PENDAHULUAN
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau
melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri)
(Manuaba,2010). Persalinan tidak selalu berjalan normal, namun bisa terjadi
beberapa penyulit dalam persalinan. Distosia adalah persalinan abnormal yang
ditandai oleh kemacetan atau tidak adanya kemajuan dalam persalinan atau
persalinan yang menyimpang dari persalinan eustasia yang menunjukkan
kegagalan.1 Penyulit dalam persalinan diantaranya distosia kelainan presentasi
dan posisi, distosia karena kelainan alat kandungan, distosia karena kelainan
janin, dan distosia karena kelainan his. Pada akhir kehamilan, agar dapat melewati
jalan lahir kepala harus dapat mengatasi tebalnya segmen bawah rahim dan servik
yang masih belum mengalami dilatasi. Perkembangan otot uterus didaerah fundus
uteri dan daya dorong terhadap bagian terendah janin adalah faktor yang
mempengaruhi kemajuan persalinan kala I. setelah dilatasi servik lengkap,
hubungan mekanis antara ukuran dan posisi kepala janin (fotopelvik proporsi)
serta kapasitas panggul dikatakan baik bila desensus janin sudah terjadi akibat
regangan uterus berlebihan dan atau partus macet. Dengan demikian maka
persalinan yang tidak berlangsung secara efektif adalah merupakan tanda akan
adanya fotopelvik disproporsi. 1 Jika tidak terjadi pola aktivitas uterus yang
normal, progresi persalinan akan abnormal (biasanya memanjang) . Hingga tahun
1940-an, distosia dianggap disebab-kan oleh inersia uteri. Sejak saat itu penelitian
menunjukan bahwa beberapa pola aktivitas uterus mungkin menyebab-kan
kelambatan kelahiran anak. Pola-pola ini disebut aktivitas uterus yang tidak
efisien, yang dibagi menjadi aktivitas uterus hipoaktif dan aktivitas uterus
hiperaktif yang tidak terkoordinasi. 2
1
Ditosia karena kelainan jalan lahir dapat disebabkan adanya kelainan pada
jaringan keras/tulang panggul, atau kelainan pada jaringan lunak panggul seperti
adanya tumor-tumor. Distosia karena kelainan alat kandungan misalnya atresia
vulva (tertutupnya vulva), adanya sekat dan tumor vagina, sikatriks pada serviks
karena infeksi atau operasi.3
Panggul disebut sempit bila ukurannya 1-2 cm kurang dari ukuran normal.
Kesempitan panggul bisa pada inlet (pintu atas panggul), mid pelvis (ruang tengah
panggul) atau outlet (dasar panggul). Dalam keadaan normal, letak janin ialah
belakang kepala. Bila janin dalam keadaan malposisi atau malpresentasi, maka
dapat terjadi distosia. Malposisi adalah posisi abnormal ubun- ubun kecil relatif
terhadap panggul ibu (misalnya posisi oksipito posterior), sedangkan
malpresentasi adalah semua letak janin selain letak belakang kepala. Letak janin
dapat menyebabkan perpanjangan masa persalinan (misalnya posisi oksipito –
posterior). Demikian juga besarnya janin. Janin (>4000 gr) tidak mudah dilahirkan
pervaginam, meskipun ukuran panggul normal. 4
2
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. B
Umur : 32 Tahun 4 bulan
Alamat : Bawen, Semarang
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Status : Menikah
Pendidikan terakhir : S1
Tanggal masuk RS : 16 Agustus 2017
B. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 16 Agustus 2017
pukul 14.30 WIB di Ruang Asoka RSUD Ambarawa.
1. Keluhan Utama : Kenceng-kenceng
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli Kandungan RSUD Ambarawa pukul 12.45 WIB
dengan keluhan kenceng-kenceng sejak 3 hari SMRS. Kenceng-kenceng
masih jarang dirasakan dan tidak menjalar sampai ke paha atau pinggang.
Keluarnya lendir dan darah dari jalan lahir disangkal. Keluhan cairan
mrembes dan ngepyok disangkal. Gerakan janin masih dirasakan sampai
saat ini. Keluhan seperti mual, muntah, nyeri ulu hati, pusing, pandangan
kabur, batuk, dan sesak napas disangkal.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat Hipertensi : Disangkal
b. Riwayat DM : Disangkal
c. Riwayat Asma : Disangkal
3
e. Riwayat Penyakit Ginjal : Disangkal
f. Riwayat Alergi : Disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga
dan tablet Fe
4
6) Keluhan selama hamil disangkal
d. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Tahun Tempat Umur Jenis Penolong Penyulit BBL Keadaan
Partus Partus Kehamilan Persalinan Sekarang
2015 RSUD Aterm SC dr.Sp.OG 3800g Sehat
Hamil ini
e. Riwayat KB : -
C. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 16 Agustus 2017 pukul 14.45 WIB di
Ruang Asoka RSUD Ambarawa.
1. Keadaan umum : Cemas
5
g. Thorax
1) Cor :
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
3) Abdomen
Inspeksi : perut datar dan warna kuliat sama seperti daerah
sekitarnya
Auskultasi : BU (+)
Perkusi : timpani (+) dan
massa(-) Palpasi : nyeri tekan (-)
h. Ekstremitas Sup Inf
Akral hangat : +/+ +/+
Udem : -/- -/-
• TFU : 34 cm
6
2) Leopold II :
• Punggung kiri
3) Leopold III :
4) Leopold IV :-
b. Pemeriksaan Dalam
6) Lesi Vagina : -
7) Perineum : Mendatar
D. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 31-08-2017
1. USG
7
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Darah Lengkap
Lekosit 13,7 (H) 10^3/ul 3.6-11
Eritrosit 4,64 10^6/ul 3.8-4,7
Hemoglobin 13,6 g/dl 11.7-15.5
Hematokrit 41,5 % 35-47
MCV 89,4 Fl 80-100
MCH 29,3 Pg 26-34
MCHC 32,8 g/dl 32-36
Trombosit 229 10^3/ul 150-440
RDW 13,8 % 11.5-14.5
MPV 7,2 Makro m3 7-11
Diff Count
E. Resume
Pasien datang ke Poli Kandungan RSUD Ambarawa pukul 12.45 WIB
dengan keluhan kenceng-kenceng sejak 3 hari SMRS. Kenceng-kenceng
masih jarang dirasakan dan tidak menjalar sampai ke paha atau pinggang.
Keluarnya lendir dan darah dari jalan lahir disangkal. Gerakan janin masih
dirasakan sampai saat ini. Keluhan seperti mual, muntah, nyeri ulu hati,
pusing, pandangan kabur, batuk, dan sesak napas disangkal. Riwayat DM,
8
hipertensi, asma, dan jantung disangkal. Riwayat obstetri G2P1A0 dengan
riwayat SC <2 tahun.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak cemas,
kesadaran compos mentis, tanda-tanda vital lain dalam batas normal. Status
ginekologi pada pemeriksaan luar didapatkan leopold I teraba keras, bundar,
dan melenting (kesan kepala) dengan TFU 34 cm, leopold II teraba tahanan
keras memanjang pada sisi kiri ibu (PUKI), dan leopold III teraba lunak,
kurang bundar, dan kurang melenting (kesan bokong). Pemeriksaan dalam
tidak dilakukan.
F. Diagnosis
G2P1A0 Usia 32 tahun, Usia Kehamilan 40 minggu Janin Tunggal Hidup
Intrauterine Presentasi Bokong Punggung Kiri dengan Letak Sungsang
G. Initial Plan
1. Initial Plan Terapi
a. Medikamentosa
Infus RL 20 tpm
b. Non-medikamentosa
Usul : Terminasi kehamilan dengan sectio caesarea
2. Initial Plan Monitoring
a. Keadaan umum
b. Kesadaran
c. TTV
d. Tanda-tanda inpartu
e. DJJ
3. Initial Plan Edukasi
a. Menjelaskan penyakit yang diderita pasien
b. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan selama perawatan.
c. Menganjurkan kepada pasien untuk tirah baring menjelang terminasi
9
FOLLOW UP PASIEN SELAMA RAWAT INAP
Tabel 1. Follow Up Pasien
Hari, Tanggal S O A P
Kamis Kenceng- KU cemas,CM G2P1A0 UK 1) Observasi KU + TTV+
17/08/2017 kenceng masih TD 110/70 mmHg 40 minggu tanda-tanda inpartu + DJJ
jarang, keluar HR 89 kali/menit dengan Letak 2) Infus RL
lendir dan darah RR 22 kali/menit Sungsang 3) Dilakukan konsultasi pada
disangkal. T 36,8oC dokter spesialis Kandungan
dan Kebidanan untuk
penatalaksanaan selanjutnya
Jumat Kenceng- KU cemas,CM G2P1A0 UK 1) Observasi KU + TTV+
18/08/2017 kenceng masih TD 112/68 mmHg 40 minggu tanda-tanda inpartu + DJJ
jarang, keluar HR 92 kali/menit dengan Letak 2) Infus RL
lendir dan darah RR 22 kali/menit Sungsang 3) Dilakukan konsultasi pada
o
disangkal. T 36,8 C dokter spesialis Kandungan
dan Kebidanan untuk
penatalaksanaan selanjutnya
Sabtu Kenceng- KU cemas,CM G2P1A0 UK 1) Observasi KU + TTV+
19/08/2017 kenceng masih TD 109/70 mmHg 40 minggu tanda-tanda inpartu + DJJ
jarang, keluar HR 95 kali/menit dengan Letak 2) Infus RL
lendir dan darah RR 22 kali/menit Sungsang 3) Dilakukan konsultasi pada
disangkal. T 36,8oC dokter spesialis Kandungan
dan Kebidanan untuk
penatalaksanaan selanjutnya
Minggu Keluar darah KU cemas,CM G2P2A0 Post
20/08/2017 dari jalan lahir TD 98/67 mmHg Sectio 1) Observasi KU + TTV
2) Infus RL
merah +, nyeri HR 104 kali/menit Caesarea H 1
3) Inj. Metronidazole 2x1
bekas operasi +, RR 22 kali/menit
4) Inj. Ceftriaxon 4x1
keluhan lemas, T 36,5oC
5) Metilergometrin 4x1
pusing, mual,
muntah
disangkal
Senin Keluar darah KU cemas,CM G2P2A0 Post
21/08/2017 dari jalan lahir TD 98/67 mmHg 1) Observasi KU + TTV
Sectio
merah +, nyeri HR 104 kali/menit 2) Infus RL
Caesarea H 2
bekas operasi +, RR 22 kali/menit 3) Inj. Metronidazole 2x1
10
keluhan lemas, T 36,5oC 5) Metilergometrin 4x1
pusing, mual,
muntah
disangkal
11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
DISTOSIA
A. Definisi
Distosia berasal dari bahasa Yunani, Dys atau dus berarti buruk atau
jelek, tosia berasal dari tocos yang berarti persalinan, sehingga distosia
merupakan persalinan yang sulit, tidak ada kemajuan dalam persalinan atau
merupakan persalinan yang membawa satu akibat buruk bagi janin maupun
ibu.5
B. Etiologi, Diagnosis, dan Penatalaksanaan
Distosia terjadi karena beberapa faktor, yaitu kelainan power, passage, dan
passanger.
1. Kelainan Power
Power adalah kekuatan ibu mendorong janin, yaitu kekuatan his
dan kekuatan ibu dalam mengejan. His normal yaitu his yang timbul
dominan pada fundus uteri, simetris, kekuatannya semakin lama semakin
kuat dan sering serta mengalami fase relaksasi yang baik. Kelainan his ini
dapat berupa inersia uteri hipertonik atau inersia uteri hipotonik.
Kontraksi uterus atau his secara normal terjadi pada awal persalinan
yakni pada kala I, pada awal kala I his yang timbul masih jarang yaitu I kali
dalam 15 menit dengan kekuatan 20 detik, his ini semakin lama akan
timbul semakin cepat dan sering yakni interval 2 sampai 3 kali dalam 10
menit dengan kekuatan 50 sampai 100 detik. Apabila kontraksi tidak
adekuat, maka serviks tidak akan mengalami pembukaan, sehingga pada
kondisi tersebut dilakukan induksi persalinan, dan apabila tidak ada
kemajuan persalinan maka dilakukan seksio sesaria, namun pada
persalinan kala II apabila ibu mengalami kelelahan maka persalinan
dilakukan dengan menggunakan vacum ekstraksi. 6
12
Persalinan kala III yaitu melahirkan plasenta, apabila placenta belum
lahir dalam waktu 30 menit maka hal ini terjadi karena tidak ada kontraksi
uterus atau karena adanya perlengketan sehingga merangsang uterus maka
6
di berikan pemberian induksin dan melakukan massage uterus. Distosia
karena kelainan tenaga terdiri dari :
a. Hypotonic uterine contraction
Inersia uteri hipotoni atau hipotonic uterine contraction
merupakan suatu keadaan dimana kontraksi uterus terkoordinasi
namun tidak adekuat dalam membuat kemajuan dalam persalinan,
biasanya his yang muncul kurang kuat, terlalu lemah, pendek dan
jarang. Inersia uteri terbagi menjadi dua macam, yakni inersia uteri
primer dan inersia uteri sekunder. Inersia uteri primer adalah ketika
his yang timbul sejak awal lemah, sedangkan inersia uteri sekunder
his lemah timbul setelah sebelumnya mengalami his yang kuat. 6
1) Etiologi
Penyebab inersia uteri umumnya belum diketahui secara
pasti, namun ada beberapa yang menyebutkan penyebab
terjadinya inersia uteri karena ibu merupakan primi tua, psikis ibu
dalam kondisi ketakutan, peregangan uterus yang berlebih
umumnya pada kondisi gemeli dan hidramnion, herediter, uterus
bikornis, atau karena bagian janin tidak merapat pada segmen
bawah rahim
pada kala 1 fase laten. Namun apabila sebelumnya his baik, lalu
13
menjadi lemah, kurang kuat, pendek serta jarang, biasanya terjadi
pada kala 1 dan 2 serta saat pengeluaran placenta, maka hal ini
dinamakan inersia uteri sekunder.5
2) Diagnosis
Dalam membantu melihat kelainan his dapat didukung
dengan pemeriksaan CTG dan USG, pada inersia uteri hipotoni,
his yang timbul tetap dominan pada fundus, namun kontraksi yang
terjadi biasanya lebih singkat dari biasanyanya, keadaan umum
pasien pada umumnya baik, rasa nyeri yang timbul tidak terlalu
sakit. Apabila ketuban masih utuh, keadaan ini tidak berbahaya
baik bagi ibu maupun bagi janin, kecuali apabila persalinan
berlangsung lama.5
3) Penatalaksanaan
Penanganan kasus inersia uteri hipotoni yaitu dilakukan
pengawasan yang meliputi tekanan darah, denyut jantung janin,
dehidrasi serta tanda-tanda asidosis, diberikan diet cair sebagai
persiapan operasi, infus D5% atau NaCl dan apabila nyeri
diberikan pethidine 50 mg, serta dilakukan pemeriksaan dalam di
analisa apakah ada CPD menggunakan pelvimetri atau MRI. 5
Apabila pasien inersia uteri dengan CPD maka dilakukan seksio
sesaria, apabila tidak ditemukan CPD maka perbaiki terlebih
14
uterine contraction bukan merupakan penyebab distosia, namun hal
ini dibicarakan di sini dalam rangka kelainan his. His yang terlalu kuat
dan yang terlalu efisien menyebabkan persalinan selesai dalam waktu
yang singkat. Partus yang sudah selesai kurang dari tiga jam,
dinamakan partus presipitatus: sifat his normal, tonus otot di luar his
juga biasa, kelainannya terletak pada kekuatan his. Bahaya partus
presipitatus bagi ibu ialah terjadinya perlukaan luas pada jalan lahir,
khususnya serviks uteri, vagina dan perineum, sedangkan bayi bisa
mengalami perdarahan dalam tengkorak karena bagian tersebut
mengalami tekanan kuat dalam waktu yang singkat. 5 Batas antara
bagian atas dan segmen bawah atau lingkaran retraksi menjadi sangat
jelas dan meninggi. Dalam keadaan demikian lingkaran dinamakan
15
2) Diagnosis
Kelainan his dapat didukung oleh pemeriksaan :
• KTG
• USG
3) Penatalaksanaan
Dalam menghadapi persalinan lama oleh sebab apapun,
keadaan wanita yang bersangkutan harus diawasi dengan
seksama. Tekanan darah diukur tiap empat jam, pemeriksaan ini
perlu dilakukan lebih sering apabila ada gejala preeklampsia.
Denyut jantung janin dicatat dalam setengah jam dalam kala I dan
lebih sering kala II. Kemungkinan dehidrasi dan asidosis harus
mendapat perhatian sepenuhnya. Karena pada persalinan lama
16
apakah ketuban sudah atau belum pecah. Apabila ketuban sudah
pecah, maka keputusan untuk menyelesaikan persalinan tidak
boleh ditunda terlalu lama berhubung dengan bahaya infeksi.
bagian atas, tengah dan bawah menyebabkan his tidak efisien dalam
mengadakan pembukaan. Di samping itu tonus otot uterus yang
meningkat menyebabkan rasa nyeri yang lebih keras dan lama bagi
ibu dan menyebabkan hipoksia dalam janin. His jenis ini juga disebut
sebagai uncoordinated hypertonic uterine contraction. Kadang-kadang
dalam persalinan lama dengan ketuban yang sudah lama pecah,
kelainan his ini menyebabkan spamus sirkuler setempat, sehingga
terjadi penyempitan kavum uteri pada tempat itu. Ini dinamakan
lingkaran kontraksi atau lingkaran konstriksi. 5
17
Secara teoritis lingkaran ini dapat terjadi dimana-mana, akan tetapi
biasanya ditemukan pada batas antara bagian atas dan bagian segmen
uterus. Lingkaran konstriksi tidak dapat diketahui dengan
serviks yang kaku. Kalau keadaan ini dibiarkan, maka tekanan kepala
uterus terus menerus akan menyebabkan nekrosis jaringan serviks dan
dapat mengakibatkan lepasnya bagian tengah serviks secara sirkuler.
Distosia servikalis sekunder disebabkan oleh kelainan organik pada
serviks, misalnya karena jaringan parut atau karena karsinoma.
Dengan his kuat serviks bisa robek, dan robekan ini dapat menjalar
kebagian bawah uterus. Oleh karena itu setiap wanita yang pernah
mengalami operasi pada serviks, selalu diawasi persalinannya di
rumah sakit.5
2. Kelainan Passanger
Kelainan passanger merupakan kelainan pada letak, ukuran ataupun
bentuk janin, kelainan letak ini termasuk dalam kelainan presentasi dan
kelainan posisi. Distosia karena kelainan letak dan bentuk janin terdiri
dari :
a. Posisi Oksipitalis Posterior Peresisten (POPP)
Secara normal pada presentasi belakang kepala, kepala yang
pertama sampai kedasar panggul adalah bagian oksiput, sehingga
oksiput berputar kedepan karena panggul luas didepan, pada POPP,
6
oksiput ini tidak berputar kedepan sehingga tetap dibelakang.
18
1) Etiologi
POPP ini dapat disebabkan karena beberapa hal,
diantaranya bentuk panggul antropoid, panggul android karena
dan atau UUK lintang sudah dipimpin namun tak ada kemajuan
19
sehingga menyebabkan deep transvered arrest maka dilakukan
vacum ekstraksi atau forceps, namun apabila ada tanda obstruksi
serta gawat janin maka akhiri kehamilan dengan seksio sesaria. 9
20
2) Diagnosis
Untuk menentukan diagnosis presentasi puncak kepala,
pada pemeriksaan lokalis abdomen biasanya didapatkan pada
21
kecil (UUK) berputar ke depan dan kelahiran terjadi dengan
kedudukan occipitoanterior, atau kepala mungkin tertahan pada
diameter transverse panggul, diperlukan pertolongan operatif
c. Presentasi Muka
Pada presentasi muka, kedudukan kepala mengalami defleksi
maksimal, sehingga oksiput tertekan pada punggung dan muka
merupakan bagian terendah menghadap ke bawah. Presentasi muka
dikatakan primer apabila sudah terjadi sejak masa kehamilan
sedangkan presentasi muka sekunder apabila terjadi saat persalinan. 9
Pada presentasi muka, kepala berada dalam posisi hiperekstensi
sehingga oksiput menempel pada punggung bayi dan dagu (mentum)
menjadi bagian terbawah janin. Muka janin dapat tampil sebagai dahu
1) Etiologi
22
Presentasi muka umumnya terjadi karena keadaan-keadaan
yang memaksa terjadinya defleksi kepala atau karena keadaan
yang menghalangi terjadinya fleksi kepala. Oleh karena itu
dengan dada, bagian dada ada bagian kecil dan DJJ terdengan
lebih jelas. Sedangkan pada periksa dalam, teraba dagu, mulut,
hidung, tepi orbita, bila ada caput maka sulit dibedakan dengan
bokong, apabila ragu, maka sebaiknya dilakukan pemeriksaan
radiologis , rontgen atau MRI.9
3) Penatalaksanaan
Proses persalinan presentasi muka kepala turun dengan
sirkumfarensia trakelo parietalis dengan dagu lintang atau miring,
setelah muka sampai dasar panggul terjadi putaran paksi dalam,
presentasi muka tidak disertai CPD dan posisi dagu depan maka
23
dilahirkan secara spontan. Dagu belakang memiliki kesempatan
berputar menjadi dagu depan bila kala II posisi mentoposterior
persistens, dagu diputar kedepan, bila berhasil maka lahirkan
24
dan hanya 15% lewat persalinan spontan. Kematian perinatal pada
presentasi muka sebesar 20%.9
Prognosis persalinan dengan presentasi dahi ditentukan
25
jantung janin di atas umbilikus, pemeriksaan dalam, USG dan
Foto sinar-X.11
3) Penatalaksanaan
0 1 2
Primigravida Multigravida
Paritas
Station
<2 cm 3 cm >4 cm
26
Interpretasi :
janin
27
didekatkan ke perut ibu, gerakan ini disesuaikan
dengan gaya berat badan janin. Bersamaan dengan
hiperlordosis, seorang asisten melakukan ekspresi
28
2) Kedua kaki janin dilahirkan dan tangan kanan
menolong pada pergelangan kakinya dan
dielevasi ke atau sejauh mungkin sehingga perut
29
ii. Cara Mueller
1) Prinsipnya : melahirkan bahu dan lengan depan
lebih dahulu dengan ekstraksi, baru kemudian
30
lingkaran. Demikian seterusnya bolak-balik
sehingga bahu belakang tampak di bawah
simpisis dan lengan dapat dilahirkan.
31
pelipatan paha belakang. Hanya pada kasus ini cunam
dimasukkan dari arah bawah, yaitu sejajar pelipatan
paha belakang. Setelah suboksiput tampak dibawah
a) Letak Kepala
• Kepala di sebelah kiri ibu
32
2) Etiologi
Penyebab dari letak lintang sering merupakan kombinasi dari
berbagai faktor, sering pula penyebabnya tetap merupakan suatu
a) Inspeksi
Perut tampak membuncit ke samping
b) Palpasi
33
• Pemeriksaan dalam agak sukar dilakukan bila pembukaan
kecil dan ketuban intak, namun pada letak lintang
biasanya ketuban cepat pecah.
4) Penatalaksanaan
Pada permulaan persalinan dalam letak lintang, pintu atas
panggung tidak tertutup oleh bagian bawah anak seperti pada
letak memanjang. Oleh karena itu seringkali ketuban sudah lebih
dulu pecah sebelum pembukaan lengkap atau hampir lengkap.
Setelah ketuban pecah, maka tidak ada lagi tekanan pada bagian
bawah, sehingga persalinan berlangsung lebih lama. His berperan
dalam meluaskan pembukaan, selain itu dengan kontraksi yang
semakin kuat, maka anak makin terdorong ke bawah.
Akibatnya tubuh
34
pemeriksa sukar untuk memasuki lingkaran tersebut. Lain halnya
dengan letak memanjang, pada letak lintang setelah pembukaan
lengkap, karena his dan tenaga mengejan, badan anak tidak dapat
35
b) Hereditas
Memiliki riwayat keturunan dari ibu lebih banyak
mempengaruhi dibanding riwayat keturunan dari ayah.
36
mendapat pengobatan infertilitas, adanya uterus yang cepat
membesar dari amenorea, gerakan janin yang terlalu sering
dan adanya penambahan berat badan ibu menyolok yang tidak
c) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan USG dapat menunjukkan adanya 2 bayangan
janin atau lebih dengan 1 atau lebih kantong amnion.
Diagnosis menggunakan USG yang dilakukan pada trimester
pertama masih sulit untuk mendiagnosis jumlah janin pada
uterus, jumlah kantong gestasional yang terlihat, dan posisi
dari janin di dalam uterus.9
3) Penatalaksanaan
Penyulit dalam persalinan pada kehamilan kembar
37
presentasi janin pertama bokong , dapat menyebabkan terjadinya
penyulit dalam persalinan apabila janin terlalu besar, janin terlalu
kecil, adanya prolapsus tali pusat. Apabila ditemui keadaan seperti
38
3) Penatalaksanaan
Penanganan persalinan dengan distosia bahu dikenal dengan
“ALARM“ (Ask for help, Lift the legs and buttocks, Anterior
shoulder disimpaction, Rotation of posterior shoulder, Manual
39
c) Anterior shoulder disimpaction
Melakukan disimpaksi bahu depan dengan menggunakan
dua cara yaitu eksternal dan internal. Disimpaksi bahu depan
secara eksternal dapat dilakukan dengan menggunakan
manuver massanti, sedangkan disimpaksi bahu depan secara
internal dapat dilakukan dengan menggunakan manuver
rubin. Manuver Rubin dilakukan dengan cara (masih dalam
manuver McRoberts) masukkan tangan pada bagian posterior
vagina, tekanlah daerah ketiak bayi sehingga bahu berputar
menjadi posisi obliq atau transversa dan dengan bantuan
penekanan simphisis maka akan membuat bahu bayi semakin
abduksi sehingga diameternya mengecil.
d) Rotation of posterior shoulder
Melakukan rotasi bahu belakang dengan manuver Woods.
Manuver ini dilakukan dengan cara memasukkan tangan
penolong sesuai dengan punggung bayi (jika punggung kanan
gunakan tangan kanan, dan sebaliknya) ke vagina dan
diletakkan di belakang bahu janin. Bahu kemudian diputar 180
derajat ke anterior dengan gerakan seperti membuka tutup
botol.9
40
e) Pelahiran bahu belakang secara manual dapat dilakukan
dengan menggunakan manuver Shwartz. Manuver ini
i. Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah suatu kondisi dimana terjadi penumpukan cairan
serebrospinal yang berlebihan di ventrikel dan mengakibatkan
terjadinya pembesaran dari kranium. Volume cairan biasanya 500 –
41
1500 ml namun bisa juga mencapai 5000 ml. Lingkar kepala bayi
aterm normal berkisar antara 32 hingga 38 cm, namun pada
hidrosefalus dapat mencapai 50 cm. Pada presentasi apapun
umumnya
hidrosefalus dapat mengakibatkan terjadinya cephalo pelvic
disproportion yang berat.9
1) Diagnosis
a) Pada letak kepala dapat ditemukan kepala lebih besar dari
biasanya sehingga menonjol diatas simphisis.
b) Djj terletak lebih tinggi dari biasanya.
c) Pada pemeriksaan VT dapat diraba adanya sutura dan ubun-
ubun yang melebar tegang dan tulang kepala tipis.
d) Pada pemeriksaan USG didapatkan adanya BPD lebih besar
42
fetopelvik) dapat disebabkan karena berkurangnya ukuran panggul,
ukuran janin yang terlalu besar, atau kombinasi diantara keduanya.
Setiap penyempitan pada diameter panggul baik pintu atas panggul,
pintu tengah
panggul, maupun pintu bawah panggul dapat menyebabkan terjadinya
distosia pada persalinan.
a. Penyempitan pintu atas panggul
Pintu masuk panggul dianggap menyempit apabila diameter
anteroposterior terpendeknya kurang dari 10 cm atau diameter
transversa terbesarnya kurang dari 12 cm
b. Penyempitan pintu tengah panggul
Pintu tengah panggul dikatakan menyempit apabila jumlah diameter
intraspinarum ditambah diameter sagitalis posterior panggul tengah
kurang dari atau sama dengan 13,5 cm
c. Penyempitan pintu bawah panggul
Pintu bawah panggul menyempit didefinisikan sebagai pemendekan
diamter intertuberosum hingga 8 cm atau kurang.9
Persalinan dengan distosia akibat adanya kelainan ukuran panggul
atau kelainan bentuk panggul sebaiknya dilakukan melalui
perabdominam. Persalinan pervaginam dapat dilakukan tetapi memiliki
resiko kegagalan yang cukup besar dan dapat menimbulkan terjadinya
cedera pada kepala janin.9
43
DAFTAR PUSTAKA
44
11. Schiara J, et al. 1997. Breech Presentation. Gynecology and
Obstetric 6th edition, Lippincot-Raven Publisher, Chicago.
45