Anda di halaman 1dari 14

Step 3 (G1P0A0U23H12)

1. Mengapa pasien mengeluarkan darah sedikit-sedikit disertai nyeri perut


bagian bawah ?
Perdarahan yang terjadi pada masa kehamilan kurang dari 22 minggu. Pada
masa kehamilan
muda, perdarahan
pervaginam yang
berhubungan
dengan kehamilan dapat berupa: abortus,kehamilan mola, kehamilan ektopik.
Pada awal abortus terjadi pendarahan yang menyebabkan janin terlepas. Pada
kehamilan kurang dari 8 minggu janin biasanya dikeluarkan seluruhnya karena
villi koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan 814
minggu villi koriales menembus desidua secara mendalam, plasenta tidak
dilepaskan sempurna sehingga banyak perdarahan. Pada kehamilan diatas 14
minggu, setelah ketubah pecah janin yang telah mati akan dikeluarkan dalam
bentuk kantong amnion kosong dan kemudian plasenta (Prawirohardjo, S, 2002).
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. ILMU KEBIDANAN. Jakarta: Tridasa Printer
JENIS ABORTUS
Abortus dapat dibagi atas dua golongan:
Abortus dapat dibagi atas dua golongan:
a Abortus Spontan
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau
pun medisinalis, semata-mata disebabkan oieh faktor-faktor alamiah.
b Abortus Provakatus (induced abortion)
Adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun
alat-alat. Abortus ini terbagi menjadi:
- Abortus Medisinalis (abortus therapeutica)
Abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan
dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis).
Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.
- Abortus Kriminalis
Abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau
tidak berdasarkan indikasi medis. ( biasanya karena hamil diluar nikah )

Klinis Abortus Spontan


Dapat dibagi atas:
Abortus Kompletus (Keguguran lengkap): Artinya seluruh hasil
konsepsi dikeluarkan (desidua dan fetus), sehingga rongga rahim kosong.
Terapi: hanya dengan uterotonika.

Abortus Inkompletus (Keguguran bersisa): Hanya sebagian dari hasil


konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau plasenta.
Gejala: didapati antara lain adalah amenorea, sakit perut, dan mulasmulas; perdarahan yang bisa sedikit atau banyak, dan biasanya berupa
stolsel (darah beku); sudah ada keluar fetus atau jaringan; pada abortus
yang sudah lama terjadi atau pada abortus provakatus yang dilakukan oleh
orang yang tidak ahli, sering teijadi infeksi. Pada pemeriksaan dalam (V.T.)
untuk abortus yang baru terjadi didapati serviks terbuka, ka-dang-kadang
dapat diraba sisa-sisa jaringan dalam kanalis servikalis atau kavum uteri,
serta uterus yang berukuran lebih kecil dari seharusnya.
Terapi: Bila ada tanda-tanda syok maka atasi dulu dengan pemberian
cairan dan transfusi darah. Kemudian keluarkan jaringan secepat mungkin
dengan metode digital dan kuretase. Setelah itu beri obat-obat uterotonika
dan antibiotika.
Abortus Insipiens (Keguguran sedang berlangsung): Adalah abortus
yang sedang berlangsung, dengan ostium sudah terbuka dan ketuban
yang teraba. Kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi.
Terapi: seperti abortus inkompletus.

Abortus Iminens (Keguguran membakat): Keguguran membakat dan


akan terjadi. Dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan
memberikan obat-obat hormonal dan antispasmodika serta istirahat. Kalau
perdarahan setelah beberapa minggu masih ada, maka perlu ditentukan
apakah kehamilan masih baik atau tidak. Kalau reaksi kehamilan 2 kali
berturut-turut negatif, maka sebaiknya uterus dikosongkan (kuret).
Abortus imminens ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dengan hasil konsepsi masih dalam uterus
dan viabel, dan serviks
tertutup.
Missed Abortion: keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap berada
dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih. Fetus yang
meninggal ini:
(a) bisa keluar dengan sendirinya dalam 2-3 bulan sesudah fetus mati
(b) bisa diresorbsi kembali sehingga hilang
(c) bisa terjadi mengering dan menipis yang disebut: fetus papyraceus
(d) bisa jadi mola karnosa, dimana fetus yang sudah mati 1 minggu akan
mengalami degenerasi dan air ketubannya diresorbsi.
Gejala: Dijumpai amenorea; perdarahan sedikdt-sedikit yang berulang
pada permulaannya, serta selama observasi fundus tidak bertambah
tinggi, malahan tambah rendah, Kalau tadinya ada gejala-gejala
kehamilan, belakangan menghilang, diiringi dengan reaksi kehamilan yang
menjadi negatif pada 2-3 minggu sesudah fetus mati. Pada pemeriksaan
dalam, serviks tertutup dan ada darah sedikit. Sekali-sekali pasien merasa
perutnya dingin atau kosong.
Terapi: Berikan obat dengan maksud agar terjadi his sehingga fetus dan
desidua dapat dikeluarkan, kalau tidak berhasil lakukan dilatasi dan kuretase. Dapat juga dilakukan histerotomia anterior. Hendaknya pada
penderita juga diberikan tonika dan antibiotika.

Komplikasi: Bisa timbul hipo atau afibrinogenemia. Fetus yang sudah


mati begitu melekatnya pada rahim sehingga sulit sekali untuk dilakukan
kuretase
f Abortus Habitualis (Keguguran berulang): keadaan dimana penderita
mengalami keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih.
Menurut HERTIG abortus spontan terjadi dalam 10% dari kehamilan dan
abortus habitualis 3,6 - 9,8% dari abortus spontan. Kalau seorang
penderita telah mengalami 2 kali abortus berturut-turut maka optimisme
untuk kehamilan berikutnya berjalan normal adalah sekitar 63%. Kalau
abortus 3 kali berturut-turut, maka kemungkinan kehamilan ke 4 berjalan
normal hanya sekitar 16%.
Etiologi:
(1) Kelainan dari ovum atau spermatozoa, dimana kalau terjadi
pembuahan hasilnya adalah pembuahan yang patologis.
(2) Kesalahan-kesalahan pada ibu, yaitu disfungsi tiroid, kesalahan korpus
luteum, kesalahan plasenta, yaitu tidak sanggupnya plasenta
menghasilkan progesteron sesudah korpus luteum atrofis. Ini dapat
dibuktikan dengan mengukur kadar pregnandiol dalam urin. Selain itu juga
bergantung kepada keadaan gizi si ibu (malnutrisi), kelainan antomis dari
rahim, febris undulands (contagious abortion), hipertensi oleh karena
kelainan pembuluh darah sirkulasi pada plasenta/villi terganggu dan fetus
jadi mati. Dapat juga gangguan psikis, serviks inkompeten, atau rhesus
antagonisme.
Pemeriksaan:
(1) Histerosalfingografi, untukmengetahui ada tidaknya mioma uterus
submukosa dan anomali kongenital.
(2) BMR dan kadar yodium darah diukur untuk mengetahui apakah ada
atau tidak gangguan glandula thyroidea.
(3) Psiko analisis.
Terapi: Pengobatan pada kelainan endometrium pada abortus habitualis
lebih besar hasilnya jika dilakukan sebelum ada konsepsi daripada
sesudahnya. Merokok dan minum alkohol sebaiknya dikurangi atau
dihentikan. Pada serviks inkompeten terapinya adalah operatif: SHIRODKAR
atau MC DONALD (cervical cerclage),
g Abortus Infeksiosus dan Abortus Septik: keguguran yang disertai
infeksi genital. Abortus septik adalah keguguran disertai infeksi berat
dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau
peritoneum.
Hal ini sering ditemukan pada abortus inkompletus, atau abortus buatan,
terutama yang kriminalis tanpa memperhatikan syarat- syarat asepsis dan
antisepsis. Bahkan pada keadaan tertentu dapat terjadi perforasi rahim.

2. Mengapa darah yang keluar tidak disertai adanya gelembung gelembung


berisi cairan dan riwayat pingsan negatif ?
Molahidatidosa : adanya gelembung2 berisi cairan, ada perdarahan, mengalami
degenerasi vili korialisnya.
Suatu perkembangan yg tidak wajar . hampir seluruh vilikorialis mengalami
degenari hidropik. Secara makros disebut sebagai gelembung2 putih yang tembus
pandang, ukuran 1-2 cm
Secara histo ; adanya edem stoma vili, tdk ada pembuluh darah dan proliferasi
sel2 trofoblast.
Proses nidasi,konsepsinya normal, tapi janin mati, yang berkembang vilinya
Gejala : seperti hamil biasa, ukuran uterus > Normal, perdarahan adalah gejala
utama muncul diatara bulan 1-7
Pingsan : biasanya adanya ruptur uteri
3. Bagaimana Interpretasi riwayat obstetri ?

Hiperpigmentasi pada line alba : salah satu tanda tidak pasti kehamilan

Uterus sebesar 1-2 jari diatas simpisis : pengukuran fundus uteri

Auskultasi DJJ terdengar dopler : mendengar kondisi janin sudah bagus


atau tidak ?

Fluxus (++) : keluhan adanya perdarahan

OUE tertutup : kemungkinan abortus iminens

Parametrium dan adneksa tidak teraba masa : tanda2 tumor ?

Cavum dauglas tidak menonjol : DD KET ?


Derajat Fluxus ?
4. Apa DD dan diag
nosis dari skenario ? sesuai kelompok masing2
lengkap
a ABORTUS
- Definisi
merupakan pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari
26 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Atau buah kehamilan
belum mampu untuk hidup diluar kandungan.

Etiologi
o Defek anatomik uterus
o AutoimunSLE, Antiphospholipid Antibodies
o Infeksi:
Bakteria: Listeria monositogenes, klamidia trakomatis, dll
Virus: CMV, rubella, HSV, dll
Parasit: Toxoplasma gondii, Plasmodium falsiparum
Spirokaeta: treponema pallidum
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu :
a Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus
pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan
kelainan ini adalah :
1) Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X
2) Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna.
3) Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau,
dan alkohol.
b Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena
hipertensi menahun.
c Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan,
dan toksoplasmosis.
d Kelainan traktus genitalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus
pada trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri, dan kelainan
bawaan uterus.
e Kelainan endokrin, misalnya kekurangan progesteron atau disfungsi
kelenjar gondok.
f Trauma, misalnya laparatomi atau kecelakaan langsung pada ibu.
g Gizi ibu yang kurang baik.
h Faktor psikologis ibu.

Manifestasi klinis
a Terlambat haid atau aminore kurang dari 20 minggu.
b Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak lemah atau kesadaran
menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal
atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
c Perdarahan per vaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil
konsepsi.
4) Rasa mulas atau kram perut di daerah simfisis, sering disertai nyeri
pinggang akibat kontraksi uterus.

Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi vulva : Perdarahan per vaginam, ada atau tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium atau
tidak bau busuk dari vulva.
b. Inspekulo : Perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau
sudah tertutup, ada atau
tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan
berbau busuk dari ostium.
c. Vagina touche : Porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau
tidak jaringan dalam
kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan,
tidak nyeri saat porsio
digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum douglasi tidak
menonjol dan tidak nyeri
Patofisiologi

Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian


diikuti nekrosis jaringan disekitarnya.Hal tersebut menyebabkan hasil
konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya,sehingga merupakan benda
asing dalam uterus.Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan isinya.Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi
biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi korialis belum menembus
desidua lebih dalam,sehingga hasil konsepsi mudah dilepaskan.Pada
kehamilan 8 14 minggu villi koriales menembus desidua lebih dalam
sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat
menyebabkan banyak perdarahan.Pada kehailan 14 minggu keatas
umunya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah janin disusul
dengan plasenta.Perdarahan jumlahnya tidak banyak jika plasenta segera
terlepas dengan lengkap.
( Sarwono,2008)
-

Penatalaksanaan
a Abortus Imminens
Istirahat berbaring
Tidur berbaring merupakan unsure penting dalam pengobatan
karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan
berkurangnya rangsangan mekanik.
Periksa denyut nadi dan suhu badan 2x sehari bila pasien tidak
panas dan tiap 4 jam bila pasien panas
Tes kehamilan dapat dilakukan dan pemeriksaan USG untuk
menentukan lebih pasti apakah janin masih hidup
Pemberian obat penenang, biasanya fenobarbital 330 mg dan
preparat hematinik misalnya sulfas ferosus 600-100 mg
Diet tinggi protein dan vitamin C
Bersihkan vulva minimal 2x sehari dengan cairan antiseptic
untuk mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat
b Abortus Insipiens
Bila perdarahan tidak banyak ,tunggu terjadinya abortus
spontan tanpa pertolongan selama 36 jam dengan diberikan mrfin
Pada kehamilan kurang dari 12 minggu , yang biasanya
disertai perdarahan ,tangani dengan pengosonga uterus memakai kuret
vakum atau cunam abortus,disusul dengan kerokan memakai kuret
tajam.Suntikan ergometrin 0,5 mg IM
Pada kehamilan lebih dari 12 minggu ,berikan infuse
oksitosin 10 IU dalam dekstrose 5% 500ml dimulai 8 tetes permenit dan
naikkan sesuai kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplit.
Bila janin keluar ,tetapi plasenta masih tertinggal lakukan
pengeluaran plasenta secara manual
c Abortus Inkomplit
Bila disertai syokkarena perdarahan,berikan infuse cairan NaCl
fisiologis atau ringer laktat dan seleka mungkin ditranfusi darah
Setelah syok diatasi ,lakukak kerokan dengan kuret tajam lalu
suntikannergometrin 0,2 mg IM
Bila janin sudah keluar,tetapi plasenta masih tertinggal,lakukan
pengeluaran plasenta secara manual
Berikan antibiotic untuk mencegah infeksi
d Abortus Komplit

Bila kondisi pasien baik,berikan ergometrin 3 x 1 tablet selama 3- 5

hari
Bila pasien anemia ,berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau
tranfusi darah
Berikan antibiotic untuk mencegah infeksi
Anjurkan pasien diet tinngi protein,vitamin,mineral
Sumber : Kapita Selekta jilid I. Edisi ke 3. 2001 Media Aesculapius
Sastrawinata, Sulaiman. 1992. Obstetri Patologi, Universitas Padjajaran Bandung
b KET

Definisi
KE ialah suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur yang telah dibuahi
tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri. Lebih dari 95%
kehamilan ektopik berada di saluran telur (tuba fallopi),

Etiologi
a Semua faktor yang menghambat migrasi embrio ke kavum uteri
menyebabkan seorang ibu semakin rentan untuk menderita
kehamilan ektopik, yaitu :
Faktor dalam lumen tuba:
- Endosalpingitis, menyebabkan terjadinya penyempitan lumen
tuba
- Hipoplasia uteri, dengan lumen tuba menyempit dan berkelokkelok
- Operasi plastik tuba dan sterilisasi yang tidak sempurna
b Faktor pada dinding tuba:
- Endometriosis, sehingga memudahkan terjadinya implantasi di
tuba
- Divertikel tuba kongenital, menyebabkan retensi ovum.

Faktor di luar dinding tuba:


- Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba
- Tumor yang menekan dinding tuba
- Pelvic Inflammatory Disease (PID)
Manifestasi klinis

Gambaran klinik:
Gejala2 kehamilan muda, nyeri sedikit di perut bagian bawah
Pada VT: uterus membesar dan lembek walaupun tdk sebesar
tuanya kehamilan
Nyeri merupakan keluhan utama pada KET
Ruptur tubasakit perut mendadaksyok atau pingsan
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. ILMU KEBIDANAN. Jakarta: Tridasa Printer.
Penatalaksanaan
Seorang pasien yang terdiagnosis dengan kehamilan tuba dan masih
dalam kondisi baik dan tenang, memiliki 2 pilihan, yaitu penatalaksanaan
medis dan penatalaksanaan bedah.
a Penatalaksanaan Medis
Pada penatalaksanaan medis digunakan zat-zat yang dapat merusak
integritas jaringan dan sel hasil konsepsi. Tindakan konservativ medik
dilakukan dengan pemberian methotrexate. Methotrexate adalah obat
sitotoksik yang sering digunakan untuk terapi keganasan, termasuk
penyakit trofoblastik ganas
b Penatalaksanaan Bedah
Penatalaksanaan bedah dapat dikerjakan pada pasien-pasien dengan
kehamilan tuba yang belum terganggu maupun yang sudah

terganggu. Tentu saja pada kehamilan ektopik terganggu,


pembedahan harus dilakukan secepat mungkin.
- Pemeriksaan penunjang
i. Laboratorium : Hb, Leukosit, urine B-hCG (+).
Hemoglobin menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat
meningkat.
ii. USG : - Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri
- Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri
- Adanya massa komplek di rongga panggul
iii. Kuldosentesis : suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah
dalam kavum Douglas ada darah.
iv. Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.
v. Ultrasonografi berguna pada 5 10% kasus bila ditemukan kantong
gestasi di luar uterus (Mansjoer, dkk, 2001).
Molahidatidosa

Definisi

Etiologi

Manifestasi klinis

Patofisiologi

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan : Kuretase : 2x harus sampai bersih
o Kontrol I: 2 mgg setelah kuretase yg dievaluasi:
Masihkah ada perdarahan
Masih ada pembesaran uterus
Apakah HCG msh positif
Adanya kista folikel
o Kontrol II: 2mgg stlh kontrol I
Masihkah ada perdarahan
Masih ada pembesaran uterus
Apakah HCG msh positif
Adanya kista folikel
Foto thorax : apakah ada coin lession
o Kontrol III: 2mgg stlh kontrol ke II
apabila smua msh positif disebut clinical choriocarsinoma.

5. Apa saja etiologi dari kasus di skenario ?


- Etiologi
o Defek anatomik uterus
o AutoimunSLE, Antiphospholipid Antibodies
o Infeksi:
Bakteria: Listeria monositogenes, klamidia trakomatis, dll

Virus: CMV, rubella, HSV, dll


Parasit: Toxoplasma gondii, Plasmodium falsiparum
Spirokaeta: treponema pallidum

Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu :


i
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus
pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan
kelainan ini adalah :
1) Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X
2) Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna.
3) Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau,
dan alkohol.
j
Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena
hipertensi menahun.
k Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan,
dan toksoplasmosis.
l
Kelainan traktus genitalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus
pada trimester kedua), retroversi uteri, mioma uteri, dan kelainan
bawaan uterus.
m Kelainan endokrin, misalnya kekurangan progesteron atau disfungsi
kelenjar gondok.
n Trauma, misalnya laparatomi atau kecelakaan langsung pada ibu.
o Gizi ibu yang kurang baik.
p Faktor psikologis ibu.
6. Apa saja faktor resiko dari kasus di skenario ?
7. Mengapa dokter mengusulkan pemeriksaan USG ?
USG kehamilan antara lain bermanfaat sebagai berikut:
a Diagnosis dan konfirmasi awal kehamilan.
Dengan pemindaian USG, embrio dapat diamati dan diukur pada usia lima
setengah minggu. Bila terjadi perdarahan pada trimester pertama, USG sangat
diperlukan untuk diagnosis awal kehamilan ektopik (kehamilan di luar rahim)
dan kehamilan molar/anggur (kehamilan yang disertai tumor).
b

Melihat posisi dan kondisi plasenta.


Plasenta yang menghalangi jalan lahir (plasenta previa) dapat menyulitkan
proses kelahiran bayi

Memeriksa denyut jantung janin.


Denyut jantung janin bisa dilihat dan dideteksi pada umur kehamilan 6 minggu
dan menjadi jelas pada 7 minggu.

Mengetahui bila Anda memiliki lebih dari satu bayi (kembar).

Menghitung usia kehamilan dan berat janin.


Ukuran tubuh janin mencerminkan usia kehamilan.

Mendiagnosis kelainan janin.


Banyak kelainan struktural janin seperti malformasi janin (anensefali, spina
bifida, dll), kelainan jantung, dan hidrosefalus dapat didignosis dengan USG
yang biasanya dilakukan sebelum 20 minggu
Memeriksa jumlah cairan ketuban.
Jumlah cairan ketuban terlalu banyak atau terlalu sedikit dapat dengan jelas
digambarkan oleh USG. Kedua kondisi ini dapat berdampak merugikan pada
janin:
- Polihidramnion, (kelebihan cairan ketuban) dapat mengakibatkan sesak
nafas berat pada ibu dan persalinan prematur.
- Oligohidramnion, kekurangan cairan ketuban) dapat menyebabkan
kematian janin. Kondisi ini sering terkait dengan kelainan bawaan pada
saluran kemih, hambatan pertumbuhan janin dan berat janin kurang.
Mengetahui jenis kelamin bayi.
Jenis kelamin bayi tidak memiliki signifikansi medis. Namun, banyak calon
orangtua yang sangat ingin tahu jenis kelamin bayinya sebelum lahir.

8. Apa saja pemeriksaan penunjang lain terkait dengan skenario ?


Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi vulva : Perdarahan per vaginam, ada atau tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium atau
tidak bau busuk dari vulva.
b. Inspekulo : Perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau
sudah tertutup, ada atau
tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan
berbau busuk dari ostium.
c. Vagina touche : Porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau
tidak jaringan dalam
kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan,
tidak nyeri saat porsio
digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum douglasi tidak
menonjol dan tidak nyeri
9. Bagaimana penatalaksanaan untuk kasus di skenario ?
- Penatalaksanaan
e Abortus Imminens
Istirahat berbaring
Tidur berbaring merupakan unsure penting dalam pengobatan
karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan
berkurangnya rangsangan mekanik.
Periksa denyut nadi dan suhu badan 2x sehari bila pasien tidak
panas dan tiap 4 jam bila pasien panas
Tes kehamilan dapat dilakukan dan pemeriksaan USG untuk
menentukan lebih pasti apakah janin masih hidup
Pemberian obat penenang, biasanya fenobarbital 330 mg dan
preparat hematinik misalnya sulfas ferosus 600-100 mg
Diet tinggi protein dan vitamin C
Bersihkan vulva minimal 2x sehari dengan cairan antiseptic
untuk mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat
f Abortus Insipiens
Bila perdarahan tidak banyak ,tunggu terjadinya abortus
spontan tanpa pertolongan selama 36 jam dengan diberikan mrfin

Pada kehamilan kurang dari 12 minggu , yang biasanya


disertai perdarahan ,tangani dengan pengosonga uterus memakai kuret
vakum atau cunam abortus,disusul dengan kerokan memakai kuret
tajam.Suntikan ergometrin 0,5 mg IM
Pada kehamilan lebih dari 12 minggu ,berikan infuse
oksitosin 10 IU dalam dekstrose 5% 500ml dimulai 8 tetes permenit dan
naikkan sesuai kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplit.
Bila janin keluar ,tetapi plasenta masih tertinggal lakukan
pengeluaran plasenta secara manual
g Abortus Inkomplit
Bila disertai syokkarena perdarahan,berikan infuse cairan NaCl
fisiologis atau ringer laktat dan seleka mungkin ditranfusi darah
Setelah syok diatasi ,lakukak kerokan dengan kuret tajam lalu
suntikannergometrin 0,2 mg IM
Bila janin sudah keluar,tetapi plasenta masih tertinggal,lakukan
pengeluaran plasenta secara manual
Berikan antibiotic untuk mencegah infeksi
h Abortus Komplit
Bila kondisi pasien baik,berikan ergometrin 3 x 1 tablet selama 3- 5
hari
Bila pasien anemia ,berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau
tranfusi darah
Berikan antibiotic untuk mencegah infeksi
Anjurkan pasien diet tinngi protein,vitamin,mineral
Sumber : Kapita Selekta jilid I. Edisi ke 3. 2001 Media Aesculapius
10.Bagaimana patofisiologi dari skenario
Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian
diikuti nekrosis jaringan disekitarnya.Hal tersebut menyebabkan hasil
konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya,sehingga merupakan benda
asing dalam uterus.Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan isinya.Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi
biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi korialis belum menembus
desidua lebih dalam,sehingga hasil konsepsi mudah dilepaskan.Pada
kehamilan 8 14 minggu villi koriales menembus desidua lebih dalam
sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat
menyebabkan banyak perdarahan.Pada kehailan 14 minggu keatas
umunya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah janin disusul
dengan plasenta.Perdarahan jumlahnya tidak banyak jika plasenta segera
terlepas dengan lengkap.
( Sarwono,2008)

11.Apa komplikasi dai skenario ? bagaimana cara mengetahui komplikasi


pada perdarahan trimester 1, dengan cara apa ?
12.Bagaimana alur penegakan diagnosis skenario ?

Step 4

FR

perdarahan
etiologi

Abortus, KET,
PP
Molahidatisod

Anda mungkin juga menyukai