Anda di halaman 1dari 57

UPAYA KEGIATAN MASYARAKAT (UKM)

1. Posyandu Balita (Validasi)


 Tanggal Pelaksanaan: 07/06/2022
 Judul Kegiatan: Pemeriksaan Antropometri (BB, PB, Lingkar Kepala)
 Latar Belakang:
Salah satu program utama posyandu adalah menyelenggarakan pemeriksaan bayi dan
balita secara rutin. Hal ini penting dilakukan untuk memantau tumbuh kembang anak
dan mendeteksi gangguan tumbuh kembang anak sejak dini. apabila penyelenggaraan
posyandu baik maka upaya untuk pemenuhan dasar pertumbuhan anak akan baik pula.
Jenis pelayanan yang diselenggarakan posyandu untuk balita mencakup penimbangan
berat badan, pengukuran tinggi badan dan lingkar kepala anak, evaluasi tumbuh
kembang, serta penyuluhan dan konseling tumbuh kembang. Hasil pemeriksaan
tersebut kemudian dicatat di dalam buku KIA (kesehatan ibu dan anak) atau KMS
(kartu menuju sehat).
 Gambaran Pelaksanaan:
Kegiatan dilakukan di Posyandu Mawar I pada pukul 09:30 WIT sampai selesai.
Kegiatan ini dibantu oleh petugas puskesmas dan para kader posyandu. Kegiatan
diawali dengan melakukan pendaftaran balita diikuti dengan penimbangan Berat Badan
setelah itu dilakukan pencatatan di Buku KMS untuk menilai kurva BB dan TB. Selain
itu dilakukan tindakan pemeriksaan dan pengobatan pada beberapa balita yang sakit.
Total balita yang turut hadir sebanyak 20 balita.
 F4 = Pelayanan Gizi

2. Posyandu Balita
 Tanggal Pelaksanaan: 07/06/2022
 Judul Kegiatan: Penyuluhan tentang Gizi Buruk
 Latar Belakang:
Masalah gizi di Indonesia terutama di beberapa wilayah di bagian Timur seperti NTT
dan Papua Barat, dinilai masih tinggi. Namun, secara nasional, status gizi di Indonesia
mengalami perbaikan yang signifikan. Perbaikan status gizi nasional dapat dilihat
berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. Pada prevalensi Gizi Kurang
(Underweigth) perbaikan itu terjadi berturutturut dari tahun 2013 sebesar 19,6% naik
menjadi 17,7% pada tahun 2018. Prevalensi stunting dari 37,2% turun menjadi 30,8%,
dan prevalensi kurus (Wasting) dari 12,1% turun menjadi 10,2%. Upaya pencegahan
kejadian gizi buruk pada balita perlu dilakukan sedini mungkin, Pencegahan gizi buruk
pada usia <6 bulan dimulai sejak kehamilan sampai pada masa menyusui serta faktor
lainnya sedangkan pencegahan kekurangan gizi pada balita usia 6-59 bulan melalui
pemberian makan bayi dan anak (PMBA) sesuai rekomendasi dan pencegahan penyakit
melalui pemberian imunisasi dasar lengkap, menyediakan jamban keluarga, sumber air
bersih serta menjaga kondisi lingkungan dari polusi.
 Gambaran Pelaksanaan:
Penyuluhan dilakukan di Posyandu Mawar I. Kegiatan penyuluhan diberikan kepada
para ibu yang turut hadir membawa balitanya ke posyandu.
 F1 = Pelayanan Promosi Kesehatan

3. Posyandu Balita
 Tanggal Pelaksanaan: 07/06/2022
 Judul Kegiatan: Pemberian suplementasi Vitamin A
 Latar Belakang:
Suplementasi Vitamin merupakan program intervensi pemberian Kapsul Vitamin A
bagi anak usia 6-59 bulan yang bertujuan selain untuk mencegah kebutaan juga untuk
menanggulangi kekurangan Vitamin A (KVA) yang masih cukup tinggi pada balita.
Pemberian suplementasi vitamin A untuk bayi (6-11 bulan) dan Anak Balita (12-59
bulan) dilakukan secara serentak pada bulan Februari dan Agustus di Pos Pelayanan
Terpadu (Posyandu) dan fasilitas pelayanan kesehatan yang lain. Kapsul vitamin A
dosis: 100.000 SI (warna biru) untuk bayi 6-11 bulan (1x pemberian), 200.000 SI
(warna merah) untuk Anak Balita 12-59 bulan (2x pemberian) dan Ibu Nifas (2x
pemberian).
 Gambaran Pelaksanaan:
Kegiatan dilakukan di Posyandu mawar I. Pemberian suplementasi Vitamin A
diberikan secara oral kepada bayi berusia > 6 bulan.
 F4 = Pelayanan Gizi

4. Posyandu Balita (Validasi)


 Tanggal Pelaksanaan: 08/06/2022
 Judul Kegiatan: Penyuluhan tentang Gizi Buruk
 Latar Belakang:
Masalah gizi di Indonesia terutama di beberapa wilayah di bagian Timur seperti NTT
dan Papua Barat, dinilai masih tinggi. Namun, secara nasional, status gizi di Indonesia
mengalami perbaikan yang signifikan. Perbaikan status gizi nasional dapat dilihat
berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. Pada prevalensi Gizi Kurang
(Underweigth) perbaikan itu terjadi berturutturut dari tahun 2013 sebesar 19,6% naik
menjadi 17,7% pada tahun 2018. Prevalensi stunting dari 37,2% turun menjadi 30,8%,
dan prevalensi kurus (Wasting) dari 12,1% turun menjadi 10,2%. Upaya pencegahan
kejadian gizi buruk pada balita perlu dilakukan sedini mungkin, Pencegahan gizi buruk
pada usia <6 bulan dimulai sejak kehamilan sampai pada masa menyusui serta faktor
lainnya sedangkan pencegahan kekurangan gizi pada balita usia 6-59 bulan melalui
pemberian makan bayi dan anak (PMBA) sesuai rekomendasi dan pencegahan penyakit
melalui pemberian imunisasi dasar lengkap, menyediakan jamban keluarga, sumber air
bersih serta menjaga kondisi lingkungan dari polusi.
 Gambaran Pelaksanaan:
Penyuluhan dilakukan di Posyandu Wairuhu pada pukul 09:30 WIT sampai selesai.
Kegiatan penyuluhan diberikan kepada para ibu yang turut hadir membawa balitanya ke
posyandu. Kegiatan dihadiri sekitar 15 orang.
 F1 = Pelayanan Promosi Kesehatan

5. Posyandu Balita
 Tanggal Pelaksanaan: 08/06/2022
 Judul Kegiatan: Pemeriksaan Antropometri (BB, PB, Lingkar Kepala)
 Latar Belakang:
Salah satu program utama posyandu adalah menyelenggarakan pemeriksaan bayi dan
balita secara rutin. Hal ini penting dilakukan untuk memantau tumbuh kembang anak
dan mendeteksi gangguan tumbuh kembang anak sejak dini. apabila penyelenggaraan
posyandu baik maka upaya untuk pemenuhan dasar pertumbuhan anak akan baik pula.
Jenis pelayanan yang diselenggarakan posyandu untuk balita mencakup penimbangan
berat badan, pengukuran tinggi badan dan lingkar kepala anak, evaluasi tumbuh
kembang, serta penyuluhan dan konseling tumbuh kembang. Hasil pemeriksaan
tersebut kemudian dicatat di dalam buku KIA (kesehatan ibu dan anak) atau KMS
(kartu menuju sehat).
 Gambaran Pelaksanaan:
Kegiatan dilakukan di Posyandu wairuhu. Kegiatan ini dibantu oleh petugas puskesmas
dan para kader posyandu. Kegiatan diawali dengan melakukan pendaftaran balita
diikuti dengan penimbangan Berat Badan setelah itu dilakukan pencatatan di Buku
KMS untuk menilai kurva BB dan TB.
 F4 = Pelayanan Gizi

6. Posyandu Balita
 Tanggal Pelaksanaan: 08/06/2022
 Judul Kegiatan: Pemberian Makanan Tambahan (PMT) lokal
 Latar Belakang:
Pemberian makanan tambahan lokal merupakan kegiatan di luar gedung
Puskesmas dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang dapat diintegrasikan
dengan kegiatan lintas program dan sektor terkait lainnya.
Pemberian makanan tambahan lokal ini sebagai contoh menu lengkap sekali
makan (makan siang) bagi balita yang diharapkan dapat diterapkan dalam penyediaan
makanan sehari-hari di keluarga. Bentuk makanan tambahan lokal adalah makanan
lengkap, sesuai dengan ”Isi Piringku” dan Pedoman Gizi Seimbang terdiri dari sumber
Karbohidrat, Protein Hewani dan Nabati, Lemak, Vitamin dan Mineral. Pemberian
makanan tambahan lokal pada sasaran harus disertai dengan penguatan KIE
(Komunikasi, Informasi, dan Edukasi).
Makanan untuk balita diharapkan dapat diterima dalam hal bentuk, rasa dan biasa
dikonsumsi sehari-hari. Bentuk dan rasa makanan dibuat bervariasi dan disesuaikan
dengan selera sasaran sehingga tidak menimbulkan kebosanan. Makanan yang berbau
tajam, pedas, terlalu asam, manis, asin kurang baik bagi kesehatan.
Pemberian makanan tambahan lokal harus memenuhi persyaratan antara lain:
Dapat diterima, . Sesuai dengan Norma dan Agama, Mudah dibuat, Memenuhi
kebutuhan zat gizi, Terjangkau, Mudah didapat, Aman, Kandungan Gizi
 Gambaran Pelaksanaan:
Pemberian Makanan Tambahan lokal dilakukan di Posyandu Wairuhu. Pemberian
makanan tambahan lokal berupa bubur ayam diberikan kepada Balita berusia 6 – 59
bulan.
 F4 = Pelayanan Gizi
7. Posyandu Balita (Validasi)
 Tanggal Pelaksanaan: 08/06/2022
 Judul Kegiatan: Pemberian suplementasi Vitamin A
 Latar Belakang:
Suplementasi Vitamin merupakan program intervensi pemberian Kapsul Vitamin A
bagi anak usia 6-59 bulan yang bertujuan selain untuk mencegah kebutaan juga untuk
menanggulangi kekurangan Vitamin A (KVA) yang masih cukup tinggi pada balita.
Pemberian suplementasi vitamin A untuk bayi (6-11 bulan) dan Anak Balita (12-59
bulan) dilakukan secara serentak pada bulan Februari dan Agustus di Pos Pelayanan
Terpadu (Posyandu) dan fasilitas pelayanan kesehatan yang lain. Kapsul vitamin A
dosis: 100.000 SI (warna biru) untuk bayi 6-11 bulan (1x pemberian), 200.000 SI
(warna merah) untuk Anak Balita 12-59 bulan (2x pemberian) dan Ibu Nifas (2x
pemberian).
 Gambaran Pelaksanaan:
Kegiatan dilakukan di Posyandu Wairuhu pada pukul 10:30 WIT. Pemberian
suplementasi Vitamin A diberikan secara oral dengan dosis 100.000 IU (1x pemberian)
kepada 3 orang bayi yang berusia 6 – 9 bulan
 F4 = Pelayanan Gizi

8. Posyandu Balita (Validasi)


 Tanggal Pelaksanaan: 10/06/2022
 Judul Kegiatan: Melaksanakan Imunisasi Dasar
 Latar Belakang:
Program imunisasi merupakan salah satu upaya pencegahan terjangkitnya penyakit
tertentu yaitu penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi antara lain Tuberkulosis,
Difteri, Pertusis, Tetanus, Polio, Hepatitis B dan Campak, Badan Kesehatan Dunia
(WHO) merekomendasikan pemberian imunisasi anak untuk melindunginya dari
sejumlah penyakit. Lewat imunisasi, anak mendapat kekebalan terhadap penyakit
tertentu yang membahayakan kesehatan, bahkan mengancam jiwa. Setiap bayi (berusia
0 – 11 bulan) wajib mendapatkan imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari: 1 dosis
Hepatitis B, 1 dosis BCG, 3 dosis DPT-Hepatits B, 4 dosis polio, 1 dosis campak. Oleh
karena itu, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menerbitkan rekomendasi jadwal
imunisasi berdasarkan hasil perkembangan penelitian imunisasi secara global.
 Gambaran Pelaksanaan:
Kegiatan dilakukan di Posyandu Pinang Putih I pada pukul 10:00 WIT. Pemberian
Imunisasi dasar berupa OPV dan DPT
 F5 = Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

9. Posyandu Balita
 Tanggal Pelaksanaan: 10/06/2022
 Judul Kegiatan: Pemeriksaan Antropometri (BB, PB, Lingkar Kepala)
 Latar Belakang:
Salah satu program utama posyandu adalah menyelenggarakan pemeriksaan bayi dan
balita secara rutin. Hal ini penting dilakukan untuk memantau tumbuh kembang anak
dan mendeteksi gangguan tumbuh kembang anak sejak dini. apabila penyelenggaraan
posyandu baik maka upaya untuk pemenuhan dasar pertumbuhan anak akan baik pula.
Jenis pelayanan yang diselenggarakan posyandu untuk balita mencakup penimbangan
berat badan, pengukuran tinggi badan dan lingkar kepala anak, evaluasi tumbuh
kembang, serta penyuluhan dan konseling tumbuh kembang. Hasil pemeriksaan
tersebut kemudian dicatat di dalam buku KIA (kesehatan ibu dan anak) atau KMS
(kartu menuju sehat).
 Gambaran Pelaksanaan:
Kegiatan dilakukan di Posyandu Pinang Putih I. Kegiatan ini dibantu oleh petugas
puskesmas dan para kader posyandu. Kegiatan diawali dengan melakukan pendaftaran
balita diikuti dengan penimbangan Berat Badan setelah itu dilakukan pencatatan di
Buku KMS untuk menilai kurva BB dan TB. Selain itu dilakukan tindakan pemeriksaan
dan pengobatan pada beberapa balita yang sakit.
 F4 = Pelayanan Gizi

10. Posyandu Balita


 Tanggal Pelaksanaan: 10/06/2022
 Judul Kegiatan: Penyuluhan tentang Gizi Buruk
 Latar Belakang:
Masalah gizi di Indonesia terutama di beberapa wilayah di bagian Timur seperti NTT
dan Papua Barat, dinilai masih tinggi. Namun, secara nasional, status gizi di Indonesia
mengalami perbaikan yang signifikan. Perbaikan status gizi nasional dapat dilihat
berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. Pada prevalensi Gizi Kurang
(Underweigth) perbaikan itu terjadi berturutturut dari tahun 2013 sebesar 19,6% naik
menjadi 17,7% pada tahun 2018. Prevalensi stunting dari 37,2% turun menjadi 30,8%,
dan prevalensi kurus (Wasting) dari 12,1% turun menjadi 10,2%. Upaya pencegahan
kejadian gizi buruk pada balita perlu dilakukan sedini mungkin, Pencegahan gizi buruk
pada usia <6 bulan dimulai sejak kehamilan sampai pada masa menyusui serta faktor
lainnya sedangkan pencegahan kekurangan gizi pada balita usia 6-59 bulan melalui
pemberian makan bayi dan anak (PMBA) sesuai rekomendasi dan pencegahan penyakit
melalui pemberian imunisasi dasar lengkap, menyediakan jamban keluarga, sumber air
bersih serta menjaga kondisi lingkungan dari polusi.
 Gambaran Pelaksanaan:
Penyuluhan dilakukan di Posyandu Pinang Putih I. Kegiatan penyuluhan diberikan
kepada para ibu yang turut hadir membawa balitanya ke posyandu.
 F1 = Pelayanan Promosi Kesehatan

11. Puskesmas (Validasi)


 Tanggal Pelaksanaan: 13/06/2022
 Judul Kegiatan: Penyuluhan tentang Hepatitis Akut Misterius pada Anak
 Latar Belakang:
Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menerima laporan pada 5 April 2022 dari
Inggris Raya mengenai 10 kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya
( Acute hepatitis of unknown aetiology ) pada anak-anak usia 11 bulan-5 tahun pada
periode Januari hingga Maret 2022 di Skotlandia Tengah. Sejak secara resmi
dipublikasikan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) oleh WHO pada tanggal 15 April
2022, jumlah laporan terus bertambah. Per 21 April 2022, tercatat 169 kasus yang
dilaporkan di 12 negara yaitu Inggris (114), Spanyol (13), Israel (12), Amerika Serikat
(9), Denmark (6), Irlandia (<5), Belanda (4), Italia (4), Norwegia (2), Perancis (2),
Romania (1) dan Belgia (1).
Kisaran kasus terjadi pada anak usia 1 bulan sampai dengan 16 tahun. Tujuh belas
anak di antaranya (10%) memerlukan transplantasi hati, dan 1 kasus dilaporkan
meninggal. Gejala klinis pada kasus yang teridentifikasi adalah hepatitis akut dengan
peningkatan enzim hati, sindrom jaundice akut, dan gejala gastrointestinal (nyeri
abdomen, diare dan muntah-muntah). Sebagian besar kasus tidak ditemukan adanya
gejala demam.
Penyebab dari penyakit tersebut masih belum diketahui. Pemeriksaan
laboratorium telah dilakukan dan virus hepatitis tipe A, B, C, D dan E tidak ditemukan
sebagai penyebab dari penyakit tersebut. Adenovirus terdeteksi pada 74 kasus yang
setelah dilakukan tes molekuler, teridentifikasi sebagai F type 41. SARS-CoV-2
ditemukan pada 20 kasus, sedangkan 19 kasus terdeteksi adanya ko-infeksi SARS-
CoV-2 dan adenovirus.
 Gambaran Pelaksanaan:
Penyuluhan dilakukan sebelum kegiatan pelayanan kesehatan dimulai. Kegiatan di
lakukan di Ruang Tunggu Puskesmas pada pukul 09:00 WIT sampai selesai. Kegiatan
penyuluhan diberikan kepada bapak/ibu yang hendak melakukan pemeriksaan
kesehatan. Kegiatan diikuti oleh sekitar 9 orang.
 F1 = Pelayanan Promosi Kesehatan

12. Posyandu Balita


 Tanggal Pelaksanaan: 13/06/2022
 Judul Kegiatan: Pemeriksaan Antropometri (BB, PB, Lingkar Kepala)
 Latar Belakang:
Salah satu program utama posyandu adalah menyelenggarakan pemeriksaan bayi dan
balita secara rutin. Hal ini penting dilakukan untuk memantau tumbuh kembang anak
dan mendeteksi gangguan tumbuh kembang anak sejak dini. apabila penyelenggaraan
posyandu baik maka upaya untuk pemenuhan dasar pertumbuhan anak akan baik pula.
Jenis pelayanan yang diselenggarakan posyandu untuk balita mencakup penimbangan
berat badan, pengukuran tinggi badan dan lingkar kepala anak, evaluasi tumbuh
kembang, serta penyuluhan dan konseling tumbuh kembang. Hasil pemeriksaan
tersebut kemudian dicatat di dalam buku KIA (kesehatan ibu dan anak) atau KMS
(kartu menuju sehat).
 Gambaran Pelaksanaan:
Kegiatan dilakukan di Posyandu Melati. Kegiatan ini dibantu oleh petugas puskesmas
dan para kader posyandu. Kegiatan diawali dengan melakukan pendaftaran balita
diikuti dengan penimbangan Berat Badan setelah itu dilakukan pencatatan di Buku
KMS untuk menilai kurva BB dan TB.
 F4 = Pelayanan Gizi

13. Posyandu Balita


 Tanggal Pelaksanaan: 13/06/2022
 Judul Kegiatan: Penyuluhan tentang Gizi Buruk
 Latar Belakang:
Masalah gizi di Indonesia terutama di beberapa wilayah di bagian Timur seperti NTT
dan Papua Barat, dinilai masih tinggi. Namun, secara nasional, status gizi di Indonesia
mengalami perbaikan yang signifikan. Perbaikan status gizi nasional dapat dilihat
berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. Pada prevalensi Gizi Kurang
(Underweigth) perbaikan itu terjadi berturutturut dari tahun 2013 sebesar 19,6% naik
menjadi 17,7% pada tahun 2018. Prevalensi stunting dari 37,2% turun menjadi 30,8%,
dan prevalensi kurus (Wasting) dari 12,1% turun menjadi 10,2%. Upaya pencegahan
kejadian gizi buruk pada balita perlu dilakukan sedini mungkin, Pencegahan gizi buruk
pada usia <6 bulan dimulai sejak kehamilan sampai pada masa menyusui serta faktor
lainnya sedangkan pencegahan kekurangan gizi pada balita usia 6-59 bulan melalui
pemberian makan bayi dan anak (PMBA) sesuai rekomendasi dan pencegahan penyakit
melalui pemberian imunisasi dasar lengkap, menyediakan jamban keluarga, sumber air
bersih serta menjaga kondisi lingkungan dari polusi.
 Gambaran Pelaksanaan:
Penyuluhan dilakukan di Posyandu Melati. Kegiatan penyuluhan diberikan kepada para
ibu yang turut hadir membawa balitanya ke posyandu.
 F1 = Pelayanan Promosi Kesehatan

14. Posyandu Balita


 Tanggal Pelaksanaan: 13/06/2022
 Judul Kegiatan: Pemeriksaan Antropometri (BB, PB, Lingkar Kepala)
 Latar Belakang:
Salah satu program utama posyandu adalah menyelenggarakan pemeriksaan bayi dan
balita secara rutin. Hal ini penting dilakukan untuk memantau tumbuh kembang anak
dan mendeteksi gangguan tumbuh kembang anak sejak dini. apabila penyelenggaraan
posyandu baik maka upaya untuk pemenuhan dasar pertumbuhan anak akan baik pula.
Jenis pelayanan yang diselenggarakan posyandu untuk balita mencakup penimbangan
berat badan, pengukuran tinggi badan dan lingkar kepala anak, evaluasi tumbuh
kembang, serta penyuluhan dan konseling tumbuh kembang. Hasil pemeriksaan
tersebut kemudian dicatat di dalam buku KIA (kesehatan ibu dan anak) atau KMS
(kartu menuju sehat).
 Gambaran Pelaksanaan:
Kegiatan dilakukan di Posyandu Anggrek. Kegiatan ini dibantu oleh petugas puskesmas
dan para kader posyandu. Kegiatan diawali dengan melakukan pendaftaran balita
diikuti dengan penimbangan Berat Badan setelah itu dilakukan pencatatan di Buku
KMS untuk menilai kurva BB dan TB.
 F4 = Pelayanan Gizi

15. Posyandu Balita


 Tanggal Pelaksanaan: 13/06/2022
 Judul Kegiatan: Penyuluhan tentang Gizi Buruk
 Latar Belakang:
Masalah gizi di Indonesia terutama di beberapa wilayah di bagian Timur seperti NTT
dan Papua Barat, dinilai masih tinggi. Namun, secara nasional, status gizi di Indonesia
mengalami perbaikan yang signifikan. Perbaikan status gizi nasional dapat dilihat
berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. Pada prevalensi Gizi Kurang
(Underweigth) perbaikan itu terjadi berturutturut dari tahun 2013 sebesar 19,6% naik
menjadi 17,7% pada tahun 2018. Prevalensi stunting dari 37,2% turun menjadi 30,8%,
dan prevalensi kurus (Wasting) dari 12,1% turun menjadi 10,2%. Upaya pencegahan
kejadian gizi buruk pada balita perlu dilakukan sedini mungkin, Pencegahan gizi buruk
pada usia <6 bulan dimulai sejak kehamilan sampai pada masa menyusui serta faktor
lainnya sedangkan pencegahan kekurangan gizi pada balita usia 6-59 bulan melalui
pemberian makan bayi dan anak (PMBA) sesuai rekomendasi dan pencegahan penyakit
melalui pemberian imunisasi dasar lengkap, menyediakan jamban keluarga, sumber air
bersih serta menjaga kondisi lingkungan dari polusi.
 Gambaran Pelaksanaan:
Penyuluhan dilakukan di Posyandu Anggrek. Kegiatan penyuluhan diberikan kepada
para ibu yang turut hadir membawa balitanya ke posyandu.
 F1 = Pelayanan Promosi Kesehatan

16. SD Negeri 34 Ambon (Validasi)


 Tanggal Pelaksanaan: 14/06/2022
 Judul Kegiatan: Vaksinasi Campak – Rubella dalam rangka Bulan Imunisasi Anak
Nasional (BIAN) 2022.
 Latar Belakang:
Kementerian Kesehatan mencanangkan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN)
2022 di halaman Gedung Daerah, Kepulauan Riau pada tanggal 18 Mei 2022. Kegiatan
ini dilakukan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman kepada seluruh
masyarakat akan pentingnya pelaksanaan Bulan Imunisasi Anak Nasional terhadap
pencapaian target eliminasi campak-rubela/Congenital Rubella Syndrome (CRS) pada
tahun 2023.
Kegiatan yang akan dilaksanakan secara serentak selama satu bulan ini akan
dilaksanakan melalui 2 tahapan yaitu tahap I dilaksanakan mulai bulan Mei tahun 2022
bagi seluruh provinsi di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara,
Maluku dan Papua dan tahap II dilaksanakan mulai bulan Agustus bagi provinsi di
pulau Jawa dan provinsi Bali. Hal ini dilakukan karena cakupan imunisasi anak
menurun akibat pandemi COVID-19, yang menyebabkan gangguan rantai pasokan
vaksin, adanya aturan pembatasan kegiatan, jumlah tenaga kesehatan yang terbatas, dan
membuat orang tua/wali asuh enggan ke faskes karena takut tertular COVID-19.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, terdapat 1,7 juta anak Indonesia belum
mendapatkan imunisasi dasar lengkap selama pandemi COVID-19. Terbanyak di Jawa
Barat, Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat dan DKI Jakarta.
Selama BIAN, diharapkan orang tua segera membawa anak ke fasilitas
pelayanan kesehatan terdekat atau pos pelayanan imunisasi untuk mendapatkan
imunisasi rutin. Pemberian imunisasi terbukti melindungi anak-anak dari penyakit
berbahaya sehingga anak lebih sehat dan lebih produktif. Tak hanya itu, manfaat dari
imunisasi juga jauh lebih besar dibandingkan dampak yang ditimbulkan di masa depan.
 Gambaran Pelaksanaan:
Kegiatan dilakukan di SD Negeri 34 Ambon pada anak sekolah yang berusia 5 tahun
sampai < 12 tahun tanpa memandang status imunisasi Campak – Rubella yang sudah
pernah didapat sebelumnya. Kegiatan dilakukan di salah satu ruang kelas pada pukul
12:00 WIT sampai selesai. Dosis penyuntikan yang diberikan sebesar 0,5 mL secara
Intramuskular di daerah lengan atas kiri. Total sasaran anak sebesar 67 orang namun
jumlah anak yang hadir sebanyak 40 orang, sisanya berhalangan hadir
 F5 = Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

17. SD Negeri 86 Ambon (Validasi)


 Tanggal Pelaksanaan: 14/06/2022
 Judul Kegiatan: Skrining Vaksinasi Campak – Rubella dalam rangka Bulan Imunisasi
Anak Nasional (BIAN) 2022.
 Latar Belakang:
Kementerian Kesehatan mencanangkan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN)
2022 di halaman Gedung Daerah, Kepulauan Riau pada tanggal 18 Mei 2022. Kegiatan
ini dilakukan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman kepada seluruh
masyarakat akan pentingnya pelaksanaan Bulan Imunisasi Anak Nasional terhadap
pencapaian target eliminasi campak-rubela/Congenital Rubella Syndrome (CRS) pada
tahun 2023.
Kegiatan yang akan dilaksanakan secara serentak selama satu bulan ini akan
dilaksanakan melalui 2 tahapan yaitu tahap I dilaksanakan mulai bulan Mei tahun 2022
bagi seluruh provinsi di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara,
Maluku dan Papua dan tahap II dilaksanakan mulai bulan Agustus bagi provinsi di
pulau Jawa dan provinsi Bali. Hal ini dilakukan karena cakupan imunisasi anak
menurun akibat pandemi COVID-19, yang menyebabkan gangguan rantai pasokan
vaksin, adanya aturan pembatasan kegiatan, jumlah tenaga kesehatan yang terbatas, dan
membuat orang tua/wali asuh enggan ke faskes karena takut tertular COVID-19.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, terdapat 1,7 juta anak Indonesia belum
mendapatkan imunisasi dasar lengkap selama pandemi COVID-19. Terbanyak di Jawa
Barat, Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat dan DKI Jakarta.
Selama BIAN, diharapkan orang tua segera membawa anak ke fasilitas
pelayanan kesehatan terdekat atau pos pelayanan imunisasi untuk mendapatkan
imunisasi rutin. Pemberian imunisasi terbukti melindungi anak-anak dari penyakit
berbahaya sehingga anak lebih sehat dan lebih produktif. Tak hanya itu, manfaat dari
imunisasi juga jauh lebih besar dibandingkan dampak yang ditimbulkan di masa depan.
 Gambaran Pelaksanaan:
Kegiatan dilakukan di SD Negeri 86 Ambon pada anak sekolah yang berusia 5 tahun
sampai < 12 tahun tanpa memandang status imunisasi Campak – Rubella yang sudah
pernah didapat sebelumnya. Skrining dilakukan dengan mengajukan beberapa
pertanyaan kepada anak sebelum dilakukan vaksinasi. Skrining dimulai sekitar pukul
09:30 WIT sampai selesai. Total jumlah anak yang diskrining sebanyak 50 orang,
sisanya berhalangan hadir
 F5 = Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

18. Posyandu Balita


 Tanggal Pelaksanaan: 14/06/2022
 Judul Kegiatan: Pemeriksaan Antropometri (BB, PB, Lingkar Kepala)
 Latar Belakang:
Salah satu program utama posyandu adalah menyelenggarakan pemeriksaan bayi dan
balita secara rutin. Hal ini penting dilakukan untuk memantau tumbuh kembang anak
dan mendeteksi gangguan tumbuh kembang anak sejak dini. apabila penyelenggaraan
posyandu baik maka upaya untuk pemenuhan dasar pertumbuhan anak akan baik pula.
Jenis pelayanan yang diselenggarakan posyandu untuk balita mencakup penimbangan
berat badan, pengukuran tinggi badan dan lingkar kepala anak, evaluasi tumbuh
kembang, serta penyuluhan dan konseling tumbuh kembang. Hasil pemeriksaan
tersebut kemudian dicatat di dalam buku KIA (kesehatan ibu dan anak) atau KMS
(kartu menuju sehat).
 Gambaran Pelaksanaan:
Kegiatan dilakukan di Posyandu Pinang Putih II. Kegiatan ini dibantu oleh petugas
puskesmas dan para kader posyandu. Kegiatan diawali dengan melakukan pendaftaran
balita diikuti dengan penimbangan Berat Badan setelah itu dilakukan pencatatan di
Buku KMS untuk menilai kurva BB dan TB.
 F4 = Pelayanan Gizi

19. Posyandu Balita


 Tanggal Pelaksanaan: 14/06/2022
 Judul Kegiatan: Penyuluhan tentang Gizi Buruk
 Latar Belakang:
Masalah gizi di Indonesia terutama di beberapa wilayah di bagian Timur seperti NTT
dan Papua Barat, dinilai masih tinggi. Namun, secara nasional, status gizi di Indonesia
mengalami perbaikan yang signifikan. Perbaikan status gizi nasional dapat dilihat
berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. Pada prevalensi Gizi Kurang
(Underweigth) perbaikan itu terjadi berturutturut dari tahun 2013 sebesar 19,6% naik
menjadi 17,7% pada tahun 2018. Prevalensi stunting dari 37,2% turun menjadi 30,8%,
dan prevalensi kurus (Wasting) dari 12,1% turun menjadi 10,2%. Upaya pencegahan
kejadian gizi buruk pada balita perlu dilakukan sedini mungkin, Pencegahan gizi buruk
pada usia <6 bulan dimulai sejak kehamilan sampai pada masa menyusui serta faktor
lainnya sedangkan pencegahan kekurangan gizi pada balita usia 6-59 bulan melalui
pemberian makan bayi dan anak (PMBA) sesuai rekomendasi dan pencegahan penyakit
melalui pemberian imunisasi dasar lengkap, menyediakan jamban keluarga, sumber air
bersih serta menjaga kondisi lingkungan dari polusi.
 Gambaran Pelaksanaan:
Penyuluhan dilakukan di Posyandu Pinang Putih II. Kegiatan penyuluhan diberikan
kepada para ibu yang turut hadir membawa balitanya ke posyandu.
 F1 = Pelayanan Promosi Kesehatan

20. Posyandu Balita


 Tanggal Pelaksanaan: 15/06/2022
 Judul Kegiatan: Pemeriksaan Antropometri (BB, PB, Lingkar Kepala)
 Latar Belakang:
Salah satu program utama posyandu adalah menyelenggarakan pemeriksaan bayi dan
balita secara rutin. Hal ini penting dilakukan untuk memantau tumbuh kembang anak
dan mendeteksi gangguan tumbuh kembang anak sejak dini. apabila penyelenggaraan
posyandu baik maka upaya untuk pemenuhan dasar pertumbuhan anak akan baik pula.
Jenis pelayanan yang diselenggarakan posyandu untuk balita mencakup penimbangan
berat badan, pengukuran tinggi badan dan lingkar kepala anak, evaluasi tumbuh
kembang, serta penyuluhan dan konseling tumbuh kembang. Hasil pemeriksaan
tersebut kemudian dicatat di dalam buku KIA (kesehatan ibu dan anak) atau KMS
(kartu menuju sehat).
 Gambaran Pelaksanaan:
Kegiatan dilakukan di Posyandu Dahlia. Kegiatan ini dibantu oleh petugas puskesmas
dan para kader posyandu. Kegiatan diawali dengan melakukan pendaftaran balita
diikuti dengan penimbangan Berat Badan setelah itu dilakukan pencatatan di Buku
KMS untuk menilai kurva BB dan TB.
 F4 = Pelayanan Gizi

21. Posyandu Balita


 Tanggal Pelaksanaan: 15/06/2022
 Judul Kegiatan: Penyuluhan tentang Gizi Buruk
 Latar Belakang:
Masalah gizi di Indonesia terutama di beberapa wilayah di bagian Timur seperti NTT
dan Papua Barat, dinilai masih tinggi. Namun, secara nasional, status gizi di Indonesia
mengalami perbaikan yang signifikan. Perbaikan status gizi nasional dapat dilihat
berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. Pada prevalensi Gizi Kurang
(Underweigth) perbaikan itu terjadi berturutturut dari tahun 2013 sebesar 19,6% naik
menjadi 17,7% pada tahun 2018. Prevalensi stunting dari 37,2% turun menjadi 30,8%,
dan prevalensi kurus (Wasting) dari 12,1% turun menjadi 10,2%. Upaya pencegahan
kejadian gizi buruk pada balita perlu dilakukan sedini mungkin, Pencegahan gizi buruk
pada usia <6 bulan dimulai sejak kehamilan sampai pada masa menyusui serta faktor
lainnya sedangkan pencegahan kekurangan gizi pada balita usia 6-59 bulan melalui
pemberian makan bayi dan anak (PMBA) sesuai rekomendasi dan pencegahan penyakit
melalui pemberian imunisasi dasar lengkap, menyediakan jamban keluarga, sumber air
bersih serta menjaga kondisi lingkungan dari polusi.
 Gambaran Pelaksanaan:
Penyuluhan dilakukan di Posyandu Dahlia. Kegiatan penyuluhan diberikan kepada para
ibu yang turut hadir membawa balitanya ke posyandu.
 F1 = Pelayanan Promosi Kesehatan

22. Kesehatan Lingkungan (Validasi)


 Tanggal Pelaksanaan: 15/06/2022
 Judul Kegiatan: Inspeksi sarana pelayanan umum
 Latar Belakang:
Inspeksi kesehatan lingkungan merupakan kegiatan pemeriksaan dan pengamatan
secara langsung terhadap media lingkungan dalam rangka pengawasan berdasarkan
standar, norma, dan baku mutu yang berlaku untuk meningkatkan kualitas lingkungan
yang sehat. Inspeksi Kesehatan Lingkungan dilaksanakan oleh Tenaga Kesehatan
Lingkungan (sanitarian, entomolog dan mikrobiolog) yang membawa surat tugas dari
Kepala Puskesmas dengan rincian tugas yang lengkap. Dalam pelaksanaannya mengacu
pada pedoman pengawasan kualitas media lingkungan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
 Gambaran Pelaksanaan:
Kegiatan dilakukan di salah satu tempat pijat yang berada di salah satu Mall pada pukul
15:30 WIT. Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan pemeriksaan dan pengamatan
secara langsung yang meliputi kondisi sarana dan prasarana, metode/cara pemijatan,
bahan/produk yang digunakan dalam pemijatan, skrining kesehatan terhadap pegawai
 F2 = Kesehatan Lingkungan

23. Vaksinasi Covid-19 (Validasi)


 Tanggal Pelaksanaan: 16/06/2022
 Judul Kegiatan: Skrining vaksinasi primer & booster covid-19
 Latar Belakang:
World Health Organization (WHO) telah menyatakan COVID-19 sebagai Global
Pandemic dan Pemerintah telah menetapkan kedaruratan kesehatan masyarakat Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19) di Indonesia sehingga wajib diakukan upaya
penanggulangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dengan
melakukan vaksinasi. Sebelum dilakukan vaksinasi, perlu dilakukan tindakan skrining
dengan tujuan antara lain: Memastikan vaksin COVID-19 diberikan pada kelompok
yang sesuai, Menyingkirkan adanya kontraindikasi vaksinasi, Meminimalkan risiko
kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) dan Mengoptimalkan keefektifan/manfaat
vaksinasi COVID-19.
 Gambaran Pelaksanaan:
Kegiatan dilakukan di Lapangan Merdeka pada pukul 09:00 WIT – 13:00 WIT. Sasaran
kegiatan ini adalah semua masyarakat umum yang belum mendapatkan vaksinasi
primer secara lengkap dan ingin melakukan vaksinasi booster. Skrining dilakukan
sebelum vaksinasi dengan melakukan pemeriksaan tekanan darah dan suhu tubuh serta
mengajukan beberapa pertanyaan untuk menilai apakah lanjut divaksin atau ditunda
untuk sementara. Pilihan jenis vaksin yang digunakan adalah Pfizer dengan dosis
primer 0,3 mL (dosis penuh) dan dosis booster 0,15 mL (dosis setengah) yang
disuntikan secara IM di lengan atas kiri. Dari hasil skrining, rata-rata masyarakat yang
datang berusia > 18 tahun ke atas sampai dengan lanjut usia. Selain itu, terdapat
beberapa orang yang mengalami drop out sehingga dilakukan vaksinasi primer ulang
dengan jenis vaksin yang berbeda dengan yang sebelumnya/heterolog. Terdapat 1 orang
yang ditunda vaksinasi sementara karena memiliki tekanan darah 180/110 mmHg
meskipun sudah diberikan Amlodipin 10 mg. Total masyarakat yang memenuhi syarat
untuk lanjut divaksin sebanyak 53 orang.
 F5 = Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

24. Posyandu Balita


 Tanggal Pelaksanaan: 17/06/2022
 Judul Kegiatan: Pemeriksaan Antropometri (BB, PB, Lingkar Kepala)
 Latar Belakang:
Salah satu program utama posyandu adalah menyelenggarakan pemeriksaan bayi dan
balita secara rutin. Hal ini penting dilakukan untuk memantau tumbuh kembang anak
dan mendeteksi gangguan tumbuh kembang anak sejak dini. apabila penyelenggaraan
posyandu baik maka upaya untuk pemenuhan dasar pertumbuhan anak akan baik pula.
Jenis pelayanan yang diselenggarakan posyandu untuk balita mencakup penimbangan
berat badan, pengukuran tinggi badan dan lingkar kepala anak, evaluasi tumbuh
kembang, serta penyuluhan dan konseling tumbuh kembang. Hasil pemeriksaan
tersebut kemudian dicatat di dalam buku KIA (kesehatan ibu dan anak) atau KMS
(kartu menuju sehat).
 Gambaran Pelaksanaan:
Kegiatan dilakukan di Posyandu Aster. Kegiatan ini dibantu oleh petugas puskesmas
dan para kader posyandu. Kegiatan diawali dengan melakukan pendaftaran balita
diikuti dengan penimbangan Berat Badan setelah itu dilakukan pencatatan di Buku
KMS untuk menilai kurva BB dan TB.
 F4 = Pelayanan Gizi
25. Posyandu Balita
 Tanggal Pelaksanaan: 17/06/2022
 Judul Kegiatan: Penyuluhan tentang Gizi Buruk
 Latar Belakang:
Masalah gizi di Indonesia terutama di beberapa wilayah di bagian Timur seperti NTT
dan Papua Barat, dinilai masih tinggi. Namun, secara nasional, status gizi di Indonesia
mengalami perbaikan yang signifikan. Perbaikan status gizi nasional dapat dilihat
berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. Pada prevalensi Gizi Kurang
(Underweigth) perbaikan itu terjadi berturutturut dari tahun 2013 sebesar 19,6% naik
menjadi 17,7% pada tahun 2018. Prevalensi stunting dari 37,2% turun menjadi 30,8%,
dan prevalensi kurus (Wasting) dari 12,1% turun menjadi 10,2%. Upaya pencegahan
kejadian gizi buruk pada balita perlu dilakukan sedini mungkin, Pencegahan gizi buruk
pada usia <6 bulan dimulai sejak kehamilan sampai pada masa menyusui serta faktor
lainnya sedangkan pencegahan kekurangan gizi pada balita usia 6-59 bulan melalui
pemberian makan bayi dan anak (PMBA) sesuai rekomendasi dan pencegahan penyakit
melalui pemberian imunisasi dasar lengkap, menyediakan jamban keluarga, sumber air
bersih serta menjaga kondisi lingkungan dari polusi.
 Gambaran Pelaksanaan:
Penyuluhan dilakukan di Posyandu Aster. Kegiatan penyuluhan diberikan kepada para
ibu yang turut hadir membawa balitanya ke posyandu.
 F1 = Pelayanan Promosi Kesehatan

26. Posyandu Balita


 Tanggal Pelaksanaan: 18/06/2022
 Judul Kegiatan: Pemeriksaan Antropometri (BB, PB, Lingkar Kepala)
 Latar Belakang:
Salah satu program utama posyandu adalah menyelenggarakan pemeriksaan bayi dan
balita secara rutin. Hal ini penting dilakukan untuk memantau tumbuh kembang anak
dan mendeteksi gangguan tumbuh kembang anak sejak dini. apabila penyelenggaraan
posyandu baik maka upaya untuk pemenuhan dasar pertumbuhan anak akan baik pula.
Jenis pelayanan yang diselenggarakan posyandu untuk balita mencakup penimbangan
berat badan, pengukuran tinggi badan dan lingkar kepala anak, evaluasi tumbuh
kembang, serta penyuluhan dan konseling tumbuh kembang. Hasil pemeriksaan
tersebut kemudian dicatat di dalam buku KIA (kesehatan ibu dan anak) atau KMS
(kartu menuju sehat).
 Gambaran Pelaksanaan:
Kegiatan dilakukan di Posyandu Kamboja II. Kegiatan ini dibantu oleh petugas
puskesmas dan para kader posyandu. Kegiatan diawali dengan melakukan pendaftaran
balita diikuti dengan penimbangan Berat Badan setelah itu dilakukan pencatatan di
Buku KMS untuk menilai kurva BB dan TB.
 F4 = Pelayanan Gizi

27. Posyandu Balita


 Tanggal Pelaksanaan: 18/06/2022
 Judul Kegiatan: Penyuluhan tentang Gizi Buruk
 Latar Belakang:
Masalah gizi di Indonesia terutama di beberapa wilayah di bagian Timur seperti NTT
dan Papua Barat, dinilai masih tinggi. Namun, secara nasional, status gizi di Indonesia
mengalami perbaikan yang signifikan. Perbaikan status gizi nasional dapat dilihat
berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. Pada prevalensi Gizi Kurang
(Underweigth) perbaikan itu terjadi berturutturut dari tahun 2013 sebesar 19,6% naik
menjadi 17,7% pada tahun 2018. Prevalensi stunting dari 37,2% turun menjadi 30,8%,
dan prevalensi kurus (Wasting) dari 12,1% turun menjadi 10,2%. Upaya pencegahan
kejadian gizi buruk pada balita perlu dilakukan sedini mungkin, Pencegahan gizi buruk
pada usia <6 bulan dimulai sejak kehamilan sampai pada masa menyusui serta faktor
lainnya sedangkan pencegahan kekurangan gizi pada balita usia 6-59 bulan melalui
pemberian makan bayi dan anak (PMBA) sesuai rekomendasi dan pencegahan penyakit
melalui pemberian imunisasi dasar lengkap, menyediakan jamban keluarga, sumber air
bersih serta menjaga kondisi lingkungan dari polusi.
 Gambaran Pelaksanaan:
Penyuluhan dilakukan di Posyandu Kamboja II. Kegiatan penyuluhan diberikan kepada
para ibu yang turut hadir membawa balitanya ke posyandu.
 F1 = Pelayanan Promosi Kesehatan

28. Melakukan Penapisan Pasien Suspek TB Paru (Validasi)


 Tanggal Pelaksanaan: 21/06/2022
 Judul Kegiatan: Merujuk Pasien Untuk Melakukan Pemeriksaan BTA
 Latar Belakang:
Semua pasien terduga TB harus menjalani pemeriksaan bakteriologis untuk
mengkonfirmasi penyakit TB. Pemeriksaan bakteriologis merujuk pada pemeriksaan
apusan dari sediaan biologis (dahak atau spesimen lain), pemeriksaan biakan dan
identifikasi M. tuberculosis atau metode diagnostik cepat yang telah mendapat
rekomendasi WHO. Pada wilayah dengan laboratorium yang terpantau mutunya
melalui sistem pemantauan mutu eksternal, kasus TB Paru BTA positif ditegakkan
berdasarkan hasil pemeriksaan BTA positif, minimal dari satu spesimen.
Pemeriksaan molekular untuk mendeteksi DNA M.TB saat ini merupakan metode
pemeriksaan tercepat yang sudah dapat dilakukan di Indonesia. Metode molekuler
dapat mendeteksi M.TB dan membedakannya dengan Non-Tuberculous
Mycobacteria (NTM). Pemeriksaan dengan TCM dapat mendeteksi M. tuberculosis
dan gen pengkode resistan rifampisin (rpoB) pada sputum kurang lebih dalam waktu
2 (dua) jam.
 Gambaran Pelaksanaan:
Pasien laki-laki usia 21 tahun dengan klinis suspek Tb Paru dirujuk ke puskesmas
lain untuk dilakukan pemeriksaan Sputum BTA. Pemeriksaan sputum BTA dengan
metode TCM menggunakan dahak yang diambil sebanyak 2x.
 F5 = Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

29. Melakukan pengobatan TB Paru Kasus Baru (Validasi)


 Tanggal Pelaksanaan: 23/06/2022
 Judul Kegiatan: Pengobatan TB Paru Kasus Baru Terkonfirmasi Bakteriologis
 Latar Belakang:
Obat anti-tuberkulosis (OAT) adalah komponen terpenting dalam pengobatan TB.
Pengobatan TB merupakan salah satu upaya paling efisien untuk mencegah
penyebaran lebih lanjut dari bakteri penyebab TB. Tujuan pengobatan TB adalah: 1)
Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktivitas pasien; 2)
Mencegah kematian akibat TB aktif atau efek lanjutan; 3) Mencegah kekambuhan
TB; 4) Mengurangi penularan TB kepada orang lain; 5) Mencegah perkembangan
dan penularan resistan obat. Tahapan pengobatan TB terdiri dari 2 tahap, yaitu:
1) Tahap awal
Pengobatan diberikan setiap hari. Paduan pengobatan pada tahap ini adalah
dimaksudkan untuk secara efektif menurunkan jumlah kuman yang ada dalam tubuh
pasien dan meminimalisir pengaruh dari sebagian kecil kuman yang mungkin sudah
resistan sejak sebelum pasien mendapatkan pengobatan. Pengobatan tahap awal pada
semua pasien baru, harus diberikan selama 2 bulan. Pada umumnya dengan
pengobatan secara teratur dan tanpa adanya penyulit, daya penularan sudah sangat
menurun setelah pengobatan selama 2 minggu pertama.
2) Tahap lanjutan
Pengobatan tahap lanjutan bertujuan membunuh sisa-sisa kuman yang masih ada
dalam tubuh, khususnya kuman persisten sehingga pasien dapat sembuh dan
mencegah terjadinya kekambuhan. Durasi tahap lanjutan selama 4 bulan. Pada fase
lanjutan seharusnya obat diberikan setiap hari.
 Gambaran Pelaksanaan:
Pasien laki-laki, usia 21 tahun, BB 44 kg dengan hasil anamnesis dan pemeriksaan
sputum BTA didiagnosis TB Paru Kasus Baru Terkonfirmasi Bakteriologis. Pasien
diberi pengobatan fase intensif dengan menggunakan OAT KDT Kategori 1. Pasien
diharuskan rutin mengkonsumsi 4-KDT sebanyak 3 tablet sekali minum setiap hari.
Pasien diedukasi mengenai cara konsumsi obat, efek samping obat, serta melakukan
pengambilan obat setiap seminggu sekali sebanyak 21 butir. Selain itu pasien
dimotivasi untuk tetap patuh dalam mengkonsusmsi OAT.
 F5 = Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

30. Skrining Penyakit Menular (Validasi)


 Tanggal Pelaksanaan: 23/06/2022
 Judul Kegiatan: Skrining HIV Pada Pasien TB Paru
 Latar Belakang:
Tuberkulosis pada pasien HIV/AIDS (TB-HIV) sering dijumpai dengan prevalensi
29-37 kali lebih banyak dibandingkan dengan TB tanpa HIV. Untuk menurunkan
prevalensi koinfeksi TB/HIV, penemuan dini TB pada pasien HIV dan deteksi dini
HIV pada pasien TB perlu dilakukan dan diberikan pengobatan segera dengan tata
laksana yang tepat agar dapat meningkatkan keberhasilan pengobatan. Deteksi dini
HIV pada pasien TB terdapat pada standar 14 ISTC. Semua pasien TB harus
mengetahui status HIV nya sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Bila pasien
belum bersedia untuk pemeriksaan HIV, maka pasien harus menandatangani surat
penolakan.
 Gambaran Pelaksanaan:
Pasien laki-laki, usia 21 tahun dengan diagnosis TB Paru Kasus Baru Terkonfirmasi
Bakteriologis dilakukan pemeriksaan skrining rapid tes HIV Berdasarkan hasil
pemeriksaan didapati hasil negatif
 F5 = Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
31. Pemasangan Kontrasepsi (Validasi)
 Tanggal Pelaksanaan: 28/06/2022
 Judul Kegiatan: Pemasangan Kontrasepsi Hormonal (Implant)
 Latar Belakang:
KB (Keluarga Berencana) adalah program pemerintah Indonesia sejak tahun
1970. Program tersebut bertujuan untuk mengendalikan pertambahan jumlah
penduduk, membatasi angka kelahiran, dan mengatur jarak kelahiran sehingga dapat
menciptakan keluarga sehat sejahtera. Program ini juga diharapkan dapat
menurunkan angka kematian ibu dan bayi karena kehamilan yang tidak diinginkan
ataupun jarak kelahiran yang terlalu dekat. Upaya dalam mendukung program
tersebut adalah dengan menggunakan alat kontrasepsi untuk menunda kehamilan
dan menjarangkan atau mengatur jarak kelahiran. Sasaran dari program KB, meliputi
sasaran langsung, yaitu pasangan usia subur yang bertujuan untuk menurunkan
tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan.
Kontrasepsi adalah usaha - usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan, usaha itu
dapat bersifat sementara dapat bersifat permanen. Untuk itu, berdasarkan maksud
dan tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang
aktif melakukan hubungan seks dan keduanya memiliki kesuburan normal namun
tidak menghendaki kehamilan (Depkes, 1999). Tujuan kontrasepsi antara lain:
menunda kehamilan, mengatur/menjarangkan kehamilan, mengakhiri kesuburan.
 Gambaran Pelaksanaan:
Pemasangan dilakukan pada wanita usia 21 tahun dengan riwayat P1A0. Tujuan
pemasangan kontrasepsi adalah untuk menjarangkan kehamilan. Pilihan kontrasepsi
hormonal yang digunakan adalah jenis implant yang mengandung hormon
Levonorgestrel 75 mg/batang. Pemasangan dilakukan secara sub-cutan dengan
jangka waktu selama 3 tahun.
 F3 = Pelayanan Kesehatan Keluarga

32. Posyandu Balita (Validasi)


 Tanggal Pelaksanaan: 04/07/2022
 Judul Kegiatan: Penyuluhan tentang Imunisasi Dasar
 Latar Belakang:
Imunisasi adalah proses untuk membuat seseorang imun atau kebal terhadap
suatu penyakit. Proses ini dilakukan dengan cara menyuntikkan vaksin yang bertujuan
untuk membentuk daya tahan tubuh terhadap penyakit tertentu. Data Kementerian
Kesehatan per 14 Juli 2022 menunjukkan bahwa cakupan imunisasi dasar lengkap
(IDL) baru mencapai 33,4%, dan cakupan imunisasi pada baduta baru mencapai 28,4%,
serta persentase bayi yang mendapat imunisasi antigen baru juga baru mencapai 29%.
Capaian ini masih dibawah target yang seharusnya dicapai pada bulan Mei yaitu
sebesar 37%.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengubah konsep imunisasi dasar lengkap
menjadi imunisasi rutin lengkap. Imunisasi rutin lengkap itu terdiri dari imunisasi dasar
dan lanjutan. Imunisasi dasar saja tidak cukup, diperlukan imunisasi lanjutan untuk
mempertahankan tingkat kekebalan yang optimal.
Untuk imunisasi dasar lengkap, bayi berusia kurang dari 24 jam diberikan
imunisasi Hepatitis B (HB-0), usia 1 bulan diberikan (BCG dan Polio 1), usia 2 bulan
diberikan (DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2), usia 3 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 2 dan
Polio 3), usia 4 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 3, Polio 4 dan IPV atau Polio suntik),
dan usia 9 bulan diberikan (Campak atau MR).

Salah satu tantangan dari pelakasanaan program imunisasi yang menyebabkan


tidak tercapainya target cakupan imunisasi adalah masih adanya keragu-raguan dan
perbedaan persepsi ditengah masyarakat, maraknya hoax seputar imunisasi, dan adanya
kekhawatiran timbulnya Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) bagi tenaga kesehatan
yang melakukan layanan imunisasi terhadap pemberian imunisasi ganda.
 Gambaran Pelaksanaan:
Penyuluhan dilakukan di Posyandu Mawar II. Topik penyuluhan diantaranya mengenai:
manfaat imunisasi dasar, jenis-jenis imunisasi dasar, dan jadwal penyuntikan imunisasi.
Kegiatan penyuluhan diberikan kepada para ibu yang turut hadir membawa balitanya ke
posyandu.
 F1 = Pelayanan Promosi Kesehatan

33. Posyandu Balita (Validasi)


 Tanggal Pelaksanaan: 06/07/2022
 Judul Kegiatan: Penyuluhan tentang Imunisasi Dasar
 Latar Belakang:
Imunisasi adalah proses untuk membuat seseorang imun atau kebal terhadap
suatu penyakit. Proses ini dilakukan dengan cara menyuntikkan vaksin yang bertujuan
untuk membentuk daya tahan tubuh terhadap penyakit tertentu. Data Kementerian
Kesehatan per 14 Juli 2022 menunjukkan bahwa cakupan imunisasi dasar lengkap
(IDL) baru mencapai 33,4%, dan cakupan imunisasi pada baduta baru mencapai 28,4%,
serta persentase bayi yang mendapat imunisasi antigen baru juga baru mencapai 29%.
Capaian ini masih dibawah target yang seharusnya dicapai pada bulan Mei yaitu
sebesar 37%.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengubah konsep imunisasi dasar lengkap
menjadi imunisasi rutin lengkap. Imunisasi rutin lengkap itu terdiri dari imunisasi dasar
dan lanjutan. Imunisasi dasar saja tidak cukup, diperlukan imunisasi lanjutan untuk
mempertahankan tingkat kekebalan yang optimal.
Untuk imunisasi dasar lengkap, bayi berusia kurang dari 24 jam diberikan
imunisasi Hepatitis B (HB-0), usia 1 bulan diberikan (BCG dan Polio 1), usia 2 bulan
diberikan (DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2), usia 3 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 2 dan
Polio 3), usia 4 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 3, Polio 4 dan IPV atau Polio suntik),
dan usia 9 bulan diberikan (Campak atau MR).

Salah satu tantangan dari pelakasanaan program imunisasi yang menyebabkan


tidak tercapainya target cakupan imunisasi adalah masih adanya keragu-raguan dan
perbedaan persepsi ditengah masyarakat, maraknya hoax seputar imunisasi, dan adanya
kekhawatiran timbulnya Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) bagi tenaga kesehatan
yang melakukan layanan imunisasi terhadap pemberian imunisasi ganda.
 Gambaran Pelaksanaan:
Penyuluhan dilakukan di Posyandu Mawar I. Topik penyuluhan diantaranya mengenai:
manfaat imunisasi dasar, jenis-jenis imunisasi dasar, dan jadwal penyuntikan imunisasi.
Kegiatan penyuluhan diberikan kepada para ibu yang turut hadir membawa balitanya ke
posyandu.
 F1 = Pelayanan Promosi Kesehatan

34. Vaksinasi Covid-19 (Validasi)


 Tanggal Pelaksanaan: 07/07/2022
 Judul Kegiatan: Skrining vaksinasi primer & booster covid-19
 Latar Belakang:
World Health Organization (WHO) telah menyatakan COVID-19 sebagai Global
Pandemic dan Pemerintah telah menetapkan kedaruratan kesehatan masyarakat Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19) di Indonesia sehingga wajib diakukan upaya
penanggulangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dengan
melakukan vaksinasi. Sebelum dilakukan vaksinasi, perlu dilakukan tindakan skrining
dengan tujuan antara lain: Memastikan vaksin COVID-19 diberikan pada kelompok
yang sesuai, Menyingkirkan adanya kontraindikasi vaksinasi, Meminimalkan risiko
kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) dan Mengoptimalkan keefektifan/manfaat
vaksinasi COVID-19.
 Gambaran Pelaksanaan:
Kegiatan dilakukan di Lapangan Merdeka pada pukul 09:00 WIT – 14:00 WIT. Sasaran
kegiatan ini adalah semua masyarakat umum yang belum mendapatkan vaksinasi
primer secara lengkap dan ingin melakukan vaksinasi booster. Skrining dilakukan
sebelum vaksinasi dengan melakukan pemeriksaan tekanan darah dan suhu tubuh serta
mengajukan beberapa pertanyaan untuk menilai apakah lanjut divaksin atau ditunda
untuk sementara. Terdapat 2 jenis pilihan vaksin yang tersedia adalah vaksin Pfizer
dengan dosis primer 0,3 mL (dosis penuh), dosis booster 0,15 mL (dosis setengah) dan
vaksin sinovac yang diutamakan sasaran pemberiannya kepada anak-anak berusia 6 –
17 tahun dengan dosis primer 0,5 mL (dosis penuh). Vaksinasi secara IM di lengan atas
kiri. Dari hasil skrining, rata-rata masyarakat yang datang berusia > 18 tahun ke atas
sampai dengan lanjut usia dan terdapat 1 orang anak yang berusia 6 tahun. Selain
mendapatkan vaksinasi booster, terdapat beberapa masyarakat juga yang ingin
melengkapi vaksin primer dan ada juga beberapa yang tergolong drop out sehingga
dilakukan vaksinasi primer ulang dengan jenis vaksin yang berbeda/sama dengan yang
sebelumnya. Total masyarakat yang memenuhi syarat untuk lanjut divaksin sebanyak
78 orang.
 F5 = Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

35. Posyandu Balita (Validasi)


 Tanggal Pelaksanaan: 08/07/2022
 Judul Kegiatan: Penyuluhan tentang Imunisasi Dasar
 Latar Belakang:
Imunisasi adalah proses untuk membuat seseorang imun atau kebal terhadap
suatu penyakit. Proses ini dilakukan dengan cara menyuntikkan vaksin yang bertujuan
untuk membentuk daya tahan tubuh terhadap penyakit tertentu. Data Kementerian
Kesehatan per 14 Juli 2022 menunjukkan bahwa cakupan imunisasi dasar lengkap
(IDL) baru mencapai 33,4%, dan cakupan imunisasi pada baduta baru mencapai 28,4%,
serta persentase bayi yang mendapat imunisasi antigen baru juga baru mencapai 29%.
Capaian ini masih dibawah target yang seharusnya dicapai pada bulan Mei yaitu
sebesar 37%.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengubah konsep imunisasi dasar lengkap
menjadi imunisasi rutin lengkap. Imunisasi rutin lengkap itu terdiri dari imunisasi dasar
dan lanjutan. Imunisasi dasar saja tidak cukup, diperlukan imunisasi lanjutan untuk
mempertahankan tingkat kekebalan yang optimal.
Untuk imunisasi dasar lengkap, bayi berusia kurang dari 24 jam diberikan
imunisasi Hepatitis B (HB-0), usia 1 bulan diberikan (BCG dan Polio 1), usia 2 bulan
diberikan (DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2), usia 3 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 2 dan
Polio 3), usia 4 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 3, Polio 4 dan IPV atau Polio suntik),
dan usia 9 bulan diberikan (Campak atau MR).

Salah satu tantangan dari pelakasanaan program imunisasi yang menyebabkan


tidak tercapainya target cakupan imunisasi adalah masih adanya keragu-raguan dan
perbedaan persepsi ditengah masyarakat, maraknya hoax seputar imunisasi, dan adanya
kekhawatiran timbulnya Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) bagi tenaga kesehatan
yang melakukan layanan imunisasi terhadap pemberian imunisasi ganda.
 Gambaran Pelaksanaan:
Penyuluhan dilakukan di Posyandu Wairuhu pada pukul 10:30 WIT sampai selesai.
Topik penyuluhan diantaranya mengenai: manfaat imunisasi dasar, jenis-jenis imunisasi
dasar, dan jadwal penyuntikan imunisasi. Kegiatan penyuluhan diberikan kepada para
ibu yang turut hadir membawa balitanya ke posyandu.
 F1 = Pelayanan Promosi Kesehatan

36. Posyandu Balita (Validasi)


 Tanggal Pelaksanaan: 11/07/2022
 Judul Kegiatan: Penyuluhan tentang Imunisasi Dasar
 Latar Belakang:
Imunisasi adalah proses untuk membuat seseorang imun atau kebal terhadap
suatu penyakit. Proses ini dilakukan dengan cara menyuntikkan vaksin yang bertujuan
untuk membentuk daya tahan tubuh terhadap penyakit tertentu. Data Kementerian
Kesehatan per 14 Juli 2022 menunjukkan bahwa cakupan imunisasi dasar lengkap
(IDL) baru mencapai 33,4%, dan cakupan imunisasi pada baduta baru mencapai 28,4%,
serta persentase bayi yang mendapat imunisasi antigen baru juga baru mencapai 29%.
Capaian ini masih dibawah target yang seharusnya dicapai pada bulan Mei yaitu
sebesar 37%.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengubah konsep imunisasi dasar lengkap
menjadi imunisasi rutin lengkap. Imunisasi rutin lengkap itu terdiri dari imunisasi dasar
dan lanjutan. Imunisasi dasar saja tidak cukup, diperlukan imunisasi lanjutan untuk
mempertahankan tingkat kekebalan yang optimal.
Untuk imunisasi dasar lengkap, bayi berusia kurang dari 24 jam diberikan
imunisasi Hepatitis B (HB-0), usia 1 bulan diberikan (BCG dan Polio 1), usia 2 bulan
diberikan (DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2), usia 3 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 2 dan
Polio 3), usia 4 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 3, Polio 4 dan IPV atau Polio suntik),
dan usia 9 bulan diberikan (Campak atau MR).

Salah satu tantangan dari pelakasanaan program imunisasi yang menyebabkan


tidak tercapainya target cakupan imunisasi adalah masih adanya keragu-raguan dan
perbedaan persepsi ditengah masyarakat, maraknya hoax seputar imunisasi, dan adanya
kekhawatiran timbulnya Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) bagi tenaga kesehatan
yang melakukan layanan imunisasi terhadap pemberian imunisasi ganda.
 Gambaran Pelaksanaan:
Penyuluhan dilakukan di Posyandu Pinang Putih I. Topik penyuluhan diantaranya
mengenai: manfaat imunisasi dasar, jenis-jenis imunisasi dasar, dan jadwal penyuntikan
imunisasi. Kegiatan penyuluhan diberikan kepada para ibu yang turut hadir membawa
balitanya ke posyandu.
 F1 = Pelayanan Promosi Kesehatan

37. Posyandu Balita (Validasi)


 Tanggal Pelaksanaan: 12/07/2022
 Judul Kegiatan: Penyuluhan tentang Imunisasi Dasar
 Latar Belakang:
Imunisasi adalah proses untuk membuat seseorang imun atau kebal terhadap
suatu penyakit. Proses ini dilakukan dengan cara menyuntikkan vaksin yang bertujuan
untuk membentuk daya tahan tubuh terhadap penyakit tertentu. Data Kementerian
Kesehatan per 14 Juli 2022 menunjukkan bahwa cakupan imunisasi dasar lengkap
(IDL) baru mencapai 33,4%, dan cakupan imunisasi pada baduta baru mencapai 28,4%,
serta persentase bayi yang mendapat imunisasi antigen baru juga baru mencapai 29%.
Capaian ini masih dibawah target yang seharusnya dicapai pada bulan Mei yaitu
sebesar 37%.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengubah konsep imunisasi dasar lengkap
menjadi imunisasi rutin lengkap. Imunisasi rutin lengkap itu terdiri dari imunisasi dasar
dan lanjutan. Imunisasi dasar saja tidak cukup, diperlukan imunisasi lanjutan untuk
mempertahankan tingkat kekebalan yang optimal.
Untuk imunisasi dasar lengkap, bayi berusia kurang dari 24 jam diberikan
imunisasi Hepatitis B (HB-0), usia 1 bulan diberikan (BCG dan Polio 1), usia 2 bulan
diberikan (DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2), usia 3 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 2 dan
Polio 3), usia 4 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 3, Polio 4 dan IPV atau Polio suntik),
dan usia 9 bulan diberikan (Campak atau MR).

Salah satu tantangan dari pelakasanaan program imunisasi yang menyebabkan


tidak tercapainya target cakupan imunisasi adalah masih adanya keragu-raguan dan
perbedaan persepsi ditengah masyarakat, maraknya hoax seputar imunisasi, dan adanya
kekhawatiran timbulnya Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) bagi tenaga kesehatan
yang melakukan layanan imunisasi terhadap pemberian imunisasi ganda.
 Gambaran Pelaksanaan:
Penyuluhan dilakukan di Posyandu Melati. Topik penyuluhan diantaranya mengenai:
manfaat imunisasi dasar, jenis-jenis imunisasi dasar, dan jadwal penyuntikan imunisasi.
Kegiatan penyuluhan diberikan kepada para ibu yang turut hadir membawa balitanya ke
posyandu.
 F1 = Pelayanan Promosi Kesehatan

38. Vaksinasi Covid-19 (Validasi)


 Tanggal Pelaksanaan: 12/07/2022
 Judul Kegiatan: Skrining vaksinasi booster covid-19
 Latar Belakang:
World Health Organization (WHO) telah menyatakan COVID-19 sebagai Global
Pandemic dan Pemerintah telah menetapkan kedaruratan kesehatan masyarakat Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19) di Indonesia sehingga wajib diakukan upaya
penanggulangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dengan
melakukan vaksinasi. Sebelum dilakukan vaksinasi, perlu dilakukan tindakan skrining
dengan tujuan antara lain: Memastikan vaksin COVID-19 diberikan pada kelompok
yang sesuai, Menyingkirkan adanya kontraindikasi vaksinasi, Meminimalkan risiko
kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) dan Mengoptimalkan keefektifan/manfaat
vaksinasi COVID-19.
 Gambaran Pelaksanaan:
Kegiatan dilakukan di Puskesmas Hative Kecil pada pukul 10:00 WIT – selesai.
Skrining dilakukan sebelum vaksinasi dengan melakukan pemeriksaan tekanan darah
dan suhu tubuh serta mengajukan beberapa pertanyaan untuk menilai apakah lanjut
divaksin atau ditunda untuk sementara. Terdapat 2 jenis pilihan vaksin booster yang
tersedia adalah vaksin Pfizer dengan dosis booster 0,15 mL (dosis setengah) dan vaksin
sinovac dengan dosis 0,5 mL (dosis penuh). Vaksinasi secara IM di lengan atas kiri.
Dari hasil skrining, rata-rata masyarakat yang datang berusia > 18 tahun ke atas sampai
dengan lanjut usia yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Hative Kecil. Total
masyarakat yang memenuhi syarat untuk lanjut divaksin sebanyak 20 orang.
 F5 = Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

39. Posyandu Balita (Validasi)


 Tanggal Pelaksanaan: 13/07/2022
 Judul Kegiatan: Penyuluhan tentang Imunisasi Dasar
 Latar Belakang:
Imunisasi adalah proses untuk membuat seseorang imun atau kebal terhadap
suatu penyakit. Proses ini dilakukan dengan cara menyuntikkan vaksin yang bertujuan
untuk membentuk daya tahan tubuh terhadap penyakit tertentu. Data Kementerian
Kesehatan per 14 Juli 2022 menunjukkan bahwa cakupan imunisasi dasar lengkap
(IDL) baru mencapai 33,4%, dan cakupan imunisasi pada baduta baru mencapai 28,4%,
serta persentase bayi yang mendapat imunisasi antigen baru juga baru mencapai 29%.
Capaian ini masih dibawah target yang seharusnya dicapai pada bulan Mei yaitu
sebesar 37%.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengubah konsep imunisasi dasar lengkap
menjadi imunisasi rutin lengkap. Imunisasi rutin lengkap itu terdiri dari imunisasi dasar
dan lanjutan. Imunisasi dasar saja tidak cukup, diperlukan imunisasi lanjutan untuk
mempertahankan tingkat kekebalan yang optimal.
Untuk imunisasi dasar lengkap, bayi berusia kurang dari 24 jam diberikan
imunisasi Hepatitis B (HB-0), usia 1 bulan diberikan (BCG dan Polio 1), usia 2 bulan
diberikan (DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2), usia 3 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 2 dan
Polio 3), usia 4 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 3, Polio 4 dan IPV atau Polio suntik),
dan usia 9 bulan diberikan (Campak atau MR).

Salah satu tantangan dari pelakasanaan program imunisasi yang menyebabkan


tidak tercapainya target cakupan imunisasi adalah masih adanya keragu-raguan dan
perbedaan persepsi ditengah masyarakat, maraknya hoax seputar imunisasi, dan adanya
kekhawatiran timbulnya Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) bagi tenaga kesehatan
yang melakukan layanan imunisasi terhadap pemberian imunisasi ganda.
 Gambaran Pelaksanaan:
Penyuluhan dilakukan di Posyandu Anggrek. Topik penyuluhan diantaranya mengenai:
manfaat imunisasi dasar, jenis-jenis imunisasi dasar, dan jadwal penyuntikan imunisasi.
Kegiatan penyuluhan diberikan kepada para ibu yang turut hadir membawa balitanya ke
posyandu.
 F1 = Pelayanan Promosi Kesehatan

40. Posyandu Balita (Validasi)


 Tanggal Pelaksanaan: 14/07/2022
 Judul Kegiatan: Penyuluhan tentang Imunisasi Dasar
 Latar Belakang:
Imunisasi adalah proses untuk membuat seseorang imun atau kebal terhadap
suatu penyakit. Proses ini dilakukan dengan cara menyuntikkan vaksin yang bertujuan
untuk membentuk daya tahan tubuh terhadap penyakit tertentu. Data Kementerian
Kesehatan per 14 Juli 2022 menunjukkan bahwa cakupan imunisasi dasar lengkap
(IDL) baru mencapai 33,4%, dan cakupan imunisasi pada baduta baru mencapai 28,4%,
serta persentase bayi yang mendapat imunisasi antigen baru juga baru mencapai 29%.
Capaian ini masih dibawah target yang seharusnya dicapai pada bulan Mei yaitu
sebesar 37%.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengubah konsep imunisasi dasar lengkap
menjadi imunisasi rutin lengkap. Imunisasi rutin lengkap itu terdiri dari imunisasi dasar
dan lanjutan. Imunisasi dasar saja tidak cukup, diperlukan imunisasi lanjutan untuk
mempertahankan tingkat kekebalan yang optimal.
Untuk imunisasi dasar lengkap, bayi berusia kurang dari 24 jam diberikan
imunisasi Hepatitis B (HB-0), usia 1 bulan diberikan (BCG dan Polio 1), usia 2 bulan
diberikan (DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2), usia 3 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 2 dan
Polio 3), usia 4 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 3, Polio 4 dan IPV atau Polio suntik),
dan usia 9 bulan diberikan (Campak atau MR).

Salah satu tantangan dari pelakasanaan program imunisasi yang menyebabkan


tidak tercapainya target cakupan imunisasi adalah masih adanya keragu-raguan dan
perbedaan persepsi ditengah masyarakat, maraknya hoax seputar imunisasi, dan adanya
kekhawatiran timbulnya Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) bagi tenaga kesehatan
yang melakukan layanan imunisasi terhadap pemberian imunisasi ganda.
 Gambaran Pelaksanaan:
Penyuluhan dilakukan di Posyandu Pinang Putih II. Topik penyuluhan diantaranya
mengenai: manfaat imunisasi dasar, jenis-jenis imunisasi dasar, dan jadwal penyuntikan
imunisasi. Kegiatan penyuluhan diberikan kepada para ibu yang turut hadir membawa
balitanya ke posyandu.
 F1 = Pelayanan Promosi Kesehatan

41. Posyandu Balita (Validasi)


 Tanggal Pelaksanaan: 15/07/2022
 Judul Kegiatan: Penyuluhan tentang Imunisasi Dasar
 Latar Belakang:
Imunisasi adalah proses untuk membuat seseorang imun atau kebal terhadap
suatu penyakit. Proses ini dilakukan dengan cara menyuntikkan vaksin yang bertujuan
untuk membentuk daya tahan tubuh terhadap penyakit tertentu. Data Kementerian
Kesehatan per 14 Juli 2022 menunjukkan bahwa cakupan imunisasi dasar lengkap
(IDL) baru mencapai 33,4%, dan cakupan imunisasi pada baduta baru mencapai 28,4%,
serta persentase bayi yang mendapat imunisasi antigen baru juga baru mencapai 29%.
Capaian ini masih dibawah target yang seharusnya dicapai pada bulan Mei yaitu
sebesar 37%.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengubah konsep imunisasi dasar lengkap
menjadi imunisasi rutin lengkap. Imunisasi rutin lengkap itu terdiri dari imunisasi dasar
dan lanjutan. Imunisasi dasar saja tidak cukup, diperlukan imunisasi lanjutan untuk
mempertahankan tingkat kekebalan yang optimal.
Untuk imunisasi dasar lengkap, bayi berusia kurang dari 24 jam diberikan
imunisasi Hepatitis B (HB-0), usia 1 bulan diberikan (BCG dan Polio 1), usia 2 bulan
diberikan (DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2), usia 3 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 2 dan
Polio 3), usia 4 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 3, Polio 4 dan IPV atau Polio suntik),
dan usia 9 bulan diberikan (Campak atau MR).

Salah satu tantangan dari pelakasanaan program imunisasi yang menyebabkan


tidak tercapainya target cakupan imunisasi adalah masih adanya keragu-raguan dan
perbedaan persepsi ditengah masyarakat, maraknya hoax seputar imunisasi, dan adanya
kekhawatiran timbulnya Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) bagi tenaga kesehatan
yang melakukan layanan imunisasi terhadap pemberian imunisasi ganda.
 Gambaran Pelaksanaan:
Penyuluhan dilakukan di Posyandu Dahlia. Topik penyuluhan diantaranya mengenai:
manfaat imunisasi dasar, jenis-jenis imunisasi dasar, dan jadwal penyuntikan imunisasi.
Kegiatan penyuluhan diberikan kepada para ibu yang turut hadir membawa balitanya ke
posyandu.
 F1 = Pelayanan Promosi Kesehatan

42. Posbindu (Validasi)


 Tanggal Pelaksanaan: 16/07/2022
 Judul Kegiatan: Penyuluhan tentang Hiperurisemia
 Latar Belakang:
Setiap pasien hiperurisemia dan gout harus mendapat informasi yang memadai
tentang penyakit gout dan tatalaksana yang efektif termasuk tatalaksana terhadap
penyakit komorbid. Pencegahan asam urat dengan menerapkan pola hidup sehat. Hal
ini dilakukan dengan diet makanan yaitu dengan mengurangi konsumsi makanan tinggi
purin. Selain itu juga melakukan olahraga secara teratur dan menurunkan berat badan
apabila obesitas atau kelebihan berat badan
 Gambaran Pelaksanaan:
Kegiatan dilakukan di Posbindu Pinang Putih pada pukul 10:00 WIT – selesai. Sasaran
penyuluhan diberikan kepada para lansia yang datang melakukan skrining penyakit
tidak menular. Total lansia yang hadir sekitar 9 orang.
 F5 = Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

43. SD Pertiwi Ambon (Validasi)


 Tanggal Pelaksanaan: 25/07/2022
 Judul Kegiatan: Skrining Vaksinasi Campak – Rubella dalam rangka Bulan Imunisasi
Anak Nasional (BIAN) 2022.
 Latar Belakang:
Kementerian Kesehatan mencanangkan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN)
2022 di halaman Gedung Daerah, Kepulauan Riau pada tanggal 18 Mei 2022. Kegiatan
ini dilakukan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman kepada seluruh
masyarakat akan pentingnya pelaksanaan Bulan Imunisasi Anak Nasional terhadap
pencapaian target eliminasi campak-rubela/Congenital Rubella Syndrome (CRS) pada
tahun 2023.
Kegiatan yang akan dilaksanakan secara serentak selama satu bulan ini akan
dilaksanakan melalui 2 tahapan yaitu tahap I dilaksanakan mulai bulan Mei tahun 2022
bagi seluruh provinsi di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara,
Maluku dan Papua dan tahap II dilaksanakan mulai bulan Agustus bagi provinsi di
pulau Jawa dan provinsi Bali. Hal ini dilakukan karena cakupan imunisasi anak
menurun akibat pandemi COVID-19, yang menyebabkan gangguan rantai pasokan
vaksin, adanya aturan pembatasan kegiatan, jumlah tenaga kesehatan yang terbatas, dan
membuat orang tua/wali asuh enggan ke faskes karena takut tertular COVID-19.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, terdapat 1,7 juta anak Indonesia belum
mendapatkan imunisasi dasar lengkap selama pandemi COVID-19. Terbanyak di Jawa
Barat, Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat dan DKI Jakarta.
Selama BIAN, diharapkan orang tua segera membawa anak ke fasilitas
pelayanan kesehatan terdekat atau pos pelayanan imunisasi untuk mendapatkan
imunisasi rutin. Pemberian imunisasi terbukti melindungi anak-anak dari penyakit
berbahaya sehingga anak lebih sehat dan lebih produktif. Tak hanya itu, manfaat dari
imunisasi juga jauh lebih besar dibandingkan dampak yang ditimbulkan di masa depan.
 Gambaran Pelaksanaan:
Kegiatan dilakukan di SD Pertiwi Ambon pada anak sekolah yang berusia 5 tahun
sampai < 12 tahun yang belum mendapat vaksinasi Campak – Rubela sebelumnya.
Skrining dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada anak sebelum
dilakukan vaksinasi. Skrining dimulai sekitar pukul 13:00 WIT sampai selesai. Total
jumlah anak yang diskrining sebanyak 13 orang.
 F5 = Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
44. Kesehatan Ibu dan Anak (Validasi)
 Tanggal Pelaksanaan: 25/07/2022
 Judul Kegiatan: Pelayanan Antenatal Care.
 Latar Belakang:
Salah satu solusi efektif dalam menurunkan Angka Kematian Ibu
(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) adalah dengan cara meningkatkan pertolongan
persalinan yang dilakukan oleh tenaga medis terlatih yang disediakan oleh
fasilitas pelayanan kesehatan. Di samping itu, dibutuhkan partisipasi serta kesadaran
ibu terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan di fasilitas pelayanan kesehatan oleh
tenaga kesehatan.
Pemeriksaan ANC (Antenatal Care) merupakan pemeriksaan kehamilan yang
bertujuan untuk meningkatkan kesehatan fisik dan mental pada ibu hamil secara
optimal, hingga mampu menghadapi masa persalinan, nifas, menghadapi persiapan
pemberian ASI secara eksklusif, serta kembalinya kesehatan alat reproduksi dengan
wajar.
Pemeriksaan kehamilan dilakukan minimal 4 (empat) kali selama masa
kehamilan, yaitu 1 kali pemeriksaan pada trimester pertama, 1 kali pemeriksaan pada
trimester kedua, dan 2 kali pemeriksaan pada trimester ketiga.
 Gambaran Pelaksanaan:
Pelayanan dilakukan kepada ibu hamil berusia 24 tahun dengan riwayat G1P0A0,
HPHT: 20-01-2022, TP: 27-10-2022. Perhitungan usia kehamilan:
TFU ( cm ) x 8 17 cm x 8
 Rumus McDonald = = =19−20 minggu (trimester 2)
7 7
 Smart way = TFU (cm) + 4 = 21 minggu (trimester 2)
Berdasarkan hasil anamnesis ANC baru dilakukan pertama kali oleh ibu, keluhan saat
ini (-). Pelayanan yang dilakukan antara lain: pengukuran TD, LILA, pengukuran TFU,
menilai DJJ, pemeriksaan laboratorium (Hb, GDS, Rapid HIV, HbsAg) dengan hasil
pemeriksaan sebagai berikut
 TD = 100/70 mmHg
 LILA = 25 cm
 TFU = 17 cm
 DJJ = positif (Stetoskop Laennec)
 Hb = 9,4 mg/dL
 GDS = 85 mg/dL
 Rapid HIV = Negatif
 HbsAg = Negatif
 F3 = Pelayanan Kesehatan Keluarga

45. Kesehatan Ibu dan Anak (Validasi)


 Tanggal Pelaksanaan: 25/07/2022
 Judul Kegiatan: Pemberian suplementasi Tablet Tambah Darah pada Ibu Hamil
 Latar Belakang:
Anemia merupakan masalah gizi yang perlu mendapat perhatian dan menjadi salah
satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang dapat dialami oleh semua
kelompok umur mulai dari Balita, remaja, ibu hamil sampai usia lanjut. Anemia dapat
disebabkan oleh berbagai hal antara lain defisiensi zat besi, defisiensi vitamin B12,
defisiensi asam folat, penyakit infeksi, faktor bawaan dan pendarahan. Berdasarkan
Riskesdas 2018, prosentase ibu hamil yang mengalami anemia adalah 48.9%. Hal ini
berarti sekitar 5 dari 10 ibu hamil di Indonesia menderita anemia. Program Pemberian
Tablet Tambah Darah (TTD) pada ibu hamil dimulai sejak tahun 1990 yang bertujuan
untuk mencegah dan menanggulangi anemia gizi besi serta menjadi salah satu
intervensi spesifik dalam upaya percepatan penurunan stunting. Pemberian TTD bagi
ibu hamil diperlukan untuk memenuhi asupan zat besi, guna mempersiapkan proses
kehamilan dan persalinan yang sehat serta untuk mencegah anemia, diberikan
minimal 90 (sembilan puluh) tablet selama kehamilan. Agar konsumsi TTD dapat
lebih efektif untuk mencegah anemia:
 TTD sebaiknya diminum pada malam hari sebelum tidur untuk mengurangi rasa
mual.
 TTD dikonsumsi bersama makanan atau minuman yang mengandung Vitamin C
seperti buah segar, sayuran dan jus buah, agar penyerapan zat besi didalam tubuh
lebih baik
 Jangan minum TTD bersama teh, kopi, susu, obat sakit maag dan tablet calk,
karena akan menghambat penyerapan zat besi
 Gambaran Pelaksanaan:
Pemberian tablet tambah darah diberikan kepada ibu hamil berusia 24 tahun dengan
riwayat G1P0A0 dengan usia kehamilan 19 – 20 minggu. Tablet tambah darah
(Ferrous Fumarat 60 mg, Asam Folat 400 mcg) diberikan dengan dosis 1 x 1 tablet
yang diberikan selama 30 hari.
 F4 = Pelayanan Gizi

46. Posyandu Balita (Validasi)


 Tanggal Pelaksanaan: 02/08/2022
 Judul Kegiatan: Melaksanakan Imunisasi Dasar
 Latar Belakang:
Program imunisasi merupakan salah satu upaya pencegahan terjangkitnya penyakit
tertentu yaitu penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi antara lain Tuberkulosis,
Difteri, Pertusis, Tetanus, Polio, Hepatitis B dan Campak, Badan Kesehatan Dunia
(WHO) merekomendasikan pemberian imunisasi anak untuk melindunginya dari
sejumlah penyakit. Lewat imunisasi, anak mendapat kekebalan terhadap penyakit
tertentu yang membahayakan kesehatan, bahkan mengancam jiwa. Setiap bayi (berusia
0 – 11 bulan) wajib mendapatkan imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari: 1 dosis
Hepatitis B, 1 dosis BCG, 3 dosis DPT-Hepatits B, 4 dosis polio, 1 dosis campak. Oleh
karena itu, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menerbitkan rekomendasi jadwal
imunisasi berdasarkan hasil perkembangan penelitian imunisasi secara global.
 Gambaran Pelaksanaan:
Kegiatan dilakukan di Posyandu Nobel pada pukul 10:30 WIT. Pemberian Imunisasi
dasar berupa DPT-HB-HIB pada 1 orang balita
 F5 = Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

47. Vaksinasi Covid-19 (Validasi)


 Tanggal Pelaksanaan: 02/08/2022
 Judul Kegiatan: Skrining vaksinasi booster covid-19
 Latar Belakang:
World Health Organization (WHO) telah menyatakan COVID-19 sebagai Global
Pandemic dan Pemerintah telah menetapkan kedaruratan kesehatan masyarakat Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19) di Indonesia sehingga wajib diakukan upaya
penanggulangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dengan
melakukan vaksinasi. Sebelum dilakukan vaksinasi, perlu dilakukan tindakan skrining
dengan tujuan antara lain: Memastikan vaksin COVID-19 diberikan pada kelompok
yang sesuai, Menyingkirkan adanya kontraindikasi vaksinasi, Meminimalkan risiko
kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) dan Mengoptimalkan keefektifan/manfaat
vaksinasi COVID-19.
 Gambaran Pelaksanaan:
Kegiatan dilakukan di Puskesmas Hative Kecil pada pukul 11:00 WIT – selesai.
Skrining dilakukan sebelum vaksinasi dengan melakukan pemeriksaan tekanan darah
dan suhu tubuh serta mengajukan beberapa pertanyaan untuk menilai apakah lanjut
divaksin atau ditunda untuk sementara. Pilihan vaksin booster yang digunakan adalah
vaksin Aztrazeneca dengan dosis booster 0,5 mL (dosis penuh) dan dosis 0,25 mL
(dosis setengah). Vaksinasi secara IM di lengan atas kiri. Dari hasil skrining, rata-rata
masyarakat yang datang ingin melakukan vaksinasi booster. Total masyarakat yang
memenuhi syarat untuk lanjut divaksin sebanyak 11 orang diantaranya terdapat 8 orang
mendapat suntikan dosis penuh (0,5 mL) dan 3 orang mendapat suntikan dosis setengah
(0,25 mL)
 F5 = Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
48. Posyandu Balita (Validasi)
 Tanggal Pelaksanaan: 04/08/2022
 Judul Kegiatan: Pemberian suplementasi Vitamin A
 Latar Belakang:
Suplementasi Vitamin merupakan program intervensi pemberian Kapsul Vitamin A
bagi anak usia 6-59 bulan yang bertujuan selain untuk mencegah kebutaan juga untuk
menanggulangi kekurangan Vitamin A (KVA) yang masih cukup tinggi pada balita.
Pemberian suplementasi vitamin A untuk bayi (6-11 bulan) dan Anak Balita (12-59
bulan) dilakukan secara serentak pada bulan Februari dan Agustus di Pos Pelayanan
Terpadu (Posyandu) dan fasilitas pelayanan kesehatan yang lain. Kapsul vitamin A
dosis: 100.000 SI (warna biru) untuk bayi 6-11 bulan (1x pemberian), 200.000 SI
(warna merah) untuk Anak Balita 12-59 bulan (2x pemberian) dan Ibu Nifas (2x
pemberian).
 Gambaran Pelaksanaan:
Kegiatan dilakukan di Posyandu Mawar II pada pukul 09:30 WIT. Pemberian
suplementasi Vitamin A diberikan secara oral dengan dosis 100.000 IU (kapsul biru)
untuk anak yang berusia 6 – 11 bulan dan dosis 200.000 IU (kapsul merah) untuk anak
yang berusia 1 tahun – 5 tahun. Total anak yang mendapat suplementasi vitamin A
sebanyak 20 orang.
 F4 = Pelayanan Gizi

49. Unit Kesehatan Sekolah (UKS) (Validasi)


 Tanggal Pelaksanaan: 06/08/2022
 Judul Kegiatan: Pemberian suplementasi Tablet Tambah Darah pada Remaja Putri
 Latar Belakang:
Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia
yang dapat dialami oleh semua kelompok umur mulai dari balita, remaja, ibu hamil
sampai usia lanjut. Berdasarkan Riskesdas 2013, anak usia 5-14 tahun menderita
anemia 26,4% dan usia 15-24 tahun sebesar 18,4%. Hal ini berarti sekitar 1 dari 5
anak remaja di Indonesia menderita anemia.
Anemia pada remaja putri (rematri) akan berdampak pada kesehatan dan
prestasi di sekolah dan nantinya akan berisiko anemia saat menjadi ibu hamil yang
dapat menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan janin yang tidak optimal serta
berpotensi menyebabkan komplikasi kehamilan dan persalinan serta kematian ibu dan
anak. Program suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja putri dimulai
sejak tahun 2014 dan saat ini menjadi salah satu intervensi spesifik dalam upaya
penurunan stunting.
Pemberian TTD dengan dosis yang tepat dapat mencegah anemia dan
meningkatkan cadangan zat besi di dalam tubuh. Pemberian TTD dilakukan pada
remaja putri mulai dari usia 12-18 tahun di institusi Pendidikan (SMP dan SMA atau
yang sederajat) melalui UKS/M. Dosis pencegahan dengan memberikan satu tablet
tambah darah setiap minggu selama 52 (lima puluh dua) minggu.
 Gambaran Pelaksanaan:
Pemberian tablet tambah darah diberikan kepada remaja putri di SMP Negeri 3
Ambon yang berusia berkisar 11 – 16 tahun. Tablet tambah darah (Ferrous Fumarat
60 mg, Asam Folat 400 mcg) diberikan dengan dosis 1 tablet/minggu. Total remaja
putri yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) sekitar ± 48 orang.
 F4 = Pelayanan Gizi

50. Unit Kesehatan Sekolah (UKS) (Validasi)


 Tanggal Pelaksanaan: 06/08/2022
 Judul Kegiatan: Penyuluhan tentang Pemberian Tablet Tambah Darah Pada Remaja
Putri
 Latar Belakang:
Anemia merupakan masalah kesehatan yang menyebabkan penderitanya
mengalami kelelahan, letih dan lesu sehingga akan berdampak pada kreativitas dan
produktivitasnya. Tak hanya itu, anemia juga meningkatkan kerentanan penyakit pada
saat dewasa serta melahirkan generasi yang bermasalah gizi.
Angka kejadian anemia di Indonesia terbilang masih cukup tinggi. Berdasarkan
data Riskesdas 2018, prevalensi anemia pada remaja sebesar 32 %, artinya 3-4 dari 10
remaja menderita anemia. Hal tersebut dipengaruhi oleh kebiasaan asupan gizi yang
tidak optimal dan kurangnya aktifitas fisik.
Kementerian Kesehatan telah melakukan intervensi spesifik dengan pemberian
Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja puteri dan ibu hamil. Selain itu, Kemenkes
juga melakukan penanggulangan anemia melalui edukasi dan promosi gizi seimbang,
fortifikasi zat besi pada bahan makanan serta penerapan hidup bersih dan sehat.
 Gambaran Pelaksanaan:
Penyuluhan dilakukan kepada para siswa SMP Negeri 3 Ambon yang berusia berkisar
11 – 16 tahun. Penyuluhan diberikan sebagai bentuk edukasi pencegahan anemia pada
usia remaja khususnya remaja putri.
 F1 = Pelayanan Promosi Kesehatan

51. Posyandu Balita (Validasi)


 Tanggal Pelaksanaan: 08/08/2022
 Judul Kegiatan: Penyuluhan tentang Diare
 Latar Belakang:
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih
tinggi. Diare masih menjadi masalah di semua golongan umur  terutama pada balita.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) diare menduduki peringkat kedua sebagai
penyebab kematian Balita di dunia padahal penyakit ini dapat dicegah dan diobati.
Hasil penelitian yang dipublikasikan oleh Lancet 2016 menyebutkan bahwa diare
berada di peringkat ke-8 penyebab kematian dari semua umur dan peringkat ke-5 pada
balita.
Diare banyak terjadi di negara berkembang. Berdasarkan Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke
tahun diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di
Indonesia. . Di negara dengan pendapatan rendah, kejadian diare rata-rata 3x per tahun
pada anak kurang dari 3 tahun. Dari semua kematian anak balita karena penyakit
diare, 78% terjadi di wilayah Afrika dan Asia Tenggara.
Penyebab utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di
rumah maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu
tata laksana yang cepat dan tepat.
 Gambaran Pelaksanaan:
Penyuluhan dilakukan di Posyandu Wairuhu. Kegiatan penyuluhan diberikan kepada
para ibu yang turut hadir membawa balitanya ke posyandu serta kader posyandu.
 F1 = Pelayanan Promosi Kesehatan
52. Posyandu Balita (Validasi)
 Tanggal Pelaksanaan: 10/08/2022
 Judul Kegiatan: Penyuluhan tentang Diare
 Latar Belakang:
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih
tinggi. Diare masih menjadi masalah di semua golongan umur  terutama pada balita.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) diare menduduki peringkat kedua sebagai
penyebab kematian Balita di dunia padahal penyakit ini dapat dicegah dan diobati.
Hasil penelitian yang dipublikasikan oleh Lancet 2016 menyebutkan bahwa diare
berada di peringkat ke-8 penyebab kematian dari semua umur dan peringkat ke-5 pada
balita.
Diare banyak terjadi di negara berkembang. Berdasarkan Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke
tahun diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di
Indonesia. . Di negara dengan pendapatan rendah, kejadian diare rata-rata 3x per tahun
pada anak kurang dari 3 tahun. Dari semua kematian anak balita karena penyakit
diare, 78% terjadi di wilayah Afrika dan Asia Tenggara.
Penyebab utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di
rumah maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu
tata laksana yang cepat dan tepat.
 Gambaran Pelaksanaan:
Penyuluhan dilakukan di Posyandu Pinang Putih I. Kegiatan penyuluhan diberikan
kepada para ibu yang turut hadir membawa balitanya ke posyandu serta kader
posyandu.
 F1 = Pelayanan Promosi Kesehatan

53. Posyandu Balita (Validasi)


 Tanggal Pelaksanaan: 12/08/2022
 Judul Kegiatan: Penyuluhan tentang Diare
 Latar Belakang:
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih
tinggi. Diare masih menjadi masalah di semua golongan umur  terutama pada balita.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) diare menduduki peringkat kedua sebagai
penyebab kematian Balita di dunia padahal penyakit ini dapat dicegah dan diobati.
Hasil penelitian yang dipublikasikan oleh Lancet 2016 menyebutkan bahwa diare
berada di peringkat ke-8 penyebab kematian dari semua umur dan peringkat ke-5 pada
balita.
Diare banyak terjadi di negara berkembang. Berdasarkan Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke
tahun diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di
Indonesia. . Di negara dengan pendapatan rendah, kejadian diare rata-rata 3x per tahun
pada anak kurang dari 3 tahun. Dari semua kematian anak balita karena penyakit
diare, 78% terjadi di wilayah Afrika dan Asia Tenggara.
Penyebab utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di
rumah maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu
tata laksana yang cepat dan tepat.
 Gambaran Pelaksanaan:
Penyuluhan dilakukan di Posyandu Melati. Kegiatan penyuluhan diberikan kepada para
ibu yang turut hadir membawa balitanya ke posyandu serta kader posyandu.
 F1 = Pelayanan Promosi Kesehatan

54. Posyandu Balita (Validasi)


 Tanggal Pelaksanaan: 13/08/2022
 Judul Kegiatan: Penyuluhan tentang Diare
 Latar Belakang:
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih
tinggi. Diare masih menjadi masalah di semua golongan umur  terutama pada balita.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) diare menduduki peringkat kedua sebagai
penyebab kematian Balita di dunia padahal penyakit ini dapat dicegah dan diobati.
Hasil penelitian yang dipublikasikan oleh Lancet 2016 menyebutkan bahwa diare
berada di peringkat ke-8 penyebab kematian dari semua umur dan peringkat ke-5 pada
balita.
Diare banyak terjadi di negara berkembang. Berdasarkan Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke
tahun diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di
Indonesia. . Di negara dengan pendapatan rendah, kejadian diare rata-rata 3x per tahun
pada anak kurang dari 3 tahun. Dari semua kematian anak balita karena penyakit
diare, 78% terjadi di wilayah Afrika dan Asia Tenggara.
Penyebab utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di
rumah maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu
tata laksana yang cepat dan tepat.
 Gambaran Pelaksanaan:
Penyuluhan dilakukan di Posyandu Anggrek. Kegiatan penyuluhan diberikan kepada
para ibu yang turut hadir membawa balitanya ke posyandu serta kader posyandu.
 F1 = Pelayanan Promosi Kesehatan

55. Posyandu Balita (Validasi)


 Tanggal Pelaksanaan: 25/08/2022
 Judul Kegiatan: Penyuluhan tentang Diare
 Latar Belakang:
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih
tinggi. Diare masih menjadi masalah di semua golongan umur  terutama pada balita.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) diare menduduki peringkat kedua sebagai
penyebab kematian Balita di dunia padahal penyakit ini dapat dicegah dan diobati.
Hasil penelitian yang dipublikasikan oleh Lancet 2016 menyebutkan bahwa diare
berada di peringkat ke-8 penyebab kematian dari semua umur dan peringkat ke-5 pada
balita.
Diare banyak terjadi di negara berkembang. Berdasarkan Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke
tahun diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di
Indonesia. . Di negara dengan pendapatan rendah, kejadian diare rata-rata 3x per tahun
pada anak kurang dari 3 tahun. Dari semua kematian anak balita karena penyakit
diare, 78% terjadi di wilayah Afrika dan Asia Tenggara.
Penyebab utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di
rumah maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu
tata laksana yang cepat dan tepat.
 Gambaran Pelaksanaan:
Penyuluhan dilakukan di Posyandu Salam pada pukul 10:00 WIT sampai selesai.
Kegiatan penyuluhan diberikan kepada para ibu yang turut hadir membawa balitanya ke
posyandu serta kader posyandu.
 F1 = Pelayanan Promosi Kesehatan

56. Penyuluhan Warga Setempat (Validasi)


 Tanggal Pelaksanaan: 25/08/2022
 Judul Kegiatan: Penyuluhan tentang Rabies
 Latar Belakang:
Angka kematian akibat Rabies di Indonesia masih cukup tinggi yakni 100-156
kematian per tahun, dengan Case Fatality Rate (Tingkat Kematian) hampir 100 persen.
Hal ini menggambarkan bahwa rabies masih jadi ancaman bagi kesehatan masyarakat.
Secara statistik 98% penyakit rabies ditularkan melalui gigitan anjing, dan 2% penyakit
tersebut ditularkan melalui kucing dan kera. Tantangan berat saat ini adalah masih ada
provinsi yang belum bebas rabies.
Dari 34 provinsi di Indonesia, hanya 8 provinsi yang bebas rabies sementara 26
provinsi lainnya masih endemik rabies. Secara historis 8 provinsi tersebut adalah
Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Papua, Papua Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah,
Yogyakarta, dan Jawa Timur.
Dalam 5 tahun terakhir (2015-2019) kasus gigitan hewan penular rabies
dilaporkan berjumlah 404.306 kasus dengan 544 kematian. Saat itu ada 5 provinsi
dengan jumlah kematian tertinggi antara lain Sulawesi Utara, Kalimantan Barat,
Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, dan Nusa Tenggara Timur. Sedangkan kejadian luar
biasa (KLB) rabies tahun 2019 terakhir dilaporkan terjadi di Nusa Tenggara Barat. Hal
itu menunjukkan upaya pengendalian rabies di Indonesia memerlukan langkah
terstruktur dan sistematis. Peran pemerintah dan lintas sektor masih sangat dibutuhkan
dalam mengatasi permasalahan tersebut
Pencegahan kematian akibat rabies pada manusia ditentukan oleh, satu,
penanganan luka Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) yang tepat, dua, pemberian
Vaksinasi Anti Rabies (VAR), dan tiga, pemberian Serum Anti Rabies (SAR).
 Gambaran Pelaksanaan:
Penyuluhan dilakukan di Gedung Serbaguna Desa Galala pada pukul 15:00 WIT
sampai selesai. Kegiatan penyuluhan diberikan kepada para warga setempat yang
tinggal di lingkungan sekitar puskesmas. Kegiatan dihadiri sekital 20 orang
 F1 = Pelayanan Promosi Kesehatan

57. SD Negeri 61 Ambon (Validasi)


 Tanggal Pelaksanaan: 01/09/2022
 Judul Kegiatan: Skrining Vaksinasi Campak – Rubella dalam rangka Bulan Imunisasi
Anak Nasional (BIAN) 2022.
 Latar Belakang:
Kementerian Kesehatan mencanangkan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN)
2022 di halaman Gedung Daerah, Kepulauan Riau pada tanggal 18 Mei 2022. Kegiatan
ini dilakukan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman kepada seluruh
masyarakat akan pentingnya pelaksanaan Bulan Imunisasi Anak Nasional terhadap
pencapaian target eliminasi campak-rubela/Congenital Rubella Syndrome (CRS) pada
tahun 2023.
Kegiatan yang akan dilaksanakan secara serentak selama satu bulan ini akan
dilaksanakan melalui 2 tahapan yaitu tahap I dilaksanakan mulai bulan Mei tahun 2022
bagi seluruh provinsi di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara,
Maluku dan Papua dan tahap II dilaksanakan mulai bulan Agustus bagi provinsi di
pulau Jawa dan provinsi Bali. Hal ini dilakukan karena cakupan imunisasi anak
menurun akibat pandemi COVID-19, yang menyebabkan gangguan rantai pasokan
vaksin, adanya aturan pembatasan kegiatan, jumlah tenaga kesehatan yang terbatas, dan
membuat orang tua/wali asuh enggan ke faskes karena takut tertular COVID-19.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, terdapat 1,7 juta anak Indonesia belum
mendapatkan imunisasi dasar lengkap selama pandemi COVID-19. Terbanyak di Jawa
Barat, Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat dan DKI Jakarta.
Selama BIAN, diharapkan orang tua segera membawa anak ke fasilitas
pelayanan kesehatan terdekat atau pos pelayanan imunisasi untuk mendapatkan
imunisasi rutin. Pemberian imunisasi terbukti melindungi anak-anak dari penyakit
berbahaya sehingga anak lebih sehat dan lebih produktif. Tak hanya itu, manfaat dari
imunisasi juga jauh lebih besar dibandingkan dampak yang ditimbulkan di masa depan.
 Gambaran Pelaksanaan:
Kegiatan dilakukan di SD Negeri 61 Ambon pada anak sekolah yang berusia 5 tahun
sampai < 12 tahun yang belum mendapat vaksinasi Campak – Rubela sebelumnya.
Skrining dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada anak sebelum
dilakukan vaksinasi. Skrining dimulai sekitar pukul 14:00 WIT sampai selesai. Total
jumlah anak yang diskrining sebanyak 11 orang.
 F5 = Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

58. Posyandu Balita (Validasi)


 Tanggal Pelaksanaan: 05/09/2022
 Judul Kegiatan: Pemberian Makanan Tambahan (PMT) lokal
 Latar Belakang:
Pemberian makanan tambahan lokal merupakan kegiatan di luar gedung
Puskesmas dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang dapat diintegrasikan
dengan kegiatan lintas program dan sektor terkait lainnya.
Pemberian makanan tambahan lokal ini sebagai contoh menu lengkap sekali
makan (makan siang) bagi balita yang diharapkan dapat diterapkan dalam penyediaan
makanan sehari-hari di keluarga. Bentuk makanan tambahan lokal adalah makanan
lengkap, sesuai dengan ”Isi Piringku” dan Pedoman Gizi Seimbang terdiri dari sumber
Karbohidrat, Protein Hewani dan Nabati, Lemak, Vitamin dan Mineral. Pemberian
makanan tambahan lokal pada sasaran harus disertai dengan penguatan KIE
(Komunikasi, Informasi, dan Edukasi).
Makanan untuk balita diharapkan dapat diterima dalam hal bentuk, rasa dan biasa
dikonsumsi sehari-hari. Bentuk dan rasa makanan dibuat bervariasi dan disesuaikan
dengan selera sasaran sehingga tidak menimbulkan kebosanan. Makanan yang berbau
tajam, pedas, terlalu asam, manis, asin kurang baik bagi kesehatan.
Pemberian makanan tambahan lokal harus memenuhi persyaratan antara lain:
Dapat diterima, . Sesuai dengan Norma dan Agama, Mudah dibuat, Memenuhi
kebutuhan zat gizi, Terjangkau, Mudah didapat, Aman, Kandungan Gizi
 Gambaran Pelaksanaan:
Pemberian Makanan Tambahan lokal dilakukan di Posyandu Mawar II. Pemberian
makanan tambahan lokal berupa bubur ayam diberikan kepada Balita berusia 6 – 59
bulan. Kegiatan diberikan kepada ± 10 orang anak.
 F4 = Pelayanan Gizi

59. Voluntary Counseling and Testing (VCT) (Validasi)


 Tanggal Pelaksanaan: 05/09/2022
 Judul Kegiatan: Skrining HIV pada Pekerja Seks Komersial (PSK)
 Latar Belakang:
Voluntary Counseling and Testing (VCT) merupakan salah satu strategi kesehatan
masyarakat yang dilakukan untuk menangani penyebaran HIV/AIDS. VCT adalah
proses konseling pra testing, konseling post testing, dan testing HIV secara sukarela
yang bersifat confidental (rahasia) dan secara lebih dini membantu orang mengetahui
status HIV. Tujuan VCT mempromosikan perubahan perilaku yang dapat mengurangi
resiko penyebaran infeksi HIV. VCT ditujukan kepada siapa saja yang merasa sudah
melakukan kegiatan yang berisiko terinfeksi HIV, seperti: melakukan hubungan seksual
tidak aman, menggunakan narkoba suntik beramai- ramai, melakukan tato dengan
jarum suntik tidak steril, dan sebagainya. VCT sebaiknya dilakukan 2-3 bulan. Karena
masa inkubasi HIV umumnya 3 minggu sampai dengan 2 bulan. Biasanya dianjurkan
untuk melakukan tes ulang 6 bulan berikutnya untuk mendapatkan hasil yang lebih
akurat.
 Gambaran Pelaksanaan:
Skrining dilakukan kepada para Pekerja Seks Komersial (PSK) di salah satu Bar.
Skrining dimulai sekitar pukul 22:00 WIT sampai selesai. Skrining berupa pemeriksaan
Rapid Test HIV. Total jumlah PSK yang diskrining sebanyak 10 orang.
 F5 = Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

60. Penyuluhan Kusta & Kemoprofilaksis (Validasi)


 Tanggal Pelaksanaan: 08/09/2022
 Judul Kegiatan: Penyuluhan tentang Kusta & Pentingnya Kemoprofilaksis
 Latar Belakang:
Penyakit kusta masih menjadi masalah kesehatan yang sangat kompleks, sebab
hingga kini masih ada 6 provinsi yang belum mencapai eliminasi kusta. Prevalensi
kusta di keenam provinsi tersebut masih di atas 1/10.000 penduduk artinya setiap
10.000 penduduk di daerah tersebut terdapat satu penderita kusta. Enam provinsi yang
saat ini belum mencapai target eliminasi kusta di antaranya Sulawesi Utara, Gorontalo,
Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat. Pada Januari 2021, sebanyak 101
kabupaten/kota di enam Provinsi di Indonesia belum mencapai eliminasi kusta.
Kemenkes menargetkan eliminasi kusta di di daerah tersebut perlu dicapai paling
lambat 2024.
Berdasarkan data yang dihimpun Kementerian Kesehatan per tanggal Data per 24
Januari 2022 mencatat jumlah kasus kusta tedaftar sebesar 13.487 kasus dengan
penemuan kasus baru sebanyak 7.146 kasus. Menurut Wakil Menteri Kesehatan,
kecacatan tubuh yang dialami pasien kusta menunjukkan adanya keterlambatan dalam
penanganan penyakit kusta dengan persentase 15,4 persen.
Deteksi sedini mungkin adalah hal penting agar perlu segera diobati. Akibat kusta
bisa timbul permasalahan ekonomi, stigmatisasi pada penderita kusta beserta
keluarganya,
Untuk mencapai Eliminasi Kusta, Kementerian Kesehatan berupaya melakukan
akselerasi melalui berbagai kegiatan inovasi antara lain yaitu kemoprofilaksis
rifampisin dosis tunggal. Dalam upaya mengurangi jumlah kasus baru dengan
mengurangi penularan Kusta, ada bukti ilmiah bahwa Single Dose Rifampicin
(SDR)/Rifampisin dosis tunggal yang diberikan kepada kontak dekat dari kasus indeks,
telah terbukti secara efektif mengurangi risiko kusta. Di sisi lain, sampai saat ini belum
ada metode lain yang lebih efektif untuk pencegahan penyakit ini (seperti vaksinasi).
Berdasarkan hal tersebut, Kementerian Kesehatan RI, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Timur dan Dinas Kesehatan Provinsi Maluku bersama dengan Netherlands Leprosy
Relief-NLR Indonesia telah melaksanakan proyek demonstrasi (pilot) dengan kegiatan
kemoprofilaksis rifampisin dosis tunggal sebagai Leprosy Post Exposure Prophylaxis
(LPEP) di Kabupaten Sumenep (Jawa Timur) dan Desa Lingat (Kabupaten MTB,
Maluku) sejak 2014. Hasil kemoprofilaksis di beberapa wilayah seperti Kabupaten
Bima, Asmat dan Maluku Tenggara Barat menunjukkan terjadinya penurunan kasus
baru kusta sejak kegiatan ini dilakukan.
 Gambaran Pelaksanaan:
Penyuluhan dilakukan kepada keluarga yang tinggal berdekatan atau memiliki riwayat
kontak dengan penderita Kusta. Kegiatan dilanjutkan dengan pemberian
kemoprofilaksis kusta dalam bentuk Single Dose Rifampicin (SDR) kepada orang yang
kontak dengan penderita kusta yang memenuhi kriteria dan persyaratan tertentu dengan
tujuan untuk mencegah penularan Kusta. Single Dose Rifampicin (SDR) yang diberikan
kepada anggota keluarga sebagai berikut: 600 mg (dewasa BB ≥35 kg dan/atau usia >
15 tahun) dan 450 mg (dewasa BB <35 kg dan/atau anak usia 10 – 15 tahun). Obat
diminum 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan. Obat diberikan hanya 1x dan
dapat diulang 2 tahun kemudian. Total anggota keluarga yang mendapat
kemoprofilaksis sebanyak 28 orang yang terdiri dari anak – anak, dewasa dan lansia.
 F1 = Pelayanan Promosi Kesehatan

61. Kesehatan Ibu dan Anak (Validasi)


 Tanggal Pelaksanaan: 19/09/2022
 Judul Kegiatan: Pemberian Pil KB (Keluarga Berencana)
 Latar Belakang:
KB (Keluarga Berencana) adalah program pemerintah Indonesia sejak tahun
1970. Program tersebut bertujuan untuk mengendalikan pertambahan jumlah penduduk,
membatasi angka kelahiran, dan mengatur jarak kelahiran sehingga dapat menciptakan
keluarga sehat sejahtera. Program ini juga diharapkan dapat menurunkan angka
kematian ibu dan bayi karena kehamilan yang tidak diinginkan ataupun jarak kelahiran
yang terlalu dekat. Upaya dalam mendukung program tersebut adalah dengan
menggunakan alat kontrasepsi untuk menunda kehamilan dan menjarangkan atau
mengatur jarak kelahiran. Sasaran dari program KB, meliputi sasaran langsung, yaitu
pasangan usia subur yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara
penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. Kontrasepsi adalah usaha - usaha untuk
mencegah terjadinya kehamilan, usaha itu dapat bersifat sementara dapat bersifat
permanen. Untuk itu, berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang
membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan seks dan
keduanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan (Depkes,
1999). Tujuan kontrasepsi antara lain: menunda kehamilan, mengatur/menjarangkan
kehamilan, mengakhiri kesuburan.
 Gambaran Pelaksanaan:
Pemberian kontrasepsi kepada ibu berusia 26 tahun yang telah memiliki 2 anak. Tujuan
kontrasepsi pada ibu ini adalah untuk mengatur/menjarangkan kehamilan. Pilihan
kontrasepsi yang digunakan berupa Minipil yang mengandung hormon progesterone
sintetik. Minipil yang digunakan adalah Lynestrenol 0,5 mg tab dengan dosis 1 x 1 tab.
yang diminum setiap hari di waktu dan jam yang sama. Minipil diberikan sebanyak 56
tablet yang dapat diminum selama 2 bulan
 F3 = Pelayanan Kesehatan Keluarga

62. Kesehatan Ibu dan Anak (Validasi)


 Tanggal Pelaksanaan: 20/09/2022
 Judul Kegiatan: Pelayanan Antenatal Care
 Latar Belakang:
Salah satu solusi efektif dalam menurunkan Angka Kematian Ibu
(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) adalah dengan cara meningkatkan pertolongan
persalinan yang dilakukan oleh tenaga medis terlatih yang disediakan oleh
fasilitas pelayanan kesehatan. Di samping itu, dibutuhkan partisipasi serta kesadaran
ibu terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan di fasilitas pelayanan kesehatan oleh
tenaga kesehatan.
Pemeriksaan ANC (Antenatal Care) merupakan pemeriksaan kehamilan yang
bertujuan untuk meningkatkan kesehatan fisik dan mental pada ibu hamil secara
optimal, hingga mampu menghadapi masa persalinan, nifas, menghadapi persiapan
pemberian ASI secara eksklusif, serta kembalinya kesehatan alat reproduksi dengan
wajar.
WHO (2016) merekomendasikan Antenatal Care dilakukan sebanyak 8x selama
masa kehamilan.
 Gambaran Pelaksanaan:
Antenatal Care dilakukan kepada ibu hamil berusia 29 tahun dengan riwayat
G3P2A0 Gemeli dengan perkiraan usia kehamilan sekitar ± 28 minggu, HPHT: 20-02-
2022, TP: 27-11-2022. Berdasarkan hasil anamnesis, ANC sudah dilakukan sebanyak
6x, keluhan saat ini (-). Pelayanan yang dilakukan antara lain: mengukur BB,
pengukuran TD, pengukuran TFU, menilai DJJ, dengan hasil pemeriksaan sebagai
berikut
 BB = 65 kg
 TD = 120/80 mmHg
 DJJ = positif (Doppler) pungggung kiri dan punggung kanan
 F3 = Pelayanan Kesehatan Keluarga

63. Penyuluhan Imunisasi PCV (Validasi)


 Tanggal Pelaksanaan: 26/09/2022
 Judul Kegiatan: Penyuluhan tentang Imunisasi PCV
 Latar Belakang:
Pneumonia adalah salah satu penyakit menular yang merupakan penyebab utama
kematian pada anak-anak di dunia. Penyakit ini dapat diobati jika terdiagnosa sedini
mungkin serta dapat dicegah dengan imunisasi. Ini terbukti di negara-negara dimana
imunisasi Pneumokokus Konyugasi atau PCV merupakan bagian dari program
imunisasi rutin.
WHO merekomendasikan agar PCV masuk dalam program imunisasi rutin bagi
anak di seluruh dunia. Imunisasi PCV akan memberikan perlindungan yang efektif
untuk bayi dan anak-anak terhadap penyakit pneumonia atau radang paru akibat infeksi
bakteri pneumokokus. Kementerian Kesehatan berkomitmen untuk melindungi seluruh
anak Indonesia dari ancaman pneumonia melalui pemberian imunisasi PCV yang
dilaksanakan secara bertahap dimulai pada tahun 2017. Tahun ini, seluruh anak
Indonesia tanpa terkecuali akan mendapatkan manfaat perlindungan dari vaksin PCV.
Imunisasi diberikan kepada anak berusia 2 bulan, 3 bulan dan usia 12 bulan.
 Gambaran Pelaksanaan:
Penyuluhan dilakukan di Posyandu Salam. Penyuluhan diberikan kepada para ibu yang
turut hadir membawa anaknya ke posyandu. Jumlah ibu yang datang sekitar ± 10 orang
 F1 = Pelayanan Promosi Kesehatan

64. Penyuluhan Imunisasi PCV (Validasi)


 Tanggal Pelaksanaan: 27/09/2022
 Judul Kegiatan: Penyuluhan tentang Imunisasi PCV
 Latar Belakang:
Pneumonia adalah salah satu penyakit menular yang merupakan penyebab utama
kematian pada anak-anak di dunia. Penyakit ini dapat diobati jika terdiagnosa sedini
mungkin serta dapat dicegah dengan imunisasi. Ini terbukti di negara-negara dimana
imunisasi Pneumokokus Konyugasi atau PCV merupakan bagian dari program
imunisasi rutin.
WHO merekomendasikan agar PCV masuk dalam program imunisasi rutin bagi
anak di seluruh dunia. Imunisasi PCV akan memberikan perlindungan yang efektif
untuk bayi dan anak-anak terhadap penyakit pneumonia atau radang paru akibat infeksi
bakteri pneumokokus. Kementerian Kesehatan berkomitmen untuk melindungi seluruh
anak Indonesia dari ancaman pneumonia melalui pemberian imunisasi PCV yang
dilaksanakan secara bertahap dimulai pada tahun 2017. Tahun ini, seluruh anak
Indonesia tanpa terkecuali akan mendapatkan manfaat perlindungan dari vaksin PCV.
Imunisasi diberikan kepada anak berusia 2 bulan, 3 bulan dan usia 12 bulan.
 Gambaran Pelaksanaan:
Penyuluhan dilakukan di Posyandu Kembang Buton. Penyuluhan diberikan kepada para
ibu yang turut hadir membawa anaknya ke posyandu. Jumlah ibu yang datang 15 orang.
 F1 = Pelayanan Promosi Kesehatan

65. Penyuluhan Difteri (Validasi)


 Tanggal Pelaksanaan: 04/10/2022
 Judul Kegiatan: Penyuluhan tentang Difteri
 Latar Belakang:
Difteri merupakan penyakit yang sangat menular. Penyakit ini disebabkan oleh
bakteri  Corynebacterium diptheriae.
Difteri menimbulkan gejala dan tanda berupa demam yang tidak begitu tinggi,
38ºC, munculnya pseudomembran / selaput  di tenggorokan yang berwarna  putih
keabu-abuan yang mudah berdarah jika dilepaskan, sakit waktu menelan, kadang2
disertai pembesaran kelenjar getah bening leher dan pembengakan jaringan lunak leher
yang disebut bullneck. Adakalanya disertai sesak napas dan / suara mengorok.
Difteri dapat menyerang orang yang tidak mempunyai kekebalan  terutama
anak-anak. Pencegahan utama Difteri adalah dengan imunisasi. Indonesia telah
melaksanakan Program imunisasi – termasuk imunisasi Difteri – sejak lebih 5 dasa
warsa. Keberhasilan pencegahan Difteri dengan imunisasi sangat ditentukan oleh
cakupan imunisasi, yaitu minimal 95%.
 Gambaran Pelaksanaan:
Penyuluhan dilakukan di Posyandu Mawar II. Penyuluhan diberikan kepada para ibu
yang turut hadir membawa anaknya ke posyandu.
 F1 = Pelayanan Promosi Kesehatan

66. Posyandu Balita (Validasi)


 Tanggal Pelaksanaan: 06/10/2022
 Judul Kegiatan: Pemeriksaan Antropometri (Berat Badan)
 Latar Belakang:
Salah satu program utama posyandu adalah menyelenggarakan pemeriksaan bayi
dan balita secara rutin. Hal ini penting dilakukan untuk memantau tumbuh kembang
anak dan mendeteksi gangguan tumbuh kembang anak sejak dini. apabila
penyelenggaraan posyandu baik maka upaya untuk pemenuhan dasar pertumbuhan
anak akan baik pula. Jenis pelayanan yang diselenggarakan posyandu untuk balita
mencakup penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan dan lingkar kepala anak,
evaluasi tumbuh kembang, serta penyuluhan dan konseling tumbuh kembang. Hasil
pemeriksaan tersebut kemudian dicatat di dalam buku KIA (kesehatan ibu dan anak)
atau KMS (kartu menuju sehat).
 Gambaran Pelaksanaan:
Kegiatan dilakukan di Posyandu Mawar I. Kegiatan ini dibantu oleh para kader
posyandu. Kegiatan diawali dengan melakukan pendaftaran balita diikuti dengan
penimbangan Berat Badan setelah itu dilakukan pencatatan di Buku KMS untuk
menilai kurva BB dan TB. Total balita yang turut hadir sebanyak 16 balita.
 F4 = Pelayanan Gizi

67. Posbindu
 Tanggal Pelaksanaan: 24/10/2022
 Judul Kegiatan: Penyuluhan tentang Hiperurisemia
 Latar Belakang:
Setiap pasien hiperurisemia dan gout harus mendapat informasi yang memadai
tentang penyakit gout dan tatalaksana yang efektif termasuk tatalaksana terhadap
penyakit komorbid. Pencegahan asam urat dengan menerapkan pola hidup sehat. Hal
ini dilakukan dengan diet makanan yaitu dengan mengurangi konsumsi makanan tinggi
purin. Selain itu juga melakukan olahraga secara teratur dan menurunkan berat badan
apabila obesitas atau kelebihan berat badan
 Gambaran Pelaksanaan:
Kegiatan dilakukan di Posbindu Hative Kecil pada pukul 10:00 WIT – selesai. Sasaran
penyuluhan diberikan kepada para lansia dan juga kader posyandu yang datang
melakukan skrining penyakit tidak menular. Total peserta yang ikut penyuluhan sekitar
11 orang.
 F5 = Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

68. Deteksi Dini Stunting


 Tanggal Pelaksanaan: 26/10/2022
 Judul Kegiatan: Deteksi Dini Stunting
 Latar Belakang:
Stunting merupakan salah satu permasalahan gizi kronis yang terjadi di
Indonesia. Prevalensi stunting di Indonesia sendiri cukup tinggi, menempati nomor 2 di
Asia Tenggara. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, prevalensinya sebesar 30,8%
dan diperkirakan telah menurun menjadi 26,92% pada tahun 2020. Akan tetapi, angka
tersebut masih berada pada ambang batas atas prevalensi stunting yang telah ditetapkan
oleh WHO, yaitu sebesar 20%.
Stunting merupakan ancaman utama terhadap kualitas manusia Indonesia, juga
ancaman terhadap kemampuan daya saing bangsa. Hal ini dikarenakan anak stunted,
bukan hanya terganggu pertumbuhan fisiknya (bertubuh pendek/kerdil) saja, melainkan
juga terganggu perkembangan otaknya, yang mana tentu akan sangat mempengaruhi
kemampuan dan prestasi di sekolah, produktivitas dan kreativitas di usia-usia produktif.
Tentunya hal ini menjadi suatu masalah penting yang perlu diatasi bersama, tidak hanya
oleh pemerintah saja, tetapi juga masyarakatnya. Deteksi dini stunting dapat dilakukan
dengan memantau kurva pertumbuhan anak secara rutin dengan mengunjungi Posyandu
 Gambaran Pelaksanaan:
Deteksi dini dilakukan kepada para balita yang tinggal di Kampung Wara. Deteksi dini
dilakukan dengan cara melakukan pengukuran berat badan dan panjang badan
kemudian dengan menggunakan grafik WHO dilakukan ploting BB/PB untuk
menentukan status gizi balita. Total balita yang diskrining berjumlah 10 orang salah
satunya mengalami Gizi Kurang.
 F4 = Pelayanan Gizi

69. Vaksinasi Covid-19


 Tanggal Pelaksanaan: 27/10/2022
 Judul Kegiatan: Skrining vaksinasi booster covid-19
 Latar Belakang:
World Health Organization (WHO) telah menyatakan COVID-19 sebagai Global
Pandemic dan Pemerintah telah menetapkan kedaruratan kesehatan masyarakat Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19) di Indonesia sehingga wajib diakukan upaya
penanggulangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dengan
melakukan vaksinasi. Sebelum dilakukan vaksinasi, perlu dilakukan tindakan skrining
dengan tujuan antara lain: Memastikan vaksin COVID-19 diberikan pada kelompok
yang sesuai, Menyingkirkan adanya kontraindikasi vaksinasi, Meminimalkan risiko
kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) dan Mengoptimalkan keefektifan/manfaat
vaksinasi COVID-19.
 Gambaran Pelaksanaan:
Kegiatan dilakukan di Puskesmas Hative Kecil pada pukul 11:00 WIT – selesai.
Skrining dilakukan sebelum vaksinasi dengan melakukan pemeriksaan tekanan darah
dan suhu tubuh serta mengajukan beberapa pertanyaan untuk menilai apakah lanjut
divaksin atau ditunda untuk sementara. Pilihan vaksin booster yang digunakan adalah
vaksin Pfizer dengan dosis 0,3 mL (dosis penuh) dan dosis 0,15 mL (dosis setengah).
Vaksinasi secara IM di lengan atas kiri. Dari hasil skrining, rata-rata masyarakat yang
datang ingin melakukan vaksinasi booster namun ada juga yang baru melakukan
vaksinasi primer. Total masyarakat yang memenuhi syarat untuk lanjut divaksin
sebanyak 10 orang.
 F5 = Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

70. Posyandu Nobel


 Tanggal Pelaksanaan: 02/10/2022
 Judul Kegiatan: Pemeriksaan Antropometri (Berat Badan)
 Latar Belakang:
Salah satu program utama posyandu adalah menyelenggarakan pemeriksaan bayi
dan balita secara rutin. Hal ini penting dilakukan untuk memantau tumbuh kembang
anak dan mendeteksi gangguan tumbuh kembang anak sejak dini. apabila
penyelenggaraan posyandu baik maka upaya untuk pemenuhan dasar pertumbuhan
anak akan baik pula. Jenis pelayanan yang diselenggarakan posyandu untuk balita
mencakup penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan dan lingkar kepala anak,
evaluasi tumbuh kembang, serta penyuluhan dan konseling tumbuh kembang. Hasil
pemeriksaan tersebut kemudian dicatat di dalam buku KIA (kesehatan ibu dan anak)
atau KMS (kartu menuju sehat).
 Gambaran Pelaksanaan:
Kegiatan dilakukan di Posyandu Nobel. Kegiatan ini dibantu oleh para kader posyandu.
Kegiatan diawali dengan melakukan pendaftaran balita diikuti dengan penimbangan
Berat Badan setelah itu dilakukan pencatatan di Buku KMS untuk menilai kurva BB
dan TB. Total balita yang turut hadir sebanyak 12 balita.
 F4 = Pelayanan Gizi
71. Melakukan Penapisan Pasien Suspek TB Paru
 Tanggal Pelaksanaan: 08/11/2022
 Judul Kegiatan: Merujuk Pasien Untuk Melakukan Pemeriksaan BTA
 Latar Belakang:
Semua pasien terduga TB harus menjalani pemeriksaan bakteriologis untuk
mengkonfirmasi penyakit TB. Pemeriksaan bakteriologis merujuk pada pemeriksaan
apusan dari sediaan biologis (dahak atau spesimen lain), pemeriksaan biakan dan
identifikasi M. tuberculosis atau metode diagnostik cepat yang telah mendapat
rekomendasi WHO. Pada wilayah dengan laboratorium yang terpantau mutunya
melalui sistem pemantauan mutu eksternal, kasus TB Paru BTA positif ditegakkan
berdasarkan hasil pemeriksaan BTA positif, minimal dari satu spesimen.
Pemeriksaan molekular untuk mendeteksi DNA M.TB saat ini merupakan metode
pemeriksaan tercepat yang sudah dapat dilakukan di Indonesia. Metode molekuler
dapat mendeteksi M.TB dan membedakannya dengan Non-Tuberculous
Mycobacteria (NTM). Pemeriksaan dengan TCM dapat mendeteksi M. tuberculosis
dan gen pengkode resistan rifampisin (rpoB) pada sputum kurang lebih dalam waktu
2 (dua) jam.
 Gambaran Pelaksanaan:
Pasien laki-laki usia 71 tahun dengan klinis suspek Tb Paru dirujuk ke puskesmas
lain untuk dilakukan pemeriksaan Sputum BTA. Pemeriksaan sputum BTA dengan
metode TCM menggunakan dahak yang diambil sebanyak 2x.
 F5 = Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Anda mungkin juga menyukai