Oleh :
La Ode Naufal Arrouf Syahnasti (K1B1 22 044)
Nur Aksa (K1B1 22 045)
Pembimbing :
dr. Karman, M. Kes Sp. S
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. H
Umur : 47 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Guru
Alamat : Wakorambu
Agama : Islam
No. RM : 02 38 XX
Tanggal masuk RS : 29 Mei 2022
DPJP : dr. Karman, M.Kes, Sp.S.
B. ANAMNESIS
Keluhan utama : lemah separuh badan bagian sebelah kanan
Anamnesis terpimpin :
Pasien datang ke IGD RSU Muna dengan keluhan lemah separuh badan
sebelah kanan secara tiba-tiba saat berada di kamar mandi. Pasien ditemukan
oleh keluarga saat berusaha merangkak keluar dan mencari pertolongan.
Keluhan yang sama pernah dialami sebelumnya dan sempat dirawat di RS
kurang lebih 2 tahun yang lalu, pasein dirawat hingga keluhan berkurang dan
rutin control ke RS. Pasien juga mengeluh tidak dapat mengelurakan suara dan
berbicara. Tidak ada faktor yang memperberat dan memperingan keluahan.
Riwayat trauma kepala sebelumnya disangkal oleh pasien, tidak ada
penurunan kesadaran. Keluhan nyeri kepala, mual, muntah, sesak, kejang
batuk, penglihatan kabur dan demam disangkal. Kebiasan minum kopi,
merokok, alkohol dan makan makanan berlemak disangkal. Pasien mengaku
mengkomsumsi susu kambing. BAB (-) semenjak masuk RS, BAK dalam batas
normal.
Riwayat penyakit dahulu : Riwayat hipertensi (-), riwayat DM (-), riwayat
kolesterol (-), riwayat penyakit jantung (-)
Riwayat keluarga : Riwayat stroke (-), riwayat hipertensi (-), riwayat
DM (-), riwayat penyakit jantung (-)
Riwayat kebiasaan : Merokok (-) Minum alkohol (-) Penggunaan
narkoba (-)
Riwayat pengobatan : rutin berobat pasca stroke sebelumnya
C. PEMERIKSAAN FISIS
Pemeriksaan Umum
• Kesan : Sakit sedang
• Kesadaran : Compos mentis
• Tanda-tanda vital
- TD : 120/90 mmHg - SpO2 : 99%
- Nadi : 67 x/m - BB : - kg
- Pernapasan : 24 x/m
- Suhu : 36,5ºC
• Kepala : Normocephal,
• Muka : tidak simetris, sulcus nasolabialis sebelah kanan lebih
dangkal.
• Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), Raccon eyes
(-)
• Hidung : Rinore (-), epistaksis (-)
• Telinga : Otore (-)
• Mulut : Bibir pucat (-), atrofi papil lidah (-)
• Leher : Pembesaran KGB (-)
Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Arteri karotis : Palpasi (+), Auskultasi : bruit (-), posisi
trakea di tengah.
• Thoraks
- Inspeksi : Simetris kanan = kiri
- Palpasi : Nyeri tekan (-), massa (-)
- Perkusi : Sonor kanan = kiri
- Auskultasi : Bunyi napas vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
• Jantung
- Inspeksi : IC tidak tampak
- Palpasi : IC tidak teraba
- Perkusi : Batas jantung kanan : ICS IV linea parasternalis D
Batas jantung kiri : ICS V midclavicularis S
- Auskultasi : BJ I/II Murni regular, murmur (-), gallop (-)
• Abdomen
- Inspeksi : Datar, ikut gerak napas
- Auskultasi : BU (+) kesan normal
- Perkusi : Timpani
- Palpasi : Nyeri tekan (-), organomegali (-)
Pemeriksaan Psikiatris
• Reaksi emosi : baik • Penyerapan : baik
• Proses berfikir : baik • Kemauan : baik
• Kecerdasan : baik • Psikomotor : baik
Pemeriksaan Neurologi
GCS : E4M6V1
1. Kepala
Bentuk/ukuran : Normocephal
Penonjolan : (-)
2. Saraf Cranialis
N. I Kanan Kiri
Penghidu : Normosmia normosmia
N. II OS OD
Ketajaman penglihatan : Normal Normal
Lapangan penglihatan : Normal Normal
Funduskopi : Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. III, IV, VI D S
Celah kelopak mata Normal Normal
Ptosis : (-) (-)
Eksofthalmus : (-) (-)
Pupil
Bentuk/ukuran : 2,5 mm/bulat 2,5 mm/bulat
Isokor/unisokor : Isokor Isokor
RCL/RCTL : (+) (+)
Refleks akomodasi : Tidak dilakukan Tidak dilakukan
pemeriksaan pemeriksaan
Gerakan bola mata Normal Normal
Parese ke arah : (-) (-)
Nistagmus : (-) (-)
N. V
Sensibilitas : N.V1 : Normal
: N. V2 : Normal
: N. V3 : Normal
Motorik : Membuka mulut : Normal
Istrahat/menggigit : Normal
Refleks dagu/masseter : Normal
Refleks kornea : Normal
N. VII
Motorik : M.Frontalis M.Orbikulari okuli M.Orbikulari oris
Mimik : Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Pengecap 2/3 lidah anterior : Tidak dilakukan pemeriksaan
N. VIII
Pendengaran : Kanan kiri normal
Tes Rinne/Weber : Tidak dilakukan pemeriksaan
Fungsi Vestibularis : Tidak dilakukan pemeriksaan
N. IX dan X
Arcus faring : Tidak dilakukan pemeriksaan
Deviasi uvula : Tidak dilakukan pemeriksaan
Refleks telan muntah : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pengecap 1/3 lidah posterior : Tidak dilakukan pemeriksaan
Suara :-
N. XI
Memalingkan kepala dengan/tanpa tahanan : Tanpa tahanan
Angkat Bahu : Normal
N. XII
Deviasi Lidah : ke kiri
Fasikulasi : Tidak ada
Atrofi : Tidak ada
Tremor : Tidak ada
Disartria : Tidak ada
3. Leher
Tanda-tanda perangsangan selaput otak : Kaku kuduk : (-)
Kernig’s sign : (-)
4. Abdomen
Refleks kulit dinding perut :
N N N
N N N
N N N
5. Kolumna vertebralis
Inspeksi : Normal
Palpasi : Normal
Perkusi : Normal
Pergerakan : Normal
6. Ekstremitas :
Superior Inferior
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Pergerakan + + + +
Kekuatan - + - +
Tonus + + + +
Bentuk otot N N N N
Superior Inferior
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Motorik 4 5 4 5
Sensoris N N N N
Refleks Fisiologis
Superior
Dextra Sinistra
Biceps - +
Triceps - +
Patella - +
Refleks Patologik
• Hoffmann : +/- Babinski : -/-
• Tromner : +/- Chadock : -/-
Gordon : -/-
Schaefer : -/-
Openheim : -/-
Sensibilitas
Eksteroseptif
Taktil : Normal / Normal
Nyeri : Normal / Normal
Suhu : Normal / Normal
Proprioseptif
Rasa sikap : Normal
Rasa nyeri dalam : Normal
Fungsi kortikal
Rasa diskriminasi : Normal
Stereognosis : Normal
Pergerakan abnormal spontan : (-)
Gangguan Koordinasi
• Tes jari hidung : Tidak dilakukan pemeriksaan
• Tes pronasi-supinasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
• Tes tumit : Tidak dilakukan pemeriksaan
• Tes pegang jari : Tidak dilakukan pemeriksaan
Gangguan Keseimbangan
• Tes romberg : Tidak dilakukan pemeriksaan
• Gait : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan Fungsi Luhur
• Orientasi : Baik
• Registrasi : Baik
• Atensi : Baik
• Memori : Baik
• Bahasa : Baik
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Darah Rutin (29/05/2022)
Parameter Hasil Nilai Rujukan
RBC 4.680.000 uL 4.000.000-5.500.000 uL
Eritrosit - P : 4,0 – 5,5 juta
L : 4,5 – 6,0 juta
Hemoglobin 12.0 g/dl P : 12 – 16g/dl
L : 14- 18 g/dl
Hematokrit 37,3 % 37-48
MCV 80 Fl 80-97
MCH 25,6 PG 26,5-33,5
MCHC 32,2 % 31,5-35
Leukosit 14.560/µL 4.000-10.000/µL
Netrofil Segmen - 50-70
Limfosit - 20-40%
WBC 9.800 uL 3.400-9.600 sel/mcL
Monosit - 2-8%
Trombosit - 150.000-400.000 /µL
• Kimia darah (27/05/2022)
Parameter Hasil Rujukan
E. DIAGNOSIS KLINIS
Non Hemmoragic Stroke + Afasia
F. DIAGNOSIS KERJA
Topis : korteks sereberi
Etiologi : suspek stoke iskemik thrombus serebri
G. DIAGNOSIS BANDING
Hemoragic stroke
H. TERAPI
1. O2 2 Lpm
2. IVFD NACL 0,9% 28 Tpm
3. Citicoline 250 mg/12 jam/IV
4. Ranitidin 50 mg/12 jam/IV
5. Ketorolac 30 mg/8 jam/IV (k/p)
6. Farbion 1 amp/ 24 jam/IV drips
7. CPG 75 mg 1 x 1 siang
8. Amlodipine 5 mg
9. Simvastatin 20 mg
I. PROGNOS
Quo ad vitam : Dubia et bonam
Quo ad functionam : Dubia et bonam
Quo ad sanationam : Dubia et bonam
J. FOLLOW UP
Hari/ Tanggal Perjalanan Penyakit Rencana Terapi
Minggu, S : pasien masuk dengan 1. IVFD NACL 0,9% 20 tpm
29 Mei 2022 keluhan lemah separuh badan 2. Inj. Citicoline 250 mg/12 jam/iv
sebelah kanan. 3. Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam/iv
O: KU: sakit sedang 4. Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam/iv
Kesadaran: kompos mentis 5. Drips farbion 1 A/24 jam/iv
TD: 140/100 mmHg 6. CP 6 75 mg 1 x 1
N: 84 x/menit 7. Amlodipine 5 mg/p.o
P: 24 x/menit 8. Simvastatin 20 mg
S: 36,50C
SpO2 : 95%
GCS = E4M1V6
A: hemiparese dextra ec NHS
Senin , S : lemah separuh badab sebalah 1. O2 2-3 L
30 Mei 2022 kanan, pasien tidak dapat bicara. 2. RL 20 Tpm
O: KU: sakit sedang 3. Drips farbion 1 A/24 jam/iv
TD: 120/80 mmHg 4. Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam/iv
N: 70 x/menit 5. Inj. Citicoline 250 mg/12 jam/iv
P: 22 x/menit 6. CP 6 75 mg 1 x 1
S: 36,50C 7. Amlodipine 5 mg
SpO2 : 95% 8. Simvastatin 20 mg
GCS = E4M1V6
A: hemiparese dextra ec NHS
Selasa , S : tidak bisa bicara, tidak dapat 1. RL 20 Tpm
31 Mei 2022 berjalan dan tidak dapat 2. Drips farbion 1 A/24 jam/iv
menggunakan badannya sebelah 3. Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam/iv
kanan, lemas (+) 4. Inj. Citicoline 250 mg/12 jam/iv
O: KU: sakit sedang 5. CP 6 75 mg 1 x 1
TD: 150/100 mmHg 6. Amlodipine 5 mg
N: 80 x/menit 7. Simvastatin 20 mg
P: 20 x/menit
S: 36,20C
SpO2 : 95%
GCS = E4M1V6
A: hemiparese dextra ec NHS
Rabu , S : tidak bisa bicara, tidak dapat 1. RL 20 Tpm
1 Juni 2022 berjalan dan tidak dapat 2. Drips farbion 1 A/24 jam/iv
menggunakan badannya sebelah 3. Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam/iv
kanan, lemas (+) 4. Inj. Citicoline 250 mg/12 jam/iv
O: KU: sakit sedang 5. CP 6 75 mg 1 x 1
TD: 130/80 mmHg 6. Amlodipine 5 mg
N: 72 x/menit 7. Simvastatin 20 mg
P: 20 x/menit
S: 36,80C
SpO2 : 95%
GCS = E4M1V6
A: hemiparese dextra ec NHS
Kamis , S : tidak bisa bicara, masih sulit 1. O2 2-3 L
2 Juni 2022 untuk berjalan dan tidak dapat 2. RL 20 Tpm
menggunakan badannya sebelah 3. Drips farbion 1 A/24 jam/iv
kanan, lemas (+) 4. Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam/iv
O: KU: sakit sedang 5. Inj. Citicoline 250 mg/12 jam/iv
TD: 120/80 mmHg 6. CP 6 75 mg 1 x 1
N: 80 x/menit 7. Amlodipine 5 mg
P: 22 x/menit 8. Simvastatin 20 mg
S: 36,00C
SpO2 : 95%
GCS = E4M1V6
A: hemiparese dextra ec NHS
D. PATOFISIOLOGI
Stroke iskemik adalah tanda klinis gangguan fungsi atau kerusakan jaringan
otak sebagai akibat dari berkurangnya aliran darah ke otak, sehingga mengganggu
pemenuhan kebutuhan darah dan oksigen di jaringan otak.
Aliran darah dalam kondisi normal otak orang dewasa adalah 50-60 ml/100
gram otak/menit. Berat otak normal rata-rata orang dewasa adalah 1300- 1400 gram
(+ 2% dari berat badan orang dewasa). Sehingga dapat disimpulkan jumlah aliran
darah otak orang dewasa adalah + 800 ml/menit atau 20% dari seluruh curah
jantung harus beredar ke otak setiap menitnya. Pada keadaan demikian, kecepatan
otak untuk memetabolisme oksigen + 3,5 ml/100 gram otak/menit. Bila aliran darah
otak turun menjadi 20-25 ml/100 gram otak/menit 13 akan terjadi kompensasi
berupa peningkatan ekstraksi oksigen ke jaringan otak sehingga fungsi-fungsi sel
saraf dapat dipertahankan.
Glukosa merupakan sumber energi yang dibutuhkan oleh otak, oksidanya
akan menghasilkan karbondioksida (CO2) dan air (H2O). Secara fisiologis 90%
glukosa mengalami metabolisme oksidatif secara lengkap. Hanya 10% yang diubah
menjadi asam piruvat dan asam laktat melalui metabolisme anaerob. Energi yang
dihasilkan oleh metabolisme aerob melalui siklus Kreb adalah 38 mol Adenoain
trifosfat (ATP)/mol glukosa sedangkan pada glikolisis anaerob hanya dihasilkan 2
mol Atp/mol glukosa. Adapun energi yang dibutuhkan oleh neuron-neuron otak ini
digunakan untuk keperluan:
1. Menjalankan fungsi-fungsi otak dalam sintesis, penyimpanan, transport dan
pelepasan neurotransmiter, serta mempertahankan respon elektrik.
2. Mempertahankan integritas sel membran dan konsentrasi ion di dalam/di luar
sel serta membuang produk toksik siklus biokimiawi molekuler.
Strok adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global akut, dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih, dapat menyebabkan
kematian, tanpa adanya penyebab lain selain vaskuler. Stroke iskemik disebabkan
oleh oklusi fokal pembuluh darah otak yang menyebabkan turunnya suplai
oksigen dan glukosa ke bagian otak yang mengalami oklusi. Oklusi dapat berupa
trombus, embolus, atau tromboembolus, menyebabkan hipoksia sampai anoksia
pada salah satu daerah percabangan pembuluh darah di otak tersebut. Biasanya
pasien datang ke rumah sakit apabila sudah ada gangguan fungsional misalnya
seperti adanya kelemahan separuh badan sehingga aktifitas sehari hari menjadi
terganggu.
Pasien perempuan umur 47 tahun datang ke IGD RS dengan keluhan lemah
separuh badan sebelah kanan secara tiba-tiba saat berada di kamar mandi. Pasien
ditemukan oleh keluarga saat berusaha merangkak keluar dan mencari pertolongan.
Keluhan yang sama pernah dialami sebelumnya dan sempat dirawat di RS kurang
lebih 2 tahun yang lalu, pasein dirawat hingga keluhan berkurang dan rutin control
ke RS. Pasien juga mengeluh tidak dapat mengelurakan suara dan berbicara.
Keluhan lain seperti nyeri kepala (-), kesadaran menurun (-), mual (-), muntah (-),
bicara (-). Riwayat pengobatan (+), Pasien memiliki Riwayat hipertensi(-), Riwayat
stroke sebelumnya (+), DM (-), penyakit jantung (-), peningkatan kadar kolesterol
(-). Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga disangkal.
Stroke non hemoragik merupakan gangguan fungsi otak yang disebabkan
obstruksi aliran darah otak yang terjadi akibat pembentukan trombus di arteri
cerebrum atau embolis yang mengalir ke otak dan tempat lain tubuh. Pada Stroke
Non Haemoragik (SNH), dapat dibedakan menjadi stroke emboli dan
thrombolitik. Pada stroke thrombolitik Terjadi karena adanya penggumpalan
pembuluh darah ke otak. Dapat dibagi menjadi stroke pembuluh darah besar
(termasuk sistem arteri karotis) merupakan 70% kasus stroke non hemoragik
trombus dan stroke pembuluh darah kecil (termasuk sirkulus Willisi dan sirkulus
posterior). Trombosis pembuluh darah kecil terjadi ketika aliran darah terhalang,
biasanya ini terkait dengan hipertensi dan merupakan indikator penyakit
atherosklerosis. Pada stroke emboli, emboli tidak terjadi pada pembuluh darah
otak, melainkan di tempat lain seperti di jantung dan sistem vaskuler sistemik.
Embolisasi kardiogenik dapat terjadi pada penyakit jantung dengan shunt yang
menghubungkan bagian kanan dengan bagian kiri atrium atau ventrikel. Penyakit
jantung rheumatoid akut atau menahun yang meninggalkan gangguan pada katup
mitralis, fibrilasi atrium, infark kordis akut dan embolus yang berasal dari vena
pulmonalis. Atrial Fibrilasis merupakan faktor resiko terjadinya NHS dikarenakan
pemompaan darah yang tidak baik dari jantung, hal ini dapat menyebabkan
terbentuknya gumpalan didalam ventrikel. Gumpalan dan sumbatan ini kemudian
dapat lepas dan mengalir ke otak sehingga memblokir aliran darah kebagian otak
yang dapat menyebabkan stroke. Pada pasien ini ditemukan gejala kelumpuhan
pada separuh badannya yaitu sebelah kiri.
Beberapa faktor resiko yang berperan pada terjadinya stroke non haemoragik
(SNH) mempunyai riwayat keturunan keluarga yang terkena stroke, kemudian
juga berperan faktor yang dapat dimodifikasi, misalnya terdapat penyakit
hipertensi, penyakit jantung, kolesterol tinggi, obesitas, DM, polisitemia dan stress
emosional. Pasien ini memiliki beberapa faktor resiko yang mungkin berperan
terjadinya NHS, misalnya usia, memiliki kelainan jantung, dan memiliki riwayat
penyakit hipertensi.
Pada pasien ini memiliki faktor risiko kelainan jantung yaitu atrial fibrilasi,
dimana atrial fibrilasi menyebabkan aktivitas sistolik pada atrium kiri menjadi
tidak teratur sehingga terjadi penurunan kecepatan aliran darah atrium yang
menyebabkan aliran darah stasis pada atrium kiri dan memudahkan terbentuknya
trombus. Trombus pada jantung yang terdiri dari gumpalan darah (klot) dapat
lepas dari dinding pembuluh darah dan menjadi emboli. Emboli yang telah
terbentuk akan keluar dari ventrikel kiri dan mengikuti aliran darah menuju arkus
aorta. Aliran darah ini 90% akan menuju ke otak melalui arteri karotis komunis.
Emboli kebanyakan terdapat pada arteri serebri media karena arteri ini merupakan
percabangan langsung dari arteri karotis interna dan menerima 80% darah yang
berasal dari arteri karotis interna Emboli yang menyumbat aliran darah dapat
menyebabkan hipoksia neuron yang diperdarahinya. Sumbatan inilah yang akan
menyebabkan terjadinya stroke non hemoragik apabila perdarahan kolateral tidak
dapat mencukupi.
Fibrilasi atrium tidak hanya terlibat dalam pembentukan trombus intrakardial
tetapi juga penurunan curah jantung. Fibrilasi atrium menyebabkan otot atrium
tidak dapat berkontraksi dengan efektif dan aktif untuk menambah pengisian
ventrikel sehingga curah jantung dapat menurun. Penurunan curah jantung ini
terjadi lebih besar pada denyut ventrikel yang cepat dan mengakibatkan penurunan
perfusi serebral. Penurunan kapasitas untuk mempertahankan perfusi otak yang
adekuat dapat menjadi mekanisme kedua terjadinya kerusakan otak. Menurut
National Clinical of Stroke London sekitar seperempat pasien yang mengalami
stroke disebabkan oleh fibrilasi atrium.
Tanda dan gejala NHS yang timbul dapat berbagai macam tergantung dari berat
ringannya lesi dan juga topisnya. Namun ada beberapa tanda dan gejala yang
umum dijumpai pada penderita stroke non hemoragik yaitu Gangguan Motorik :
tonus abnormal, penurunan kekuatan otot, gangguan gerak volunter, gangguan
koordinasi dan gangguan ketahanan, serta Gangguan Sensorik : gangguan
propioseptik, gangguan kinestetik, gangguan diskriminatif, gangguan kemampuan
fungsional serta gangguan dalam beraktifitas sehari-hari seperti mandi, makan, ke
toilet dan berpakaian. Pasien ini sudah terjadi gangguan motorik pada salah satu
sisi (kiri) berupa kelumpuhan ekstremitas superior dan inferior, dengan kekuatan
motorik 0.
Temuan klinis yang khas akibat lesi di lokasi korteks serebri adalah paresis
ekstremitas atas bagian distal yang dominan, gangguan fungsional yang terberat
adalah gangguan control motorik halus. Kelemahan tersebut tidak total dan lebih
berupa gangguan flaksid, bukan spastik, karena jaras motorik tambahan
(nonpiramidalis) sebagian besar tidak terganggu. Lesi iritatif pada lokasi tersebut
dapat menimbulkan kejang fokal. Lesi yang merusak korteks piramidalis jarang
terbatas pada area 4 saja, melainkan melibatkan daerah di depan dan belakangnya
juga. Dalam hal itu gejala pengiring hemiplegia bisa berupa hipestesia atau
gangguan berbahasa. Pada kebanyakan orang dengan hemiplegia dextra akibat lesi
kortikal terdapat afasia motorik (tidak dapat mengutarakan pikirannya dengan
kata-kata) atau afasia sensorik (tidak memiliki lagi pengertian tentang bahasa).
Pada pasien ini terjadi hemiplegi, tidak dapat menggerakan tangan dan kaki
kirinya namun tidak ada gangguan berbahasa.
Setelah diagnosis klinis dari stroke akut dibuat, langkah-langkah berikut harus
diikuti: pastikan pasien stabil secara medis, evaluasi penyebab gejala neurologis
yang reversible, tentukan sifat stroke (iskemik vs hemoragik), pengobatan stroke,
dan tentukan penyebab stroke. Tatalaksana Umum Stabilisasi jalan nafas dan
pernapasan, Stabilisasi hemodinamik (infus kristaloid), Pengendalian tekanan
intrakranial (manitol jika diperlukan), Pengendalian kejang (terapi anti kejang jika
diperlukan), Analgetik dan antipiterik, jika diperlukan, Gastroprotektor, jika
diperlukan, Manajemen nutrisi, Pencegahan DVT dan emboli paru : heparin atau
LMWH. Tatalaksana Spesifik : Trombolisis intravena : alteplase dosis 0.6-0.9
mg/kgBB, pada stroke iskemik onset < 6 jam, Terapi endovascular : trombektomi
mekanik, pada stroke iskemik dengan oklusi karotis interna atau pembuluh darah
intrakranial, onset < 8 jam, Manajemen hipertensi (Nicardipin, ARB, ACE-
Inhibitor, Calcium Antagonist, Beta blocker, Diuretik), Manajemen gula darah
(insulin, anti diabetik oral), Pencegahan stroke sekunder (antiplatelet :aspirin,
clopidogrel, cilostazol atau antikoagulan : warfarin, dabigatran, rivaroxaban),
Neroprotektor (citicholin, piracetam, pentoxyfiline, DLBS 1033), Perawatan di
Unit Stroke, Neurorestorasi/Neurorehabilitasi. Tindakan Intervensi/Operatif,
Carotid Endartersctomy (CEA) sesuai indikasi, Carotid Artery Stenting (CAS)
sesuai indikasi, Stenting pembuluh darah intracranial sesuai indikasi. Pada pasien
ini
Pada pasien ini ditatalaksana dengan pembebasan jalan nafas, cairan kristaloid
RL dengan kecepatan 28 tetes per menit, injeksi citicolin (neuroprotektor dan
neurorepair) 250 mg setiap 12 jam per IV, injeksi ranitidine (menurunkan produksi
asam lambung) 50 mg setiap 12 jam per IV, injeksi ketorolac (agen anti inflamasi)
30 mg setiap 8 jam per IV, drips farbion 1 ampul setiap 24 jam per IV, CP 6 (anti
platelet) 75 mg setiap 1 kali sehari siang, dan amlodipine (anti hipertensi) 5 mg.
DAFTAR PUSTAKA
Candra, K. A, Titian Rakhma. 2016. Seorang Laki-Laki 60 Tahun Dengan Stroke Non
Hemoragik Dan Pneumonia. Magetan: rogram Studi Profesi Dokter, Fakultas
Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta 2Bagian Neurologi RSUD
dr. Sayidiman Magetan. SSN: 2721-2882.
Dinata CA, Safrita Y, Sastri S. Gambaran faktor risiko dan tipe stroke pada pasien
rawat inap di bagian penyakit dalam rsud kabupaten solok selatan periode 1
Januari 2010-31 Juni 2012. J Kes Andalas. 2013; 2(2): 57-61.
Shafi’i J., Sukiandra R., Mukhyarjon. 2016. Correlation Of Stress Hyperglycemia With
Barthel Index In Acute Non-Hemorrhagic Stroke Patients At Neurology Ward
Of Rsud Arifin Achmad Pekanbaru. JOM. 3(1):1-10.
Smith WS, English JD, Johnston SC. 2013. Harrison’s Neurology in Clinical Medicine
3rd Edition. New York: McGraw Hill Education.