TENTANG
STANDAR PEDOMAN PELAYANAN GIZI DI RUMAH SAKIT
MEMUTUSKAN
keilmuan makanan, gizi, sosial, bisnis dan keilmuan dasar untuk mencapai
dan mempertahankan status gizi yang optimal secara individual, melalui
pengembangan, penyediaan dan pengelolaan pelayanan gizi dan makanan
di berbagai area/ lingkungan /latar belakang praktek pelayanan.
3. 7. Gizi Klinik adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang hubungan
antara makanan dan kesehatan tubuh manusia termasuk mempelajari zat-
zat gizi dan bagaimana dicerna, diserap, digunakan, dimetabolisme,
disimpan dan dikeluarkan dari tubuh Formatted: Indonesian
6. Terapi Gizi adalah pelayanan gizi yang diberikan kepada klien berdasarkan
pengkajian gizi, yang meliputi terapi diet, konseling gizi dan atau
pemberian makanan khusus dalam rangka penyembuhan penyakit pasien.
(PGRS, PMK 78 th 2013) Formatted: Indonesian
2.7. Nutrition therapy describes how nutrients are provided to treat any
nutritional-related condition. Nutrition or nutrients can be provided orally
(regular diet, therapeutic diet, e.g. fortified food, oral nutritional
supplements), via enteral tube-feeding or as parenteral nutrition to prevent
or treat malnutrition in an individualized way. [Strong Consensus, 97%
agreement] (ESPEN Guideline, 2017)
8. Asuhan Gizi adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/terstruktur yang
memungkinkan untuk identifikasi kebutuhan gizi dan penyediaan asuhan
untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Formatted: Indonesian
3. Therapeutic diets are prescribed according to the specifc need of the Formatted: No bullets or numbering
patient.
5.11. Pelayanan Gizi Klinik: merupakan pelayanan medik dalam bidang gizi
klinik untuk memberikan pelayanan gizi di rumah sakit, pelayanan ini
dilaksanakan dalam bentuk kerja Tim Terapi Gizi dan atau merupakan
pelayanan medik dalam bidang gizi klinik, yang dilaksanakan oleh Dokter
Spesialis Gizi Klinik.
12. Food Services: merupakan pelayanan diet pasien di rumah sakit (Hospital
Food Services), yaitu pelaksanaan kegiatan perencanaan, pengadaan,
pengolahan, dan pendistribusian makanan pasien, serta pelayanan makan
pasien. Pelayanan ini dilaksanakan oleh Instalasi/Bagian/Seksi/Unit
Pengolahan Makanan/Dietetik RS, yang dipimpin oleh seorang sarjana gizi
atau magister bidang ilmu gizi Comment [A3]: Pelaku disesuaikan
dengan tingkat RS
Formatted: Indonesian
13. Penyelenggaraan makanan rumah sakit merupakan rangkaian
kegiatan mulai dari perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan
makanan, perencanaan anggaran belanja, pengadaan bahan makanan,
penerimaan dan penyimpanan, pemasakan bahan makanan, distribusi dan
pencatatan, pelaporan serta evaluasi. Formatted: Indonesian
6.14. Care catering or hospital cateringis the provision of menu services (in
house or outsourced) in health care facilities. (ESPEN Guidelines 2017)
15. Instalasi gizi adalah unit pelayanan gizi yang menyediakan dan
menyelenggarakan kegiatan pelayanan gizi bagi pasien rumah sakit. Formatted: Indonesian
16. Definisi Instalasi Gizi versi AsDI atau PGRS Formatted: Indonesian
8.18. Terapi adalah usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang
sakit, pengobatan penyakit, perawatan penyakit. (KBBI.web.id)
19. Konsultasi Gizi Klinik adalah pemberian terapi medik gizi klinik oleh dokter
spesialis Gizi Klinik pada pasien rawat jalan atau rawat inap berdasarkan
permintaan sejawat dokter atau pasien sendiri. Comment [A4]: Diusulkan dihapus bila
tidak ada referensi yang sesuai
9.20. Formatted: Indonesian
21. Konseling Gizi: adalah serangkaian kegiatan sebagai proses komunikasi dua
arah yang dilaksanakan oleh dietisien untuk memberikan pengetahuan
masalah diet terkait penyakit berdasarkan preskripsi terapi gizi yang
diberikan oleh dokter bertujuan memperbaiki sikap dan perilaku pasien
dalam mengatasi masalah gizi. Comment [A5]: Cari Definisi Nutrition
councelling
22. Konseling Gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses Formatted: Indonesian
10.23.
11.24. Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) merupakan pendekatan
sistemik dalam memberikan pelayanan asuhan gizi melalui serangkaian
aktivitas yang terorganisir oleh dietisen .NCP terdiri dari 4 langkah yang Comment [A6]: Sesuai PGRS-PMK 78
saling berkaitan yaitu asesmen gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi, monitoring
dan evaluasi gizi (AND, 2016)
25. Tim Terapi Gizi (TTG): merupakan tim multidisiplin rumah sakit yang
berkaitan dengan pelayanan gizi klinik, yang dibentuk oleh pimpinan rumah
sakit. Tim ini dipimpin oleh Dokter Spesialis Gizi Klinik, beranggotakan Comment [A7]: Tidak ada ketetapan
dipimpin ole Spgk
Dokter Spesialis terkait, dokter umum, dietisien, perawat ruangan, dan ahli
farmasi untuk memberikan pelayanan terapi medik gizi klinik pada pasien
rawat inap. Formatted: Indonesian
26. Tim Asuhan Gizi/Nutrition Suport Tim (NST)/Tim Terapi Gizi (TTG)/Panitia Formatted: Indent: Left: 0 cm,
Hanging: 0,79 cm
Asuhan Nutrisi adalah sekelompok tenaga profesi di rumah sakit yang terkait
dengan pelayanan gizi pasien berisiko tinggi malnutrisi, terdiri dari
dokter/dokter spesialis, ahli gizi/dietisien, perawat, dan farmasis dari setiap
unit pelayanan, bertugas bersama memberikan pelayanan paripurna yang
bermutu Formatted: Indonesian
27. Tim Terapi Gizi merupakan sekelompok tenaga kesehatandi rumah sakit yang
berkaitan penyelenggaraan terapi gizi meliputi dokter spesialis,dokter,
dietisien, perawat ruangan serta ahli farmasi diketuai oleh dokter yang
mempunyai kompetensi dalam bidang gizi klinik serta menyedikan waktu
penuh untuk pelayanan gizi klinik. (TTG, 2009) Formatted: Indonesian
A nutritional support team (NST) is a structure element of nutritional Formatted: Indent: Left: 0,79 cm,
No bullets or numbering
support. It is a multi-disciplinary team with dietetic, nursing, and medical
expertise that manages the provision of nutritional support therapy The
minimum personnel requirements for a NST include the participation of [at
least] one medical doctor, one nurse, and one dietitian. An experienced
pharmacist should also be designated as a contact partner or can be
integrated into theNST, as required. The main objective of a NST is to ensure
that all nutritional Support activities utilise state-of-the-art techniques to
prevent and treat disease-related malnutrition in health care institutions and
in the out-patient setting. (DGEM, AKE, NICE Guideline, A.S.P.E.N& BAPEN,
e-SPEN Journal, 2014)
12. Formatted: English (U.S.)
28. Dietisien/Nutrisionis: adalah seseorang yang diberi tugas tanggung jawab dan
wewenang secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan
teknis fungsional di bidang pelayanan dietetik dan makanan pasien, baik di
masyarakat maupun di RS dan unit kesehatan lain. Formatted: Indonesian
31. Nutrisionis adalah seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan
wewenang secara penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan
kegiatan teknis fungsional di bidang pelayanan gizi, makanan dan dietetik,
baik di masyarakat maupun rumah sakit dan unit pelaksana kesehatan
lain
32. 16. Nutrisionis Registered adalah tenaga gizi Sarjana Terapan Gizi
dan Sarjana Gizi yang telah lulus uji kompetensi dan teregistrasi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
14.35. Tenaga Gizi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan di
bidang gizi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Comment [A8]: Tidak sesuai dengan UU
36
15.36. Dokter Spesialis Gizi Klinik adalah dokter spesialis dalam bidang gizi
klinik dan mempunyai sertifikat kompetensi yang diterbitkan oleh Kolegium
Ilmu Gizi Klinik. DSpGK bertanggung jawab dalam aspek gizi terkait keadaan
klinis pasien, menetapkan preskripsi diet, memberikan edukasi kepada
pasien dan keluarganya mengenai peran terapi gizi serta melakukan
pemantauan dan evaluasi secara berkala bersama dietisien dan perawat
selama pasien dirawat.
37. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) adalah dokter yang bertanggung
jawab dalam penatalaksanaan pasien sesuai bidang spesialisnya. Dalam
penatalaksanaan pasien tersebut DPJP memberi pengobatan medikamentosa
untuk penyakitnya, dan preskripsi diet awal serta ikut melaksanakan
pemantauan gizi terhadap pasiennya dalam TTG. Formatted: Indonesian
39. Pasien rawat jalan adalah pasien rawat jalan yang datang ke poli gizi dan
dapat berasal dari instalasi rawat jalan, instalasi rawat inap (konsultasi gizi
pasca rawat), konsul dari dokter praktek swasta/klinik/puskesmas, rujukan
dari rumah sakit/institusi kesehatan lainnya. Formatted: Indonesian
40. Pasien rawat jalan adalah pasien (CARI DEFINISI di UU PELAYANAN Formatted: List Paragraph, Left,
Indent: Left: 0,63 cm, Hanging: 0,63
RS) cm, Line spacing: single, Adjust space
between Latin and Asian text, Adjust
space between Asian text and numbers
17.41. Pasien rawat inap adalah pasien (CARI DEFINISI di UU PELAYANAN
RS)
18.42. Pasien rawat inap adalah semua pasien rawat inap yang dikonsulkan
langsung oleh DPJP, pasien dengan hasil skrining berisiko tinggi, pasien
penyakit kritis, dan kebutuhan gizi khusus bersama TTG.
19.43. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan.
Pasal 2
Pengaturan Penyelenggaraan Pelayanan Gizi di Rumah Sakit bertujuan untuk :
a. Memelihara dan Meningkatkan mutu penyelenggaraan pelayanan gizi di
rumah sakit
b. Menjadi acuan bagi tenaga kesehatan dan rumah sakit dalam
menyelenggarakan Pelayanan Gizi di Rumah Sakit
c. Memberikan kepastian hukum kepada penerima dan penyelenggara
pelayanan gizi di rumah sakit
Pasal 3
Comment [A9]: Penyelenggaraan
(1) Pelayanan Gizi di Rumah Sakit harus berorientasi kepada keselamatan Pelayanan Gizi di Rumah Sakit harus
pasien dan Standar Prosedur operasional. didukung oleh ketersediaan sumber daya
gizi, pengorganisasian yang berorientasi
kepada keselamatan pasien, dan standar
(2) Sumber daya gizi yang dimaksud pada ayat (1) meliputi sumber daya prosedur operasional.
(2)(6) Pelayanan gizi wajib dilakukan di rumah sakit milik pemerintah dan
swasta.
a. Pengkajian gizi;
b. Diagnosa gizi;
c. Intervensi gizi;
d. Monitoring dan evaluasi gizi;dan
e. Dokumentasi asuhan gizi. Comment [A13]: Definisi masuk ke
ketentuan umum/ DO
(3) Terapi gizi sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b meliputi : Comment [A14]: Menurut referensi
Espen 2017 ( dalam Definisi di atas)
a. Pengkajian klinis dan gizi; pengertian terapi gizi tdk mencerminkan
hal di bawa ini
b. Diagnosis medik gizi klinik; Medical nutrition therapy merupakan
protocol standar asuhan gizi yg disusun
c. Formulasi terapi medik gizi; oleh American Dietetic Association
d. Pelaksanaan terapi;
e. Pemantauan dan evaluasi terapi medik gizi klinik; dan
f. Penyusunan rencana ulang terapi dan/atau penghentian terapi.
(4) Penyelenggaraan makanan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c meliputi
:
a. Perencanaan menu
b. Pemilihan bahan makanan
c. Perencanaan Kebutuhan
d. Penerimaan
e. Penyimpanan
f. Pendistribusian
g. Pengendalian; dan
h. Administrasi.
Cat:
Mengacu pada Pmk 78 tahun 2013
Pasal 5
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan Sediaan makanan dan Gizi dan Formatted: Strikethrough
pelayanan Gizi klinik tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak Formatted: Strikethrough
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
BAB II
PENYELENGGARAAN
Pelayanan Gizi
Pasal 6
b. Prasarana
c. Peralatan
d. Ketenagaan Comment [A17]: Batang tubuh
sebenarnya tidak perlu detail, kalau harus
ada diambil dari PGRS
Formatted: Strikethrough
Pasal ....
(1) Persyaratan sarana sebagaimana dimaksud dalam pasal ...huruf a
meliputi :
a. Lokasi
b. Ruang
(2) Persyaratan Prasarana sebagaimana dimaksud dalam pasal ... huruf b
harus memenuhi keandalan sistem utilitas bangunan
(3) Persyaratan peralatan sebagaimana dimaksud dalam pasal ... huruf c
meliputi peralatan medis dan peralatan non medis yang menunjang
pelayanan gizi.
(4) Persyaratan ketenagaan sebagaimana dimaksud dalam pasal ... huruf d
meliputi dokter Spesialis Gizi Klinik, dokter, nutrisionis dan dietician Comment [A18]: Apkah tidak ada
spesialis lain yang memberikan pelayanan
dietisien gizi
Formatted: Strikethrough
(5) Dalam hal tidak terdapat tenaga dokter spesalis gizi klinik dapat
Formatted: Strikethrough
dilaksanakan oleh dokter.
Pasal ....
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan sarana, prasarana, peralatan
dan ketenagaan tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
BAB V
PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pasal ....
(1) Setiap fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan Pelayanan
Gizi harus melakukan pencatatan dan pelaporan.
(2) Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pencatatan
pemberian pelayanan Gizi dalam rekam medis sesuai dengan ketentuan Comment [A19]: Pencatatan pelayanan
gizi tidak hanya pada rekam medis saja
peraturan perundang-undangan. Formatted: Strikethrough
BAB VI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 19
(1) Menteri, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota melakukan pembinaan dan pengawasan Pelayanan Gizi
sesuai dengan kewenangannya masing-masing.
(2) Dalam melakukan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) Menteri, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dapat melibatkan organisasi profesi terkait
(3) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan
melalui:
a. sosialisasi;
b. monitoring dan evaluasi; dan/atau
c. bimbingan teknis.
(4) Pembinaan dan pengawasan dalam penyelenggaraan Pelayanan Gizi
diarahkan untuk Menjamin dan meningkatkan mutu pelayanan gizi.
BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 20
Rumah Sakit yang telah menyelenggarakan Pelayanan Gizi sebelum
Peraturan Menteri ini mulai berlaku harus menyesuaikan dengan ketentuan
Peraturan Menteri ini dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun sejak
Peraturan Menteri ini diundangkan.
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 21
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 78 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku. Comment [A20]: Bila peraturan
menteri kesehatan nomor no 78 tahun
2013 ttg PGRS masih berlaku, statement
bukan dicabut tetapi dilengkapi
Pasal 22
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal …
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal …
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
WIDODO EKATJAHJANA
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : …. TAHUN….
TENTANG
STANDAR PELAYANAN GIZI DI RUMAH SAKIT
A. Latar Belakang
Pelayanan Gizi di Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang
berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan Sediaan makanan dan
gizi yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat
termasuk pelayanan Gizi Klinik.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran telah
menghasilkan kemajuan metode pemberian terapi medik gizi klinik
(Medical Nutrition Therapy) di Rumah Sakit, dimulai dari modifikasi zat
gizi bahan makanan sumber pada terapi gizi melalui oral, oral nutrition
supplementation (ONS), pipa nasogastrik, nasoduodenal, nasojejunal
hingga gastrostomi dan enterostomi, serta dari nutrisi parenteral perifer
hingga sentral. Ketersediaan formula nutrisi enteral dan parenteral
memungkinkan pemberian terapi medik gizi klinik yang adekuat pada
sebagian besar pasien dengan penyakit terkait perubahan metabolisme
(metabolic alterations-related diseases), kurang energi protein, pasca
bedah dan penyakit kritis. Namun, seiring dengan perkembangan
penatalaksanaan gizi pada pasien di rumah sakit terjadi pula
peningkatan komplikasi yaitu gangguan metabolisme dan infeksi pada
pemberian terapi gizi. Prevalensi malnutrisi yang tinggi pada pasien yang
dirawat di rumah sakit dan meningkatnya angka komplikasi tersebut,
membangkitkan kesadaran para pakar untuk menerapkan terapi medik
gizi klinik yang efektif dan efisien melalui pendekatan multidisiplin.
Penelitian menunjukkan bahwa penatalaksanaan pasien oleh Tim
Terapi Gizi (TTG) memberikan hasil lebih baik secara signifikan. Hal ini Comment [A21]: Faktual?
ditunjukkan oleh kehilangan berat badan pasien yang lebih kecil, lama
rawat lebih singkat, kejadian rawat ulang berkurang. Keadaan ini dapat
menurunkan morbiditas, mortalitas dan menghemat biaya perawatan,
namun belum semua rumah sakit melaksanakan terapi medik gizi klinik
secara multidisiplin dalam TTG yang dipimpin oleh seorang Dokter
Spesialis Gizi Klinik (Dr SpGK) sebagai Dokter Penanggung Jawab Pasien
(DPJP).
Tenaga Kesehatan Gizi khususnya yang bekerja di Rumah Sakit Formatted: Strikethrough
dituntut untuk merealisasikan perluasan paradigma Pelayanan Gizi dari Comment [A22]: Asuhan gizi sudah
berorientasi keapda pasien.
orientasi produk menjadi orientasi pasien. Untuk itu kompetensi Apoteker Formatted: Strikethrough
perlu ditingkatkan secara terus menerus agar perubahan paradigma
tersebut dapat diimplementasikan. Comment [A23]: Parafgraf ini tidak
tepat
B. Ruang Lingkup
Pelayanan Gizi di Rumah Sakit meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu
kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan Sediaan Makanan
dan Gizi, dan kegiatan pelayanan Gizi klinik. Kegiatan tersebut harus Comment [A24]: Pelayanan gizi terdiri
dari 2 kegiatan besar penyelenggaraan
didukung oleh sumber daya manusia, sarana, dan peralatan. makanan dan asuhan gizi
BAB II
PENGELOLAAN SEDIAAN MAKANAN DAN GIZI Formatted: Strikethrough
PENYEDIAAN MAKANAN
Penyelenggaraan makanan rumah sakit merupakan rangkaian kegiatan
mulai dari perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan
makanan, perencanaan anggaran belanja, pengadaan bahan makanan,
penerimaan dan penyimpanan, pemasakan bahan makanan, distribusi
dan pencatatan, pelaporan serta evaluasi.
A. Tujuan
Menyediakan makanan yang berkualitas sesuai kebutuhan gizi,
biaya, aman, dan dapat diterima oleh konsumen guna mencapai
status gizi yang optimal.
1. Sistem Swakelola
Pada penyelenggaraan makanan rumah sakit dengan sistem
swakelola, instalasi gizi/unit gizi bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan seluruh kegiatan penyelenggaraan makanan. Dalam
sistem swakelola ini, seluruh sumber daya yang diperlukan
(tenaga, dana, metoda, sarana dan prasarana) disediakan oleh
pihak RS.
b. Tujuan:
Tersedianya ketentuan tentang macam konsumen, standar
pemberian makanan, macam dan jumlah makanan konsumen
sebagai acuan yang berlaku dalam penyelenggaraan makanan
RS.
3. Perencanaan Menu
a. Pengertian:
Perencanaan Menu adalah serangkaian kegiatan menyusun
dan memadukan hidangan dalam variasi yang serasi, harmonis
yang memenuhi kecukupan gizi, cita rasa yang sesuai dengan
selera konsumen/pasien, dan kebijakan institusi.
b. Tujuan :
Tersusunnya menu yang memenuhi kecukupan gizi, selera
konsumen serta untuk memenuhi kepentingan
penyelenggaraan makanan di rumah sakit.
c. Prasyarat :
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan
menu:
1) Peraturan pemberian makanan rumah sakit
Peraturan Pemberian Makanan Rumah sakit (PPMRS)
sebagai salah satu acuan dalam penyelenggaraan makanan
untuk pasien dan karyawan.
2) Kecukupan gizi konsumen
Menu harus mempertimbangkan kecukupan gizi konsumen
dengan menganut pola gizi seimbang. Sebagai panduan
dapat menggunakan buku penuntun diet atau Angka
Kecukupan Gizi mutakhir.
3) Ketersediaan bahan makanan dipasar
Ketersediaan bahan makanan mentah dipasar akan
berpengaruh pada macam bahan makanan yang digunakan
serta macam hidangan yang dipilih. Pada saat musim bahan
makanan tertentu, maka bahan makanan tersebut dapat
digunakan dalam menu yang telah disusun sebagai
pengganti bahan makanan yang frekuensi penggunaannya
dalam 1 siklus lebih sering.
4) Dana/anggaran
Dana yang dialokasikan akan menentukan macam, jumlah
dan spesifikasi bahan makanan yang akan dipakai.
5) Karakteristik bahan makanan
Aspek yang berhubungan dengan karakteristik bahan
makanan adalah warna, konsistensi, rasa dan bentuk.
Bahan makanan berwarna hijau dapat dikombinasi dengan
bahan makanan berwarna putih atau kuning. Variasi
ukuran dan bentuk bahan makanan perlu dipertimbangkan.
6) Food habit dan Preferences
Food preferences dapat diartikan sebagai pilihan makanan
yang disukai dari makanan yang ditawarkan, sedangkan
food habit adalah cara seorang memberikan respon terhadap
cara memilih, mengonsumsi dan menggunakan makanan
sesuai dengan keadaan sosial dan budaya. Bahan makanan
yang tidak disukai banyak konsumen seyogyanya tidak
diulang penggunaannya.
b. Tujuan:
Tersedianya taksiran macam dan jumlah bahan makanan
dengan spesifikasi yang ditetapkan, dalam kurun waktu yang
ditetapkan untuk pasien rumah sakit.
b. Tujuan:
Tersedianya rancangan anggaran belanja makanan yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan macam dan jumlah
bahan makanan bagi konsumen/pasien yang dilayani sesuai
dengan standar yang ditetapkan.
Tipe Spesifikasi:
1) Spesifikasi Tehnik
Biasanya digunakan untuk bahan yang dapat diukur secara
objektif dan diukur dengan menggunakan instrumen
tertentu. Secara khusus digunakan pada bahan makanan
dengan tingkat kualitas tertentu yang secara nasional sudah
ada.
2) Spesifikasi Penampilan
Dalam menetapkan spesifikasi bahan makanan haruslah
sesederhana, lengkap dan jelas. Secara garis besar berisi: a)
Nama bahan makanan/produk
b) Ukuran / tipe unit / kontainer/kemasan
c) Tingkat kualitas
d) Umur bahan makanan
e) Warna bahan makanan
f) Identifikasi pabrik
g) Masa pakai bahan makanan / masa kadaluarsa
h) Data isi produk bila dalam suatu kemasan
i) Satuan bahan makanan yang dimaksud
j) Keterangan khusus lain bila diperlukan
Contoh: Spesifikasi Ikan tongkol adalah tanpa tulang atau
fillet, berat ½ kg / potong, daging tidak berlendir, kenyal,
bau segar tidak amis, dan tidak beku.
3) Spesifikasi Pabrik
Diaplikasikan pada kualitas barang yang telah dikeluarkan
oleh suatu pabrik dan telah diketahui oleh pembeli. Misalnya
spesifikasi untuk makanan kaleng.
b. Survei Pasar
Survey pasar adalah kegiatan untuk mencari informasi
mengenai harga bahan makanan yang ada dipasaran, sesuai
dengan spesifikasi yang dibutuhkan sebagai dasar
perencanaan anggaran bahan makanan. Dari survei tersebut
akan diperoleh perkiraan harga bahan makanan yang meliputi
harga terendah, harga tertinggi, harga tertimbang dan harga
perkiraan maksimal.
Tujuan:
Prasyarat:
Tujuan :
Prasyarat:
Prasyarat:
Tujuan:
Konsumen/pasien mendapat makanan sesuai diet dan
ketentuan yang berlaku Prasyarat:
a. Tersedianya peraturan pemberian makanan rumah sakit.
b. Tersedianya standar porsi yang ditetapkan rumah sakit.
c. Adanya peraturan pengambilan makanan.
d. Adanya daftar permintaan makanan pasien (contoh daftar
permintaan makanan pasien ruang rawat inap sebagaimana
tercantum dalam Form XVII).
e. Tersedianya peralatan untuk distribusi makanan dan
peralatan makan.
f. Adanya jadwal pendistribusian makanan yang ditetapkan.
Macam Distribusi Makanan:
Sistem distribusi yang digunakan sangat mempengaruhi
makanan yang disajikan, tergantung pada jenis dan jumlah
tenaga, peralatan dan perlengkapan yang ada.
Pelayanan gizi klinik Rumah Sakit merupakan bagian dari pelayanan medik
di Rumah Sakit untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien baik rawat inap
maupun rawat jalan. Pelayanan ini dilakukan oleh DSpGK dan didukung
oleh dietisien, perawat, farmasi klinik, dan bidang lain yang terkait untuk
memberikan pelayanan terapi medik gizi klinik.
Visi
Menuju pelayanan gizi klinik yang prima dengan terapi medik gizi klinik yang
terus berkembang sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
ilmu gizi klinik, sehingga siap menghadapi tantangan globalisasi bidang
kesehatan.
Misi
Menyelenggarakan pelayanan gizi klinik yang berkualitas dan sesuai standar
kompetensi dan Standar Pelayanan Gizi Klinik melalui:
Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan bagi tenaga kesehatan yang
terlibat dalam pelayanan gizi klinik
Peningkatan tata kerja melalui penyusunan standar prosedur
pelayanan gizi klinik
• Pelaksanaan evaluasi berkala sesuai indikator kinerja pelayanan gizi
klnik dan standar akreditasi
• Pelaksanaan pendidikan/pelatihan dan penelitian gizi, khususnya
dalam bidang gizi klinik
3.2 TUJUAN
Tujuan Umum
Mencapai pelayanan kesehatan paripurna di RS melalui pelayanan gizi klinik
dengan terapi medik gizi klinik yang optimal kepada pasien, dalam
menunjang upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif untuk
peningkatan kualitas hidup pasien.
Tujuan Khusus
1. Tercapainya pelayanan gizi yang optimal sebagai bagian terapi dalam
pelayanan paripurna kepada pasien sehingga dapat menurunkan
morbiditas, mortalitas dan memperpendek masa rawat.
2. Tercapainya efisiensi dan keefektifan dalam Terapi medik gizi klinik, baik
dari segi klinis, fungsional, kepuasan pasien dan biaya.
Segi klinis: pengukuran anatomis dan faal seperti berat badan,
imbang nitrogen, serum albumin dan kadar kolesterol, termasuk juga
akibat perawatan berupa insiden infeksi, re-hospitalisasi dan
pemakaian obat.
Segi fungsional: pengukuran kemampuan fisis, fungsi psikososial,
dan berkurangnya keluhan nyeri atau ketidak-nyamanan.
Segi kepuasan pasien: mengukur pelayanan kesehatan untuk
memenuhi harapan pasien dan dampak pada kualitas hidup.
Segi biaya: penurunan beban biaya untuk pasien atau penanggung
biaya (menurunnya lama rawat dan frekuensi kunjungan dokter).
3.3 PENGORGANISASIAN
Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang optimal dari program pelayanan
gizi klinik di RS perlu adanya pengorganisasian baik struktur, maupun
sistem pelayanannya serta pembagian tugas dan wewenang tenaga pelaksana
yang jelas dan terinci baik secara administratif maupun secara teknis.
Pelayanan gizi rumah sakit terdiri dari dua aktivitas yaitu pelayanan gizi
klinik dan pelayanan dietetik termasuk penyediaan makanan pasien. Kedua
pelayanan ini dilaksanakan oleh dua unit pelaksana yang berbeda. Agar
kedua kegiatan dapat berjalan baik perlu hubungan yang terkoordinir.
Struktur organisasi pelayanan gizi RS dapat dilihat pada Gambar 3.1.
DIREKTUR
UTAMA
PENGOLAHAN
PELAYANAN PELAYANAN
MAKANAN PENDIDIKAN* PENELITIAN *
DIETETIK GIZI KLINIK
PASIEN
PELAYANAN
PELAYANAN
RAWAT INAP
RAWAT JALAN
(TIM TERAPI GIZI)
Pelayanan gizi klinik dilakukan oleh tim yang terdiri dari DSpGK, dan atau
DSpGK Konsultan, dan atau dokter peserta program pendidikan DSpGK (di
RS Pendidikan), dibantu oleh perawat dan dietisien/ nutrisionis. Jumlah
tenaga dokter yang memberi pelayanan gizi klinik disesuaikan dengan tipe
dan jenis pelayanan RS. Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik Indonesia
(PDGKI) terus melakukan peningkatan jumlah dan penyebaran tenaga
DSpGK pada RS daerah. Kebutuhan tenaga diperhitungkan berdasarkan
jumlah pasien yang akan dilayani per hari. Bila RS mempunyai jumlah
tempat tidur 100 dan bed operation rate (BOR) 60% atau rata-rata 60 pasien
per hari serta kasus malnutrisi dan penyakit lain yang membutuhkan terapi
gizi klinik diperkirakan sekitar 50%, maka 30 pasien perlu pelayanan TTG
setiap hari. Perkiraan waktu yang diperlukan untuk pemeriksaan status gizi
setiap pasien sekitar 10 menit dan kebutuhan pelayanan bagi pasien rawat
inap sekitar 5 jam (300 menit) per hari, maka untuk RS dengan jumlah
tempat tidur 100 diperlukan minimal satu DSpGK yang dapat bekerja purna
waktu. Jumlah tenaga Dokter SpGK dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Jumlah tenaga minimal sesuai tipe dan jenis pelayanan Rumah
Sakit
Pelayanan gizi rawat inap merupakan pelayanan gizi yang dimulai dari
proses pengkajian gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi meliputi perencanaan,
penyediaan makanan, penyuluhan/edukasi, dan konseling gizi, serta
monitoring dan evaluasi gizi.
A. Tujuan
Memberikan pelayanan gizi kepada pasien rawat inap agar memperoleh
asupan makanan yang sesuai kondisi kesehatannya dalam upaya
mempercepat proses penyembuhan, mempertahankan, dan meningkatkan
status gizi.
B. Sasaran
1. Pasien
2. Keluarga
C. Mekanisme Kegiatan
1. Skrining Gizi
2. Assessment
3. Terapi
Pasien
Rujukan puskesmas/umum
DPJP
Poli Gizi (DSpGK &Dietisien) Diet Awal
Proses terapi medik gizi klinik dilakukan pada pasien yang masuk dalam
kategori berisiko tinggi malnutrisi atau menderita penyakit terkait gizi.
Proses terapi medik gizi klinik merupakan proses sistematis dalam
pengambilan, verifikasi, dan interpretasi data untuk menetapkan masalah
gizi yang berkaitan dengan penyakitnya, status gizi, dan perubahan
metaboliknya. Kajian ini merupakan dasar formulasi terapi medik gizi klinik.
Proses terapi gizi klinik terdiri atas pengkajian klinis dan gizi, formulasi
terapi, pelaksanaan terapi, pemantauan dan evaluasi terapi, dan penyusunan
rencana ulang terapi atau penghentian terapi.
Formulasi rencana terapi medik gizi klini terdiri atas beberapa tahap, yaitu:
Pelayanan gizi rumah sakit yang dibutuhkan oleh sistem kesehatan saat ini
adalah pelayanan terpadu meliputi identifikasi masalah gizi pasien secara
dini serta menanggulanginya. Salah satu penyebab angka malnutrisi yang
tinggi di rumah sakit adalah tidak terdeteksinya risiko malnutrisi atau
malnutrisi yang tidak terdiagnosis saat pasien masuk rumah sakit. Hal ini
dapat ditanggulangi dengan melakukan skrining gizi yang tepat pada setiap
pasien yang masuk rumah sakit oleh perawat. Selanjutnya dilakukan
pengkajian status gizi awal (untuk pasien berisiko oleh dietisien dalam TTG),
diagnosis status gizi dan metabolisme, penentuan jumlah dan jenis nutrien
yang sesuai kebutuhan, pemantauan toleransi terhadap makanan dan
jumlah asupan makanan.
Penyelenggaraan pelayanan gizi tersebut dilaksanakan oleh Instalasi
Gizi/Unit Penyediaan Makanan (UPM) atau Hospital Food Service yang
mampu menyediakan makanan sesuai preskripsi diet DSpGK dan dapat
dikonsumsi pasien. Penyediaan nutrisi enteral/ perenteral dan obat terkait
terapi gizi berkoordinasi dengan Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
Departemen/Unit/SMF Gizi Klinik dipimpin oleh Dokter SpGK, bertanggung
jawab penuh bagi pelayanan gizi klinik yang berkualitas, baik pasien rawat
inap maupun rawat jalan. Pelayanan gizi klinik diselenggarakan baik dalam
bentuk konsultatif atau bentuk pelayanan Tim Terapi Gizi (TTG), sedangkan
pelayanan penyelenggaraan makan meliputi pengadaan, produksi, distribusi
makanan pasien yang diselenggarakan oleh Instalasi Gizi/UPM.
Pasien
Skrining Gizi
Berisiko Tidak berisiko
Penyakit kritis dan Tim Terapi Gizi Preskripsi gizi oleh DPJP
kebutuhan khusus Asesmen gizi awal
2 hari
Gambar 4.1. Alur Pelayanan Gizi Rawat Jalan dan Rawat Inap
4.3.2. Fasilitas
Pelayanan gizi klinik merupakan pelayanan gizi yang terus berkembang
seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam
perkembangannya, pelayanan gizi klinik dibutuhkan ruang/gedung yang
memfasilitasi berbagai sarana penunjang mulai dari alat ukur antropometri
sederhana, molekuler, peralatan diagnostik dan terapi gizi yang modern.
Pengembangan untuk pemenuhan pelayanan gizi klinik molekuler meliputi
penelitian nutrisi enteral baik bentuk racikan rumah sakit, dan atau formula
nutrisi enteral komersial, serta nutrisi parenteral. Dalam melaksanakan
kegiatan mixing and compounding enteral atau parenteral nutrition ini perlu
dilakukan di ruangan yang higienis dan sanitasi lingkungan bebas
kuman/bakteri. Sarana disesuaikan dengan tingkat pelayanan dan kondisi
RS, namun secara umum sarana yang diperlukan untuk pelayanan gizi klinik
adalah sebagai berikut:
a. Ruangan dan gedung
Lokasi
Ruang staf pelayanan gizi klinik disesuaikan dengan penataan ruang RS
untuk ruang staf medik fungsional dan mempertimbangkan aksesibilitas
pelayanan gizi klinik, serta tempat pengadaan, pengolahan dan
pendistribusian makanan. Pelayanan rawat jalan berada dalam lokasi
pelayanan rawat jalan rumah sakit.
Kebutuhan kelengkapan ruangan
1. Ruang staf
Ruangan dengan beberapa meja dan kursi sesuai jumlah staf.
2. Ruang pertemuan sederhana
Ruang berukuran cukup untuk memungkinkan rapat seluruh tim atau
untuk keperluan pertemuan/diskusi antar profesi lain.
3. Ruang penyediaan makanan khusus enteral (sesuai klasifikasi Rumah
Sakit)
Ruangan berukuran cukup untuk perlengkapan alat-alat masak,
lemari es, tempat cuci makanan cuci perlengkapan masak, 2 set meja
tulis dan kursi untuk petugas yang mengawasi penyediaan.
4. Ruang penyediaan nutrisi perenteral (mixing and compounding) (sesuai
klasifikasi Rumah Sakit)
Ruangan bebas kuman, berukuran cukup untuk perlengkapan mixing,
1 set meja tulis dan kursi untuk petugas yang mengawasi penyediaan,
ruang ganti pakaian yang berada dekat dengan ruang mixing and
compounding.
5. Ruang rawat jalan :
- Ruang tunggu: bersih, aman serta nyaman, cukup luas untuk pasien
menggunakan kursi roda atau tempat tidur
- Ruang penerimaan pasien: berukuran cukup untuk memuat meja
tulis, kursi, dan lemari arsip berkas pasien.
- Ruang konsultasi: berukuran cukup untuk memuat meja tulis, kursi
dokter dan pasien.
- Ruang pemeriksaan: berukuran cukup luas untuk memungkinkan
pasien yang menggunakan kursi roda atau tempat tidur dan cukup
untuk alat-alat pemeriksaan yang memadai.
b. Peralatan
Peralatan disusun berdasarkan strata pelayanan dan klasifikasi rumah sakit
meliputi peralatan skrining status gizi, diagnostik, dan terapi medik gizi
klinik.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang optimal dari program pelayanan
gizi klinik di RS perlu adanya pengorganisasian baik struktur, maupun
sistem pelayanannya serta pembagian tugas dan wewenang tenaga pelaksana
yang jelas dan terinci baik secara administratif maupun secara teknis.
Pelayanan gizi rumah sakit terdiri dari dua aktivitas yaitu pelayanan gizi
klinik dan pelayanan dietetik termasuk penyediaan makanan pasien. Kedua
pelayanan ini dilaksanakan oleh dua unit pelaksana yang berbeda. Agar
kedua kegiatan dapat berjalan baik perlu hubungan yang terkoordinir.
Struktur organisasi pelayanan gizi RS dapat dilihat pada Gambar 5.1.
DIREKTUR
UTAMA
PENGOLAHAN
PELAYANAN PELAYANAN
MAKANAN PENDIDIKAN* PENELITIAN *
DIETETIK GIZI KLINIK
PASIEN
PELAYANAN
PELAYANAN
RAWAT INAP
RAWAT JALAN
(TIM TERAPI GIZI)
2. Perawat
a. Melakukan skrining gizi pasien pada asesmen awal perawatan.
b. Merujuk pasien yang berisiko maupun sudah terjadi malnutrisi dan atau
kondisi khusus ke dietisien.
c. Melakukan pengukuran antropometri yaitu penimbangan berat badan,
tinggi badan/ panjang badan secara berkala.
d. Melakukan pemantauan, mencatat asupan makanan dan respon klinis
klien/pasien terhadap diet yang diberikan dan menyampaikan informasi
kepada dietisien bila terjadi perubahan kondisi pasien.
e. Memberikan motivasi kepada pasien dan keluarga terkait pemberian
makanan melalui oral/enteral dan parenteral.
3. Dietisien
a. Mengkaji hasil skrining gizi perawat dan order diet awal dari dokter.
b. Melakukan asesmen/pengkajian gizi lanjut pada pasien yang berisiko
malnutrisi, malnutrisi atau kondisi khusus meliputi pengumpulan,
analisa dan interpretasi data riwayat gizi; riwayat personal; pengukuran
antropometri; hasil laboratorium terkait gizi dan hasil pemeriksaan fisik
terkait gizi.
c. Mengidentifikasi masalah/diagnosa gizi berdasarkan hasil asesmen
dan menetapkan prioritas diagnosis gizi.
d. Merancang intervensi gizi dengan menetapkan tujuan dan
preskripsi diet yang lebih terperinci untuk penetapan diet definitive serta
merencanakan edukasi /konseling.
e. Melakukan koordinasi dengan dokter terkait dengan diet def initive.
f. Koordinasi dengan dokter, perawat, farmasi, dan tenaga lain dalam
pelaksanaan intervensi gizi.
g. Melakukan monitoring respon pasien terhadap intervensi gizi.
h. Melakukan evaluasi proses maupun dampak asuhan gizi.
i. Memberikan penyuluhan, motivasi, dan konseling gizi pada pasien
dan keluarganya.
j. Mencatat dan melaporkan hasil asuhan gizi kepada dokter.
k. Melakukan assesmen gizi ulang (reassesment) apabila tujuan belum
tercapai.
l. Mengikuti ronde pasien bersama tim kesehatan.
m. Berpartisipasi aktif dalam pertemuan atau diskusi dengan dokter,
perawat, anggota tim asuhan gizi lain, pasien dan keluarganya dalam rangka
evaluasi keberhasilan pelayanan gizi.
4. Farmasi
a. Mempersiapkan obat dan zat gizi terkait seperti vitamin, mineral, elektrolit
dan nutrisi parenteral.
b. Menentukan kompabilitas zat gizi yang diberikan kepada pasien.
c. Membantu mengawasi dan mengevaluasi penggunaan obat dan cairan
parenteral oleh klien/pasien bersama perawat.
d. Berkolaborasi dengan dietisien dalam pemantauan interaksi obat dan
makanan.
e. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai interaksi
obat dan makanan.
5. Tenaga kesehatan lain misalnya adalah tenaga terapi okupasi dan terapi
wicara berkaitan dalam perencanaan dan pelaksanaan intervensi pada
pasien dengan gangguan menelan yang berat.
Ka Dep/Unit…*
(DPJP Utama)
DPJP
Preskripsi Diet Awal
Skrining Gizi
Ruang Rawat Inap
PENUTUP
Terapi medik gizi klinik merupakan bagian dari pelayanan medis yang
berkontribusi terhadap penyembuhan, menurunkan angka malnutrisi RS, lama
hari rawat dan biaya perawatan. Dukungan manajemen rumah sakit terhadap
pelaksanaan terapi medik gizi klinik dalam bentuk kebijakan dan operasional Tim
Terapi Gizi akan meningkatkan profesionalisme tenaga sehingga tercapai
pelayanan medis yang optimal dan holistik. Keberadaan Tim Terapi Gizi
diharapkan merupakan salah satu kriteria standar pelayanan rumah sakit dan
dijadikan kriteria penilaian akreditasi sehingga mutu pelayanan gizi RS dapat
ditingkatkan secara berkesinambungan (TTG Depkes 2009)
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd