DEMAM TIFOID
OLEH :
PEMBIMBING
dr. Fercee Primula, Sp.PD, FINASM
Fakultas : Kedokteran
Telah menyelesaikan tugas laporan kasus dalam rangka kepanitraan klinik pada
Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.
Kendari, Agustus 2021
Mengetahui,
Pembimbing
Segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya
kepada Nabi Muhammad SAW. Penulisan laporan ini disusun untuk melengkapi
persembahkan ucapan terima kasih dr. Fercee Primula, Sp. PD, FINASM
sebagai pembimbing referat dan laporan kasus saya. Dengan segala kerendahan
hati penulis sadar bahwa dalam penulisan tugas ini masih banyak kekurangan dan
laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
B. ANAMNESIS (Autoanamnesis)
1. Keluhan utama
Demam
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke UGD RS Benyamin Guluh dengan keluhan demam yang
dirasakan sejak kurang lebih 7 hari yang lalu. Demam muncul saat malam
hari dan turun saat pagi hari. Pasien juga mengeluhkan nyeri ulu hati, sakit
kepala yang cukup mengganggu saat kegiatan sehari-hari, serta mual dan
muntah. Keluhan lain pasien belum BAB sejak 4 hari yang lalu, Batuk (+),
Sesak (-).
3. Riwayat penyakit dahulu
Tidak ada
4. Riwayat kebiasaan
Riwayat alkohol (-)
5. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama (-)
6. Riwayat pengobatan
Pasien sudah berobat sebelumnya (-)
7. Riwayat alergi
Tidak ada
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Sakit Sedang, Compos mentis, Status gizi (BB = 58 kg , TB = 157cm)
IMT = 23,53 kg/m2
Tanda Vital
TD Nadi Pernafasan Suhu
130/90 mmHg 84 x/menit 20x/menit 36,9’C /Axillar
(Reguler)
Status Generalis
Kulit Ikterik (-), pucat (-) memar (-).
Kepala Normocephal, simetris (+).
Rambut Berwarna hitam, tidak mudah tercabut.
Mata Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), Exopthalmus (-/-),
edema palpebra (-/-), Gerakan bola mata dalam batas normal,
kornea refleks (+) pupil refleks (+).
Hidung Epitaksis (-), rinorhea (-).
Telinga Otorrhea (-), nyeri tekan mastoid (-),
Mulut Bibir pucat (-), bibir kering (-), mulut kering (-), perdarahan
gusi (-), sianosis (-), candidiasis (-), tepi hiperemis (-).
Leher Pembesaran kelenjar getah bening dan tiroid (-),Kaku kuduk
(-),Peningkatan JVP (-)
Thoraks Inspeksi
Pergerakan hemithorax simetris kiri dan kanan. Retraksi sela
iga (-)
Palpasi
Nyeri tekan (-), massa (-), vokal fremitus sama kiri dan
kanan
Perkusi
Sonor pada lapang paru kiri dan kanan
Auskultasi
Bunyi nafas vesikuler, Rhonki-/-, Wheezing -/-,
Jantung Inspeksi
Ictus kordis tidak tampak
Palpasi
Ictus cordis tidak teraba, thrill (-)
Perkusi
Batas jantung kanan pada linea parasternalis dextra, batas
jantung kiri ICS VI linea midclavicularis sinistra
Auskultasi
BJ I dan II murni regular, murmur (-)
Abdomen Inspeksi
cembung, ikut gerak nafas
Auskultasi
Peristaltik usus (+) kesan normal.
Palpasi
Nyeri tekan region epigastrium (+), pembesaran hepar (-),
lien (-)
Perkusi
Tympani (+)
Ekstremita Inspeksi
s Peteki -/-, edema pretibial & dorsum pedis (-/-),
deformitas -/-, eritema palmaris (-).
CRT < 2 detik, akral hangat
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Rutin (24/07/2021)(Perawatan)
Parameter Nilai Rujukan Satuan
WBC 8,54 4.00-10.00 103/Ul
RBC 2,94 4.00-6.00 106/uL
HGB 8,5 13.00-16.00 g/dL
HCT 22,3 36.0-46.0 %
PLT 191 150-450 103/uL
MCV 75,9 80.0-97.0 Fl
MCH 28,9 27.0-34.0 Pg
MCHC 38,1 32.0-37.0 g/dL
RDW-SD 40,3 39.0-46.0 Fl
RDW-CV 14,4 11.5-14.5 %
PCT 0.23 0.17-0.35 %-
E. RESUME
Pasien datang dengan keluhan demam sejak 7 hari yang lalu
Demam muncul saat malam hari dan turun saat pagi hari
Pasien mengeluh nyeri ulu hati, mual dan muntah
pasien juga mengeluh sakit kepala yang cukup mengganggu saat kegiatan
sehari-hari.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan region epigastrium (+).
Pada pemeriksaan darah rutin didapatkan terjadi penurunan RBC, HGB,
HCT dan terjadi peningkatan MCHC.
Pada pemeriksaan darah imuno serology darah didapatkan kenaikan titer
Salmonella Typhi O, Salmonella Typhi H, Salmonella Paratyphi AH, dan
Salmonella Paratyphi BH.
F. DIAGNOSIS SEMENTARA
Demam Tifoid
G. DIAGNOSIS BANDING
1. Demam berdarah dengue
2. Leptospirosis
3. Malaria
H. PENATALAKSANAAN
Farmakologi
1. IVFD NaCL 0,9% 20 tpm
2. Omeprazol 40 mg/24 jam/ IV
3. Ceftriaxone 3 gr/24 jam/ IV
4. Paracetamol 1 gr/8 jam/IV
I. FOLLOW UP
Hasil follow up pasien dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Hari/ Anamnesis dan Pemfis Pasien Instruksi DPJP
Tanggal
Minggu S: Demam (+), nyeri ulu hati (+) P:
25/07/202 O : TD : 120/80 mmhg Infus Nacl 0,9%
1 28 tpm
N : 80 x/menit
ikterik (-)
Omeprazol 40 mg/
Perut : I : Cembung 12 Jam/ IV
P : nyeri tekan epigastrium (+)
Ondansetron 4 mg/
A : Bising usus (+) 12 Jam/ IV
Ektremitas : Teraba hangat
Pemeriksaan penunjang :
Darah Rutin :
Wbc : 8.540
Hb : 8,9
Imuno Serologi :
Salmonella Typhy O : 1/160
Salmonella Typhy H : 1/320
A : Demam Tifoid
o mg/ 24 Jam/ IV
RR 20x/menit, S 36 C,
Konjungtiva anemis (-) dan Dulcolax Supp
sclera ikterik (-)
Boleh Rawat jalan
Abdomen
:
I : Cembung
Imuno Serologi :
Salmonella Typhy O : 1/160
Salmonella Typhy H : 1/320
A: Demam Tifoid
BAB II
PEMBAHASAN
USIA & JENIS KELAMIN
KASUS TEORI
Tn. LR, Jenis kelamin Demam tifoid merupakan infeksi sistemik oleh
Perempuan, Usia 36 tahun baketri Salmonella sp. Sejak awal abad ke-20,
insidens demamtifoid menurun di USA dan Eropa.
Hal ini dikarenakan ketersediaan air bersih dan
sistem pembuangan yang baik, dan ini belum
dimiliki oleh sebagian besar negara berkembang.
Insidens demam tifoid yang tergolong tinggi
terjadi di wilayah Asia Tengah, Asia Selatan, Asia
Tenggara, dan kemungkinan Afrika Selatan (Insidens
>100 kasus per 100.000 populasi per tahun).
Insidents demam tifoid yang tergolong sedang (10-
100 kasus per 100.000 populasi per tahun) di bagian
dunia lainnya.
Di Indinesia, Insidens demam tifoid banyak
dijumpai pada populasi yang berusia 3-19 tahun.
Kejadian demam tifoid di indonesia juga berkaitan
dengan rumah tanggs, yaitu adanya anggota keluarga
dengan riwayat terkena demam tifoid, tidak adanya
sabun untuk mencuci tangan, menggunakan piring
yang sama untuk makan, dan tidak tersedianya
tempat buang air besar dalam rumah.
Ditjen Bina Upaya Kesehatan Masyarakat
Departemen kesehatan RI tahun 2010, melaporkan
dema tifoid menempati urutan ke-3 dari 10 pola
penyakit terbanyak pada psien rawat inap di rumah
sakit di Indonesia (41.081 kasus).
GEJALA KLINIS
KASUS TEORI
Pasien datang dengan Masuknya kuman Salmonella typhi (S. Typhi)
keluhan demam sejak 7 dan Salmonella paratyphi (S.paratyphi) ke dalam
hari yang lalu tubuh manusia terjadi melalui makanan yang
Demam muncul saat terkontaminasi. Sebagian kuman dimusnahkan dalam
malam hari dan turun lambung, sebagian lolos masuk ke dalam usus dan
saat pagi hari selanjutnya berkembang baik. Bila respons imunitas
Pasien mengeluh nyeri humoral mukosa (IgA) usus kurang baik, maka
ulu hati, mual dan kuman akan menembus sel-sel epitel (terutama sel-
muntah M) dan selanjutnya ke lamina propia. Dilamina
pasien juga mengeluh propia kuman berkembang biak dan difagosit oleh
sakit kepala yang sel-sel fagosit terutama oleh makrofag. Kuman dapat
cukup mengganggu hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan
saat kegiatan sehari- selanjutnya dibawa ke plak Peyeri ileum distal dan
hari. kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika.
Selanjutnya melalui duktus torasikus kuman yang
terdapat di dalam makrofag ini masuk ke dalam
sirkulasi darah (mengakibatkan bakteremia pertama
yang asimtomatik) dan menyebar ke seluruh organ
retikuloendotelial tubuh terutama hati dan limpa. Di
organ-organ ini kuman meninggalkan sel-sel fagosit
dan kemudian berkembang biak di luar sel atau
ruang sinosoid dan selanjutnya masuk ke dalam
sirkulasi darah lagi mengakibatkan bakteremia yang
kedua kalinya dengan disertai tanda-tanda dan gejala
penyakit infeksi sistemik.
Kuman dapat masuk kedalam kandung empedu,
berkembang biak, dan bersama cairan empedu
diekskresikan secara intermiten kedalam lumen usus.
Sebagian kuman dikeluarkan melalui feses dan
sebagian masuk lagi ke dalam sirkulasi setelah
menembus usus. Proses yang sama terulang kembali,
karena makrofag yang telah teraktivasi, hiperaktif;
maka pada saat fagositosis kuman Salmonella terjadi
pelepasan beberapa mediator inflamasi yang
selanjutnya akan menimbulkan gejala reaksi
inflamasi sistemik seperti demam, malaise, mialgia,
sakit kepala, sakit perut, gangguan vaskular, mental,
dan koagulasi.
Didalam plak peyeri makrofag hiperaktif
menimbulkan reaksi hiperplasia jaringan (S. Typhi
intra makrofag menginduksi reaksi hipersensitivitas
tipe lambat, hiperplasia jaringan dan nekrosis organ).
Perdarahan saluran cerna dapat terjadi akibat erosi
pembuluh darah sekitar plaque peyeri yang sedang
mengalami nekrosis dan hiperplasia akibat
akumulasi sel- sel mononuklear di dinding usus.
Proses patologis jaringan limfoid ini dapat
berkembang hingga lapisan otot, serosa usus, dan
dapat mengakibatkan perforasi.
Endotoksin dapat dapat menempel di epitel sel
endotel kapiler dengan akibat timbulnya komplikasi
seperti gangguan neuropsikiatri, kardiovaskular,
pernapasan, dan gangguan organ lain.
PEMERIKSAAN FISIK
KASUS TEORI
KU Pada pemeriksaan fisik demam tifoid, didapatkan
Sakit Sedang, Compos penderita yang tampak kesakitan dengan nyeri tekan
mentis, Status gizi (BB = pada regio epigastrium. Masa inkubasi demam tifoid
58 kg , TB = 157 cm) IMT berlangsung antara 10-14 hari. Gejala-gejala klinis
= 23,53 kg/m2 yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai
Hasil pemeriksaan dengan berat, dari asimtomatik hingga gambaran
fisik didapatkan nyeri penyakit yang khas disertai komplikasi hingga
tekan epigastrium (+) kematian.
Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini
ditemukan keluhan dan gejala serupa degan penyakit
infeksi akut lain yaitu demam, nyeri kepala, pusing,
nyeri otot, mual, muntah. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan suhu badan yang meningkat, nyeri tekan
pada abdomen (terutama regio epigastrik), lidah
yang berselaput (kotor di tengah, tepi dan ujung
merah serta tremor),bradikardia relatif (bradikardia
relatif adalah peningkatan suhub 1̊C tidak diikuti
dengan peningkatan denyut nadi 8 kali permenit),
hepatomegali, splenomegali, meteroismus, gangguan
mental berupa somnolen, sopor, koma, derilium, atau
psikosis. Roseolae jarang ditemukan pada orang
indonesia.
HASIL LABORATORIUM
Darah Rutin (24/07/2021): Pada Demam Tifoid Pemeriksaan laboratorium
WBC 8,54 103/uL yang diperlukan antara lain uji widal.uji widal
RBC 2,94 106/uL dilakukan untuk deteksi antibodi terhadap kuman
HGB 8,5 g/dl S.tyhpi. Pada uji uji widal terjadi suatu rekasi
Jakarta
Jakarta
Erlangga : Jakarta