• Garna H, Nataprawira HM. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak.
Edisi V. Bandung : Departemen/SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran/RSUP Dr. Hasan Sadikin; 2014; hal 847-851.
• Universitas Indonesia. Available at http://lib.ui.ac.id/
• UPNVJ. Available at http://library.upnvj.ac.id/
• Macdante J, Kliegman R, Ilmu Kesehatan Anak Esensial. Singapore: Elsevier;
2014; hal 125.
• Pedoman Diagnosis dan Terapi. Ilmu Kesehatan Anak Ed. 5. 2014.
• Modul Kegiatan Dokter Muda
• Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. ASUHAN NUTRISI PEDIATRIK. 2011.
http://idai.or.id/wp-content/uploads /2013/02/ Rekomendasi-IDAI Asuhan-
Nutrisi-Pediatrik.pdf
Revisi
Kalo di lab ga ada eritrosit di feses  HARAM MEMBUAT DK DIARE
DISENTRIFORM

Jadi di lapsus ini, DK dan tatalaksananya 100% salahhh

Semoga berhasil geng stase anak season 2 ;)

Anda mungkin juga menyukai