I. Pendahuluan
Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting, yang secara langsung
berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia ( SDM ). Sumber daya yang
sehat dan berkualitas merupakan modal utama dalam pembangunan kesehatan.
Program perbaikan gizi merupakan bagian integral dari program kesehatan
yang mempunyai peranan penting dalam menciptakan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk mencapai tujuan tersebut, program
perbaikan gizi harus dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Hal ini
dilakukan melalui suatu rangkaian upaya terus menerus mulai dari perumusan
masalah, penetapan tujuan yang jelas, penentuan strategi intervensi yang tepat
sasaran, identifikasi yang tepat serta kejelasan tugas pokok dan fungsi institusi yang
berperan di berbagai tingkat administrasi.
Kegiatan pemantauan tumbuh kembang balita merupakan salah satu
menanggulangi stunting. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita
akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
Kondisi gagal tumbuh pada anak balita disebabkan oleh kurangnya asupan gizi
dalam waktu lama serta terjadinya infeksi berulang, dan kedua faktor penyebab ini
dipengaruhi oleh pola asuh yang tidak memadai terutama dalam 1.000 HPK. Anak
tergolong stunting apabila panjang atau tinggi badan menurut umurnya lebih rendah
dari standar nasional yang berlaku. Standar dimaksud terdapat pada buku Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA) dan beberapa dokumen lainnya.
Stunting mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan otak. Anak stunting
juga memiliki risiko lebih tinggi menderita penyakit kronis di masa dewasanya.
Bahkan, stunting dan malnutrisi diperkirakan berkontribusi pada berkurangnya 2-3%
Produk Domestik Bruto (PDB) setiap tahunnya. Penurunan stunting memerlukan
intervensi yang terpadu, mencakup intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif. Sejalan
dengan inisiatif Percepatan Penurunan Stunting , pemerintah meluncurkan Gerakan
Nasional Percepatan Perbaikan Gizi (Gernas PPG) yang ditetapkan melalui
Peraturan Presiden Nomor 42 tahun 2013 tentang Gernas PPG dalam kerangka
1.000 HPK. Selain itu, indikator dan target penurunan stunting telah dimasukkan
sebagai sasaran pembangunan nasional dan tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.
Pemantauan tumbuh kembang balita juga untuk mengatasi balita yang kurang
gizi. Kurang gizi masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia, hal ini ditandai
dengan masih tingginya prevalensi balita gizi kurang yaitu sebesar 28 % (Susenas,
2005). Dibanyak negara 15-20% dari jumlah bayi secara keseluruhan merupakan
BBLR akan berpotensi mengalami gizi buruk. Setiap anak dengan status gizi buruk
mempunyai resiko kehilangan IQ sebanyak 10-13 point.
Pelaksanaan kegiatan tumbuh kembang dilaksanakan sesuai visi UPT
Puskesmas Rawat Inap Banding Agung yaitu terwujudnya pelayanan kesehatan yang
berkualitas dan mandiri di wilayah kerja UPT Puskesmas Rawat Inap Banding Agung
sesuai dengan Tata nilai UPT Puskesmas Rawat Inap Banding Agung yang telah di
tetapkan yaitu WISATA (Wawasan, Integritas, Solidaritas, Amanah, Tertib dan Adil)
III. Tujuan
a. Teridentifikasinya faktor resiko stunting di suatu wilayah sebagai bahan informasi
bagi sector terkait dalam penentuan intervensi
b. Teridentifikasi faktor resiko gizi kurang dan gizi buruk disuatu wilayah sebagai
bahan informasi bagi sector terkait dalam penentuan intervensi
c. Melakukan Pencegahan dan Penurunan Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas
Rawat Inap Banding Agung
d. Menemukan sedini mungkin kasus balita stunting,gizi kurang,gizi buruk dan
penanggulangannya secara cepat
I. Sasaran : semua anak balita (0-5 tahun) di wilayah kerja UPT Puskesmas Rawat
Inap Banding Agung