Anda di halaman 1dari 7

Proyek Program Kesehatan

Nama Proyek: Tumbuh baik, Cegah Stunting, untuk Gowa yang Cemerlang

1. Data Stunting Kabupaten Gowa

2. Pendahuluan
Berdasarkan data Survei Status Gizi Nasional (SSGI) tahun 2022, prevalensi
stunting di Indonesia berada di angka 21,6%. Jumlah ini menurun dibandingkan tahun
sebelumnya yaitu 24,4%.
Walaupun menurun, angka tersebut masih tinggi, mengingat target prevalensi
stunting di tahun 2024 sebesar 14% dan standard WHO di bawah 20% serta capaian
tersebut masih lebih tinggi dari target Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) yaitu sebesar 19% di tahun 2024.
Berdasarkan data dari Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 dari
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2022 menunjukkan bahwa stunting
menempati urutan pertama yang menjadi tren status gizi balita idonesia mulai dari tahun
2013 hingga 2022.

Berdasarkan data diatas, ditemukan bahwa angka tertinggi kejadian stunting pada
kabupaten gowa terjadi pada usia 24-35 bulan. perbandingan persentase stunting antara
bayi usia 6-11 bulan dengan bayi usia 12-23 bulan, yaitu sebesar 1,6 kali.

Salah satu Langkah yang direkomendasikan WHO adalah melakukan


peningkatan akses terhadap gizi yang berkualitas, terutama pada masa kehamilan dan
1.000 hari pertama kehidupan anak. Pemerintah Indonesia sendiri telah menetapkan
stunting sebagai salah satu prioritas dalam program pembangunan nasional. Arah
kebijakan dan strategi RPJMN 2020-2024 menyebutkan perihal meningkakan
akses dan mutu pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta dengan
penekanan pada penguatan pelayanan kesehatan dasar (Primary Health Care) salah
satunya melalui percepatan perbaikan gizi masyarakat dalam bentuk percepatan
penurunan angka stunting.

Dari hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2022 maka
pemerintah mengeluarkan sebelas intervensi spesifik yang difokuskan pada masa
sebelum kelahiran dan anak usia 6-23 bulan. Salah satu bentuk intervensinya adalah
pemantauan pertumbuhan merupakan kegiatan utama deteksi dini masalah gizi di
masyarakat. Intervensi ini harus menjadi strategi komprehensif dari pemerintah utamanya
kementrian Kesehatan dalam usahanya untuk menurunkan angka stunting. Sebelas
intervensi ini telah dilakukan dan telah memberikan hasil berupa penurunan angka
stunting di tahun 2022. Namun, program ini masih perlu terus dilakukan dan ditingkatkan
karena angka stunting di Indonesia belum menyentuh target dari Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional dapat dicapai. Oleh karena itu, sebagai pemerintah daerah,
mengusulkan adanya program pencegahan stunting ini di Kabupaten Gowa.

3. Latar Belakang
Berdasarkan jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia bahwa adanya
hubungan tingkat status gizi balita dengan kejadian stunting. Rendahnya pengetahuan
Masyarakat terkait stunting serta pemeretaan gizi bayi dan anak yang belum merata
mempengaruhi kejadian stunting di Indonesia.
Asupan zat gizi makro dan mikro yang tidak adekuat dapat mengganggu proses
tumbuh kembang balita dan mengakibatkan stunting. Intervensi yang sudah dilakukan
dan diprioritaskan untuk mengurangi angka stunting adalah peningkatan gizi anak, gizi
ibu hamil dan menyusui, promosi makanan pendamping ASI yang tepat bersama dengan
strategi pendukung lain seperti kelompok pendidikan dan penyediaan makanan,
peningkatan kompetensi tenaga kesehatan dan kader posyandu untuk meningkatkan
kualitas intervensi gizi spesifik.
4. Tujuan
Tujuan Umum: Menurunkan angka kejadian stunting pada bayi dan BALITA
Tujuan Khusus:
a. Mencegah terjadinya stunting pada bayi dan BALITA yang berpotensi menyebabkan
gangguan perkembangan fisik dan kognitif untuk memastikan anak dapat
berkembang dan berkreasi secara optimal.
b. Mengurangi kesenjangan kesehatan dan kesenjangan akses terhadap layanan
kesehatan.
c. Melakukan pemantauan pertumbuhan anak dan BALITA dengan bekerja sama dengan
puskesmas ditiap kecamatan.
d. Megidentifikasi dan melakukan penanganan gizi yang tepat kepada anak dan
BALITA dengan masalah gizi
5. Kegiatan yang akan dilakukan Pemerintah Daerah Gowa
1. Segmentasi
Eksternal  Melakukan promosi Kesehatan mengenai pentingnya asupan gizi untuk
pencegahan stunting.
Internal  Dilakukan pemeriksaan status gizi dan penanganan gizi pada bayi dan
BALITA

2. Targeting
a. Promosi Kesehatan : Posyandu, kelompok pengajian, PKK, Arisan RT/RT, Kader
Kecamatan Bajeng  Bone, Bontosunggu, Lempangang, Maccinibaji,
Maradekaya, Pa’bentengang, Panciro, Pannyangkalang, Paraikatte, Tangkebajeng.
Kecamatan Bajeng Barat  Bontomanai, Borimatangkasa, Gentungang,
Kalemandalle, Mandalle, Manjalling, Tanabangka.
Barombong  Biringala, Kanjilo, Moncobalang, Tamannyeleng, Tinggimae.
Biringbulu  Batumalonro, Baturappe, Berutallasa, Borimasunggu, Julukanaya,
Lembangloe, Parangloe, Pencong, Taring.
Bontolempangan  Bontolempangan, Bontoloe, Bontotangnga, Julumate'ne,
Lassa-Lassa, Pa'ladingang, Paranglompoa, Ulujangang
Bontomarannu  Bili-Bili, Mata Allo, Nirannuang, Pakatto, Romangloe,
Sokkolia
b. Pemeriksaan status gizi bayi dan BALITA setiap dilakukan imunisasi oleh
puskesmas tiap kecamatan.
c. Penanganan gizi pada bayi dan BALITA dengan tepat

d. Anggota masyarakat yang dapat berpartisipasi menyebarluaskan informasi serta


mengedukasi dengan menggunakan komunikasi efektif.
3. Positionaring
Pesan Kunci
“Cegah stunting dengan isi Piringku Sekali Makan”

Pada saat di Posyandu dilakukan pemeriksaan status gizi, Langkah pemeriksaan


status gizi:
Dilakukan penngukuran status gizi bayi di posyandu dapat dilakukan melalui
beberapa langkah:
1. Berat badan: Berat badan bayi dapat diukur dengan menggunakan skala berat
badan yang tersedia di posyandu. Bayi diletakkan di atas skala berat badan dan diukur
dengan menggunakan pita ukur
2. Tinggi badan: Tinggi badan bayi dapat diukur dengan menggunakan pita ukur yang
dilingkarkan di kepala bayi. Setelah diukur, lingkar kepala diketikkan pada skala
tinggi badan.
3. Lingkar kepala: Lingkar kepala bayi dapat diukur dengan menggunakan pita ukur
yang dilingkarkan di kepala bayi. Setelah diukur, lingkar kepala diketikkan pada
skala lingkar kepala.
4. Pemeriksaan klinis: Pemeriksaan klinis dapat dilakukan melalui pemeriksaan
kesehatan yang dilakukan oleh dokter, bidan, atau posyandu. Pemeriksaan klinis
biasanya dilakukan mulai dari bagian mata hingga kaki
5. Setelah melakukan pemeriksaan, data yang diperoleh akan digunakan untuk
menghitung status gizi bayi.

Kemudian dilakuakan perhitungan status gizi bayi:


1. Indeks Massa Tubuh (IMT): IMT dapat dihitung dengan rumus berikut: IMT =
(Berat Badan / Tinggi Badan) x 10.000.
2. Lingkar Kepala: Lingkar kepala dapat diukur dengan menggunakan pita ukur yang
dilingkarkan di kepala bayi. Setelah diukur, lingkar kepala diketikkan pada skala
lingkar kepala.
3. Dengan mengetahui status gizi bayi, orangtua dapat memastikan kebutuhan gizi
hariannya dan membantu anak tumbuh dan berkembang di jalur yang tepat.

6. Jadwal Kegiatan
Kegiatan dilakukan setiap bulan dengan kader dan petugas puskesmas yang berada di
posyandu.

7. Evaluasi Kegiatan dan Pelaporan


Pelaporan dalam bentuk blangko pelaporan status gizi bayi dan BATITA yang akan
diserahkan kepada kepala desa dan puskesmas

8. Pencatatan, Pelaporan, dan Evaluasi Kegiatan


1. Pencatatan dalam bentuk exel pencatatan status gizi bayi dan BATITA
2. Pelaporan setiap bulan dilaporkan kepada kepala dinas Kesehatan kabupaten Gowa
3. Evaluasi data bayi dan BATITA yang mengalami stunting pada tahun 2024

4. Sumber

Anda mungkin juga menyukai