Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. POSYANDU
1. Definisi Posyandu
Pos Layanan Terpadu (Posyandu) adalah kegiatan kesehatan dasar pusat
pelayanan keluarga berencana dan kesehatan ibu dan anak yang dikelola dan
diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas
kesehatan dalam rangka pencapaian Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
(NKKBS) (Kementerian Kesehatan, 2012).
2. Tujuan Posyandu
Secara umum pendirian posyandu bertujuan untuk enunjang percepatan
penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka
Kematian Anak Balita (Akaba) di Indonesia melalui upaya pemberdayaan
masyarakat. Disamping itu posyandu juga berperan dalam meningkatkan peran
masyarakat serta aspek-aspek lintas sektoral dalam penyelenggaraan upaya
kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI, AKB, dan Akaba.
Keberadaan posyandu sendiri juga diharapakan dapat meningkatan cakupan dan
jangkauan pelayanan kesehatan dasar serta membudayakan NKKBS
(Kementerian Kesehatan, 2014).
3. Sasaran dan Kegiatan Posyandu
Sasaran posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya:
- Bayi
- Anak Balita
- Ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas, dan ibu menyusui
- Pasangan Usia Subur (PUS)
Kegiatan Posyandu berlandaskan pada lima pilar yang dirumuskan ke dalam
5 Kegiatan Pokok Posyandu yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Republik
Indonesia, yaitu Kesehatan ibu dan anak (KIA), Keluarga berencana (KB),
imunisasi, gizi, dan penanggulangan diare. Mengacu pada lima pilar tersebut,
kegiatan posyandu dibagi menjadi kegiatan utama dan kegiatan tambahan
(Kementerian Kesehatan, 2012).
a. Kegiatan utama
(i) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Ibu hamil
- Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan
- Pengukuran tekanan darah
- Pemantauan nilai status gizi (lila)
- Pemberian tablet besi, pemberian imunisasi Tetanus toksoid (TT)
- Pemeriksaan tinggi fundus uteri
- Konseling perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi serta
penyelenggaraan kelas ibu hamil.
Ibu nifas dan menyusui
- Penyuluhan atau konseling kesehatan
- KB pasca persalinan
- Inisiasi menyusui dini dan asi eksklusif
- Pemberian kapsul vitamin A
- Pemeriksaan kesehatan umum.
Bayi dan anak balita
- Penimbangan untuk memantau pertumbuhan anak
- Pengisian KMS
- Penjaringan anak dengan gizi kurang
- Pemberian makanan pendamping ASI
- Pemberian vitamin A
(ii) Konseling Keluarga Berencana (KB) oleh petugas posyandu dbantu oleh
kader terlatih.
(iii) Imunisasi bayi dan ibu hamil oleh petugas posyandu.
(iv) Gizi
- Penimbangan berat badan
- Deteksi dini gangguan pertumbuhan
- Penyuluhan dan konseling gizi
- Pemberian makanan tambahan lokal
(v) Pencegahan dan penanggulangan diare.
- Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
- Pemberian oralit dan zink oleh petugas puskesmas
b. Kegiatan tambahan / pengembangan
- Pelayanan bumil dan menyusui
- Program Pengembangan Anak Dini Usia (PADU) yang diintegrasikan
dengan program Bina Keluarga Balita (BKB) dan kelompok bermain
lainnya
- Program dana sehat atau JKM dan sejenisnya
- Program penyuluhan dan penyakit endemis setempat.
- Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman
- Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD)
- Program diversifikasi pertanian tanaman pangan
- Program sarana air minum dan jamban keluarga (SAMIJAGA) dan
perbaikan lingkungan pemukiman
- pemanfaatan pekarangan
- Program kesehatan lansia
- Dan kegiatan lainnya seperti: TPA, pengajian, taman bermain
(Kementerian Kesehatan 2011).
4. Pelaksanaan Posyandu
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan posyandu
diantaranya:
a. Waktu pelayanan
Posyandu dilaksanakan satu kali dalam sebulan dengan hari dan waktu
ditentukan sesuai hasil lesepakatan bersama.
b. Tempat penyelenggaraan
Tempat penyelenggaraan kegiatan posyandu sebaiknya berada pada lokasi
yang mudah dijangkau oleh masyarakat.
c. Penyelenggaraan kegiatan
Kegiatan rutin posyandu diselenggarakan dan digerakkan oleh kader
posyandu dengan bimbingan teknis dari puskesmas dan sektor terkait.
Pada pelaksanaannya, posyandu dbantu oleh kader kesehatan terlatih dan
berlangsung dengan sistem 5 meja, seperti berikut:
Meja I : Pendaftaran (kader)
Meja II : Penimbangan (kader)
Meja III : Pengisian KMS (kader)
Meja IV : Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS (kader)
Meja V : Pelayanan kesehatan (kader atau kader bersama petugas puskesmas)
(Kemeterian Kesehatan, 2014):
5. Klasifikasi Posyandu
Posyandu di klasifikasikan menjadi 4 macam, yaitu:
a. Posyandu Pratama (merah)
Posyandu tingkat paratama adalah posyandu yang masih belum mantap,
kegiatannya belum bisa rutin tiap bulan dan kader aktifnya terbatas. Keadaan
ini dinilai ‘gawat’ sehingga intervensinya adalah pelatihan kader ulang.
Artinya kader yang ada perlu ditambah dan dilakukan pelatihan dasar lagi.
b. Posyandu Madya (kuning)
Posyandu pada tingkat Madya sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari
8 kali per tahun dengan rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih. Akan
tetapi cakupan program utamanya (KB, KIA, Gizi,dan Imunisasi) masih
rendah yaitu kurang dari 50%. Ini berarti, kelestarian posyandu sudah baik
tetapi masih rendah cakupannya.
c. Posyandu Purnama (hijau)
Posyandu pada tingkat purnama adalah posyandu yang frekuensinya lebih
dari 8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau
lebih,dan cakupan 5 program utamanya (KB, KIA, Gizi dan Imunisasi) lebih
dari 50%. Sudah ada program tambahan, bahkan mungkin sudah ada Dana
Sehat yang masih sederhana.
d. Posyandu Mandiri (biru)
Posyandu ini berarti sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur, cakupan
5 program utama sudah bagus, ada program tambahan dan Dana Sehat telah
menjangkau lebih dari 50% KK.
B. SKDN
1. Definisi SKDN
SKDN adalah status gizi balita yang digambarkan dalam suatu hstogram,
dimana balok tersebut memuat tentang sasaran balita di suatu wilayah (S), balita
yang memiliki KMS (K), balita yang ditimbang berat badannya (D), balita yang
ditimbang dan naik berat badannya (N), SKDN tersebut diperoleh dari hasil
posyandu yang dimuat di KMS dan digunakan untuk memantau pertumbuhan
balita (Kementerian Kesehatan, 2012). SKDN merupakan hasil kegiatan
penimbangan balita yang dilakukan setiap bulan dalam bentuk histogram
sederhana.
Indikator pelayanan di Posyandu atau di Pos Penimbangan Balita
menggunakan indiktor-indikator SKDN. SKDN adalah singkatan dari
pengertian kata-katanya yaitu:
- S adalah jumlah seluruh balita yang ada dalam wilayah kerja posyandu
- K adalah jumlah Balita yang ada di wilayah kerja posyandu yang mempunyai
KMS (Kartu Menujuh Sehat)
- D adalah Jumlah Balita yang datang di posyandu atau dikunjungan rumah
dan menimbang berat badannya sesuai atau jumlah seluruh balita
yang ditimbang
- N adalah jumlah balita yang ditimbang bebrat badannya mengalami
peningkatan bebrat badan dibanding bulannya sebelumnya dengan garis
pertumbuhan
Perkembangan yang digambarkan grafik SKDN menjadi acuan untuk
mengetahui kemajuan program perbaikan gizi. Naik turunnya D atau S dapat
diinterprestasikan sebagai tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan di
posyandu, sedangkan naik turunnya N terhadap S dapat diartikan sebagai
keberhasilan atau kegagalan mencapai tujuan program dalam kegiatan UPGK di
posyandu.
2. Indikator SKDN
Dari uraian SKDN dapat digabungkan satu sama lain sehingga dapat
memberikan informasi tentang perkembangan kegiatan pemantauan
pertumbuhan anak di posyandu yaitu:
- Indikator K/S
K/S adalah indikator yang menggambarkan jangkauan atau liputan program.
Indikator ini dihitung dengan cara membandingkan jumlah balita yang dapat
di posyandu dan memiliki KMS dengan jumlah balita yang ada di wilayah
posyandu tersebut dikalikan 100%.
- Indikator D/S
D/S adalah indikator yang menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat
dalam kegiatan di posyandu
- Indikator N/D
N/D adalah memberikan gambaran tingkat keberhasilan program dalam
kegiatan UPGK di posyandu. Indikator ini lebih spesifik dibanding dengan
indikator lainnya sehingga dapat digunakan sebagai gambaran dasar gizi
balita.
- Indikator N/S
N/S adalah memberikan gambaran tentang tingkat keberhasilan program di
posyandu. Indikator ini menunjukkan balita yang ditimbang dan naik berat
badannya.
3. Hasil Analisa SKDN
Petugas posyandu dan kader posyandu kemudian wajib melaporkan hasil
analisis SKDN kepadaa koordinator posyandu.
a. Tingkat partisipasi masyarakat
Tingkat partisipasi masyarakat dalam penimbangan balita yaitu
jumlah balita yang ditimbang dibagi dengan jumlah balita yang ada
diwilayah kerja posyandu atau dengan menggunakan rumus (D/S x 100%),
hasilnya minimal harus capai 80 % apabila dibawah 80 % maka dikatakan
partisipasi mayarakat untuk kegiatan pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan berat badan sangatlah rendah. Hal ini akan berakibat pada
balita tidak akan terpantau oleh petugas kesehatan ataupun kader posyandu
dan memungkinkan balita ini tidak diketahui pertumbuhan berat badannya
atau pola pertumbuhan berat badannya.
b. Jangkauan program
Luas jangkauan program yaitu Jumlah balita yang mempunyai KMS
dibagi dengan Jumlah seluruh balita yang ada di wilayah Posyandu atau
dengan menggunakan rumus (K/S x 100%), hasil yang ducapai harus 100
%. Alasannya balita-balita yang telah mempunyai KMS (Kartu Menujuh
Sehat ) telah mempunyai alat instrumen untuk memantau berat badannya
dan data pelayanan kesehatan lainnya.
Apabila tidak digunakan atau tidak dapat KMS maka pada dasarnya
program Posyandu tersebut mempunyai liputan yang sangat rendah atau
biasa juga dikatakan balita yang seharusnya mempunyai KMS karena
memang mereka (Balita) masih dalam fase pertumbuhan ini telah
kehilangan kesempatan untuk mendapat pelayanan sebagaimana yang
terdapat dalam KMS tersebut. Khusus untuk Tingkat Kehilangan
Kesempatan ini menggunakan rumus {(S-K)/S x 100%) yaitu jumlah balita
yang ada diwilayah posyandu dikurangi jumlah balita yang mempunyai
KMS, hasilnya dibagi dengan jumlah balita yang ada, semakin tinggi
presentase kehilangan kesempatan maka semakin rendah kemauan orang
tua balita untuk dapat memanfaatkan KMS. Padahal KSM sangat baik untuk
memantau pertumbuhan Berat Badan Balita atau juga Pola Pertumbuhan
Berat Badan Balita.
c. Kenaikan berat badan balita
Persentase kenaikan berat badan balita menggambarkan kesuksesan
program posyandu (N/D x 100%) yaitu jumlah balita yang Naik Berat
Badannya di bandingkan dengan jumlah seluruh balita yang ditimbang.
Sebaiknya semua balita yang ditimbang harus memgalami peningkatan
berat-badannya.
d. Drop Out
Indikator lainnya dalam SKDN adalah Indikator Drop Out yaitu
balita yang sudah mempunyai KMS dan pernah datang menimbang berat
badannya tetapi kemudian tidak pernah datang lagi di posyandu untuk selalu
mendapatkan pelayanan kesehatan rumusnya yaitu jumlah balita yang telah
mendapat KMS dibagi dengan Jumlah Balita ditimbang hasilnya dibagi
dengan Balita yang punya KMS ( [K-D]/K x 100%.).

Anda mungkin juga menyukai