PENDAHULUAN
BAB II
LAPORAN KASUS
LAPORAN KASUS
I. IDENTIFIKASI
Umur : 5 bulan
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
II. ANAMNESIS
Sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, penderita BAB cair, dengan frekuensi ±
10x/ hari, volume ¼ gelas belimbing, lebih banyak cair > ampas, tidak berlendir, darah
pada BAB disangkal. OS muntah setiap kali menyusu, dengan frekuensi ± 10x/hari,
volume 1/5 gelas belimbing, yang isinya susu. OS mengalami demam naik turun, tetapi
tidak terlalu tinggi. Batuk pilek disangkal, sesak tidak ada, kejang disangkal. Berat badan
tertinggi 5200 gram pada saat OS usia 4 bulan.
Partus : Spontan
Penolong : Dokter
Panjang badan : 35 cm
Keadaan saat lahir : bayi langsung menangis, warna kemerahan, gerak
aktif
2. Riwayat Makanan
Asi :-
3. Riwayat Imunisasi
o BCG : (+)
o Polio : (+) (1 dan 2)
o DPT : (+) (1 dan 2)
o Hepatitis B : (+) (1 dan 2)
o Campak : (-)
4. Riwayat Keluarga
Ayah Ibu
Tengkurap : 4 bulan
Duduk :-
Merangkak :-
6. Status Gizi
BB/U = 3,57/7,7 = 46%
(<-3SD)
BB : 3,570 gram
TB : 53,5 cm
Gizi : Gizi buruk
Suhu : 36,4 oC
Keadaan Spesifik
Kulit
Kepala
UUB : datar
Lingkar kepala : 36 cm
Palpebra
Konjungtiva : konjungtiva anemis (-), edema (-)
Mulut-Bibir
Paru-paru
Jantung
Abdomen
Inspeksi : datar
Perkusi : timpani
Ekstremitas
Pemeriksaan Neurologis
Fungsi Motorik :
Tungkai Lengan
Kekuatan +5 +5 +5 +5
Tonus Eutoni Eutoni Eutoni Eutoni
Klonus - - - -
Refleks fisiologis +N +N +N +N
Refleks patologis - - - -
Dejala rangsang meningeal : kaku kuduk (-), Brudzinsky I, II (-), Kernig sign (-)
Hb : 7,9 g/dl
Ht : 26 vol%
Trombosit : 200.000/mm3
Kimia Klinik
VII. PENATALAKSANAAN
-Glukosa 10% 50 ml PO
-2 jam pertama : Resomal 5 ml/kg BB 17,5 cc per 30 menit NGT
-10 jam berikutnya : Resomal 5-10 ml/kgBB 17,5 cc per 2 jam dan diselingi tiap jam dengan
F75 35 cc.
Fase stabilisasi lanjutan :
-Setelah diare atau muntah berkurang, dan F75 sebelumnya dapat dihabiskan F75 55 cc per3
jam
-Setelah tidak ada diare dan muntah, serta F75 sebelumnya dapat dihabiskan F75 75 cc per 4
jam
-Evaluasi denyut nadi, laju nafas dan suhu.
-Elekmin 1 cc untuk koreksi elektrolit
-Vit B complex 1x1 cth
-As folat 1x1 mg
-Vit C 1x1 tab
-Ampisilin 50 mg/kgBB/hari setiap 6 jam selama 2 hari
-Gentamisin 7,5 mg/kgBB/hari 1x/hari selama 7 hari
Fase transisi:
> - 2 SD
I. BB < 7 Kg
• F-100
• Makanan bayi/lumat
• Sari buah
II. BB > 7 Kg
• F-100
• Makanan anak/lunak
• Buah
Fase tindak lanjut di rumah :
3. Imunisasi
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
X. FOLLOW UP
Tanggal
6 Juli 2012 S : muntah, diare, demam (39,2oC) A : fase stabilisasi kondisi III
9 Juli 2012 S : muntah (-), diare (+), sesak napas A :
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Marasmus adalah suatu kondisi dimana anak mengalami defisiensi energi dan
protein. Ini merupakan salah satu dari tiga bentuk serius kekurangan energi
protein (KEP).
Penentuan KEP dilakukan dengan menimbang BB anak dibandingkan dengan
umur.Untuk menyatakan bahwa balita dikategorikan KEP ringan, sedang, berat dengan
menggunakan standar baku BB/U WHO-NCHS (Depkes RI 1999).
a. KEP Ringan bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak pada pita warna
kuning, atau BB/U 70% - 80% baku median WHO-NCHS
b. KEP Sedang bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak dibawah garis merah
(BGM) atau BB/U 60% - 70% baku median WHO-NCHS
c. KEP Berat bila hasil penimbangan BB/U < 60% baku median WHO-NCHS.
II. ETIOLOGI
Etiologi dari penyakit marasmus antara lain masukkan zat gizi yang tidak
adekuat, kebiasaan makan yang tidak tepat, kelainan metabolik dan malabsorbsi,
malformasi kongenital pada saluran pencernaan, penyakit ginjal menahun,
keadaan ekonomi keluarga (Arisman, 2004).
III. EPIDEMIOLOGI
Marasmus adalah masalah serius seluruh dunia yang melibatkan lebih dari 50
juta anak berusia kurang dari 5 tahun. Menurut WHO 49% dari 10,4 juta kematian
pada anak-anak usia kurang dari 5 tahun di negara-negara berkembang berkaitan
dengan PEM.
Di Indonesia, sebanyak 72% penderita gizi kurang ditemukan di daerah-daerah
kabupaten Indonesia dengan 2 – 4 dari 10 balita menderita gizi kurang.
Marasmus sering dijumpai pada usia 0 - 2 tahun. Keadaan yang terlihat mencolok adalah
hilangnya lemak subkutan, terutama pada wajah. Akibatnya ialah wajah si anak lonjong, berkeriput
dan tampak lebih tua (old man face). Otot-otot lemah dan atropi, bersamaan dengan hilangnya
lemak subkutan maka anggota gerak terlihat seperti kulit dengan tulang. Tulang rusuk tampak lebih
jelas. Dinding perut hipotonus dan kulitnya longgar. Berat badan turun menjadi kurang dari 60%
berat badan menurut usianya. Suhu tubuh bisa rendah karena lapisan penahan panas hilang.
VI. PATOGENESIS
Petumbuhan yang kurang atau terhenti disertai atrofi otot dan menghilangkan
lemak di bawah kulit. Pada mulanya kelainan demikian merupakan proses
fisiologis. Untuk kelangsungan hidup jaringan tubuh memerlukan energi, namun
tidak didapat sendiri dan cadangan protein digunakan juga untuk memenuhi
kebutuhan energi tersebut. Penghancuran jaringan pada defisiensi kalori tidak saja
membantu memenuhi kebutuhan energi, tetapi juga untuk memungkinkan sintesis
glukosa dan metabolik esensial lainnya asam amino untuk kepentingan
homeostatik. Oleh karena itu, pada marasmus berat kadang-kadang masih
ditemukan asam amino yang normal, sehingga hati masih dapat membentuk cukup
albumin.
Hilangnya lemak di bantalan kulit Daya tahan tubuh Asam amino esensial menurun
dan produksi albumin menurun
Resiko infeksi
Kerusakan integritas kulit Keterlambatan
pertumbuhan dan
Resiko infeksi saluran pencernaan
Anorexia, diare
o anamnesis awal untuk mengetahui adanya tanda bahaya dan tanda penting:
syok/renjatan
letargis
gangguan sirkulasi/syok
gangguan kesadaran
dehidrasi
hipoglikemi
hipotermi
Pada marasmus, anak kurus muncul dengan ditandai hilangnya lemak subkutan
dan pengecilan otot. Kulit tampak xerotik, keriput, dan longgar. Hilangnya bantalan
lemak bukal adalah karakteristik dari gangguan ini. Marasmus mungkin tidak memiliki
dermatosis klinis. Namun, temuan tidak konsisten termasuk kulit halus, rambut rapuh,
alopesia, pertumbuhan terganggu, dan fissuring pada kuku. Dalam kekurangan energi
protein, rambut lebih berada dalam fase (istirahat) telogen dari dalam fase (aktif)
anagen, kebalikan dari normal. Kadang-kadang, seperti pada anoreksia nervosa,
ditandai pertumbuhan rambut lanugo dicatat.
Glukosa darah
Pemeriksaan pap darah dengan mikroskop atau pengujian deteksi langsung
Hemoglobin
Serum albumin
Tes HIV (Tes ini harus disertai dengan konseling orang tua anak, dan kerahasiaan
harus dipelihara.)
Elektrolit
Hasil
Tingkat beberapa enzim (termasuk laktosa) yang menurun, dan tingkat lipid
beredar (terutama kolesterol) yang rendah.
Riwayat diet rinci kuantitas asupan makanan (Food recall) dan kualitas asupan makanan
(Food frequency)
Pengukuran pertumbuhan, indeks massa tubuh (BMI), dan pemeriksaan fisik lengkap
ditunjukkan. Tindakan pengukuran tinggi badan-banding-usia atau berat badan-untuk-tinggi
pengukuran kurang dari 95% dan 90% dari yang diharapkan atau lebih besar dari 2 standar
deviasi di bawah rata-rata untuk usia. Pada anak yang lebih dari 2 tahun, pertumbuhan
kurang dari 5 cm/th juga dapat menjadi indikasi defisiensi.
Klasifikasi :
KEP ringan : > 80-90% BB ideal terhadap TB (WHO-CDC)
VIII. PENATALAKSANAAN
Tetapkan Kondisi
Kondisi 1 Tanda Renjatan / Syok + Letargis/tidak sadar + muntah dan atau diare/dehidrasi
Penanganan hipoglikemi
Penanganan hipotermi
Penanganan dehidrasi
Pengobatan infeksi
Pemberian makanan
1. Hipoglikemia
Semua anak dengan gizi buruk berisiko mengalami hipoglikemia, yaitu apabila
kadar glukosa darah < 54mg/dL atau < 3mmol/L. Oleh karena itu, setiap anak gizi buruk
harus segera diberi makan atau larutan glukosa/ gula pasir 10% setelah masuk rumah
sakit. Pemberian makan yang sering sangat penting dilakukan pada anak gizi buruk.
Apabila fasilitas setempat tidak memungkinkan untuk memeriksa kadar gula darah,
maka semua anak gizi buruk harus dianggap mengalami hipoglikemia dan harus segera
ditangani sesuai panduan. Tanda anak yang mengalami hipoglikemia adalah letargis,
nadi lemah, dan kehilangan kesadaran.
2. Hipotermia
Diagnosis hipotermi adalah apabila suhu aksila <35,5oC. Tatalaksananya :
3. Dehidrasi
Cenderung terjadi diagnosis berlebihan dari dehidrasi dan estimasi yang
berlebihan mengenai derajat keparahannya pada anak gizi buruk. Hal tersebut
disebabkan oleh sulitnya menentukan status dehidrasi secara tepat pada anak
dengan gizi buruk, yaitu hanya dengan menggunakan gejala klinis saja. Anak gizi
buruk dengan diare cair, apabila gejala dehidrasi tidak jelas anggap dehidrasi ringan.
Tatalaksananya :
• Jangan menggunakan infus untuk rehidrasi, kecuali pada kasus dehidrasi berat
dengan syok
23
• Beri ReSoMal secara oral atau melalui NGT, lakukan lebih lambat dibanding jika
melakukan rehidrasi pada anak dengan gizi baik.
• Beri 5 mL/kgBB setiap 30 menit untuk 2 jam pertama
• Setelah 2 jam, berikan ReSoMal 5-10 mL/kgBB/jam berselang-seling dengan F-75
dengan jumlah yang sama, setiap jam selama 10 jam
• Jumlah yang pasti tergantung seberapa banyak anak mau, volume tinja yang
keluar, dan apakah anak muntah
• Selanjutnya berikan F-75 secara teratur setiap 2 jam
• Apabila anak masih diare, beri ReSoMal setiap kali diare
• Usia <1 tahunà 50-100 ml setiap BAB
• Usia ≥1tahun 100-200 ml setiap BAB
24
- Antibiotik spektrum luas
• Apabila tidak ada komplikasi atau infeksi nyata, beri Kotrimoksazol per oral (25
mg SMZ + 5 mg TMP/kgBB) setiap 12 jam selama 5 hari
• Apabila terdapat komplikasi (hipoglikemia, hipotermia, atau anak terlihat
letargis atau tampak sakit berat) atau anak terlihat sakit berat, maka berikan:
• Ampisilin (50 mg/kgBB IM/IV setiap 6 jam selama 2 hari), dilajutkan
dengan Amoksisilin oral (15 mg/kgBB setiap 8 jam selama 5 hari) atau
ampisilin oral (50 mg/ kgBB setiap 6 jam selama 5 hari) sehingga total
selama 7 hari, ditambah Gentamisin (7,5 mg/kgBB/hari IM/IV) setiap
hari selama 7 hari, ditambah Gentamisin (7,5 mg/kgBB/hari IM/IV)
setiap hari selama 7 hari. Jika anak tidak membaik dalam waktu 48 jam,
tambahkan Kloramfenikol (25 mg/kgBB IM/IV setiap 8 jam) selama 5
hari
- Vaksin campak jika berumur ≥ 6 bulan dan belum pernah
mendapatkannya, atau jika anak berumur > 9 bulan dan sudah pernah diberi
vaksin sebelum berumur 9 bulan. Tunda imunisasi bila syok.
Semua anak gizi buruk mengalami defisiensi vitamin dan mineral. Meskipun
sering ditemukan anemia, jangan beri zat besi pada fase awal. Tunggu sampai anak
mempunyai nafsu makan yang baik dan mulai bertambah berat badannya (biasanya
pada minggu kedua, mulai fase rehabilitasi), karena zat besi dapat memperparah
infeksi. Berikan setiap hari selama 2 minggu:
- Multivitamin
- Ferosulfat 3 mg/ kgBB/ hari setelah berat badan naik (mulai fase rehibilitasi)
25
- Vitamin A diberikan secara oral pada hari pertama (kecuali apabila telah
diberikan sebelum dirujuk) dengan dosis:
• Makanan dalam jumlah sedikit tetapi sering dan rendah osmolaritas maupun
rendah laktosa
• Diberikan secara oral atau melalui NGT, hindari penggunaan parenteral
• Apabila anak masih mendapatkan ASI, lanjutkan pemberian ASI, namun pastikan
bahwa jumlah F-75 yang ditentukan harus terpenuhi
Memberikan makanan untuk tumbuh kejar
Tanda yang menunjukan bahwa anak telah mencapai fase ini adalah:
Tatalaksana :
Lakukan transisi secara bertahap dari formula awal (F-75) ke Formula tumbuh
kejar (F-100) (fase transisi) :
- Ganti F-75 dengan F-100, dan berikan F 100 dalam jumlah yang sama
dengan F-75 selam 2 hari berturut-turut
- Selanjutnya naikan jumlah F-100 sebanyak 10 mL setiap kali pemberian
sampai anak tidak mampu menghabiskan atau tersisa sedikit. Biasanya
hal tersebut terjadi ketika pemberian formula mencapai 200
mL/kgBB/hari. Dapat pula digunakan bubur atau makanan pendamping
ASI yang dimodifikasi sehingga kandungan energi dan proteinnya
sebanding dengan F-100
26
- Setelah transisi bertahap, selanjutnya beri anak :
• Pemberian makan yang sering dengan jumlah tidak terbatas
(sesuai kemampuan anak)
• Energi: 150-220 kkal/ kgBB/ hari
• Protein: 4-6 g/ kgBB/ hari
Apabila anak masih mendapatkan ASI, lanjutkan pemberian ASI, namun pastikan
bahwa anak sudah mendapat F-100 sesuai kebutuhan, karena ASI tidak
mengandung cukup energi untuk menunjang tumbuh kejar. Makanan-terpeutik-
siap-saji (ready to use therapeutic food = RUTF) yang mengandung energi
sebanyak 500 kkal/ sachet 92 g dapat digunakan pada fase rehabilitasi.
7. Penilaian kemajuan
Kemajuan terapi dinilai dari kecepatan kenaikan berat badan setelah tahap
transisi dan mendapat F-100:
- Timbang dan catat berat badan setiap pagi sebelum diberi makan
- Hitung dan catat kenaikan berat badan setiap 3 hari dalam gram/ kgBB/
hari
• Apabila kenaikan berat badan:
- Kurang (< 5g/kgBB/hari)à anak membutuhkan penilaian ulang secara
lengkap
- Sedang (5-10g/kgBB/hari)à periksa apakah target asupan terpenuhi,
atau mungkin ada infeksi yang tidak terdeteksi
- Baik (>10g/kgBB/hari)
27
- Terapi bermain terstruktur selama 15-30 menit per hari
Apabila telah tercapai BB/TB>-2SD (setara dengan >80%), maka dapat dianggap
anak telah sembuh. Anak mungkin masih memiliki BB/U rendah karena anak
berperawakan pendek. Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus
tetap dilanjutkan di rumah.
- Menu dan cara membuat makanan kaya energi dan padat gizi serta
frekuensi pemberian makan yang sering
- Terapi bermain dan terstruktur
Selain itu juga sarankan ibu untuk melengkapi imunisasi dasar dan/atau ulangan
serta mengikuti program pemberian vitamin A.
9. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan mengukur kenaikan berat badan anak. Kenaikan
berat badan yang diharapkan adalah >50g/kgBB/minggu. Penyebab peningkatan
berat badan yang buruk antara lain:
28
• Infeksi yang tidak diatasi
• Ulangi urinalisis untuk sel darah putih
• Periksa tinja
• Bila memungkinkan, lakukan X-ray dada
• HIV/AIDS
Selain memantau berat badan, perlu dilihat pula kondisi anak setelah pemberian
makanan, apakah terjadirefeeding syndrome atau tidak. Tanda refeeding syndrome
adalah timbulnya hipofosfatemia berat setelah uptake fosfat oleh sel selama minggu
pertama mulai refeed. Kadar fosfat dalam serum sebanyak ≤0,5 mmol/mL dapat
menimbulkan kelemahan, rabdomiolisis, disfungsi neutrofil, kegagalan kardiorespirasi,
arritmia, kejang, perubahan tingkat kesadaran, atau kematian mendadak. Kadar fosfat
harus dipantau selama refeeding, dan jika rendah, fosfat harus diberikan selama
refeeding untuk menangani hipofosfatemia berat.
IX. KOMPLIKASI
Defisiensi Vitamin A
Dermatosis
Kecacingan
Diare kronis
Tuberkulosis
BAB IV
ANALISIS KASUS
Umur : 5 bulan
29
Keluhan utama : BAB cair dan muntah
Sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, penderita BAB cair, dengan frekuensi
± 10x/ hari, volume ¼ gelas belimbing, lebih banyak cair > ampas, tidak berlendir,
darah pada BAB disangkal. OS muntah setiap kali menyusu, dengan frekuensi ±
10x/hari, volume 1/5 gelas belimbing, yang isinya susu. OS mengalami demam naik
turun, tetapi tidak terlalu tinggi. Batuk pilek disangkal, sesak tidak ada, kejang
disangkal. Berat badan tertinggi 5200 gram pada saat OS usia 4 bulan.
- Kesadaran : Komposmentis
- Denyut Nadi: 140 x/menit
- Laju Pernapasan : 54 x/menit
- Suhu : 36,4oC
- Kulit : Anemis (-), kulit kendor, baggy pants (+), turgor lambat kembali,
sianosis (-), ikterik (-).
- Kepala : Mikrosefali, UUB datar.
- Mata : Anemis (-), ikterik (-), produksi air mata cukup, mata cekung
- Telinga : Simetris, sekret (-)
- Mulut : Mukosa bibir kering (-)
- Toraks / paru : Simetris, ronkhi (-), wheezing (-), iga menggembung (+)
- Jantung : S1 = S2 tunggal, bising (-)
- Abdomen : Datar, lemas H/L tidak teraba membesar
- Ekstremitas : Akral hangat, edem (-), sianosis (-)
- Genital, anus : ♂, DBN
- Pemeriksaan neurologis : DBN
30
Pada kasus ini, anak mempunyai masalah dengan saluran pencernaan dan
pernafasannya, di mana anak sering muntah, diare dan mengalami demam yang turun
naik. Pada pemeriksaan fisik didapatkan anak tampak rewel, adanya tanda-tanda gizi
buruk yaitu anak tampak sangat kurus tanpa edema, kulit keriput, turgor kembali
lambat, mata cekung, iga menggambang (piano sign), adanya baggy pants. Dan pada
pemeriksaan antoprometri didapatkan :
Penderita mengalami diare dan muntah, tetapi tidak mengalami syok ataupun
letargi, sehingga dimasukkan ke dalam kondisi 3. Sehingga penatalaksanaannya sesuai
dengan gizi buruk kondisi 3 dalam 10 langkah tatalaksana gizi buruk dari Direktorat Bina
Gizi.
31
BAB V
KESIMPULAN
Tujuh puluh lima persen dari semua kasus hernia di dinding abdomen
muncul didaerah sekitar lipat paha. Hernia indirek lebih banyak daripada hernia
direk yaitu 2:1, dimana hernia femoralis lebih mengambil porsi yang lebih sedikit.
Secara umum hernia terjadi akibat kelemahan otot dinding abdomen dan
peningkatan tekanan intra abdomen.
Tatalaksana hernia terbagi menjadi tatalaksana operatif dan non operatif.
Tatalaksana nonoperatif terbatas pada tindakan reposisi dan pemakaian penyangga
atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.
Sedangkan tindakan operatif dapat dilakukan herniotomi atau herniorafi.
Prognosa tergantung pada keadaan umum penderita serta ketepatan penanganan.
Tapi pada umumnya ‘baik’ karena kekambuhan setelah operasi jarang terjadi.
Pada penyakit hernia ini yang penting adalah mencegah faktor predisposisinya. 5
32