1889 - Makalah PBHL Blok 10 Faisal
1889 - Makalah PBHL Blok 10 Faisal
Oleh :
Kelompok 13
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
Kelompok 13.
Justice Kewajiban
mendistribusikan
keuntungan dan
kerugian
Sesampainya di IGD Beneficence Golden rule principle.
didapatkan adanya hipotensi, Dokter menegakkan
suara jantung menjauh, diagnosis berdasarkan
peningkatan vena sentral, anamnesis,
peningkatan inspirasi atau pemeriksaan fisik dan
turunnya JVP, takikardi, pemeriksaan
takipneu, pulsus paradoxus, penunjang
kompleks EKG low voltage
Ny. Salim mengalami Beneficence Minimalisasi akibat
tamponade jantung yang buruk
memerlukan tindakan cepat
yakni pericardiocentesis. Non Maleficence Menolong pasien
Pericardiocentesis segera emergency
dilakukan dan kondisi Ny.
Salim segera membaik
Ny. Salim mengatakan kepada Autonomi Tidak mengintervensi
dokter yang merawat dan juga pasien dalam membuat
anaknya, jika ia jatuh dalam keputusan
keadaan gawat seperti itu lagi, Menghargai
ia tidak mau diresusitasi rasionalitas pasien
karena ingin mati secara Menghargai hak
natural. Dokter menyarankan menentukan nasib
agar Ny. Salim berkomunikasi sendiri
terlebih dahulu oleh
keluarganya. Anak bungsu Ny
Salim menghormati keputusan
ibunya, karena ia juga tidak
tega melihat ibunya tersakiti
Dokter membuatkan formulir Autonomi Melaksanakan
DNR yang didalamnya informed consent
menyatakan bahwa saat terjadi Menghargai hak
henti jantung tidak dilakukan menentukan nasib
CPR sendiri
Pada kasus ini Ny. Salim mengalami Pada kasus ini yang harus dilakukan adalah
tamponade jantung dan aneurisma aorta yang melakukan resusitasi agar pasien masih
sudah kronis yang dapat mengakibatkan memiliki kesempatan hidup, jika tidak
kematian sehingga dokter perlu melakukan dilakukan pasien sudah jelas tidak memiliki
penatalaksanaan yang dapat mencegah kesempatan hidup
kematian
Pada kasus, keputusan pasien masih diragukan Pada kasus ini terdapat miskomunikasi antara
walaupun Ny. Salim terlihat kompeten dan Ny. Salim dengan anak pertamanya yang
mampu untuk memilih keputusan tetapi itu keputusannya yang belum sesuai ditambah
tidak menutup kemungkinan bahwa Ny. Salim dengan permintaan Ny. Salim untuk
berada dalam tekanan menyetujui DNR yang tidak sesuai dengan
hokum di Indonesia
Dilema Etik :
Patient preference → Autonomy (menghargai keputusan pasien untuk
tidak dilakukan resusitasi).
Pada kasus → Ny. Salim mengatakan kepada dokter yang merawatnya dan
juga anaknya, jika ia jatuh dalam keadaan gawat darurat seperti itu lagi, ia tidak mau
diresusitasi.
Pada kasus → Saat Ny. Salim jatuh dalam keadaan emergensi, anak sulung
Ny. Salim meminta dilakukan resusitasi.
3. Menurut anda, apa yang harus dilakukan tenaga medis di bangsal terkait
permintaan no code dan full code?
DNR ditulis atas permintaan pasien atau keluarga tetapi harus ditanda tangani dan diputuskan
melalui konsultasi pada dokter yang berwenang.
Keputusan dokter baik no code (DNR) ataupun full code (blue code) keduanya memiliki pro dan
kontra masing masing. Sehingga sulit untuk menentukan apakah baik untuk melakukan satu
keputusan.
Konsep ordinary :
Resiko rendah
Simple , bisa memakai teknologi sederhana
Rutin
Manfaatnya besar
Tidak mahal
Tersedia banyak untuk yang membutuhkan
Menyebabkan sedikit nyeri
Konsep Extraordinary :
Resiko nya besar
Sangat kompleks membutuhkan teknologi yang canggih
Inovatif
Relatif mahal
Ketersediaanya sedikit
Biasanya menyebabkan lebih banyak nyeri
Jadi pada kasus ini termasuk extraordinary , karena pasien melakukan treatment
pericardiocentesis dan resusitasi
5. Jelaskan konsep withholding and withdrawing dalam tindakan medis dan kaitannya
dengan kasus.
Pada kasus terjadi withholding karena pasien tidak diberi CPR ketika mengalami henti
jantung.
6. Jelaskan konsep Do not resuscitate (DNR) pada kasus terkait serta regulasi
persetujuannya.
DNR adalah suatu perintah yang memberitahukan tenaga medis untuk tidak melakukan CPR.
perawat, dan tenaga emergensi medis tidak akan melakukan usaha CPR emergensi bila
pernafasan maupun jantung pasien berhenti.
Kriteria DNR :
1. Perintah DNR dapat diminta oleh pasien dewasa yang kompeten mengambil keputusan, telah
mendapat penjelasan dari dokternya, atau bagi pasien yang dinyatakan tidak kompeten,
keputusan dapat diambil oleh keluarga terdekat, atau wali yang sah ditunjuk oleh pengadilan.
2. Dengan pertimbangan tertentu halhal di bawah ini dapat menjadi bahan diskusi perihal DNR
dengan pasien/walinya:
Kasus-kasus dimana angka harapan keberhasilan pengobatan rendah atau CPR hanya
menunda proses kematian yang alami
Pasien tidak sadar secara pemanen
Pasien berada pada kondisi terminal
Ada kelainan atau disfungsi kronik dimana lebih banyak kerugian dibanding keuntungan
jika resusitasi dilakukan
2. Mengisi formulir DNR. Tempatkan salinan pada rekan medis pasien dan serahkan juga salinan
pada pasien atau keluarga dan caregiver.
3. Menginstruksikan pasien atau caregiver memasang formulir DNR ditempat-tempat yang
mudah dilihat seperti headboard, pintu kamar atau kulkas.
4. Dapat juga meminta pasien mengiakan gelang DNR di pergelangan tangan atau kaki.
5, Tinjau kembali status DNR secara berkala dengan pasien atau walinya, revisi bila ada
perubahan keputusan yang terjadi dan cacat dalam rekam medis. Bila keputusan DNR
dibatalkan, cacat tanggal terjadinya dan gelang DNR dimusnahkan. 6. Perintah DNR harus
mencakup hal-hal dibawah ini:
Diagnosis
Alasan DNR
Kemampuan pasien untuk membuat keputusan
Dokumentasi bahwa status DNR telah ditetapkan dan oleh siapa
DNR ini bllum familiar di indonesia. Dan di sebagian RS belum ada setandar prosedur
operasional yang tetap tentang pemberian label pada pasien DNR. Namun keputusan DNR ini
sebenarnya sudah ada dan sering kita jumpai tetapi belum di sampaikan secara jelas oleh
keluargaatau oihak yang bertanggug jawab atas perawatan pasien, hanya secara tersirat misalkan
“saya sudah ikhlas”. Jika kita telaah lebih dalam sebenarnya kata ini adalah suatu pernyataan
putus asa dari anggota keluarga terhadap kondisi pasien dan keluarga sudah siap jika suatu
dinyatakan meninggal oleh dokter atau tim medisyang menangani pasien gtersebut. Adad
beberapageluarga pasien yang mempunyai penyakit penyakit trminal yang pernah dirawat di ICU
meminta perwat dan tenaga kesehatan lain untuk tidak melakukan resusitasi. Jadi sebenarnya
ststus klain yang DNR di indonesia sudah ada, namun belum terdokumentasi secara legal saja.
Pasien DNR sudah diberikan label atau tanda untuk tidak dilakukan resusitasi label ini. Dapat
dilit juga di baju atu tempat tidur pasien, diruang perawatan ataupun di pintu masuk ruang
peratan bila pasien dirawat dalam suatu kamar tersendiri.pemberian tindakan perawatan tindajan
medis pada pasien DNR tidak berbeda pada pasien pada umumnya tetapi tetap sesuai advice dan
kebutuhan pasien tanpa mengurangi kualitasnya pasien juga masih di perlakukan dengan
bernafas atau jantung berhebti berdetak tim medis tidak akan melakukn CPR/RJP. Jadi DNR
tidak pemberian obat pada pasien dihentikan begitu saja pasien tetap mendapatkan tindakan
perawatan sesuai dengan kebutuhan pasien.
Bagaiman legalasi DNR?
Di negara barat pengambilan keputusan seperti ini seringkali melalui pertimnagan dan telah
melalui proses konsultasi pada dokter atau tim medis yang merawat pasien sehingga nantinya
tidak akan adanya penyesalanatau rasa bersalah dari keluarga maupun tim medis yang merawat
pasien.berbeda sekali dengan indonesiasampai saat ini belum diatur secara tegas dan mebuat
forum permintaan DNR meskipun beberapa rumah sakit telah membuat forum di berikan kepada
pasien. Dikarenakan belum ada patokan yang jelas dan kapan tindakan DNR itu bisa di berikan
pada pasien yang kontra indikasi dilakukan CPR.
Di canada proses pengambilan keputusan DNR dilakukan pad sebuah pengadilan proses
penganmbiklan keputusan melibatkan banyak pihak, dari keluarga pasien yang mengajukan
DNR, dokter sepesialis yang menangani pasien, sampai psikiater danjug aktivis kemanusiaan
yang saling mengajukan pendapat dalam forum sidang. Sehingga keputusan yang di ambil oleh
hakim merupakan keputusan terbaik yang teklai melalui proses diskusi yang matang dan
keputusan ini memiliki kekutan hukum yang kuat jika suatu saat dokter yang memutuskan
memberi labrl DNR maka pada pasien di mintai ketrangan oleh pihak pengadilan atau pihak
terkait lainya ia bisa memberikan ketersngsn ysng vslid dan memiliki kekutan hukum.
Seharysnya hgal semacam ini di terapkan di berbagai negara di seluruh dunia khususny bai I
ndonesia yang notabenne masyarakat nya suka mencari cari permasalahan di bidang kesehatan
untuk di angkat ke pengadilan.
Dalam rumah sakit atau rumah peralatan, keluarga pasien untuk dsapat memediasi ketudak
setujuan. Dokter meminta memediasi bila ian menemukan ketidak setujuan kesepakatan di
antara kelurga pasien.
Jika pasien tidaj kompeten untuk memutuskanCPR untuk dirinya sendri,siapa yang akan
memutuskan nya?
Pertama.keputusan bahwa pasien tidak kompeten untuk memutuskan CPR bagi dirinya harus di
buat oleh minimal 2 dokter. Dokter harus memberikan hasilnya kepada pasien berhak untuk
menyatakan keberatan jika aseorang pasien sudah dinilai tidak kmpenten untuk berhakm untuk
menanyakan keberatan. Jika seorang pasien sudah dinilai tidak kompeten zuntuk memutusjan
tentang CPR dan tidak memberiakn keinginan sebelumnya. Perintah DNR ditulus dengan konsen
diseseorang yang dipilih oleh pasien, oleh anggota keluarga (pasangan hidup, orang tua, anak,
maupun sodara kandung) atau teman terdekat atau orang yang ditunjuk dari pengadilan secra
hukum. Terdapat dua pendekatan yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Adven directive
Dokumen yang memuat keinginan dan keputusan pasien sekiranya dikemudian hari ia
tidak mampu melakukannya. Dokumen ini dapat berbentuk surat wasiat yang
menyebutkan keinginan atau keputusan pasien dengan jelas, atau berbentuk penunjuk
orang lain yang spesifik secara khusus untuk mengambil keputusan medis diri atas pasien
(dorable power of attorney for health care). Ada beberapa kontrovesi tentang bagaimana
surat wasiat di interpretasikan. Dalam beberapa kasus, surat wasiat bisa sudah dibuat jauh
hari dimasa lalu dan pandangan pasien mengenai end-off-life ketika mereka benar-benar
menghadapinya. Dalam kasus-kasus seperti ini surat wasiat di tinjau kembali
berdassarkan komunikasi dengan anggota keluarga, teman dekat, atau tenaga kesehatan
yang memiliki hubungan yang panjang dengan pasien. Penulisan adven directive
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu menggunakan formulir yang disediakan dari
dokter, menuliskan keinginan sendiri, meminta formulir dari departemen kesehatan atau
departemen pemerintah, memanggil pengacara, menggunakan soft ware khusus untuk
dokumen legal (diluar negri0. Sebqaiknya segala sesuatu yang sudah ditulis dicek
kembali oleh dokter atau kuasa hukum untuk memastikan apa yang pasien tulis
dimengerti sebagai mestinya (ambigu) setelah semuanya selesai sebaiknya melakukan
notarisasi jika memungkinkan untuk dikopi diserahkan kepada keluarga dan dokter.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
Kelompok 13.