Anda di halaman 1dari 17

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN AGUSTUS 2021


UNIVERSITAS HALU OLEO

DEMAM TIFOID

OLEH :

Sitti Masyitah Wakanno


K1B1 20 076

PEMBIMBING
dr. Fercee Primula, Sp.PD, FINASM

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa:

Nama : Sitti Masyitah Wakanno, S.Ked

NIM : K1B1 20 076

Program Studi : Profesi Dokter

Fakultas : Kedokteran

Laporan Kasus : Demam Tifoid

Telah menyelesaikan tugas laporan kasus dalam rangka kepanitraan klinik pada
Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.

Kendari,       Agustus 2021 
Mengetahui,
Pembimbing  

dr. Fercee Primula, Sp.PD, FINASM


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya

sehingga penulisan Laporan Kasus yang berjudul Demam Tifoid dapat

dirampungkan dengan baik. Shalawat dan salam juga senantiasa tercurahkan

kepada Nabi Muhammad SAW. Penulisan laporan ini disusun untuk melengkapi

tugas kepaniteraan klinik bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran

Universitas Halu Oleo. Melalui kesempatan ini secara khusus penulis

persembahkan ucapan terima kasih dr. Fercee Primula, Sp. PD, FINASM

sebagai pembimbing referat dan laporan kasus saya. Dengan segala kerendahan

hati penulis sadar bahwa dalam penulisan tugas ini masih banyak kekurangan dan

ketidaksempurnaan. Penulis mengharapkan masukan, kritik dan saran yang

bersifat membangun kearah perbaikan dan penyempurnaan tugas ini. Semoga

laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Kendari, Agustus 2021

Sitti Masyitah Wakanno, S.Ked


BAB I
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. LR
Tangga lahir : Laloeha, 02 Maret 1985
Umur : 36 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Status : Menikah
Tanggal masuk : 24 Juli 2021
Alamat : Lrg. Cristal No 11 Kel. Laloeha
No RM : 148733
Perawatan : Mawar, Lt. 2 Kamar 5

B. ANAMNESIS (Autoanamnesis)
1. Keluhan utama
Demam
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke UGD RS Benyamin Guluh dengan keluhan demam yang
dirasakan sejak kurang lebih 7 hari yang lalu. Demam muncul saat malam
hari dan turun saat pagi hari. Pasien juga mengeluhkan nyeri ulu hati, sakit
kepala yang cukup mengganggu saat kegiatan sehari-hari, serta mual dan
muntah. Keluhan lain pasien belum BAB sejak 4 hari yang lalu, Batuk (+),
Sesak (-).
3. Riwayat penyakit dahulu
Tidak ada
4. Riwayat kebiasaan
 Riwayat alkohol (-)
5. Riwayat penyakit keluarga
 Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama (-)
6. Riwayat pengobatan
Pasien sudah berobat sebelumnya (-)
7. Riwayat alergi
Tidak ada

C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Sakit Sedang, Compos mentis, Status gizi (BB = 58 kg , TB = 157cm)
IMT = 23,53 kg/m2
Tanda Vital
TD Nadi Pernafasan Suhu
130/90 mmHg 84 x/menit 20x/menit 36,9’C /Axillar
(Reguler)

Status Generalis
Kulit Ikterik (-), pucat (-) memar (-).
Kepala Normocephal, simetris (+).
Rambut Berwarna hitam, tidak mudah tercabut.
Mata Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), Exopthalmus (-/-),
edema palpebra (-/-), Gerakan bola mata dalam batas normal,
kornea refleks (+) pupil refleks (+).
Hidung Epitaksis (-), rinorhea (-).
Telinga Otorrhea (-), nyeri tekan mastoid (-),
Mulut Bibir pucat (-), bibir kering (-), mulut kering (-), perdarahan
gusi (-), sianosis (-), candidiasis (-), tepi hiperemis (-).
Leher Pembesaran kelenjar getah bening dan tiroid (-),Kaku kuduk
(-),Peningkatan JVP (-)
Thoraks Inspeksi
Pergerakan hemithorax simetris kiri dan kanan. Retraksi sela
iga (-)
Palpasi
Nyeri tekan (-), massa (-), vokal fremitus sama kiri dan
kanan
Perkusi
Sonor pada lapang paru kiri dan kanan
Auskultasi
Bunyi nafas vesikuler, Rhonki-/-, Wheezing -/-,
Jantung Inspeksi
Ictus kordis tidak tampak
Palpasi
Ictus cordis tidak teraba, thrill (-)
Perkusi
Batas jantung kanan pada linea parasternalis dextra, batas
jantung kiri ICS VI linea midclavicularis sinistra
Auskultasi
BJ I dan II murni regular, murmur (-)
Abdomen Inspeksi
cembung, ikut gerak nafas
Auskultasi
Peristaltik usus (+) kesan normal.
Palpasi
Nyeri tekan region epigastrium (+), pembesaran hepar (-),
lien (-)
Perkusi
Tympani (+)
Ekstremita Inspeksi
s  Peteki -/-, edema pretibial & dorsum pedis (-/-),
deformitas -/-, eritema palmaris (-).
 CRT < 2 detik, akral hangat

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Rutin (24/07/2021)(Perawatan)
Parameter Nilai Rujukan Satuan
WBC 8,54 4.00-10.00 103/Ul
RBC 2,94 4.00-6.00 106/uL
HGB 8,5 13.00-16.00 g/dL
HCT 22,3 36.0-46.0 %
PLT 191 150-450 103/uL
MCV 75,9 80.0-97.0 Fl
MCH 28,9 27.0-34.0 Pg
MCHC 38,1 32.0-37.0 g/dL
RDW-SD 40,3 39.0-46.0 Fl
RDW-CV 14,4 11.5-14.5 %
PCT 0.23 0.17-0.35 %-

Imunologi Serologi (24/07/2021)


Parameter Satuan Rujukan
Salmonella Typhi O 1/160 1/80
Salmonella Typhi H 1/320 1/80
Salmonella Paratyphi AH 1/160 1/80
Salmonella Paratyphi BH 1/160 1/80
Antigen SARS Cov-19 Negatif Negatif

E. RESUME
 Pasien datang dengan keluhan demam sejak 7 hari yang lalu
 Demam muncul saat malam hari dan turun saat pagi hari
 Pasien mengeluh nyeri ulu hati, mual dan muntah
 pasien juga mengeluh sakit kepala yang cukup mengganggu saat kegiatan
sehari-hari.
 Hasil pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan region epigastrium (+).
 Pada pemeriksaan darah rutin didapatkan terjadi penurunan RBC, HGB,
HCT dan terjadi peningkatan MCHC.
 Pada pemeriksaan darah imuno serology darah didapatkan kenaikan titer
Salmonella Typhi O, Salmonella Typhi H, Salmonella Paratyphi AH, dan
Salmonella Paratyphi BH.

F. DIAGNOSIS SEMENTARA
Demam Tifoid

G. DIAGNOSIS BANDING
1. Demam berdarah dengue
2. Leptospirosis
3. Malaria
H. PENATALAKSANAAN
Farmakologi
1. IVFD NaCL 0,9% 20 tpm
2. Omeprazol 40 mg/24 jam/ IV
3. Ceftriaxone 3 gr/24 jam/ IV
4. Paracetamol 1 gr/8 jam/IV

I. FOLLOW UP
Hasil follow up pasien dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Hari/ Anamnesis dan Pemfis Pasien Instruksi DPJP
Tanggal
Minggu S: Demam (+), nyeri ulu hati (+) P:
25/07/202 O : TD : 120/80 mmhg  Infus Nacl 0,9%
1 28 tpm
N : 80 x/menit

S : 37,5 C  Ceftriaxone 3 gr/


24 Jam/ IV
P : 20x/menit

Pemeriksaan fisik  Paracetamol 1 gr/8

Mata : Konjungtiva anemis (+), sklera Jam/ IV

ikterik (-)
 Omeprazol 40 mg/
Perut : I : Cembung 12 Jam/ IV
P : nyeri tekan epigastrium (+)
 Ondansetron 4 mg/
A : Bising usus (+) 12 Jam/ IV
Ektremitas : Teraba hangat
Pemeriksaan penunjang :
Darah Rutin :
Wbc : 8.540
Hb : 8,9
Imuno Serologi :
Salmonella Typhy O : 1/160
Salmonella Typhy H : 1/320
A : Demam Tifoid

Senin S : Keadaan umu baik, belum BAB P:


26/07/202  Infus Nacl 0,9%
O:
1 28 tpm
Keadaan umum:
Keadaan umum tampak baik,
 Ceftriaxone 3
belum BAB
gr/24 Jam/ IV
Tanda vital :
TD 97/66 mmHg, N 87x/menit,  Omeprazole 40

o mg/ 24 Jam/ IV
RR 20x/menit, S 36 C,
Konjungtiva anemis (-) dan  Dulcolax Supp
sclera ikterik (-)
 Boleh Rawat jalan
Abdomen
:

I : Cembung

P : Nyeri tekan regio epigastrium


(-)

A : Bising usus (+)


Ekstremitas :
Teraba hangat
Pemeriksaan penunjang :

Imuno Serologi :
Salmonella Typhy O : 1/160
Salmonella Typhy H : 1/320

A: Demam Tifoid
BAB II
PEMBAHASAN
USIA & JENIS KELAMIN
KASUS TEORI
Tn. LR, Jenis kelamin Demam tifoid merupakan infeksi sistemik oleh
Perempuan, Usia 36 tahun baketri Salmonella sp. Sejak awal abad ke-20,
insidens demamtifoid menurun di USA dan Eropa.
Hal ini dikarenakan ketersediaan air bersih dan
sistem pembuangan yang baik, dan ini belum
dimiliki oleh sebagian besar negara berkembang.
Insidens demam tifoid yang tergolong tinggi
terjadi di wilayah Asia Tengah, Asia Selatan, Asia
Tenggara, dan kemungkinan Afrika Selatan (Insidens
>100 kasus per 100.000 populasi per tahun).
Insidents demam tifoid yang tergolong sedang (10-
100 kasus per 100.000 populasi per tahun) di bagian
dunia lainnya.
Di Indinesia, Insidens demam tifoid banyak
dijumpai pada populasi yang berusia 3-19 tahun.
Kejadian demam tifoid di indonesia juga berkaitan
dengan rumah tanggs, yaitu adanya anggota keluarga
dengan riwayat terkena demam tifoid, tidak adanya
sabun untuk mencuci tangan, menggunakan piring
yang sama untuk makan, dan tidak tersedianya
tempat buang air besar dalam rumah.
Ditjen Bina Upaya Kesehatan Masyarakat
Departemen kesehatan RI tahun 2010, melaporkan
dema tifoid menempati urutan ke-3 dari 10 pola
penyakit terbanyak pada psien rawat inap di rumah
sakit di Indonesia (41.081 kasus).
GEJALA KLINIS
KASUS TEORI
 Pasien datang dengan Masuknya kuman Salmonella typhi (S. Typhi)
keluhan demam sejak 7 dan Salmonella paratyphi (S.paratyphi) ke dalam
hari yang lalu tubuh manusia terjadi melalui makanan yang
 Demam muncul saat terkontaminasi. Sebagian kuman dimusnahkan dalam
malam hari dan turun lambung, sebagian lolos masuk ke dalam usus dan
saat pagi hari selanjutnya berkembang baik. Bila respons imunitas
 Pasien mengeluh nyeri humoral mukosa (IgA) usus kurang baik, maka
ulu hati, mual dan kuman akan menembus sel-sel epitel (terutama sel-
muntah M) dan selanjutnya ke lamina propia. Dilamina

 pasien juga mengeluh propia kuman berkembang biak dan difagosit oleh
sakit kepala yang sel-sel fagosit terutama oleh makrofag. Kuman dapat
cukup mengganggu hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan
saat kegiatan sehari- selanjutnya dibawa ke plak Peyeri ileum distal dan
hari. kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika.
Selanjutnya melalui duktus torasikus kuman yang
terdapat di dalam makrofag ini masuk ke dalam
sirkulasi darah (mengakibatkan bakteremia pertama
yang asimtomatik) dan menyebar ke seluruh organ
retikuloendotelial tubuh terutama hati dan limpa. Di
organ-organ ini kuman meninggalkan sel-sel fagosit
dan kemudian berkembang biak di luar sel atau
ruang sinosoid dan selanjutnya masuk ke dalam
sirkulasi darah lagi mengakibatkan bakteremia yang
kedua kalinya dengan disertai tanda-tanda dan gejala
penyakit infeksi sistemik.
Kuman dapat masuk kedalam kandung empedu,
berkembang biak, dan bersama cairan empedu
diekskresikan secara intermiten kedalam lumen usus.
Sebagian kuman dikeluarkan melalui feses dan
sebagian masuk lagi ke dalam sirkulasi setelah
menembus usus. Proses yang sama terulang kembali,
karena makrofag yang telah teraktivasi, hiperaktif;
maka pada saat fagositosis kuman Salmonella terjadi
pelepasan beberapa mediator inflamasi yang
selanjutnya akan menimbulkan gejala reaksi
inflamasi sistemik seperti demam, malaise, mialgia,
sakit kepala, sakit perut, gangguan vaskular, mental,
dan koagulasi.
Didalam plak peyeri makrofag hiperaktif
menimbulkan reaksi hiperplasia jaringan (S. Typhi
intra makrofag menginduksi reaksi hipersensitivitas
tipe lambat, hiperplasia jaringan dan nekrosis organ).
Perdarahan saluran cerna dapat terjadi akibat erosi
pembuluh darah sekitar plaque peyeri yang sedang
mengalami nekrosis dan hiperplasia akibat
akumulasi sel- sel mononuklear di dinding usus.
Proses patologis jaringan limfoid ini dapat
berkembang hingga lapisan otot, serosa usus, dan
dapat mengakibatkan perforasi.
Endotoksin dapat dapat menempel di epitel sel
endotel kapiler dengan akibat timbulnya komplikasi
seperti gangguan neuropsikiatri, kardiovaskular,
pernapasan, dan gangguan organ lain.
PEMERIKSAAN FISIK
KASUS TEORI
KU Pada pemeriksaan fisik demam tifoid, didapatkan
Sakit Sedang, Compos penderita yang tampak kesakitan dengan nyeri tekan
mentis, Status gizi (BB = pada regio epigastrium. Masa inkubasi demam tifoid
58 kg , TB = 157 cm) IMT berlangsung antara 10-14 hari. Gejala-gejala klinis
= 23,53 kg/m2 yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai
Hasil pemeriksaan dengan berat, dari asimtomatik hingga gambaran
fisik didapatkan nyeri penyakit yang khas disertai komplikasi hingga
tekan epigastrium (+) kematian.
Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini
ditemukan keluhan dan gejala serupa degan penyakit
infeksi akut lain yaitu demam, nyeri kepala, pusing,
nyeri otot, mual, muntah. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan suhu badan yang meningkat, nyeri tekan
pada abdomen (terutama regio epigastrik), lidah
yang berselaput (kotor di tengah, tepi dan ujung
merah serta tremor),bradikardia relatif (bradikardia
relatif adalah peningkatan suhub 1̊C tidak diikuti
dengan peningkatan denyut nadi 8 kali permenit),
hepatomegali, splenomegali, meteroismus, gangguan
mental berupa somnolen, sopor, koma, derilium, atau
psikosis. Roseolae jarang ditemukan pada orang
indonesia.
HASIL LABORATORIUM
Darah Rutin (24/07/2021): Pada Demam Tifoid Pemeriksaan laboratorium
 WBC 8,54 103/uL yang diperlukan antara lain uji widal.uji widal
 RBC 2,94 106/uL dilakukan untuk deteksi antibodi terhadap kuman

 HGB 8,5 g/dl S.tyhpi. Pada uji uji widal terjadi suatu rekasi

 HCT 22,3 % aglutinasi antara antigen kuman S.typhi dengan


antibodi yang disebut aglutinin. Antigen yang
 PLT 191 103/uL
digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella
 MCV 75,9 Fl
yang sudah dimatikan dan diolah dilaboratorium.
 MCH 28,9 Pg
Maksud uji widal adalah untuk menentukan adanya
 MCHC 38,1 g/dl
aglutinin dalam serum penderita tersangka demam
 RDW-SD 40,3 Fl
tifoid yaitu : Aglutinin O (dari tubuh kuman),
 RDW-CV 14,4 %
Aglutinin H (flagela kuman), dan Aglutinin Vi
 PCT 0,23 %
(simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O
Imunologi Serologi dan H yang digunakan untuk diagnosis demam
(24/07/2021)
 Salmonella Thypi O tifoid. Semakin tinggi titernya semakin besar
1/160 kemungkinan terinfeksi kuman ini.
 Salmonella Typhi H Pembentukan aglutinin mulai terjadi pada akhir
1/320 minggu pertama demam, kemudian meningkat secara
 Salmonella Paratyphi cepat dan mencapai puncak pada minggu keempat,
AH 1/160 dan tetap tinggi selama beberapa minggu. Pada fase

 Salmonella Paratyphi akut mula-mula timbul aglutinn O, kemudian diikuti


BH 1/160 dengan aglutinin H. Pada orang yang telah sembuh
aglutinin O masihbtetap dijumpai setelah 4-6 bulan,
sedangkan aglutinin H menetap lebih lama antara 9-
12 bulan. Oleh karena itu Widal bukan untuk
menentukan kesembuhan penyakit.
PENGOBATAN
KASUS TEORI
 Tirah baring Sampai saat ini trilogi penatalaksanaan demam
 IVFD NaCL 0,9% 20 tifoid, adalah
tpm Istrahat dan perawatan, dengan tujuan
 Omeprazole 40 mg/24 mencegah komplikasi dan mempercepat
jam/IV penyembuhan.
 Ceftriaxone 3 gr/24 Diet dan terapi penunjang (simtomatik dan
jam/IV suportif), dengan tujuan mengembalikan rasa
 Paracetamol 1 gr/8 nyaman dan kesehatan pasien secara optimal.
jam/IV Pemberian antimikroba, dengan tujuan
 Ondansetron 4 mg/12 mengehntikan dan mencegah penyebaran kuman
jam/IV Istrahat dan perawatan. Tirah baring dan
 Dulcolax Supp perawatan profesional bertujuan untuk mencegah
komplikasi.
Diet dan terapi penunjang. Diet merupakan
hal yang cukup penting dalam proses penyembuhan
penyakit demam tifoid, karena makanan yang kurang
akan menurunkan keadaan umum dan gizi penderita
akan semakin turun dan proses penyembuhan akan
menjadi lama.
Pemberian antimikroba. Dengan pilihan
antara lain :
 Kloramfenikol 4 X 500 mg/hari per oral/IV
hingga 7 hari bebas demam
 Tiamfenikol 4 X 500 mg
 Kotrimoksazol 2 X 960 mg selama 2
minggu.
 Ampisilin dan amoksisilin 50-150 mg/KgBB
selama 2 minggu;
 Seftriakson 3-4 gram dalam dektrosa 100 cc.
DAFTAR PUSTAKA

1. Widoyono, 2011. Penyakit Tropis. Epidemiologi, Penularan,

Pencegahan, dan Pemberantasannya. Edisi kedua. Erlangga :

Jakarta

2. Soedarmo, Sumarmo, 2012. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis.

Edisi kedua. Ikatan Dokter Anak Indonesia

3. Isselbacher, Kurt, 2010. Harrison’s Principles of Internal

Medicine. Edisi 13. Volume 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC :

Jakarta

4. Rubenstein, David, 2006. Kedokteran Klinis. Edisi keenam.

Erlangga : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai