Anda di halaman 1dari 22

Bandung, 5 April 2019

Outline
Investasi sebagai kunci pertumbuhan ekonomi

Opsi-opsi sumber pembiayaan yang ada


PDB berdasarkan Lap. Usaha 2017-2018 (%yoy)
PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI 2019
4.27
Sejak 2015 ekonomi Indonesia terus tumbuh meningkat. Tahun 2018 pertumbuhan Industri Pengolahan
4.29
ekonomi Indonesia mencapai 5,17 persen. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan konsumsi 3.91
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
RT, LNPRT, konsumsi pemerintah, PMTB lebih tinggi dibandingkan 2017. 3.87
4.97
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
4.46 2018
6.09
5.7 Konstruksi 2017
5.56
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (%YoY) 6.80
5.6 2.16
Pertambangan dan Penggalian
0.66
5.5
7.01
Transportasi dan Pergudangan
5.4 8.49
5.3
5.3 4.17
Jasa Keuangan dan Asuransi
5.17 5.47
5.2
7.04
5.1 5.07 Informasi dan Komunikasi
5.01 5.03 9.63
5 7.02
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
4.88 2.06
4.9
5.36
Jasa Pendidikan
4.8 3.70
4.7 5.66
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019f Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
5.39
3.58
Real Estate
3.66
PDB Menurut Pengeluaran (%YoY) 8.99
Jasa lainnya
8.73
12.04
8.64
9.08 8.91 Jasa Perusahaan
8.06 8.44
6.93 6.15 6.67 6.48 5.47
4.94 5.05 4.8 Pengadaan Listrik dan Gas
1.54
2.13 7.13
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
6.84
Konsumsi Rumah Konsumsi LNPRT Konsumsi PMTB Ekspor Barang dan Impor Barang dan 5.46
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
Tangga Pemerintah Jasa Jasa 4.60
3
2017 2018 3
PERKEMBANGAN INVESTASI NASIONAL
• Investasi terus tumbuh dari tahun ke tahun, namun pada tahun 2018 PMA mengalami penurunan.
Namun demikian PMDN mengalami pertumbuhan yang sangat tinggi sehingga dapat
mengkompensasi penurunan PMA.
Kontribusi PMDN 2018
(Triliun Rupiah)

Perkembangan Realisasi Investasi 2015 - 2018 58.7 Transportasi Gudang dan


Telekomunikasi
800
115.4 Konstruksi
Triliun Rupiah

Industri Makanan
700 45 Listrik Gas dan Air
Pertambangan
600 Lainnya
262.3 328.6 39.1
33.1
500 216.2
37.3
179.5

400
Kontribusi PMA 2018
300
(US$ Millions)
4.4 Listrik Gas dan Air
430.5 Perumahan Kawasan
200 396.6 392.7
365.9 Industri
12.3 Pertambangan
100 4.3 Transportasi
Industri Logam Dasar,
0 Barang Logam
2015 2016 2017 2018 Lainnya
3
PMA PMDN
2.2 3
4
PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
• Investasi merupakan kunci untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
• Untuk mendorong investasi, Pemerintah melakukan percepatan pembangunan infrastruktur yang bersumber dari APBN/D (10%),
BUMN/D (31%), dan Swasta (59%).

5 Sektor dengan nilai investasi tertinggi


NILAI INVESTASI PSN
Estimasi kebutuhan pendanaan1 untuk 223
Proyek + 3 Program PSN:

Total Nilai Energi Jalan


Ketenagalistrikan
Investasi 69 Proyek
APBN/D Rp 425 Triliun 11 Proyek 1 Program

Rp 4.152 BUMN/D Rp 1.272 Triliun


Triliun Rp 2.454 Triliun
Swasta Kereta Kawasan
16 Proyek 29 Proyek

Sumber: KPPIP, 2019 5


TANTANGAN DALAM INVESTASI UNTUK INFRASTRUKTUR YANG
DIHADAPI OLEH BEBERAPA NEGARA
Tantangan Arah Kebijakan
Regulasi yang mendukung
Rendahnya akses Pemerintah Daerah
• PP Pinjaman Daerah (Pemerintah)
01 terhadap pasar modal/lembaga
• Peraturan penerbitan obligasi daerah di
keuangan
Pasar Modal (OJK)

Kurangnya tenaga ahli yang mampu


02 mengelola berbagai perjanjian dan Capacity Building
kontrak yang cukup kompleks

Kurang efisiennya manajemen proses


03 dan investasi yang berujung pada Project Preparation yang lebih baik dan
pemberhentian proyek dan outcome Project Selection Criteria yg solid
yang kurang maksimal

04 Manajemen resiko yang kurang tepat Perbaikan tata kelola dan pengelolaan risiko
berdampak pada gagalnya proyek yang lebih baik

Sumber: ADB, 2017 6


SUMBER-SUMBER ALTERNATIF PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR
• Di tengah keterbatasan APBN/D dan Kebutuhan Pembangunan Infrastruktur yang tinggi (PSN dan Non-PSN), sumber-
sumber pembiayaan yang berasal dari pasar modal dan lembaga keuangan perlu terus ditingkatkan.

• KIK DIRE a.l Solo Grand Mall


• KIK EBA a.l. Sekuritisasi asset PT. Jasa Marga, PT.
APBN/D
Indonesia Power, PT. Garuda Indonesia
Hak • DINFRA
Pengelolaan Pasar
Terbatas Modal • Obligasi Daerah
(LCS)

SUMBER
Environ ALTERNATIF
Hibah &
mental PENDANAAN
DAK
Fund INFRASTRUK
TUR

KPBU Pinjaman

Multilateral • Bank
a.l. Proyek Bank
• LK Non Bank
SPAM Umbulan • Pemerintah
• Penugasan (PT SMI) 7
KERANGKA PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR DAERAH
• Pemerintah daerah perlu mengembangkan opsi-opsi pendanaan yang tersedia untuk pembangunan
infrastruktur daerah dengan mengadopsi pendekatan portofolio
Legenda: Pertimbangan Apakah proyek Apakah pemda mampu untuk melakukan

Mulai
Opsi Pembiayaan infrastruktur tersebut pengadaan KPBU? Apakah proyek tersebut
layak? sesuai untuk KPBU?
Tidak
Apakah pemda memiliki kapasitas untuk
Tidak
melakukan pinjaman?
Ya
Apakah pemda dapat menerbitkan
obligasi?
Tidak
Ya
Apakah pemda dapat meminjam dari BPD (untuk
Tidak
pinjaman daerah) atau dari PT SMI?
Ya Ya
Pilihan pembiayaan mana yang memiliki penawaran
(biaya, jangka waktu, ketersediaan) terbaik?

Pinjaman dari BPD


APBD Pinjaman PT SMI
atau bank lainnya
Obligasi Daerah KPBU (PPP)

Sumber: Prospera 8
JENIS DAN KARAKTERISTIK INSTRUMEN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR DAERAH

  Kriteria kesesuaian

Tingkat Suku Kompleksitas dan


Tenor Risiko nilai tukar Profil risiko Implementasi Ketersediaan
  Bunga biaya transaksi

APBN/APBD Tidak berlaku Tidak berlaku Tidak berlaku  Tidak berlaku      Terbatas

Dijamin pemerintah; Outstanding 2,4


8 s.d 8,5% SMI memiliki dana
 Utang dalam pemotongan transfer Trilyun
PT SMI 5 tahun  (sesuai dengan yang cukup untuk
Rupiah ke pemda debitur bila Komitment  4,3
tenor)  jangka menengah
terjadi gagal bayar Trilyun
Piloting Prov.
 Utang dalam Tidak ada jaminan
Obligasi Daerah 10-15 tahun* Sekitar 10% (AA)   Jateng penerbitan Potensi besar
Rupiah  pemerintah
di Th 2019

Rp1.204 Milyar
Pinjaman Daerah  Utang dalam Tidak ada jaminan Pagu pinjaman
<10 tahun* >12%*  Update per
melalui BPD Rupiah  pemerintah; relatif kecil
Agustus 2018*
Potensi besar dan
Kerjasama Baru ada 2 kontrak
Pembiayaan dapat tergantung pada
Pemerintah Tergantung alokasi KPBU yang
10-30 tahun   16-18%*   berasal dari mata   ketersediaan
dengan Badan risiko ditanda- tangani
uang lain proyek yang layak
Usaha (KPBU) pemda
dan sesuai.

Sumber: Prospera
*data merupakan jumlah pinjaman yang diusulkan Pemda ke BPD dan telah mendapatkan persetujuan Menteri Dalam Negeri di tahun 2018 9
PROYEK INFRASTRUKTUR YANG BAIK SEHARUSNYA MEMENUHI KELAYAKAN
STRATEGIS, EKONOMI, DAN TEKNIS
• Sebelum menentukan sumber pembiayaan perlu adanya project selection.
• Bappeda perlu mengevaluasi proyek yang layak dibiayai berdasarkan kriteria kelayakan proyek. Proyek langsung dianggap tidak layak bila tidak
memenuhi salah satu saja kriteria kelayakan.

Kriteria Kelayakan Proyek

strategis: Terdapat kebutuhan yang kuat terhadap proyek dan proyek sesuai dengan strategi dan prioritas baik nasional, regional, maupun
01 daerah.

Kelayakan ekonomi: Proyek diperhitungkan akan menciptakan manfaat ekonomi yang lebih besar daripada biaya ekonomi, dan biaya
02 ekonomi dari proyek paling minimum dari semua alternatif yang ada untuk mencapai manfaat ekonomi tersebut.

Kelayakan sosial dan lingkungan: Proyek setidaknya menaati semua standar perencanaan dan lingkungan nasional Proyek diperkirakan
03 tidak akan menimbulkan dampak negatif yang sangat signifikan bagi lingkungan maupun penduduk sekitar.

Kelayakan hukum: Setiap aspek dari proyek tidak melanggar undang-undang dan peraturan yang berlaku, serta mungkin untuk
04 dituangkan dalam kontrak.

Kelayakan teknis: Proyek dapat diimplementasikan secara teknis dengan teknologi yang sudah ada dan telah teruji.
05

Sumber: Prospera 10
MENINGKATKAN AKSES DAERAH TERHADAP SUMBER-SUMBER PEMBIAYAAN
DENGAN MEMPERHATIKAN PRINSIP KEHATI-HATIAN
• Percepatan norma waktu penyelesaian persetujuan pinjaman daerah (Pasal 19 & Pasal 20)
• Pembagian tugas yang jelas antara Kementerian Keuangan dan Kementerian Dalam Negeri dalam
1. Perubahan PP tentang proses persetujuan pinjaman
• Obligasi Daerah lebih diarahkan pada general bond (Pasal 33)
Pinjaman Daerah
• Jenis proyek lebih luas: Proyek Pelayanan Publik (Pasal 33 dan UU Pelayanan Publik No. 25 th 2017)
PP No. 30 Th 2011 menjadi
• Dapat diterbitkan dalam beberapa tahun anggaran (Pasal 39)
PP No. 56 Th 2018
• Prinsip kehati-hatian
1. Laporan Keuangan yang telah diaudit oleh BPK WTP/ WDP (Pasal 34)
2. Adanya Unit Pengelola Obligasi Daerah sebagai mitigasi risiko (Pasal 43)
3. Monitoring terhadap kewajiban pinjaman daerah (Pasal 48)

Provinsi Jawa Tengah DKI Jakarta

• Indikasi penerbitan awal Th 2020 • Indikasi penerbitan Tahun 2020


• Ditujukan untuk project pembangunan, antara lain rumah • Pendampingan yang sudah dilakukan :
2. Pendampingan Penerbitan sakit dan Edu Park Tlogo 1) Penyiapan proyek yang menjadi
Obligasi Daerah • Pendampingan yang sudah dilakukan : underlying
1) Penyiapan proyek yang menjadi underlying 2) Penyiapan prospektus
2) Penyusunan Raperda Obligasi Daerah dan Dana
Cadangan
3) Penyiapan prospektus
4) Penerbitan rating AA- (investment grade)
11
PEMETAAN AWAL : DAERAH YANG BERPOTENSI UNTUK MENERBITKAN OBLIGASI DAERAH
Initi al Assessment Result
Public Access to Fiscal Information Budget Performance Budget Process & Governance

60.0% Indikator Penilaian (Assessment ):

50.0%
• Transparansi dan kualitas laporan
keuangan;
• Kinerja anggaran;
40.0% 27.0%

27.0% 24.0%
• Proses Bisnis dan Pengelolaan
19.0%

19.0%
Penganggaran;
30.0%
19.0%
• Perencanaan infrastruktur dan
manajemen proyek
20.0%
16.8% 14.9% 16.0%
12.8%
14.1%
10.0%
10.0%

10.0% 10.0% 10.0% 10.0%


8.0% 8.0%

0.0%
J at en g K a l ti m J ab ar Sumut su l u t Bal i

• Analisis dilakukan dengan menggunakan sampel dari pemerintah daerah yang mewakili Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan,
dan Sulawesi.
• Penilaian dilakukan dengan menggunakan beberapa indikator untuk menilai daerah yang berpotensi menerbitkan obligasi
daerah dan hasilnya berupa skala 1 – 3, (1 = terendah, 3 = terbaik) dengan indikator mengacu pada PEFA
• Provinsi Jabar cukup berpotensi untuk menerbitkan obligasi daerah dengan kapasitas fiskal 3,1 (sangat tinggi)*
Sumber: Prospera
*) PMK No. 107/PMK.07/2018 12
MENINGKATKAN AKSES DAERAH TERHADAP SUMBER-SUMBER PEMBIAYAAN
DENGAN MEMPERHATIKAN PRINSIP KEHATI-HATIAN (2)
3. Implementasi Percepatan Pemberian Pinjaman Daerah

Pelaksanaan Penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) dan Jumlah Komitmen dan Outstanding Pinjaman Daerah
Perjanjian Kerja Sama Pinjaman Daerah mengalami peningkatan 2x lipat Pasca MoU
28 Desember 2017

4356
Dalam Miliar Rupiah
SOP Link
2612
2441 2441
2424

1271 1301 1209

31 Des 2015 31 Des 2016 31 Des 2017 32 Des 2018

Outstanding Komitmen
Offering Letter dapat Digunakan untuk Proyek Infrastruktur yg
diselesaikan kurang Risiko Pinjaman relatif
bernilai Sosial Ekonomi Tinggi
dari 40 Hari minimal

29 % 66 % 5%
Rumah Sakit Jalan/Jembatan Pasar
13
13
UPAYA MENGOPTIMALKAN PEMANFAATAN PINJAMAN DAERAH

• Peningkatan pemahaman pemerintah daerah atas sumber-sumber pembiayaan


non APBD
• Peningkatan pendampingan penyiapan proyek melalui PDF (Project Development
Facility) antara lain penandatanganan MoU Prov. Jawa Barat dan PT . SMI

Sinergi Pinjaman Daerah • DAU/DAK/DID


dengan Instrumen/skema • Dana Filantropis/ Blended Finance
lainnya • KPBU-Availibility Payment

• Mendorong penerapan Medium Term Budget


Framework (MTBF)
Peningkatan tata kelola  untuk meningkatkan kualitas perencanaan dan
keuangan daerah pengganggaran.
 sebagai tools pengelolaan risiko yang berasal dari
pinjaman.
• Meningkatan implementasi e-government yang
terintegrasi 14
14
KRITERIA DAN INDIKATOR PENERBITAN OBLIGASI DAERAH

Transparansi dan Kualitas Kinerja Anggaran Proses Bisnis dan Perencanaan


Laporan Keuangan • Realisasi total belanja *) Pengelolaan Pembangunan
• Audit BPK dua tahun • Realisasi belanja modal*) Penganggaran Infrastuktur
terakhir • Proporsi belanja modal • Indikasi penggunaan kerangka • Pemilihan proyek infrastruktur
• Ketepatan waktu terhadap total belanja *) pembiayaan jangka mengah yang akan didanai
• Realisasi PAD (KPJM) • Ketersediaan Studi Kelayakan
mempublikasikan laporan • Proporsi PAD terhadap • Proporsi kontrak tahun jamak atau feasibility studies
keuangan pendapatan terhadap total belanja • Analisis Kelayakan Ekonomi
• Kemudahan publik dalam • Proporsi SILPA terhadap total • Ketepatan penyusunan Perda terhadap pembangunan proyek
mengakses laporan belanja APBD • Investment project costing
keuangan (APBD, RKA dan • Rasio hutang terhadap • Penggunaan e-government • Monitoring pelaksanaan proyek
SKPD) pendapatan/asset untuk pengelolaan keuangan
daerah

Sumber: Prospera 15
SISTEM PEMERINTAHAN BERBASIS ELEKTRONIK (E-Government)
SEBAGAI KUNCI TRANSPARANSI DAN PENGELOLAAN KEUANGAN YANG BAIK
Layanan:
Pelaku • e-Procurement
Usaha • e-Perijinan
G2B diantaranya Online Single
Submission (OSS)

Layanan:
G2G Layanan:
• e-Office G2C • e-Pengaduan
• e-Planning Pemerintah
• e-Budgeting
E-Gov Masyarakat • e-Kesehatan
• e-Monev • e-Pendidikan

G2E
Layanan: ASN
• e-Kepegawaian
• e-Pensiun

Sumber : Kemenpan-RB 16
KERANGKA FISKAL JANGKA MENENGAH UNTUK MEMPERBAIKI PERENCANAAN
DAN PENGANGGARAN
• Kerangka Fiskal Jangka Menengah KFJM atau Medium Term Fiscal Framework (MTFF) merupakan
pendekatan penganggaran berdasarkan kebijakan, dilakukan dalam perspektif lebih dari satu tahun
anggaran, dengan mempertimbangkan implikasi anggaran yang dibutuhkan pada tahun berikutnya
yang dituangkan dalam prakiraan maju (proyeksi fiskal)

• Kerangka untuk mendiskusikan outlook makroekonomi dan menganalisis pilihan


kebijakan fiskal/pembiayaan daerah dalam jangka menengah.

• Membantu persiapan dokumen perencanaan (RPJMD) khususnya Bab III


mengenai Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah

WHY MTFF? • Dalam kerangka pinjaman daerah, MTFF dapat:


1. Membantu Pemerintah Pusat dalam memonitor dan menilai kemampuan
fiskal daerah
2. Membantu Pemerintah Daerah dalam menilai dampak pinjaman terhadap
anggaran daerah dalam jangka menengah
• Ketentuan penerapan MTFF diatur dalam PP No. 12 Tahun 2019 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Pasal 93)
Sumber : World Bank 17
PENYUSUNAN KERANGKA KEBIJAKAN FISKAL JANGKA MENENGAH PERLU TERUS
DIDORONG
Dalam siklus penganggaran, alokasi pendanaan untuk belanja modal harus dilakukan setiap tahun. Namun disisi lain, proyek infrastruktur cenderung
kompleks dan membutuhkan persiapan/penyelesaian bertahun-tahun.
Ruang fiskal yang digunakan untuk proyek baru termasuk
Ruang fiskal yang terindentifikasi pendapatan dan belanja dari proyek tersebut
(keseimbangan fiskal positif)
10.0
10.0 8.0
8.0 6.0

6.0 4.0
2.0
4.0
-
2.0 (2.0)
- (4.0)
(2.0) (6.0)

(4.0) (8.0)
(10.0)
(6.0) 2018 2019 2020 2021 2022 2023
Keseimbangan fiskal = ruang fiskal
(8.0)
Tambahan belanja proyek baru
(10.0) Ruang fiskal untuk proyek baru
2018 2019 2020 2021 2022 2023 Belanja yang sedang berlansung
Tambahan pendapatan proyek baru
Pendapatan skenario dasar
Sumber : World Bank
Angka di atas merupakan angka sumulasi dari daerah A
18
MTFF BISA MEMONITOR INDIKATOR KEUANGAN BAGI PEMERINTAH DAERAH
YANG MEMILIKI PINJAMAN
Dimonitor
Indikator keuangan daerah Kerangka regulasi
MTFF?
Batas maksimal defisit APBD:
• Kapasitas fiskal sangat tinggi = 5.0% Pendapatan Daerah
• Kapasitas fiskal tinggi = 4.5% Pendapatan Daerah
PMK No. 119/PMK/07/2017
• Kapasitas fiskal sedang = 4.0% Pendapatan Daerah
• Kapasitas fiskal rendah = 3.5% Pendapatan Daerah
• Kapasitas fiskal sangat rendah = 3.0% Pendapatan Daerah

Jumlah kumulatif pinjaman daerah:


Jumlah sisa pinjaman daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi 75% PP No. 56 Tahun 2018 tentang
dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya Pinjaman Daerah

Debt service coverage ratio (DSCR):


Nilai DSCR (rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman) minimal
sebesar 2.5
PP No. 56 Tahun 2018 tentang
Pinjaman Daerah

Sumber : World Bank 19


CONTOH HASIL MTFF: HASIL PROYEKSI DENGAN 3 PILIHAN KEBIJAKAN
Investasi dalam bentuk aset riil (persen PDB daerah) Debt service (persen pendapatan netto)

Utang (persen pendapatan netto) Utang (persen PDB daerah)

Sumber : World Bank


Angka di atas merupakan angka sumulasi dari daerah A
20
Terima kasih

keasdepanekoda@gmail.com

ekon.go.id
PROYEK YANG DAPAT DIBIAYAI DENGAN PINJAMAN DAERAH
• Pinjaman Daerah dapat digunakan untuk membiayai kegiatan prasarana dan/atau sarana pelayanan publik
yang menjadi kewenangan daerah (PP 58 Th 2018 tentang Pinjaman Daerah Pasal 10)

Pendidikan Tempat tinggal Lingkungan Kesehatan


hidup

Pengajaran Komunikasi dan Energi Perbankan


Informatika

Pariwisata Jaminan Sosial Sektor Strategis


Lainnya

Perhubungan Pekerjaan dan Usaha Sumber Daya Alam


Sumber : UU No. 7 Th 2009 tentang Pelayanan Publik Pasal 5 22

Anda mungkin juga menyukai