Anda di halaman 1dari 11

PEMERINTAH KOTA BAUBAU

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS MEO-MEO
Jln. Hayam Wuruk No. 97
BAUBAU

KERANGKA ACUAN KEGIATAN


GIZI
A. PENDAHULUAN

Program perbaikan gizi merupakan bagian intergral dari program kesehatan yang
mempunyai peranan penting dalam mewujudkan hidup sehat bagi setiap orang dalam menciptakan
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.Untuk mencapai tujuan tersebut, program
perbaikan gizi harus dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan.
Kurang gizi masih merupakan masala di Indonesia.pentingnya Asi Ekslusif merupakan salah
satu terobosan dalam rangka menanggulangi masalah kurang gizi pada Balita. Sementara ini
cakupan ASI-Ekslusif di Indonesia masih sangat rendah. Pemberian ASI eklsusif mempunyai
kuntungan yang sangat besar, diantaranya dapat melindungi bayi terhadap infeksi, adanya kontak
yang lebih erat antara ibu dan anak, melindungi kesehatan ibu, keuntungan secara ekonomi.
Rekomendasi “ Innocenti Declaration” adalah memberikan ASI setengah jam pertama setelah lahir
sampai usia 6 bulan.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum : Meningkatkan cakupan ASi ekslusif di wilayah puskesmas.


2. Tujuan Khusus :
Mendampingi ibu sasaran agar :
a. memberikan ASI setengah jam pertama setelah lahir
b. Memberikan ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan

C. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

Kegiatan Pokok : konseling ASI Ekslusif

Rincian Kegiatan :
1. mendata seluruh bayi 0-6 bulan dari kohor bayi dan data 7 – 11 bulan diposyandu.
2. konseling ASI eklusif di posyandu
D. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
Jenis Data Sumber Data Lokasi Pengumpul Waktu
Data
Cakupan ASI  Kohor Kelurahan. Bidan, Setiap bulan
ekslusif Bayi posyandu, Kader, TPG, Setiap bulan
 KMS puskesmas, TPG Setiap bulan
 LB3 gizi
1. Mengumpulkan data cakupan ASI ekslusif melalui kohor bayi, KMS di Bidan, atau kader yang
dilaksanakan setiap Bulan.
2. Konseling ASI eklusif pada bayi baru lahir yang datang berkunjung di posyandu/, puskesmas.
3. pengolahan data
cakupan ASI ekslusif sampai dengan 6 bulan
jumlah bayi umur 7 – 11 bulan yang mendapat ASi saja sampai usia 6 bulan X 100 %
Jumlah bayi umur 7 -11 bulan di suatu wilayah
E. SASARAN
1. Ibu hamil
2. ibu yang mempunyai bayi 0- 6 bulan
F. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
Pelaksanaan kegiatan konseling ASI direncanakan setiap bulan di posyandu , dan setiap pasien
ibu hamil dan ibu bayi 0-6 bulan yang berkunjung di puskesmas.
G. EVALUASI
tercapainya target Program Gizi, SPM ASI ekslusif 44 %.
H. CATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI
Bulanan, semester.
2.Kerangka acuan kegiatan tablet fe pada bumil
A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
a. Dasar Hukum 1) UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
b. Permenkes No 741/Menkes/PER/VIII/2008 tentang SPM Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota
c. Permenkes RI 88/2014 tentang standar Tablet Tambah Darah bagi wanita usia subur dan ibu
hamil
d. Permenkes RI No 23 Tahun 2014 Tentang Upaya Perbaikan Gizi

2. Gambaran Umum
Anemia adalah suatu kondisi di mana jumlah sel darah merah atau kapasitas sel darah merah
membawa oksigen tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan fisiologis. Ibu hamil dengan anemia
memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan anemia defisiensi besi yang bisa bertahan
sepanjang usia awal anak dan menghambat pertumbuhan sel-sel otak anak serta sel-sel tubuh lainnya,
yang mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan. Stanting pada anak adalah salah
satu hambatan paling signifikan untuk perkembangan seseorang, yang mempengaruhi sekitar 162 juta
anak-anak di bawah usia 5 tahun secara global. Stanting, atau terlalu pendek untuk usia seseorang,
didefinisikan sebagai tinggi badan dibawah minus dua standar deviasi (<-2 SD) pertumbuhan anak
menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). RPJMN 2015-2019 mencantumkan sasaran strategis
pembangunan kesehatan untuk menurunkan prevalensi kekurangan gizi pada balita dari 18,4% menjadi
dibawah 15% dan menurunkan prevalensi balita pendek dari 37% menjadi dibawah 32% Untuk
mencapai tujuan tersebut, Direktorat Bina Gizi memfokuskan pada upaya memperbaiki asupan zat gizi
makro dan mikro, meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penerapan gizi seimbang,
pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan intervensi gizi berbasis masyarakat
Berdasarkan laporan tahunan Puskemas Meo-Meo tahun 2015, 74.2% ibu hamil mengkonsumsi
tablet tambah darah 90 tablet, angka ini belum mencapai target dari yang ditargetkan 80%, dikarenakan
ibu hamil efek samping obat. Untuk meningkatkan konsumsi penuh TTD diperlukan penyuluhan
kesehatan dengan didukung materi Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) yang tepat untuk tenaga
kesehatan. Hal tersebut mempunyai peran penting dalam memberikan informasi yang tepat tentang
konsumsi TTD dan risiko terkait anemia pada ibu hamil. Hal ini selanjutnya dapat berdampak pada
peningkatan pengetahuan dan meningkatkan perilaku konsumsi TTD. Oleh karena itu, pada tahun 2016
ini salah satu kegiatan program perbaikan dan peningkatan gizi masyarakat salah satunya adalah
Penyuluhan dan pemberian Tablet Tambah Darah pada ibu hamil di Wilayah Puskesmas Meo-meo.

B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
1) Ibu hamil mampu mengetahui pentingnya zat gizi Fe bagi kebutuhannya
2) Ibu hamil dapat menerapkan apa yang ia ketahui dari penyuluhan, sehingga angka penderita
anemia menurun
b. Tujuan Khusus
1) Menurunkan angka kejadian anemia pada ibu hamil di puskesmas Meo-Meo
2) Menurunkan angka kejadian kematian bayi dan Ibu di puskesmas Meo-Meo
3) Menurunkan angka kejadian BBLR dan stanting pada bayi di puskesmas Meo-Meo

C. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN


Kegiatan Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Meo-Meo pada ibu
hamil dengan sosialisasi dan pemberian tablet tambah darah (TTD) sebanyak 90 tablet selama
kehamilan.
D. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
1) Penyuluhan tentang manfaat Tablet tambah darah
2) Pemberian Tablet Tambah Darah (Fe).
E. SASARAN :
1. Ibu hamil
F. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Penyuluhan tentang manfaat Tablet Tambah darah dilaksanakan setiap bulan, jan s/d desember
di posyandu, puskesmas.
2. Pemberian Tablet tambah darah
Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan direncanakan akan diselenggarakan pada Bulan Januari s/d
Desember di wilayah kerja Puskesmas Meo-Meo.
G. EVALUASI
1. Indikator Keluaran Menurunnya angka kejadian anemia pada ibu hamil

H. CATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI


Laporan Data pencapaian Pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil
3.Kerangka acuan kegiatan sweeping BULAN PENIMBANGAN BALITA

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
a. Dasar Hukum
1) UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2) Permenkes No 741/Menkes/PER/VIII/2008 tentang SPM Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota
3) Permendagri Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar di
Posyandu
4) Surat Edaran Menteri Kesehatan No 333/IX/2012 tentang penyelenggaraan Bulan Penimbangan
Balita

2. Gambaran Umum

Puskesmas Meo-Meo angka kejadian balita gizi kurangnya 6.44%, tahun 2014 prevalensinya
7,07%, jadi ada penurunan dan sudah mencapai sasaran (di bawah 15%). Kalau untuk prevalensi balita
gizi buruk di Puskesmas Meo-Meo menunjukkan tren penurunan yang menggembirakan,
prevalensinya .0 % tahun 2016 . Bulan Penimbangan Balita merupakan sarana mendidik ibu balita
tentang gizi, kesehatan, dan sebagai upaya deteksi dan intervensi dini gangguan pertumbuhan. Ibu
balita, kader dan petugas kesehatan diharapkan dapat melakukan pembinaan agar balita tidak jatuh ke
gizi kurang. Penimbangan balita di posyandu juga merupakan entry point kegiatan pelayanan kesehatan
seperti imunisasi, pengobatan diare, konseling laktasi, kegiatan Dalam deteksi dan stimulasi tumbuh
kembang, dan lain-lain. Meningkatkan cakupan Instruksi Presiden Nomer 3 tahun 2010 dan Renstra
Kementerian Kesehatan 2015- 2019 telah ditetapkan bahwa pada tahun 2019 sekurangnya 80% anak
ditimbang secara teratur di posyandu. Pencapaian Puskesmas Meo-Meo pada Agustus 2015 sebanyak
81,9%, sedangkan rata-rata dari Januari sampai Juni 2015 sebanyak 78,73%

Pemetaan status gizi balita sebagai hasil dari Bulan Penimbangan Balita merupakan dasar dan
acuan untuk penentuan intervensi dan kebijakan program gizi di tahun selanjutnya. Oleh karena itu,
pada tahun 2016 ini salah satu kegiatan program perbaikan dan peningkatan gizi masyarakat salah
satunya adalah sweeping Bulan Penimbangan Balita yang dilaksanakan di seluruh posyandu yang ada
di Puskesmas Meo-Meo

B. TUJUAN .

1. Tujuan Umum

a. ) Tersisirnya balita yang tidak hadir pada Bulan Penimbangan Balita.

b.) Mengidentifikasi balita yang tidak hadir ke penimbangan balita di Puskesmas Meo-Meo.
2.Tujuan Khusus .

1) Mengetahui Gambaran peta status gizi balita di Puskesmas Meo-Meo

2) Memperoleh data Balita yang tidak di timbang berdasarkan nama dan alamat (by name by
address), kelompok umur, jenis kelamin dan status ekonomi.

3) Memberikan rekomendasi untuk penyusunan Kebijakan perencanaan Puskesmas kedepan yang


efektif dan efisien

C. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

Kegiatan yang dilaksanakan pada pasca Bulan penimbangan balita selesai dilaksanakan dan
menyisir balita yang tidak hadir

D. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN

1) Melakukan Pengukuran TB dan penimbangan Berat Badan Balita

2) Menyisir balita yang tidak hadir pada Bulan Penimbangan Balita Tahun 2016.

3) Identifikasi masalah dan tantangan dalam pelaksanaan sweeping Bulan Penimbangan Balita
serta rencana tindak lanjut.

E. SASARAN

Semua Balita yang berdomisili di wilayah kerja puskesmas Meo-Meo dari umur 0 – 59 bulan.

F. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

Tempat Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan direncanakan akan diselenggarakan pada Bulan Nopember
di 4 Kelurahan dan 12 Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Meo-Meo

E. EVALUASI .

Indikator Keluaran Tersusunnya dokumen sasaran yang tidak hadir pada bulan penimbangan balita
di wilayah kerja Puskesmas Meo-Meo

F. PELAPORAN,PENCATATAN, EVALUASI

Laporan Data Bulan Penimbangan Balita dan data Status gizi


4.Kerangka acuan kegiatan surveilan gizi buruk

A. PENDAHULUAN
Latar Belakang
a. Dasar Hukum 1) UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
b Kepmenkes RI No 145/Menkes/SK/I/2007 tentang Pedoman Penanggulangan Bencana
Bidang Kesehatan
c Permenkes No 741/Menkes/PER/VIII/2008 tentang SPM Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota
d Permendagri Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengintegrasian Layanan Sosial
Dasar di Posyandu

Gambaran Umum Status gizi anak balita telah mengalami perbaikan yang ditandai dengan
menurunnya prevalensi gizi kurang dari 24,5% (Susenas, 2005) menjadi 18,4% di tahun 2007 dan
tahun 2010 turun menjadi 17,9%, walaupun demikian masalah balita pendek (stunting) masih tinggi
yaitu sebesar 35,6% pada tahun 2010 dan 37,2% pada tahun 2013 (Riskesdas 2013) Dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) bidang Kesehatan 2015-2019 telah ditetapkan
salah satu sasaran pembangunan yang akan dicapai adalah menurunkan prevalensi gizi kurang menjadi
setinggi-tingginya 17% dan menurunkan prevalensi balita pendek menjadi setinggi-tingginya 28%.
Rencana Aksi Pembinaan Gizi Masyarakat telah ditetapkan 8 indikator kinerja, yaitu: (1) balita
ditimbang berat badannya; (2) balita gizi buruk mendapat perawatan; (3) balita 6-59 bulan mendapat
kapsul vitamin A; (4) bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif; (5) ibu hamil mendapat 90 tablet
Fe; (6) rumah tangga mengonsumsi garam beriodium; (7) kabupaten/kota melaksanakan surveilans
gizi; dan (8) penyediaan stok cadangan (buffer stock) Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)
untuk daerah bencana. Puskesmas Meo-Meo pada tahun 2015 angka kejadian balita gizi kurangnya
6.44%, tahun 2014 prevalensinya 7,07%, jadi ada penurunan dan sudah mencapai sasaran (di bawah
15%). Kalau untuk prevalensi balita gizi buruk di

Puskesmas Meo-Meo menunjukkan tren penurunan yang menggembirakan, tahun 2014


prevalensinya ......% dan tahun 2015 prevalensinya 0,03%. Untuk memperoleh informasi kasus Gizi
buruk yang merupakan peningkatan kinerja pembinaan gizi masyarakat secara cepat, akurat, teratur dan
berkelanjutan, perlu dilaksanakan kegiatan surveilans gizi buruk di Puskesmas Meo-Meo Oleh karena
itu, pada tahun 2016 ini salah satu kegiatan program perbaikan dan peningkatan gizi masyarakat salah
satunya adalah pelacakan kasus gizi buruk atau surveilan gizi buruk di Puskesmas Meo-Meo

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
1) Memperoleh informasi kasus gizi buruk secara cepat dan akurat, teratur dan berkelanjutan
2) Menemukan sedini mungkin kasus gizi buruk dan penanggulangannya secara cepat.

2. Tujuan khusus
1) Terindentifikasinya faktor resiko gizi buruk disuatu wilayah sebagai bahan informasi bagi
sektor terkait dalam penentuan intervensi
2) Ditetapkannya rencana pencegahan dan penanggulangan gizi buruk secara konferhensif.
3) Memberikan rekomendasi untuk penyusunan Kebijakan perencanaan Puskesmas kedepan
yang efektif dan efisien
C. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
Uraian Kegiatan Rangkaian kegiatan Penyelidikan atau investigasi terhadap faktor resiko
terjadinya gizi buruk dan penemuan kasus balita gizi buruk lainnya di wilayah kerja Puskesmas
Meo-Meo.

D. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


1) Mempelajari laporan balita gizi buruk
2) Menyiapkan Instrumen Pelacakan (Form Pelacakan Gizi buruk).
3) Melaksanakan surveilan gizi buruk bersama dengan Petugas surveilans dan dokter Puskesmas
melakukan penyelidikan kasus balita gizi buruk sesuai dengan form pelacakan kasus gizi buruk
(Menimbang BB, Mengukur TB dan memeriksa balita Gizi Buruk)
4). Identifikasi masalah dan tantangan dalam pelaksanaan kegiatan surveilan gizi buruk serta
rencana tindak lanjut

E. SASARAN
1. Balita Gizi Buruk
2. Keluarga penderita Balita Gizi Buruk

F. JADWAL
Tempat Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan direncanakan akan diselenggarakan pada Bulan Februari,
Juni dan Oktober di wilayah kerja Puskesmas Meo-Meo

G. EVALUASI

Indikator Keluaran dan Keluaran a. Indikator Keluaran Tersusunnya dokumen hasil pelacakan
kasus gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Meo-Meo

H. CATATAN,PELAPORAN. DAN EVALUASI


Keluaran Laporan Data kasus Gizi buruk
5.Kerangka acuan kegiatan pemantauan garam yodium

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
1) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan
2) Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah tentang Kesehatan 2009
Tahun 36
3) Undang-undang Nomor
4) Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan
5) Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Daerah Provinsi
dan Pemerintah Daerah Pemerintah Antara Kabupaten/Kota.
6) Keputusan Presiden Nomor 69 tahun 1994 tentang Pengadaan Garam Beryodium
7) Peraturan Presiden No. 29 Tahun 2010 tentang Rencana Kerja Pemerintah
8) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 63 tahun 2010 tentang Pedoman Penanggulangan
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium di Daerah

Gambaran Umum Masalah kekurangan yodium sudah sejak lama dikenal di Indonesia. Yodium
merupakan zat gizi mikro penting untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan mental. Masalah GAKY
merupakan masalah yang serius mengingat dampaknya secara langsung atau tidak langsung
mempengaruhi kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya manusia yang mencakup 3 aspek, yaitu
aspek perkembangan kecerdasan, aspek perkembangan sosial dan aspek perkembangan ekonomi. Hasil
Riskesdas tahun 2013, secara keseluruhan (perkotaan dan pedesaan) rumah tangga yang mengonsumsi
garam mengandung cukup yodium mencapai 77,1%, yang mengonsumsi garam kurang mengandung
yodium sebesar 14,8% dan yang tidak mengandung yodium sebesar 8,1%. Berkaitan dengan itu
Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, mengeluarkan Surat Edaran Nomor :
JM.03.03/BV/2195/09 tertanggal 3 Juli 2009, mengenai Percepatan Penanggulangan Gangguan Akibat
Kurang Yodium yang antara lain menginstruksikan kepada seluruh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
agar meningkatkan kerjasama dengan instansi terkait dalam peningkatan garam beryodium dan
menghentikan suplementasi kapsul minyak yodium pada sasaran (WUS, ibu hamil, ibu menyusui
Negeri Nomor Peraturan Menteri Dalam dan anak SD/MI). Hal ini diperkuat dengan 63 tahun 2010
tentang Pedoman Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium di Daerah. Pemerintah
melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 telah menetapkan 4
sasaran pembangunan kesehatan yaitu meningkatkan umur harapan hidup dari 70,7 ( Proyeksi BPS,
2008) menjadi 72, menurunkan angka kematian bayi dari 34 ( SDKI, 2007) menjadi 24 per 1000
kelahiran hidup, menurunkan angka kematian ibu dari 346 ( SDKI, 2012) menjadi dan menurunkan gizi
kurang (termasuk gizi buruk 306 per 100 ribu kelahiran hidup ) dari 19,6% (Riskesdas, 2013 )
menjadi kurang dari 17% dan menurunkan balita pendek dari 37% ( Riskesdas, 2013) menjadi kurang
dari 28%. mencapai sasaran RPJMN 2015 – 2019 Bidang Kesehatan, Untuk Kementerian Kesehatan
telah menetapkan RENSTRA Kementerian Kesehatan 2015-2019, yang memuat indikator keluaran
yang harus dicapai. Salah satu dari indikator keluaran di bidang Perbaikan Gizi yang harus dicapai pada
tahun 2019 8 yaitu 90 % rumah tangga mengonsumsi garam beryodium dengan kadungan yodium
Oleh karena itu program penanggulangan GAKY difokuskan pada cukup. peningkatkan konsumsi
garam beryodium.

c. Maksud dan Tujuan

a. Maksud Kegiatan Pelaksanaan kegiatan ini dimaksudkan untuk informasi secara terus menerus
setiap tahun tentang konsumsi garam Tersedianya beryodium rumah tangga di
KecamatanWilayah Puskesmas Meo-Meo
b. Tujuan Kegiatan
1) Mendapatkan data rumah tangga yang mengonsumsi garam dengan kandungan yodium
cukup (>=30 ppm), kurang ( < 30 ppm) dan tidak mengandung yodium.
Diperolehnya informasi tentang :
2) garam yang digunakan di rumah tangga. Jenis Merk garam yang digunakan di rumah
tangga
3) Konsumsi garam beryodium pada ibu hamil Cara penyimpanan garam beryodium
Lokasi penyimpanan Tempat membeli
D. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN

Uraian Kegiatan Pemantauan dan pemeriksaan garam yodium di tingkat masyarakat melalui
kegiatan Pemantauan Garam di Sekolah Dasar dengan cara penetesan iodina test kepada garam
yang dibawa oleh murid SD yang dipakai di rumah
b. Batasan Kegiatan :
1) Penetesan garam dengan iodina test dan menanyakan merk garam yang digunakan dan tempat
pembelian garam
2) Mencatan hasil pemeriksaan garam.
3) Rekapitulasi hasil kegiatan
E. SASARAN
Anak SD kelas 4, 5, 6 di seluruh SD wilayah Kerja PKM Meo-Meo

F. JADWAL

Kegiatan direncanakan akan diselenggarakan pada Bulan Februari dan Agustus di semua SD
wilayah kerja Puskesmas Meo-Meo.

G. PENCATATAN DAN EVALUASI

Indikator Keluaran 90 % rumah tangga mengonsumsi garam beryodium dengan kadungan


yodium cukup
Laporan Data hasil pencapaian kegiatan pemeriksaan garam yodium di tingkat masyarakat setiap
6 bulan sekali yaitu Februari dan agustus.

Anda mungkin juga menyukai