Anda di halaman 1dari 38

Penyuluhan Kesehatan Jiwa Pada Pasien di Puskesmas Sumur Batu

Kesehatan jiwa merupakan hal yang sangat penting bagi manusia sama halnya seperti
kesehatan fisik pada umumnya. Kesehatan jiwa yang baik untuk individu merupakan kondisi
dimana individu terbebas dari segala jenis gangguan jiwa, dan kondisi dimana individu dapat
berfungsi secara normal dalam menjalankan hidupnya khususnya dalam menyesuaikan diri
untuk menghadapi masalah-masalah yang mungkin ditemui sepanjang hidupnya. Orang yang
sehat jiwanya berarti memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,
masyarakat, dan lingkungan. Oleh karena itu adanya gangguan kesehatan jiwa tidak bisa kita
remehkan, karena jumlah kasusnya saat ini masih cukup mengkhawatirkan. Terdapat sekitar
450 juta orang menderita gangguan kesehatan jiwa dan perilaku diseluruh dunia. Diperkirakan
satu dari empat orang akan menderita gangguan kesehatan jiwa selama masa hidup mereka.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 prevalensi orang
dengan gangguan kesehatan jiwa di Indonesia adalah 7 per mil rumah tangga, artinya per 1000
rumah tangga terdapat 7 rumah tangga yang memiliki keluarga menderita gangguan kesehatan
jiwa atau sekitar 450.000 penderita. Gangguan kesehatan jiwa yang paling tinggi yakni
kecemasan (anxiety) jumlah pengidapnya lebih dari 8,4 juta jiwa, sekitar 6,6 juta orang
mengalami depresi, dan 2,1 juta orang mengalami gangguan perilaku.
Gangguan kesehatan jiwa diharapkan tidak berkembang menjadi lebih serius apabila orang
yang mengalaminya dapat mengatasi atau melakukan pengobatan sedini mungkin ke pusat 3
pelayanan kesehatan atau berobat ke tenaga yang lebih kompeten. Masalah kesehatan ini perlu
menjadi perhatian utama dalam setiap upaya peningkatan sumber daya manusia, tidak hanya
pada orang dewasa tetapi yang perlu juga mendapatkan perhatian yaitu anak dan remaja,
dimana anak dan remaja merupakan generasi yang perlu disiapkan sebagai aset kekuatan
bangsa.

Penyuluhan dilakukan pada saat pasien datang berobat di Puskesmas Sumur Batu, pada hari
Selasa 23 Agustus 2022, pukul 10.00-10.30 WIB di Poliklinik Umum Puskesmas Sumur Batu,
Pasien dijelaskan mengenai faktor-faktor serta kondisi yang dapat mempengaruhi Kesehatan
jiwa, beberapa gangguan kesehatan jiwa yang sering terjadi di kalangan masyarakat, ciri-ciri
serta bagaimana cara mengatasinya.

PROMKES: KEGIATAN PENYULUHAN

Nama kegiatan
PENYULUHAN TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF UNTUK PENCEGAHAN STUNTING PADA
ANAK DI PUSKESMAS SUMUR BATU

TEMA PENYULUHAN: PELAYANAN GIZI

Stunting adalah masalah kekurangan gizi yang kronis dikarenakan oleh kurangnya asupan
gizi dalam jangka waktu yang lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak
dimana tinggi badan anak lebih rendah atau pendek dari standar usianya. Stunting terjadi akibat
kurangnya asupan nutrisi pada bayi bahkan sejak saat masih di dalam kandungan. Stunting
merupakan ancaman utama terhadap kualitas manusia kedepannya, juga ancaman terhadap
kemampuan daya saing bangsa. Hal ini dikarenakan anak stunted, bukan hanya terganggu
pertumbuhan fisiknya (bertubuh pendek) saja, akan tetapi juga terganggu perkembangan
otaknya, yang mana akan mempengaruhi kemampuan dan prestasi dalam pendidikan,
produktivitas dan kreativitas. Salah satu pencegahan stunting yang dilakukan oleh pemerintah
yakni berfokus pada pendekatan keluarga, karena keluarga merupakan lingkungan pertama yang
dikenalkan kepada bayi. Dua tahun pertama kehidupan anak, atau dikenal dengan 1.000 hari
pertama adalah masa yang kritis bagi tumbuh kembangnya. Pada waktu inilah bayi harus
memperoleh asupan gizi yang cukup dan tepat supaya ia tidak menderita malnutrisi yang dapat
berujung pada stunting. 
ASI (Air Susu Ibu) adalah sumber asupan nutrisi bagi bayi baru lahir, yang mana sifat
ASI (Air Susu Ibu) bersifat eksklusif sebab pemberiannya berlaku pada bayi berusia 0 bulan
sampai 6 bulan. Dalam fase ini harus diperhatikan dengan benar mengenai pemberian
dan kualitas ASI, supaya tak mengganggu tahap perkembangan si kecil selama enam bulan
pertama semenjak hari pertama lahir (HPL), mengingat periode tersebut merusakan masa periode
emas perkembangan anak sampai menginjak usia 2 tahun.
Pemberian ASI eksklusif merupakan cara termudah untuk terpenuhinya kebutuhan nutrisi
bayi. Manfaat ASI eksklusif telah terbukti membantu anak mendapatkan asupan gizi yang cukup
sehingga meminimalisir risiko terjadinya stunting pada anak. . Upaya ini bertujuan agar anak-
anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan maksimal, dengan disertai
kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap untuk belajar, serta mampu berinovasi dan
berkompetisi dalam bidang apapun.

Hari: Selasa 12 juli 2022


Tempat: aula puskesmas sumur batu mulai dari jam 08:00 s/d selesai
Kegiatan: penyuluhan tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif kepada ibu yang sedang
hamil dan menyusui di ruang lingkup kerja puskesmas sumur batu.

Kegiatan Penapisan TB [PELAYANAN P2P]


Nama kegiatan: PELAKSAAN SKRINING TB PADA PASIEN YANG MENDERITA
DIABETES MILITUS

IDENTITAS PASIEN/ KETERTANGAN TERKAIT PASIEN


pasien laki-laki Tn. MS usia 60 tahun mengeluhkan batuk berdahak sejak 1 bulan yang lalu,
batuk paling sering dirasakan ketika malam hari. penurunan nafsu makan (+), keringat malam di
sangkal, pasien memiliki riwayat penyakit diabetes militus sejak 10 tahun terakhir dan rutin
mengkonsumsi obat

LATAR BELAKANG
Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksi paru yang menjadi penyebab utama kesakitan dan
kematian seluruh dunia dan merupakan problem kesehatan di negara dengan sosial ekonomi
menengah ke bawah. Penderita diabetes melitus (DM) berisiko lebih tinggi berkembang menjadi
TB dibanding tanpa DM. Penelitian menunjukkan di negara dengan prevalensi DM meningkat,
prevalensi TB juga meningkat.
Berdasarkan uraian tersebut maka perlu dilakukan skrining TB Paru di wilayah kerja puskesmas
Sumur Batu dengan menggunakan metode active case finding, yaitu suatu cara menjaring
penderita TB yang belum terjaring pelayanan kesehatan dengan cara contact tressing
(penjaringan di sekitar lingkungan ditemukannya penderita TB) dan metode pasif promotif aktif
(penjaringan tersangka pasien dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan dan didukung dengan
penyuluhan secara aktif) untuk didapatkannya penderita TB Paru secara dini sehingga dapat
dilakukan penanganan berupa pengobatan atau rujukan kepada penderita yang ditemukan

RINGKASAN PELAKSANAAN
Hari/Tanggal : Kamis, 11 Agustus 2022
Waktu : 08 s/d selesai
Kegiatan : kegiatan dilakukan di poli umum puskesmas sumur batu dengan cara menjaring
pasien batuk minimal 2 minggu dan mempunyai riwayat penyakit Diabetes militus. Kemudian
dilakukan pemeriksaan BTA kepada pasien untuk di lakukan skrining penyakit TB selanjutnya
apabila hasil BTA positif maka dilakukan pengobatan TB.

Kegiatan Vaksinasi Dasar/ BIAS [PELAYANAN P2P]


NAMA KEGIATAN
PEMBERIAN IMUNISASI DASAR DI POLI KIA PUSKESMAS SUMUR BATU

IDENTITAS PENERIMA VAKSIN/ KETERTANGAN TERKAIT PENERIMA VAKSIN


By. Dania datang ke poli KIA untuk melakukan imunisasi MR sesuai dengan usianya 9 bulan,
imunisasi dasar sebelumnya sudah lengkap dan tidak ada yang tertinggal.

LATAR BELAKANG
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak
akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. program imunisasi di Indonesia memiliki tujuan
umum untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat Penyakit yang Dapat
Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).munisasi rutin merupakan program pemerintah yang berarti
masyarakat tidak perlu mengeluarkan biaya untuk mendapatkan vaksin tersebut, termasuk vaksin
Human Papilloma Virus (HPV). Imunisasi dasar lengkap pada bayi usia 0-11 bulan.
1 Bulan : BCG Polio 1, mencegah penularan tuberculosis dan polio
2 Bulan : DPT-HB-Hib 1 Polio 2, mencegah polio, difteri, batuk rejan, retanus, hepatitis B,
meningitis, & pneumonia
3 Bulan : DPT-HB-Hib 2 Polio 3
4 Bulan : DPT-HB-Hib 3 Polio 4
9 Bulan : MR/MMR, mencegah penyakit mealses/campak, rubella dan mumps virus

RINGKASAN PELAKSANAAN
Hari/Tanggal : Rabu, 22 Juni 2022
Waktu : 08:00 wib s/d selesai
kegiatan: Kegiatan dilakukan di poli KIA yang terdiri dari 2 bidan di poli KIA dan 1 dokter
intenship, pemberian imunisasi di berikan sesuai dengan usia bayi dan di catat di buku KIA

Kegiatan Monitoring Tumbuh Kembang Bayi/ Anak [PELAYANAN GIZI]


 NAMA KEGIATAN
Konseling Menilai Tumbuh Kembang pada bayi yang datang ke poli KIA Puskesmas sumur Batu

IDENTITAS BAYI/ ANAK/ KELOMPOK SASARAN


Seorang By. KV usia 9 bulan datang ke poli KIA diantar oleh ibunya untuk melakukan
konseling tentang pertumbuhan Bayinya. Ibu jarang membawa anak nya ke posyandu . Setelah di
lakukan pemeriksaan seperti penimbangan berat badan (5,4kg) dan di masukkan atau di plotkan
kedalam buku Kesehatan ibu dan anak ternyata bayi tersebut berada di bawah garis normal. Ibu
pasien juga mengeluhkan bayi nya belum bisa mempertahankan posisi duduk sendiri dan harus
di bantu oleh orang tua nya.

LATAR BELAKANG
Pertumbuhan (growth) ialah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler,
berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau keseluruhan.
Bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan mempergunakan satuan panjang dan berat.

Perkembangan anak menggambarkan peningkatan kematangan fungsi individu, dan merupakan


indikator penting dalam menilai kualitas hidup anak. Oleh karena itu perkembangan anak harus
dipantau secara berkala. Bayi atau anak dengan resiko tinggi terjadinya penyimpangan
perkembangan perlu mendapat prioritas, antara lain bayi prematur, berat lahir rendah, bayi
dengan riwayat asfiksia, hiperbilirubinemia, infeksi intrapartum, ibu diabetes mellitus, gemelli,
dll.

Penilaian tumbuh kembang anak secara medis atau secara statistik diperlukan untuk membuat
diagnosis tentang pertumbuhan dan status gizi anak dalam keadaan sehat maupun sakit,
mengetahui apakah seorang anak tumbuh dan berkembang normal atau tidak. Anak yang sehat
akan menunjukkan tumbuh kembang yang optimal apabila diberikan lingkungan bio-fisiko-
psikososial adekuat

RINGKASAN PELAKSANAAN
Hari/Tanggal : Rabu, 24 Agustus 2022
Waktu : 08 s/d selesai
Kegiatan : Konseling ini dilakukan di Poli KIA yang dilakukan oleh dokter pendamping
bersama dengan dokter internship, sebelum dilakukan konseling, bayi di timbang dan di ukur
panjang badannya. Setelah itu dokter melakukuan edukasi terhadap pemberian makanan MPASI

DETEKSI STUNTING
Pemberian Obat Cacing Albendazole pada anak yang datang ke Poli KIA untuk pencegahan
Stanting
IDENTITAS BAYI/ ANAK/ KELOMPOK SASARAN DETEKSI STUNTING
Semua pasien anak dengan usia minimal 2 tahun yang datang ke poli KIA diberikan obat cacing
berupa Albendazole 400mg single dose

LATAR BELAKANG
Kejadian balita pendek atau biasa disebut dengan stunting merupakan salah satu masalah gizi yang dialami oleh
balita di dunia saat ini. Pada tahun 2017 22,2% atau sekitar 150,8 juta balita di dunia mengalami stunting.

Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan
dengan umur. Kondisi ini diukur dengan panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus dua standar deviasi
median standar pertumbuhan anak dari WHO. Balita stunting termasuk masalah gizi kronik yang disebabkan oleh
banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi
pada bayi. Balita stunting di masa yang akan datang akan mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan
fisik dan kognitif yang optimal.

RINGKASAN PELAKSANAAN
Hari/Tanggal : Senin, 22 Agustus 2022 sampai dengan selesai
Waktu : 08 s/d selesai
Kegiatan : kegiatan dilakukan di poli KIA puskesmas sumur batu, pemberian obat cacing ini pada anak dengan
minimal 2 tahun yang datang ke poli KIA

Kegiatan ANC-K1-K3 [KESEHATAN KELUARGA]

Kegiatan Sweeping Anc Dan Konseling Buku Sehat Kia Dari Rumah Kerumah Di Kelurahan
Gulak Galik Di Wilayah Kerja Puskesmas Sumur Batu

 IDENTITAS PASIEN/ KETERTANGAN TERKAIT PASIEN


Pasien Ny. Putri usia 29 tahun
G6 P3 A2
TFU : 2 jari diatas pusat (28 Minggu)
TD: 142/110 mmHg

LATAR BELAKANG
Pemeriksaan ANC (Antenatal Care) merupakan pemeriksaan kehamilan yang bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan fisik dan mental pada ibu hamil secara optimal, hingga mampu
menghadapi masa persalinan, nifas, menghadapi persiapan pemberian ASI secara eksklusif, serta
kembalinya kesehatan alat reproduksi dengan wajar.

Buku Kesehatan Ibu dan anak (Buku KIA) berisi informasi kesehatan untuk ibu , sejak masa
hamil, saat melahirkan , masa nifas dan berlanjut untuk mencatat kesehatan bayi baru lahir
sampai anak berusia 6 tahun. Buku KIA merupakan sarana bertukar informasi seputar kehamilan
dan persiapan akan melahirkan dan menyusui. Maka ibu hamil dijadwalkan untuk hadir paling
sedikit 4 kali , dan sebaiknya 1 kali pertemuan dihadiri bersama suami atau keluarga.

RINGKASAN PELAKSANAAN
Hari/ Tanggal : Kamis, 23 Juni 2022
Waktu : 09;00 wib s/d selesai
Kegiatan : Petugas Puskesmas yang terdari dari 2 bidan dan 1 dokter internship mengunjungi
ibu hamil dari rumah ke rumah yang berada di kelurahan gulak galik, untuk di lakukan
pemeriksaan ANC yang terdiri dari pengukuran Tekanan Darah, pemeriksaan Leopold, dan
Denyut jantung janin serta pemberiana suplemen tambah darah.

PEMERIKSAAN ANC SERTA KONSELING BUKU SEHAT KIA KEMENKES DI POLI KIA
PUSKESMAS SUMUR BATU

Pasien Ny. Dwi A usia 23 tahun dating ke poli KIA ingin memeriksakan kehamilannya.
G2 P0 A1
HPHT : 27- 04- 2022
BB : 45 Kg
Pemeriksaan ANC (Antenatal Care) merupakan pemeriksaan kehamilan yang bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan fisik dan mental pada ibu hamil secara optimal, hingga mampu
menghadapi masa persalinan, nifas, menghadapi persiapan pemberian ASI secara eksklusif, serta
kembalinya kesehatan alat reproduksi dengan wajar.

Buku Kesehatan Ibu dan anak (Buku KIA) berisi informasi kesehatan untuk ibu , sejak masa
hamil, saat melahirkan , masa nifas dan berlanjut untuk mencatat kesehatan bayi baru lahir
sampai anak berusia 6 tahun. Buku KIA merupakan sarana bertukar informasi seputar kehamilan
dan persiapan akan melahirkan dan menyusui. Maka ibu hamil dijadwalkan untuk hadir paling
sedikit 4 kali , dan sebaiknya 1 kali pertemuan dihadiri bersama suami atau keluarga.

Hari/Tanggal : Jumat 03 Juni 2022


Waktu : 08:00 s.d Selesai
Kegiatan : Pemeriksaan ANC dan Konseling buku sehat KIA Kemenkes

Kegiatan Suntik KB [KESEHATAN KELUARGA]


Pelaksanaan Pemberian Kontrasepsi Suntikan 3 Bulan di Poli KIA Puskesmas Sumur Batu

 IDENTITAS PASIEN/ KETERTANGAN TERKAIT PASIEN


Ny. Meri fitri asih usia 32 tahun datang ke poli KIA untuk melakukan kontrasepsi suntik 3 bulan.
Pasien tersebut sudah menjadi akseptor KB suntik selama 2 tahun terakhir.
Riwayat Gravida: G0P2A0, anak terakhir berumur 5 tahun

LATAR BELAKANG
Kontrasepsi suntik 3 bulan adalah kontrasepsi jenis suntikan yang berisi hormon progesteron saja
dan tidak mengandung hormon estrogen, dosis yang diberikan adalah 150 mg/ml secara
intramuskuler setiap 12 minggu. Mekanisme kerja dari KB suntik 3 bulan adalah mencegah
ovulasi, membuat lendir servik menjadi kental, membuat endometrium kurang baik untuk
implantasi dan mempengaruhi kecepatan transpotasi ovum didalam tuba fallopi.

Efek samping dari KB suntik 3 bulan adalah mengalami gannguan haid, penambahan berat
badan, mual, berkunang-kunang, sakit kepala, nervositas, penurunan libido dan vagina kering.
Dari beberapa efek samping tersebut yang paling sering dialami oleh akseptor adalah gangguan
haid. Gejala gangguan haid yang terjadi antara lain tidak mengalami haid (amenorea),
perdarahan berupa bercak-bercak (spotting), perdarahan haid yang lebih lama dan atau lebih
banyak dari biasanya (menorarghia).

RINGKASAN PELAKSANAAN
Hari/Tanggal : Kamis, 14 Juli 2022
Waktu : 08 s/d selesai
Kegiatan : pemberian suntikan KB 3 bulan di lakukan di poli KIA dilakukan oleh
bidan/dokter internship dan di suntikkan secara intramuscular di daerah gluteus.

Pemasangan KB Implan [KESEHATAN KELUARGA]


Pelaksanaan Pemasangan KB Implant Di Poli KIA Puskesmas Sumur Batu

IDENTITAS PASIEN/ KETERTANGAN TERKAIT PASIEN


Ny. Yuni Hartati 34 ahun datang ke poli KIA puskesmas Sumur Batu unuk melakukan
pemasangan KB Implant. pasien sudah mendapatkan persetujuan oleh suaminya.
status Persalinan : G0P1A0, anak yang paling kecil berusia 10 tahun.

Implant adalah metode kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak permanen dan dapat mencegah
terjadinya kehamilan antara tiga sampai lima tahun. Implant merupakan alat kontrasepsi yang
dipasangkan di bawah kulit lengan atas yang berbentuk kapsul silastik yang lentur dimana di
dalam setiap kapsul berisi hormon levernorgestril yang dapat mencegah terjadinya kehamilan.

Kontrasepsi implant ini memiliki cara kerja menghambat terjadinya ovulasi, menyebabkan
selaput lendir endometrium tidak siap dalam menerima pembuahan (nidasi), mengentalkan lendir
dan menipiskan lapisan endometrium dengan efektivitas keberhasilan kontrasepsi implant
sebesar 97-99%.

kontrasepsi implant ini dapat bekerja efektif selama 5 tahun untuk jenis norplan dan 3 tahun
untuk jenis jadena, indoplant, dan implanton. Kontrasepsi implant ini dapat digunakan oleh
semua ibu dalam usia reproduksi serta tidak mempengaruhi masa laktasi, pencabutan serta
pemasangan implant perlu pelatihan, kemudian setelah dilakukan pencabutan implant maka
kesuburan dapat segera kembali, kontrasepsi implant memiliki efek samping utama terjadinya
perdarahan bercak dan amenorhea.

RINGKASAN PELAKSANAAN
Hari/Tanggal : Kamis, 14-07.2022
Waktu : 10:00 s/d selesai
kegiatan: Kegiatan dilakukan di poli KIA yang terdiri dari 1 bidan senior dan 1 dokter intenship,.
pemasangan implant dilakukan di lengan kiri atas, setelah dilakukan pemasangan dokter
melakukan edukasi untuk perawatan luka tempat pemasangan, pemberian obat nyeri, dan tanggal
pelepasan implant

Kegiatan Pemasangan KB IUD [KESEHATAN KELUARGA]

Pelaksanaan Pemasangan Kotrasepsi IUD di Poli KIA Puskesmas Sumur Batu

IDENTITAS PASIEN/ KETERTANGAN TERKAIT PASIEN


Seorang pasien perempuan bernama Puji usia 42 tahun datang ke poli kia untuk melakukan
pemasangan IUD, Sebelumnya pasien menggunakan kontrasepsi implan, karena faktor usia dan
sudah memiliki cukup anak pasien pun ingin menggunakan kontrasepsi IUD. Sebelum datang ke
puskesmas, pasien sudah mendapat persetujuan dari suaminya.
Riwayat Gravida : G0P4A0, anak yang paling kecil berusia 8 tahun

LATAR BELAKANG
IUD merupakan kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang terbuat dari bahan polietilen
dengan atau tanpa metal atau steroid. IUD sangat efektif untuk menjarangkan kehamilan
dibandingkan dengan metode kontrasepsi jangka panjang lainnya seperti implan, tubektomi, dan
vasektomi. IUD merupakan metode kontrasepsi jangka panjang yang paling banyak digunakan
dalam Program KB di Indonesia. Pengguna IUD di Indonesia mencapai 22,6% dari semua
pengguna metode kontrasepsi.

IUD memiliki cara kerja yang menghambat kemampuan sperma untuk masuk kedalam tuba
falopii, mempengaruhi Rani Pratama Putri dan Dwita Oktaria | Efektivitas Intra Uterine Devices
(IUD) sebagai Alat Kontrasepsi MAJORITY I Volume 5 I Nomor 4 I Oktober 2016 I140
fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri, mencegah sperma dan ovum bertemu karena
jalannya terhalangi, dan memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
Dalam penggunaan IUD, terdapat beberapa efek samping serta kondisi yang tidak diperbolehkan
untuk menggunakan IUD. Kondisi-kondisi yang tidak diperbolehkan menggunakan IUD antara
lain kehamilan, gangguan perdarahan, peradangan alat kelamin, kecurigaan tumor ganas pada
alat kelamin, tumor jinak rahim, kelainan bawaan rahim, peradangan pada panggul, perdarahan
uterus yang abnormal, karsinoma organ-organ panggul, malformasi panggul, mioma uteri
terutama submukosa, dismenorhea berat, stenosis kanalis servikalis, anemia berat dan gangguan
koagulasi darah, dan penyakit jantung reumatik.

RINGKASAN PELAKSANAAN
Hari/Tanggal: Kamis, 11-08-2022
Tempat: Poli KIA Puskesmas Sumur Batu selama kegiatan poli berlangsung dari jam 08:00 s/d
selesai
Kegiatan: Kegiatan dilakukan di poli KIA yang terdiri dari 1 bidan senior dan 1 dokter intenship.
pemasangan IUD dilakukan di dalam uterus dengan memposisikan pasien secara litotomi,
kemudian menggunakan speculum cocor bebek untuk melihat portio dan kemudian diukur
dengan menggunakan sonde, setelah itu IUD dimasukkan ke dalam uterus.

 Kegiatan Penggunaan Pil KB [KESEHATAN KELUARGA]

PEMBERIAN MINI PIL DI POLI KIA PUSKESMAS SUMUR BATU pada Tanggal 18 Juli
2022

 IDENTITAS PASIEN/ KETERTANGAN TERKAIT PASIEN


Ny. R datang ke poli KIA untuk mengamil kontrasepsi hormonal berupa mini pil, pasien setiap
bulan rutin datang untuk mengambil minipil. Pasien sudah menjadi akseptor penggunaan mini pil
sejak 3 tahun terakhir.

LATAR BELAKANG
KB Suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil atau tablet yang berisi gabungan
hormon estrogen dan progesteron (Pil Kombinasi) atau hanya terdiri dari hormon progesteron
saja (Mini Pil). Cara kerja pil KB menekan ovulasi untuk mencegah lepasnya sel telur wanita
dari indung telur, mengentalkan lendir mulut rahim sehingga sperma sukar untuk masuk kedalam
rahim, dan menipiskan lapisan endometrium. Mini pil dapat dikonsumsi saat menyusui.
Efektifitas pil sangat tinggi, angka kegagalannya berkisar 1-8% untuk pil kombinasi, dan 3-10%
untuk mini pil.
a. Manfaat Pil KB
1. Memiliki efektifitas yang tinggi (hampir mempunyai efektifitas tubektomi), bila digunakan
tiap hari.
2. Risiko terhadap kesehatan sangat kecil.
3. Tidak mengganggu hubungan seksual.
4. Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid berkurang (mencegah anemia), tidak
terjadi nyeri haid.
5. Dapat digunakan jangka panjang selama masih ingin menggunakannya untuk mencegah
kehamilan.
6. Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause.
7. Mudah dihentikan setiap saat.
8 Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan.
9 Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.
10.Membantu mencegah: kehamilan ektopik, kanker ovarium dan endometrium, kista ovarium,
penyakit radang panggul, efek Samping.

RINGKASAN PELAKSANAAN
Hari/Tanggal : Senin, 18 Juli 2022
Waktu : 08:00 s/d selesai
Kegiatan : Pemberian minipil di poli KIA puskesmas sumur batu

PEMERIKSAAN ANC SERTA KONSELING BUKU SEHAT KIA KEMENKES DI POLI KIA
PUSKESMAS SUMUR BATU

Pasien Ny. Maryati usia 32 tahun dating ke poli KIA ingin memeriksakan kehamilannya.
G2 P1 A0
HPHT 15-11-2021
TP: 22-09-2022

Buku Kesehatan Ibu dan anak (Buku KIA) berisi informasi kesehatan untuk ibu , sejak masa
hamil, saat melahirkan , masa nifas dan berlanjut untuk mencatat kesehatan bayi baru lahir
sampai anak berusia 6 tahun. Buku KIA merupakan sarana bertukar informasi seputar kehamilan
dan persiapan akan melahirkan dan menyusui. Maka ibu hamil dijadwalkan untuk hadir paling
sedikit 4 kali , dan sebaiknya 1 kali pertemuan dihadiri bersama suami atau keluarga.

Hari/Tanggal : Selasa 21 Juni 2022


Waktu : 08:00 s.d Selesai
Kegiatan : Pemeriksaan ANC dan Konseling buku sehat KIA Kemenkes

Pemberdayaan Posyandu Balita di Kelurahan Sumur Batu

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM)
yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan
kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Posyandu
mempunyai peran meningkatkan kemampuan masyarakat menolong dirinya untuk mencapai
derajat kesehatan yang optimal.
Posyandu sebagai wadah pemberdayaan masyarakat sangat tergantung dari peran serta aktif
masyarakat. Sebagai penunjang tumbuh dan berkembangnya posyandu, peran kader sangat
penting karena kader bertanggung jawab dalam pelaksanaan program Posyandu. Salah satu peran
kader kesehatan dalam kegiatan posyandu adalah pemantauan status gizi bayi atau BALITA
(Bawah Lima Tahun) secara dini dengan jelas. Hal ini secara langsung akan mempengaruhi
tingkat keberhasilan program Posyandu khususnya dalam pemantauan tumbuh kembang balita.
Begitu pentingnya Posyandu dalam pemantauan kesehatan dasar masyarakat, sebagai kader
kesehatan seharusnya senantiasa memberikan pelayanan secara optimal tanpa pamrih. Keaktifan
kader kesehatan ini menjadi tolak ukur kinerja kader dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Karena pelayanan yang optimal akan memberikan dampak terhadap antusiasme
masyarakat dalam keikutsertaannya mengunjungi posyandu.
Para kader kesehatan di posyandu diharapkan mampu menjadi sumber informasi tentang
pencegahan dini kejadian gangguan pertumbuhan dan perkembangan seperti gizi buruk dan
stunting untuk diterapkan kepada ibu balita. Kader Posyandu mempunyai peran yang besar
dalam upanya meningkatkan kemampuan masyarakat menolong dirinya untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal. Selain itu peran kader ikut membina masyarakat dalam bidang
kesehatan dengan melalui kegiatan yang dilakukan di Posyandu. Namun, fakta saat ini kader
yang bertugas di posyandu belum maksimal bertugas untuk mengupayakan pencegahan dini
kejadian stunting. Juga aktivitas yang menunjang upaya pencegahan dini kejadian stunting
seperti hasil pengukuran panjang badan bayi dan tinggi badan balita tidak rutin dituliskan di
KMS sebagaimana hasil penimbangan berat badan. Sedangkan salah satu tugas kader adalah
membantu mencegah dini kejadian stunting. Pencegahan dini bertujuan mencegah kejadian
stunting pada balita, namun selama ini penerapannya belum terlaksana dengan baik atau dapat
dikatakan tindakan pencegahan (preventive) dini kejadian stunting belum dilakukan secara
maksimal. Sehingga perlu dilakukan pelatihan kembali kepada kader untuk mencatat hasil
pengukuran Panjang dan tinggi badan ke kurva TB/U dari WHO serta menilai hasil
intepretasinya.

Sasaran : Posyandu balita Kelurahan Gulak Galik


Lokasi : Posyandu Tunas Harapan Kelurahan Gulak Galik
Waktu : 2 Juli 2022
Metode : Kegiatan penyuluhan mengenai stunting dan cara deteksi dini stunting, serta
mengajarkan kader dan ibu balita cara mengisi kurva TB/U dari WHO dan intepretasinya.
Telah dilakukan pembinaan terhadap posyandu di kelurahan Sumur Batu pada 19 Julil 2022
pukul 09.00-12.00 WIB di rumah Kader posyandu sumur batu. Sebelum dimulai kegiatan
dilakukan penyampaian materi mengenai stunting terhadap kader kesehatan di posyandu balita
serta koordinasi dengan para kader untuk mengukur TB/U berdasarkan kurva WHO. Kegiatan
posyandu diawali dengan pendaftaran, kemudian penimbangan berat badan dan pengukuran
tinggi badan bayi dan balita yang sudah terdaftar, lalu hasil pengukuran dimasukkan kedalam
kurva KMS serta TB/U berdasarkan WHO. Hasil pengukuran TB/U balita diantaranya :
1. An. Aw; 3 bln; BB 6kg; TB 62cm; TB/U normal
2. An. KA; 8 bln; BB 7,7kg; TB 67cm; TB/U normal
3. An. Kh; 12 bln; BB 8,7kg; TB 74cm; TB/U normal
4. An. Ad; 2 bln; BB 4,6kg; TB 55cm; TB/U normal
Kemudian para kader diminta untuk mengevaluasi kurva TB/U para balita yang datang ke
posyandu setiap bulannya.

PENYULUHAN JENIS KONTRASEPSI TERHADAP IBU YANG BERKUNJUNG KE


POLI KIA PUSKESMAS SUMUR BATU
 Tema Penyuluhan: Keluarga Berencana
Kontrasepsi adalah pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau
pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding Rahim. Upaya ini dapat
bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen.
Pelayanan kontrasepsi merupakan salah satu jenis pelayanan program Keluarga Berencana (KB)
yang tersedia selain dalam bentuk komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE); konseling;
pelayanan infertilitas; pendidikan sex; konsultasi pra perkawinan dan perkawinan; konsultasi
genetik; tes keganasan; serta adopsi.
Keluarga berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal
melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan
hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.
Kebutuhan kontrasepsi yang tidak terpenuhi dapat menyebabkan kehamilan tidak diinginkan
yang dapat menimbulkan risiko bagi ibu hamil. Di negara berkembang, sekitar seperempat dari
kehamilan adalah tidak diinginkan. Kelahiran tidak diinginkan akan menimbulkan risiko bagi
kesehatan dan kesejahteraan anak-anak dan berkontribusi terhadap pertumbuhan penduduk yang
cepat di negara-negara yang kekurangan sumber daya. Sustainable Development Goals (SDG’s)
adalah sebuah program pembangunan berkelanjutan dengan tujuan untuk kesejahteraan manusia
di bumi dimana terdapat 17 tujuan didalamnya. Tujuan ke-3 dari SDG’s yaitu menjamin
kesehatan dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia. Angka Kematian Ibu
(AKI) bisa digunakan sebagai indikator kesejahteraan pada sebuah negara. Salah satu program
untuk menurunkan AKI adalah program Keluarga Berencana (KB). Program KB berperan dalam
menurunkan angka kematian ibu melalui upaya pencegahan kehamilan, penundaan usia
kehamilan, dan menjarangkan kehamilan. Indonesia adalah negara berkembang yang juga
menerapkan program KB melalui Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN).
Pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB) membutuhkan perencanaan keluarga sehat yang
rasional, untuk itu perlu ketepatan dalam pemilihan jenis kontrasepsi yang sesuai dengan
kebutuhan dan mempertimbangkan daya guna kontrasepsi yang akan memberikan dampak
peningkatan mutu pemakaian. Beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi
adalah pengetahuan, dukungan suami dan pengalaman KB. Semakin baik pengetahuan seseorang
tentang kontrasepsi semakin rasional dalam menggunakan kontrasepsi. Sehingga perlu dilakukan
penyuluhan mengenai jenis-jenis kontrasepsi agar para Ibu dapat mempertimbangkan jenis
kontrasepsi yang tepat untuk mereka gunakan.

Sasaran : Ibu hamil maupun yang tidak hamil yang berkunjung ke Puskesmas Sumur Batu
Lokasi : Poli KIA Puskesmas Sumur Batu selama kegiatan poli berlangsung dari jam
08.00 s/d selesai.
Hari : kamis, 21 Juli 2022
Penyuluhan mengenai Definisi serta fungsi dilakukan KB, lalu dijelaskan mengenai jenis-jenis
KB, cara pemakaian, kelebihan serta kekurangan tiap-tiap alat kontrasepsi

PENYULUHAN TB PADA PASIEN YANG SUSPEK TB DI PUSKESMAS SUMUR BATU


 Tema Penyuluhan: TB
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis. TB dapat menyerang berbagai organ dalam tubuh manusia,
contohnya paru-paru, tulang, dan kelenjar. TB masih menjadi masalah utama di berbagai negara,
terutama negara berkembang seperti Indonesia. TB menjadi peringkat ke-2 dari penyebab
kematian akibat penyakit infeksi menular setelah Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun 2017 (data per 17 Mei
2018). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2018), Jawa Tengah menempati tempat
ke-3 kasus TB terbanyak di Indonesia setelah Jawa Barat dan Jawa Timur dengan jumlah
132.565 kasus. Sementara menurut Badan Pusat Statistik Jawa Tengah pada tahun 2019 angka
penemuan kasus TBC per 100.000 penduduk di Kabupaten Boyolali mencapai 95,65 kasus.
Pengendalian penyakit TBC selama pandemi COVID-19 di Indonesia memiliki beberapa
hambatan akibat pergeseran fokus pelayanan pada pengendalian dan pelayanan COVID-19.
Berdasarkan survey pada Mei 2020 yang dilakukan Kementerian Kesehatan Bersama STPI dan
organisasi lainnya, cakupan pelayanan TBC di Indonesia mengalami penurunan dari 67%
menjadi 28%. Sedangkan temuan kasus turun menjadi 50%, sangat jauh dari angka yang
ditargetkan pada tahun 2020 sebanyak 80%.

Sasaran : Seluruh Pasien dengan suspek TB


Lokasi : poli Khusus TB di Puskesmas Sumur Batu
Waktu : 24 Agustus 2022
Kegiatan diawali dengan penyampaian materi mengenai Penyakit Tuberkulosis, gejala, cara
mencegahan penularan, serta pengobatannya.

PENYULUHAN KIA - IMUNISASI PADA BAYI DAN BALITA DI PUSKESMAS SUMUR


BATU

 Tema Penyuluhan: KIA

Saat ini di Indonesia masih terdapat anak-anak yang belum mendapatkan imunisasi secara
lengkap bahkan tidak pernah mendapatkan imunisasi sedari lahir. Hal ini menyebabkan mereka
dapat dengan mudah tertular penyakit berbahaya karena tidak adanya kekebalan terhadap
penyakit tersebut. Data dari Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian
Kesehatan (Kemenkes) RI menunjukkan sejak 2014-2016, terhitung sekitar 1,7 juta anak belum
mendapatkan imunisasi atau belum lengkap status imunisasinya.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengubah konsep imunisasi dasar lengkap menjadi
imunisasi rutin lengkap. Imunisasi rutin lengkap itu terdiri dari imunisasi dasar dan lanjutan.
Imunisasi dasar saja tidak cukup, diperlukan imunisasi lanjutan untuk mempertahankan tingkat
kekebalan yang optimal.
Pemberian imunisasi disesuaikan dengan usia anak. Untuk imunisasi dasar lengkap, bayi berusia
kurang dari 24 jam diberikan imunisasi Hepatitis B (HB-0), usia 1 bulan diberikan (BCG dan
Polio 1), usia 2 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2), usia 3 bulan diberikan (DPT-HB-
Hib 2 dan Polio 3), usia 4 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 3, Polio 4 dan IPV atau Polio suntik),
dan usia 9 bulan diberikan (Campak atau MR).
Untuk imunisasi lanjutan, bayi bawah dua tahun usia 18 bulan diberikan imunisasi (DPT-HB-
Hib dan Campak/MR), kelas 1 SD/madrasah/sederajat diberikan (DT dan Campak/MR), kelas 2
dan 5 SD/madrasah/sederajat diberikan (Td).
Vaksin Hepatitis B (HB) diberikan untuk mencegah penyakit Hepatitis B yang dapat
menyebabkan pengerasan hati yang berujung pada kegagalan fungsi hati dan kanker hati.
Imunisasi BCG diberikan guna mencegah penyakit tuberkulosis.
Imunisasi Polio tetes diberikan 4 kali pada usia 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan untuk
mencegah lumpuh layu. Imunisasi polio suntik pun diberikan 1 kali pada usia 4 bulan agar
kekebalan yang terbentuk semakin sempurna.
Imunisasi Campak diberikan untuk mencegah penyakit campak yang dapat mengakibatkan
radang paru berat (pneumonia), diare atau menyerang otak. Imunisasi MR diberikan untuk
mencegah penyakit campak sekaligus rubella.
Rubella pada anak merupakan penyakit ringan, namun apabila menular ke ibu hamil, terutama
pada periode awal kehamilannya, dapat berakibat pada keguguran atau bayi yang dilahirkan
menderita cacat bawaan, seperti tuli, katarak, dan gangguan jantung bawaan.
Vaksin DPT-HB-HIB diberikan guna mencegah 6 penyakit, yakni Difteri, Pertusis, Tetanus,
Hepatitis B, serta Pneumonia (radang paru) dan Meningitis (radang selaput otak) yang
disebabkan infeksi kuman Hib.

Sasaran: Ibu Bayi dan Balita yang datang ke Puskesmas Sumur Batu
Lokasi : Poli KIA
Waktu : 10 Agustus 2022,08.00 WIB s/d 12.00 WIB
Metode : Akan dilakukan penyuluhan mengenai Pentingnya imunisasi saat pelaksaan posyandu
balita dilanjutkan dengan sesi tanya jawab
Penyuluhan dilakukan ditengah kegiatan Imunsasi di poli KIA Puskesmas Sumur Batu, berisi
materi mengenai pentingnya imunisasi, jenis-jenis imunisasi dasar yang diberikan, waktu
pemberian imunisasi dasar, cara pemberian vaksin serta KIPI yang mungkin terjadi.

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Pemberdayaan Posyandu Balita di Kelurahan Gulak Galik

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM)
yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan
kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Posyandu
mempunyai peran meningkatkan kemampuan masyarakat menolong dirinya untuk mencapai
derajat kesehatan yang optimal.
Posyandu sebagai wadah pemberdayaan masyarakat sangat tergantung dari peran serta aktif
masyarakat. Sebagai penunjang tumbuh dan berkembangnya posyandu, peran kader sangat
penting karena kader bertanggung jawab dalam pelaksanaan program Posyandu. Salah satu peran
kader kesehatan dalam kegiatan posyandu adalah pemantauan status gizi bayi atau BALITA
(Bawah Lima Tahun) secara dini dengan jelas. Hal ini secara langsung akan mempengaruhi
tingkat keberhasilan program Posyandu khususnya dalam pemantauan tumbuh kembang balita.
Begitu pentingnya Posyandu dalam pemantauan kesehatan dasar masyarakat, sebagai kader
kesehatan seharusnya senantiasa memberikan pelayanan secara optimal tanpa pamrih. Keaktifan
kader kesehatan ini menjadi tolak ukur kinerja kader dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Karena pelayanan yang optimal akan memberikan dampak terhadap antusiasme
masyarakat dalam keikutsertaannya mengunjungi posyandu.
Para kader kesehatan di posyandu diharapkan mampu menjadi sumber informasi tentang
pencegahan dini kejadian gangguan pertumbuhan dan perkembangan seperti gizi buruk dan
stunting untuk diterapkan kepada ibu balita. Kader Posyandu mempunyai peran yang besar
dalam upanya meningkatkan kemampuan masyarakat menolong dirinya untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal. Selain itu peran kader ikut membina masyarakat dalam bidang
kesehatan dengan melalui kegiatan yang dilakukan di Posyandu. Namun, fakta saat ini kader
yang bertugas di posyandu belum maksimal bertugas untuk mengupayakan pencegahan dini
kejadian stunting. Juga aktivitas yang menunjang upaya pencegahan dini kejadian stunting
seperti hasil pengukuran panjang badan bayi dan tinggi badan balita tidak rutin dituliskan di
KMS sebagaimana hasil penimbangan berat badan. Sedangkan salah satu tugas kader adalah
membantu mencegah dini kejadian stunting. Pencegahan dini bertujuan mencegah kejadian
stunting pada balita, namun selama ini penerapannya belum terlaksana dengan baik atau dapat
dikatakan tindakan pencegahan (preventive) dini kejadian stunting belum dilakukan secara
maksimal. Sehingga perlu dilakukan pelatihan kembali kepada kader untuk mencatat hasil
pengukuran Panjang dan tinggi badan ke kurva TB/U dari WHO serta menilai hasil
intepretasinya.

Sasaran : Posyandu balita Kelurahan Gulak Galik


Waktu : Kamis, 28 Juli 2022 mulai pukul 09.00-12.00
Tempat : Rumah Kader Posyandu Tunas Harapan
Kegiatan : Penyuluhan mengenai stunting dan cara deteksi dini stunting, serta mengajarkan
kader dan ibu balita cara mengisi kurva TB/U dari WHO dan intepretasinya.
Sebelum dimulai kegiatan dilakukan penyampaian materi mengenai stunting terhadap kader
kesehatan di posyandu balita serta koordinasi dengan para kader untuk mengukur TB/U
berdasarkan kurva WHO. Kegiatan posyandu diawali dengan pendaftaran, kemudian
penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan bayi dan balita yang sudah terdaftar, lalu
hasil pengukuran dimasukkan kedalam kurva KMS serta TB/U berdasarkan WHO. Hasil
pengukuran TB/U balita diantaranya :
1. An. RY; 3 tahun 4 bulan ; BB 14 kg; TB 90cm; TB/U cenderung pendek
2. An. MS; 8 bln; BB 7,7 kg; TB 72cm; TB/U normal
3. An. KN; 2 tahun 2 bln; BB 13 kg; TB 91cm; TB/U normal
4. An. AA; 3 bln; BB 4,6kg; TB 60 cm; TB/U normal
Kemudian para kader diminta untuk mengevaluasi kurva TB/U para balita yang datang ke
posyandu setiap bulannya. Dan untuk anak yang memiliki hasil di bawah normal akan diberikan
edukasi pemberian makanan gizi seimbang serta mencari faktor resiko penyebab hal tersebut.
Pemberdayaan Posyandu Balita di Kelurahan Pengajaran

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM)
yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan
kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Posyandu
mempunyai peran meningkatkan kemampuan masyarakat menolong dirinya untuk mencapai
derajat kesehatan yang optimal.
Posyandu sebagai wadah pemberdayaan masyarakat sangat tergantung dari peran serta aktif
masyarakat. Sebagai penunjang tumbuh dan berkembangnya posyandu, peran kader sangat
penting karena kader bertanggung jawab dalam pelaksanaan program Posyandu. Salah satu peran
kader kesehatan dalam kegiatan posyandu adalah pemantauan status gizi bayi atau BALITA
(Bawah Lima Tahun) secara dini dengan jelas. Hal ini secara langsung akan mempengaruhi
tingkat keberhasilan program Posyandu khususnya dalam pemantauan tumbuh kembang balita.
Begitu pentingnya Posyandu dalam pemantauan kesehatan dasar masyarakat, sebagai kader
kesehatan seharusnya senantiasa memberikan pelayanan secara optimal tanpa pamrih. Keaktifan
kader kesehatan ini menjadi tolak ukur kinerja kader dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Karena pelayanan yang optimal akan memberikan dampak terhadap antusiasme
masyarakat dalam keikutsertaannya mengunjungi posyandu.
Para kader kesehatan di posyandu diharapkan mampu menjadi sumber informasi tentang
pencegahan dini kejadian gangguan pertumbuhan dan perkembangan seperti gizi buruk dan
stunting untuk diterapkan kepada ibu balita. Kader Posyandu mempunyai peran yang besar
dalam upanya meningkatkan kemampuan masyarakat menolong dirinya untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal. Selain itu peran kader ikut membina masyarakat dalam bidang
kesehatan dengan melalui kegiatan yang dilakukan di Posyandu. Namun, fakta saat ini kader
yang bertugas di posyandu belum maksimal bertugas untuk mengupayakan pencegahan dini
kejadian stunting. Juga aktivitas yang menunjang upaya pencegahan dini kejadian stunting
seperti hasil pengukuran panjang badan bayi dan tinggi badan balita tidak rutin dituliskan di
KMS sebagaimana hasil penimbangan berat badan. Sedangkan salah satu tugas kader adalah
membantu mencegah dini kejadian stunting. Pencegahan dini bertujuan mencegah kejadian
stunting pada balita, namun selama ini penerapannya belum terlaksana dengan baik atau dapat
dikatakan tindakan pencegahan (preventive) dini kejadian stunting belum dilakukan secara
maksimal. Sehingga perlu dilakukan pelatihan kembali kepada kader untuk mencatat hasil
pengukuran Panjang dan tinggi badan ke kurva TB/U dari WHO serta menilai hasil
intepretasinya.

Sasaran : Posyandu balita Kelurahan Pengajaran


Waktu : Kamis, 23 Agustus 2022 mulai pukul 09.00-12.00
Tempat : Rumah Kader Posyandu Jati Luhur
Kegiatan : Penyuluhan mengenai stunting dan cara deteksi dini stunting, serta mengajarkan
kader dan ibu balita cara mengisi kurva TB/U dari WHO dan intepretasinya.
Sebelum dimulai kegiatan dilakukan penyampaian materi mengenai stunting terhadap kader
kesehatan di posyandu balita serta koordinasi dengan para kader untuk mengukur TB/U
berdasarkan kurva WHO. Kegiatan posyandu diawali dengan pendaftaran, kemudian
penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan bayi dan balita yang sudah terdaftar, lalu
hasil pengukuran dimasukkan kedalam kurva KMS serta TB/U berdasarkan WHO. Hasil
pengukuran TB/U balita diantaranya:
1. An. KA; 5 bulan; BB 7 kg; TB 65 cm; TB/U normal
2. An. ST; 2 tahun 8 bln; BB 14 kg; TB 85 cm; TB/U cenderung pendek
3. An. DA; 9 bulan; BB 11 kg; TB 73 cm; TB/U normal
4. An. MS; 3 bulan; BB 5 kg; TB 61 cm; TB/U normal
5. An. AD; 2 bulan; BB 4,6 kg; TB 55cm; TB/U normal

Kemudian para kader diminta untuk mengevaluasi kurva TB/U para balita yang datang ke
posyandu setiap bulannya. Dan untuk anak yang memiliki hasil di bawah normal akan diberikan
edukasi pemberian makanan gizi seimbang serta mencari faktor resiko penyebab hal tersebut.

ADVOKASI

IKS Pra sehat /Tidak Sehat

IKS keluarga Tn. H

Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari Agenda ke-5 Nawa Cita, yaitu
Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia. Program ini didukung oleh program sektoral
lainnya yaitu Program Indonesia Pintar, Program Indonesia Kerja, dan Program Indonesia
Sejahtera. Program Indonesia Sehat selanjutnya menjadi program utama Pembangunan
Kesehatan yang kemudian direncanakan pencapaiannya melalui Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan Tahun 2015-2019, yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor
HK.02.02/Menkes/52/2015. Sasaran dari Program Indonesia Sehat adalah meningkatnya derajat
kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Sasaran ini
sesuai dengan sasaran pokok RPJMN 2015-2019, yaitu: (1) meningkatnya status kesehatan dan
gizi ibu dan anak, (2) meningkatnya pengendalian penyakit, (3) meningkatnya akses dan mutu
pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan,
(4) meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan
kualitas pengelolaan SJSN kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan
vaksin, serta (6) meningkatnya responsivitas sistem kesehatan.
PIS-PK terdiri atas 12 indikator yang digunakan sebagai penanda status kesehatan keluarga serta
meningkatkan akses pelayanan yang komprehensif yaitu (1) Keluarga mengikuti program
Keluarga Berencana (KB), (2) Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan, (3) Bayi
mendapat imunisasi dasar lengkap, (4) Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif, (5) Balita
mendapatkan pematauan pertumbuhan, (6) Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan
sesuai standar, (7) Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur, (8) Penderita
gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan, (9) Anggota keluarga tidak ada
yang merokok, (10) Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), (11)
Keluarga mempunyai akses sarana air bersih, dan (12) Keluarga mempunyai akses atau
menggunakan jamban sehat.
Hasil dari pengolahan data kesehatan keluarga dengan 12 indikator menghasilkan Indeks
Keluarga Sehat (IKS). IKS adalah angka yang menunjukkan tingkatan keluarga sehat yang
terdiri dari tiga kategori yaitu keluarga tidak sehat, keluarga pra sehat, dan keluarga sehat. Proses
pengumpulan data sangat diperlukan karena digunakan sebagai bahan untuk merancang,
menerapkan dan mengevaluasi program pencegahan kesehatan masyarakat yang sesuai dan tepat
sasaran. Laporan indeks keluarga sehat termasuk dalam laporan rutin puskesmas.
Menurut Kementerian Kesehatan RI keluarga yang tergolong dalam keluarga sehat adalah
keluarga dengan IKS > 0,8. Capaian IKS masih tergolong rendah untuk beberapa daerah di
Indonesia, hasil perhitungan IKS dari 9 provinsi sasaran awal yaitu Sumatera Utara, Sumatera
Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten dan Sulawesi
Selatan per 8 Juni 2017 didapatkan keluarga yang memiliki IKS di atas 0,8 sebesar 0,163 dari
570.326 keluarga berdasarkan data Pusdatin tahun 2018. Jumlah keluarga yang terdata
berdasarkan aplikasi keluarga sehat di Jawa Tengah pada 8 juni 2017 sebanyak. 367.049
keluarga dengan IKS di atas 0,8 sebesar 0,209. Nilai IKS ini menunjukan bahwa di Jawa Tengah
masih tergolong wilayah dengan status keluarga tidak sehat. Sehingga masih diperlukan tindak
lanjut terhadap keluarga dengan IKS pra sehat dan tidak sehat. Salat satu paya tindak lanjut yang
bisa dilakukan yaitu advokasi untuk mendorong keluarga pra sehat dan tidak sehat memperbaiki
indikator-indikator yang masih belum terpenuhi, sehingga diharapkan keluarga tersebut dapat
memperbaiki perilaku hidupnya agar mencapai IKS keluarga sehat.

Sasaran : Keluarga dengan IKS prasehat dan tidak sehat di wilayah kerja Puskesmas
Sumur Batu
Lokasi : Jalan Diponegoro Gg. Puskesmas Kelurahan Gulak Galik
Waktu : 5-19 juli 2022
Metode : Dilakukan kunjungan rumah, serta penilaian indikator keluaga sehat. Kemudian
dilakukan advokasi terhadap indikator-indikator keluarga sehat yang perlu dipenuhi.
Telah dilakukan kunjungan terhadap rumah Tn. H di Jalan Diponegoro Gg. Puskesmas
Kelurahan Gulak Galik pada hari Selasa 5 Juli 2022. Kemudian dilakukan penilaian terhadap
indikator keluarga sehat, dari hasil penilaian terhadap keluarga Tn.H didapatkan:
1. Keluarga mengikuti program KB (1)
2. Ibu melakukan persalinan di faskes (0)
3. Bayi mendapat imunisasi dasar (1)
4. Bayi mendapat ASI Eksklusif (1)
5. Balita yang dipantau pertumbuhannya (1)
6. Penderita TB Paru yang mendapatkan pengobatan sesuai standar (N)
7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan sesuai standar (1)
8. Penderita gangguan jiwa mendapat pengobatan (N)
9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok (0)
10. Keluarga sudah menjadi anggota JKN (0)
11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih (0)
12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat (1)
Dari hasil penilaian didapatkan 6/(12-2) = 0,6 dengan intepretasi IKS prasehat
Sehingga dilakukan advokasi kepada keluarga untuk mengupayakan anggota keluarga tidak
merokok, memiliki JKN, serta memiliki akses air bersih.
Kunjungan Rumah IKS pra Sehat / Tidak Sehat

IKS Pra sehat /Tidak Sehat Keluarga Tn.AP

Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari Agenda ke-5 Nawa Cita, yaitu
Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia. Program ini didukung oleh program sektoral
lainnya yaitu Program Indonesia Pintar, Program Indonesia Kerja, dan Program Indonesia
Sejahtera. Program Indonesia Sehat selanjutnya menjadi program utama Pembangunan
Kesehatan yang kemudian direncanakan pencapaiannya melalui Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan Tahun 2015-2019, yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor
HK.02.02/Menkes/52/2015. Sasaran dari Program Indonesia Sehat adalah meningkatnya derajat
kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Sasaran ini
sesuai dengan sasaran pokok RPJMN 2015-2019, yaitu: (1) meningkatnya status kesehatan dan
gizi ibu dan anak, (2) meningkatnya pengendalian penyakit, (3) meningkatnya akses dan mutu
pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan,
(4) meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan
kualitas pengelolaan SJSN kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan
vaksin, serta (6) meningkatnya responsivitas sistem kesehatan.
PIS-PK terdiri atas 12 indikator yang digunakan sebagai penanda status kesehatan keluarga serta
meningkatkan akses pelayanan yang komprehensif yaitu (1) Keluarga mengikuti program
Keluarga Berencana (KB), (2) Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan, (3) Bayi
mendapat imunisasi dasar lengkap, (4) Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif, (5) Balita
mendapatkan pematauan pertumbuhan, (6) Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan
sesuai standar, (7) Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur, (8) Penderita
gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan, (9) Anggota keluarga tidak ada
yang merokok, (10) Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), (11)
Keluarga mempunyai akses sarana air bersih, dan (12) Keluarga mempunyai akses atau
menggunakan jamban sehat.
Hasil dari pengolahan data kesehatan keluarga dengan 12 indikator menghasilkan Indeks
Keluarga Sehat (IKS). IKS adalah angka yang menunjukkan tingkatan keluarga sehat yang
terdiri dari tiga kategori yaitu keluarga tidak sehat, keluarga pra sehat, dan keluarga sehat. Proses
pengumpulan data sangat diperlukan karena digunakan sebagai bahan untuk merancang,
menerapkan dan mengevaluasi program pencegahan kesehatan masyarakat yang sesuai dan tepat
sasaran. Laporan indeks keluarga sehat termasuk dalam laporan rutin puskesmas.
Menurut Kementerian Kesehatan RI keluarga yang tergolong dalam keluarga sehat adalah
keluarga dengan IKS > 0,8. Capaian IKS masih tergolong rendah untuk beberapa daerah di
Indonesia, hasil perhitungan IKS dari 9 provinsi sasaran awal yaitu Sumatera Utara, Sumatera
Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten dan Sulawesi
Selatan per 8 Juni 2017 didapatkan keluarga yang memiliki IKS di atas 0,8 sebesar 0,163 dari
570.326 keluarga berdasarkan data Pusdatin tahun 2018. Jumlah keluarga yang terdata
berdasarkan aplikasi keluarga sehat di Jawa Tengah pada 8 juni 2017 sebanyak. 367.049
keluarga dengan IKS di atas 0,8 sebesar 0,209. Nilai IKS ini menunjukan bahwa di Jawa Tengah
masih tergolong wilayah dengan status keluarga tidak sehat. Sehingga masih diperlukan tindak
lanjut terhadap keluarga dengan IKS pra sehat dan tidak sehat. Salat satu paya tindak lanjut yang
bisa dilakukan yaitu advokasi untuk mendorong keluarga pra sehat dan tidak sehat memperbaiki
indikator-indikator yang masih belum terpenuhi, sehingga diharapkan keluarga tersebut dapat
memperbaiki perilaku hidupnya agar mencapai IKS keluarga sehat.

Sasaran : Keluarga dengan IKS prasehat dan tidak sehat di wilayah kerja Puskesmas
Sumur Batu
Lokasi : Jalan Dewi Sartika Kelurahan Gulak Galik
Waktu : 9–33 Agustus 2022
Metode : Dilakukan kunjungan rumah, serta penilaian indikator keluarga sehat. Kemudian
dilakukan advokasi terhadap indikator-indikator keluarga sehat yang perlu dipenuhi.
Telah dilakukan kunjungan terhadap rumah Tn. AP di Jalan Dewi Sartika Kelurahan Gulak Galik
pada hari Selasa 9 Agustus 2022. Kemudian dilakukan penilaian terhadap indikator keluarga
sehat, dari hasil penilaian terhadap keluarga Tn.SR didapatkan:
1. Keluaraga mengikuti program KB (1)
2. Ibu melakukan persalinan di faskes (N)
3. Bayi mendapat imunisasi dasar (1)
4. Bayi mendapat ASI Eksklusif (1)
5. Balita yang dipantau pertumbuhannya (1)
6. Penderita TB Paru yang mendapatkan pengobatan sesuai standar (N)
7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan sesuai standar (0)
8. Penderita gangguan jiwa mendapat pengobatan (N)
9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok (0)
10. Keluarga sudah menjadi anggota JKN (0)
11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih (1)
12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan (1)
Dari hasil penilaian didapatkan 6/(12-3) = 0,67 dengan intepretasi IKS prasehat
Sehingga dilakukan advokasi kepada keluarga untuk mengupayakan anggota keluarga tidak
merokok, memiliki JKN, serta meminum obat hipertensi sesuai dengan standarnya dan kontrol
hipertensi secara berkala.

Kunjungan Rumah IKS Pra Sehat/ Tidak Sehat di Kelurahan Gulak Galik

IKS Pra sehat /Tidak Sehat Keluarga Tn. DD


Tn. DD 48 tahun tinggal di Jalan Pangeran Emir Moh Noer Kelurahan Pengajaran memiliki
seorang istri Ny. S dan 4 orang anak

Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari Agenda ke-5 Nawa Cita, yaitu
Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia. Program ini didukung oleh program sektoral
lainnya yaitu Program Indonesia Pintar, Program Indonesia Kerja, dan Program Indonesia
Sejahtera. Program Indonesia Sehat selanjutnya menjadi program utama Pembangunan
Kesehatan yang kemudian direncanakan pencapaiannya melalui Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan Tahun 2015-2019, yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor
HK.02.02/Menkes/52/2015. Sasaran dari Program Indonesia Sehat adalah meningkatnya derajat
kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Sasaran ini
sesuai dengan sasaran pokok RPJMN 2015-2019, yaitu: (1) meningkatnya status kesehatan dan
gizi ibu dan anak, (2) meningkatnya pengendalian penyakit, (3) meningkatnya akses dan mutu
pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan,
(4) meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan
kualitas pengelolaan SJSN kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan
vaksin, serta (6) meningkatnya responsivitas sistem kesehatan.
PIS-PK terdiri atas 12 indikator yang digunakan sebagai penanda status kesehatan keluarga serta
meningkatkan akses pelayanan yang komprehensif yaitu (1) Keluarga mengikuti program
Keluarga Berencana (KB), (2) Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan, (3) Bayi
mendapat imunisasi dasar lengkap, (4) Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif, (5) Balita
mendapatkan pematauan pertumbuhan, (6) Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan
sesuai standar, (7) Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur, (8) Penderita
gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan, (9) Anggota keluarga tidak ada
yang merokok, (10) Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), (11)
Keluarga mempunyai akses sarana air bersih, dan (12) Keluarga mempunyai akses atau
menggunakan jamban sehat.
Hasil dari pengolahan data kesehatan keluarga dengan 12 indikator menghasilkan Indeks
Keluarga Sehat (IKS). IKS adalah angka yang menunjukkan tingkatan keluarga sehat yang
terdiri dari tiga kategori yaitu keluarga tidak sehat, keluarga pra sehat, dan keluarga sehat. Proses
pengumpulan data sangat diperlukan karena digunakan sebagai bahan untuk merancang,
menerapkan dan mengevaluasi program pencegahan kesehatan masyarakat yang sesuai dan tepat
sasaran. Laporan indeks keluarga sehat termasuk dalam laporan rutin puskesmas.
Menurut Kementerian Kesehatan RI keluarga yang tergolong dalam keluarga sehat adalah
keluarga dengan IKS > 0,8. Capaian IKS masih tergolong rendah untuk beberapa daerah di
Indonesia, hasil perhitungan IKS dari 9 provinsi sasaran awal yaitu Sumatera Utara, Sumatera
Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten dan Sulawesi
Selatan per 8 Juni 2017 didapatkan keluarga yang memiliki IKS di atas 0,8 sebesar 0,163 dari
570.326 keluarga berdasarkan data Pusdatin tahun 2018. Jumlah keluarga yang terdata
berdasarkan aplikasi keluarga sehat di Jawa Tengah pada 8 juni 2017 sebanyak. 367.049
keluarga dengan IKS di atas 0,8 sebesar 0,209. Nilai IKS ini menunjukan bahwa di Jawa Tengah
masih tergolong wilayah dengan status keluarga tidak sehat. Sehingga masih diperlukan tindak
lanjut terhadap keluarga dengan IKS pra sehat dan tidak sehat. Salat satu paya tindak lanjut yang
bisa dilakukan yaitu advokasi untuk mendorong keluarga pra sehat dan tidak sehat memperbaiki
indikator-indikator yang masih belum terpenuhi, sehingga diharapkan keluarga tersebut dapat
memperbaiki perilaku hidupnya agar mencapai IKS keluarga sehat.

Sasaran : Keluarga dengan IKS prasehat dan tidak sehat di wilayah kerja Puskesmas
Sumur Batu
Lokasi : Jalan Pangeran Emir Moh Noer Kelurahan Pengajaran
Waktu : 6 - 20 September 2022
Metode : Dilakukan kunjungan rumah, serta penilaian indikator keluarga sehat. Kemudian
dilakukan advokasi terhadap indikator-indikator keluarga sehat yang perlu dipenuhi
Telah dilakukan kunjungan terhadap rumah Tn.DD di Jalan Pangeran Emir Moh Noer Kelurahan
Pengajaran pada hari Selasa 6 September 2022. Kemudian dilakukan penilaian terhadap
indikator keluarga sehat, dari hasil penilaian terhadap keluarga Tn AM didapatkan :
1. Keluarga mengikuti program KB (1)
2. Ibu melakukan persalinan di faskes (N)
3. Bayi mendapat imunisasi dasar (0)
4. Bayi mendapat ASI Eksklusif (0)
5. Balita yang dipantau pertumbuhannya (0)
6. Penderita TB Paru yang mendapatkan pengobatan sesuai standar (N)
7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan sesuai standar (1)
8. Penderita gangguan jiwa mendapat pengobatan (N)
9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok (N)
10. Keluarga sudah menjadi anggota JKN (0)
11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih (1)
12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan (1)
Dari hasil penilaian didapatkan 4/(12-5) = 0,57 dengan intepretasi IKS keluarga prasehat
Sehingga dilakukan advokasi kepada keluarga untuk mengupayakan anggota keluarga memiliki
JKN serta memantau pertumbuhan balita ke posyandu.

KEMITRAAN
Pembentukan Serta Pelatih Kader Jumantik DI SDN 1 Gulak Galik

Pembinaan UKS – Pelatihan Jumantik Cilik

Penyakit Demam Berdarah Dengue masih menjadi masalah pokok kesehatan ditemukan hampir
di seluruh belahan dunia terutama di negara-negara tropik dan subtropik, baik sebagai penyakit
endemik maupun epidemik. Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD biasanya terjadi di daerah
endemik dan berkaitan dengan terjadinya peningkatan vektor dengue pada musim hujan yang
dapat menyebabkan terjadi penularan penyakit DBD pada manusia melalui vektor Aedes.
DBD dapat muncul sepanjang tahun yang menyerang semua kelompok umur terutama pada anak
usia sekolah. Anak usia sekolah menurut defenisi WHO (World Health Organization) yaitu
golongan anak yang berusia antara 7-15 tahun, sedangkan di Indonesia lazimnya anak yang
berusia 6-12 tahun atau anak usia sekolah sekolah sudah memperkenalkan dunia kesehatan pada
anak-anak di sekolah. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019, Kasus DBD yang
dilaporkan pada tahun 2019 tercatat sebanyak 138.127 kasus. Jumlah ini meningkat
dibandingkan tahun 2018 sebesar 65.602 kasus. Kematian karena DBD pada tahun 2019 juga
mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2018 yaitu dari 467 menjadi 919 kematian. Anak
usia 6 hingga 12 tahun menjadi rentang usia yang paling banyak terinfeksi penyakit DBD dan
meninggal dunia. Terdapat 49.931 (35%) jumlah kasus pasien DBD dengan angka kematian
mencapai 19.337 (14%) pada anak usia sekolah di seluruh wilayah Indonesia. Incidence Rate
DBD pada tahun 2019 sebesar 51,53 per 100.000 penduduk
Di Indonesia program Pemberantasan Sarang nyamuk (PSN) merupakan aktivitas utama upaya
pencegahan DBD. Melalui kegiatan UKS dapat mencegah dengan melakukan PSN di lingkungan
sekolah serta membentuk jumantik sekolah untuk memantau perkembangan bebas jentik di
sekolah. Puskesmas melakukan upaya menurunkan kejadian DBD salah satunya dengan
membentuk kader jumantik anak sekolah yang disebut self jumantik di sekolah sekolah yang
berada di wilayah kerja puskesmas. Tujuan pembentukan kelompok self jumantik ini yaitu untuk
meningkatkan pengetahuan dan sikap siswa dalam upaya pencegahan penularan DBD

Sasaran: Siswa kelas 5 SDN 1 Gulak Galik


Lokasi : Ruang kelas 5 SDN 1 Gulak Galik
Waktu : 08 Juni 2022 jam 09.00 s/d selesai

Dilakukan penyuluhan mengenai pengertian penyakit Demam Berdarah, gejala yang perlu
diwaspadai, fase DBD, cara penanganan dan percegahannya. Kemudian dilakukan pelatihan
mengenai kegiatan 3M plus, bagaimana bentuk jentik nyamuk, cara memeriksa jentik nyamuk,
tempat-tempat bersarangnya nyamuk, dan alat-alat yang diperlukan, serta memberitahukan
mengenai tugas kader jumantik sekolah.

PENYULUHAN

Penyuluhan Tentang Pentingnya Imunisasi pada Bayi dan Balita Di Puskesmas Sumur Batu

KIA

Saat ini di Indonesia masih terdapat anak-anak yang belum mendapatkan imunisasi secara
lengkap bahkan tidak pernah mendapatkan imunisasi sedari lahir. Hal ini menyebabkan mereka
dapat dengan mudah tertular penyakit berbahaya karena tidak adanya kekebalan terhadap
penyakit tersebut. Data dari Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian
Kesehatan (Kemenkes) RI menunjukkan sejak 2014-2016, terhitung sekitar 1,7 juta anak belum
mendapatkan imunisasi atau belum lengkap status imunisasinya.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengubah konsep imunisasi dasar lengkap menjadi
imunisasi rutin lengkap. Imunisasi rutin lengkap itu terdiri dari imunisasi dasar dan lanjutan.
Imunisasi dasar saja tidak cukup, diperlukan imunisasi lanjutan untuk mempertahankan tingkat
kekebalan yang optimal.
Pemberian imunisasi disesuaikan dengan usia anak. Untuk imunisasi dasar lengkap, bayi berusia
kurang dari 24 jam diberikan imunisasi Hepatitis B (HB-0), usia 1 bulan diberikan (BCG dan
Polio 1), usia 2 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2), usia 3 bulan diberikan (DPT-HB-
Hib 2 dan Polio 3), usia 4 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 3, Polio 4 dan IPV atau Polio suntik),
dan usia 9 bulan diberikan (Campak atau MR).
Untuk imunisasi lanjutan, bayi bawah dua tahun usia 18 bulan diberikan imunisasi (DPT-HB-
Hib dan Campak/MR), kelas 1 SD/madrasah/sederajat diberikan (DT dan Campak/MR), kelas 2
dan 5 SD/madrasah/sederajat diberikan (Td).
Vaksin Hepatitis B (HB) diberikan untuk mencegah penyakit Hepatitis B yang dapat
menyebabkan pengerasan hati yang berujung pada kegagalan fungsi hati dan kanker hati.
Imunisasi BCG diberikan guna mencegah penyakit tuberkulosis.
Imunisasi Polio tetes diberikan 4 kali pada usia 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan untuk
mencegah lumpuh layu. Imunisasi polio suntik pun diberikan 1 kali pada usia 4 bulan agar
kekebalan yang terbentuk semakin sempurna.
Imunisasi Campak diberikan untuk mencegah penyakit campak yang dapat mengakibatkan
radang paru berat (pneumonia), diare atau menyerang otak. Imunisasi MR diberikan untuk
mencegah penyakit campak sekaligus rubella.
Rubella pada anak merupakan penyakit ringan, namun apabila menular ke ibu hamil, terutama
pada periode awal kehamilannya, dapat berakibat pada keguguran atau bayi yang dilahirkan
menderita cacat bawaan, seperti tuli, katarak, dan gangguan jantung bawaan.
Vaksin DPT-HB-HIB diberikan guna mencegah 6 penyakit, yakni Difteri, Pertusis, Tetanus,
Hepatitis B, serta Pneumonia (radang paru) dan Meningitis (radang selaput otak) yang
disebabkan infeksi kuman Hib.

Sasaran: Ibu Bayi dan Balita yang datang ke Puskesmas Sumur Batu
Lokasi : Poli KIA
Waktu : Rabu, 21 September 2022 dimulai jam 08.00 s/d selesai
Metode : Akan dilakukan penyuluhan mengenai Pentingnya imunisasi saat pelaksaan posyandu
balita dilanjutkan dengan sesi tanya jawab

Penyuluhan dilakukan ditengah kegiatan Imunsasi di poli KIA Puskesmas Sumur Batu, berisi
materi mengenai pentingnya imunisasi, jenis-jenis imunisasi dasar yang diberikan, waktu
pemberian imunisasi dasar, cara pemberian vaksin serta KIPI yang mungkin terjadi. Para ibu
bayi dan balita juga diingatkan untuk membawa anaknya imunisasi tepat pada waktunya.

Penyuluhan TB pada Pasien Suspek TB dan Terkonfirmasi TB Di Puskesmas Sumur Batu

 TB

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis. TB dapat menyerang berbagai organ dalam tubuh manusia,
contohnya paru-paru, tulang, dan kelenjar. TB masih menjadi masalah utama di berbagai negara,
terutama negara berkembang seperti Indonesia. TB menjadi peringkat ke-2 dari penyebab
kematian akibat penyakit infeksi menular setelah Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun 2017 (data per 17 Mei
2018). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2018), Jawa Tengah menempati tempat
ke-3 kasus TB terbanyak di Indonesia setelah Jawa Barat dan Jawa Timur dengan jumlah
132.565 kasus. Sementara menurut Badan Pusat Statistik Jawa Tengah pada tahun 2019 angka
penemuan kasus TBC per 100.000 penduduk di Kabupaten Boyolali mencapai 95,65 kasus.
Pengendalian penyakit TBC selama pandemi COVID-19 di Indonesia memiliki beberapa
hambatan akibat pergeseran fokus pelayanan pada pengendalian dan pelayanan COVID-19.
Berdasarkan survey pada Mei 2020 yang dilakukan Kementerian Kesehatan Bersama STPI dan
organisasi lainnya, cakupan pelayanan TBC di Indonesia mengalami penurunan dari 67%
menjadi 28%. Sedangkan temuan kasus turun menjadi 50%, sangat jauh dari angka yang
ditargetkan pada tahun 2020 sebanyak 80%.

Sasaran : Seluruh Pasien dengan suspek TB dan terkonfirmasi TB


Lokasi : poli TB di Puskesmas Sumur Batu
Waktu: Selasa, 2 Agustus 2022 dimulai jam 9.00 s/d selesai

Kegiatan diawali dengan penyuluhan mengenai Penyakit Tuberkulosis, gejala, cara penularan,
pencegahan, serta pengobatannya. Dilanjutkan dengan pengarahan cara mengisi kuesioner
skrining TB dan diakhiri dengan sesi tanya jawab dari para peserta penyuluhan
Penyuluhan Jenis Kontrasepsi Terhadap Ibu Yang Berkunjung ke Poli KIA Puskesmas Sumur
Batu
: Keluarga Berencana
Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan dan merupakan salah satu
variabel yang mempengaruhi fertilitas. Upaya ini dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat
permanen. Pelayanan kontrasepsi merupakan salah satu jenis pelayanan program Keluarga
Berencana (KB) yang tersedia selain dalam bentuk komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE);
konseling; pelayanan infertilitas; pendidikan sex; konsultasi pra perkawinan dan perkawinan;
konsultasi genetik; tes keganasan; serta adopsi.
Kebutuhan kontrasepsi yang tidak terpenuhi dapat menyebabkan kehamilan tidak diinginkan
yang dapat menimbulkan risiko bagi ibu hamil. Di negara berkembang, sekitar seperempat dari
kehamilan adalah tidak diinginkan. Kelahiran tidak diinginkan akan menimbulkan risiko bagi
kesehatan dan kesejahteraan anak-anak dan berkontribusi terhadap pertumbuhan penduduk yang
cepat di negara-negara yang kekurangan sumber daya. Sustainable Development Goals (SDG’s)
adalah sebuah program pembangunan berkelanjutan dengan tujuan untuk kesejahteraan manusia
di bumi dimana terdapat 17 tujuan didalamnya. Tujuan ke-3 dari SDG’s yaitu menjamin
kesehatan dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia. Angka Kematian Ibu
(AKI) bisa digunakan sebagai indikator kesejahteraan pada sebuah negara. Salah satu program
untuk menurunkan AKI adalah program Keluarga Berencana (KB). Program KB berperan dalam
menurunkan angka kematian ibu melalui upaya pencegahan kehamilan, penundaan usia
kehamilan, dan menjarangkan kehamilan. Indonesia adalah negara berkembang yang juga
menerapkan program KB melalui Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN).
Pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB) membutuhkan perencanaan keluarga sehat yang
rasional, untuk itu perlu ketepatan dalam pemilihan jenis kontrasepsi yang sesuai dengan
kebutuhan dan mempertimbangkan daya guna kontrasepsi yang akan memberikan dampak
peningkatan mutu pemakaian. Beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi
adalah pengetahuan, dukungan suami dan pengalaman KB. Semakin baik pengetahuan seseorang
tentang kontrasepsi semakin rasional dalam menggunakan kontrasepsi. Sehingga perlu dilakukan
penyuluhan mengenai jenis-jenis kontrasepsi agar para Ibu dapat mempertimbangkan jenis
kontrasepsi yang tepat untuk mereka gunakan.

Sasaran : Ibu hamil maupun yang sedang menyusui yang berkunjung ke Puskesmas Sumur
Batu
Lokasi : Poli KIA Puskesmas Sumur Batu
Waktu : kamis, 7 Juli 2022, 08.00 wib sampai dengan selesai.
Penyuluhan mengenai definisi serta fungsi dilakukan KB, lalu dijelaskan mengenai jenis-jenis
KB, cara pemakaian, kelebihan serta kekurangan tiap-tiap alat kontrasepsi

Penyuluhan Pemberantasan Sarang Nyamuk di Lingkungan Sekolah SDN1 Gulak Galik


Kesehatan Lingkungan
Penyakit Demam Berdarah Dengue masih menjadi masalah pokok kesehatan ditemukan hampir
di seluruh belahan dunia terutama di negara-negara tropik dan subtropik, baik sebagai penyakit
endemik maupun epidemik. Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD biasanya terjadi di daerah
endemik dan berkaitan dengan terjadinya peningkatan vektor dengue pada musim hujan yang
dapat menyebabkan terjadi penularan penyakit DBD pada manusia melalui vektor Aedes.
DBD dapat muncul sepanjang tahun yang menyerang semua kelompok umur terutama pada anak
usia sekolah. Anak usia sekolah menurut defenisi WHO (World Health Organization) yaitu
golongan anak yang berusia antara 7-15 tahun, sedangkan di Indonesia lazimnya anak yang
berusia 6-12 tahun atau anak usia sekolah sekolah sudah memperkenalkan dunia kesehatan pada
anak-anak di sekolah. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019, Kasus DBD yang
dilaporkan pada tahun 2019 tercatat sebanyak 138.127 kasus. Jumlah ini meningkat
dibandingkan tahun 2018 sebesar 65.602 kasus. Kematian karena DBD pada tahun 2019 juga
mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2018 yaitu dari 467 menjadi 919 kematian. Anak
usia 6 hingga 12 tahun menjadi rentang usia yang paling banyak terinfeksi penyakit DBD dan
meninggal dunia. Terdapat 49.931 (35%) jumlah kasus pasien DBD dengan angka kematian
mencapai 19.337 (14%) pada anak usia sekolah di seluruh wilayah Indonesia. Incidence Rate
DBD pada tahun 2019 sebesar 51,53 per 100.000 penduduk
Di Indonesia program Pemberantasan Sarang nyamuk (PSN) merupakan aktivitas utama upaya
pencegahan DBD. Melalui kegiatan UKS dapat mencegah dengan melakukan PSN di lingkungan
sekolah serta membentuk jumantik sekolah untuk memantau perkembangan bebas jentik di
sekolah. Puskesmas melakukan upaya menurunkan kejadian DBD salah satunya dengan
membentuk kader jumantik anak sekolah yang disebut self jumantik di sekolah sekolah yang
berada di wilayah kerja puskesmas. Tujuan pembentukan kelompok self jumantik ini yaitu untuk
meningkatkan pengetahuan dan sikap siswa dalam upaya pencegahan penularan DBD.

Sasaran: Siswa kelas 5 SDN 1 Gulak Galik


Lokasi : Ruang kelas 5 SDN 1 Gulak Galik
Waktu : 8 Juni 2022 Jam 09.00 s/d selesai
Metode : Dilakukan penyuluhan mengenai Pemberantasan Sarang Nyamuk di Lingkungan
Sekolah. Kegiatan diawali dengan penyampaian materi mengenai pengertian penyakit Demam Berdarah,
gejala, fase DBD, cara penanganan serta pencegahannya. Lalu dijelaskan mengenai program dan kegiatan
PSN(Pemberantasan Sarang Nyamuk) di lingkungan sekolah. Lalu dibuka sesi tanya jawab dan
dilanjutkan dengan pembentukan kader Jumantik SDN 1 Gulak Galik

 Kegiatan IMD & ASI Eksklusif [KESEHATAN KELUARGA]

Pelaksanaan IMD dan Pemberian ASI Eksklusif Terhadap Ibu Hamil yang Datang ke Poli KIA
Puskesmas Sumur Batu

Ny. YN G1P0A0 dengan usia kehamilan 36 minggu datang ke poli KIA Puskesmas Sumur Batu
untuk memeriksakan kehamilannya dan dilakukan edukasi terhadap Ny. YN tentang cara
melakukan IMD dan Pemberian Asi Eksklusif sebagai persiapan ketika bayinya lahir.

Derajat kesehatan masyarakat yang baik ditandai dengan rendahnya Angka Kematian ibu (AKI)
dan Angka Kematian Bayi (AKB) dan peningkatan status gizi masyarakat. Saat ini kesehatan ibu
dan anak merupakan salah satu prioritas dari program kesehatan nasional. Kematian ibu erat
kaitannya dengan kehamilan yang berisiko tinggi. Sedangkan kematian bayi berhubungan erat
dengan kesehatan ibu ketika hamil, proses persalinan yang aman dan status gizi bayi tersebut.
Pemahaman dan pengetahuan yang baik mengenai kehamilan risiko tinggi dan IMD sangat
diperlukan bagi wanita usia subur mengingat pengetahuan yang baik akan mengarahkan pada
tindakan dan kebiasaan-kebiasaan baik yang secara tidak langsung dapat menurunkan AKI dan
AKB.
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses awal dimana bayi mencoba menyusu sendiri, dengan
cara bayi diletakkan di dada ibunya dan mencari puting sendiri untuk disusui. Sesuai dengan
rekomendasi WHO, IMD merupakan inisiasi pemberian ASI yang dilakukan dalam waktu 1 jam
setelah melahirkan. Proses kontak ini harus dilakukan dari kulit ibu ke kulit bayi secara
langsung, jika kontak ini terhalang oleh kain atau dilakukan kurang dari 1 jam, maka IMD
dianggap belum sempurna.
Inisiasi menyusui dini mempunyai banyak manfaat untuk ibu maupun bayi. Kontak kulit ke kulit
dari ibu dan bayi secara langsung dapat membantu meregulasi suhu tubuh bayi baru lahir dan
memungkinkan bayi terpapar bakteri baik dari kulit ibu, sehingga akan dapat memberikan
perlindungan dari penyakit menular dan membantu membangun sistem imunitas bayi. Dalam
beberapa hari pertama kelahiran, ASI mengandung kolostrum yang kaya akan sel darah putih dan
antibodi terutama Imunoglobulin A, persentase kandungan protein yang lebih besar, mineral, dan
vitamin larut lemak (A,E, dan K) yang lebih besar daripada kandungan susu berikutnya.
Kolostrum dapat bertindak sebagai “vaksin” pertama anak dan dapat memberikan perlindungan
terhadap berbagai penyakit.
Disamping itu manfaatnya terhadap ibu, menyusui dapat memicu produksi prolactin yang
merupakan hormon perangsang produksi ASI dan dapat membantu memastikan asupan ASI yang
cukup untuk bayi. Selama beberapa minggu pertama, semakin sering bayi menyusu dan
merangsang puting, semakin banyak prolaktin yang diproduksi, dan semakin banyak ASI yang
diproduksi. Disamping itu, menyusui juga dapat menstimulasi hormon hipofisis lain yang dapat
mensupresi ovulasi dan menstruasi, sehingga dapat membantu menunda kehamilan ibu.
IMD telah terbukti dapat memperpanjang durasi menyusui, meningkatkan kemungkinan bayi
disusui dalam bulan-bulan pertama kehidupan, dan juga dapat berkontribusi pada peningkatan
ASI eksklusif. Bayi yang melakukan IMD juga tampak lebih banyak berinteraksi dengan ibunya
dan lebih jarang menangis.
Semakin lama ASI diberikan, semakin besar risiko kematian bayi baru lahir. Penundaan
pemberian dalam waktu 2-23 jam meningkatkan risiko kematian 1.3 kali lipat, sedangakan
penundaan 1 hari atau lebih dapat meningkatkan risiko kematian lebih dari 2 kali lipat.

Sasaran : Ibu hamil yang datang ke Puskesmas Sumur Batu


Lokasi : Poli KIA puskesmas Sumur Batu
Waktu : Selasa, 09 Agustus 2022 mulai jam 08.00 s/d selesai
dilakukan edukasi terhadap ibu hamil yang datang ke poli puskesmas Sumur batu. Dijelaskan
bahwa setelah proses kelahiran, bayi yang sudah dikeringkan akan diletakkan di atas perut ibu
dengan posisi tengkurap untuk Inisiasi Menyusu Dini, kemudian Ibu diberikan edukasi untuk
memberikan ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan yaitu hanya memberikakan ASI saja
tanpa tambahan makanan/minuman lain. Ibu juga diberikan edukasi mengenai cara menyusui
yang baik dan benar.
IMD dan Edukasi ASI Eksklusif Ny. VA

By. Laki-laki Ny. VA berusia 4 hari dengan BBL 3200 gram dan PB 49cm datang ke poli KIA
Puskesmas Sumur Batu untuk melakukan Imunisasi HB0 serta dilakukan IMD dan edukasi ASI
Eksklusif terhadap Ny.VA.

Derajat kesehatan masyarakat yang baik ditandai dengan rendahnya Angka Kematian ibu (AKI)
dan Angka Kematian Bayi (AKB) dan peningkatan status gizi masyarakat. Saat ini kesehatan ibu
dan anak merupakan salah satu prioritas dari program kesehatan nasional. Kematian ibu erat
kaitannya dengan kehamilan yang berisiko tinggi. Sedangkan kematian bayi berhubungan erat
dengan kesehatan ibu ketika hamil, proses persalinan yang aman dan status gizi bayi tersebut.
Pemahaman dan pengetahuan yang baik mengenai kehamilan risiko tinggi dan IMD sangat
diperlukan bagi wanita usia subur mengingat pengetahuan yang baik akan mengarahkan pada
tindakan dan kebiasaan-kebiasaan baik yang secara tidak langsung dapat menurunkan AKI dan
AKB.
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses awal dimana bayi mencoba menyusu sendiri, dengan
cara bayi diletakkan di dada ibunya dan mencari puting sendiri untuk disusui. Sesuai dengan
rekomendasi WHO, IMD merupakan inisiasi pemberian ASI yang dilakukan dalam waktu 1 jam
setelah melahirkan. Proses kontak ini harus dilakukan dari kulit ibu ke kulit bayi secara
langsung, jika kontak ini terhalang oleh kain atau dilakukan kurang dari 1 jam, maka IMD
dianggap belum sempurna.
Inisiasi menyusui dini mempunyai banyak manfaat untuk ibu maupun bayi. Kontak kulit ke kulit
dari ibu dan bayi secara langsung dapat membantu meregulasi suhu tubuh bayi baru lahir dan
memungkinkan bayi terpapar bakteri baik dari kulit ibu, sehingga akan dapat memberikan
perlindungan dari penyakit menular dan membantu membangun sistem imunitas bayi. Dalam
beberapa hari pertama kelahiran, ASI mengandung kolostrum yang kaya akan sel darah putih dan
antibodi terutama Imunoglobulin A, persentase kandungan protein yang lebih besar, mineral, dan
vitamin larut lemak (A,E, dan K) yang lebih besar daripada kandungan susu berikutnya.
Kolostrum dapat bertindak sebagai “vaksin” pertama anak dan dapat memberikan perlindungan
terhadap berbagai penyakit.
Disamping itu manfaatnya terhadap ibu, menyusui dapat memicu produksi prolactin yang
merupakan hormon perangsang produksi ASI dan dapat membantu memastikan asupan ASI yang
cukup untuk bayi. Selama beberapa minggu pertama, semakin sering bayi menyusu dan
merangsang puting, semakin banyak prolaktin yang diproduksi, dan semakin banyak ASI yang
diproduksi. Disamping itu, menyusui juga dapat menstimulasi hormon hipofisis lain yang dapat
mensupresi ovulasi dan menstruasi, sehingga dapat membantu menunda kehamilan ibu.
IMD telah terbukti dapat memperpanjang durasi menyusui, meningkatkan kemungkinan bayi
disusui dalam bulan-bulan pertama kehidupan, dan juga dapat berkontribusi pada peningkatan
ASI eksklusif. Bayi yang melakukan IMD juga tampak lebih banyak berinteraksi dengan ibunya
dan lebih jarang menangis.
Semakin lama ASI diberikan, semakin besar risiko kematian bayi baru lahir. Penundaan
pemberian dalam waktu 2-23 jam meningkatkan risiko kematian 1.3 kali lipat, sedangakan
penundaan 1 hari atau lebih dapat meningkatkan risiko kematian lebih dari 2 kali

Sasaran : Bayi baru lahir sampai usia 6 bulan yang datang ke Puskesmas Sumur Batu
Lokasi : Poli KIA puskesmas Sumur Batu
Waktu : Selasa, 05 Juli 2022 mulai jam 08.00 s/d selesai
dilakukan edukasi terhadap ibu hamil yang datang ke poli puskesmas Sumur batu. Dijelaskan
bahwa setelah proses kelahiran, bayi yang sudah dikeringkan akan diletakkan di atas perut ibu
dengan posisi tengkurap untuk Inisiasi Menyusu Dini, kemudian Ibu diberikan edukasi untuk
memberikan ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan yaitu hanya memberikakan ASI saja
tanpa tambahan makanan/minuman lain. Ibu juga diberikan edukasi mengenai cara menyusui
yang baik dan benar.

MONITORING BAYI/ANAK

Konseling Menilai Tumbuh Kembang pada bayi yang datang ke poli KIA Puskesmas sumur
Batu

Seorang By. AS usia 9 bulan datang ke poli KIA diantar oleh ibunya untuk melakukan konseling
tentang pertumbuhan bayinya. Ibu jarang membawa anaknya ke posyandu. Setelah di akukan
pemeriksaan seperti penimbangan berat badan (6 kg) dan di masukkan atau di plotkan kedalam
buku Kesehatan ibu dan anak ternyata bayi tersebut berada di bawah garis normal. Ibu pasien
juga mengeluhkan bayi nya belum bisa mempertahankan posisi duduk sendiri dan harus di bantu
oleh orang tua nya.

Pertumbuhan (growth) ialah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interseluler,
berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau keseluruhan.
Bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan mempergunakan satuan panjang dan berat.
Perkembangan anak menggambarkan peningkatan kematangan fungsi individu, dan merupakan
indikator penting dalam menilai kualitas hidup anak. Oleh karena itu perkembangan anak harus
dipantau secara berkala. Bayi atau anak dengan resiko tinggi terjadinya penyimpangan
perkembangan perlu mendapat prioritas, antara lain bayi prematur, berat lahir rendah, bayi
dengan riwayat asfiksia, hiperbilirubinemia, infeksi intrapartum, ibu diabetes mellitus, gemelli,
dll.
Penilaian tumbuh kembang anak secara medis atau secara statistik diperlukan untuk membuat
diagnosis tentang pertumbuhan dan status gizi anak dalam keadaan sehat maupun sakit,
mengetahui apakah seorang anak tumbuh dan berkembang normal atau tidak. Anak yang sehat
akan menunjukkan tumbuh kembang yang optimal apabila diberikan lingkungan bio-fisiko-
psikososial adekuat

Hari/Tanggal : Rabu, 24 Agustus 2022


Waktu : 08 s/d selesai
Kegiatan : Konseling ini dilakukan di Poli KIA yang dilakukan oleh dokter pendamping
bersama dengan dokter internship, sebelum dilakukan konseling, bayi di timbang dan di ukur
panjang badannya. Setelah itu dokter melakukuan edukasi terhadap pemberian makanan MPASI

PELAKSANAA PENGUKURAN BB/TB DAN TUMBUH KEMBANG PADA POSYANDU


TUNAS MUTIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMUR BATU
An. KS; Perempuan; 5 bulan ; BB 7,7 kg; TB 64 cm; Banyurip 4/7 datang ke Rumah Kader
KesehtanTunas Mutia untuk melakukan Posyandu Rutin.
Status Gizi berdasarkan WHO
BB/U : - 2 SD s/d +2 SD = normal
TB/U : - 2 SD s/d +3 SD = normal
BB/TB : - 2 SD s/d +1 SD = gizi baik
Kemudian dinilai perkembangan anak sesuai usia 3-6 bulan berdasarkan buku KIA, dari hasil
pemantauan didapatkan :
- Anak sudah dapat mengangkat kepala tegak saat tengkurap
- Anak sudah dapat tertawa
- Anak sudah dapat menggerakkan kepala ke kiri dan kanan
- Anak sudah dapat membalas tersenyum saat diajak bicara/ tersenyum
- Anak sudah dapat mengoceh spontan

Balita merupakan salah satu periode usia manusia dengan rentang usia hingga lima tahun atau
biasa digunakan perhitungan bulan yaitu 12-60 bulan. Balita merupakan kelompok yang
menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi dan
jumlah relatif besar dalam setiap kilogram berat badannya. Masa balita merupakan masa yang
sangat penting bagi proses kehidupan manusia. Pada masa ini akan berpengaruh besar terhadap
keberhasilan anak dalam proses tumbuh kembang selanjutnya. Pada balita terdapat rentang
perubahan pertumbuhan dan perkembangan, yaitu cepat dan lambat.
Pertumbuhan memiliki pengertian perubahan ukuran fisik dari waktu ke waktu. Ukuran fisik
tidak lain adalah ukuran tubuh manusia baik dari segi dimensi, proporsi maupun komposisinya
yang lebih dikenal dengan sebutan antropometri. Perubahan fisik pada pertumbuhan balita
menuju pada penambahan seperti bertambahnya organ tubuh. Penambahan ukuran-ukuran tubuh
tidak harus drastis, akan tetapi sebaliknya yaitu berlangsung perlahan, bertahap dan terpola
secara proporsional pada tiap bulannya.
Masalah pertumbuhan banyak terjadi pada balita terutama anak di bawah usia dua tahun.
Pertumbuhan pada balita dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal (genetik) dan
eksternal (lingkungan). Faktor genetik meliputi faktor bawaan yang normal dan patologis, jenis
kelamin, obstetrik dan rasa tau suku bangsa dapat mempengaruhi tumbuh dan kembang seorang
balita. Apabila potensi genetik ini dapat berinteraksi dalam lingkungan yang baik dan optimal
maka menghasilkan pertumbuhan yang optimal pula. Gangguan pertumbuhan di negara maju
lebih sering disebabkan karena faktor genetik, sedangkan di negara yang sedang berkembang
gangguan pertumbuhan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor genetik tetapi juga faktor
lingkungan. Faktor lingkungan sangat menentukan tercapainya potensi genetik yang optimal.
Secara garis besar, faktor lingkungan meliputi faktor prenatal dan lingkungan pascanatal. Faktor
lingkungan prenatal yaitu faktor yang mempengaruhi anak sejak dalam kandungan, sedangkan
faktor pasca natal yaitu faktor lingkungan yang mempengaruhi 9 pertumbuhan anak sejak lahir.
Penyebab dasar tumbuh kembang anak meliputi penyebab langsung dan penyebab tidak
langsung. Penyebab langsung yaitu kecukupan makanan dan keadaan kesehatan, sedangkan
penyebab tidak langsung meliputi ketahanan makanan keluarga, asuhan bagi ibu dan anak,
pemanfaatan pelayanan kesehatan serta sanitasi lingkungan. Pelayanan kesehatan dan kesehatan
lingkungan adalah sarana dan prasarana pelayanan kesehatan dasar yang dapat dijangkau oleh
keluarga, serta tersedianya air bersih.
Pelayanan kesehatan dasar Posyandu memberikan peran dalam pemantuan terhadap
pertumbuhan balita. Pemantauan pertumbuhan balita di Posyandu dilakukan oleh kader
Posyandu dengan melakukan penimbangan berat badan dan pengukuran panjang atau tinggi
badan. Selain peran Posyandu dalam penimbangan, pemantauan tumbuh kembang balita sangat
penting dilakukan oleh orang tua, yang dapat dilakukan dengan menggunakan KMS (Kartu
Menuju Sehat). Hal ini bertujuan agar tumbuh kembang anak dapat terpantau dengan baik, maka
orang tua harus memberikan stimulus-stimulus yang baik dan asupan nutrisi yang sehat untuk
anak. Anak yang sehat dan terpenuhi kebutuhan gizinya akan memiliki grafik pertumbuhan yang
mengikuti garis hijau pada Kartu Menuju Sehat (KMS).

Sasaran : Balita yang datang ke posyandu Tunas Mutia Wilayah kerja puskesmasSumur
Batu
Lokasi : Rumah Kader Kesehatan Tunas Mutia
Waktu : 05 Agustus 2022, jam 09.00 WIB sampai dengan selesai
Metode : Akan dilakukan pendaftaran peserta posyandu balita, dilanjutkan pengukuran tinggi
serta berat badan, pengisian buku KMS serta konseling.

PELAKSANAAN PENGUKURAN BB/TB & TUMBUH KEMBANG DI POSYANDU


TERATAI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMUR BATU

An. Hafidz; laki-laki; usia 6 bulan ; BB 7,5 kg; TB 63 cm datang ke Rumah kader Kesehatan
Teratai untuk melakukai Posyandu Rutin.
Status Gizi berdasarkan WHO
BB/U : - 2 SD s/d +2 SD = normal
TB/U : - 2 SD s/d +3 SD = normal
BB/TB : - 2 SD s/d +1 SD = gizi baik
Kemudian dinilai perkembangan anak sesuai usia 3-6 bulan berdasarkan buku KIA, dari hasil
pemantauan didapatkan :
- Anak sudah dapat mengangkat kepala tegak saat tengkurap
- Anak sudah dapat tertawa
- Anak sudah dapat menggerakkan kepala ke kiri dan kanan
- Anak sudah dapat membalas tersenyum saat diajak bicara/ tersenyum
- Anak sudah dapat mengoceh spontan

Balita merupakan salah satu periode usia manusia dengan rentang usia hingga lima tahun atau
biasa digunakan perhitungan bulan yaitu 12-60 bulan. Balita merupakan kelompok yang
menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi dan
jumlah relatif besar dalam setiap kilogram berat badannya. Masa balita merupakan masa yang
sangat penting bagi proses kehidupan manusia. Pada masa ini akan berpengaruh besar terhadap
keberhasilan anak dalam proses tumbuh kembang selanjutnya. Pada balita terdapat rentang
perubahan pertumbuhan dan perkembangan, yaitu cepat dan lambat.
Pertumbuhan memiliki pengertian perubahan ukuran fisik dari waktu ke waktu. Ukuran fisik
tidak lain adalah ukuran tubuh manusia baik dari segi dimensi, proporsi maupun komposisinya
yang lebih dikenal dengan sebutan antropometri. Perubahan fisik pada pertumbuhan balita
menuju pada penambahan seperti bertambahnya organ tubuh. Penambahan ukuran-ukuran tubuh
tidak harus drastis, akan tetapi sebaliknya yaitu berlangsung perlahan, bertahap dan terpola
secara proporsional pada tiap bulannya.
Masalah pertumbuhan banyak terjadi pada balita terutama anak di bawah usia dua tahun.
Pertumbuhan pada balita dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal (genetik) dan
eksternal (lingkungan). Faktor genetik meliputi faktor bawaan yang normal dan patologis, jenis
kelamin, obstetrik dan rasa tau suku bangsa dapat mempengaruhi tumbuh dan kembang seorang
balita. Apabila potensi genetik ini dapat berinteraksi dalam lingkungan yang baik dan optimal
maka menghasilkan pertumbuhan yang optimal pula. Gangguan pertumbuhan di negara maju
lebih sering disebabkan karena faktor genetik, sedangkan di negara yang sedang berkembang
gangguan pertumbuhan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor genetik tetapi juga faktor
lingkungan. Faktor lingkungan sangat menentukan tercapainya potensi genetik yang optimal.
Secara garis besar, faktor lingkungan meliputi faktor prenatal dan lingkungan pascanatal. Faktor
lingkungan prenatal yaitu faktor yang mempengaruhi anak sejak dalam kandungan, sedangkan
faktor pasca natal yaitu faktor lingkungan yang mempengaruhi 9 pertumbuhan anak sejak lahir.
Penyebab dasar tumbuh kembang anak meliputi penyebab langsung dan penyebab tidak
langsung. Penyebab langsung yaitu kecukupan makanan dan keadaan kesehatan, sedangkan
penyebab tidak langsung meliputi ketahanan makanan keluarga, asuhan bagi ibu dan anak,
pemanfaatan pelayanan kesehatan serta sanitasi lingkungan. Pelayanan kesehatan dan kesehatan
lingkungan adalah sarana dan prasarana pelayanan kesehatan dasar yang dapat dijangkau oleh
keluarga, serta tersedianya air bersih.
Pelayanan kesehatan dasar Posyandu memberikan peran dalam pemantuan terhadap
pertumbuhan balita. Pemantauan pertumbuhan balita di Posyandu dilakukan oleh kader
Posyandu dengan melakukan penimbangan berat badan dan pengukuran panjang atau tinggi
badan. Selain peran Posyandu dalam penimbangan, pemantauan tumbuh kembang balita sangat
penting dilakukan oleh orang tua, yang dapat dilakukan dengan menggunakan KMS (Kartu
Menuju Sehat). Hal ini bertujuan agar tumbuh kembang anak dapat terpantau dengan baik, maka
orang tua harus memberikan stimulus-stimulus yang baik dan asupan nutrisi yang sehat untuk
anak. Anak yang sehat dan terpenuhi kebutuhan gizinya akan memiliki grafik pertumbuhan yang
mengikuti garis hijau pada Kartu Menuju Sehat (KMS).

Sasaran : Balita yang datang ke posyandu Teratai wilayah kerja Puskesmas Sumur Batu
Lokasi : Rumah Kader Kesehatan Teratai
Waktu : 12 Agustus 2022, Jam 09.00 Wib sampai dengan selesai
Akan dilakukan pendaftaran peserta posyandu balita, dilanjutkan pengukuran tinggi serta berat
badan, pengisian buku KMS serta konseling.

PEMANTAUAN TUMBUH KEMBANG DENGAN PENGUKURAN BB/TB DI POSYANDU


SRIWIJAYA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMUR BATU

An.Syifa; Perempuan; 3 bulan ; BB 5,4 kg; TB 58 cm; datang ke rumah kader kesehatan untuk
mengikuti kegiatan posyandu.
Status Gizi berdasarkan WHO
BB/U : - 2 SD s/d +2 SD = normal
TB/U : - 2 SD s/d +3 SD = normal
BB/TB : - 2 SD s/d +1 SD = gizi baik
Kemudian dinilai perkembangan anak sesuai usia 3-6 bulan berdasarkan buku KIA, dari hasil
pemantauan didapatkan :
- Anak sudah dapat mengangkat kepala tegak saat tengkurap
- Anak sudah dapat tertawa
- Anak sudah dapat menggerakkan kepala ke kiri dan kanan
- Anak sudah dapat membalas tersenyum saat diajak bicara/ tersenyum
- Anak sudah dapat mengoceh spontan

Balita merupakan salah satu periode usia manusia dengan rentang usia hingga lima tahun atau
biasa digunakan perhitungan bulan yaitu 12-60 bulan. Balita merupakan kelompok yang
menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi dan
jumlah relatif besar dalam setiap kilogram berat badannya. Masa balita merupakan masa yang
sangat penting bagi proses kehidupan manusia. Pada masa ini akan berpengaruh besar terhadap
keberhasilan anak dalam proses tumbuh kembang selanjutnya. Pada balita terdapat rentang
perubahan pertumbuhan dan perkembangan, yaitu cepat dan lambat.
Pertumbuhan memiliki pengertian perubahan ukuran fisik dari waktu ke waktu. Ukuran fisik
tidak lain adalah ukuran tubuh manusia baik dari segi dimensi, proporsi maupun komposisinya
yang lebih dikenal dengan sebutan antropometri. Perubahan fisik pada pertumbuhan balita
menuju pada penambahan seperti bertambahnya organ tubuh. Penambahan ukuran-ukuran tubuh
tidak harus drastis, akan tetapi sebaliknya yaitu berlangsung perlahan, bertahap dan terpola
secara proporsional pada tiap bulannya.
Masalah pertumbuhan banyak terjadi pada balita terutama anak di bawah usia dua tahun.
Pertumbuhan pada balita dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal (genetik) dan
eksternal (lingkungan). Faktor genetik meliputi faktor bawaan yang normal dan patologis, jenis
kelamin, obstetrik dan rasa tau suku bangsa dapat mempengaruhi tumbuh dan kembang seorang
balita. Apabila potensi genetik ini dapat berinteraksi dalam lingkungan yang baik dan optimal
maka menghasilkan pertumbuhan yang optimal pula. Gangguan pertumbuhan di negara maju
lebih sering disebabkan karena faktor genetik, sedangkan di negara yang sedang berkembang
gangguan pertumbuhan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor genetik tetapi juga faktor
lingkungan. Faktor lingkungan sangat menentukan tercapainya potensi genetik yang optimal.
Secara garis besar, faktor lingkungan meliputi faktor prenatal dan lingkungan pascanatal. Faktor
lingkungan prenatal yaitu faktor yang mempengaruhi anak sejak dalam kandungan, sedangkan
faktor pasca natal yaitu faktor lingkungan yang mempengaruhi 9 pertumbuhan anak sejak lahir.
Penyebab dasar tumbuh kembang anak meliputi penyebab langsung dan penyebab tidak
langsung. Penyebab langsung yaitu kecukupan makanan dan keadaan kesehatan, sedangkan
penyebab tidak langsung meliputi ketahanan makanan keluarga, asuhan bagi ibu dan anak,
pemanfaatan pelayanan kesehatan serta sanitasi lingkungan. Pelayanan kesehatan dan kesehatan
lingkungan adalah sarana dan prasarana pelayanan kesehatan dasar yang dapat dijangkau oleh
keluarga, serta tersedianya air bersih.
Pelayanan kesehatan dasar Posyandu memberikan peran dalam pemantuan terhadap
pertumbuhan balita. Pemantauan pertumbuhan balita di Posyandu dilakukan oleh kader
Posyandu dengan melakukan penimbangan berat badan dan pengukuran panjang atau tinggi
badan. Selain peran Posyandu dalam penimbangan, pemantauan tumbuh kembang balita sangat
penting dilakukan oleh orang tua, yang dapat dilakukan dengan menggunakan KMS (Kartu
Menuju Sehat). Hal ini bertujuan agar tumbuh kembang anak dapat terpantau dengan baik, maka
orang tua harus memberikan stimulus-stimulus yang baik dan asupan nutrisi yang sehat untuk
anak. Anak yang sehat dan terpenuhi kebutuhan gizinya akan memiliki grafik pertumbuhan yang
mengikuti garis hijau pada Kartu Menuju Sehat (KMS).

Sasaran : Balita yang datang ke posyandu Sriwijaya wilayah kerja Puskesmas Sumur Batu
Lokasi : Rumah Kader Kesehatan
Waktu : 19 Agustus 2022, Jam 09.00 Wib sampai dengan selesai
Metode : Akan dilakukan pendaftaran peserta posyandu balita, dilanjutkan pengukuran tinggi
serta berat badan, pengisian buku KMS serta konseling.

PEMANTAUAN TUMBUH KEMBANG DENGAN PENGUKURAN BB/TB DI POSYANDU


CEMPAKA PUTIH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMUR BATU

An.Yussy; Perempuan; 5 bulan ; BB 6,7 kg; TB 62 cm; datang ke Rumah Kader Kesehatan
untuk mengikuti kegiatan posyandu
Status Gizi berdasarkan WHO
BB/U : - 2 SD s/d +2 SD = normal
TB/U : - 2 SD s/d +3 SD = normal
BB/TB : - 2 SD s/d +1 SD = gizi baik
Kemudian dinilai perkembangan anak sesuai usia 3-6 bulan berdasarkan buku KIA, dari hasil
pemantauan didapatkan :
- Anak sudah dapat mengangkat kepala tegak saat tengkurap
- Anak sudah dapat tertawa
- Anak sudah dapat menggerakkan kepala ke kiri dan kanan
- Anak sudah dapat membalas tersenyum saat diajak bicara/ tersenyum
- Anak sudah dapat mengoceh spontan

Balita merupakan salah satu periode usia manusia dengan rentang usia hingga lima tahun atau
biasa digunakan perhitungan bulan yaitu 12-60 bulan. Balita merupakan kelompok yang
menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi dan
jumlah relatif besar dalam setiap kilogram berat badannya. Masa balita merupakan masa yang
sangat penting bagi proses kehidupan manusia. Pada masa ini akan berpengaruh besar terhadap
keberhasilan anak dalam proses tumbuh kembang selanjutnya. Pada balita terdapat rentang
perubahan pertumbuhan dan perkembangan, yaitu cepat dan lambat.
Pertumbuhan memiliki pengertian perubahan ukuran fisik dari waktu ke waktu. Ukuran fisik
tidak lain adalah ukuran tubuh manusia baik dari segi dimensi, proporsi maupun komposisinya
yang lebih dikenal dengan sebutan antropometri. Perubahan fisik pada pertumbuhan balita
menuju pada penambahan seperti bertambahnya organ tubuh. Penambahan ukuran-ukuran tubuh
tidak harus drastis, akan tetapi sebaliknya yaitu berlangsung perlahan, bertahap dan terpola
secara proporsional pada tiap bulannya.
Masalah pertumbuhan banyak terjadi pada balita terutama anak di bawah usia dua tahun.
Pertumbuhan pada balita dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal (genetik) dan
eksternal (lingkungan). Faktor genetik meliputi faktor bawaan yang normal dan patologis, jenis
kelamin, obstetrik dan rasa tau suku bangsa dapat mempengaruhi tumbuh dan kembang seorang
balita. Apabila potensi genetik ini dapat berinteraksi dalam lingkungan yang baik dan optimal
maka menghasilkan pertumbuhan yang optimal pula. Gangguan pertumbuhan di negara maju
lebih sering disebabkan karena faktor genetik, sedangkan di negara yang sedang berkembang
gangguan pertumbuhan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor genetik tetapi juga faktor
lingkungan. Faktor lingkungan sangat menentukan tercapainya potensi genetik yang optimal.
Secara garis besar, faktor lingkungan meliputi faktor prenatal dan lingkungan pascanatal. Faktor
lingkungan prenatal yaitu faktor yang mempengaruhi anak sejak dalam kandungan, sedangkan
faktor pasca natal yaitu faktor lingkungan yang mempengaruhi 9 pertumbuhan anak sejak lahir.
Penyebab dasar tumbuh kembang anak meliputi penyebab langsung dan penyebab tidak
langsung. Penyebab langsung yaitu kecukupan makanan dan keadaan kesehatan, sedangkan
penyebab tidak langsung meliputi ketahanan makanan keluarga, asuhan bagi ibu dan anak,
pemanfaatan pelayanan kesehatan serta sanitasi lingkungan. Pelayanan kesehatan dan kesehatan
lingkungan adalah sarana dan prasarana pelayanan kesehatan dasar yang dapat dijangkau oleh
keluarga, serta tersedianya air bersih.
Pelayanan kesehatan dasar Posyandu memberikan peran dalam pemantuan terhadap
pertumbuhan balita. Pemantauan pertumbuhan balita di Posyandu dilakukan oleh kader
Posyandu dengan melakukan penimbangan berat badan dan pengukuran panjang atau tinggi
badan. Selain peran Posyandu dalam penimbangan, pemantauan tumbuh kembang balita sangat
penting dilakukan oleh orang tua, yang dapat dilakukan dengan menggunakan KMS (Kartu
Menuju Sehat). Hal ini bertujuan agar tumbuh kembang anak dapat terpantau dengan baik, maka
orang tua harus memberikan stimulus-stimulus yang baik dan asupan nutrisi yang sehat untuk
anak. Anak yang sehat dan terpenuhi kebutuhan gizinya akan memiliki grafik pertumbuhan yang
mengikuti garis hijau pada Kartu Menuju Sehat (KMS).

Sasaran : Balita yang datang ke posyandu Cempaka Putih wilayah Kerja Puskesmas
Sumur Batu
Lokasi : Rumah Kader Kesehatan
Waktu : 26 Agustus 2022, Jam 09.00 Wib sampai dengan selesai
Metode : Akan dilakukan pendaftaran peserta posyandu balita, dilanjutkan pengukuran tinggi
serta berat badan, pengisian buku KMS serta konseling.

DETEKSI STUNTING

DETEKSI DINI STUNTING TERHADAP An. NR DI POLI KIA PUSKESMAS SUMUR


BATU

An.Nora; Perempuan; 22 bulan ; BB 10 kg; TB 78 cm; datang ke poli KIA Puskesmas Sumur
Batu dengan keluhan batuk dan pilek, selain diberikan pengobatan pasien juga dilakukan
pengukuran TB berdasarkan umum untuk deteksi dini stunting
Status Gizi berdasarkan WHO
BB/U : - 2 SD s/d +2 SD = normal
TB/U : - 3 SD s/d -2 SD = pendek (stunted)
BB/TB : - 2 SD s/d +1 SD = gizi baik
Dari hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan An. Nora didapatkan TB/U berdasarkan
WHO yaitu pendek (stunted). Kemudian dilakukan analisis faktor risiko. Dari hasil wawancara
dengan ibu An. Nora didapatkan faktor risiko diantaranya riwayat ibu kurang mengkonsumsi
tablet FE, riwayat anak ASI Eksklusif, namun Ibu tidak memberikan MP ASI secara maksimal
karena anak jarang memakan makanan yang disediakan dan cenderung makanan snack kemasan.
Ibu An. Nora juga mengatakan sering bergantian dengan nenek An. Nora dalam mengurus anak
karena ibu harus bertani. Ibu juga kurang memperhatikan PHBS.

Stunting merupakan suatu kondisi kronis yang menggambarkan terhambatnya pertumbuhan


karena malnutrisi jangka panjang. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada
awal bayi baru lahir. Kondisi Stunting baru akan tampak setelah bayi berusia 2 tahun. Stunting
adalah balita dengan panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut umurnya
dibandingkan dengan standard batas (z-score) <-2 SD sesuai panduan WHO Child Growth
Standard (WHO, 2013). Balita tergolong Stunting apabila Panjang atau tinggi badan menurut
umurnya rendah dari standar nasional yang berlaku.
Stunting pada balita perlu menjadi perhatian khusus karena dapat menghambat perkembangan
fisik dan mental anak. Stunting berkaitan dengan peningkatan risiko kesakitan dan kematian
serta terhambatnya pertumbuhan kemampuan motorik dan mental. Stunting yang terjadi pada
balita disebabkan oleh bebrapa faktor diantaranya akibat status ekonomi keluarga, ASI eksklusif,
status imunisasi, tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dan BBLR.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, prevalensi stunting (TB/U) provinsi Jawa
Tengah sebesar 31,3% diantaranya 20,1% pendek dan 11,2% sangat pendek. Keadaan ini lebih
tinggi dibandingkan dengan prevalensi stunting secara nasional yaitu 30,8% dan dan lebih besar
dari batas maksimal prevalensi stunting yang telah ditetapkan oleh WHO yaitu 20%. Salah satu
tindakan yang dilakukan pelayanan kesehatan dalam upaya mencegah stunting pada anak adalah
medeteksi sedini mungkin dan upaya promosi kesehatan tentang stunting.

IMUNISASI DASAR

PEMBERIAN VAKSINASI DASAR BCG PADA By. AN DI POLI KIA PUSKESMAS


SUMUR BATU

By. AN usia 1 bulan BB;4,1 kg PB; 51 cm datang ke poli KIA untuk melakukan imunisasi
BCG. imunisasi dasar Heptitis 1 dan polio 0 sudah diberikan pada bayi tersebut.

Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara


aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak
akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. program imunisasi di Indonesia memiliki tujuan
umum untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat Penyakit yang Dapat
Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).munisasi rutin merupakan program pemerintah yang berarti
masyarakat tidak perlu mengeluarkan biaya untuk mendapatkan vaksin tersebut, termasuk vaksin
Human Papilloma Virus (HPV). Imunisasi dasar lengkap pada bayi usia 0-11 bulan.
1 Bulan : BCG Polio 1, mencegah penularan tuberculosis dan polio
2 Bulan : DPT-HB-Hib 1 Polio 2, mencegah polio, difteri, batuk rejan, retanus, hepatitis B,
meningitis, & pneumonia
3 Bulan : DPT-HB-Hib 2 Polio 3
4 Bulan : DPT-HB-Hib 3 Polio 4
9 Bulan : Campak, mencegah campak

Hari/Tanggal : Rabu, 25 JMei 2022


Waktu : 08:00 wib s/d selesai
kegiatan: Kegiatan dilakukan di poli KIA yang terdiri dari 2 bidan di poli KIA dan 1 dokter
intenship, pemberian imunisasi di berikan sesuai dengan usia bayi dan di catat di buku KIA

PELAKSANAAN PROGRAM KEGIATAN BULAN IMUNISASI ANAK NASIONAL (BIAN)


PADA SEKOLAH DASAR SWASTA ADVENT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SUMUR BATU

Target penerima vaksin MR di Sekolah Dasar adalah siswa kelas 1 sampai dengan kelas 6 yang
usianya tidak melebihi 12 tahun

Kementerian Kesehatan mencanangkan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN), Kegiatan ini
dilakukan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman kepada seluruh masyarakat akan
pentingnya pelaksanaan Bulan Imunisasi Anak Nasional terhadap pencapaian target eliminasi
campak-rubela/Congenital Rubella Syndrome (CRS) pada tahun 2023, mempertahankan
Indonesia Bebas Polio dan mewujudkan Dunia Bebas Polio pada tahun 2026 serta mencegah
terjadinya Kejadian Luar Biasa PD3I lainnya.

Pemberian imunisasi terbukti melindungi anak-anak dari penyakit berbahaya sehingga anak lebih
sehat dan lebih produktif. Tak hanya itu, manfaat dari imunisasi juga jauh lebih besar
dibandingkan dampak yang ditimbulkan di masa depan.

Hari/Tanggal : Kamis, 9 Juni 2022, Jam 09.00 wib sampai dengan selesai
Tempat : SD Swasta Advent di Wilayah Kerja Puskesmas Sumur Batu
Kegiatan : Pelaksanaan Vaksin MR

PEMBERIAN IMUNISASI DASAR DI POLI KIA PUSKESMAS SUMUR BATU


By. Keisha datang ke poli KIA untuk melakukan imunisasi pentabio 3 dan polio 4 sesuai dengan
usianya 4 bulan, imunisasi dasar sebelumnya sudah lengkap dan tidak ada yang tertinggal.
tanggal lahir : 05-05-2022
BBL: 3100 gram

Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara


aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak
akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. program imunisasi di Indonesia memiliki tujuan
umum untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat Penyakit yang Dapat
Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).munisasi rutin merupakan program pemerintah yang berarti
masyarakat tidak perlu mengeluarkan biaya untuk mendapatkan vaksin tersebut, termasuk vaksin
Human Papilloma Virus (HPV). Imunisasi dasar lengkap pada bayi usia 0-11 bulan.
1 Bulan : BCG Polio 1, mencegah penularan tuberculosis dan polio
2 Bulan : DPT-HB-Hib 1 Polio 2, mencegah polio, difteri, batuk rejan, retanus, hepatitis B,
meningitis, & pneumonia
3 Bulan : DPT-HB-Hib 2 Polio 3
4 Bulan : DPT-HB-Hib 3 Polio 4
9 Bulan : MR/MMR, mencegah penyakit mealses/campak, rubella dan mumps virus

Hari/Tanggal : Rabu, 07 September 2022


Waktu : 08:00 wib s/d selesai
kegiatan: Kegiatan dilakukan di poli KIA yang terdiri dari 2 bidan di poli KIA dan 1 dokter
intenship, pemberian imunisasi di berikan sesuai dengan usia bayi dan di catat di buku KIA

Konseling TB Paru dan Pentingnya Pengawas Minum Obat (PMO) Sdr. TN

Sdr. TN usia 22 tahun merupakan pasien TB pengobatan OAT bulan ke 3. Saat ini pasien
mengatakan keluhan sudah jauh lebih baik, batuk hanya sesekali, nafsu makan sudah membaik,
berat badan sudah mulai meningkat. Dari anamnesa serta pemeriksaan fisik tidak didapatkan
keluhan efek samping dari pemberian obat. Kemudian pasien diberikan obat anti tuberculosis
fase lanjutan serta diberi edukasi untuk tetap mengkonsumsi obat secara rutin, menerapkan etika
batuk serta phbs dirumah dan lingkungan sekitar, mengkonsumsi makanan gizi seimbang,
olahraga ringan selama 15 menit tiap pagi, serta membuka ventilasi rumah setiap pagi.

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat dunia, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, khususnya di
wilayah kerja UPT. Puskesmas Dawan I, Klungkung. Menurut WHO Global Tuberculosis Report,
pada tahun 2016 insiden TB di Indonesia mencapai 1.020.000 kasus. Penyakit TB termasuk
dalam sepuluh besar penyakit yang ditemukan di Puskesmas dan Rumah Sakit di Provinsi Bali
pada tahun 2016 dengan angka prevalensi TB adalah sebesar 1552 kasus baru. atau 69,3 per
100.000 penduduk dengan kasus TB baru BTA+ sebesar 35,28 per 100.000 penduduk. Prevalensi
TB tertinggi adalah di Kota Denpasar sebesar 50,76 per 100.000 penduduk sedangkan
prevalensi terendah adalah Kabupaten Bangli sebesar 14,82 per 100.000 penduduk (Dinkes
Provinsi Bali, 2015). Di kabupaten Klungkung angka prevalensi TB BTA+ dalam kurun waktu
2010-2015 berfluktuasi namun selama 3 tahun (2012-2014) cenderung meningkat. Pada tahun
2014 angka prevalensi TB BTA+ sebesar 56,64 per 100.000 penduduk. Hal tersebut mengalami
peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2013 yaitu sebesar 35,39 per 100.000 penduduk.
Pada tahun 2015 prevalensi TB mengalami penurunan yaitu menjadi 42,12 per 100.000
penduduk (Dinkes Kabupaten Klungkung, 2016).
Penyakit TB dapat disembuhkan dengan pengobatan secara teratur. Keberhasilan pengobatan
TB sangat ditentukan oleh keteraturan minum obat. Pengobatan TB paru memerlukan waktu
yang sangat panjang dan menyebabkan kebosanan dan kejenuhan pada penderita, maka untuk
menjamin keteraturan pengobatan tersebut diperlukan seorang Pengawas Menelan Obat
(PMO) yang akan membantu penderita selama program pengobatan TB (Firdaus, 2012).
Peningkatan kasus TB Paru dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat
mengenai tanda, gejala, cara penularan, dan pengobatan TB paru, mencakup keteraturan
dalam konsumsi obat dan peran PMO.

Hari: selasa, 19 Juli 2022


Tempat: Poli TB
Kegiatan: Kegiatan diawali dengan anamnesis mengenai keluhan saat ini, ada tidaknya perbaikan
gejala, keluhan yang berkaitan dengan komplikasi obat, kepatuhan minum obat dan hal lain yang
mungkin menghambat pasien memperoleh ataupun menjalankan pengobatan. Selanjutnya
dilakukan pemeriksaan fisik guna mengonfirmasi masih ada tidaknya gejala serta mendeteksi
komplikasi baik karena penyakit maupun obat. Pemeriksaan cek BTA sputum ulang sesuai
jadwal yang ditentukan.

Anda mungkin juga menyukai